Anda di halaman 1dari 126

1

Pendahuluan

Latar Belakang

Penyakit saluran pernafasan salah satunya adalah gangguan sistem paru,

dapat dideteksi dengan mengukur kapasitas fungsi paru utuk mengetahui

gangguan system paru. Gangguan fungsi paru dapat dilihat dari kondisi fungsi

paru yang tidak normal (Pearce, 2011). Paru-paru adalah sebagai alat pernapasan

yang utama.Kegiatan pertukaran gas oksigen dan karbon dioksida merupakan

fungsi paru-paru. Faktor dari luar tubuh (ekstrinsik) yang meliputi kandungan

komponen fisik udara, komponen kimiawi dan faktor dari dalam tubuh penderita

(intrinsik) mengakibatkan fungsi paru menjadi tidak maksimal (Pearce, 2011).

Menurut Depkes RI 2014, jenis polutan Sulfur dioksida (SO2), Karbon

monoksida (CO), Nitrogen dioksida (NO2), Oksidan (O3), Hidro Karbon (HC),

PM 10, PM2,5, TSP, Pb dan debu jatuh termasuk dalam jenis polutan yang berada

dilingkungan tempat kerja yang mampu menyebabkan gangguan fungsi paru.

Faktor kimia merupakan salah satu faktor terjadinya potensi bahaya di

tempat kerja.Debu merupakan unsur kimia yang paling sering ditemukan ditempat

kerja. Menurut Suma’mur (2013), pengertian debu merupakan unsur kimia padat

yang terjadi karena adanya proses kekuatan alami seperti pengelolaan,

pemeremukan, pelembutan, pengemasan yang cepat, peledakan, dari benda, baik

organik maupun anorganik.

Pekerja yang bekerja 8 jam kerja sehari mampu menghirup sekitar 10m3

udara sama dengan pernafasan pada orang yang dalam keadaan normal ketika

111
2

beristirahat. Seorang pekerja mampu menghirup udara sebanyak satu sendok

makan jika udara mempunyai 10 mg komponen debu kerja/m3. Stress berat yang

dialami seseorang berpengaruh pada organ saluran pernapasan untuk memicu

terjadinya penyakit paru dan penyakit saluran pernafasan lainnya seperti restriktif,

obstruktif atau kombinasinya diakibatkan karena adanya hubungan secara

langsung dalam jangka waktu yang lama dengan lingkungan tempat kerja yang

memiliki partikel debu kerja. Efek toksik pertikel, efek khusus dan hubungan

antara partikel toksik sangat berpengaruh terhadap bagian tempat partikel, lama

dan dosis pajanan, keretanan sel terhadap mekanisme terjadinya penyakit akibat

kerja (Harrianto, 2010).

Berdasarkan data International Labour Organization (ILO) pada tahun 2005

tentang kecelakaan kerjadan penyakit akibat kerja. Sebanyak 2,8 milyar pekerja

yang mengalami kejadian kematian sebanyak 2,2 juta pekerja kecelakaan kerja

dan penyakit akibat kerja. Berdasarkan data ILO tahun 2010 ditemukan jenis

proporsi penyakit yang dapat menyebabkan kematian karena adanya hubungan

dengan pekerjaan diantaranya adalah kanker akibat kerja dengan proporsi (34%),

kecelakaan akibat kerja dengan proporsi (25%), penyakit saluran pernapasan

akibat kerja dengan proporsi (21%), penyakit kardiovaskuler akibat kerja dengan

proporsi (15%) dan penyakit akibat kerja lainnya dengan proporsi (5%), dan data

ILO 2010 menunjukkan bahwa dideteksi kasus baru pneumoconiosis sekitar

40.000 terjadi di seluruh dunia setiap tahun.

Hasil dari riskesdas Insiden dan prevalensi penyakit saluran pernapasan di

Indonesia tahun 2018 adalah 3,2 persen dan 2,4 persen. Papua, Nusa Tetanggara
3

Timur, Gorontalo, Papua Baratdan Sulawesi Tengah merupakan lima daerah yang

memiliki kejadian terjadinya peristiwadan kasus penyakit pneumonia tertinggi

untuk semua umur (Riskesdas 2018).Faktor debu dan faktor individu dapat

mempengaruhi gangguan pernapasan akibat inhalasi debu. Debu dapat masuk

kedalam paru-paru melalui udara ketika seseorang bernapas akan tetapi, ukuran

debu menentukan debu dapat menumpuk pada jaringan karena semua tergantung

besar ukuran debu terserbut. Jalan napas bagian atas akan menahan debu-debu

yang berukuran 5-10 mikron, sedangkan jalan napas bagian tengah akan menahan

debu-debu yang berukuran 3-5 mikron dan pada permukaan jaringan dalam paru-

paru yang berukuran 1-3 mikron akan ditempatkan langsung (Suma’mur, 2011).

Gangguan kulit, kelainan saluran pencernaaan, gangguan pada mata dan

penyakit saluran pernafasan merupakan jenis dampak buruk yang diakibatkan oleh

aktivitas industri dizaman era globalisasi saat ini.Gangguan saluran pernafasan

pada manusia diakibatkan oleh partikel-partikel pencemar yang terdapat

dilingkungan manusia tersebut.Penyakit akibat kerja ditimbulkan melalui tempat

kerja yang selalu menimbulkan bahaya yang dapat mempengaruhi gangguan

kesehatan pekerja.Peningkatan kepatuhan pekerja, penurunan absensi dan

peningkatan produktivitas kerja dapat terjadi jika tempat kerja tersebut sehat,

aman dan nyaman dapat memberikan dampak yang positif terhadap pekerja dan

kesehatan pekerja.Angka kesakitan dan kecelakaan kerja meningkat,

meningkatnya biaya kesehatan dan menurunnya produktivitas kerja terjadi akibat

tempat kerja yang tidak sehat dan menghasilkan paparan zat bahaya yang dapat

mengganggu kesehatan pekerja (Salami, 2015).


4

Proses produksi dipegang oleh tenaga kerja sebagai peranan utama dalam

menghasilkan produk. Kemampuan, keselamatan, maupun kesehatan kerjanya

perlu mendapatkan perhatian khusus demi menghasilkan produksi yang baik.

Penyakit akibat kerja yang dialami oleh pekerja merupakan risiko bahaya

kecelakaan kerja , akibat hubungan langsung dari berbagai hal yaitu tenaga kerja

dan tempat kerja.Oleh sebab itu, setiap perusahan wajib memperhatikan dan

memberikan perhatian khusus terhadap kesehatan kerja pekerja demi tercapainya

produktivitas kerja yang meningkat dengan cara menuurnkan angka derajat

kesehatan tenaga kerja. Hal tersebut merupakan cara yang tepat bagi perusahaan

untuk terjadinya penyakit akibat kerja akibat yang diakibatkan oleh lingkungan

tempat kerja dan proses kerja (Soedirman, 2014).

Perlindungan atas keselamatan dan kesehatan kerja merupakan suatu yang

wajib diperoleh oleh setiap pekerja berdasarkan Undang-Undang Republik

Indonesia Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan. Dalam Permenaker

Nomor 05/Men/2018 hal tersebut bertujuan untuk upaya pengendalian kecelakaan

kerja dan penyakit akibat kerja dilingkungan kerja dengan cara menggunakan alat

pelindung diri dan menjamin keselamatan dan kesehatan tenaga kerja.

Memberikan alat pelindung diri yang sehat dan nyaman agar terhindar dari

gangguan kesehatan dan kecelakaan kerja yang diakibatkan oleh pekerjaan

merupakan suatu upaya terjadinya kesehatan kerja hal tersebut tercantum pada

Undang-Undang Kesehatan Nomor 36 Tahun 2009 pada pasal 164-166 tentang

Kesehatan Kerja. Untuk itu, perusahaan seharusnya tidak boleh mengabaikan


5

perlindungan atas kesehatan yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan

pekerja.

PT. Perintis Sarana Pancing Indonesia terletak di Jl. Industri No. 69A,

Tanjung Morawa, Sumatera Utara.Perusahaan ini memiliki jumlah pekerja

sebanyak 214 pekerja. Perusahaan ini memiliki 12 proses produksi. Adapun

proses pengolahan mata pancing yang dilakukan di PT Perintis Sarana Pancing

Indonesia dimulai dari lap kawat, potong I, grinding, potong II, auto

pembentukan, forged, heating, tampering, pencucian, pelapisan mata pancing,

sortir mata pancing, dan packing. Dimana setiap proses kerja memiliki faktor

resiko yang berbeda. Faktor risiko yang bisa terpapar oleh pekerja yaitu dari fisik,

kimia, dan ergonomi.

Salah satu masalah yang bisa ditemukan pada proses produksi di PT

Perintis Sarana Pancing Indonesia adalah faktor kimia dengan fokus masalah

debu. Paparan debu dapat mengakibatkan gangguan fungsi paru kepada pekerja

apabila pekerja tidak menggunakan APD seperti masker, serta terpapar debu lebih

dari NAB yang ditentukan.Oleh sebab itu, mengenai gambaran faktor penyebab

gangguan fungsi paru pada pekerja bagian grinding di PT Perintis Sarana Pancing

Indonesia Tanjung Morawa membuat tertarik peneliti untuk meneliti lebih lanjut

dan mengkaji lebih dalam terhadap hal tersebut.

Berdasarkan hasil survei pendahuluan, didapatkan informasi bahwa ada 12

proses produksi dalam pembuatan mata pancing. Pada 12 proses produksi di PT

Perintis Sarana Pancing Indonesia ini, pertama-tama kawat baja akan diambil dari
6

gudang bahan baku sesuai kebutuhan produksi. Kawat baja tersebut kemudian

akan dibaluri dengan bedak industri agar melepaskan minyak pada kawat

sehingga tidak mengganggu saat proses pemotongan kawat. Kawat baja yang

sudah di lap akan dipotong sesuai kebutuhan dan pemesanan pada proses Potong

I. Setelah dipotong, ujung-ujung kawat akan ditajamkan melalui proses grinding.

Setelah melalui proses gerinda, kawat tersebut akan dipotong menjadi 2 bagian

sama panjang pada proses Potong II. Kawat yang telah dipotong 2 akan dibentuk

menjadi mata pancing sesuai tipe yang diinginkan pada proses Auto

Pembentukan. Mata pancing tersebut ada 2 jenis, yaitu mata pancing karbon dan

mata pancing komersil. Kemudian, pada proses forged, bagian ujung mata

pancing karbon akan dipipihkan dengan menggunakan mesin, tetapi pada mata

pancing komersil tidak dipipihkan. Mata pancing tersebut akan disimpan di

gudang hasil potong. Mata pancing kemudian diambil dari gudang hasil potong

sesuai kebutuhan dan akan dibakar (heating) menggunakan oven khusus bersuhu

700-800°C dimana proses ini bertujuan untuk meratakan karbon yang menempel

pada kawat. Setelah itu mata pancing akan melalui proses tampering atau

pembakaran ulang untuk menguji kekuatan mata pancing tersebut. Setelah proses

pembakaran, mata pancing akan dicuci dengan larutan air soda, HCl, dan air

mengalir. Lalu mata pancing akan melalui proses pelapisan. Mata pancing akan

dilapisi tembaga terlebih dahulu, kemudian akan dilapisi nikel, black nikel, dan

timah sesuai dengan kebutuhan pemesanan. Mata pancing kemudian akan di uji

kekuatannya untuk menentukan kualitasnya. Setelah diuji kualitasnya mata

pancing akan disortir sesuai jenis dan ukurannya. Terakhir, mata pancing
7

akanditimbang dan dimasukkan kedalam kemasan kotak yang sudah diberikan

label sesuai pesanan yang diterima oleh perusahaan.

Pada proses bagian grinding mudah menimbulkan debu dari penajaman

kawat. Pada proses ini kawat mildesteel diambil sesuai kebutuhan produksi,

kemudian ujung kawat mildsteel tersebut diperhalus dan dipertajam sehingga

serpihan kawat yang dihaluskan dan dipertajam dapat menyebabkan gangguan

fungsi paru pada pekerja. Pada pekerja grinding saat bekerja menggunakan alat

pelindung diri sarung tangan dan alat pelindung mulut dan hidung yang tidak

sesuai dengan standarnya yaitu berupa serbet.Beberapa pekerja juga ada yang

tidak menggunakan alat pelindung diri karena merasa tidak nyaman dan sudah

terbiasa bekerja tanpa menggunakan APD.Berdasarkan wawancara awal, pekerja

bagian grinding sering mengalami gangguan kesehatan seperti batuk-batuk,

kesulitan untuk bernfas dan ingus menjadi warna hitam.Latar belakang tersebut

membuat peneliti tertarik untuk meneliti mengenai gambaran faktor penyebab

gangguan fungsi paru pada pekerja bagian grinding.

Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, yang menjadi permasalahan dalam

penelitian ini adalah mengenai gambaran fakor penyebabgangguan fungsi paru

pekerja bagian grinding di PT.Perintis Sarana Pancing Indonesia Tanjung

Morawa.
8

Tujuan Penelitian

Tujuan Umum. Untuk mengidentifikasikan gambaran faktor penyebab

gangguan fungsi paru pada pekerja bagian grinding di PT. Perintis Sarana Pancing

Indonesia Tahun 2018.

Tujuan Khusus. Tujuan khusus penelitian ini adalah :

1. Memahami gambaran fungsi paru berdasarkan pengukuran fungsi paru.

2. Memahami gambaran fungsi paru berdasarkan karakteristik individu yang

meliputi umur, tinggi badan, dan berat badan

3. Memahami gambaran fungsi paru berdasarkan riwayat pekerjaan.

4. Memahami gambaran fungsi paru berdasarkan masa kerja.

5. Memahami gambaran fungsi paru berdasarkan kebiasaan merokok.

6. Memahami gambaran fungsi paru berdasarkan penggunaan apd.

Manfaat Penelitian. Manfaat dalam penelitian ini adalah:

1. Bagi PT. Perintis Sarana Pancing Indonesia

Penelitian ini dapat menjadi masukan bagi PT. Perintis Sarana Pancing

Indonessia dalam melaksanakan program Keselamatan dan Kesehatan kerja

(K3) dan upaya pengendalian untuk pencegahan gangguan fungsi paru bagi

tenaga kerja.

2. Bagi Tenaga Kerja


11 9
9

Penelitian ini dapat menjadi masukan bagi tenaga kerja agar dapat meningkatkan

kesadaran dalam pencegahan penurunan gangguan fungsi paru.


10

Tinjauan Pustaka

Anatomi Pernapasan

Anatomi Saluran Napas Atas.Anatomi saluran napas atas terdiri atas

hidung, sinus paranasal, tulang turbinasi, faring, laring, dan trakea.Hidung

terdapat bagian internal (dibagian wajah yang menonjol) dan eksternal (septum

yang memisahkan rongga belorong) membrane mukosa yang banyak mengandung

vascular (mukosa hidung) berfungsi melapisi rongga hidung.Sel goblet yang

membalut perumukaan lapisan kulit dalam hidung dan bergerak ke nasofaring

diseksresi oleh lender secara terus menerus dengan adanya gerakan silia

diseksresi.Udara masuk kedalam paru-paru untuk memisahkan kotoran,

melembabkan, dan menghangatkan udara yang dihirup ke dalam paru-paru

merupakan fungsi hidung (Pearce, 2011).

Bilik presonansi saat berbicara merupakan fungsi dari sinus paranasal

yang menjadi tempat biasanya terjadi infeksi.Permukaan membran mukosa

saluran hidung dapat meningkat dipengaruhi oleh posisi dan bentuknya dengan

tujuan untuk sedikit menghambat arus udara yang mengalir.Lubang hidung

berdekatan dengan permukaan membrane mukosa yang merupakan jalan arus

udara masuk untuk menyaring partikel-partikel debu dan makhluk lainnya dalam

udara.Udara yang lembab dan hangat tersebut dihubungkan kesaraf sensitif sesuai

dengan suhu tubuh.Bau dapat deteksi dan dapat untuk mengeluarkan debu yang

mengiritas melalui bersin yang keluar merupakan kegunaaan saraf saat bekerja.

1110
11

Penghubung antarahidung dan rongga mulut ke laring disebut dengan

Faring.Faring terbagi dari beberapa bagian, yaitu nasal, oral, dan laring.Faring

dipagari oleh tonsil, adenoid, dan jaringan limfoid lainnya.Penerus ke bagian

batang limfe dagu yang menjaga tubuh agar terhindar dari organisme yang masuk

kedalam hidung dan tenggorokan merupakan struktur penting faring yang

berfungsi sebagai penyedia saluran traktus respiratoris dan digestif (Pearce, 2011).

Faring dan trakea yang terhubung ke struktur epitel kartilago disebut

dengan laring yang berfungsi sebagai vokalisasi, menjaga saluran pernapasan

dibawah dengan cara menutup secara cepat pada stimulasi mekanik, sehingga

benda asing tidak dapat masuk kedalam saluran napas.

Anatomi Saluran Napas Atas

Anatomi Paru. Organ yang berbentuk seperti kerucut dan sebagai alat

pernapasan utama disebut dengan paru-paru.(Pearce, 2011). Pembagian paru ada

dua jenis, yaitu:


12

1. Paru-paru kiri, terdapat satu fisura yaitu fisura obliges. Fisura obliges ini terdiri
menjadi dua lobus, yaitu :

a. Lobus superior, berada di atas dan sebagian di depan fisura.

b. Lobus inferior, berada di belakang dan di bawah fisura.

2. Paru-paru kanan: Pada paru-paru kanan terdapat dua fisura, yaitu :

a. Fisura oblique (interlobularis primer), berada pada bagian atas dan belakang

hingga ke hilus setinggi vertebra torakaliske-4 dan terus kebawah dan kedepan

searah dengan iga ke-6 sampai linie aksilaris media ke ruang interkostal ke-6

memotong margo inferior setinggi artikulasi iga ke-6.

b. Fisura transversal (interlobularis sekunder), berada pada aksilaris media yang

berjalan mendatar hingga memecah margo anterior pada artikulasio kosta

kondralis keenam terus ke hilus. Lobus inferior dari lobus medius dan lobus

posterior terpisahkan oleh fisura oblique.Lobus medius dari lobus superior

dipisahkan oleh fisura horizontal.

Lobus atas, lobus tengah dan lobus bawah, setiap lobus terbagi atas belahan

yang lebih kecil yang disebut segmen tiga lobus tersebut bagian dari paru-paru

kanan yang terbagi dari kedua fisura tersebut.Kerangka paru berada pada rongga

dada datar yang berhadapan ke tengah rongga dada atau kavum media stinum dan

pada bagian tengah itu terdampat paru/hilus.Selaput yang bernama pleura

membalut paru-paru. Pleura terbagi menjadi 2, yaitu :

1. Selaput paru yang membungkus paru secara langsung disebut pleura viseral

(selaput dada pembungkus).


13

2. Rongga dada sebelah luar dilapisi oleh selaput yang disebut pleura parietal.

Rongga pleura dapat ditemukan didalam kedua pleura ini.Aveoli yang

terdapat didalam paru berfungsi dalam pertukaran gas oksigen dan karbondioksida

dalam darah (Syaifuddin, 2012).

Anatomi paru

Fisiologi Paru. Sebagai alat pernafasan untuk melakukan kegiatan proses

pertukaran gas oksigen dan karbon dioksida merupakan fungsi paru. Pengantaran

oksigen ke sel dan pengantaran CO2 dari sel dan balik lagi ke atmosfer merupakan

proses pernafasan. Pernapasan dibagi menjadi empat mekanisme dasar untuk

melakukan fungsi tersebut yaitu (Pearce, 2011):

1. Keluar masuknya udara kedalam alveoli dengan udara luar melalui ventilasi

paru.

2. Aliran darah melalui paru-paru.


14

3. Untuk mencapai semua bagian tubuh diperlukan transport antara oksigen dan

karbondioksida

4. Pengaturan ventilasi.

Darah yang meninggalkan paru-paru akanmenyerap karbondioksida dan

oksigen dalam jumlah yang cukup. Pada waktu mengalir darah lebih banyak

datang dan paru-paru akan membawa gas karbondioksida yang tidak dapat

dikeluarkandan membawa oksigen dalam jumlah sedikit, dan berdampak

merangsang peningkatan memperbesar kecepatan pernapasan dan dalamnya

pernapasan.

Volume dan Kapasitas Fungsi paru.

Volume Paru.Pernapasan terjadi secara pasif yang tanpa disadari

seseorang dan berlangsung dalam keadaan normal.Volume paru terdiri dari empat

bagian adalah (Guyton, 2014).

a. Volume udara masuk dan keluar pada pernapasan normal. Besarnya TV pada

rata-rata orang dewasa sebanyak ±500 ml disebut volume tidal (Tidal Volume =

TV).

b. Volume udara yang masih dapat dihirup kedalam paru setelah volume tidal,

besarnya IRV biasanya mencapai ±3000 ml disebut dengan volume cadangan

inspirasi (Inspiratory Reserve Volume = IRV).

c. Volume udara yang masih dapat dikeluarkan dari paru sesudah

menghembuskan nafas, besarnya ERV pada keadaan normal adalah ±1100 ml


15

disebut dengan volume cadangan ekspirasi (Ekspiratory Reserve Volume =

ERV).

d. Udara yang masih tetap didalam paru setelah ekspirasi maksimal, besarnya RV

adalah ±1200 ml disebut dengan volume residu (Residual Volume = RV)

Kapasitas Fungsi Paru. Campuran dari volume paru dan dibagi menjadi

empat bagian (Amin, 2000):

1. Volume tidal ditambah volume cadangan inspirasi (IC = IRV + TV) disebut

dengan kapasitas inspirasi (Inspiratory Capacity = IC).

2. Volume cadangan inspirasi ditambah volume tidal ditambah volume cadangan

ekspirasi (VC = IRV + ERV + TV) disebut dengan kapasitas vital (Vital

Capacity = VC).

3. Volume cadangan inspirasi ditambah volume residu (FRC = ERV + RV) disebut

dengan kapasitas residu fungsional (functional residual capacity = FRC)

4. Volume total dari udara yang dikeluarkan dari paru setelah masuknya udara ke

dalam paru dengan maksimum yang diikuti oleh ekspirasi paksa minimum,

disebut dengan kapasitas vital paksa (KVP) atau forced vital capacity (FVC).

Pemeriksaan Fungsi Paru. Dilakukan menggunakan spirometer karena

lebih mudah digunakan, dan sederhana untuk memeriksa ekspresi

paksa.Memeriksa saluran pernapasan sejak awal berguna untuk mengetahui

perjalanan penyakit yang diderita dilakukan dengan pemeriksaan fungsi paru yang

dilakukan secara rutin (West, 2011).


16

Volume residu dan kapasitas paru yang memiliki bagian volume residu

dapat diketahui dengan pemeriksaan fungsi paru. Hasil yang didapat dicocokan

dengan nilai dugaan sesuai dengan karakteristik individu dapat dibaca dari hasil

print out pemeriksaan spirometri dengan datanya yang telah dimasukkan kedalam

laptop sebelum dilakukan pemeriksaan

Tabel Pernyataan Hasil Pemeriksaan Fungsi Paru

RESTRIKTIF KONDISI OBSTRUKTIF

≥ 80 NORMAL ≥ 75
60-79 RINGAN 60-74
30-59 SEDANG 30-59
< 30 BERAT < 30

Penjelasan pernyataan hasil pemeriksaan spirometri sebagai berikut :

1. Keterbatasan ekspansi paru ditandai dengan rendahnya kapasitas vital

(VC) dan volume istirahat rendah, tetapi jalan nafas meningkat dapat

menyebabkan gangguan fungsi paru restriktif (sindrom pembatan) (West,

2010). Pengukuran FEV1 maupun FVC sama-sama berkurang ehingga

FEV1/FVC hasilnya dapat kembali normal dan biasanya kapasitas vital

paksa (FVC) kurang dari 80% nilai prediksi merupakan hasil pengukuran

gangguan restriktif (Harrianto, 2010).

2. Aliran udara dapat terhambat jika terjadinya dengan rendahnya nilai FEV1

dan udara pada saat menghebuskan napas keluar berlangsung dengan cepat
17

hal tersebut dapat menyebabkan gangguan obstruktif (sindrom

penyumbatan). Kapasitas ventilasi dapat menurun disebabkan oleh saluran

udara pernafasan yang sempit dapat menyebabkan sindrom penyumbatan.

FEV1 menurun yang lebih besar disbanding dengan FVC sehingga

FEV1/FVC menurun 75% dan nilai FEV1 kurang dari 80% nilai prediksi

merupakan hasil pengukuran dari gangguan obstruktif (Harrianto, 2010).

Volume udara yang dikeluarkan pada waktu detik pertama disebut forced

expiratory volume in 1 second (FEV1). Orang normal berekspirasi selama 4-5

detik dan udara pernapasan pada detik pertama keluar sebesar 80% dari nilai

VC.Fase-fase selanjutnya tidak penting dibandingkan fase detik pertama yang

lebih penting.Banyaknya volume pada detik pertama tersebut menimbulkan

obstruksi pernapasan. Pada FVC-nya, interpretasi tidak didasarkan nilai

absolutnya. Dikatakan tidak normal bila FEV/FVC kurang dari 75%.Penurunan

FEV lebih besar dibandingkan kapasitas vital sehingga rasio FEV/FVC kurang

80% menyebabkan penyakit obstruktif seperti bronchitis kronik atau emfisema.

3. Kombinasi obstruktif dan restriktif (Mixed), adalah suatu gangguan fungsi

paru yang ditandai dengan rendahnya jumlah volume paru, kapasitas vital,

dan aliran udara sehingga nilai FEVl maupun FVC sama sama rendah.

Partikel debu yang terdapat di lingkungan kerja lokasi penelitian

bersumber dari debu anorganik golonganmetal yang bersifat inert yaitu debu besi

dan alumunium yang dapat menimbulkan gangguan paru akibat menginhalasi

debu tersebut.
18

Uji Fungsi Paru. Uji fungsi paru bertujuan untuk mengetahui penyakit

paru, gangguan pernapasan sebelum bekerja, dan setelah bekerja ditempat

tersebut, untuk menemukan riwayat penyakit secara dini serta mengetahui

kemampuan fungsi paru seseorang. Tujuan khususnya untuk menilai bahaya

ditempat kerja dan mengetahui bahaya pajanan debu terhadap fungsi paru.

Pengujian faal paru (fungsi paru) salah satunya dengan melakukan pemeriksaan

spirometri.Pemeriksaan spirometri dilakukan untuk mengukur objektif faal paru

dengan menggunakan alat spirometri. Mengukur volume paru statik dan dinamik

serta menilai perubahan dan gangguan fungsi paru dilakukan dengan pengukuran

melalui spirometri.

Pengukuran Fungsi Paru. Adapun langkah-langkah untuk melakukan

pengukuran kapasitas fungsi paru dengan spirometer menurut SNI 2004 :

1. Menekan switch power pada posisi on untuk menghidupkan alat.

2. Tombol ID pada alat ditekan .

3. Masukkan data pekerja yang diperiksa meliputi karakteristik pekerja, dan

lama bekerja.

4. Pekerja yang diperiksa mengigit mouth pieceyang terhubung dengan pipa

dari spirometer dan hidung dijepit agar pernafasan hanya terjadi dari mulut

saja.

5. Pekerja di arahkan untuk menarik dan mengeluarkan nafas dengan kuat

sebanyak-banyaknya sampai berhasil, ketika bunyi sudah timbul tekan tombol

ENT kemudian pekerja kembali untuk menarik nafas menarik nafas dan

menghembuskan sekuat - kuatnya dalam waktu yang cepat.


19

6. Untuk mengakhiri pemeriksaan tekan tombol stop.

7. Data ID dan grafik hasil pemeriksaan spirometer di catat dengan menekan

tombol VC dan FVC.

8. Tekan tombol print untuk membaca hasil print out.

Rendahnya Fungsi Paru Oleh Kualitas Udara

Proses Rendahnya Fungsi Paru Akibat Debu. Manusia membutuhkan

oksigen sebagai pembakaran zat makanan dalam tubuh untuk mendapatkan

energi. Udara melaluiproses respirasi diperlukan untuk pemenuhan kebutuhan

oksigen. Paru berfungsi sebagai tempat pertukaran gas antara darah dan atmosfer

(Pearce, 2011).Faal paru dipengaruhi oleh kualitas udara ketika berlangsung

hubungan udara dengan paru yang setiap saat. Kelembaban, suhu dan proses

merupakan faktor pencemaran udara.

Efek korosif dari bahan kimia dapat berkurang dengan rendahnya

kelembaban udara di daerah tercemar sedangkan, peningkatan efek korosif terjadi

pada di daerah yang tercemar yang kelembaban udara yang tinggi.Pada

permukaan bumi dengan suhu yang menurun dapat menaikkan kelembaban udara

relatif, sehingga di daerah yang udaranya tercemar efek korosif bahan

pencemarnya meningkat. Kecepatan reaksi suatu bahan kimia akan meningkat

apabila pada suhu yang meningkat.

Penyebaran bahan kimia pencemar yang bercampur dengan udara yang

tembus ke dalam tumpukan troposfer kemudian terbawa secara lurus dan

melintang didalam atmosfer bereaksi secara kimiawi dengan bahan lainnya.Polusi

yang tahan lama akan terbawa dalam jarak tempuh yang jauh dan jatuh ke
20

permukaan bumi menjadi partikel padat tetapi dalam mengikuti gerakan udara

polutan menyebar dan bercampur dalam butiran air serta mengembun jatuh ke

permukaan bumi (Suma’mur 2011).

Tiupan angin dapat dihambat dan dapat mencegah terjadinya pengenceran

kandungan udara polutan dihambat di tempat yang.Udara yang terkandung

polutan di permukaan bumi akan terbawa ke atas, ke dalam troposfer karena udara

panas yang merambat keatas. Pencemaran udara akankeci jika udara bersuhu

tinggi bergerak ke udara yang bersuhu rendah sambil membawa udara

yangmengandunh polutan. Polutan ikut terhirup dan sebagian akan masuk ke

dalam paru jika udara dalam keadaan tercemar. Selanjutnya sebagian partikel

mengendap di alveoli.Penurunan fungsi paru terjadi dengan adanya pengendapan

partikel dalam alveoli (Syaifuddin, 2012).

Mekanisme Penimbunan Debu Dalam Paru. Saaat bernapas udara yang

memiliki debu masuk kedalam paru-paru. Saluran pernapasan bagian atas akan

tertahan oleh debu yang berukuran antara 5-10 mikron, sedangkan bagian tengah

jalan pernapasan akan tertahan oleh debu yang berukuran 3-5 mikron.

Dipermukaan alveoli paru terdapat partikel yang berukuran 1 dan 3 mikron akan

ditempatkan sedangkan, partikel dengan ukuran 0,1 mikron pada permukaan

alveoli tidak begitu mudah hinggap, karena ukuran partikelnya tidak dapat

mengendap di permukaan. Gerakanbrown yang mengakibatkan debu ke luar

masuk ke alveoli menimbulkan pada permukaan alveoli atau selaput lendir debu

yang takaran kurang dari 0,1 mikron dan berukuran kecil tidak dapat mengendap

(Suma’mur, 2014).
21

Beberapa proses menumpuknya debu dalam paru menurut Suma’mur

(2014) antara lain :

a. Inertia, bagian debu yang bermassa besar tidak dapat menyimpang

mengikuti saluran udara, melainkan terus dan akhirnya menabrak selaput

lendir dan menumpuk disana. Terjadi pada waktu udara menyimpang

melalui jalan pernapasan yang tidak lurus.

b. Sendimentasi, ketika kelajuan udara sangat rendah kira-kira 1 cm/detik

maka penimbunan debu terjadi di bronkhi dan bronkhioli, sehingga gaya

tarik bekerja terhadap partikel debu.

c. Gerakan Brown, merupakan pengumpulan bagi partikel yang berukuran

kurang dari 0,1 mikron kemudian bergerak karena oleh gerakan brown

sehingga memungkinkan terjadi pembenturan dipermukaan alveoli dan

mengendap di sana.

Faktor Yang Memengaruhi Pengendapan Debu di Paru. Partikel yang

terihalasikan tidak semua mengalami pengendapan di paru.Pertahanan tubuh

individu dan ciri-ciri debu itu sendiri dapat mempengaruhi faktor pengendapan

debu di paru.Jenis debu, ukurandebu, konsentrasi partikel, waktu paparan dan

pertahanan tubuh termasuk dalam karakteristik debu.

Jenis debu selalu berhubungan dengan daya campur dan sifat kimianya.

Adanya perbedaan kemampuan pengendapan debu dengan daya larutan sifat

kimiawi debu dan tingkat keparahan yang ditimbulkan akan berbeda. Menurut

Suma’mur 2013, partikel debu dibedakan menjadi dua yaitu debu organik dan

debu anorganik.
22

Jenis Debu yang Dapat Memicu Gangguan Kesehatan pada Manusia.


No
Partikel Debu Jenis Debu
.
1. Organik a. Alamiah
1. Fosil
2. Bakteri
3. Jamur
4. Virus
5. Jenis sayuran
6. Hewan
b. Sintesis
1. Plastik

2. Anorganik a. Silika bebas


1. Kristal
2. Tidak berbentuk
b. Silika
1. Fibrosis
c. Metal
1. Inert
2.Bersifat keganasan

Faktor-Faktor Yang Memengaruhi Fungsi Paru. Ada beberapa

faktor yang terdapat dalam diri pekerja yang mempenaruhi fungsi paru antara lain:

1. Usia, merupakan faktor alami menurunkan kapasitas fungsi paru. Seiring

bertambahnya umur, kapasitas paru akan berkembang sampai optimum

mulai dari waktu bayi hingga dewasa kira-kira umur 24 tahun. Frekuensi

pernafasan dan kapasitas paru dipengaruhi dalam keadaan usia normal.

Frekuensi pernafasan sesorang berbeda berdasarkan umur, 16-18 kali

permenit pada orang dewasa sedangkan kurang lebih24 kali permenit

pada anak-anak dan kurang lebih 30 kali per menit pada bayi. Pada

individu normal seiring pertambahan umur sama dengan perkembangan

paru maka terjadi juga perubahan fungsi paru secara fisiologis. Ketika

seseorang berumur 30 tahun sudah mulai mengalami fungsi paru rendah


23

tetapi beberapa waktu lagi nilai fungsi paru dapat meningkat kemudia

menurun lagi secara bertahap (West,2010).

2. Merokok, adalah salah satu polutan udara. Merupakan unsur yang

berperan penting sebagai penyebab kanker paru pada perokok disebut tar

hidrokarbon aromatik. Seorang pria perokok berisiko 40 kali lebih besar

jika merokok dengan dosis 35 batang/perhari untuk karsinoma bronkial

dibandingkan bukan perokok.Kekuatan pernapasan meningkat memicu

terjadi gangguan bronchitis kronis, emfisema serta penyakit jantung

coroner disebabkan oleh satu batang rokok (West, 2010).

3. Masa kerja adalah lama seseorang bekerja ditempat kerja tersebut. Pekerja

yang telah terpapar bahaya selama bekerja disebabkan karena lamanya

orang tersebut bekerja dilingkungan kerja itu.(Suma’mur, 2013).

4. Pemakaian Alat Pelindung Diri (APD) dipakai untuk menjaga diri dan

tubuh dari bahaya di tempat kerja dan kecelakaan kerja yang bertujuan

untuk mencegah dan mengurangi kecelakaan akibat kerja atau penyakit

akibat kerja. Alat yang dipakai pada penelitian ini untuk menjagasistem

pernapasan dari partikel berbahaya yang ada di udara yang dapat

membahayakan kesehatan.Alat yang dipakai adalah masker yang sesuai

dengan standar keamanan dan kenyamanan.

Walaupun demikian, penggunaan alat pelindung diri tidak menjamin

seorang pekerja akanbebas dari gangguan pernapasan (Suma’mur, 2011).

Pemakaian alat pelindung diri merupakan usaha terakhir dalam upaya


24

perlindungan untuk menjaga pekerja dari bahaya kecelakaan kerja dan penyakit

akibat kerja.Alat pelindung diri harus memenuhi persyaratan (Suma’mur, 2011).

Jenis Alat Pelindung Diri (masker) antara lain sebagai berikut:

a. Masker pemisah debu, berguna untuk menjaa pernafasan dari hasil

pembakaran seperti; asap pembakaran, abu dan debu.

b. Masker berhidung, berguna untuk memisahkan debu yang berukuran

sampai 0,5 mikron.

c. Masker bertabung, merupakan masker yang lebih bagus dari pada masker

berhidung dan berfungsi untuk melindungi pernapasan dari bau gas.

Penyebab dan Karakteristik Gangguan Fungsi Paru. Bahan-bahan

penyebab gangguan fungsi paru dapat dikarakteristikkan ke dalam berbagai

macam yaitu disebabkan oleh adanya bahan-bahan baku kimia, seperti kandungan

logam yang tinggi serta bahan baku yang menggunakan cat, berbahan biologis

(bakteri, jamur, spora), serta berbahan fisik. Debu merupakan salah satu penyebab

dari adanya gangguan fungsi paru, baik yang berupa debu organik maupun debu

anorganik (Suma’mur 2011).

Gangguan fungsi paru terjadi dikarenakan paru-paru gagal melaksanakan

fungsinya, yaitu untuk mendapatkan oksigen untuk dipakai oleh sel tubuh dan

mengeluarkan karbondioksida yang dihasilkan oleh sel. Berbagai zat yang

terdapat di pabrik dan tambang dapat mengakibatkan gangguan saluran nafas dan

paru pekerja. Gangguan yang dialami tergantung pada jenis zat, debu, gas atau

asap yang dihirup.


25

Bahan penyebab dapat menurunkan gangguan fungsi paru, diantaranya

terdapat gas iritan, uap dan debu yang dapat menyebabakan iritasi pada jalan

napas (saluran napas) bagian atas.

Dampak Debu Terhadap Gangguan Fungsi Paru.Penyebab terjadinya,

letak paru, sifat penyakit paru dan perubahan struktur serta fungsi dapat menjadi

pedoman pengelompokan penyakit-penyakit pernapasan berdasarkan hal

tersebut.Penyakit yang memicu gangguan ventilasi obstruktif dan penyakit

yangmengakibatkan gangguan ventilasi restriktif kedua hal tersebut merupakan

klasifikasi penyakit pernapasan berdasarkan fungsi ventilasi. Hasil uji spirometri

dan uji fungsi paru dilakukan secara terus menerus untuk mendapatkan hasil

klasifikasinya dan ventilasi dipengaruhi oleh kebanyakan penyakit pernapasan.

Sifat debu, ukuran dan waktu paparan serta kekebalantubuh individu

sangat bervariasi tergantung pada konsekuensi patologis dan klinis akibat paparan

debu. Sifat kimia, fisika dan toksisitasnya tergantung dari bagian alat pernapasan

yang terkena dan respons eksposure.

Dalam jaringan, alveoli sangat tergantung dari kelarutan dan sifat kimia

terhadap debu yang masuk.Alveoli dapat menyebabkan reaksi radang yang akut

dan edema paru ketika semakin tinggi reaktifitas suatu substansi yang dapat

dicapai.Pembentukan granuloma dan fibrosis interstitial ditandai pada reaksi yang

sub akut dan kronis. Untuk mencapi interstitial seluruh debu harus mencapai

alveoli dan dihubungkan oleh magrofag, dikeluarkan bersama sputum atau ditelan.

Alveoli disini sangat praktis dan berkhasiat dalam menghilangkan debu dengan

menggunakan mekanisme clearance.


26

Pneumkoniosis adalah kelainan paru karena menumpuknya debu

didalam paru.Keadaan paru rendah memicu terjadi kapasitas vital paruakan

menurun dan dapat mengakibatkan rendahnya persediaan oksigen ke dalam

jaringan otak, jantung dan bagian-bagian tubuh lainnya hal tersebut terjadi

ketika pengerasan alveoli telah mencapai 10% (Aditama, 2010).

Debu yang tidak menimbulkan reaksi disebut debu non fibrogenik,

contohnya debu besi, kapur dan timah.Debu bersifat mendatangkan

dandapat menyebabkan reaksi walaupun ringan jika dalam dosis

besar.Hiperplasi kelenjar mukus terjadi ketika reaksinya memproduksi

lender yang berlebihan bila terus menerus berlangsung.Jaringan ikat

retikulin terbentuk dengan adanya jaringan paru berubah, jenis gangguan

paru inidisebut pnemokoniosis non kolagen.

Reaksi jaringan paru yang terbentuk ditimbulkan oleh debu

fibrogenik dengan jenis penyakit pneumokoniosis kolagen. Reaksi proses

pertahanan non spesifik muncul batuk, bersin, gangguan mukosiliar hidung

dan fagositisis oleh magrofag diakibatkan oleh debu yang masuk melalui

saluran nafas. Penyempitan terjadi ketika otot polos sekitar jalan

pernapasan dapat terangsang (Suma’mur, 2013).

Fokus akan terbentuk dan berkumpul di saluran limfe paru bagian

bawah ketika partikel debu masuk ke dalam alveoli dan akan difagositosis

olehmagrofag. Magrofag baru bebas terangsang oleh debu yang bersifat

berbahaya terhadap magrofag seperti silika.Silika bebas tersebut kemudian

difagositosis oleh magrofag baru sehingga terjadi autolisis, dan terjadi


27

berulang-ulang.Pembuatan jaringan ikat kolagen dan sendimentasi secara

transparan pada jaringan ikat tersebut dibentuk dan di destruksi magrofag

secara terus menurus karena berperan penting. Pada dinding alveoli dan

cairan tubuh , fibrosis terjadi pada parenkim paru (Danusanto, 2012).

Kerentanan individu merupakan faktor paling sulit untuk diukur.

Debu di tempat kerja akan terekspose dengan pemfokusan yang sama dan

rentang waktu paparan yang sama dapat memberikan kelainan klinis yang

berbeda pada pekerja. Penyakit paru dapat terjadi karena faktor keturunan

melalui efek dari merokok merupakan akibat karena adanya cleareace dari

paru.

Bentuk-Bentuk Gejala Pernapasan

Penyakit paru akibat kerja terjadi karena faktor lingkungan tempat kerja

yang menghasilkan partikel, uap, gas atau kabut yang berbahaya bagi fungsi paru

pekerja (Tjandra, 2010).Penyakit paru akibat kerja dapat dilihat dengan tanda dan

gejala umum. Beberapa dibawah ini tanda dan gejala pernapasan (Aditama, 2010):

1. Batuk

Merupakan gerakan spontan yang muncul karena gangguan

percabangan.Batuk berfungsi untuk membersihkan saluran nafas bagian

bawah. Termasuk gejala tersering gangguan gejala pernapasan tetapi,

batuk bukan merupakan gangguankhas, dan batuk di pagi hari merupakan

keluhan yang sering dialami (Ringel,2012). Menurut WHO (1995),

gangguan bronkitis, seperti batuk tanpa sputum dapat diakibatkan oleh

paparan jangka waktu panjang terhadap berbagai bahan kimia iritan.


28

2. Sputum

Sputum adalah batuk yang keluar dari saluran napas atas. Mukus yang

dihasilkan berlebihan mengakibatkan batuk tertimbun didalam faring,

sehingga mekanisme normal pembersihan pada saluran pernapasan tidak

berpengaruh lagi. Pembentukan cairan lengekt dan tebal yang banyak

diakibatkan karena gangguan fisik, kimia, atau infeksi pada membrane

mukosa.

Terjadinya batuk perlu diidentifikasi sumbernya, warna, volume, dan

ketetapannya.Sinus atau saluran hidung merupakan asal dahak jika berwarna

kekuningan membuktikan adanya penyakit pada dahak.Berwarna hijau merupakan

peringatan adanya penumpukan nanah pada dahak.Dahak berwarna hijau pada

pagi hari banyak dikeluarkan oleh penderita infeksi saluran nafas bagian bawah,

tetapi makin siang berubah warna menjadi kuning.Tanda edema paru akut dengan

dahak yang berwarna merah muda dan berbusa. Tanda bronkitis kronik dengan

dahak yang berlendir lekat dan berwarna abu-abu atau putih, sedangkan tanda

asbes paru atau bronkiektasissputum menjadi yang berbau busuk

3. Hemoptisis

Batuk darah, atau sputum yang berdarah merupakan istilah

hemoptisis.Pembuluhdarah paruyang mengalami kesinambungan pada

setiap proses dapat mengakibatkan perdarahan. Karsinoma bronkogenik,

infrak paru, bronkiektasis, dan abses paru penyebab hemoptisis lain.

4. Dispnea
29

Dispnea atau sesak nafas merupakan gangguan utama dari penyakit jantung

paru yang ditandai dengan perasaan sulit bernapas. Nafasnya menjadi

pendek atau merasa tercekik merupakan gejalan gangguan pernapasan

dispnea.Pada individu normal juga akan mengalami hal serupa setelah

melakukan kegiatan dengan tingkat yang berbeda dengan demikian sesak

napas tidak selalu menunjukkan adanya penyakit.

5. Nyeri Dada

Terjadi pada saluran pernapasan bagian bawah terjadi rasa nyeri, sakit dan

tertekan pada dinding dada atau pleura merupakan asal nyeri dada. Nyeri

dadaberhubungan dengan pernapasan yang ditandai dengan gejala sesak.

Kerangka Pikir

Variabel Independen Variabel Dependen

Karakteristik Pekerja Gangguan Fungsi Paru

1. Umur 1.Restriktif
2. Tinggi Badan
2.Obstruktif
3. Berat Badan
4. Kebiasaan Merokok 3.Kombinasi Restriktif
5. Pemakaian APD dan Obstruktif
6. Masa Kerja
4.Normal
7. Riwayat Penyakit

Gambar 2.3 Kerangka Pikir

Pekerja yang bekerja dibagian grinding saat proses kerja dapat

menimbulkan debu dari penajaman kawat mildsteel dan pekerja akan terkena

paparan debu. Adapaun gangguan fungsi paru pada pekerja yang terkena paparan
30

debu kawat mildsteel dibagi menjadi empat yaitu, restriktif, obstruktif, kombinasi

restriktif dan obstruktif, dan normal. Gangguan fungsi paru pada pekerja dapat

dipengaruhi oleh karakteristik pekerja yaitu, usia, kebiasaan merokok, masa kerja,

pemakaian alat pelindung diri, dan riwayat penyakit.


31

Metode Penelitian

Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian yang bersifat kualitatif

dengan menggunakan wawancara dan observasi yang bertujuan untuk

mendapatkan gambaran faktor penyebab gangguan fungsi paru terhadap pekerja

bagian grinding di PT Perintis Sarana Pancing Indonesia Tanjung Morawa.

Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi Penelitian.Penelitian dilakukan di PT Perintis Sarana Pancing

Indonesia Tanjung Morawa.

Waktu Penelitian.Waktu Penelitian dilakukan pada bulan Januari 2019

sampai dengan selesai.

Informan Penelitian. Sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan metode

snowball sampling. Pemilihan dilakukan secara langsung melalui pertimbangan-

pertimbangan yang ditentukan peneliti sesuai dengan tujuan dan masalah

penelitian.Pemilihan informan dilakukan berdasarkan ijin dari pihak perusahaan

untuk diteliti, maka yang sampel dalam penelitian ini adalah 15 pekerja bagian

grinding yang terkena paparan debu.

Sumber dan Pengumpulan Data

Data Primer.Data yang diperoleh peneliti secara langsung. Data primer

pada penelitian ini diperoleh dari cara wawancara dan pengukuran

fungsiparu langsung, pengukuran dilakukan untuk mengetahui fungsi paru


1131
32

dengan menggunakan alat dari balai K3 yaitu Spirometer yang akan

digunakan di grinding di PT.Perintis Sarana Pancing Indonesia.

Data sekunder.Data sekunder dalam penelitian ini diperoleh dari kantor

PT. Perintis Sarana Pancing Indonesia.

Definisi Konsep

1. Status Fungsi Paru adalah gambaran fungsi paru dalam menampung dan

menghembuskan udara pernapasan.

2. Umur adalah satuan waktu sejak pekerja lahir sampai penelitian.

3. Berat Badan adalah ukuran yang lazim atau sering dipakai untuk menilai

keadaan suatu gizi manusia.

4. Tinggi Badan adalah antropometri yang menggambarkan keadaan

pertumbuhan skeletal.

5. Masa Kerja adalah lama pekerja bekerja di industri mulai bekerja sampai

penelitain dilakukan.

6. Kebiasaan Merokok yaitu yang dapat merusak kesehatan dengan cara

menghisap asap dari hasil pembakaran rokok.

a. Perokok : orang yang telah merokok lebih dari 20 bungkus per tahun

atau satu batang rokok per hari selama satu tahun dan masih merokok

sampai satu tahun terakhir.

b. Bekas perokok : perokok yang berhenti merokok sekurang-kurangnya

pada 1 bulanterakhir.

c. Bukan perokok : orang yang tidak pernah merokok.


33

7. Penggunaan APD adalah APD berupa masker yang digunakan untuk

menutup hidung dan mulut selama melakukan pekerjaan guna melindungi

diri dari paparan debu.

9. Riwayat penyakit adalah penyakit pada saluran pernapasan dan paru yang

diderita.

Instrumen Penelitian. Dalam melakukan penelitian kualitatif, peneliti

merupakan instrumen utama, namun dibantu dengan instrument lain berupa

pedoman wawancara mendalam mengenai pelaksanaan inspeksi rutin/ umum dan

perilaku pekerja saat sedang bekerja. Adapun jenis wawancara responden secara

mendalam.Hal ini, menurut peneliti sangat efektif untuk mendapatkan kejelasan

dan kekuatan digunakan instrument pendukung berupa lembar observasi, alat

pencatat seperti buku tulis, pulpen, kamera handphone dan perekam suara..

Pengolahan data. Pengolahan data yang dapat digunakan dalam penelitian ini

adalah:

1. Mengumpulkan semua data yang diperoleh dari seluruh informan melalui

wawancara mendalam dan pengkuran.

2. Hasil wawancra mendalam dicatat kembali dan dibantu dengan rekaman yang

diperoleh pada saat wawancara mendalam ke dalam bentuk tulisan (verbatim).

3. Data yang telah disusun dalam bentuk tulisan (matriks).

4. Data yang telah disusun dalam bentuk transkip data selanjutnya dikategorikan

dalam bentuk matriks.


34

Keabsahan Data

Untuk mendapatkan data yang benar-benar valid dan memilki akurasi data

yang dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah, maka pengecekkan keabsahan

data yang diperoleh adalah salah satu tahapan yang dilakukan oleh peneliti.

Pengecekkan tersebut dilakukan dengan cara triangulasi, yaitu:

1. Triangulasi sumber yang dilakukan yaitu dengan cara cross checkdata

dengan membandingkan hasil wawancara dengan hasil observasi serta

membandingkan dengan isi suatu dokumen yang berkaitan.

2. Triangulasi metode, yaitu melakukan dengan beberapa metode antara lain

wawancara mendalamdan hasil observasi yang bertujuan untuk

mempertajam dan memvalidasi data hasil wawancara.

Analisis Data.Penulis menggunakan cara analisis data kualitatif yaitu

menggunakan analisis domain. Analisis domain digunakan untuk menganalisis

gambaran-gambaran dari objek penelitian yang ditelitti dan menemukan kategori

domain berdasakan dari hasil data yang terkumpul, wawancara mendalam dan

hasil observasi objek yang telah diperoleh.


35

Hasil Penelitian

Gambaran umum dan sejarah singkat PT. Perintis Sarana Pancing

Indonesia

PT. Perintis Sarana Pancing Indonesia didirikan atas dasar semangat dan

keinginan untuk memenuhi kebutuhan dan permintaan yang tinggi atas alat-alat

penangkapan ikan oleh pemancing yang ada di Indonesia. PT. Perintis Sarana

Pancing Indonesia didirikan pada tahun 1990 oleh Mr. Susanto dan dr. Lie King

Fuan, dengan bahan baku berkualitas tinggi dan penerapan teknologi jepang

dalam produksi alat-alat penangkapan ikan berkualitas Internasional.

PT. Perintis Sarana Pancing Indonesia menyediakan lebih dari 100 jenis

produk alat-alat penangkapan ikan. Dengan pangsa pasar yang besar, tim

profesional, konsistensi dan komitmen terhadap kualiatas, PT. Perintis Sarana

Pancing Indonesia akan menjadi produsen alat-alat penangkapan ikan terpercaya

dalam memproduksi alat-alat penangkapan ikan berkualitas yang berkelanjutan

untuk mencapai visi bersama. Dalam era kemajuan teknologi, PT. Perintis Sarana

Pancing Indonesia sangat menyadari bahwa bisnis membutuhkan mesin dan

peralatan yang berteknologi tinggi untuk memenuhi permintaan sesuai

perkembangan zaman.Itulah semangat yang membawa PT. Perintis Sarana

Pancing Indonesia untuk mengembangkan Sumber Daya Manusia dan Teknologi.

Nama Perusahaan : PT. Perintis sarana Pancing Indonesia ‘

Alamat : Jl. Industri No.69-A Deli Serdang

Kode Pos : 20362


1135
36

No. Telepon : 061-7940120

NPWP : 01.437.240.3.125.000

Bidang Bisnis : Industri alat-alat penangkapan ikan

Visi Dan Misi PT. Perintis Sarana Pancing Indonesia

Visi

Visi PT. perintis Sarana Pancing Indonesia : “Menjadi produsen yang

menghasilkan produk berkualitas Internasional dengan daya saing kompetitif

sehingga dapat menjadi andalan bagi pemancing”.

Misi

Misi PT.Perintis Sarana Pancing Indonesia :

a. Pengembangan Teknologi muktahir yang mengikuti perkembangan zaman.

b. Pengembangan Sumber Daya Manusia dengan pelatihan yang

berkesinambungan.

c. Menerapkan efisiensi di segala bidang.

d. Giat mengikuti pameran-pameran baik yang berskala Nasional maupun

Internasional.
37

Struktur Organisasi di PT. Perintis Sarana Pancing Indonesia


Direktur

General
Manager

Manager HRD
Data analyst

Staf
Manager Manager General Staf Rekrutmen &
Pemasaran Produksi Manager Pengembanga Personalia
n&
Pengawasan
Staf Pemasaran Kepala Staf Staf Staf SDM
Kepala Keuangan
Produksi PPIC Pembelian
Pengendalian
Mutu Staf Bagian
Umum

Kepala
Kepala
Kepala Gudang
Gudang
Bengkel
38

Jumlah Tenaga Kerja

PT. Perintis Sarana Pancing Indonesia (PSPI) memiliki jumlah

pekerja sebanyak 219 pekerja. Data karyawan dan karyawati di PT.

Perintis Sarana Pancing Indonesia dapat dilihat melalui kolom berikut :

Tabel Jumlah Tenaga Kerja

No Bagian Jumlah
.
1. Direktur 1
2. General Manager 1
3. Manager Marketing 1
4. Marketing 2
5. Manager Operasional 1
6. Finance Accounting & Tax 2
7. Manager HRD 1
8. Adm HRD 1
9. PPIC 2
10. Umum 2
11. Logistik 3
12. Qc.Packing 5
13. Timbang 10
14. Sortir Pancing 16
15. Adm Gudang 1
16. Pembelian 1
17. Gudang 13
18. Tek & Maintenance 7
19. Kepala Bagian Gudang 1
20. Qc. Produksi 24
21. Potong I 15
22. Grinding 16
23. Potong II 10
24. Bentuk Auto 28
25. Ring/Forged 17
26. Hand 5
27. Finishing/Heating 25
28. Satpam 7
29. P3K 1
30. Jumlah 219
39

Jam Kerja

Seluruh pekerja di PT. Perintis Sarana Pancing Indonesia memiliki

waktu kerja 8 jam kerja/hari, yaitu dimulai dari pukul 07.30 – 15.30 WIB.

Proses Produksi Mata Pancing di PT. Perintis Sarana Pancing Indonesi

Adapun proses pengolahan Mata Pancing yang dilakukan di PT.

Perintis Sarana Pancing Indonesia dimulai dari:

1. Lap kawat

Pada proses ini kawat milesteel akan diambil sesuai kebutuhan produksi,

kemudian kawat mildsteel tersebut akan di baluri dengan bedak industry,

yang bertujuan agar tidak berminyak sehingga tidak mengganggu saat

proses pemotongan.

2. Potong I

Pada proses Potong I kawat baja yang sudah di lap akan dipotong sesuai

dengan kebutuhan dan pemesanan.

3. Gerinda

Pada proses Gerinda kawat mildsteel yang sudah dipotong akan gerinda

dengan mesin untuk menajamkan bagian ujung kanan dan kiri pada kawat.

4. Potong II

Pada bagian Potong II kawat yang telah di gerinda akan dipotong menjadi

dua bagian dengan panjang yang sama, rata-rata satu potong kawat dapat

menghasilkan 2 mata pancing.


40

5. Auto pembentukan

Pada bagian Auto pembentukan, kawat yang telah dipotong menjadi dua

bagian, dibentuk sesuai tipe yang di inginkan

6. Forged

Pada bagian Forged mata pancing yang telah dibentuk akan dipipihkan

bagian ujungnya dengan mesin.

7. Heating

Pada bagian heating, matanpancing yang telah di pipihkan akan dibakar

mengnakan oven khusus yang bersuhu 700-800 derajat celcius dimana

proses ini bertujuan untuk meratakan karbon yang menempel pada kawat,

setelah dibakar mata pancing akan di dinginkan dengan larutan air garam

atau oil.

8. Tampering

Pada bagian Tampering, mata pancing dipanaskan kembali untuk menguji

kekuatan mata pancing tersebut. Proses ini menggunakan mesin oven.

9. Pencucian

Mata pancing yang telah dibakar dan dipanaskan akan dicuci dnegan

larutan air soda, HCl, dan air mengalir. Setelah dicuci mata apncing

dipisahkan dan direndam dalam air.

10. Pelapisan mata pancing

Pada bagian pelapisan, mata pancing akan dilapisi dengan tembaga

terlebih dahulu kemudian mata pancing yang telah dilapisi tembaga akan,

dilapisi kembali dengan timah, nikel, dan black nikel sesuai dengan jumlah
41

pesanan pada masing-masing jenis mata pancing. Proses pelapisan mata

pancing yang dilakukan juga memerlukan larutan kimia berupa larutan

asam.

11. Sortir mata pancing

Pada bagian penyortiran, mata pancing akan di uji kekuatan nya untuk

menentukan kualitas mata pancing tersebut. Setelah diuji kualitasnya mata

pancing akan disortir sesuai jenis dan ukurannya.

12. Pengemasan

Pada bagian pengemasan, mata pancing akan ditimbang dan dimasukkan

kedalam kemasan kotak yang sudah diberikan label. Sesuai pesanan yang

diterima oleh perusahaan.

Diperusahaan ini juga terdapat beberapa gudang sebagai tempat

penyimpanan, yaitu:

1. Gudang bahan baku

Fungsi gudang ini adalah sebagai tempat menyimpan bahan baku yaitu

mildsteel sebelum digunakan sebagai bahan baku untuk pembuatan mata

pancing. Ruangan ini dijaga kelembaban nya agar bahan baku tidak

mengalami korosif.

2. Gudang bahan siap bentuk

Fungsi gudang tersebut adalah sebagai tempat penyimpanan mata pancing

yang telah dibentuk dan dilapisi.

3. Gudang grinding
42

Fungsi gudang ini adalah sebagai tempat penyimpanan bahan baku mata

pancing yang sudah dipotong, bahan baku tersebut akan dikeluarkan dari

gudang apabila bahan baku tersebut akan di gerinda, dan disimpan kembali

di gudang ini setelah proses menggerinda. Dikeluarkan kembali apabila

ada permintaan dari konsumen untuk diproses.

4. Gudang peralatan bengkel

Fungsi gudang ini untuk menyimpan barang-barang perlengkapan bengkel

atau mesin pembuat alat produksi.

Unit pembuangan limbah tersebut berada ditempat khusus yang

terletak di bagian luar perusahaan. Dimana seluruh limbah dari setiap untit

produksi dialirkan melalui pipa, yang kemudian melewati proses

penyaringan limbah sehingga aman, dan tidak menimbulkan pencemaran

ketika dibuang ke lingkungan luar perusahaan.

Hasil Produksi

Hasil produksi yang dihasilkan dari bahan baku dan proses produksi di

PT. Perintis Sarana Pancing Indonesia adalah :

1. Mata pancing berlapis timah

2. Mata pancing berlapis nikel

3. Mata pancing berlapis black nikel

Metode Pelaksanaan K3
43

Metodepelaksanaanyang dipakai oleh PT. Perintis Sarana Pancing

Indonesia telah menerapkan system manajemen yang telah disertifikasi, adalah

menggunakan UU RI No. 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja dan UU RI

No. 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan. Dimana perusahaan tersebut

melaksanakan seluruh ketentuan kebijakan yang telah dimuat dalam peraturan

tersebut. Diketahui bahwa dalam melakukan proses produksi dapat menimbulkan

berbagai faktor risiko, baik itu dalam okum fisik, kimia, biologi, okummic, dan

psikologis yang dapat terpapar oleh pekerja. Untuk mencegah dan mengurangi

bahaya kesehatan dan keselamatan khususnya terhadap pekerja, perlu dilakukan

upaya-upaya kesehatan dan keselamatan kerja dengan melaksanakan kebijakan

yang terdapat dalam undang-undang.Dalam meningkatkan kesehatan pekerja,

perusahaan melakukan cek kesehatan diawal sebelum pekerja tersebut diterima

bekerja. Upaya pencegahan dalam kecelakaan kerja, perusahaan juga

menyediakan alat pelindung diri untuk dipakai para pekerja dan juga orang yang

akan memasuki wilayah kerja wajib mengenakan alat pelindung dir yang

disediakan, serta pihak perusahaan juga telah melaksanakan program BPJS

Ketenagakerjaan sebagaimana diatur dalam Permenaker RI No. 44 tahun 2015

tentang Penyelenggaraan program jaminan kecelakaan kerja dan jaminan

kematian bagi pekerja harian lepas, borongan, dan perjanjian kerja waktu tertentu

pada sektor usaha jasa konstruksi.

Sumber Daya K3
44

Berdasarkan PP No. 50 Tahun 2012 tentang Penerapan Sisitem

Manajemen K3, telah ditetapkan Panitia Pembina Keselamatan dan

Kesehatan Kerja (P2K3) di PT. Perintis Sarana Pancing yaitu:

1. Ketua P2K3

2. Wakil ketua

3. Sekretaris

4. Wakil Presiden

5. Anggota yang terdiri dari 16 orang.

Peran dan tugas dari P2K3 ditentukan berdasarkan PP NO.50

Tahun 2012, yaitu untuk melakukan program K3 dan menjaga Kesehatan

dan Keselamatan Kerja di perusahaan tersebut.

Peraturan Perundang-undangan K3 yang dilakukan oleh PT. Perintis

Pancing Indonesia, yaitu:

a. UU NO. 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja

b. UU NO. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan

c. PP No. 50 tahun 2012 tentang Penerapan Sistem Manajemen Kesehatan

dan Keselamatan Kerja (SMK3)

d. Permenaker No. 44 tahun 2015 tentang BPJS Ketenagakerjaan.

Kebijakan Mutu
45

Berdasarkan ISO9001:2015, Sistem Manajemen Mutu-Persyaratan.

Direktur PT. Perintis Sarana Pancing Indonesia telah menetapkan

kebijakan mutu selaras dengan visi perusahaan dengan pernyataan sebagai

berikut :

a. Direktur dengan segenap karyawan PT. Perintis Sarana Pancing Indonesia

berkomitmen menjadi produsen yang menghasilkan produk berkualitas

Internasional dengan daya saing kompetitif sehingga dapat menjadi

andalan bagi pemancing dengan menerapkan Sistem Manajemen Mutu

yang efektif, memuaskan kebutuhan customer (customer satisfaction) dan

kepatuhan terhadap hukum (law compliance) secara berkesinambungan

melalui pengembangan teknologi mutakhir yang mengikuti perkembangan

zaman, pengembangan sumber daya manusia dengan pelatiahan yang

berkesinambungan, menerapkan efisiensi di segala bidang, dan giat

mengikuti pamerab-pameran baik yang berskala Nasional maupun

Internasional, serta konsisten dalam mmenjaga kualitas produk.

Kebijakan K3

Kebijakan K3 yang dilakukan oleh PT.Perintis Sarana Pancing Indonesia

tersebut berdasarkan komitmen yang telah ditanda tangani oleh pimpinan

perusahaan yaitu :

1. Menempatkan aspek K3 sebagai prioritas di dalam pelaksanaan kegiatan

operasi.
46

2. Menerapkan dan meningkatkan Sistem Managemen K3 secara

berkelanjutan dengan menaati dan mematuhi peraturan dan Perundangan

K3 yang terkait dengan perusahaan.

3. Mengkonsumsi kebijakan K3 secara efektif dan kerjasama yang baik ke

setiap individu perusahaan dan pihak lain.

4. Menyediakan lingkungan kerja yang aman dan nyaman bagi semua

pekerja.

5. Menetapkan dan menerapkan program K3, pengendalian potensi bahaya

dan resiko di tempat kerja, serta meninjau ulang efektifitas

pelaksanaannya.

6. Memakai dan memlihara Alat Pelindung Diri dan alat-alat dalam proses

kerja sesuai standard.

7. Terlihat aktif dalam program K3 dan penerapannya.

8. Melaporkan kepada pimpinan apabila menemukan hal-hal yang dapat

membahayakan K3 pekerja dan asset perusahaan.

Kebijakan ini harus didokumentasikan, diterapkan dan dikomunikasikan agar

dijadikan pedoman oleh seluruh pekerja dan pihak-pihak yang berada dalam

lingkungan.
47

Susunan Organisasi K3 ( PanitiaPengelola K3 )

P2K3 di PT. Perintis Sarana Pancing Indonesia dibentuk awalnya pada tahun 2007, namun P2K3 tersebut tidak berjalan
dengan semestinya.Nama-nama yang telah dibentuk tidak menjalankan fungsi K3 dengan baik. Dengan demikian, dibentuk dan
dipilih kembali nama-nama untuk P2K3, yaitu sebagai berikut :

Ketua
Nama
Factory Manager
Seketaris
Nama
Ahli K3 Umum

Anggota
Nama
Anggota
Enginering
Nama
Produksi
Anggota
Nama
Gudang
48

Anggota
Nama
Keuangan

Anggota merupakan wakil-wakil dari setiap unit kerja yang telah memahami K3.

Anggota Anggota Anggota


Anggota
Nama Nama Nama
Pancasila & Nama
Marketing QC
GA PPIC
49

Karakteristik Informan

Gambaran karakteristik pekerja bagian grinding di PT. Perintis

Sarana Pancing Indonesia yang menjadi informan pada penelitian ini

berdasarkan jabatan, masa kerja, umur, tinggi badan dan berat badan.

Tabel 1.Distribusi informan berdasarkan jabatan

Jabatan Jumlah (orang)

Pekerja bagian grinding 5

Pekerja yang sudah dirumahkan 10

Total 15

Dari tabel diatas diketahui bahwa dari 15 informan, 5 orang sebagai

pekerja bagian grinding sedangkan 10 orang lainnya pekerja yang sudah

dirumahkan.

Tabel 2. Distribusi infroman berdasarkan jabatan setelah

dirumahkan

Jabatan Jumlah (orang)

Penjaga Toko 1

Tukang Ojek 3
Online

Tukang Becak 2
50

Tukang Bersih Ikan 1

Penjual Serabi 1

Tukang Tempel 1
Ban

Tukang Bengkel 1

Total 10

Dari tabel diatas diketahui bahwa dari 10 informan yang sudah

dirumahkan memiliki pekerja yang berbeda-beda tetapi, pekerja yang

sudah dirumahkan dominan memiliki pekerjaan sebagai tukang ojek

online.

Tabel 3. Distribusi informan berdasarkan umur

Jabatan U Jumlah
m (orang)
ur

Pekerja 28 1
grinding Ta
hu
n

33 2
Ta
hu
n

42 1
Ta
hu
n
51

44 1
Ta
hu
n

Pekerja 26 1
dirumahkan Ta
hu
n

27 1
Ta
hu
n

28 1
Ta
hu
n

35 1
Ta
hu
n

37 1
Ta
hu
n

38 1
Ta
hu
n

40 2
Ta
hu
n

42 1
52

Ta
hu
n

44 1
Ta
hu
n

Total 15
orang

Dari tabel di atas diketahui bahwa sebanyak 5 orang pekerja

bagian grinding rata-rata berumur > 28 Tahun dan sebanyak 10 orang

pekerja yang dirumahkan rata- rata berumur > 26 Tahun.

Tabel 4. Distribusi informan berdasarkan masa kerja

Jabatan M Jumlah
as (orang)
a
Ke
rja

Pekerja 7 1
grinding Ta
hu
n

8 2
Ta
hu
n

12 1
Ta
hu
53

20 1
Ta
hu
n

21 1
Ta
hu
n
Pekerja
dirumahkan 4 1
Ta
hu
n

5 1
Ta
hu
n

6 1
Ta
hu
n

10 1
Ta
hu
n
13 1
Ta
hu
n
15 2
Ta
hu
n

17 1
Ta
hu
54

18 1
Ta
hu
n

19 1
Ta
hu
n
Total 15 orang

Dari tabel di atas diketahui bahwa 5 orang pekerja bagian grinding

rata-rata telah bekerja selama lebih dari 7 tahun dan 10 orang pekerja yang

telah dirumahkan rata-rata telah bekerja lebih dari 5 tahun.

Tabel 5. Distribusi informan berdasarkan tinggi badan

Jabatan Ti Jumlah
ng (orang)
gi
Ba
da
n

Pekerja 16 1
grinding 6
c
m

17 1
0
c
m

17 1
55

3
c
m

17 1
4
c
m

17 1
5
c
m
Pekerja
dirumahkan 16 2
8
c
m

16 1
9
c
m

17 3
0
c
m

17 2
1
c
m
17 2
2
c
m
Total 15 orang
56

Dari tabel di atas diketahui bahwa sebanyak 5 orang pekerja

bagian grinding rata-rata memiliki tinggi badan lebih dari 166 cm dan

10 pekerja yang sudah dirumahkan memiliki tinggi badan lebih dari

168 cm.

Tabel 6. Distribusi Informan Berdasarkan Berat Badan

Jabatan Be Jumlah
rat (orang)
Ba
da
n

Pekerja 55 1
grinding kg

70 1
kg

79 1
kg

85 1
kg

10 1
0
kg
Pekerja
dirumahkan 65 1
kg

68 1
kg

70 1
kg
57

72 2
kg
74 1
kg
75 2
kg

80 1
kg

82 1
kg
Total 15 orang

Dari tabel di atas diketahui bahwa sebanyak 5 orang pekerja

bagian grinding rata-rata memiliki berat badan lebih dari 55 kg dan 10

pekerja yang sudah dirumahkan memiliki berat badan lebih dari 65 kg.

Gangguan Kesehatan Pada Pekerja


Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan peneliti terhadap

informan tentang gangguan kesehatan pada pekerja hal ini dijelaskan

dalam tabel matriks berikut melalui wawancara dengan para informan.

Informan (1-5) sebagai informan yang masih bekerja dibagian grinding

dan informan (6-15) sebagai informan yang sudah dirumahkan.

Matriks pernyataan informan mengenai gangguan kesehatan


selama bekerja.

No Informan Pernyataan
.
1. Informan 1 “Selama bekerja dibagian grinding saya sering
mengalami batuk-batuk yang terus-menerus
terjadi, sesak nafas, dan saat flu terjadi
mengeluarkan ingus yang berwarna hitam.”
58

2. Informan 2 “Selama bekerja saya sering mengalami


gangguan pernapasan, seperti batuk-batuk yang
sering terjadi, sesak nafas, dan ingus berwarna
hitam, terkadang saya juga mengalami gangguan
pencahayaan seperti pandangan menjadi kabur
karena debu yang berterbangan diruangan
kerja.”
3. Informan 3 “Saya sering mengalami gangguan selama
bekerja dibagian grinding ini, seperti batuk-
batuk, sesak nafas, dan mau juga ingus menjadi
warna hitam,pandangan kabur karena banyaknya
debu yang berterbangan.”
4. Informan 4 “Selama bertahun-tahun bekerja saya sudah
sering mengalami batuk yang terus-menerus,
sesak nafas, pandangan kabur karena paparan
debu, dan yang paling parah ingus saya menjadi
warna hitam.”
5. Informan 5 “Selama bekerja dibagian grinding ini saya
sering mengalami kesulitan untuk bernafas,
sering mengalami batuk-batuk dengan waktu
yang sangat lama, dada juga terasa sesak.
Namanya bekerja dibagian yang menghasilkan
debu itulah akibatnya.”
6. Informan 6 “Dibagian grinding ini debunya sangat banyak
dulu selama saya bekerja disana saya sangat
sering mengalami sesak nafas sulit untuk
bernafas, batuk-batuk yang sering dan ingus
juga mau jadi warna hitam.”
7. Informan 7 “Debu dibagian grinding dihasilkan dari
penajaman kawat jadi serpihan debu kawat
dibagian ini sangat banyak sehingga saya dulu
sering mengalami gangguan pernafasan, dan
sering juga jadi batuk-batuk.”
8. Informan 8 “Selama bekerja dulu saya sering mengalami
kesulitan untuk bernafas karena terkena paparan
debu waktu bekerja, dan batuk-batuk.”
9. Informan 9 “Debu dari serpihan kawat sangat sering
terpapar, terkadang buat saya sering merasakan
sesak nafas, batuk-batuk dan ingus itu jadi
warna hitam.”
10. Informan 10 “Paparan debu dibagian grinding ini sering
59

membuat saya jadi mengalami gangguan


kesehatan selama bekerja dibagian ini dulu.
Saya sering mengalami kesulitan untuk bernafas,
dan batuk-batuk yang berkepanjangan.”
11. Informan 11 “Selama bekerja dibagian grinding ini saya
sering mengalami gangguan pernafasan, batuk
dan ingus menjadi warna hitam akibat paparan
debu.”
12. Informan 12 “Selama bekerja dulu saya sering mengalami
kesulitan untuk bernafas akibat debu yang
sangat banyak diruangan grinding dan batuk-
batuk.”
13. Informan 13 “Debu yang terlalu banyak dari serpihan
penjaman kawat membuat saya sering
mengalami sesak nafas, batuk-batuk yang cukup
sering.”
14. Informan 14 “Selama bekerja dulu saya sering mengalami
kesulitan untuk bernafas, batuk yang cukup
sering dan ingus saya menjadi warna hitam
akibat paparan debu serpihan kawat.”
15. Infroman 15 “Dulu selama bekerja dibagian grinding saya
sering mengalami gangguan pernafasan, dan
batuk-batuk akibat debu dibagian tempat saya
kerja itu sangat banyak.”

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan tentang gangguan

kesehatan selama bekerja dibagian grinding, dapat diketahui bahwa 15

informan mengalami gangguan kesehatan yang cukup serius dan sering

dialami, informan dominan sering mengalami kesulitan untuk bernafas,

batuk-batuk dalam waktu yang sangat panjang, dan yang paling fatal

adalah saat pekerja flu ingus mereka menjadi warna hitam.


60

Faktor Penyebab Gangguan Kesehatan di Tempat Kerja

Gangguan kesehatan dapat dialami pekerja karena adanya faktor

penyebab yang berasal dari riwayat penyakit sebelum bekerja dan faktor

penyebab dari lingkungan kerja atau cara kerja. Berdasarkan hasil

wawancara yang dilakukan peneliti terhadap informan tentang mengenai

faktor penyebab gangguan kesehatan di tempat kerja, berdasarkan

pernyataan berikutmelalui wawancara dengan para informan.Informan (1-

5) sebagai informan yang masih bekerja dibagian grinding dan informan

(6-15) sebagai informan yang sudah dirumahkan.

Matriks Tentang Riwayat Penyakit Pekerja Sebelum Bekerja

No. Informan Pernyataan


1. Informan 1 “Enggak, saya sebelum bekerja disini ya
sakitnya sakit biasa seperti demam dan flu,
kalau batuk dan sesak saya rasain semenjak
bekerja dibagian grinding.”

2. Informan 2 “Sebelumnya saya tidak pernah mengalami


batuk yang terus menerus dan ingus
berwarna hitam semenjak bekerja saya
mengalaminya.”
3. Informan 3 “Tidak, kalau batuk palingan batuk biasa,
semenjak bekerja sering terpapar debu saya
sering mengalami batuk dan sesak.”
4. Informan 4 “Enggak, semenjak bekerja saja saya sering
mengalami batuk dan sesak juga.”
5. Informan 5 “Sebelum saya bekerja dibagian grinding
saya tidak pernah mengalami gangguan
pernafasan, dan batuk yang cukup sering.”
6. Informan 6 “Saya tidak memiliki riwayat penyakit
sebelumnya, setelah bekerja baru saya
61

mengalami gangguan kesehatan ini.”


7. Informan 7 “Tidak, semenjak bekerja bertahun-tahun
dibagian grinding saya mengalami gangguan
kesehatan.”
8. Informan 8 “Saya sebelumnya tidak pernah mengalami
sesak nafas, batuk yang terlalu sering dan
ingus menjadi warna hitam.”
9. Informan 9 “Tidak, saya tidak memiliki riwayat penyakit
sebelumnya, semenjak bekerja baru saya
mengalami gangguan kesehatan saat
bekerja.”
10. Informan 10 “Tidak, saya tidak memiliki riwayat penyakit
sebelumnya, akibat bekerja dan terpapar
debu saya jadi mengalami gangguan
kesehatan.”
11. Informan 11 “Tidak, saya tidak memiliki riwayat
penyakit. Selama bekerja dibagian grinding
dan terpapar serpihan debu kawat saya jadi
sering mengalami gangguan pernafasan.”
12. Informan 12 “Tidak, saya tidak memiliki riwayat penyakit
semenjak bekerja bertahun-tahun disini saya
baru mengalami gangguan pernafasan.”
13. Informan 13 “Sebelum bekerja dibagian grinding saya
tidak pernah mengalami gangguan sulit
untuk bernafas, batuk-batuk dan ingus
menjadi warna hitam, semenjak bekerja saya
mengalami seperti itu akibat hampir setiap
hari terkena paparan debu.”
14. Informan 14 “Tidak, saya tidak mememiliki riwayat
penyakit, semenjak bekerja dengan waktu
yang cukup lama baru saya mengalami
gangguan pernafasan.”
15. Informan 15 “Tidak saya sebelumnya tidak pernah
memiliki riwayat penyakit, setelah bekerja
saya baru mengalami berbagai penyakit.”

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan dengan seluruh

informan, mengenai riwayat penyakit sebelum bekerja dibagian grinding.

Berdasarkan hasil wawancara, seluruh informan bagian grinding menyatakan


62

bahwa informan sebelumnya tidak memiliki riwayat penyakit apapun,

semenjak bekerja dengan waktu yang cukup lama dan terpapar debu yang

hamper setiap hari membuat pekerja sering mengalami gangguan kesehatan

dibagian pernafasan.

Matriks Penggunaan APD Selama Bekerja

No Informan Pernyataan
.
1. Informan 1 “APD yang saya gunakan yang disediakan
perusahaan, seperti serbet sebagai penutup
hidung dan mulut, kacamata, dan sarung
tangan.
2. Informan 2 “APD yang saya pakai hanya serbet dan
sarung tangan saja, kalau kacamata biasanya
cuman saya letak dikepala terkadang saya
merasa gak nyaman juga.”
3. Informan 3 “Saya biasanya menggunakan hanya
menggunakan serbet dan sarung tangan aja,
kalau kacamata sangat jarang saya gunakan.”
4. Informan 4 “Saya selalu menggunakan semua APD yang
diberikan oleh perusahaan seperti serbet
sebagai penutup hidung dan pernapasan,
sarung tangan, kacamata.”
5. Informan 5 “Perusahaan menyediakan APD berupa
serbet, kacamata dan sarung tangan. Saya
selalu menggunakan APD yang lengkap
tetapi dengan ruangan kerja yang panas saya
sering merasa tidak nyaman saat
menggunakan APD.”
6. Informan 6 “APD yang disediakan perusahaan berupa
serbet, kacamata dan sarung tangan. Tetapi,
yang sering saya gunakan hanya serbet dan
sarung tangan. Saya jarang menggunakan
kacamata karena penggunaan kacamata tidak
nyaman.”
6. Informan 6 “APD yang disediakan perusahaan berupa
serbet, kacamata dan sarung tangan. Tetapi,
yang sering saya gunakan hanya serbet dan
63

sarung tangan. Saya jarang menggunakan


kacamata karena penggunaan kacamata tidak
nyaman.”
7. Informan 7 “Selama bekerja saya selalu taat
menggunakan APD yang disediakan
perusahaan, seperti penggunaan serbet
sebagai penutup hidung dan mulut, kacamata
sebagai pelindung mata dari serpihan debu,
dan sarung tangan agar terhindar dari luka
akibat kawat yang tajam.”
8. Informan 8 “Saya selama bekerja selalu menggunakan
serbet, kacamata dan sarung tangan.”
9. Informan 9 “Karena, serpihan debu dari penajaman
kawat sangat banyak jadi saya selalu
menggunakan serbet dan sarung tangan,
kalau kacamata jarang lebih sering kacamata
saya letakin diatas kepala.”
10. Informan 10 “Perusahaan menyediakan APD serbet,
sarung tangan dan kacamata, jadi saya
menggunakannya selalu saat bekerja walau
terkadang saya merasa tidak nyaman
dikarenakan suhu diruangan penuh debu dan
sangat panas.”
11. Informan 11 “Selama bekerja saya selalu menggunakan
APD yang lengkap karena debu diruangan ini
sangat banyak.”
12 Informan 12 “APD yang disediakan perusahaan cukup
efektif, saya selalu menggunakannya. Hanya
ruangan kerja yang penuh debu dan panas
membuat pekerja sering merasa tidak
nyaman saat menggunakan APD yang
lengkap.”
13. Informan 13 “Sewaktu bekerja saya selalu menggunakan
APD yang disediakan perusahaan agar
terhindar dari paparan debu yang berasal dari
penajaman kawat.”
14. Informan 14 “Saya selalu menggunakan APD saat bekerja
agar terhindar dari debu diruangan yang
sangat banyak.”
15. Informan 15 “Perusahaan mewajibkan penggunaan APD,
jadi saya selalu menggunakan serbet ,
kacamata dan sarung tangan.”
64

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan dengan para informan

mengenai penggunaan alat pelindung diri selama bekerja, perusahaan hanya

menyediakan serbet sebagai penutup mulut, sarung tangan dan

kacamata.Informan menyatakan lebih sering menggunakan alat pelindung diri

serbet dan sarung tangan.Informan juga mengatakan bahwa penggunaan apd

serbet tidak efektif karena, mereka masih sering merasa tidak nyaman saat

bekerja akibat serpihan debu kawat yang sangat banyak diruangan dan suhu

ruangan yang panas yang berakibat pekerja mudah merasak sesak.

Matriks Tentang Kebiasaan Merokok Pada Pekerja

No Informan Pernyataan
.
1. Informan 1 “Saya merokok sudah hampir 10 tahun
lebih biasanya saya menghisap 1 bungkus
atau lebih batang rokok.”
2. Informan 2 “Saya merokok sudah hampir 20 tahun
lebih biasanya dalam sehari saya menghisap
1 bungkus batang rokok.”
3. Informan 3 “Saya biasanya menghabisi 1 bungkus
batang rokok perhari dan saya merokok
sudah 15 tahun lebih.”
4. Informan 4 “Saya merokok sudah 10 tahun lebih
biasanya dalam sehari saya menghabisi 1
bungkus batang rokok.”
5. Informan 5 “Saya sudah merokok lebih dari 8 tahun dan
saya biasanya menghisap 1 bungkus rokok
dalam sehari.”
6. Informan 6 “Saya sudah merokok lebih dari 10 tahun
dan saya biasanya dalam sehari itu
menghisap 10 batang rokok perhari.”
7. Informan 7 “Saya sudah merokok lebih dari 6 tahun
setiap hari saya menghisap 3 batang rokok
dan itu biasanya saya merokok setelah
makan.”
65

8. Informan 8 “Saya sudah merokok lebih dari 15 tahun,


setiap hari saya bias menghisap 1 bungkus
rokok.”
9. Informan 9 “Saya sudah merokok lebih dari 20 tahun
dan saya biasanya menghisap 1 bungkus
rokok.”
10. Informan 10 “Saya sudah merokok lebih dari 5 tahun,
biasanya saya menghisap 5 batang rokok
setiap harinya.”
11. Informan 11 “Saya sudah merokok lebih dari 12 tahun
setiap harinya saya menghisap setengah
bungkus batang rokok sekitar 12 batang.”
12. Informan 12 “Saya sudah merokok lebih dari 15 tahun
setiap hari saya menghisap 1 bungkus
batang rokok yang berisi 12 batang setiap
hari.”
13. Informan 13 “Saya sudah merokok selama 6 tahun setiap
hari saya mampu menghisap 6 batang
rokok.”
14. Informan 14 “Saya sudah merokok selama 10 tahun lebih
dan setiap hari saya menghisap 12 batang
rokok atau setara dengan 1 bungkus rokok.”
15. Informan 15 “Saya sudah merokok lebih dari 12 tahun
dan setiap hari saya menghisap 1 bungkus
rokok yang berisi 12 batang rokok.”

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan dengan para informan

mengenai merokok, seluruh nforman menyatakan bahwa mereka sudah

merokok. Informan mengatakan bahwa merokok sudah merokok lebih dari

lima tahun informan mampu menghisap lebih dari tiga batang rokok setiap

harinya.

Matriks Prosedur Kerja Pekerja Saat Bekerja di Tempat Kerja

No Informan Pernyataan
.
66

1. Informan 1 “Berdiri terus, karna kan kami harus mengecek


kawatnya benar-benar sudah tajam atau belum
dan terkadang kami juga menuduk dan sedikit
mendekat ke alat penajamannya untuk
memastikan kawatnya dek.”
2. Informan 2 “Kami kerjanya berdiri terus karna kami harus
memegang lebih dari satu mesin yang bekerja,
jadi kadang ngecek mesin yang ini dulu habis
itu ngecek yang satu lagi dan kami juga harus
teliti akan ketajaman dan ukuran kawat dengan
itu kami juga harus menunduk agak mendekat
ke mesin penajaman untuk memastikan kawat
sudah sesuai atau belum.”
3. Informan 3 “Sikap kerja saya kebanyakan berdiri karnakan
saya tidak memegang satu mesin saja kadang
mau dua atau tiga mesin yang bekerja saya
pegang, jadi saya harus bergantian
mengeceknya dan kami dituntut untuk teliti
akan ketajaman dan ukuran kawat yang akan
diproduksi dengan demikian kami juga harus
menunduk dan sedikit mendekat dengan mesin
penajaman untuk pengecekan kawat.”
4. Informan 4 “Sikap kerja saya kebanyakan berdiri karnakan
kami disni semua tidak megang satu mesin
saja kadang mau dua atau tiga mesin yang
bekerja kami pegang, jadi kami harus
bergantian mengeceknya dan kami dituntut
untuk teliti akan ketajaman dan ukuran kawat
yang akan diproduksi dengan demikian kami
juga harus menunduk dan sedikit mendekat
dengan mesin penajaman untuk pengecekan
kawat.”
5. Informan 5 “Dalam sehari perorang bias megang tiga
mesin yang bekerja, dengan itu sikap kerja
saya setiap hari harus berdiri terus dan badan
itu harus sedikit menunduk kemesin untuk
melihat ukuran dan ketajaman kawat sudah
sesuai atau belum.”
6. Informan 6 “Setiap hari selama bekerja sikap kerja saya
selalu berdiri karena saya dalam seharikan
megang dua sampai tiga mesin yang bekerja
jadi saya juga kadang harus menundukan dan
67

mendekatkan penglihatan ke mesin yang


bekerja demi ukuran kawat dan ketajaman
kawat yang sesuai.”
7. Informan 7 “Sehari-hari selama bekerja dulu saya bekerja
itu selalu berdriri gak pernah duduk,
dikarenakan saya harus teliti memantau ukuran
dan ketajaman kawat.”
8. Informan 8 “Sikap kerja saya selama bekerja dulu selalu
berdiri dan badan itu harus menunduk kearah
mesin penajaman kawat.”
9. Informan 9 “Selama bekerja dulu sikap kerja saya selalu
berdiri untuk memantau dua sampai tiga mesin
yang bekerja dan sikap menunduk kearah
mesin mesin penajaman demi ukuran dan
ketajaman kawat yang sesuai.”
10. Informan 10 “Sikap kerja saya selama bekerja dulu selalu
berdiri dan menunduk karena saya harus
memantau terus mesin yang bekerja agar
ukuran dan ketajamannya sesuai.”
11. Informan 11 “Selama bekerja dulu saya harus berdiri terus
dan badan itu harus menunduk kemesin
penajaman, karena disini pekerja dituntut
untuk teliti akan ukuran dan ketajamannya.”
12. Informan 12 “Bekerja dibagian grinding ini dituntut sikap
kerja yang harus selalu berdiri dan badan yang
harus menunduk ke mesin penajaman kawat,
semuanya itu demi ukuran dan ketajaman
kawat yang sesuai.”
13. Informan 13 “Selama bekerja dulu saya sikap kerja saya
selalu berdiri karena saya harus memantau dua
sampai tiga mesin bekerja dan badan saya juga
harus menunduk kearah penajaman kawat agar
memastikan kawat sudah benar-benar tajam.”
14. Informan 14 “Sikap kerja saya selama bekerja sewaktu itu
selalu berdiri dan menunduk ke mesin
penajaman untu melihat dan memantau
kawat.”
15. Informan 15 “Selama bekerja dibagian grinding dulu sikap
kerja saya selalu berdiri tidak pernah duduk
dan badan dituntut harus menunduk ke arah
mesin penajaman kawat, untuk melihat ukuran
dan ketajaman kawat yang sesuai.”
68

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan dengan para informan

mengenai prosedur kerja selama bekerja dibagian grinding. Informan

mengatakan bahwa prosedur mereka bekerja selalu berdiri karena mereka

tidak hanya memantausatu mesin bahkan dua sampai tiga mesin harus mereka

pantau untuk melihat proses penajaman kawat dan melihat ukuran kawat yang

sesuai.

Gangguan Kesehatan Pada Pekerja Setelah Dirumahkan


Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan peneliti terhadap

informan yang sudah dirumahkan tentang kegiatan setelah dirumahkan,

dan gangguan kesehatan yang dialami hal ini dijelaskan dalam tabel

matriks berikut melalui wawancara dengan para informan.Informan (6-15)

sebagai informan yang sudah dirumahkan.

Matriks Gangguan Kesehatan Pada Informan Yang Sudah

Dirumahkan Dengan Pekerjaan Yang Baru.

No Infroman Pernyataan
.
1. Informan 6 “Selama menjaga toko saya mengalami
pendengaran karena tokonya kan dipinggir
pasar, batuk-batuk dan sesak nafas itu aja.”
2. Informan 7 “Selama saya ngegojek saya sering
mengalami kelelahan karena suhu yang
panas, batuk-batuk, pegal-pegal dan
terkadang sesak nafas.”
3. Informan 8 “Selama bekerja dengan kegiatan yang
sekarang saya mengalami mudah lelah
karena suhu yang tinggi, merasakan sesak
69

nafas karena paparan debu dari jalanan.”


4. Informan 9 “Selama bekerja sebagai tukang bersih ikan
saya sering mengalami gatal-gatal pada
tangan.”
5. Infroman 10 “Dengan pekerjaan sekarang saya sering
mengalami mudah lelah saat bekerja karena
suhu lingkungan yang panas, batuk-batuk
karena polutan dari jalanan.”
6. Informan 11 “Selama saya bekerja narik becak saya
sering mengalami pegal-pegal pada tangan
dan badan, kebisingan dari suara kendaraan
dijalan, lelah karena suhu lingkungan ketika
panas, dan batuk akibat polutan kendaraan.”
7. Informan 12 “Ketika saya bekerja dengan kegiatan yang
sekarang saya sering mengalami gangguan
pernafasan, batuk-batuk, pegal dan pusing.”
8. Informan 13 “Selama dengan pekerjaan yang baru ini
saya sering mengalami batuk-batuk dari
jalan dan asap kendaraan, kebisingan dari
kendaraan, dan pusing.”
9. Informan 14 “Pada pekerjaan yang baru ini saya sering
mengalami batuk-batuk, pusing dan badan
mudah terasa capek.”
10. Informan 15 “Selama bekerja dengan kegiatan yang
sekarang saya sering mengalami gangguan
pernafasan, batuk-batuk, pegal dan pusing.”

Berdasarkan wawancara pada informan yang sudah dirumahkan mengenai

gangguan kesehatan dengan pekerjaan setelah dirumahkan.Seluruh informan

mengatakan bahwa selama bekerja dengan kegiatan mereka sekarang, informan

sering mengalami gangguan pernafasan, batuk, mudah merasa lelah akibat suhu yang

panas, dan pegal-pegal.”

Matriks Gangguan Kesehatan Setelah Tidak Bekerja Pada Bagian

Grinding
70

No Infroman Pernyataan
.
1. Informan 6 “Setelah tidak bekerja dibagian grinding
lagi saya masih sering mengalami batuk-
batuk, sesak, dan ingus masih berwarna
hitam.”
2. Informan 7 “Setelah tidak bekerja dibagian grinding
lagi saya masih mengalami batuk-batuk
yang cukup sering, merasa sesak, dan ingus
menjadi warna hitam.”
3 Informan 8 “Saya masih sering mengalami batuk-batuk
yang masih sering dan kesulitan bernafas.”
4. Informan 9 “Setelah tidak bekerja lagi saya juga masih
sering mengalami gangguan kesehatan
berupa batuk-batuk masih sering, sulit
untuk bernafas dan ingus masih warna
hitam.”
5. Informan 10 “Saya masih pernah mengalami gangguan
pernafasan, batuk-batuk, dan ketika flu
ingus menjadi warna hitam.”
6. Informan 11 “Saya masih sering mengalami keluhan
selama di grinding dulu, saya masih sering
merasakan sesak nafas, batuk-batuk.”
7. Informan 12 “Setelah tidak bekerja lagi di grinding saya
juga masih sering mengalami kesulitan
bernafas, batuk-batuk dan ingus menjadi
warna hitam.”
8. Informan 13 “Saya masih sering mengalami gangguan
pernafasan, batuk yang cukup sering.”
9. Informan 14 “Selama tidak bekerja lagi saya juga masih
sering merasakan batuk-batuk, dan sesak.”
10. Informan 15 “Selama tidak bekerja lagi dibagian
grinding saya masih sering mengalami
kesulitan untuk bernafas, batuk dan ingus
juga masih berwarna hitam.”

Berdasarkan wawancara dengan informan yang sudah dirumahkan

mengenai keluhan setelah dirumahkan.Seluruh informan yang sudah

dirumahkan menyatakan mereka setelah tidak bekerja lagi masih sering


71

mengalami gangguan kesehatan ketika bekerja dibagian grinding misalnya

merasakan sesak nafas, batuk-batuk dan ingus menjadi warna hitam.

Pembahasan

Karakteristik Informan

Berdasarkan penelitian yang dilakukan di PT. Perintis Sarana Pancing

Indonesia diketahui bahwa yang menjadi informan dalam penelitian 5 pekerja

dibagian grinding dan 10 pekerja yang sudah dirumahkan.

Berdasarkan hasil penelitian juga diketahui bahwa 5 pekerja bagian

grinding rata-rata sudah bekerja lebih dari 7 tahun dan 10 pekerja yang

sudah dirumahkan telah bekerja dibagian grinding rata-rata lebih dari 5

tahun.Masa kerja mempunyai kecenderungan sebagai faktor risiko

terjadinya obstruksi saluran pernafasan pada pekerja industri yang berdebu

sejak mulai mempunyai masa kerja 5 tahun (Hyatt, 2006).

Gangguan kesehatan selama bekerja dibagian grinding

Berdasarkan penelitian tentang gangguan kesehatan selama bekerja

dibagian grinding.Pekerja memberikan pendapat bahwa pekerja sering

mengalami batuk-batuk yang cukup sering, kesulitan untuk bernafas dan ingus

menjadi warna hitam. Berdasarkan penelitian tentang bahaya, terjadi saat


72

proses produksi berlangsung menggunakan mesin untuk penajaman kawat dan

pembentukan ukuran kawat sehingga menimbulkan debu.

Menurut Ramli (2010) bahaya di tempat kerja timbul atau terjadi

ketika ada interaksi antara unsur-unsur produksi yaitu manusia, peralatan,

material, proses, atau metoda kerja seperti: bahaya mekanis, bahaya listrik,

bahaya fisis (bising, tekanan, getaran, suhu, cahaya, radiasi dan bahan kimia),
1167
pencemaran lingkungan, dan bahaya biologi.

Berdasarkan penelitian untuk tindakan untuk mengendalikan paparan

debu , manajemen membuat peraturan keselamatan dan kesehatan, seperti


1167
membuat standar operasional prosedur dan menyediakan alat pelindung diri

yang harus digunakan saat bekerja, tetapi berdasarkan hasil wawancara

diketahui bahwa alat pelindung diri yang digunakan oleh pekerja seperti

serbet tidak efektif dan sangat membahayakan pekerja karena penggunaan

serbet tidak selalu diganti serbet yang lain.

Menurut Salami dkk (2015) tindakan pengendalian pada penerima

bahaya akibat kerja ialah pendidikan dan pelatihan agar bekerja dengan aman

dan tidak menimbulkan kecelakaan kerja dan penggunaan APD atau alat

pengaman diri. Pendidikan dan pelatihan diberikan kepada karyawan agar

dapat terampil untuk memantau dan menilai kualitas lingkungan kerja,

termasuk mempelajari proses produksi, alat proses produksi, produk utama

dan sampingan, dapat memberi usulan cara kerja demi perbaikan lingkungan
73

kerja, mengukur besaran eksposur yang diterima pekerja, menguji sampel

lingkungan dan sampel biologis.

Faktor Penyebab Gangguan Fungsi Paru di Tempat Kerja

Berdasarkan penelitian untuk informasi tentang bahaya di tempat kerja

penting untuk karyawan, bahwa informasi tentang bahaya yang ada di tempat

kerja penting diberikan bagi karyawan, agar karyawan mampu melindungi

dirinya untuk memahami dan mengenali setiap bahaya di tempat kerja.

Hal ini sesuai dengan Oborne yang dikutip oleh Winarsunu (2008),

dua prinsip utama pemberian reinforcement adalah: pertama, reinforcement

positif cenderung membuat suatu tindakan lebih mungkin untuk dilakukan,

dan kedua, semakin sering suatu tindakan di beri reinforcement maka

pengaruh belajarnya akan semakin tinggi.

Tenaga kerja dapat membuat kesalahan-kesalahan akibat dari

terganggunya konsentrasi dan kurang fokusnya perhatian.Terganggunya

pelaksanaan dan pencapaian hasil kerja oleh kebisingan dapat dikarenankan

adanya perasaan terganggu atau melemahnya semangat kerja (Suma’mur,

2009).

Debu yang dihasilkan bersumber dari hasil proses penajaman kawat

kemudian berada di udara, sehingga dengan menggunakan banyak mesin

untuk proses penajaman kawat, debu yang dihasilkan akan lebih banyak.

Berdasarkan pernyataan para informan diketahui bahwa informan

menyatakan kondisi debu di grinding banyak, debu tersebut dihasilkan oleh


74

proses penajaman kawat mildsteel yang kemudian berterbangan diudara, yang

membuat pernapasan jadi terganggu sehingga bekerja menjadi tidak nyaman.

Pihak manajemen telah memberikan alat pelindung diri yang sesuai sebagai

solusi pengendalian untuk menghindari dampak dari debu tersebut tetapi,

tetap saja tidak bisa membantu sepenuhnya karena debunya tetap saja masih

banyak.Riwayat penyakit sebelum bekerja merupakan salah satu hal yang

penting untuk perusahaan ketika menerima pekerja untuk bekerja

diperusahaan tersebut, karena sangat berpengaruh terhadap prouktivitas

kerja.PT. Perintis Saarana Pancing sudah sesuai standarnya sebelum pekerja

diterima bekerja perusahaan telah menanyakan tentang riwayat penyakit

pekerja.

Berdasarkan pernyataan para informan tentang riwayat penyakit

diketahui bahwa informan menunjukan tidak memilik riwayat pekerjaan dan

tidak pernah sebelumnya mengalami gangguan kesehatan sebelum bekerja

dibagian grinding.

Merokok merupakan salah satu faktor timbulnya gangguan

kesehatan.Berdasarkan pernyataan para informan diketahui bahwa informan

rata-rata sudah merokok selama limatahun lebih dan menghisap lebih dari tiga

batang rokok per hari. Menurut Rahajoe dkk (1994) kebiasaan merokok dapat

menimbulkan gangguan ventilasi paru karena dapat menyebabkan iritasi dan

sekresi mukus yang berlebihan pada bronkus.Keadaan seperti ini dapat

mengurangi efektifitas mukosiler dan membawa partikel-partikel debu


75

sehingga merupakan media yang baik tumbuhnya bakteri.Asap rokok dapat

meningkatkan risiko timbulnya penyakit bronkitis dan kanker paru (Yunus,

1997).

Menurut hasil penelitian Suyono (2001) yang menyebutkan inhalasi

asap tembakau baik primer maupun sekunder dapat menyebabkan penyakit

saluran pernapasan pada orang dewasa. Asap rokok mengiritasi paru-paru dan

masuk ke dalam aliran darah. Merokok lebih merendahkan kapasitas vital

paru dibandingkan beberapa bahaya kesehatan akibat kerja. Pengaruh asap

rokok dapat lebih besar dari pada pengaruh debu hanya sekitar sepertiga dari

pengaruh buruk rokok (Depkes RI, 2003). Menurut Dhaise dan Rabi (1997)

tenaga kerja yang perokok dan berada di lingkungan yang berdebu cenderung

mengalami gangguan saluran pernapasan dibanding dengan tenaga kerja yang

berada pada lingkungan yang sama tetapi tidak merokok.

Pada penelitian ini berdasarkan pengukuran fungsi paru terdapat 2

(dua) orang pekerjagrindingmengalami gangguan fungsi paru memiliki

kebiasaan merokok. Dari kedua orang tersebut mengalami gangguan fungsi

paru restriktif. Kebiasaan merokok dapat menyebabkan gangguan fungsi

paru restriktif yang umumnya ditandai dengan penurunankapasitas vital dan

jalan nafas meningkat, hal ini selaras dengan pendapat Rahmatullah (2009)

yang menyatakan bahwa besarnya penurunan fungsi paru (FEV1)

berhubungan langsung dengan kebiasaan merokok (konsumsi rokok).


76

Pada orang dengan fungsi paru normal dan tidak merokok

mengalami penurunan FEV1 20 ml pertahun, sedangkan pada orang yang

merokok (perokok) akan mengalami penurunan FEV1 lebih dari 50 ml

pertahunnya (Rahmatullah, 2009). Oleh karena itu sebaiknya pekerja

menghentikan kebiasaan merokok untuk mencegah laju penurunan

FEV1.Disamping pengaruh rokok, paparan debu dalam waktu lama di

lingkungan kerja dapat menyebabkan terjadinya gangguan fungsi paru

obstruktif.Hal ini selaras dengan penelitian yang dilakukan oleh Aditama

(2006) bahwa pada pekerja yang berada di lingkungan dengan konsentrasi

debu yang tinggi dalam waktu yang lama (> 10 tahun) memiliki risiko lebih

tinggi terkena gangguan fungsi paru obstruktif.

Menurut teori yang dikemukakan oleh Moray IF, Nadel MB dalam

penelitian Khumaidah (2009) bahwa pemakaian APD (masker) oleh

pekerja industri yang udaranya banyak mengandung debu merupakan

upaya untuk mengurangi masuknya partikel debu kedalam saluran

pernafasan. Penggunaan masker diharapkan dapat melindungi pekerja dari

kemungkinan terjadinya gangguan pernafasan akibat terpapar udara dengan

kadar debu yang tinggi. Kebiasaan menggunakan APD (masker) yang baik

merupakan cara“aman” bagi pekerja yang berada di lingkungaan kerja

berdebu untuk melindungi kesehatan, sedangkan pada lingkungan kerja

dengan kadar debu yang rendah dapat diasumsikan bahwa pekerja tidak
77

akan terpajan debu di atas NAB meskipun tidak menggunakan APD

(masker) dengan baik. Hal ini sesuai dengan Suharyanto (2007) yang

menyebutkan alat pelindung diri yang digunakan untuk alat pernafasan

bertujuan untuk melindungi alat pernafasan terhadap gas, uap,debu atau

udara di tempat kerja yang telah terkontaminasi dan sifat racun atau

menimbulkan rangsangan. Tanpa alat pelindung diri, debu akan

menimbulkan efek yang lebih buruk, terutama debu respirabel terhadap

timbulnya kelainan klinis.

Berdasarkan pernyataan para informan mengenai tindakan pekerja

mengenai bahaya debu di tempat kerja diketahui bahwa informan menyatakan

kalau tindakan untuk pengendalian bahaya debu ini berupa penggunaan serbet

sebagai penutup mulut dan hidung dan sarung tangan.Penggunaan serbet yang

diberikan oleh perusahaan sangat berbahaya karena, penggunaan serbetnya

terus menerus tidak pernah diganti dengan serbet yang bersih.Informan juga

mengatakan bahwa mereka sering merasa tidak nyaman saat bekerja sambil

menggunakan APD didukung dengan suhu ruangan yang panas dan penuh

debu yang membuat pekerja merasa pengap.

Cara untuk mengurangi paparan debu terhadap pekerja adalah ketika

bekerja pekerja memakai APD.Pekerja tidak menggunakan APD saat bekerja

memicu terjadinya gangguan saluran pernafasan.Menurut Rijanto (2011),

tidak menggunakan alat pelindung diri dengan benar adalah tidak


78

menggunakan alat pelindung diri sebagaimana yang diharuskan, tidak

memelihara alat tersebut, atau tidak menggunakannya dengan cara yang

benar. Pada waktu melaksanakan pekerjaan, badan kita harus benar-benar

terlindungi dari kemungkinan terjadinya kecelakaan.Untuk melindungi diri

dari risiko yang ditimbulkan akibat kecelakaan maka badan kita perlu

menggunakan alat-alat pelindung ketika melaksanakan pekerjaan.

Hal ini sesuai dengan kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja di

PT. Perintis Sarana Pancing Indonesia yaitu keselamatan dan kesehatan kerja

menjadi tanggung jawab setia karyawan dan setiap karyawan memiliki

kewajiban untuk bekerja sama dalam program keselamatan kerja di

perusahaan dalam mencegah kecelakaan kerja.

Prosedur kerja merupakan cara kerja yang harus dilakukan pekerja.

Berdasarkan pernyataan para informan mengenai prosedur kerja selama

bekerja.Informan menyatakan bahwa prosedur kerja mereka selalu berdiri

karena satu informan memegang lebih dari satu mesin yang bekerja dan

informan harus secara bergantian mengecek mesin yang bekerja dan informan

juga dituntut untuk menunduk ke mesin guna melihat ketajaman kawat dan

ukuran kawat sudah sesuai dengan permintaan atau tidak.Prosedur kerja yang

terus menerus berdiri mengakibatkan paparan debu lebih cepat masuk dan

terhirup.

Menurut Winarsunu (2008) yang mengutip pendapat Reamer (1980),

bahwa indikasi tinggi rendahnya sikap terhadap keselamatan kerja dapat


79

dilihat dari keputusan untuk mendukung atau tidak mendukung keselamatan

kerja setelah pekerja mengalami pertentangan atau konflik antara kebutuhan

untuk melakukan sesuatu secara aman tetapi tidak menyenangkan di satu sisi

berhadapan dengan tuntutan untuk memuaskan kebutuhan yang

menyenangkan tetapi dilakukan secara tidak aman.

Gangguan Kesehatan Pada Informan Yang Dirumahkan

Pekerja yang dirumahkan sudah tidak bekerja lagi selama 6 (enam) bulan,

mereka tidak bekerja lagi karena produksi perusahaan yang menurun tetapi

perusahaan membuat kebijakan membayar 75% gaji pekerja yang dirumah setiap

bulannya. Pekerja yang dirumahkan setelah tidak bekerja lagi langsung mencari

pekerjaan lain untuk membiayai kehidupan keluarga mereka masing-masing.

Berdasarkan pernyataan informan yang sudah dirumahkan, mereka

sudah memiliki pekerjaan yang berbeda semenjak dirumahkan dan sudah

bekerja selama enam bulan.Selama bekerja dengan kegiatan yang sekarang

informan masih mengalami gangguan kesehatan, dan setelah dirumahkan

informan juga masih mengalami gangguan kesehatan seperti bekerja

digrinding dulu.Informan menyatakan mereka masih sering mengalami

kesulitan untuk bernafas, batuk-batuk yang cukupsering dan ingus berwarna

hitam.
80

Kesimpulan Dan Saran

Kesimpulan

Berdasarkanhasil penelitian yang dilakukan di PT. Perintis Sarana Pancing

Indonesia pada pekerja bagian grinding mengenai gambaran faktor penyebab

gangguan fungsi paru, maka dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Diketahui 5 dari pekerja yang masih bekerja 2 memiliki gangguan

kesehatan fungsi paru restriktif ringan berdasarkan pengukuran dari

pihak Balai K3.

2. Diketahui dari pernyataan 10 informan yang sudah dirumahkan

melalui wawancara masih mengalami gangguan kesehatan seperti

masih bekerja yang dibagian grinding dulu.

3. Diketahui faktor penyebab yang signifikan untuk terjadinya gangguan

fungsi paru pada pekerja yaitu, pemakaian alat pelindung diri,

kebiasaan merokok, lama kerja dan prosedur kerja, sedangkan umur,

berat badan dan tinggi badan tidak menjadi faktor penyebab terjadinya

gangguan fungsi paru yang signifyikan.

4. Debu dari bagian grinding berasal dari mesin yang bekerja saat

penajaman kawat mildsteel dan menghasilkan serpihan debu.


81

Saran 75

1. Pihak manajemen PT. Perintis Sarana Pancing seharusnya menyediakan

alat pelindung diri dan melakukan pengawasan penggunaan alat pelindung

diri pada pekerja saat bekerja.

2. Pekerja seharusnya menggunakan masker sesuai standard seperti serbet dan

sejenisnya di tempat kerja.

3. Pekerja seharusnya berhenti dari kebiasaan merokok.

4. Perusahaan seharusnya melakukan cek kesehatan secara berkala

minimal 2 kali dalam setahun


82

Daftar Pustaka

Aditama, Y. T. (2010). Kesehatan dan Keselamatan Kerja .Jakarta: Penerbit


Universitas Indonesia.
Asna, A.S. (2013). Hubungan Antara Lama Paparan Kadar Debu Batubaru Dengan
Penurunan Kapasitas Fungsi Paru Pada Tenaga Kerja di Unit Boiler
Batubara PT. Indo Aciditama Tbk. Artikel Publikasi Ilmiah.Universitas
Muhammadiyah Surakarta.
Anies.(2014). Kedokteran Okupasi Berbagai Penyakit Akibat Kerja dan Upaya
Penanggulangan dari Aspek Kedokteran. Yogyakarta: Ar-ruzz Media.
Danusanto, H. (2012). Buku Saku Ilmu Penyakit Paru . Cetakan Kedua. Ed.
Rachmah, Lani. Jakarta Hipokrates.
Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI.(2018). Peraturan Menteri Tenaga
Kerja dan Transmigrasi No.Per.05/Men/2018 tentang Keselamatan dan
Kesehatan Kerja di Lingkungan Kerja. Jakarta: Depnakertrans RI.
DepkesRI. 1993. Upaya Kesehatan Kerja Sektor Informal diIndonesia. Jakarta:
Depkes RI
Depkes RI. (2014). Riset Kesehatan Dasar. Jakarta: Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan RI.
Guyton, A. C., Hall, J. E., (2014). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran.Edisi 12.Jakarta :
EGG, 1022
Harrianto,R.(2010). Buku Ajar Kesehatan Kerja. Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran EGC.

Hyatt, R. E. Scanlon, P. D. Nakamura, M. 2006.Static (absolute)LungVolume, In


Interpretation of Pulmonary Function Tes-A Practical Guide. 2nd ed:
Lippicott William & Wilkins.
83

Philadelphia.www.ISOC.org/internet.history/brief/html/origins. diakses
tanggal 20Agustus 2013 Pukul 19.00 wib.

Ikawati, Z.(2009). Uji Fungsi Paru.http://www.mfk.farmasi.ugm.ac.id/files/


news/Lung fuction test.pdf (12/11/2009)

Larasati D. Y. (2015) Pengaruh Paparan Debu Batubara Terhadap Status Faal Paru
Pekerja di PT. X Surabaya Tahun 2015.(Skripsi).Universitas Airlangga.
Luthfiah N. F. (2011) Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Gangguan Fungsi
Paru Pada Pekerja Industir Kapur
1177 Desa Padalarang Kabupaten Bandung
Barat Tahun.(Skripsi).Universitas Indonesia.
Mallapiang, F, dan Aulia, I. (2014.)Analisis Potensi BahayaDanPengendaliannya
Dengan Metode HIRAC, Studi Kasus : Industri Kelapa Sawit PT.
Manakarra Unggul Lestari (PT.MUL) Pada Stasiun Digester dan Presser,
Clarifier, Nut dan Kernel, Mamuju, Sulawesi Barat Tahun 2014.Jurnal
Keselamatan dan Kesehatan Kerja FakultasIlmu Kesehatan Universitas
Islam Negeri Alauddin Makassar.
Notoatmodjo, S.(2012). Promosi Kesehatan dan Perilaku Kesehatan.Jakarta:

Rineka Cipta

Organization ILO.Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Tempat kerja. 2013.


Pearce, C.E.(2011). Anatomi dan Fisiologi Untuk Paramedis. Jakarta: Penerbit PT
Gramedia Pustaka Utama.
Peraturan Pemerintah (2003). Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun
2003 tentang Ketenagakerjaan. Jakarta: Anonim.
Raharjoe, N. Boediman, I. Said, M. Wirjodiarjo, M. Supriyatno, B.
1994.PerkembangandanMasalahPulmonologyAnakSaatIni.Jakarta: FKUI

Rahmatullah,P. 2009. Pneumonitis Dan Penyakit Paru Lingkungan. Jakarta:


Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam. Jilid III Edisi V .364 : 2279-
2296.

Ramli, S.(2010).Pedoman Praktis Manajemen Risiko dalam Perspektif K3OHS


Risk Management.Jakarta: Dian Rakyat.

Rijanto, B.(2011). Pedoman Pencegahan Kecelakaan di Industri. Jakarta: Mitra


Wacana Media.
84

Rikesdas. (2018). Riset Kesehatan Dasar: RIKESDAS 2018. Jakarta: Badan


Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan RI.
Ringel, E. (2012). Buku Saku Hitam Kedokteran Paru. Jakarta: Indeks.
Salami.(2015). Kesehatan dan Keselamatan Lingkungan Kerja. Yogyakarta: Gadjah
Mada University Press.
Sihombing, KF. Pengukuran Kadar Debu dan Gangguan Saluran Pernapasan
Pekerja Bengkel Pandai Besi di Desa Sitampurung Kecamatan
Siborongborong Kabupaten Tapunuli Utara Tahun 2006. Medan:
Universitas Sumatera Utara: 2006 [skripsi]
Soedirman, dan Suma’mur, P.K.(2014).Kesehatan Kerja Dalam Perspektif Hiperkes
dan Keselamatan Kerja. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Suma’mur, P.K.(2011). Higiene Perusahaan Dan Kesehatan Kerja..Jakarta : Penerbit
CV. Sagung Seto.
Suma`mur, P.K.(2013). Higiene Perusahaan Dan Kesehatan Kerja. Jakarta : Penerbit
CV. Sagung Seto.
Suma`mur, P.K.(2014). Higiene Perusahaan Dan Kesehatan Kerja. Jakarta : Penerbit
CV. Sagung Seto.
Suyono, J. 2001.DeteksiDini PenyakitAkibatKerja.Jakarta:EGC.

West, John B. (2010). Patofisiologi Paru. Jakarta: EGC.


Yunus, F. 1999. PerananFaal Paru Pada Penyakit Paru Obstruktif Menahun.
Jakarta: FK UI.
85

Daftar Lampiran
86

Lampiran 1. Surat Izin Penelitian

1180
87

Lampiran 2.Surat Telah Selesai Penelitian dari PT. Perintis Sarana

Pancing Indonesia.
88

Lampiran 3. Hasil Spirometri Yang Dilakukan Oleh Pihak Balai Keselamatan dan

Kesehatan Kerja
89

Lampiran 4. Surat Telah Selesai Penelitian Oleh Pihak Balai Keselamatan dan

Kesehatan Kerja
90

Lampiran 5. Dokumentasi Penelitian


91
92
93
94
95

Lampiran 6. Lembar Wawancara


Informan 1
Pedoman Wawancara
Gambaran Faktor Penyebab Gangguan Fungsi Paru Pada Pekerja Bagian Grinding di
PT. Perintis Sarana Pancing Indonesia Tahun 2018
A. Identitas Informan
1. Nama : Kadir
2. Umur : 33 Tahun
3. Jenis Kelamin : Laki-Laki
4. Tinggi Badan : 173 cm
5. Berat Badan : 70 kg
6. Lama Bekerja : 7 Tahun

No Pertanyaan Jawaban
.
1. Sudah berapa lama bapak bekerja di “Saya bekerja disini sudah lama
PT. Perintis Sarana Pancing dek sejak tahun 2012.”
Indonesia?
2. Bapak bekerja dibagian grinding “Saya bekerja dibagian grinding
berapa lama? ini sejak awal saya masuk di
PSPI ini.”
3. Keluhan apa yang bapak alami “Selama bekerja dibagian
selama bekerja dibagian grinding? grinding saya sering mengalami
batuk-batuk yang terus-menerus
terjadi, sesak nafas, dan saat flu
terjadi mengeluarkan ingus yang
berwarna hitam.”

4. Apa keluhan itu terus menerus bapak “Iya, nanti mau sampek
rasakan? seminggu lebih kalau udah
batuk”
5. Riwayat penyakit apa yang bapak “Enggak, saya sebelum bekerja
miliki sebelum bekerja dibagian disini ya sakitnya sakit biasa
grinding ini? seperti demam dan flu, kalau
batuk dan sesak saya rasain
96

semenjak bekerja dibagian


grinding.”

6. Saat bekerja bapak menggunakan “APD yang saya gunakan yang


APD apa saja? disediakan perusahaan, seperti
serbet sebagai penutup hidung
dan mulut, kacamata, dan sarung
tangan
7. Apa yang bapak rasakan ketika “Kadang gak nyaman juga dek
menggunakan APD saat bekerja? apalagi ruangan kerjanya panas
jadi mudah terasa sesak, kadang
juga gak makek serbet dek karna
udah terbiasa kerja palingan
cuman pakek sarung tangan aja.
8. Apa bapak merokok dan sudah “Saya merokok sudah hampir 10
berapa lama bapak merokok? tahun lebih biasanya saya
menghisap 1 bungkus atau lebih
batang rokok.”
9. Bagaimana sikap bapak saat bekerja? “Berdiri terus, karna kan kami
harus mengecek kawatnya
benar-benar sudah tajam atau
belum dan terkadang kami juga
menuduk dan sedikit mendekat
ke alat penajamannya untuk
memastikan kawatnya dek.”
97

Informan 2
Pedoman Wawancara
Gambaran Faktor Penyebab Gangguan Fungsi Paru Pada Pekerja Bagian Grinding di
PT. Perintis Sarana Pancing Indonesia Tahun 2018
A. Identitas Informan
1. Nama : Wagianto
2. Umur : 44 Tahun
3. Jenis Kelamin : Laki-Laki
4. Tinggi Badan : 174 cm
5. Berat Badan : 100 kg
6. Lama Bekerja : 20 Tahun

No Pertanyaan Jawaban
.
1. Sudah berapa lama bapak bekerja di “Saya bekerja disini sudah lama
PT. Perintis Sarana Pancing dek sejak tahun 1999.”
Indonesia?
2. Bapak bekerja dibagian grinding “Saya bekerja dibagian grinding
berapa lama? ini sejak awal saya masuk di
PSPI ini.”
3. Keluhan apa yang bapak alami “Selama bekerja saya sering
selama bekerja dibagian grinding? mengalami gangguan
pernapasan, seperti batuk-batuk
yang sering terjadi, sesak nafas,
dan ingus berwarna hitam,
terkadang saya juga mengalami
gangguan pencahayaan seperti
pandangan menjadi kabur
karena debu yang berterbangan
diruangan kerja.”
4. Apa keluhan itu terus menerus “Iya, nanti mau sampek
bapak rasakan? seminggu lebih kalau udah
batuk”
5. Riwayat penyakit apa yang bapak “Sebelumnya saya tidak pernah
98

miliki sebelum bekerja dibagian mengalami batuk yang terus


grinding ini? menerus dan ingus berwarna
hitam semenjak bekerja saya
mengalaminya.”
6. Saat bekerja bapak menggunakan “APD yang saya gunakan yang
APD apa saja? disediakan perusahaan, seperti
serbet sebagai penutup hidung
dan mulut, kacamata, dan
sarung tangan.”
7. Apa yang bapak rasakan ketika “Sejauh ini masih nyaman aja,
menggunakan APD saat bekerja? tetapi terkadang rasa tidak
nyaman itu bias muncul karena
suhu lingkungan kerja yang
panas dan penuh debu.”
8. Apa bapak merokok dan sudah “Saya merokok sudah hampir
berapa lama bapak merokok? 20 tahun lebih biasanya dalam
sehari saya menghisap 1
bungkus batang rokok.”
9. Bagaimana sikap bapak saat “Kami kerjanya berdiri terus
bekerja? karna kami harus memegang
lebih dari satu mesin yang
bekerja, jadi kadang ngecek
mesin yang ini dulu habis itu
ngecek yang satu lagi dan kami
juga harus teliti akan ketajaman
dan ukuran kawat dengan itu
kami juga harus menunduk
agak mendekat ke mesin
penajaman untuk memastikan
kawat sudah sesuai atau
belum.”
99

Informan 3

Pedoman Wawancara
Gambaran Faktor Penyebab Gangguan Fungsi Paru Pada Pekerja Bagian Grinding di
PT. Perintis Sarana Pancing Indonesia Tahun 2018
A. Identitas Informan
1. Nama : Abdul
2. Umur : 42 Tahun
3. Jenis Kelamin : Laki-Laki
4. Tinggi Badan : 166 cm
5. Berat Badan : 79 kg
6. Lama Bekerja : 21 Tahun

No Pertanyaan Jawaban
.
1. Sudah berapa lama bapak bekerja di “Saya bekerja disini sudah lama
PT. Perintis Sarana Pancing dek sejak tahun 1998.”
Indonesia?
2. Bapak bekerja dibagian grinding “Saya bekerja dibagian grinding
berapa lama? ini sejak awal saya masuk di
PSPI ini.”
3. Keluhan apa yang bapak alami “Saya sering mengalami
selama bekerja dibagian grinding? gangguan selama bekerja
dibagian grinding ini, seperti
batuk-batuk, sesak nafas, dan
mau juga ingus menjadi warna
hitam,pandangan kabur karena
banyaknya debu yang
berterbangan.”
4. Apa keluhan itu terus menerus “Iya, terkadang saya
bapak rasakan? mengalaminya sampai satu
minggu lebih.”
5. Riwayat penyakit apa yang bapak “Tidak, kalau batuk palingan
100

miliki sebelum bekerja dibagian batuk biasa, semenjak bekerja


grinding ini? sering terpapar debu saya sering
mengalami batuk dan sesak.”
6. Saat bekerja bapak menggunakan “Saya biasanya menggunakan
APD apa saja? hanya menggunakan serbet dan
sarung tangan aja, kalau
kacamata sangat jarang saya
gunakan.”
7. Apa yang bapak rasakan ketika “Saya merasa tidak nyaman,
menggunakan APD saat bekerja? karena saya merasa risih dengan
penggunaan kacamata.”
8. Apa bapak merokok dan sudah “Saya biasanya menghabisi 1
berapa lama bapak merokok? bungkus batang rokok perhari
dan saya merokok sudah 15
tahun lebih.”
9. Bagaimana sikap bapak saat Sikap kerja saya kebanyakan
bekerja? berdiri karnakan saya tidak
memegang satu mesin saja
kadang mau dua atau tiga mesin
yang bekerja saya pegang, jadi
saya harus bergantian
mengeceknya dan kami dituntut
untuk teliti akan ketajaman dan
ukuran kawat yang akan
diproduksi dengan demikian
kami juga harus menunduk dan
sedikit mendekat dengan mesin
penajaman untuk pengecekan
kawat.”
101

Informan 4
Pedoman Wawancara
Gambaran Faktor Penyebab Gangguan Fungsi Paru Pada Pekerja Bagian Grinding di
PT. Perintis Sarana Pancing Indonesia Tahun 2018
A. Identitas Informan
1. Nama : Mulyadi
2. Umur : 33 Tahun
3. Jenis Kelamin : Laki-Laki
4. Tinggi Badan : 175 cm
5. Berat Badan : 85 kg
6. Lama Bekerja : 12 Tahun

No Pertanyaan Jawaban
.
1. Sudah berapa lama bapak bekerja di “Saya bekerja disini sudah lama
PT. Perintis Sarana Pancing dek sejak tahun 2007.”
Indonesia?
2. Bapak bekerja dibagian grinding “Saya bekerja dibagian grinding
berapa lama? ini sejak awal saya masuk di
PSPI ini.”
3. Keluhan apa yang bapak alami “Saya sering mengalami
selama bekerja dibagian grinding? gangguan selama bekerja
dibagian grinding ini, seperti
batuk-batuk, sesak nafas, dan
mau juga ingus menjadi warna
hitam,pandangan kabur karena
banyaknya debu yang
berterbangan.”
4. Apa keluhan itu terus menerus “Iya, nanti mau sampek
bapak rasakan? seminggu lebih kalau udah
batuk”
5. Riwayat penyakit apa yang bapak “Tidak, kalau batuk palingan
102

miliki sebelum bekerja dibagian batuk biasa, semenjak bekerja


grinding ini? sering terpapar debu saya sering
mengalami batuk dan sesak.”
6. Saat bekerja bapak menggunakan “Saya biasanya menggunakan
APD apa saja? hanya menggunakan serbet dan
sarung tangan aja, kalau
kacamata sangat jarang saya
gunakan.”
7. Apa yang bapak rasakan ketika “Kadang gak nyaman juga dek
menggunakan APD saat bekerja? apalagi ruangan kerjanya panas
jadi mudah terasa sesak, kadang
juga gak makek serbetnya karna
udah terbiasa kerja palingan
cuman pakek sarung tangan
aja.”
8. Apa bapak merokok dan sudah “Saya merokok sudah 10 tahun
berapa lama bapak merokok? lebih biasanya dalam sehari
saya menghabisi 1 bungkus
batang rokok.”
9. Bagaimana sikap bapak saat “Sikap kerja saya kebanyakan
bekerja? berdiri karnakan kami disni
semua tidak megang satu mesin
saja kadang mau dua atau tiga
mesin yang bekerja kami
pegang, jadi kami harus
bergantian mengeceknya dan
kami dituntut untuk teliti akan
ketajaman dan ukuran kawat
yang akan diproduksi dengan
demikian kami juga harus
menunduk dan sedikit mendekat
dengan mesin penajaman untuk
pengecekan kawat.”
103

Informan 5
Pedoman Wawancara
Gambaran Faktor Penyebab Gangguan Fungsi Paru Pada Pekerja Bagian Grinding di
PT. Perintis Sarana Pancing Indonesia Tahun 2018
A. Identitas Informan
1. Nama : M. Fahrizal
2. Umur : 28 Tahun
3. Jenis Kelamin : Laki-Laki
4. Tinggi Badan : 170 cm
5. Berat Badan : 55 kg
6. Lama Bekerja : 8 Tahun

No Pertanyaan Jawaban
.
1. Sudah berapa lama bapak bekerja di “Saya bekerja disini sudah lama
PT. Perintis Sarana Pancing dek sejak tahun 2001”
Indonesia?
2. Bapak bekerja dibagian grinding “Saya bekerja dibagian
berapa lama? grinding ini sejak awal saya
masuk di PSPI ini.”
3. Keluhan apa yang bapak alami “Selama bekerja dibagian
selama bekerja dibagian grinding? grinding ini saya sering
mengalami kesulitan untuk
bernafas, sering mengalami
batuk-batuk dengan waktu yang
sangat lama, dada juga terasa
sesak. Namanya bekerja
dibagian yang menghasilkan
debu itulah akibatnya.”
4. Apa keluhan itu terus menerus “Iya, terkadang saya batuk mau
bapak rasakan? sampai satu minggu lebih,
104

sesak nafas hampir sering.”


5. Riwayat penyakit apa yang bapak “Sebelum saya bekerja dibagian
miliki sebelum bekerja dibagian grinding saya tidak pernah
grinding ini? mengalami gangguan
pernafasan, dan batuk yang
cukup sering.”
6. Saat bekerja bapak menggunakan “Perusahaan menyediakan APD
APD apa saja? berupa serbet, kacamata dan
sarung tangan. Saya selalu
menggunakan APD yang
lengkap tetapi dengan ruangan
kerja yang panas saya sering
merasa tidak nyaman saat
menggunakan APD.”
7. Apa yang bapak rasakan ketika “Saya tidak nyaman
menggunakan APD saat bekerja? menggunakan APD
dikarenakan debu diruangan itu
terlalu banyak jadi terasa
pengap ketika bekerja, tetapi
karena tuntutan pekerjaan saya
harus menggunakan APD
tersebut
8. Apa bapak merokok dan sudah “Saya sudah merokok lebih dari
berapa lama bapak merokok? 8 tahun dan saya biasanya
menghisap 1 bungkus rokok
dalam sehari.”
9. Bagaimana sikap bapak saat “Dalam sehari perorang bisa
bekerja? megang tiga mesin yang
bekerja, dengan itu sikap kerja
saya setiap hari harus berdiri
terus dan badan itu harus
sedikit menunduk kemesin
untuk melihat ukuran dan
ketajaman kawat sudah sesuai
atau belum.”
105

Informan 6
Pedoman Wawancara
Gambaran Faktor Penyebab Gangguan Fungsi Paru Pada Pekerja Bagian Grinding di
PT. Perintis Sarana Pancing Indonesia Tahun 2018
A. Identitas Informan
1. Nama : Anwar
2. Umur : 42 Tahun
3. Jenis Kelamin : Laki-Laki
4. Tinggi Badan : 168 cm
5. Berat Badan : 65 kg
6. Lama Bekerja : 19 Tahun
7. Jabatan Setelah Dirumahkan : Penjaga Toko

No Pertanyaan Jawaban
.
1. Sudah berapa lama bapak bekerja di “Saya bekerja disini sudah lama
PT. Perintis Sarana Pancing dek sejak tahun 2000”
Indonesia?
2. Bapak bekerja dibagian grinding “Saya bekerja dibagian
berapa lama? grinding ini sejak awal saya
masuk di PSPI ini.”
3. Keluhan apa yang bapak alami “Dibagian grinding ini debunya
selama bekerja dibagian grinding? sangat banyak dulu selama saya
bekerja disana saya sangat
sering mengalami sesak nafas
sulit untuk bernafas, batuk-
batuk yang sering dan ingus
juga mau jadi warna hitam.”
4. Apa keluhan itu terus menerus “Iya, saya nanti mau
bapak rasakan? mengalami batuk dan sesak
106

yang cukup sering dan terus-


menerus.”
5. Riwayat penyakit apa yang bapak “Saya tidak memiliki riwayat
miliki sebelum bekerja dibagian penyakit sebelumnya, setelah
grinding ini? bekerja baru saya mengalami
gangguan kesehatan ini.”
6. Saat bekerja bapak menggunakan “APD yang disediakan
APD apa saja? perusahaan berupa serbet,
kacamata dan sarung tangan.
Tetapi, yang sering saya
gunakan hanya serbet dan
sarung tangan. Saya jarang
menggunakan kacamata karena
penggunaan kacamata tidak
nyaman.”
7. Apa yang bapak rasakan ketika “Saya tidak nyaman
menggunakan APD saat bekerja? menggunakan APD
dikarenakan debu diruangan itu
terlalu banyak jadi terasa
pengap ketika bekerja.
Penggunaan kacamata menurut
saya tidak nyaman dikarena
terlalu ribet dan risih.”
8. Apa bapak merokok dan sudah “Saya sudah merokok lebih dari
berapa lama bapak merokok? 10 tahun dan saya biasanya
dalam sehari itu menghisap 10
batang rokok perhari.”
9. Bagaimana sikap bapak saat “Setiap hari selama bekerja
bekerja? sikap kerja saya selalu berdiri
karena saya dalam seharikan
megang dua sampai tiga mesin
yang bekerja jadi saya juga
kadang harus menundukan dan
mendekatkan penglihatan ke
mesin yang bekerja demi
ukuran kawat dan ketajaman
kawat yang sesuai.”
10. Keluhan apa yang bapak alami “Selama menjaga toko saya
dengan pekerjaan sekarang? mengalami pendengaran
karena tokonya kan dipinggir
pasar, batuk-batuk dan sesak
nafas itu aja.”
107

11. Apa bapak masih mengalami “Setelah tidak bekerja dibagian


keluhan ketika masih bekerja grinding lagi saya masih sering
dibagian grinding? mengalami batuk-batuk, sesak,
dan ingus masih berwarna
hitam.”

Informan 7
Pedoman Wawancara
Gambaran Faktor Penyebab Gangguan Fungsi Paru Pada Pekerja Bagian Grinding di
PT. Perintis Sarana Pancing Indonesia Tahun 2018
A. Identitas Informan
1. Nama : Umar
2. Umur : 27 Tahun
3. Jenis Kelamin : Laki-Laki
4. Tinggi Badan : 170 cm
5. Berat Badan : 70 kg
6. Lama Bekerja : 4 Tahun
7. Jabatan Setelah Dirumahkan : Tukang Ojek Online

No Pertanyaan Jawaban
.
1. Sudah berapa lama bapak bekerja di “Saya bekerja disini sudah lama
PT. Perintis Sarana Pancing dek sejak tahun 2015.”
Indonesia?
2. Bapak bekerja dibagian grinding “Saya bekerja dibagian
berapa lama? grinding ini sejak awal saya
masuk di PSPI ini.”
3. Keluhan apa yang bapak alami “Debu dibagian grinding
selama bekerja dibagian grinding? dihasilkan dari penajaman
kawat jadi serpihan debu kawat
dibagian ini sangat banyak
sehingga saya dulu sering
mengalami gangguan
pernafasan, dan sering juga jadi
108

batuk-batuk.”
4. Apa keluhan itu terus menerus “Iya, saya cukup sering
bapak rasakan? mengalami gangguan kesehatan
tersebut.”
5. Riwayat penyakit apa yang bapak “Tidak, semenjak bekerja
miliki sebelum bekerja dibagian bertahun-tahun dibagian
grinding ini? grinding saya mengalami
gangguan kesehatan.”
6. Saat bekerja bapak menggunakan “Selama bekerja saya selalu taat
APD apa saja? menggunakan APD yang
disediakan perusahaan, seperti
penggunaan serbet sebagai
penutup hidung dan mulut,
kacamata sebagai pelindung
mata dari serpihan debu, dan
sarung tangan agar terhindar
dari luka akibat kawat yang
tajam.”
7. Apa yang bapak rasakan ketika “Selama ini saya merasa
menggunakan APD saat bekerja? nyaman aja ketika bekerja
dengan penggunaan APD, kalau
rasa tidak nyaman itu
dikarenakan suhu ruangan yang
penuh debu dan panas.”
8. Apa bapak merokok dan sudah “Saya sudah merokok lebih dari
berapa lama bapak merokok? 6 tahun setiap hari saya
menghisap 3 batang rokok dan
itu biasanya saya merokok
setelah makan.”
9. Bagaimana sikap bapak saat “Sehari-hari selama bekerja
bekerja? dulu saya bekerja itu selalu
berdriri gak pernah duduk,
dikarenakan saya harus teliti
memantau ukuran dan
ketajaman kawat.”
10. Keluhan apa yang bapak alami “Selama saya ngegojek saya
dengan pekerjaan sekarang? sering mengalami kelelahan
karena suhu yang panas, batuk-
batuk, pegal-pegal dan
terkadang sesak nafas.”
11. Apa bapak masih mengalami “Setelah tidak bekerja dibagian
keluhan ketika masih bekerja grinding lagi saya masih
109

dibagian grinding? mengalami batuk-batuk yang


cukup sering, merasa sesak, dan
ingus menjadi warna hitam.”

Informan 8
Pedoman Wawancara
Gambaran Faktor Penyebab Gangguan Fungsi Paru Pada Pekerja Bagian Grinding di
PT. Perintis Sarana Pancing Indonesia Tahun 2018
A. Identitas Informan
1. Nama : Sugeng
2. Umur : 38 Tahun
3. Jenis Kelamin : Laki-Laki
4. Tinggi Badan : 172 cm
5. Berat Badan : 68 kg
6. Lama Bekerja : 15 Tahun
7. Jabatan Setelah Dirumahkan : Tukang Becak

No Pertanyaan Jawaban
.
1. Sudah berapa lama bapak bekerja di “Saya bekerja disini sudah lama
PT. Perintis Sarana Pancing dek sejak tahun 2004.”
Indonesia?
2. Bapak bekerja dibagian grinding “Saya bekerja dibagian
berapa lama? grinding ini sejak awal saya
masuk di PSPI ini.”
3. Keluhan apa yang bapak alami “Selama bekerja dulu saya
selama bekerja dibagian grinding? sering mengalami kesulitan
untuk bernafas karena terkena
paparan debu waktu bekerja,
dan batuk-batuk.”
4. Apa keluhan itu terus menerus “Iya, saya cukup sering
110

bapak rasakan? mengalami gangguan kesehatan


tersebut.”
5. Riwayat penyakit apa yang bapak “Saya sebelumnya tidak pernah
miliki sebelum bekerja dibagian mengalami sesak nafas, batuk
grinding ini? yang terlalu sering dan ingus
menjadi warna hitam.”
6. Saat bekerja bapak menggunakan “Saya selama bekerja selalu
APD apa saja? menggunakan serbet, kacamata
dan sarung tangan.”
7. Apa yang bapak rasakan ketika “Selama ini saya merasa
menggunakan APD saat bekerja? nyaman aja ketika bekerja
dengan penggunaan APD, kalau
rasa tidak nyaman itu
dikarenakan suhu ruangan yang
penuh debu dan panas.”
8. Apa bapak merokok dan sudah “Saya sudah merokok lebih dari
berapa lama bapak merokok? 15 tahun, setiap hari saya bias
menghisap 1 bungkus rokok.”
9. Bagaimana sikap bapak saat “Sikap kerja saya selama
bekerja? bekerja dulu selalu berdiri dan
badan itu harus menunduk
kearah mesin penajaman
kawat.”
10. Keluhan apa yang bapak alami “Selama bekerja dengan
dengan pekerjaan sekarang? kegiatan yang sekarang saya
mengalami mudah lelah karena
suhu yang tinggi, merasakan
sesak nafas karena paparan
debu dari jalanan.”
11. Apa bapak masih mengalami “Saya masih sering mengalami
keluhan ketika masih bekerja batuk-batuk yang masih sering
dibagian grinding? dan kesulitan bernafas.”
111

Informan 9
Pedoman Wawancara
Gambaran Faktor Penyebab Gangguan Fungsi Paru Pada Pekerja Bagian Grinding di
PT. Perintis Sarana Pancing Indonesia Tahun 2018
A. Identitas Informan
1. Nama : Khairun
2. Umur : 40 Tahun
3. Jenis Kelamin : Laki-Laki
4. Tinggi Badan : 168 cm
5. Berat Badan : 75 kg
6. Lama Bekerja : 17 Tahun
7. Jabatan Setelah Dirumahkan : Tukang Bersih Ikan

No Pertanyaan Jawaban
.
1. Sudah berapa lama bapak bekerja di “Saya bekerja disini sudah lama
PT. Perintis Sarana Pancing dek sejak tahun 2002.”
Indonesia?
2. Bapak bekerja dibagian grinding “Saya bekerja dibagian
berapa lama? grinding ini sejak awal saya
masuk di PSPI ini.”
3. Keluhan apa yang bapak alami “Debu dari serpihan kawat
selama bekerja dibagian grinding? sangat sering terpapar,
terkadang buat saya sering
merasakan sesak nafas, batuk-
batuk dan ingus itu jadi warna
112

hitam.”
4. Apa keluhan itu terus menerus “Iya, saya batuk-batuk cukup
bapak rasakan? sering dan lama, sesak nafas
juga cukup sering.”
5. Riwayat penyakit apa yang bapak “Tidak, saya tidak memiliki
miliki sebelum bekerja dibagian riwayat penyakit sebelumnya,
grinding ini? semenjak bekerja baru saya
mengalami gangguan kesehatan
saat bekerja.”
6. Saat bekerja bapak menggunakan “Karena, serpihan debu dari
APD apa saja? penajaman kawat sangat
banyak jadi saya selalu
menggunakan serbet dan sarung
tangan, kalau kacamata jarang
lebih sering kacamata saya
letakin diatas kepala.”
7. Apa yang bapak rasakan ketika “Penggunaan APD saat bekerja
menggunakan APD saat bekerja? saya merasa tidak nyaman,
dikarenakan suhu lingkungan
yang panas dan debu yang
terlalu banyak.”
8. Apa bapak merokok dan sudah “Saya sudah merokok lebih dari
berapa lama bapak merokok? 20 tahun dan saya biasanya
menghisap 1 bungkus rokok.”
9. Bagaimana sikap bapak saat “Selama bekerja dulu sikap
bekerja? kerja saya selalu berdiri untuk
memantau dua sampai tiga
mesin yang bekerja dan sikap
menunduk kearah mesin mesin
penajaman demi ukuran dan
ketajaman kawat yang sesuai.”
10. Keluhan apa yang bapak alami “Selama bekerja sebagai tukang
dengan pekerjaan sekarang? bersih ikan saya sering
mengalami gatal-gatal pada
tangan.”
11. Apa bapak masih mengalami “Setelah tidak bekerja lagi saya
keluhan ketika masih bekerja juga masih sering mengalami
dibagian grinding? gangguan kesehatan berupa
batuk-batuk masih sering, sulit
untuk bernafas dan ingus masih
warna hitam.”
113

Informan10
Pedoman Wawancara
Gambaran Faktor Penyebab Gangguan Fungsi Paru Pada Pekerja Bagian Grinding di
PT. Perintis Sarana Pancing Indonesia Tahun 2018
A. Identitas Informan
1. Nama : Muliono
2. Umur : 26 Tahun
3. Jenis Kelamin : Laki-Laki
4. Tinggi Badan : 170 cm
5. Berat Badan : 72 kg
6. Lama Bekerja : 5 Tahun
7. Jabatan Setelah Dirumahkan : Tukang Ojek Online

No Pertanyaan Jawaban
.
1. Sudah berapa lama bapak bekerja di “Saya bekerja disini sudah lama
PT. Perintis Sarana Pancing dek sejak tahun 2014.”
Indonesia?
2. Bapak bekerja dibagian grinding “Saya bekerja dibagian grinding
berapa lama? ini sejak awal saya masuk di
PSPI ini.”
3. Keluhan apa yang bapak alami “Paparan debu dibagian
selama bekerja dibagian grinding? grinding ini sering membuat
saya jadi mengalami gangguan
kesehatan selama bekerja
dibagian ini dulu. Saya sering
114

mengalami kesulitan untuk


bernafas, dan batuk-batuk yang
berkepanjangan.”
4. Apa keluhan itu terus menerus “Iya, saya mengalami kesulitan
bapak rasakan? bernafas dan batuk-batuk cukup
sering.”
5. Riwayat penyakit apa yang bapak “Tidak, saya tidak memiliki
miliki sebelum bekerja dibagian riwayat penyakit sebelumnya,
grinding ini? akibat bekerja dan terpapar
debu saya jadi mengalami
gangguan kesehatan.”
6. Saat bekerja bapak menggunakan “Perusahaan menyediakan APD
APD apa saja? serbet, sarung tangan dan
kacamata, jadi saya
menggunakannya selalu saat
bekerja walau terkadang saya
merasa tidak nyaman
dikarenakan suhu diruangan
penuh debu dan sangat panas.”
7. Apa yang bapak rasakan ketika “Pada saat bekerja dengan
menggunakan APD saat bekerja? penggunaan APD saya merasa
tidak nyaman dikarenakan suhu
ruangan yang panas dan penuh
debu.”
8. Apa bapak merokok dan sudah “Saya sudah merokok lebih dari
berapa lama bapak merokok? 5 tahun, biasanya saya
menghisap 5 batang rokok
setiap harinya.”
9. Bagaimana sikap bapak saat “Sikap kerja saya selama
bekerja? bekerja dulu selalu berdiri dan
menunduk karena saya harus
memantau terus mesin yang
bekerja agar ukuran dan
ketajamannya sesuai.”
10. Keluhan apa yang bapak alami “Dengan pekerjaan sekarang
dengan pekerjaan sekarang? saya sering mengalami mudah
lelah saat bekerja karena suhu
lingkungan yang panas, batuk-
batuk karena polutan dari
jalanan.”
11. Apa bapak masih mengalami “Saya masih pernah mengalami
keluhan ketika masih bekerja gangguan pernafasan, batuk-
115

dibagian grinding? batuk, dan ketika flu ingus


menjadi warna hitam.”

Informan 11
Pedoman Wawancara
Gambaran Faktor Penyebab Gangguan Fungsi Paru Pada Pekerja Bagian Grinding di
PT. Perintis Sarana Pancing Indonesia Tahun 2018
A. Identitas Informan
1. Nama : Mahadi
2. Umur : 35 Tahun
3. Jenis Kelamin : Laki-Laki
4. Tinggi Badan : 171 cm
5. Berat Badan : 80 kg
6. Lama Bekerja : 10 Tahun
7. Jabatan Setelah Dirumahkan : Penjual Serabi

No Pertanyaan Jawaban
.
1. Sudah berapa lama bapak bekerja di “Saya bekerja disini sudah lama
PT. Perintis Sarana Pancing dek sejak tahun 2009.”
Indonesia?
2. Bapak bekerja dibagian grinding “Saya bekerja dibagian grinding
berapa lama? ini sejak awal saya masuk di
PSPI ini.”
3. Keluhan apa yang bapak alami “Selama bekerja dibagian
selama bekerja dibagian grinding? grinding ini saya sering
mengalami gangguan
116

pernafasan, batuk dan ingus


menjadi warna hitam akibat
paparan debu.”
4. Apa keluhan itu terus menerus “Iya, saya sangat sering
bapak rasakan? mengalaminya. Kalau saya
batuk itu mau sampai seminggu
lebih, dan sesak nafas hampir
setiap hampir.”
5. Riwayat penyakit apa yang bapak “Tidak, saya tidak memiliki
miliki sebelum bekerja dibagian riwayat penyakit. Selama
grinding ini? bekerja dibagian grinding dan
terpapar serpihan debu kawat
saya jadi sering mengalami
gangguan pernafasan.”
6. Saat bekerja bapak menggunakan “Selama bekerja saya selalu
APD apa saja? menggunakan APD yang
lengkap karena debu diruangan
ini sangat banyak.”
7. Apa yang bapak rasakan ketika “Sebenarnya tidak nyaman,
menggunakan APD saat bekerja? tetapi karena debu sangat
banyak jadi harus dipakailah.”
8. Apa bapak merokok dan sudah “Saya sudah merokok lebih dari
berapa lama bapak merokok? 12 tahun setiap harinya saya
menghisap setengah bungkus
batang rokok sekitar 12
batang.”
9. Bagaimana sikap bapak saat “Selama bekerja dulu saya
bekerja? harus berdiri terus dan badan itu
harus menunduk kemesin
penajaman, karena disini
pekerja dituntut untuk teliti
akan ukuran dan
ketajamannya.”
10. Keluhan apa yang bapak alami “Selama saya bekerja narik
dengan pekerjaan sekarang? becak saya sering mengalami
pegal-pegal pada tangan dan
badan, kebisingan dari suara
kendaraan dijalan, lelah karena
suhu lingkungan ketika panas,
dan batuk akibat polutan
kendaraan.”
11. Apa bapak masih mengalami “Saya masih sering mengalami
117

keluhan ketika masih bekerja keluhan selama di grinding


dibagian grinding? dulu, saya masih sering
merasakan sesak nafas, batuk-
batuk.”

Informan 12
Pedoman Wawancara
Gambaran Faktor Penyebab Gangguan Fungsi Paru Pada Pekerja Bagian Grinding di
PT. Perintis Sarana Pancing Indonesia Tahun 2018
A. Identitas Informan
1. Nama : Mahadi
2. Umur : 37 Tahun
3. Jenis Kelamin : Laki-Laki
4. Tinggi Badan : 169 cm
5. Berat Badan : 74 kg
6. Lama Bekerja : 13 Tahun
7. Jabatan Setelah Dirumahkan : Tukang Becak

No Pertanyaan Jawaban
.
1. Sudah berapa lama bapak bekerja di “Saya bekerja disini sudah lama
PT. Perintis Sarana Pancing dek sejak tahun 2003.”
Indonesia?
2. Bapak bekerja dibagian grinding “Saya bekerja dibagian grinding
berapa lama? ini sejak awal saya masuk di
PSPI ini.”
3. Keluhan apa yang bapak alami “Selama bekerja dulu saya
118

selama bekerja dibagian grinding? sering mengalami kesulitan


untuk bernafas akibat debu yang
sangat banyak diruangan
grinding dan batuk-batuk.”
4. Apa keluhan itu terus menerus “Iya seringlah ngalaminya
bapak rasakan? apalagi kalau lagi batuk itu mau
sampek berminggu-minggu
baru sembuh.”
5. Riwayat penyakit apa yang bapak “Tidak, saya tidak memiliki
miliki sebelum bekerja dibagian riwayat penyakit. Selama
grinding ini? bekerja dibagian grinding dan
terpapar serpihan debu kawat
saya jadi sering mengalami
gangguan pernafasan.”
6. Saat bekerja bapak menggunakan “APD yang disediakan
APD apa saja? perusahaan cukup efektif, saya
selalu menggunakannya. Hanya
ruangan kerja yang penuh debu
dan panas membuat pekerja
sering merasa tidak nyaman saat
menggunakan APD yang
lengkap.”
7. Apa yang bapak rasakan ketika “Saya merasa tidak nyaman
menggunakan APD saat bekerja? dengan penggunaan APD saat
bekerja karena saya merasa risih
ditambah ruangan yang penuh
debu, tetapi karena tuntutan
saya jadi menggunakan APD.”
8. Apa bapak merokok dan sudah “Saya sudah merokok lebih dari
berapa lama bapak merokok? 15 tahun setiap hari saya
menghisap 1 bungkus batang
rokok yang berisi 12 batang
setiap hari.”
9. Bagaimana sikap bapak saat “Bekerja dibagian grinding ini
bekerja? dituntut sikap kerja yang harus
selalu berdiri dan badan yang
harus menunduk ke mesin
penajaman kawat, semuanya itu
demi ukuran dan ketajaman
kawat yang sesuai.”
10. Keluhan apa yang bapak alami “Ketika saya bekerja dengan
dengan pekerjaan sekarang? kegiatan yang sekarang saya
119

sering mengalami gangguan


pernafasan, batuk-batuk, pegal
dan pusing.”
11. Apa bapak masih mengalami “Setelah tidak bekerja lagi di
keluhan ketika masih bekerja grinding saya juga masih sering
dibagian grinding? mengalami kesulitan bernafas,
batuk-batuk dan ingus menjadi
warna hitam.”

Informan 13
Pedoman Wawancara
Gambaran Faktor Penyebab Gangguan Fungsi Paru Pada Pekerja Bagian Grinding di
PT. Perintis Sarana Pancing Indonesia Tahun 2018
A. Identitas Informan
1. Nama : Selamat Iswandi
2. Umur : 28 Tahun
3. Jenis Kelamin : Laki-Laki
4. Tinggi Badan : 172 cm
5. Berat Badan : 75 kg
6. Lama Bekerja : 6 Tahun
7. Jabatan Setelah Dirumahkan : Tukang Tempel Ban

No Pertanyaan Jawaban
.
1. Sudah berapa lama bapak bekerja di “Saya bekerja disini sudah lama
PT. Perintis Sarana Pancing dek sejak tahun 2013.”
Indonesia?
2. Bapak bekerja dibagian grinding “Saya bekerja dibagian
berapa lama? grinding ini sejak awal saya
120

masuk di PSPI ini.”


3. Keluhan apa yang bapak alami “Debu yang terlalu banyak dari
selama bekerja dibagian grinding? serpihan penjaman kawat
membuat saya sering
mengalami sesak nafas, batuk-
batuk yang cukup sering.”
4. Apa keluhan itu terus menerus “Iya, saya itu sesak nafas
bapak rasakan? hampir sering karenakan
hampir setiap hari terpapar
debu dari ruangan ini.”
5. Riwayat penyakit apa yang bapak “Sebelum bekerja dibagian
miliki sebelum bekerja dibagian grinding saya tidak pernah
grinding ini? mengalami gangguan sulit
untuk bernafas, batuk-batuk dan
ingus menjadi warna hitam,
semenjak bekerja saya
mengalami seperti itu akibat
hampir setiap hari terkena
paparan debu.”
6. Saat bekerja bapak menggunakan “Sewaktu bekerja saya selalu
APD apa saja? menggunakan APD yang
disediakan perusahaan agar
terhindar dari paparan debu
yang berasal dari penajaman
kawat.”
7. Apa yang bapak rasakan ketika “Saya merasa tidak nyaman
menggunakan APD saat bekerja? dengan penggunaan APD saat
bekerja. Tetapi, agar terhindar
dari debu ruangan yang banyak
saya jadi menggunakan APD.”
8. Apa bapak merokok dan sudah “Saya sudah merokok selama 6
berapa lama bapak merokok? tahun setiap hari saya mampu
menghisap 6 batang rokok.”
9. Bagaimana sikap bapak saat “Selama bekerja dulu saya
bekerja? sikap kerja saya selalu berdiri
karena saya harus memantau
dua sampai tiga mesin bekerja
dan badan saya juga harus
menunduk kearah penajaman
kawat agar memastikan kawat
sudah benar-benar tajam.”
10. Keluhan apa yang bapak alami “Selama dengan pekerjaan yang
121

dengan pekerjaan sekarang? baru ini saya sering mengalami


batuk-batuk dari jalan dan asap
kendaraan, kebisingan dari
kendaraan, dan pusing.”
11. Apa bapak masih mengalami “Saya masih sering mengalami
keluhan ketika masih bekerja gangguan pernafasan, batuk
dibagian grinding? yang cukup sering.”

Informan 14
Pedoman Wawancara
Gambaran Faktor Penyebab Gangguan Fungsi Paru Pada Pekerja Bagian Grinding di
PT. Perintis Sarana Pancing Indonesia Tahun 2018
A. Identitas Informan
1. Nama :
2. Umur : 44 Tahun
3. Jenis Kelamin : Laki-Laki
4. Tinggi Badan : 170 cm
5. Berat Badan : 72 kg
6. Lama Bekerja : 18 Tahun
7. Jabatan Setelah Dirumahkan : Tukang Bengkel

No Pertanyaan Jawaban
.
1. Sudah berapa lama bapak bekerja di “Saya bekerja disini sudah lama
PT. Perintis Sarana Pancing dek sejak tahun 2001.”
Indonesia?
2. Bapak bekerja dibagian grinding “Saya bekerja dibagian grinding
122

berapa lama? ini sejak awal saya masuk di


PSPI ini.”
3. Keluhan apa yang bapak alami “Selama bekerja dulu saya
selama bekerja dibagian grinding? sering mengalami kesulitan
untuk bernafas, batuk yang
cukup sering dan ingus saya
menjadi warna hitam akibat
paparan debu serpihan kawat.”
4. Apa keluhan itu terus menerus “Iya, saya mengalami batuk dan
bapak rasakan? sulit bernafas itu cukup sering
dan itu terjadi dalam waktu
yang lama.”
5. Riwayat penyakit apa yang bapak “Tidak, saya tidak mememiliki
miliki sebelum bekerja dibagian riwayat penyakit, semenjak
grinding ini? bekerja dengan waktu yang
cukup lama baru saya
mengalami gangguan
pernafasan.”
6. Saat bekerja bapak menggunakan “Saya selalu menggunakan
APD apa saja? APD saat bekerja agar terhindar
dari debu diruangan yang sangat
banyak.”
7. Apa yang bapak rasakan ketika “Ketika menggunakan APD
menggunakan APD saat bekerja? saat bekerja ada rasa tidak
nyaman menggunakannya
karena ruangan kerja yang
penuh debu membuat terasa
pengap.”
8. Apa bapak merokok dan sudah Saya sudah merokok selama 10
berapa lama bapak merokok? tahun lebih dan setiap hari saya
menghisap 12 batang rokok atau
setara dengan 1 bungkus
rokok.”
9. Bagaimana sikap bapak saat “Sikap kerja saya selama
bekerja? bekerja sewaktu itu selalu
berdiri dan menunduk ke mesin
penajaman untu melihat dan
memantau kawat.”
10. Keluhan apa yang bapak alami “Pada pekerjaan yang baru ini
dengan pekerjaan sekarang? saya sering mengalami batuk-
batuk, pegal, mudah terasa lelah
dengan suhu lingkungan yang
123

panas.”
11. “Selama tidak bekerja lagi saya
juga masih sering merasakan
batuk-batuk, dan sesak.”

Informan 15
Pedoman Wawancara
Gambaran Faktor Penyebab Gangguan Fungsi Paru Pada Pekerja Bagian Grinding di
PT. Perintis Sarana Pancing Indonesia Tahun 2018
A. Identitas Informan
1. Nama : Maman
2. Umur : 40 Tahun
3. Jenis Kelamin : Laki-Laki
4. Tinggi Badan : 171 cm
5. Berat Badan : 82 kg
6. Lama Bekerja : 15 Tahun
7. Jabatan Setelah Dirumahkan : Tukang Ojek Online

No Pertanyaan Jawaban
.
1. Sudah berapa lama bapak bekerja di “Saya bekerja disini sudah lama
PT. Perintis Sarana Pancing dek sejak tahun 2004.”
Indonesia?
124

2. Bapak bekerja dibagian grinding “Saya bekerja dibagian grinding


berapa lama? ini sejak awal saya masuk di
PSPI ini.”
3. Keluhan apa yang bapak alami “Dulu selama bekerja dibagian
selama bekerja dibagian grinding? grinding saya sering mengalami
gangguan pernafasan, dan
batuk-batuk akibat debu
dibagian tempat saya kerja itu
sangat banyak.”
4. Apa keluhan itu terus menerus “Iya, cukup sering dan terus
bapak rasakan? meneruslah saya mengalami
gangguan pernafasan, apalagi
kalau batuk itu paling lama
sembuhnya.”
5. Riwayat penyakit apa yang bapak Tidak saya sebelumnya tidak
miliki sebelum bekerja dibagian pernah memiliki riwayat
grinding ini? penyakit, setelah bekerja saya
baru mengalami berbagai
penyakit.”
6. Saat bekerja bapak menggunakan “Perusahaan mewajibkan
APD apa saja? penggunaan APD, jadi saya
selalu menggunakan serbet ,
kacamata dan sarung tangan.”
7. Apa yang bapak rasakan ketika “Saya selalu menggunakan
menggunakan APD saat bekerja? APD, tetapi saya merasa tidak
nyaman dengan penggunaan
APD. Saya menggunakannya
karena tuntutan pekerjaan saja.”
8. Apa bapak merokok dan sudah “Saya sudah merokok lebih dari
berapa lama bapak merokok? 12 tahun dan setiap hari saya
menghisap 1 bungkus rokok
yang berisi 12 batang rokok.”
9. Bagaimana sikap bapak saat “Selama bekerja dibagian
bekerja? grinding dulu sikap kerja saya
selalu berdiri tidak pernah
duduk dan badan dituntut harus
menunduk ke arah mesin
penajaman kawat, untuk melihat
ukuran dan ketajaman kawat
yang sesuai.”
10. Keluhan apa yang bapak alami “Selama bekerja dengan
dengan pekerjaan sekarang? kegiatan yang sekarang saya
125

sering mengalami gangguan


pernafasan, batuk-batuk dari
debu jalanan, pegal, pusing
karna suhu lingkungan yang
panas, kebisingan dari suara
kendaraan.”
11. Apa bapak masih mengalami “Selama tidak bekerja lagi
keluhan ketika masih bekerja dibagian grinding saya masih
dibagian grinding? sering mengalami kesulitan
untuk bernafas, batuk dan ingus
juga masih berwarna hitam.”

Anda mungkin juga menyukai