PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
serta memproses bahan kimia dengan suhu tinggi, di dalam proses ini banyak
kimia dan mesin di dalam setiap proses produksi tentu memiliki potensi
bahaya yang cukup besar, potensi jika tidak terkendali dengan baik maka
yang dapat ditinjau dari aspek ekonomis maupun aspek kemanusiaan. Aspek
gedung atau sarana produksi, biaya latihan tenaga kerja baru dan upah tenaga
cacat atau bahkan kematian. Melihat potensi bahaya dan akibat yang mungkin
berbagai faktor dan potensi bahaya yang ada di tempat kerja harus diantisipasi
dapat dicapai produktivitas yang tinggi. Potensi bahaya yang berasal dari
1
lingkungan kerja dapat menimbulkankecelakaan dan penyakit akibat kerja
Karanganyar memiliki potensi bahaya yang cukup komplek yaitu antara lain:
serta tempat kerja yang tidak aman. Sedangkan faktor-faktor bahaya yang
ada yaitu kebisingan, penerangan, iklim kerja, debu, dan pemaparan B3.
B. Tujuan
2. Untuk mengetahui potensi dan faktor bahaya yang berasal dari debu
Karanganyar.
C. Manfaat
1. Bagi Mahasiswa
2
dan pengetahun tentang pentingnya keselamatan dan kesehatan kerja
perusahaan.
2. Bagi Perusahaan
kondisi lingkungan kerja, resiko dan bahaya yang disebabkan oleh debu
3
BAB II
DASAR TEORI
A. Kebisingan
dkk, 2000). Definisi lain adalah bunyi yang didengar sebagai rangsangan-
dari beraneka frekuensi. Intensitas atau arus energi per satuan luas yang
kekuatan dasar 0,0002 dyne/cm2 yaitu kekuatan dari bunyi dengan frekuensi
1000 Hz yang tepat didengar oleh telinga manusia. Nilai ambang batas adalah
standar faktor tempat kerja yang dapat diterima tenaga kerja tanpa
hari untuk waktu tidak melebihi 8 jam sehari atau 40 jam seminggu
adalah intensitas suara tertinggi yang merupakan nilai rata-rata, yang masih
dapat diterima tenaga kerja tanpa mengakibatkan hilangnya daya dengar yang
4
menetap untuk waktu kerja terus menerus tidak lebih dari 8 jam sehari dan 40
Adhi Ari Utomo dalam Edhie Sarwono, dkk, 2002). Kebisingan mengganggu
tekanan darah, dan menurunkan volume aliran darah. Saat kita tidur dapat
B. Debu
5
Partikel debu yang berdiameter lebih besar dari 10 mikron
Partikel yang berdiameter antara 1-10 mikron biasanya termasuk tanah dan
fotokimia (Fardiaz,1992).
sistem pernafasan, oleh karena itu pengaruh yang merugikan terutama terjadi
pada sistem pernafasan. Faktor lain yang paling berpengaruh terhadap sistem
yang berukuran 5-10 mikron akan ditahan oleh jalan pernafasan bagian atas,
sedangkan yang berukuran 3-5 mikron ditahan oleh bagian tengah jalan
uap, gas atau kabut yang berbahaya yang menyebabkan kerusakan paru bila
terinhalasi selama bekerja. Saluran nafas dari lubang hidung sampai alveoli
menampung 14.000 liter udara di tempat kerja selama 40 jam keja satu
apakah kadar debu pada suatu lingkungan kerja berada konsentrasinya sesuai
dengan kondisi lingkungan kerja yang aman dan sehat bagi pekerja. Dengan
6
kata lain, apakah kadar debu tersebut berada di bawah atau di atas nilai
ambang batas (NAB) debu udara. Hal ini penting dilaksanakan mengingat
maupun instansi terkait lainnya dalam membuat kebijakan yang tepat untuk
digunakan untuk menentukan Respiral Dust (RD) di udara atau debu yang
dapat lolos melalui filter bulu hidung manusia selama bernafas. Untuk flow
rate 2 liter/menit dapat menangkap debu yang berukuran < 10 mikron. Alat
ini biasanya dugunakan pada lingkungan kerja dan dipasang pada pinggang
kerja yang dianjurkan di tempat kerja agar tenaga kerja masih dapat
pekerjaan sehari-hari untuk waktu tidak melebihi 8 jam sehari atau 40 jam
Edaran Menteri Tenaga Kerja No. 01 tahun 1997 tentang Nilai Ambang Batas
(NAB) Faktor Kimia di Udara Lingkungan Kerja, NAB kadar debu yang
7
BAB III
HASIL
didirikan pada tahun 1983 dengan nama PT. Indo Alkohol Utama, dan
diresmikan oleh Presiden Soeharto pada tanggal 20 Juli 1989. Tahun 1986
berubah nama menjadi PT. Indo Acidatama Chemical Industry dengan etanol
sebagai produk utama dan bergerak dakam industri agro kimia. Pada tahun
luas lahan 22 ha. Setelah itu pada tanggal 4 Oktober 2005, melakukan merger
dengan PT. Sarasa Nugraha Tbk serta tercatat di Bursa Efek Indonesia
dengan kode SRSN pada group Industri Dasar dan Kimia. Pada Mei 2006,
berubah lagi menjadi PT. Indo Acidatama Tbk hingga sekarang. Mulai tahun
oleh tenaga Indonesia. PT. Indo Acidatama Tbk mampu mengolah tetes tebu
(molasses) yang merupakan hasil samping pabrik gula menjadi produk etanol
hingga per tahunnya mencapai 50.000 Kl, asam asetat 16.500 ton dan
8
etilasetat 7.500 ton. Saat ini, kapasitas produksi etanol, asam asetat dan etil
asetat. Sumber bahan baku industri Ethanol, yakni tetes tebu (molasses).
Molasses adalah suatu bahan produk samping dari pabrik gula di Jawa
Memiliki kadar 96,5% (alkohol p.a. ) dan lebih banyak digunakan untuk
bahan baku industri antara lain industri bahan kimia, obat-obatan, kosmetika
dan bahan pangan. Selain itu, untuk menciptakan efisiensi produksi yang
lebih tinggi, produksi ethaol ini diintegrasikan dengan pembuatan etil asetat,
pupuk organik serta pembuatan biogas sebagai salah satu sumber (umpan)
pada boiler.
Agro Kimia bertaraf Internasional yang ramah lingkungan. Misi PT. Indo
bertaraf internasional yang ramah lingkungan dengan daya saing tinggi dalam
9
dimana lebih dari 25% dari keseluruhan karyawan tersebut memiliki latar
1. Karyawan Shift
fermentasi, dll. Jam kerja karyawan shift dibagi menjadi 3 jam kerja (3
shift):
sekretariat, perbekalan, gudang, dll. Jam kerja karyawan day shift diatur
sebagai berikut:
b. Sabtu-Minggu : libur
10
d. Hari libur nasional merupakan hari libur
B. Hasil
1. Persiapan
a. Pengukuran Kebisingan
2) Stopwatch
3) Alat tulis
1) Oven
2) Desikator
3) Pinset
4) Timbangan analitik
2. Pelaksanaan
Acidatama Tbk.
11
Dimulai pada pukul 09.00 WIB seluruh mahasiswa kelas Reguler
bertuliskan “Visitor” dan mahasiswa diberi arahan oleh pihak PT. Indo
juga keamanan.
12
Di bawah ini adalah langkah-langkah melakukan pengukuran
Acidatama:
a. Kebisingan
1) Filter yang telah di oven dengan suhu 105 0C selama 1 jam dan
13
3) Filter holder di ambil dengan pinset dan di bawa ke laboratorium
Poltekkes.
3. Pembahasan
a. Kebisingan
Formulir Bis 1
10 20 30 40 50 60 70 80 90 100
84,3 82,2 82,4 81,4 81,4 82,1 82,1 81,6 82,5 81,9 821,9
Formulir Bis 2
Kelas
Jumlah Prosen Jumlah Kum Prosen Kum
Interval
80 – 81 0 0 0 0
81 – 82 4 0,4 4 0,4
82 – 83 5 0,5 9 0,9
83 – 84 1 0,1 10 1
14
(𝑷𝟏)
L= X + (𝑷𝟏+𝑷𝟐) × C
Keterangan :
L : Tingkat Kebisingan
C : Lebar Kelas
(𝑃1)
L = X + (𝑃1+𝑃2) × C
(5−4)
L = 82 + (5−4)(5−1) × 2
(1)
= 82 + (5) × 2
= 82 + 0,4
= 82,4 dB
b. Debu
Perhitungan :
𝐵 𝑔𝑟𝑎𝑚−𝐴 𝑔𝑟𝑎𝑚
= 𝑥 1000
2 𝑙𝑝𝑚 𝑋 𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢 𝑝𝑒𝑛𝑔𝑎𝑚𝑏𝑖𝑙𝑎𝑛
15
16,651−16,4268
= 𝑥 1000
2 𝑙𝑝𝑚 𝑥 10 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
0,2242
= 𝑥 1000
20
= 0.01121 x 1000
= 11,21 gr/m3
16
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
sebesar 82,4 dB. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa tingkat
2. Menurut Surat Edaran Menteri Tenaga Kerja No. 01 tahun 1997 tentang
bebas < 1 %. Partikel debu yang diperoleh dari hasil pengukuran di PT.
Indo Acidatama adalah 11,21 gr/m3. Maka dari hasil pengukuran kadar
debu tersebut, diperoleh bahwa kadar debu yang terukur di PT. Indo
B. Saran
tidak melakukan pengukuran pada cuaca mendung dan saat hujan, sebaiknya
17
melakukan pengukuran minimal 8 jam agar hasilnya lebih valid dan mencari
18
DAFTAR PUSTAKA
Dwi Sasongko P., dkk, 2000. Kebisingan Lingkunga. Semarang: UNDIP. Diakses
pada 2 Desember 2017
Dwiana Mei W, Eva. 2010. Pengaruh Beban Kerja Terhadap Denyut Nadi
Tenaga Kerja Di Bagian Mekanik Di PT. Indo Acidatama. Tbk. Kemiri,
Kebakkramat, Karanganyar. Surakarta: Universitas Sebelas Maret.
Diakses pada 2 Desember 2017
http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/28644/Chapter%20II.pdf?
sequence=4 diakses pada 2 Desember 2017
19
LAMPIRAN
Cerobong asap wet srubber Cerobong air dan uap asap terlihat lebih
tidak pekat
20
Pengambilan sampel debu dengan
Hasil penimbangan filter setelah
Personal Dust Sampler
pemaparan
21