GIZI KERJA
Oleh :
Kelompok 4
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2023/2024
IDENTITAS JURNAL:
Judul: Analisis Kadar Debu Respirabel Terhadap Keluhan Kesehatan pada Pekerja
Tahun: 2021
PENDAHULUAN:
Penyakit akibat kerja merupakan penyakit yang ditimbulkan akibat suatu pekerjaan
seseorang. Penyebab penyakit ini bisa disebabkan oleh tindakan tidak aman (unsafe act) dan
kondisi tidak aman (unsafe condition).Salah satu kondisi tidak aman yang ada di lingkungan
yaitu dengan adanya debu di tempat kerja. Penyebab kematian yang diakibatkan oleh
pekerjaan berdasarkan International Labour Organization (ILO) adalah penyakit kanker
sebesar 34%, kecelakaan kerja 25%, penyakit saluran pernapasan 21%, penyakit
kardiovaskuler 15%, dan 5% disebabkan oleh faktor lain.1 Penyakit Infeksi saluran
pernapasan akut (ISPA) adalah masalah kesehatan yang utama dibuktikan dengan prevalensi
ISPA di Indonesia sebanyak 25,5% dengan 16 provinsi di antaranya mempunyai prevalensi di
atas angka nasional dan pneumonia sebanyak 2,1%.2 Infeksi saluran pernapasan akut
merupakan kejadian radang akut pada saluran pernapasan akut maupun bawah yang
disebabkan oleh infeksi jasad renik atau bakteri, virus, maupun riketsia, tanpa atau disertai
radang parenkim paru.3 Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi resiko seseorang terkena
jika ISPA, yaitu faktor lingkungan, karakteristik individu dan perilaku pekerja.
METODE PENELITIAN:
Variabel dalam penelitian terdiri dari variabel independen yaitu Kadar debu
respirabel, serta variabel dependent yaitu keluhan kesehatan pada pekerja. Teknik
pengumpulan data menggunakan teknik wawancara dengan bantuan kuesioner, observasi
dengan menggunakan checklist dan pengukuran debu dengan menggunakan personal dust
sampler. Uji yang digunakan dalam penelitian ini yaitu uji regresi logistik.
HASIL PENELITIAN:
Hasil analisis Debu respirabel dari lingkngan kerja yang berpengaruh terhadap
keluhan kesehatan (batuk, flu, sesak nafas) pada responden dengan menggunakan uji regresi
logistik secara bivariat. Hasil analisis debu respirabel dengan kriteria diatas nilai ambang
batas dan di bawah nilai ambang batas. Hasil tersebut menunjukan debu respirabel memiliki
pengaruh terhadap keluhan kesehatan pada pekerja. Hasil tersebut dapat diketahui dari nilai
signifikansi atau P value < dari nilai alfa (α) (0,05), yaitu 0,018. Tingkat risiko debu
respirabel terhadap keluhan kesehatan pada pekerja mebel berdasarkan nilai exp (B) yaitu
6,080.
PEMBAHASAN:
Debu, terutama debu kayu, dapat menjadi indikator pencemaran udara baik di dalam
maupun di luar gedung. Debu dengan partikel kecil dapat masuk ke paru-paru dan berpotensi
menyebabkan gangguan kesehatan, termasuk kanker paru. Hasil pengukuran debu dalam
jurnal menunjukkan bahwa beberapa sampel memiliki kadar debu yang melebihi nilai
ambang batas yang direkomendasikan untuk lingkungan kerja, yang dapat berisiko
menyebabkan gangguan kesehatan, seperti infeksi saluran pernapasan akut. Pengendalian
kadar debu sangat penting untuk menjaga keselamatan dan kesehatan kerja serta lingkungan.
Keluhan kesehatan terkait dengan masalah pada saluran pernapasan dapat melibatkan
berbagai jenis infeksi, salah satunya adalah infeksi saluran pernapasan akut. Infeksi pada
saluran pernapasan dapat disebabkan oleh berbagai patogen seperti virus, bakteri, dan
riketsia, dan dapat memengaruhi bagian saluran napas mulai dari hidung hingga alveoli,
termasuk struktur terkait seperti sinus, rongga telinga tengah, dan pleura. Infeksi saluran
pernapasan dapat berkisar dari infeksi ringan hingga penyakit parah, yang dapat memiliki
dampak kesehatan yang signifikan.
Oleh karena itu, paparan debu di lingkungan kerja, terutama di industri mebel, dapat
menyebabkan masalah kesehatan serius, dan penggunaan alat pelindung diri (APD) serta
pengendalian konsentrasi debu menjadi krusial untuk melindungi kesehatan pekerja.
KESIMPULAN:
Paparan debu di tempat kerja dapat menyebabkan gangguan pernapasan akut maupun
kronis pada pekerja, salah satu nya hasil industri debu kayu. Pada industri mebel di Kota
Surabaya dalam proses produksinya menghasilkan banyak buangan debu kayu yang dapat
menyebabkan keluhan kesehatan terutama pada fungsi paru dan gangguan pernafasan.
Tingkat risiko debu terhadap keluhan kesehatan yang dirasakan oleh pekerja mebel
berdasarkan nilai exp (B) yaitu 6,080. Dan diartikan bahwa pekerja yang terpapar debu,
terutama dengan nilai diatas ambang batas di tempat kerja memiliki resiko 6 kali lebih
berisiko mengalami keluhan kesehatan dibandingkan dengan pekerja yang terpapar debu di
bawah ambang batas.
Kondisi tersebut sangat ditunjang dengan kondisi lingkungan yang memiliki faktor
risiko kesehatan yaitu banyaknya debu kayu hasil pekerjaan dan juga kurang memadahinya
alat pelindung diri (APD) dari para pekerja tersebut.
SARAN:
Pada penelitian ini saran yang mungkin bisa dilakukan dan juga berdasarkan saran
dari peneliti, yaitu :
1. Melakukan pemeriksaan kesehatan secara berkala pada pekerja yang terpapar debu
respirabel, terutama pada fungsi paru.
2. Meningkatkan penggunaan alat pelindung diri (APD) seperti masker, sarung tangan,
dan sepatu bot yang sesuai dengan standar keselamatan kerja.
3. Melakukan peningkatan ventilasi udara di tempat kerja, misalnya dengan
menggunakan exhaust fan atau kipas angin.
4. Melakukan edukasi dan sosialisasi kepada pekerja tentang bahaya debu respirabel dan
cara mencegahnya.
5. Melakukan pengawasan dan evaluasi secara rutin terhadap kondisi lingkungan kerja
dan kesehatan pekerja.