Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH

PEMERIKSAAN RESPIRASI

DOSEN PENGAMPU: SRI HAYATI, M.Kep


DISUSUN OLEH
KELOMPOK 4 :
1. NISYA RIVANTI AULIA (88232031)
2. ANANDA SEKAR LOKAHIRA (88231013)
3. REY DINDA TRI MULYANTO (8821011)
4. MUHAMMAD ALI IBRAHIM (88231010)
5. SAARAH NUR AZIZAH (88231012)
6. SYAQILA AULIA NURLATIFAH (88232011)
7. NUR LAELA (88231022)
8. GHEFIRA SYIFA AZZAHRA (88231021)
9. NAZWA SYIFA KURNIA (88231071)
10. PUTRI DARYANTI (88231068)
11. AULIA KUSUMANING AYU (88232002)

UNIVERSITAS ADHIRAJASA RESWARA SANJAYA BANDUNG


FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN STUDI S1
2024
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah berkenan memberi petunjuk
dan hidayahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul TENTANG
PEMERIKSAAN RESPIRASI.
Dalam menyelesaikan makalah ini penulis banyak sekali mendapat bantuan, dukungan
moril maupun materi dari berbagai pihak dan pada kesempatan ini penulis mengucapkan
terimakasih kepada dosen pembimbing dan kepada teman-teman yang sudah memberikan bantuan
dan masukan sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini.
Dalam penulisan makalah ini, penulis telah berusaha semaksimal mungkin untuk
menyajikan yang terbaik, namun penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan. Oleh sebab itu, penulis sangat mengharapkan saran dan kritikan yang bersifat
membangun dari pembaca. Semoga ini dapat bermanfaat bagi semua pihak dan dapat
dipergunakan dengan sebaik-baik

Bandung, 21 Maret 2024


Tertanda,

penulis
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Pernapasan adalah fungsi vital yang fundamental bagi kehidupan manusia. Kegagalan dalam
fungsi pernapasan dapat mengakibatkan berbagai masalah kesehatan yang serius, bahkan
mengancam nyawa. Oleh karena itu, pemeriksaan respirasi menjadi salah satu aspek yang sangat
penting dalam praktik klinis. Dalam makalah ini, kami akan membahas pentingnya pemeriksaan
respirasi, teknik-teknik yang umum digunakan, serta signifikansinya dalam diagnosis dan
penanganan kondisi medis.
B. Definisi dan Tujuan
Pemeriksaan respirasi merujuk pada proses evaluasi sistem pernapasan seseorang. Tujuan
utamanya adalah untuk mengevaluasi fungsi normal pernapasan, mengidentifikasi kelainan atau
penyakit yang terkait dengan sistem pernapasan, serta memantau respons terhadap pengobatan
atau intervensi medis.
C. Teknik Pemeriksaan Respirasi

1. Observasi Visual: Observasi langsung terhadap pola pernapasan seseorang dapat memberikan
petunjuk awal mengenai adanya kesulitan pernapasan, seperti retraksi dada, penggunaan otot
bantu pernapasan, atau perubahan warna kulit.
2. Pengukuran Frekuensi Pernapasan: Menghitung jumlah pernapasan dalam satu menit
memberikan informasi tentang kecepatan pernapasan seseorang. Normalnya, frekuensi
pernapasan pada orang dewasa adalah sekitar 12-20 pernapasan per menit.
3. Pengukuran Pola Pernapasan: Evaluasi pola pernapasan melibatkan pengamatan terhadap
apakah pernapasan seseorang teratur, dalam, dangkal, atau ada pola pernapasan abnormal
seperti Cheyne-Stokes atau Kussmaul.
4. Auskultasi Paru: Auskultasi paru dilakukan dengan menggunakan stetoskop untuk
mendengarkan suara napas normal dan abnormal yang dihasilkan oleh paru-paru, seperti ronki,
wheezing, atau suara napas terengah-engah.
5. Pengukuran Saturasi Oksigen: Pengukuran saturasi oksigen (SpO2) dengan menggunakan
oksimeter memberikan informasi tentang jumlah oksigen yang terikat pada hemoglobin dalam
darah arteri. Normalnya, SpO2 adalah 95% atau lebih.
6. Evaluasi Penggunaan Otot Bantu Pernapasan: Pengamatan terhadap penggunaan otot bantu
pernapasan, seperti penggunaan otot perut atau otot leher, dapat mengindikasikan adanya
kesulitan pernapasan.

D. Signifikansi Pemeriksaan Respirasi dalam Praktik Klinis

1. Diagnosis Penyakit Paru: Pemeriksaan respirasi membantu dalam diagnosis penyakit paru
seperti asma, bronkitis, pneumonia, atau penyakit paru obstruktif kronis (PPOK).
2. Penilaian Kondisi Medis Darurat: Pemeriksaan respirasi penting dalam mengevaluasi pasien
dengan kondisi medis darurat seperti serangan asma, gagal napas, atau cedera paru-paru.
3. Monitoring Respons Terhadap Pengobatan: Pengukuran perubahan dalam frekuensi
pernapasan atau saturasi oksigen membantu dalam memantau respons pasien terhadap terapi
atau pengobatan yang diberikan.
4. Prakiraan Prognosis: Evaluasi pernapasan memberikan informasi penting tentang keparahan
penyakit dan membantu dalam memprediksi prognosis pasien.
BAB II
PEMBAHASAN

1. Penyakit sistem respirasi akibat kerja

Penyakit sistem respirasi yang disebabkan oleh paparan bahan-bahan berbahaya di tempat kerja
merupakan masalah serius yang dapat mempengaruhi kesehatan pekerja di berbagai industri.
Dalam makalah ini, kami akan membahas tentang penyakit sistem respirasi yang disebabkan oleh
faktor-faktor lingkungan di tempat kerja, termasuk jenis penyakit, faktor risiko, serta upaya
pencegahan dan penanganannya.

2. Penyakit Sistem Respirasi Akibat Kerja

1. Pneumokoniosis: Pneumokoniosis adalah penyakit paru-paru yang disebabkan oleh paparan


debu mineral seperti asbes, silika, atau karbon. Pekerja di sektor pertambangan, konstruksi, dan
manufaktur umumnya berisiko tinggi terkena penyakit ini.

2. Asma Pekerja: Asma pekerja disebabkan oleh paparan alergen atau iritan di tempat kerja. Bahan-
bahan seperti debu kayu, serbuk sereal, bahan kimia, atau gas-gas tertentu dapat menyebabkan
reaksi alergi pada saluran pernapasan, menyebabkan gejala asma.

3. Bronkitis Pekerja: Bronkitis pekerja terjadi akibat paparan debu organik atau kimia di tempat
kerja yang mengiritasi saluran pernapasan. Paparan yang berulang-ulang dapat menyebabkan
peradangan kronis pada bronkus, menyebabkan batuk kronis dan produksi dahak.

4. Pneumonia Akibat Kerja: Pneumonia akibat kerja bisa disebabkan oleh paparan berbagai agen
infeksius di tempat kerja, seperti bakteri, virus, atau jamur. Pekerja di sektor kesehatan atau
pertanian sering kali berisiko tinggi terkena pneumonia akibat kerja.

3. Faktor Risiko

Beberapa faktor risiko yang dapat meningkatkan kemungkinan terjadinya penyakit sistem respirasi
akibat kerja meliputi:

1. Paparan debu mineral atau kimia berbahaya.

2. Paparan asap, gas, atau uap yang mengiritasi saluran pernapasan.


3. Kondisi kerja yang memerlukan paparan terhadap lingkungan yang berbahaya tanpa
perlindungan yang memadai.

4. Kondisi kerja yang memerlukan pekerjaan di lingkungan yang berdebu atau beracun.

4. Pencegahan dan Penanganan


- Evaluasi Risiko: Penting bagi perusahaan untuk melakukan evaluasi risiko terhadap paparan
lingkungan di tempat kerja dan mengimplementasikan langkah-langkah pengendalian risiko
yang tepat.
- Penggunaan Perlindungan Diri: Pekerja harus dilengkapi dengan peralatan perlindungan diri
yang sesuai, seperti masker respirator, kacamata pelindung, atau pakaian pelindung, untuk
mengurangi paparan terhadap bahan berbahaya.
- Pendidikan dan Pelatihan: Pendidikan dan pelatihan mengenai bahaya paparan lingkungan di
tempat kerja serta cara penggunaan peralatan perlindungan diri sangat penting untuk
meningkatkan kesadaran dan keselamatan pekerja.
- Pemantauan Kesehatan: Pemantauan kesehatan rutin harus dilakukan untuk pekerja yang
berpotensi terkena paparan bahan berbahaya di tempat kerja guna mendeteksi dini adanya
penyakit sistem respirasi.
- Intervensi Medis dan Rehabilitasi: Pekerja yang terkena penyakit sistem respirasi akibat kerja
harus segera mendapatkan intervensi medis yang tepat serta program rehabilitasi untuk
meminimalkan dampak dan mempercepat pemulihan.

5. Pemeriksaan Respirasi dalam Konteks Lingkungan Kerja

1. Anamnesis Pekerjaan: Langkah awal dalam pemeriksaan respirasi adalah mengumpulkan


informasi tentang lingkungan kerja seseorang. Ini termasuk jenis zat berbahaya yang mungkin
dihadapi, durasi paparan, dan penggunaan alat pelindung diri.

2. Pemeriksaan Fisik: Pemeriksaan fisik melibatkan observasi visual terhadap gejala dan tanda-
tanda penyakit pernapasan seperti batuk, sesak napas, atau sianosis. Selain itu, auskultasi paru
dan pengukuran frekuensi pernapasan juga dilakukan.

3. Tes Fungsi Paru: Tes fungsi paru seperti spirometri digunakan untuk mengevaluasi kapasitas
paru, volume udara, dan aliran udara dalam saluran pernapasan. Tes ini membantu dalam
mendeteksi gangguan pernapasan yang mungkin disebabkan oleh paparan zat berbahaya di
lingkungan kerja.

4. Pengukuran Saturasi Oksigen: Pengukuran saturasi oksigen dengan oksimetri pulsa adalah cara
lain untuk mengevaluasi fungsi pernapasan. Penurunan saturasi oksigen dapat menjadi
indikator adanya gangguan pernapasan yang perlu ditangani.

5. Penilaian Faktor Risiko: Selain pemeriksaan langsung terhadap sistem pernapasan,


pemeriksaan juga melibatkan penilaian terhadap faktor risiko tambahan seperti riwayat
merokok atau paparan asap rokok di lingkungan kerja.

6. Pentingnya Pemeriksaan Respirasi dalam Konteks Kerja

- Deteksi Dini Penyakit Pernapasan: Pemeriksaan respirasi secara rutin dapat membantu dalam
mendeteksi dini penyakit pernapasan yang berkaitan dengan lingkungan kerja, memungkinkan
intervensi yang tepat waktu untuk mencegah perkembangan lebih lanjut.

- Evaluasi Efektivitas Kontrol Paparan: Dengan memantau kesehatan pernapasan pekerja,


pemeriksaan respirasi juga membantu dalam mengevaluasi efektivitas langkah-langkah
pengendalian risiko di tempat kerja, sehingga dapat dilakukan perbaikan jika diperlukan.

- Pencegahan Kerugian Ekonomi: Penyakit pernapasan yang diakibatkan oleh paparan zat
berbahaya dapat menyebabkan absensi kerja, penurunan produktivitas, dan biaya perawatan
kesehatan yang tinggi. Pemeriksaan respirasi yang berkala dapat membantu mencegah
kerugian ekonomi akibat penyakit tersebut.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

Pemeriksaan respirasi merupakan komponen penting dalam praktik klinis yang membantu dalam
diagnosis, pengelolaan, dan pemantauan kondisi medis yang terkait dengan sistem pernapasan.
Melalui berbagai teknik evaluasi yang tersedia, praktisi kesehatan dapat memperoleh wawasan
mendalam tentang kondisi pernapasan seseorang dan merencanakan intervensi yang sesuai untuk
meningkatkan kesehatan pernapasan serta kualitas hidup pasien. Oleh karena itu, pemahaman yang
baik tentang pemeriksaan respirasi menjadi kunci dalam penyediaan perawatan kesehatan yang
holistik dan efektif. Penyakit sistem respirasi akibat kerja merupakan masalah kesehatan yang
serius dan dapat mempengaruhi kualitas hidup pekerja. Penting bagi perusahaan dan pemerintah
untuk mengimplementasikan langkah-langkah pencegahan yang efektif dan memberikan
perlindungan yang memadai kepada pekerja agar dapat mengurangi risiko terkena paparan bahan
berbahaya di tempat kerja. Melalui upaya pencegahan yang holistik dan penanganan yang tepat,
kita dapat mengurangi angka kejadian penyakit sistem respirasi akibat kerja dan meningkatkan
kesejahteraan pekerja secara keseluruhan.

B. Saran
Pemeriksaan respirasi merupakan bagian penting dalam penilaian kesehatan seseorang dan untuk
melakukan pemeriksaan respirasi secara efektik yaitu dengan pelajari teknik pemeriksaan dengan
baik, buat lingkungan yang tenang, beri petunjuk pada pasien, periksa secara sistematis, catat
temuan dengan jelas, berikan penjelasan hasil pemeriksaan, rekomendasikan tindak lanjut yang
sesuai, dan dorong keterlibatan pasien.
DAFTAR PUSTAKA

1. American Thoracic Society/European Respiratory Society. (2002). ATS/ERS Statement on


Respiratory Muscle Testing. American Journal of Respiratory and Critical Care Medicine,
166(4), 518–624. doi:10.1164/rccm.166.4.518
2. Global Initiative for Chronic Obstructive Lung Disease (GOLD). (2021). Global Strategy
for the Diagnosis, Management, and Prevention of Chronic Obstructive Pulmonary Disease
(2021 Report). Retrieved from https://goldcopd.org/
3. Mahler, D. A. (2006). Peak expiratory flow: A study of 50 healthy subjects. American
Journal of Medicine, 80(1), 96–104. doi:10.1016/0002-9343(86)90346-0
4. Miller, M. R., Hankinson, J., Brusasco, V., Burgos, F., Casaburi, R., Coates, A., … Wanger,
J. (2005). Standardisation of spirometry. European Respiratory Journal, 26(2), 319–338.
doi:10.1183/09031936.05.00034805
5. National Heart, Lung, and Blood Institute. (2020). What Are Lung Function Tests?
Retrieved from https://www.nhlbi.nih.gov/health-topics/lung-function-tests
6. Pellegrino, R., Viegi, G., Brusasco, V., Crapo, R. O., Burgos, F., Casaburi, R., … Wanger,
J. (2005). Interpretative strategies for lung function tests. European Respiratory Journal,
26(5), 948–968. doi:10.1183/09031936.05.00035205
7. Global Initiative for Asthma (GINA). (2021). Global Strategy for Asthma Management and
Prevention (2021 Update). Retrieved from https://ginasthma.org/

Anda mungkin juga menyukai