Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Industri kimia merupakan industri yang menggunakan, mengelola

serta memproses bahan kimia dengan suhu tinggi, di dalam proses ini banyak

digunakan mesin dan peralatan-peralatan modern. Dengan adanya bahan

kimia dan mesin di dalam setiap proses produksi tentu memiliki potensi

bahaya yang cukup besar, potensi jika tidak terkendali dengan baik maka

dapat menimbulkan gangguan terhadap keselamatan dan kesehatan pekerja

serta lingkungan kerja. Hal ini menyebabkan adanya kerugian, kecelakaan

yang dapat ditinjau dari aspek ekonomis maupun aspek kemanusiaan. Aspek

ekonomis misalnya biaya pengobatan, biaya kompensasi, biaya kerusakan

gedung atau sarana produksi, biaya latihan tenaga kerja baru dan upah tenaga

kerja tidak mampu kerja. Sedangkan aspek kemanusiaan misalnya cidera,

cacat atau bahkan kematian. Melihat potensi bahaya dan akibat yang mungkin

ditimbulkan cukup besar, maka perlu diadakan upaya-upaya pengendalian

untuk meningkatkan kesalamatan dan kesehatan kerja (Imamkhasani, 1987).

PT. Indo Acidatama Tbk, Kemiri, Kebakkramat, Karanganyar

merupakan perusahaan yang memproduksi bahan-bahan kimia berbahaya,

berbagai faktor dan potensi bahaya yang ada di tempat kerja harus diantisipasi

sedini mungkin. Pengelolaan lingkungan tempat kerja (work place/work

station) perlu dilakukan dalam upaya perlindungan tenaga kerja sehingga

dapat dicapai produktivitas yang tinggi. Potensi bahaya yang berasal dari

1
lingkungan kerja dapat menimbulkankecelakaan dan penyakit akibat kerja

(Suma’mur, 1996). Melihat dari proses produksinya yang begitu komplek,

menggunakan peralatan atau mesin yang canggih dan bahan-bahan baku

yang digunakan maka PT. Indo Acidatama Tbk, Kemiri Kebakkramat,

Karanganyar memiliki potensi bahaya yang cukup komplek yaitu antara lain:

kebakaran, peledakan dan potensi bahaya yang berasal dari mesin-mesin

serta tempat kerja yang tidak aman. Sedangkan faktor-faktor bahaya yang

ada yaitu kebisingan, penerangan, iklim kerja, debu, dan pemaparan B3.

B. Tujuan

1. Untuk mengetahui proses produksi di PT. Indo Acidatama Tbk,

Kemiri, Kebakkramat, Karanganyar.

2. Untuk mengetahui potensi dan faktor bahaya yang berasal dari debu

dan kebisingan di PT. Indo Acidatama Tbk, Kemiri, Kebakkramat,

Karanganyar.

C. Manfaat

1. Bagi Mahasiswa

Setelah melakukan observasi, pengamatan, pengukuran diharapkan

dapat mengetahui sejauh mana faktor resiko kecelakaan kerja yang

diakibatkan oleh Debu dan Kebisingan di PT. Indo Acidatama Tbk,

Kemiri Kebakkramat, Karanganyar, sehingga dapat menambah wawasan

2
dan pengetahun tentang pentingnya keselamatan dan kesehatan kerja

perusahaan.

2. Bagi Perusahaan

Perusahaan diharapkan mendapat masukan dan informasi tentang

kondisi lingkungan kerja, resiko dan bahaya yang disebabkan oleh debu

dan kebisingan serta pentingnya keselamatan dan kesehatan kerja yang

telah dilaksanakan sebagai acuan untuk perbaikan lingkungan kerja dan

pentingnya program keselamatan dan kesehatan kerja selanjutnya.

3
BAB II

DASAR TEORI

A. Kebisingan

Kebisingan adalah bunyi yang tidak dikehendaki karena tidak

sesuai dengan konteks ruang dan waktu sehingga dapat menimbulkan

gangguan terhadap kenyamanan dan kesehatan manusia (Dwi P. Sasongko,

dkk, 2000). Definisi lain adalah bunyi yang didengar sebagai rangsangan-

rangsangan pada telinga oleh getaran-getaran melalui media elastis manakala

bunyi-bunyi tersebut tidak diinginkan (Suma’mur P.K., 1996). Kualitas suatu

bunyi ditentukan oleh frekuensi dan intensitasnya (Suma’mur P.K., 1996).

Frekuensi dinyatakan dalam jumlah getaran per detik/Hertz (Hz). Suatu

kebisingan terdiri dari campuran sejumlah gelombang gelombang sederhana

dari beraneka frekuensi. Intensitas atau arus energi per satuan luas yang

dinyatakan dalam desibel (dB) dengan memperbandingkannya dengan

kekuatan dasar 0,0002 dyne/cm2 yaitu kekuatan dari bunyi dengan frekuensi

1000 Hz yang tepat didengar oleh telinga manusia. Nilai ambang batas adalah

standar faktor tempat kerja yang dapat diterima tenaga kerja tanpa

mengakibatkan penyakit atau gangguan kesehatan dalam pekerjaan sehari-

hari untuk waktu tidak melebihi 8 jam sehari atau 40 jam seminggu

(Permenakertrans Nomor 13/Men/X/2011). NAB kebisingan di tempat kerja

adalah intensitas suara tertinggi yang merupakan nilai rata-rata, yang masih

dapat diterima tenaga kerja tanpa mengakibatkan hilangnya daya dengar yang

4
menetap untuk waktu kerja terus menerus tidak lebih dari 8 jam sehari dan 40

jam seminggu (A.M. Sugeng Budiono, dkk, 2003).

Nilai ambang batas yang diperbolehkan untuk kebisingan ialah 85

dBA, selama waktu pemaparan 8 jam berturut-turut (Benny L. Priatna dan

Adhi Ari Utomo dalam Edhie Sarwono, dkk, 2002). Kebisingan mengganggu

perhatian, sehingga konsentrasi dan kesigapan mental menurun. Efek pada

persyarafan otonom terlihat sebagai kenaikan tekanan darah, percepatan

denyut jantung, pengerutan pembuluh darah kulit, bertambah cepatnya

metabolisme, menurunnya aktivitas alat pencernaan. Menurut Cohen (1997)

dan Miller (1974) menyatakan bahwa akibat kebisingan terhadap kesehatan

fisik secara umum dapat meningkatkan tekanan darah, gangguan pencernaan.

Sedangkan terhadap kesehatan mental dapat menimbulkan sakit kepala, rasa

mual. Kebisingan mengurangi efisiensi dari banyak tugas, meningkatkan

tekanan darah, dan menurunkan volume aliran darah. Saat kita tidur dapat

menyebabkan perubahan electroencephalograms dan sirkulasi darah tanpa

kita merasakannya. Kebisingan menyebabkan kelelahan, kegugupan, rasa

ingin marah, hipertensi dan menambah stress.

B. Debu

Debu adalah partikel-partikel zat yang disebabkan oleh

pengolahan, penghancuran, pelembutan, pengepakan dan lain-lain dari bahan-

bahan organik maupun anorganik, misalnya batu, kayu, bijih logam,arang

batu, butir-butir zat padat dan sebagainya (Suma’mur,1988).

5
Partikel debu yang berdiameter lebih besar dari 10 mikron

dihasilkan dari proses-proses mekanis seperti erosi angin, penghancuran dan

penyemprotan, dan pelindasan benda-benda oleh kendaraan atau pejalan kaki.

Partikel yang berdiameter antara 1-10 mikron biasanya termasuk tanah dan

produk-produk pembakaran dari industri lokal. Partikel yang mempunyai

diameter 0,1-1 mikron terutama merupakan produk pembakaran dan aerosol

fotokimia (Fardiaz,1992).

Polutan partikel masuk ke dalam tubuh manusia terutama melalui

sistem pernafasan, oleh karena itu pengaruh yang merugikan terutama terjadi

pada sistem pernafasan. Faktor lain yang paling berpengaruh terhadap sistem

pernafasan terutama adalah ukuran partikel, karena ukuran partikel yang

menentukan seberapa jauh penetrasi partikel ke dalam pernafasan. Debu-debu

yang berukuran 5-10 mikron akan ditahan oleh jalan pernafasan bagian atas,

sedangkan yang berukuran 3-5 mikron ditahan oleh bagian tengah jalan

pernafasan (Yunus, 1997).

Penyakit paru kerja adalah penyakit yang disebabkan oleh partikel,

uap, gas atau kabut yang berbahaya yang menyebabkan kerusakan paru bila

terinhalasi selama bekerja. Saluran nafas dari lubang hidung sampai alveoli

menampung 14.000 liter udara di tempat kerja selama 40 jam keja satu

minggu (Aditama, 2006).

Pengukuran kadar debu di udara bertujuan untuk mengetahui

apakah kadar debu pada suatu lingkungan kerja berada konsentrasinya sesuai

dengan kondisi lingkungan kerja yang aman dan sehat bagi pekerja. Dengan

6
kata lain, apakah kadar debu tersebut berada di bawah atau di atas nilai

ambang batas (NAB) debu udara. Hal ini penting dilaksanakan mengingat

bahwa hasil pengukuran ini dapat dijadikan pedoman pihak pengusaha

maupun instansi terkait lainnya dalam membuat kebijakan yang tepat untuk

menciptakan lingkungan kerja yang sehat bagi pekerja, sekaligus menekan

angka prevalensi penyakit akibat kerja. Pengambilan/pengukuran kadar debu

di udara menggunakan Personal Dust Sampler (LVDS) Alat ini biasa

digunakan untuk menentukan Respiral Dust (RD) di udara atau debu yang

dapat lolos melalui filter bulu hidung manusia selama bernafas. Untuk flow

rate 2 liter/menit dapat menangkap debu yang berukuran < 10 mikron. Alat

ini biasanya dugunakan pada lingkungan kerja dan dipasang pada pinggang

pekerja karena ukurannya yang sangat kecil.

Nilai ambang batas (NAB) adalah standar faktor-faktor lingkungan

kerja yang dianjurkan di tempat kerja agar tenaga kerja masih dapat

menerimanya tanpa mengakibatkan penyakit atau gangguan kesehatan, dalam

pekerjaan sehari-hari untuk waktu tidak melebihi 8 jam sehari atau 40 jam

seminggu. Kegunaan NAB ini sebagai rekomendasi pada praktek higiene

perusahaan dalam melakukan penatalaksanaan lingkungan kerja sebagai

upaya untuk mencegah dampaknya terhadap kesehatan. Menurut Surat

Edaran Menteri Tenaga Kerja No. 01 tahun 1997 tentang Nilai Ambang Batas

(NAB) Faktor Kimia di Udara Lingkungan Kerja, NAB kadar debu yang

mengganggu kenikmatan kerja adalah 10 mg/m3 dimana debu tersebut tidak

mengandung asbes dan kandungan silika bebas < 1 %.

7
BAB III

HASIL

A. Gambaran Umum Lokasi

PT. Indo Acidatama Tbk terletak di Desa Kemiri, Kecamatan

Kebak Kramat, Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah. Pabrik ini mulai

didirikan pada tahun 1983 dengan nama PT. Indo Alkohol Utama, dan

diresmikan oleh Presiden Soeharto pada tanggal 20 Juli 1989. Tahun 1986

berubah nama menjadi PT. Indo Acidatama Chemical Industry dengan etanol

sebagai produk utama dan bergerak dakam industri agro kimia. Pada tahun

1987 dibangun pabrik seluas 11 hadengan kapasitas terpasang sebesar 18.000

kl etanol/tahun,asam asetat 12.000ton/tahun, dan etil asetat sebesar 4.500

ton/tahun. Berbagai upaya modifikasi danekspansi dilakukan sehingga dalam

satu dasawarsa kapasitas produksi menjadiyang terbesar di Indonesia dengan

luas lahan 22 ha. Setelah itu pada tanggal 4 Oktober 2005, melakukan merger

dengan PT. Sarasa Nugraha Tbk serta tercatat di Bursa Efek Indonesia

dengan kode SRSN pada group Industri Dasar dan Kimia. Pada Mei 2006,

berubah lagi menjadi PT. Indo Acidatama Tbk hingga sekarang. Mulai tahun

1988, dengan menggunakan mesin, peralatan dan teknologi pabrik dari

Jerman yang dalam pemasangan mesin dan peralatan seluruhnya dilakukan

oleh tenaga Indonesia. PT. Indo Acidatama Tbk mampu mengolah tetes tebu

(molasses) yang merupakan hasil samping pabrik gula menjadi produk etanol

hingga per tahunnya mencapai 50.000 Kl, asam asetat 16.500 ton dan

8
etilasetat 7.500 ton. Saat ini, kapasitas produksi etanol, asam asetat dan etil

asetat. Sumber bahan baku industri Ethanol, yakni tetes tebu (molasses).

Molasses adalah suatu bahan produk samping dari pabrik gula di Jawa

Tengah dan Jawa Timur.

Alkohol (ethanol) yang dihasilkan oleh PT Indo Acidatama Tbk.

Memiliki kadar 96,5% (alkohol p.a. ) dan lebih banyak digunakan untuk

bahan baku industri antara lain industri bahan kimia, obat-obatan, kosmetika

dan bahan pangan. Selain itu, untuk menciptakan efisiensi produksi yang

lebih tinggi, produksi ethaol ini diintegrasikan dengan pembuatan etil asetat,

pupuk organik serta pembuatan biogas sebagai salah satu sumber (umpan)

pada boiler.

Visi PT. Indo Acidatama Tbk adalah menjadi perusahaan Industri

Agro Kimia bertaraf Internasional yang ramah lingkungan. Misi PT. Indo

Acidatama Tbk adalah menjadi perusahaan industri kimia berbasis alkohol

bertaraf internasional yang ramah lingkungan dengan daya saing tinggi dalam

bidang kualitas dan kuantitas produk dengan selalu memberikan komitmen

terbaik kepada pelanggan dan secara terus-menerus meningkatkan efisiensi,

mengembangkan professionalitas dan tingkat pengetahuan (know how)

sumber daya manusia untuk meningkatkan kemakmuran bagi investor,

karyawan dan masyarakat.

Perkembangan PT Indo Acidatama Tbk. tidak hanya tedapat pada

kapasitas dan teknologi produksinya, namun juga dalam sumber daya

manusianya. Saat ini PT IACI memiliki karyawan sejumlah 358 orang,

9
dimana lebih dari 25% dari keseluruhan karyawan tersebut memiliki latar

belakang pendidikan sarjana dan sarjana muda.

Pembagian jam kerja di PT Indo Acidatama dibagi berdasarkan

status karyawan. Karyawan di PT IACI dibagi menjadi dua kelompok, yaitu

karyawan shift dan day shift.

1. Karyawan Shift

Karyawan shift terdiri dari karyawan yang langsung berhubungan

dengan proses produksi, diantaranya dalam unit produksi, utilitas,

fermentasi, dll. Jam kerja karyawan shift dibagi menjadi 3 jam kerja (3

shift):

a. Shift 1 (pagi), jam 07.00-15.00

b. Shift 2 (siang), jam 15.00-23.00

c. Shift 3 (malam), jam 23.00-07.00

Setiap keryawan shift akan mendapatkan semua jatah shift tersebut

dengan metode berganti setiap dua hari sekali.

2. Karyawan Day Shift

Karyawan day shift terdiri dari karyawan yang tidak berhubungan

langsung dengan proses produksi, seperti: karyawan administrasi,

sekretariat, perbekalan, gudang, dll. Jam kerja karyawan day shift diatur

sebagai berikut:

a. Senin-Jumat : jam 08.00-16.00

b. Sabtu-Minggu : libur

c. Jam istirahat : jam 12.00-13.00

10
d. Hari libur nasional merupakan hari libur

B. Hasil

1. Persiapan

a. Pengukuran Kebisingan

Alat dan bahan yang disiapkan :

1) Sound Level Meter

2) Stopwatch

3) Alat tulis

b. Pengambilan Sampel Debu

Alat dan bahan yang disiapkan :

1) Oven

2) Desikator

3) Pinset

4) Timbangan analitik

5) Personal Dust Sampler (PDS)

6) Kertas Filter & Filter holder

2. Pelaksanaan

Kunjungan lapangan mahasiswa kelas Reguler A semester 3 Prodi

DIII Kesehatan Lingkungan Poltekkes Kemenkes Yogyakarta

dilaksanakan pada tanggal 21 November 2017 tepatnya di PT. Indo

Acidatama Tbk.

11
Dimulai pada pukul 09.00 WIB seluruh mahasiswa kelas Reguler

A semester 3 didampingi dosen pembimbing yaitu Ibu Sri Muryani dan

Bapak Sigid Sudaryanto serta Ibu Naris Dyah berkumpul di kampus

pusat Poltekkes Kemenkes Yogyakarta. Peserta berangkat menggunakan

kendaraan bus menuju ke PT. Indo Acidatama Tbk. Lama perjalanan

menuju lokasi perusahaan kurang lebih tiga jam.

Pukul 13.30 mahasiswa sampai di lokasi, sebelum memasuki

perusahaan mahasiswa di berikan tanda pengenal berupa kartu

bertuliskan “Visitor” dan mahasiswa diberi arahan oleh pihak PT. Indo

Acidatama Tbk mengenai peraturan-peraturan yang harus ditaati selama

melakukan kunjungan. Setelah itu, mahasiswa diarahkan untuk

memasuki ruang seminar. Kemudian dari pihak perusahaan

memperkenalkan diri dan memberi sambutan dan dilanjutkan dengan

sambutan dari dosen pembimbing. Setelah itu, perusahaan

mempresentasikan gambaran umum PT. Indo Acidatama Tbk, baik

proses produksi, management produksi, sistem kerja perusahaan, dan

juga keamanan.

Pukul 15.30 WIB mahasiswa dan dosen pembimbing didampingi

oleh pihak perusahaan untuk melakukan tinjauan ke lapangan secara

langsung. Saat tinjauan lapangan, para mahasiswa di jelaskan mengenai

proses-proses produksi. Setelah berkeliling di perusahaan, para

mahasiswa melakukan pengambilan sampel debu dan melakukan

pengukuran kebisingan di perusahaan tersebut.

12
Di bawah ini adalah langkah-langkah melakukan pengukuran

kebisingan dan pengambilan sampel debu yang kami lakukan di PT.Indo

Acidatama:

a. Kebisingan

1) Menentukan lokasi pengukuran

2) Letakkan sound level meter pada ketinggian 1 - 1,2 m

3) Aktifkan sound level meter dengan menggeser tombol ON/OFF

4) Tekan tombol slow untuk jenis kebisingan terputus-putus

5) Geser range suara, sesuai dengan intensitas bunyi lingkungan

6) Pembacaan dilakukan setiap 10 detik selama 1 menit 40 detik

dengan menggunakan stopwatch. Hasil pengukuran adalah angka

yang muncul pada layar monitor Sound Level Meter

7) Mencatat setiap hasil pengukuran

b. Pengambilan Sampel Debu

1) Filter yang telah di oven dengan suhu 105 0C selama 1 jam dan

telah di desikator 30 menit serta di timbang dengan neraca

analitik (A gram) di laboratorium Poltekkes, diletakkan pada filter

holder dengan posisi yang kasar di atas.

2) Filter holder di pasang di Personal Dust Sampler (PDS) kemudian

di kalungkan lalu di ON kan selama 10 menit dengan kecepatan 2

liter per menit.

13
3) Filter holder di ambil dengan pinset dan di bawa ke laboratorium

Poltekkes.

4) Setelah di laboratorium, filter di oven 105 0C selama 1 jam dan di

desikator selama 30 menit, kemudian di timbang (B gram)

3. Pembahasan

a. Kebisingan

Formulir Bis 1

Intensitas kebisingan (dB A) pada detik ke- 

10 20 30 40 50 60 70 80 90 100

84,3 82,2 82,4 81,4 81,4 82,1 82,1 81,6 82,5 81,9 821,9

Formulir Bis 2

Kelas
Jumlah Prosen Jumlah Kum Prosen Kum
Interval
80 – 81 0 0 0 0

81 – 82 4 0,4 4 0,4

82 – 83 5 0,5 9 0,9

83 – 84 1 0,1 10 1

Dari praktikum pengukuran kebisingan dengan menggunakan

Sound Level Meter (SLM) yang dilakukan di PT. Indo Acidatama

didapatkan data seperti diatas. Dari data tersebut dapat dilakukan

perhitungan seperti dibawah ini :

14
(𝑷𝟏)
L= X + (𝑷𝟏+𝑷𝟐) × C

Keterangan :

L : Tingkat Kebisingan

X : Batas bawah yang mengandung modus

P1 : Beda frekuensi kelas modus dengan kelas di atasnya

P2 : Beda frekuensi kelas modus dengan kelas di atasnya

C : Lebar Kelas

(𝑃1)
L = X + (𝑃1+𝑃2) × C

(5−4)
L = 82 + (5−4)(5−1) × 2

(1)
= 82 + (5) × 2

= 82 + 0,4

= 82,4 dB

b. Debu

Berat awal filter sebelum pemaparan (A) : 16, 4268 gram

Berat filter setelah pemaparan (B) : 16,651 gram

Waktu pengambilan sampel : 10 menit

Perhitungan :

𝐵 𝑔𝑟𝑎𝑚−𝐴 𝑔𝑟𝑎𝑚
= 𝑥 1000
2 𝑙𝑝𝑚 𝑋 𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢 𝑝𝑒𝑛𝑔𝑎𝑚𝑏𝑖𝑙𝑎𝑛

15
16,651−16,4268
= 𝑥 1000
2 𝑙𝑝𝑚 𝑥 10 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡

0,2242
= 𝑥 1000
20

= 0.01121 x 1000

= 11,21 gr/m3

16
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Menurut Permenakertrans Nomor 13/Men/X/2011 Nilai Ambang Batas

kebisingan di wilayah kerja adalah 85 dBA untuk paparan 8 jam per

hari atau 40 jam per minggu. Dari praktikum pengukuran kebisingan

yang kami lakukan di PT. Indo Acidatama didapat rerata kebisingan

sebesar 82,4 dB. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa tingkat

kebisingan di wilayah kerja PT. Indo Acidatama aman untuk dilakukan

aktivitas tanpa ada penanganan kebisingan ditempat kerja.

2. Menurut Surat Edaran Menteri Tenaga Kerja No. 01 tahun 1997 tentang

Nilai Ambang Batas (NAB) Faktor Kimia di Udara Lingkungan Kerja,

NAB kadar debu yang mengganggu kenikmatan kerja adalah 10 mg/m3

dimana debu tersebut tidak mengandung asbes dan kandungan silika

bebas < 1 %. Partikel debu yang diperoleh dari hasil pengukuran di PT.

Indo Acidatama adalah 11,21 gr/m3. Maka dari hasil pengukuran kadar

debu tersebut, diperoleh bahwa kadar debu yang terukur di PT. Indo

Acidatama melebihi NAB kadar debu total yang diperkenankan.

B. Saran

Untuk mengukur tingkat kebisingan sebaiknya dilakukan ketika

kegiatan produksi sedang berlangsung, untuk pengukuran debu sebaiknya

tidak melakukan pengukuran pada cuaca mendung dan saat hujan, sebaiknya

17
melakukan pengukuran minimal 8 jam agar hasilnya lebih valid dan mencari

lokasi yang benar-benar berisiko teepapar debu yang tinggi.

18
DAFTAR PUSTAKA

https://www.acidatama.co.id/index.php diakses pada 2 Desember 2017

Dwi Sasongko P., dkk, 2000. Kebisingan Lingkunga. Semarang: UNDIP. Diakses
pada 2 Desember 2017

Dwiana Mei W, Eva. 2010. Pengaruh Beban Kerja Terhadap Denyut Nadi
Tenaga Kerja Di Bagian Mekanik Di PT. Indo Acidatama. Tbk. Kemiri,
Kebakkramat, Karanganyar. Surakarta: Universitas Sebelas Maret.
Diakses pada 2 Desember 2017

http://eprints.ums.ac.id/41124/8/BAB%20IV.pdf diakses pada 2 Desember 2017

http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/28644/Chapter%20II.pdf?
sequence=4 diakses pada 2 Desember 2017

https://www.scribd.com/doc/96684653/BAB-I-Lap-KI-Acidatama diakses pada


2 Desember 2017

19
LAMPIRAN

Foto bersama di depan bangunan Praktik kunjungan lapangan di


pabrik PT.Acidatama, Karanganyar

Cerobong asap wet srubber Cerobong air dan uap asap terlihat lebih
tidak pekat

Tabung penampung bahan kimia Residu batu bara

20
Pengambilan sampel debu dengan
Hasil penimbangan filter setelah
Personal Dust Sampler
pemaparan

21

Anda mungkin juga menyukai