Anda di halaman 1dari 5

TUGAS REVIEW JURNAL

GIZI KERJA

Oleh :

Kelompok 4

Rabhita Aulia 10021182126010

Hilwa Tsana Jihani. S 10021182126012

Anindia Mayang Sari 10021182126011

Zata Amani Jazmine 10021182126013

Aura Rahmalia 10021082324005

Dosen Pengampu : Dr. Anita Rahmawati, S.P., M.Si

PROGRAM STUDI GIZI (S1)

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SRIWIJAYA

2023/2024
IDENTITAS JURNAL:

Judul: Analisis Kadar Debu Respirabel Terhadap Keluhan Kesehatan pada Pekerja

Jurnal: Jurnal Kesehatan Masyarakat Khatulistiwa

Volume dan Halaman: Vol.8 No.2, hal. 63-71

Tahun: 2021

Penulis: Merry Sunaryo, dan Muslika Nourma Rhomadhoni

PENDAHULUAN:

Penyakit akibat kerja merupakan penyakit yang ditimbulkan akibat suatu pekerjaan
seseorang. Penyebab penyakit ini bisa disebabkan oleh tindakan tidak aman (unsafe act) dan
kondisi tidak aman (unsafe condition).Salah satu kondisi tidak aman yang ada di lingkungan
yaitu dengan adanya debu di tempat kerja. Penyebab kematian yang diakibatkan oleh
pekerjaan berdasarkan International Labour Organization (ILO) adalah penyakit kanker
sebesar 34%, kecelakaan kerja 25%, penyakit saluran pernapasan 21%, penyakit
kardiovaskuler 15%, dan 5% disebabkan oleh faktor lain.1 Penyakit Infeksi saluran
pernapasan akut (ISPA) adalah masalah kesehatan yang utama dibuktikan dengan prevalensi
ISPA di Indonesia sebanyak 25,5% dengan 16 provinsi di antaranya mempunyai prevalensi di
atas angka nasional dan pneumonia sebanyak 2,1%.2 Infeksi saluran pernapasan akut
merupakan kejadian radang akut pada saluran pernapasan akut maupun bawah yang
disebabkan oleh infeksi jasad renik atau bakteri, virus, maupun riketsia, tanpa atau disertai
radang parenkim paru.3 Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi resiko seseorang terkena
jika ISPA, yaitu faktor lingkungan, karakteristik individu dan perilaku pekerja.

Masalah kesehatan pada pernafasan masih menjadi permasalahan kesehatan di


Indonesia yang harus menjadi perhatian terutama pada pekerja industri mebel kayu. Pada
Industri mebel kayu, para pekerja akan selalu terpapar debu-debu terutama debu dari serbuk
kayu. Hasil observasi awal penelitian diketahui bahwa pada industri mebel memiliki
lingkungan kerja dengan risiko kesehatan yang disebabkan debu hasil dari proses kerja.
Rumusan masalah yang akan dibahas yaitu Bagaimana Debu Respirabel dapat berpengaruh
terhadap terjadinya keluhan kesehatan Pada Pekerja Mebel di jalan semarang Kota Surabaya,
dengan Tujuan untuk mengetahui pengaruh Debu Respirabel terhadap adanya keluhan
kesehatan pada pekerja mebel di daerah Jalan Semarang, kota Surabaya. Pada industri mebel,
dengan adanya penelitian ini diharapkan tercipta kesadaran bagi pekerja mebel tentang
pentingnya keselamatan dan kesehatan kerja, sehingga dapat mencegah terjadinya penyakit
akibat kerja seperti gangguan kesehatan.

METODE PENELITIAN:

Metode yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan metode penelitian


kuantitatif dengan jenis penelitian observasional dan menggunakan pendekatan
cross-sectional. Penelitian ini dilaksanakan wilayah jalan Semarang, Kota Surabaya, Jawa
Timur. Populasi pada penelitian ini yaitu pekerja di industri – industri mebel di Jalan
Semarang Kota Surabaya yang berjumlah 37 orang. Sampel diambil dengan metode total
sampling sehingga seluruh populasi sampel penelitian dengan jumlah sampel adalah 37
pekerja mebel.

Variabel dalam penelitian terdiri dari variabel independen yaitu Kadar debu
respirabel, serta variabel dependent yaitu keluhan kesehatan pada pekerja. Teknik
pengumpulan data menggunakan teknik wawancara dengan bantuan kuesioner, observasi
dengan menggunakan checklist dan pengukuran debu dengan menggunakan personal dust
sampler. Uji yang digunakan dalam penelitian ini yaitu uji regresi logistik.

HASIL PENELITIAN:

Hasil analisis Debu respirabel dari lingkngan kerja yang berpengaruh terhadap
keluhan kesehatan (batuk, flu, sesak nafas) pada responden dengan menggunakan uji regresi
logistik secara bivariat. Hasil analisis debu respirabel dengan kriteria diatas nilai ambang
batas dan di bawah nilai ambang batas. Hasil tersebut menunjukan debu respirabel memiliki
pengaruh terhadap keluhan kesehatan pada pekerja. Hasil tersebut dapat diketahui dari nilai
signifikansi atau P value < dari nilai alfa (α) (0,05), yaitu 0,018. Tingkat risiko debu
respirabel terhadap keluhan kesehatan pada pekerja mebel berdasarkan nilai exp (B) yaitu
6,080.

PEMBAHASAN:

Debu, terutama debu kayu, dapat menjadi indikator pencemaran udara baik di dalam
maupun di luar gedung. Debu dengan partikel kecil dapat masuk ke paru-paru dan berpotensi
menyebabkan gangguan kesehatan, termasuk kanker paru. Hasil pengukuran debu dalam
jurnal menunjukkan bahwa beberapa sampel memiliki kadar debu yang melebihi nilai
ambang batas yang direkomendasikan untuk lingkungan kerja, yang dapat berisiko
menyebabkan gangguan kesehatan, seperti infeksi saluran pernapasan akut. Pengendalian
kadar debu sangat penting untuk menjaga keselamatan dan kesehatan kerja serta lingkungan.

Keluhan kesehatan terkait dengan masalah pada saluran pernapasan dapat melibatkan
berbagai jenis infeksi, salah satunya adalah infeksi saluran pernapasan akut. Infeksi pada
saluran pernapasan dapat disebabkan oleh berbagai patogen seperti virus, bakteri, dan
riketsia, dan dapat memengaruhi bagian saluran napas mulai dari hidung hingga alveoli,
termasuk struktur terkait seperti sinus, rongga telinga tengah, dan pleura. Infeksi saluran
pernapasan dapat berkisar dari infeksi ringan hingga penyakit parah, yang dapat memiliki
dampak kesehatan yang signifikan.

Resiko seseorang terkena masalah kesehatan pada saluran pernapasan dapat


dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti lingkungan, karakteristik individu, dan perilaku
pekerja. Faktor lingkungan mencakup pencemaran udara, termasuk debu dan asap rokok,
serta polusi udara dari industri. Faktor individu termasuk umur, jenis kelamin, dan tingkat
pendidikan, sementara perilaku pekerja, seperti merokok dan penggunaan alat pelindung diri,
juga berperan. Paparan debu, khususnya debu dari hasil industri seperti debu kayu, batu bara,
dan lainnya, dapat menyebabkan gangguan pernapasan baik akut maupun kronis. Beberapa
faktor yang memengaruhi timbulnya gangguan pernapasan akibat debu termasuk karakteristik
debu seperti partikel, bentuk, konsentrasi, daya larut, dan sifat kimianya, serta lama paparan.
Faktor individu seperti kekuatan paru, anatomi, dan fisiologi pada saluran pernapasan juga
dapat memengaruhi risiko terjadinya masalah kesehatan pernapasan.

Pengukuran debu di lingkungan kerja menunjukkan bahwa sebagian nilainya melebihi


Nilai Ambang Batas (NAB). Hasil analisis menunjukkan bahwa debu dengan nilai di atas
ambang batas memiliki pengaruh yang signifikan terhadap keluhan kesehatan yang dialami
oleh pekerja. Tingkat risiko lingkungan, terutama paparan debu di atas ambang batas,
menyebabkan pekerja memiliki resiko 6 kali lebih tinggi mengalami keluhan kesehatan
dibandingkan dengan pekerja yang terpapar debu di bawah ambang batas. Keluhan kesehatan
yang sering dialami oleh pekerja termasuk dalam gejala ISPA (Infeksi Saluran Pernafasan
Atas), seperti sesak nafas, batuk, flu, tenggorokan tidak nyaman, dan demam. Debu,
khususnya partikel PM10, memiliki potensi bahaya bagi kesehatan, dan konsentrasi debu
yang tinggi berhubungan dengan kejadian ISPA. Partikel PM10 dapat merusak sel tubuh
melalui sel parenkim paru, termasuk sel alveolus dan matriksnya.

Oleh karena itu, paparan debu di lingkungan kerja, terutama di industri mebel, dapat
menyebabkan masalah kesehatan serius, dan penggunaan alat pelindung diri (APD) serta
pengendalian konsentrasi debu menjadi krusial untuk melindungi kesehatan pekerja.

KESIMPULAN:

Paparan debu di tempat kerja dapat menyebabkan gangguan pernapasan akut maupun
kronis pada pekerja, salah satu nya hasil industri debu kayu. Pada industri mebel di Kota
Surabaya dalam proses produksinya menghasilkan banyak buangan debu kayu yang dapat
menyebabkan keluhan kesehatan terutama pada fungsi paru dan gangguan pernafasan.

Tingkat risiko debu terhadap keluhan kesehatan yang dirasakan oleh pekerja mebel
berdasarkan nilai exp (B) yaitu 6,080. Dan diartikan bahwa pekerja yang terpapar debu,
terutama dengan nilai diatas ambang batas di tempat kerja memiliki resiko 6 kali lebih
berisiko mengalami keluhan kesehatan dibandingkan dengan pekerja yang terpapar debu di
bawah ambang batas.

Kondisi tersebut sangat ditunjang dengan kondisi lingkungan yang memiliki faktor
risiko kesehatan yaitu banyaknya debu kayu hasil pekerjaan dan juga kurang memadahinya
alat pelindung diri (APD) dari para pekerja tersebut.
SARAN:

Pada penelitian ini saran yang mungkin bisa dilakukan dan juga berdasarkan saran
dari peneliti, yaitu :

1. Melakukan pemeriksaan kesehatan secara berkala pada pekerja yang terpapar debu
respirabel, terutama pada fungsi paru.
2. Meningkatkan penggunaan alat pelindung diri (APD) seperti masker, sarung tangan,
dan sepatu bot yang sesuai dengan standar keselamatan kerja.
3. Melakukan peningkatan ventilasi udara di tempat kerja, misalnya dengan
menggunakan exhaust fan atau kipas angin.
4. Melakukan edukasi dan sosialisasi kepada pekerja tentang bahaya debu respirabel dan
cara mencegahnya.
5. Melakukan pengawasan dan evaluasi secara rutin terhadap kondisi lingkungan kerja
dan kesehatan pekerja.

Anda mungkin juga menyukai