Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PRAKTIKUM

PENYEHATAN UDARA

Dosen Pengampu :

Dra. Helina Helmy, M.Sc

Disusun Kelompok 3

AISYAH ATIQOH ZH
2213451112
D3 SANITASI REGULER 3

POLITEKNIK KESEHATAN TANJUNG KARANG

JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN

PROGRAM STUDI DIPLOMA III

TAHUN AJARAN 2022/2023

PAGE \* MERGEFORMAT 3
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Praktikum Penyehatan Udara diajukan sebagai persyaratan tugas Penyehatan


Udara. Jurusan Kesehatan Lingkungan Prodi DIII Sanitasi Politeknik Kesehatan
Tanjung Karang Tahun Ajaran 2022/2023

Bandar Lampung, September 2023

Menyetujui;

Penanggung Jawab
Mata Kuliah Penyehatan Udara

Dra. Helina Helmy, M.Sc


NIP. 197507131998031001

PAGE \* MERGEFORMAT 3
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL........................................................................................i
LEMBAR PENGESAHAN..............................................................................ii
DAFTAR ISI....................................................................................................iii
PRAKTIKUM III..............................................................................................1
PRAKTIK KEBISINGAN................................................................................1
A. Pendahuluan..........................................................................................1
1. Latar Belakang................................................................................1
2. Rumusan Masalah...........................................................................2
3. Tujuan Praktikum...........................................................................2
B. Dasar Teori...........................................................................................3
1. Definisi Kebisingan........................................................................3
2. Jenis-jenis Alat Ukur Kebisingan...................................................4
3. Hubungan Kebisingan dengan Pencemaran Udara.........................4
4. Rumus-rumus Kebisingan dan Satuannya......................................5
5. Penyakit yang Berhungan dengan Kebisingan...............................7
C. Metode..................................................................................................8
1. Alat dan Bahan...............................................................................8
2. Gambar Alat Ukur Kebisingan dan Komponennya........................8
3. Cara Kalibrasi Alat Ukur Kebisingan.............................................8
4. Prosedur Kerja................................................................................9
5. Daftar Pustaka.................................................................................9
6. Lampiran.........................................................................................10

PAGE \* MERGEFORMAT 3
PRAKTIKUM III
PRAKTIK KEBISINGAN

Waktu : Pukul 08.00 – 12.00 WIB


Tempat : Home Industri
Tujuan Praktikum : Untuk mengetahui tingkat kebisingan di home industri

A. Pendahuluan
1. Later belakang
Kebisingan dapat diartikan sebagai suara/bunyi yang tidak diiginkan dan dianggap
mengganggu dengan tingkat intensitas bunyi diatas NAB. Menurut Rindy Astike
Dewanty dan Sudarmaji tahun 2016, kebisingan adalah suara yang tidak dikehendaki
oleh manusia dan merupakan faktor lingkungan yang dapat berpengaruh negatif terhadap
kesehatan. Sedangkan menurut Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Republik Indonesia
Nomor 5 Tahun 2018 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja Lingkungan Kerja,
Kebisingan adalah semua suara yang tidak dikehendaki yang bersumber dari alat-alat
proses produksi dan/atau alat-alat kerja yang pada tingkat tertentu dapat menimbulkan
gangguan pendengaran.. Dalam peraturan ini pula ditetapkan Nilai Ambang Batas (NAB)
yang diperkenankan sesuai dengan waktu pemaparan per hari. Tabel berikut adalah Nilai
Ambang Batas Kebisingan yang diperkenankan sesuai dengan Peraturan Menteri
Ketenagakerjaan Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2018 tentang Keselamatan dan
Kesehatan Kerja Lingkungan Kerja.
Kebisingan dapat diukur dengan alat sound level meter. Pada prinsipnya, alat ini
mengukur intensitas bunyi berdasarkan perubahan tekanan udara yang disebabkannya.
Bunyi menyebabkan benda bergetar dan apabila benda bergetar maka akan menyebabkan
perubahan tekanan udara disekitar sehingga akan menggerakkan meter penunjuk. Nilai
yang ditunjukkan oleh meter penunjuk inilah yang dinyatakan sebagai nilai kebisingan
terukur. Harahap tahun 2016 menyebutkan ada 3 cara atau metode pengukuran akibat
kebisingan di lokasi kerja yaitu pengukuran dengan titik sampling, pengukuran dengan
peta kountur dan pengukuran dengan grid.
https://online-journal.unja.ac.id/jop/article/download/9393/5765

PAGE \* MERGEFORMAT 1
2. Rumusan masalah
1. Apa yang dimaksud dengan kebisingan
2. Sebutkan jenis-jenis alat ukur kebisingan
3. Apa hubungan kebisingan dengan pencemaran udara
4. Sebutkan rumus-rumus kebisingan dan satuannya
5. Apa saja penyakit yg berhubungan dengan kebisingan

3. Tujuan Praktikum
1. Untuk mengetahui definisi kebisingan
2. Untuk mengetahui jenis-jenis alat ukur kebisingan
3. Untuk mengetahui hubungan kebisingan dengan pencemaran udara
4. Untuk mengetahui rumus-rumus kebisingan dan satuannya
5. Untuk mengetahui penyakit yg berhubungan dengan kebisingan

PAGE \* MERGEFORMAT 3
B. Dasar Teori
1. Definisi Kebisingan
Kebisingan merupakan salah satu faktor lingkungan fisik yang perlu diperhatikan.
Tujuan dari penelitian ini untuk menganalisis kebisingan yang ditimbulkan di tempat
ruang mesin border 1 dan mesin border 2, termasuk mengidentifikasi pengaruh tingkat
kebisingan yang ditimbulkan mesin border 1 dan mesin border 2 terhadap kelelahan di
tempat ruang mesin border. Hasil kebisingan di tempat rung mesin 1 menunjukkan
bahwa tingkat kebisingan tertinggi berada pada titik ke-1 (satu) dengan tingkat
kebisingan 97,6 dBA. Sedangkan tingkat kebisingan terendah berada pada titik ke-4
(empat) dengan tingkat kebisingan 95,5 dBA. Hasil kebisingan di tempat rung mesin 2
menunjukkan bahwa tingkat kebisingan tertinggi berada pada titik ke-2 (dua) dengan
tingkat kebisingan 91,1. Sedangkan tingkat kebisingan terendah berada pada titik ke-4
(empat) dengan tingkat kebisingan 88 dBA. Sedangkan pada tingkat kelelahan yang
paling dominan adalah kelelahan berat yang berjumlah 3 orang dan 1 orang hanya
merasakan kelelahan menengah. Dari hasil pengujian Analisis Regresi Linear Sederhana
bahwa probalitasnya sebesar 0,002 lebih kecil < 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa H0
ditolak, ini artinya ada pengaruh kebisingan terhadap kelelahan pada bagian ruang mesin
1 dan mesin 2.
Masalah lingkungan kerja fisik dalam suatu perusahaan sangatlah penting maka dari
itu diperlukan danya pengaturan maupun penataan faktor-faktor lingkungan kerja fisik
yang perlu diperhatikan adalah kebisingan. Menurut peraturan menteri tenaga kerja dan
transmigrasi republik indonesia Nomor PER.13/MEN/X/2011, kebisingan adalah semua
suara yang tidak dikehendaki yang bersumber dari alat-alat proses produksi dan/atau alat-
alat kerja yang pada tingkat tertentu dapat menimbulkan gangguan pendengeran.
Kebisingan mempunyai batas maksimum dan minimum dan diukur dengan Nilai
Ambang Batas (NAB). Nilai ambang batas yang selanjutnya disingkat NAB adalah
standar faktor bahaya di tempat kerja sebagai kadar/intensitas rata-rata tertimbang waktu
(time weighted average) yang dapat diterima tenaga kerja tanpa mengakibatkan penyakit
atau gangguan kesehataan, dalam pekerjaan sehari-hari untuk waktu tidak melebihi 8 jam
sehari ataupun 40 jam seminggu, khususnya menurut Peraturan Menteri Tenaga Kerja
dan Republik Indonesia Nomor PER.13/MEN/X/2011 menetapkan Nilai Ambang Batas
(NAB) kebisingan ditempat kerja sebesar 85 dBA.
https://sistemik.sttbandung.ac.id/index.php/sistemik/article/view/27/20

PAGE \* MERGEFORMAT 3
2. Jenis-jenis Alat Ukur Kebisingan
Sound Level Meter (SLM) adalah alat pengukur level kebisingan, alat ini mampu
mengukur kebisingan antara 30-130 dB dan rentang ukur frekuensi 20-20000 Hz. Sound
Level Meter terdiri dari mikrofon, amplifier, weighting network dan layer dalam satuan
desibel (dB). Level pada SLM biasanya disimbolkan dengan huruf L dan diikuti huruf
subscript di sebelah kanannya untuk menunjukkan kuantitas level yang disimbolkan.
Pembobotan adalah rangkaian elektronik yang kepekaannya berubah sesuai dengan
perubahan frekuensi telinga manusia. Ada 4 macam pembobotan yaitu A, B, C dan D.
Pembobotan A mendekati kesamaan pada tingkat kebisingan rendah, sedang B pada
tingkat kebisingan sedang, C pada tingkat kebisingan tinggi dan D pada saat telinga
merespon bunyi yang muncul dari pesawat. Pada pengukuran secara subjektif terhadap
respons telinga manusia, ternyata ditemukan bahwa bobot B dan C seringkali tidak tepat.
Hal ini terjadi karena yang dijadikan acuan lebih cenderung untuk mengukur bunyi-
bunyi dengan satu jenis penekanan saja, sementara dalam kehidupan sehari-hari, dalam
waktu bersamaan seringkali kita mendengar bunyi-bunyi dalam bermacam-macam
penekanan. Sebaliknya bobot A, hasil pengukuran tingkat kekerasan yang dirasakan
orang umumnya tepat. Itu sebabnya, bobot inilah yang lebih banyak sebagai pedoman
pengukuran. Pembobotan B dan D tidak lagi umum digunakan sejak IEC 61672 tahun
2003. Terdapat dua klasifikasi SLM yaitu class 1 (Tipe 1) dan class 2 (Tipe 2).
Klasifikasi tersebut berdasarkan kegunaan dan kebutuhan pengguna. Tipe 1 digunakan
untuk pengukuran dengan nilai presisi yang baik, khususnya pada penelitian dan kalibrasi
di laboratorium. Tipe 2 digunakan untuk pengukuran atau survei kebisingan lingkungan
dan industri. SLM Tipe 1 dapat mengukur Level Pembobotan A, C, dan Linier (Z), pada
SLM Tipe 2 hanya dapat mengukur Level Pembobotan A dan C.
https://lintar.untar.ac.id/repository/penelitian/
buktipenelitian_10388017_4A270822154920.pdf

3. Hubungan Kebisingan dengan Pencemaran Udara


Di dalam proses produksi dimungkinkan terjadinya emisi gas yang berpengaruh
terhadap kualitas udara ambien. Instrumen yang dapat digunakan untuk mengevaluasinya
adalah :
(1) Keputusan Gubernur Jawa Tengah Nomor 10 Tahun 2000 tentang Baku Mutu Udara
Emisi Sumber Tidak Bergerak dan

PAGE \* MERGEFORMAT 3
(2) Keputusan Gubernur Jawa Tengah Nomor 8 Tahun 2001 tentang Baku Mutu Udara
Ambien. Untuk pengukuran tingkat kebauan (Hidrogen Sulfida dan Amoniak) digunakan
Kep 50/Men LH/11/1996 tentang Baku Mutu Tingkat Kebauan (bau dan odoran tunggal),
sedangkan pengukuran tingkat kebisingan di lingkungan industri maupun permukiman
dibandingkan dengan Kep 48/Men LH/11/1996 tentang Baku Mutu Tingkat Kebisingan.
Sesuai peraturan perundangan, setiap perusahaan diwajibkan untuk melakukan
berbagai pengujian, baik limbah cair, emisi gas, udara ambien, maupun tingkat
kebisingan secara periodik dan melaporkannya ke pihak-pihak terkait, seperti BLH
(Badan Lingkungan Hidup), baik tingkat kabupaten/kota maupun propinsi. Tingkat
kepatuhan perusahaan di dalam melakukan pengujian relatif bervariasi, bergantung pada
komitmen manajemen. Pihak manajemen yang memiliki komitmen kuat untuk
melakukan pengujian secara periodik sebagai keinginan untuk mematuhi persyaratan
yang ada dalam undang-undang disandarkan pada pandangan Deegan (2000). Menurut
Deegan (2002), perusahaan telah menandatagani kontrak sosial atas ijin yang diberikan
masyarakat untuk beroperasi, sehingga kepatuhan yang ditunjukkan perusahaan
dijalankan untuk memenuhi harapan masyarakat.
Kepatuhan perusahaan untuk melakukan berbagai pengujian secara periodik dapat
dipandang sebagai upaya mengelola kelompok stakeholder tertentu yang powerful yang
mengancam legitimasi perusahaan (Robert, 1992). Menurut legitimacy theory,
perusahaan memiliki kontrak dengan masyarakat untuk melakukan kegiatannya
berdasarkan nilai-nilai justice, dan bagaimana perusahaan menanggapi berbagai
kelompok kepentingan untuk melegitimasi tindakan perusahaan (Tilt dalam Haniffa et al,
2005). Jika terjadi ketidakselarasan antara sistem nilai perusahaan dan sistem nilai
masyarakat, maka perusahaan akan kehilangan legitimasinya, yang selanjutnya akan
mengancam kelangsungan hidup perusahaan (Lindblom dalam Haniffa et al, 2005)
https://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/sainteknol/article/download/5538/4406

4. Rumus-rumus kebisingan dan Satuannya


Setelah mendapatkan data-data tingkat kebisingan dari hasil pengukuran, selanjutnya
dilakukan analisis hasil pengukuran. Hasil pengukuran tingkat kebisingan, dihitung untuk
mendapatkan Leq (24 jam). Leq adalah tingkat kebisingan rata-rata dari kebisingan yang
berubah-ubah (fluktuatif), dengan persamaan hitungan logarima. Pertama-tama dilakukan
perhitungan Leq setiap 1 menit, dengan rumus:

PAGE \* MERGEFORMAT 3
Setelah mendapat Leq setiap menit, dari menit ke 1 (LI) sampai menit ke 10 (LX). Lalu,
dilanjutkan dengan menghitung Leq 10 menit, dengan rumus:

Selanjutnya, nilai Leq 10 menit yang telah diperoleh dari hasil perhitungan dimasukan ke
tabel sesuai selang waktu yang diwakili oleh Leq 10 menit tersebut. Contoh tabel hasil
perhitungan Leq dapat dilihat pada tabel 2. berikut ini.

Setelah menghitung nilai Leq 10 menit maka selanjutnya, dilakukan perhitungan untuk
mendapatkan nilai Ls dan nilai Lm. Rumus perhitungan Ls dan Lm, antara lain:

Lalu, hasil perhitungan Ls dan Lm ini digunakan untuk mendapatkan Lsm (24 jam) untuk
satu lokasi pengukuran. Berikut rumus untuk, Lsm :

https://www.gesi.co.id/metoda-pengukuran-dan-analisa-kebisingan-lingkungan/

PAGE \* MERGEFORMAT 3
5. Penyakit yang Berhubungan dengan Kebisingan
Kebisingan yang ditimbulkan di tempat tersebut mengganggu pendengaran mereka
khususnya operator dan Tidak adanya absensi kehadiran bagi para karyawan baik manual
maupun finger print dan tidak adanya peraturan-peraturan yang mengatur hak-hak
karyawan. Dari hasil observasi, wawancara dan memberi kuesioner yang telah disebar
didapat bahwa operator merasa kebisingan yang ditimbulkan sangat menggangu
pendengaran 62% dan sedangkan yang merasakan bising dengan kebisingan yang
ditumbulkn hanya 38% di tempat tersebut. Selain mengganggu pendengaran, operator di
mesin 1 dan mesin 2 juga merasakan kelelahan yang diduga diakibatkan oleh adanya
kebisingan yang ditimbulkan. Hal tersebut sesuai dengan pertanyatan dari Suma’mur
P.K.(2009) bahwa kebisingan juga dapat menimbulkan efek lain salah satunya berupa
meningkatnya kelelahan tenaga
kerja.
Dari hasil observasi dan koesioner yang telah disebar, diperoleh hasil bahwa 75%
responden mengalami kelelahan berat seperti perasaan lesu, tidak/berkurangnya gairah
untuk bekerja, rasa pusing, penurunan kinerja fisik dan mental. 25% kelelahan menegah
seperti berkurangnya konsentrasi, berkurangnya tingkat kewaspadaan, persepsi yang
buruk dan lambat dan 0% responden lainnya mengalami kelelahan ringan dan tidak lelah.
Berdasarkan uraian di atas, khususnya untuk tempat mesin 1 dan mesin 2 perlu
mendapatkan perhatian baik dari perusahaan maupun pekerja yang bekerja di tempat
tersebut, sebab jika kebisingan yang ditimbulkan di tempat tersebut dibiarkan terus-
menerus dalam waktu yang lama tanpa adanya pengedalian kebisingan dapat
menimbulkan berbagai dampak negatif bagi pekerja. Hal ini semakin beresiko tinggi
karena pekerja di tempat tersebut tidak menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) untuk
telinga saat bekerja.
Berdasarkan Permasalahan Kebisingan di atas, maka penyusun tertarik untuk
mengadakan penelitian mengenai kebisingan guna menganalisis tingkat kebisingan di
Home Industri Berkah Border. Termasuk mengetahui apakah ada pengaruh tingkat
kebisingan yang ditimbulkan terhadap kelelahan kerja.
https://sistemik.sttbandung.ac.id/index.php/sistemik/article/view/27/20

PAGE \* MERGEFORMAT 3
C. Metode
1. Alat dan Bahan
1. Sound Level Meter
2. Stopwatch

2. Gambar Alat Ukur Kebisingan dan Komponennya

3. Cara Kalibrasi Alat Ukur Kebisingan


Kalibrasi bisa dilakukan dengan dua cara:
Cara pertama dilakukan secara internal dengan sinyal-sinyal listrik atau
dengan cara kedua secara akustik dengan kalibrator suara atau pistonphon.
Kalibrasi internal dilakukan dengan memakai referensi tegangan pada
rangkaian-rangkaian listrik dari meteran tingkat kebisingan serta amplitude
yang disesuaikan. Penyesuaian dilakukan dengan membandingkan nilai yang
ditampilkan oleh fitur kalibrasi internal pada nilai tertayang dari meteran
tingkat kebisingan. Kalibrasi akustik dilakukan dengan cara menyisipkan
generator suara atau pistonphon ke dalam mikrofon dari meteran tingkat
kebisingan dan memakai tekanan suara referensi (berbeda menurut alatnya,
contoh 94 dB pada 1 kHz, 124 dB pada 250 Hz, dll.). Skala penuh (FS) dari
meteran tingkat kebisingan yang dipakai oleh masukan sinyal kalibrasi disetel
6 dB lebih tinggi dari pada tingkat tekanan suara dari sinyal kalibrasi normal.
Contoh, bila suara sinyal kalibrasi ialah 124 dB, maka disetel 130dB, atau bila
suara sinyal kalibrasi adalah 94 dB, maka distel 100 dB pada alat.
Cara Mengkalibrasi Sound Level Meter :

PAGE \* MERGEFORMAT 3
a. Hidupkan kalibrator dan sound level meter.
b. Putar tombol penyetel, dan atur tingkat tekanan suara.
c. Pastikan kalibrator berada pada sound level meter yang benar.
d. Lalu sesuaikan sound level meter untuk memperoleh hasil yang benar.

4. Prosedur Kerja
1. Pilih selektor pada posisi fast untuk jenis kebisingan
continue/berkelanjutan, selektor pada posisi slow untuk jenis kebisingan
impulsif/ terputus-putus.
2. Pilih selektor range intensitas kebisingan.
3. Tentukan area pengukuran.
4. Setiap area pengukuran dilakukan pengamatan selama 1-2 menit dengan
kurang lebih 6 kali pembacaan. Hasil pengukuran yaitu angka yang
ditunjukkan pada monitor.
5. Tulis hasil pengukuran dan hitung rata-rata kebisingan (Lek)
{Lek = 10 log 1/n (10 L1/10+10L2/10+10L3/10+….) dBA}.

5. Daftar Pustaka

https://online-journal.unja.ac.id/jop/article/download/9393/5765 diakses
10/9/23 pukul 20.35 WIB

https://sistemik.sttbandung.ac.id/index.php/sistemik/article/view/27/20
diakses 10/9/23 pukul 20.49 WIB

https://lintar.untar.ac.id/repository/penelitian/
buktipenelitian_10388017_4A270822154920.pdf diakses 10/9/23
pukul 21.19 WIB

https://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/sainteknol/article/download/
5538/4406 diakses 10/9/23 pukul 21.35 WIB

PAGE \* MERGEFORMAT 3
https://www.gesi.co.id/metoda-pengukuran-dan-analisa-kebisingan-
lingkungan/ diakses 10/9/23 pukul 22.14 WIB
6. Lampiran

Lampiran 1.
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
718/Menkes/Per/XI/1987 menyebutkan kebisingan adalah terjadinya bunyi yang tidak
diinginkan sehingga mengganggu dan atau dapat membahayakan kesehatan.

Lampiran 2.
Manusia dapat mendengar suara pada tekanan antara 0,0002 dynes/cm2 (ambang
dengar/threshold of hearing) sampai 2000 dynes/cm2 range besar sehingga satuan
yang dipakai dB (decibel): logaritmik • Dinyatakan dalam decibel (dB) yang
dilengkapi skala A, B, dan C, sesuai dengan berbagai kegunaan.

Lampiran 3.
Skala A digunakan karena merupakan response yang paling cocok dengan telinga
manusia (peka terhadap frekuensi tinggi). Skala B dan C untuk evaluasi kebisingan
mesin, dan cocok untuk kebisingan frekuensi rendah.

PAGE \* MERGEFORMAT 3

Anda mungkin juga menyukai