OTORISASI :
Ade Tika Herawati, M.Kep Rd. Siti Jundiah, M.Kep Dede Nur Aziz M, M.Kep
VISI & MISI
“Menjadi Perguruan Tinggi Mandiri, Unggul, dan berdaya saing untuk meningkatkan
kualitas hidupbangsa Indonesia”
MISI
VISI
“Menjadi Fakultas yang Mandiri, Unggul, dan berdaya saing di bidang keperawatan
dalam meningkatkan kualitas hidup bangsa Indonesia pada tahun 2024”
MISI
Menghasilkan perawat yang mandiri, unggul dan berdaya saing dalam perawatan
luka untuk meningkatkan kualitas hidup bangsa Indonesia tahun 2024
Misi
ii
DAFTAR PENYUSUN MODUL KEPERAWATAN MEDIKA BEDAH I
Edited by
Team :
iii
LEMBAR REVISI
Assalamualaikum wr.wb
Teriring puji dan syukur ke hadirat Alloh S W T , Alhamdulillah Modul
Praktikum Keperawatan Medika Bedah I untuk Diploma III Keperawatan
Universitas Bhakti Kencana dapat diselesaikan.
1. Tujuan
1.1 Kompetensi yang Dicapai : Mahasiswa mampu melakukan kegiatan yang
berhubungan dengan kebutuhan Oksigenisasi : terapi Oksigen
1.2 Tujuan Praktikum :
a. Mahasiswa mengetahui tentang tindakkan yang dilakukan pada klien
dengan gangguan kebutuhan Oksigenisasi.
b. Mahasiswa dapat melakukan prosedur tindakan untuk memenuhi
kebutuhan gangguan kebutuhan Oksigenisasi : Terapi Oksigen.
2. Prinsip
Pemberian Oksigen diberikan pada klien dengan gangguan kebutuhan
oksigen dengan mengalirkan gas dari tabung sehingga tercipta tekanan negatif
sehingga udara dapat masuk ke dalam paru-paru lebih banyak.
5. Prosedur kerja
Bagan Kerja.
(Diisi oleh mahasiswa-dikosongkan beri Space yang cukup untuk mahasiswa
mengisi).
6.Hasil Praktikum
(Diisi oleh mahasiswa-dikosongkan beri Space yang cukup untuk mahasiswa
mengisi).
9. Daftar Pustaka
1. PPNI (2018), Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia, Definisi dan indikator
diagnostik, Jakarta, DPP PPNI.
2. PPNI (2018), Standar Intervensi Keperawatan Indonesia, Definisi dan Tindakkan
Keperawatan, Jakarta, DPP PPNI
3. PPNI (2021), Pedoman Standar Prosedur Operasional Keperawatan, Jakarta, DPP
PPNI
MODUL II
NEBULIZER
1. Tujuan :
1.1. Kompetensi yang dicapai : Mahasiswa mampu melakukan kegiatan yang berhubungan
dengan pemenuhan kebutuhan oksigen : Pemberian Nebulizer.
1.2. Tujuan Praktikum :
a. Mahasiswa mengetahui tentang prosedur pemberian Nebulizer
b. Mahasiswa mengetahui indikasi diberikannya Nebulizer
c. Mahasiswa mengetahui tentang tujuan dilakukannya Nebulizer
2. Prinsip
Pemberian Nebulizer dilakukan pada klien yang mengalami gangguan pernafasan akibat
adanya Bronkhokonstriksi, adanya sekret yang mengental dan gangguan oksigen lainnya.
6.Hasil Praktikum
(Diisi oleh mahasiswa-dikosongkan beri Space yang cukup untuk mahasiswa
mengisi).
7. Diskusi dan pembahasan
(Diisi oleh mahasiswa-dikosongkan beri Space yang cukup untuk mahasiswa
mengisi).
8.Kesimpulan
(Diisi oleh mahasiswa-dikosongkan beri Space yang cukup untuk mahasiswa mengisi).
9. Daftar Pustaka
1. PPNI (2018), Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia, Definisi dan indikator
diagnostik, Jakarta, DPP PPNI.
2. PPNI (2018), Standar Intervensi Keperawatan Indonesia, Definisi dan
Tindakkan Keperawatan, Jakarta, DPP PPNI
3. PPNI (2021), Pedoman Standar Prosedur Operasional Keperawatan, Jakarta,
DPP PPNI
MODUL 3
2. Prinsip
Latihan batuk efektif dilakukan pada pasien dengan penumpukkan sekret dengan tujuan
membersihkan faring, laring dan bronkhus atau benda asing di sepanjang jalan nafas.
3. Pendahuluan / Dasar Teori.
Xxxx
4. Alat dan Bahan.
Persiapan alat :
a. Sarung tangan bersih (jika perlu)
b. Tissue
c. Bengkok dengan cairan desinfektan.
d. Suplai Oksigen (Jika perlu).
e. Pengalas
5. Prosedur Kerja
Tindakkan yang dilakukan :
1. Identifikasi Pasien menggunakan minimal 2 identitas (Nama, TTL, no. Rekam medis)
2. Jelaskan tujuan dan langkah-langkah prosedur.
3. Siapkan alat dan bahan yang digunakan
4. Lakukan cuci tangan 6 langkah
5. Pasang sarung tangan bersih, Jika perlu
6. Identifikasi kemampuan batuk.
7. Atur posisi semi fowler dan fowler
8. Anjurkan menarik nafas melalui hidung selama 4 detik, menahan nafas selama 2 detik,
kemudian menghembuskan nafas dari mulut dengan bibir dibulatkan (mencucu) selama
8 detik.
9. Anjurkan mengulangi tindakkan menarik nafas dan menghembuskan selama 3 kali.
10. Anjurkan batuk dengan kuatlangsung setelah tarik nafas dalam yang ke-3
11. Kolaborasi pemberian mukolitik dan ekspektoran, jika perlu.
12. Rapikan pasien dan alat-alat yang digunakan
13. Lepaskan sarung tangan
14. Lakukan kebersihan tangan 6 langkah.
15. Dokumentasikan tindakkan yang dilakukan dan respon klien setelah dilakukan latihan
batuk efektif.
Bagan Kerja.
(Diisi oleh mahasiswa-dikosongkan beri Space yang cukup untuk mahasiswa
mengisi).
6.Hasil Praktikum
(Diisi oleh mahasiswa-dikosongkan beri Space yang cukup untuk mahasiswa
mengisi).
9. Daftar Pustaka
1. PPNI (2018), Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia, Definisi dan indikator
diagnostik, Jakarta, DPP PPNI.
2. PPNI (2018), Standar Intervensi Keperawatan Indonesia, Definisi dan Tindakkan
Keperawatan, Jakarta, DPP PPNI
3. PPNI (2021), Pedoman Standar Prosedur Operasional Keperawatan, Jakarta,
DPP PPNI
MODUL 4
PERAWATAN TRACHEOSTOMY
1. Tujuan :
a. Kompetensi yang dicapai : Mahasiswa mampu melakukan kegiatan yang
berhubungan dengan pemenuhan kebutuhan oksigen : Perawatan
Tracheostomy
b. Tujuan Praktikum :
1) Mahasiswa mengetahui tentang prosedur perawatan Tracheostomy
2) Mahasiswa mengetahui indikasi perawatan tracheostomy
3) Mahasiswa mengetahui tentang tujuan dilakukannya perawatan
Tracheostomy
2. Prinsip.
Perawatan Tracheostomy adalah tindakan yang dilakukan untuk mempertahankan
kebersihan, kepatenan Tracheostomy. Tujuan penatalaksanaan Tracheostomy adalah
mempertahankan kepatenan jalan nafas dan keadaan tracheostomy
5. Prosedur Kerja.
Evaluasi :
1. Respon pasien saat dilakukan tindakkan
2. Keadaan luka sekitar tracheostomy
3. Keadaan fiksasi trakheostony baik fiksasi dalam maupun fiksasi luar
4. Obat yang dipakai (Jika ada)
6. Hasil Praktikum
7. Diskusi dan Pembahasan
8. Kesimpulan
9. Pustaka
1. PPNI (2018), Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia, Definisi dan indikator
diagnostik, Jakarta, DPP PPNI.
2. PPNI (2018), Standar Intervensi Keperawatan Indonesia, Definisi dan Tindakkan
Keperawatan, Jakarta, DPP PPNI
3. PPNI (2021), Pedoman Standar Prosedur Operasional Keperawatan, Jakarta, DPP
PPNI
MODUL V
PEMERIKSAAN AGD
Tujuan
1.1. Kompetensi yang dicapai.
Mahasiswa mampu melakukan prosedur diagnostik yang berhubungan dengan
gangguan kebutuhan Oksigenisasi : Pemeriksaan AGD
1.2. Tujuan Praktikum.
a. Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan AGD
b. Mahasiswa mengetahui tujuan dilakukannya AGD
c. Mahasiswa mampu memahami hasil pemeriksaan AGD
Prinsip.
Pemeriksaan AGD diakukan dengan menggunakan darah arteri dengan menggunakan
prinsip steril.
Prosedur Kerja
Prosedur melakukan AGD :
1. Identifikasi Pasien menggunakan minimal 2 Identitas ( Nama, TTL, No. Rekam
medis).
2. Jelaskan tujuan dan langkah-langkah prosedur.
3. Siapkan alat dan bahan yang diperlukan.
4. Lakukan cuci tangan 6 langkah.
5. Pasang Handschoon bersih.
6. Lakukan Allentest sebelum menusuk Arteri Radialis.
7. Bilas Spuit dengan Heparin.
8. Tentukan Area penusukan dengan merasakan denyut nadi.
9. Pasang alas dibawah area penusukan.
10. Pasang Bantalan dibawah area pergelangan tangan (Jika perlu)
11. Bersihkan area penusukan dengan menggunakan aklohol swab.
12. Stabilisasi area arteri yang akan dilakukan penusukan dengan meregangkan kulit.
13. Tusuk jarum dengan sudut 45 derajat sampai 90 derajat dengan bevel menghadap
ke atas
14. Aspirasi darah sebanyak 1-3 cc
15. Cabut jarum dari arteri secara perlahan.
16. Tusukkan jarum spuit pada karet
17. Berikna penekanan pada area penusukan 5-15 menit.
18. Pasang Plester pada area penusukan.
19. Berikan label pada darah yang akan dikirimkan ke Laboratorium.
20. Rapikan pasien dan alat-alat yang telah digunakan.
21. Lepaskan Handschoon.
22. Lakukan cuci tangan 6 langkah.
23. Dokumentasikan prosedur yang telah dditentukan dan bagaimana Respon klien.
Hasil Praktikum
Diskusi dan Pembahasan
Kesimpulan
Pustaka
1. PPNI (2018), Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia, Definisi dan indikator
diagnostik, Jakarta, DPP PPNI.
2. PPNI (2018), Standar Intervensi Keperawatan Indonesia, Definisi dan Tindakkan
Keperawatan, Jakarta, DPP PPNI
3. PPNI (2021), Pedoman Standar Prosedur Operasional Keperawatan, Jakarta, DPP
PPNI
MODUL VI
PEMASANGAN KATETER
1. Tujuan
2. Prinsip.
Prinsip pemasangan kateter : Gentle/;embut, Aseptic dan antiseptic, lubrikasi yang
adekuat dan gunakan ukuran kateter yang lebih kecil / sesuai dengan ukuran klien.
Masalah yang sering terjadi pada pemasangan kateter adalah adanya sumbatan pada
kateter urine. Hal yang dapat dilakukan adalah spooling dengan cairan dan perawat
memastikan kebersihan dan kesterilannya.
5. Prosedur Kerja
1 Identifikasi Pasien menggunakan minimal 2 identitas (Nama, TTL, no. Rekam
medis)
2 Jelaskan tujuan dari pemasangan Kateter
3 Siapkan alat dan bahan yang digunakan
4 Jaga Privasi dan pasang sampiran
5 Atur posisi klien dalam posisi terlentang dengan kedua kaki Abduksi
6 Letakkan pengalas dibawah bokong
7 Tutup area pinggang dengan selimut
8 Lakukan kebersihan tangan 6 langkah
9 Pasang sarung tangan bersih
10 Bersihkan area genetalia dengan kapas/kassa dan cairan antiseptik
11 Bilas dan keringkan, kemudian lepas sarung tangan bersih
12 Buka set kateter steril dan alat-alat steril lainnta. Tempatkan dialas steril dengan
tetap memperhatikan tekhnik aseptik.
13 Pasang sarung tangan steril
14 Sambungkan kateter dengan urinebag
15 Pegang Penis tegak lurus dengan tangan non dominan dan masukkan 10 ml jelly
ke dalam meatus uretra dengan tangan dominan.
16 Tutup meatus uretra dengan jari jari telunjuk selama 1-2 menit
17 Masukkan kateter ke dalam meatus uretra secara perlahan dengan tangan
dominan sampai pangkal kateter sambil menganjurkan tarik nafas dalam.
18 Lakukan Fiksasi internal dengan memasukkan Nacl/aquabidest untuk
mengembangkan balon kateter
19 Tarik kateter perlahan sampai terasa ada tahanan untuk memastikan kateter
terfiksasi dengan baik dalam kandung kemih.
20 Lepaskan sarung tangan steril.
21 Lakukan fiksasi eksternal dengan plester di area abdomen bawah dengan penis
mengarah ke dada.
22 Gantungkan urinebag dengan posisi lebih rendah dari pasien
23 Pasang sarung tangan bersih dan ambil sampel urine segera dari kantung urine
bag (Jika perlu)
24 Lepaskan sarung tangan bersih
25 Rapikan pasien dan alat yang sudah digunakan
26 Lakukan kebersihan tangan 6 langkah
27 Dokumentasikan prosedur yang dilakukan. Catat warna urine, jumlah urine yang
keluar, jumlah Nacl/aquabidest yang dimasukkan untuk mengembangkan balon,
waktu pemasangan dan respon pasien saat dilakukan tindakkan.
6. Hasil Praktikum
9. Pustaka
1. PPNI (2018), Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia, Definisi dan indikator
diagnostik, Jakarta, DPP PPNI.
2. PPNI (2018), Standar Intervensi Keperawatan Indonesia, Definisi dan Tindakkan
Keperawatan, Jakarta, DPP PPNI
3. PPNI (2021), Pedoman Standar Prosedur Operasional Keperawatan, Jakarta, DPP
PPNI
MODUL VII
PERAWATAN KOLOSTOMI
1. Tujuan
1.1. Kompetensi yang dicapai.
Mahasiswa mampu melakukan prosedur diagnostik yang berhubungan dengan
gangguan kebutuhan Eliminasi : Perawatan Kolostomi
1.2. Tujuan Praktikum.
1. Mahasiswa mampu melakukan perawatan Kolostomi
2. Mahasiswa mengetahui tujuan dilakukannya perawatan kolostomi
3. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang komplikasi dan efek samping dari
pemasangan Kolostomi
2. Prinsip.
Prinsip perawatan kolostomi adalah bersih. Perawatan kolostomi dilakukan minimal 1x
perhari atau saat Dibutuhkan oleh klien.
2. Tipe Colostomy.
a. Coloctomy terminal/ akhir; usus dipisahkan ujungnya dikeluarkan melalui
dinding abdomen
b. Colostomy loop; suatu loop usus dikeluarkan dari abdomen (2 apertura :
proksimal dan distal)
3. Sasaran.
a. Penyakit hirscprung
b. Atresia ani
4. Hal-hal yang perlu diperhatikan
a. Jaga agar stoma tetap bersih. Untuk mencegah iritasi, hindari kontak feses dengan
area kulit sekitar
b. Kenakan pakaian longgar agar tidak menekan kolostomy
c. Laporka bila terdapat tanda seperti di bawah ini :
a. Perdarahan stoma lebih dari biasa, ketika membersihkan stoma
b. Perdarahan kulit sekitar stoma
c. Perubahan ukuran stoma
d. Waspada bila suhu tubuh pasien lebih dari normal
5. Prosedur Kerja
Prosedur Perawatan Kolostomi :
1. Identifikasi pasien menggunakan minimal 2 identitas (nama dan Tanggal lahir)
2. Jelaskan tujuan dan langkah prosedur.
3. Siapkan alat dan bahan yang dibutuhkan.
4. Lakukan kebersihan tangan 6 langkah.
5. Pasang sarung tangan
6. Jaga Privacy pasien.
7. Pasang pengalas dan gulung dibawah lokasi stoma.
8. Letakkan bengkok yang telah dilapisi plastik diatas pengalas
9. Buka Klip kantung kolostomy diatas plastik hitam dengan hati-hati.
10. Buka kantung stoma. Nuang feses dan urine.
11. Angkat base palte secara perlahan dan masukkan kedalam kanong plastik hitam.
12. Ganti sarung tangan.
13. Bersihkan stoma dan sekitar stoma menggunakan kapas dengan diameter 5-10 cm.
14. Bersihakan jahitan sekekliling stoma dengan cairan Nacl.
15. Keringkan stoma dengan kassa kering.
16. Tutup lubang stoma dengan menggunakan kassa lembab dan siapkan plate baru.
17. Pasang plate pada kulit sekitar stoma dan posisi stoma di bagian bawah.
18. Buka kertas pengalas dan berikan pasta disekeliling stoma dan rapikan dengan
menggunakan ujung jari kita.
19. Tekan dengan hati-hati sekeliling base plate menggunakan jari tangan.
20. Pasang kantung stoma.
21. Pasang klipnya dibawah kantung stoma sekitar 2-3 cm.
22. Rapikan pasien dan alat-alat yang digunakan.
23. Lepaskan sarung tangan.
24. Lakukan kebersihan tangan 6 langkah.
25. Dokumentasi prosedur yang dilakukan dan respon klien.
6. Hasil Praktikum
7. Diskusi dan Pembahasan
8. Kesimpulan
9. Pustaka
1. PPNI (2018), Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia, Definisi dan indikator
diagnostik, Jakarta, DPP PPNI.
2. PPNI (2018), Standar Intervensi Keperawatan Indonesia, Definisi dan Tindakkan
Keperawatan, Jakarta, DPP PPNI
3. PPNI (2021), Pedoman Standar Prosedur Operasional Keperawatan, Jakarta, DPP
PPNI
MODUL VIII
PEMASANGAN NGT
1. Tujuan :
1.1. Kompetensi yang dicapai : Mahasiswa mampu melakukan kegiatan yang
berhubungan dengan pemenuhan kebutuhan Nutrisi : Pemasangan NGT.
1.2. Tujuan Praktikum :
a. Mahasiswa mengetahui tentang prosedur pemasangan NGT
b. Mahasiswa mengetahui indikasi pemasangan NGT
c. Mahasiswa mengetahui tentang tujuan pemasangan NGT
2. Prinsip
Pemasangan NGT dilakukan dengan memasukkan selang yang dimasukkan melalui
hidung melalui tenggorokkan sampai ke dalam lambung. Prinsip pemangan NGT adalah
Bersih. Pemasangan NGT dilakukan untuk memenuhi kebutuhan nutrisi pada saat klien
mengalami kesulitan makan secara oral.
Tujuan pemasangan selang nasogastrik adalah untuk membantu pemberian makanan dan
obat-obatan kepada pasien yang tidak bisa mengonsumsi makanan atau obat dari mulut.
Selain itu, selang nasogastrik juga bisa digunakan untuk mengeluarkan gas atau cairan dari
dalam lambung.
Selain melalui hidung, selang juga bisa dimasukkan melalui mulut (oral). Selang ini disebut
sebagai selang orogastrik (orogastric tube/OGT).
NGT dan OGT digunakan untuk tujuan yang sama, tetapi selang orogastrik biasanya
dipasang pada pasien yang tidak bisa menggunakan selang nasogastrik, misalnya pasien
dengan cedera pada hidung atau bayi baru lahir yang perlu bernapas sepenuhnya dari
hidung.
Kondisi yang Memerlukan Selang Nasogastrik
Salah satu tujuan dilakukannya pemasangan selang nasogastrik adalah untuk pemberian
nutrisi, yaitu pada:
Pasien yang tidak mampu mengunyah atau menelan, misalnya penderita stroke
atau Disfaghia.
Selain itu, pemasangan selang nasogastrik juga dapat dilakukan untuk pengambilan sampel isi
lambung dan pengosongan lambung, misalnya untuk mengeluarkan zat beracun.
5. Prosedur Kerja
1 Identifikasi Pasien menggunakan minimal 2 identitas (Nama, TTL, no.
Rekam medis)
2 Jelaskan tujuan dari pemasangan NGT
3 Siapkan alat dan bahan yang digunakan
4 Lakukan cuci tangan 6 langkah
5 Pasang sarung tangan bersih
6 Posisikan pasien dalam posisi semi fowler
7 Letakkan pengalas di dada pasien
8 Tentukan panjang selang NGT dengan mengukur dari ujung hidung ke
telinga lalu ke Proxesus Xypodieus.
9 Tandai panjang selang yang telah diukur
10 Periksa kepatenan lubang hidung yang akan dipasang NGT
11 Lumasi ujung selang NGT dengan XY / jelly sekitar 10 cm
12 Masukkan selang secara perlahan tapi tegas melalui lubang hidung
sampai batas yang telah diukurr
13 Anjurkan pasien menundukkan kepala saat selang NGT mencapai
Nasofaring
14 Anjurkan klien menelan saat NGT dimasukkan
15 Periksa posisi ujung selang dengan cara :
1. Memasukkan sekitar 10 ml udara kedalam selang dan Auskultasi bunyi
udara pada lambung
2. Aspirasi cairan lambung
3. Cek keasaman cairan lambung dengan Kertas pH
16 Fiksasi selang NGT pada hidung dengan Plester
17 Rapikan Pasien dan alat alat yang telah digunakan
18 Lepaskan sarung tangan dan lakukan kebersihan tangan 6 langkah
19 Dokumentasikan ukuran NGT yang digunakan, panjang NGT yang
dimasukkan, lubang hidung yang digunakan , pengecekan posisi NGT dan
respon klien selama prosedur dilakukan.
6. Hasil Praktikum
7. Diskusi dan Pembahasan
8. Kesimpulan
9. Pustaka
1. PPNI (2018), Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia, Definisi dan indikator
diagnostik, Jakarta, DPP PPNI.
2. PPNI (2018), Standar Intervensi Keperawatan Indonesia, Definisi dan Tindakkan
Keperawatan, Jakarta, DPP PPNI
3. PPNI (2021), Pedoman Standar Prosedur Operasional Keperawatan, Jakarta, DPP
PPNI
MODUL IX
PEMASANGAN EKG
1. Tujuan :
1.1. Kompetensi yang dicapai : Mahasiswa mampu melakukan tindakkan yang
berhubungan dengan gangguan sirkulasi : Perekaman EKG.
1.2. Tujuan Praktikum :
a. Mahasiswa mengetahui tentang prosedur perekaman EKG
b. Mahasiswa mengetahui indikasi perekaman EKG
c. Mahasiswa mengetahui tentang tujuan dilakukannya perekaman EKG
2. Prinsip
Perekaman EKG dilakukan sebanyak 12 Sadapan dengan memasang elektroda pada area
tertentu pada ekstremitas dan dada untuk mendapatkan sadapan potensial listrik yang
dihasilkan oleh aktivitas jantung.
c. FREKUENSI JANTUNG
Cara menghitung Frequensi jantung :
a. Cara ke-1
HR = 1500 / x
Keterangan:
x = jumlah kotak kecil antara gelombang R yang satu dengan gelombang R
setelahnya.
b. Cara ke-2
HR = 300 / y
Keterangan: y = jumlah kotak sedang (5×5 kotak kecil) antara gelombang R yang
satu dengan gelombang R setelahnya. (jika tidak pas boleh dibulatkan ke angka
yang mendekati, berkoma juga ga masalah)
c. Cara ke-3
Adalah cara yang paling mudah, bisa ditentukan pada Lead II panjang (durasi 6
detik, patokannya ada di titik-titik kecil di bawah kertas EKG, jarak antara titik 1
dengan titik setelahnya = 1 detik, jadi kalau mau 6 detik, bikin aja lead II manual
dengan 7 titik).
Caranya adalah:
HR = Jumlah QRS dalam 6 detik tadi itu x 10.
Nanti yang kita tentukan dari Frekuensi jantung adalah:
d. Gelombang P
Gelombang P adalah representasi dari depolarisasi atrium. Gelombang P yang normal:
lebar < 0,12 detik (3 kotak kecil ke kanan)
tinggi < 0,3 mV (3 kotak kecil ke atas)
selalu positif di lead II
selalu negatif di aVR
Yang ditentukan adalah normal atau tidak:
Normal
Tidak normal:
P-pulmonal : tinggi > 0,3 mV, bisa karena hipertrofi atrium kanan.
P-mitral: lebar > 0,12 detik dan muncul seperti 2 gelombang berdempet,
bisa karena hipertrofi atrium kiri.
P-bifasik: muncul gelombang P ke atas dan diikuti gelombang ke bawah,
bisa terlihat di lead V1, biasanya berkaitan juga dengan hipertrofi atrium
kiri.
e. PR Interval
PR interval adalah jarak dari awal gelombang P sampai awal komplek QRS.
Normalnya 0,12 – 0,20 detik (3 – 5 kotak kecil). Jika memanjang, berarti ada blokade
impuls. Misalkan pada pasien aritmia blok AV, dll.
Yang ditentukan: normal atau memanjang.
f. Kompleks QRS
Adalah representasi dari depolarisasi ventrikel. Terdiri dari gelombang Q, R dan S.
Normalnya:
Lebar = 0.06 – 0,12 detik (1,5 – 3 kotak kecil)
tinggi tergantung lead.
Yang dinilai:
a. Gelombang Q : adalah defleksi pertama setelah interval PR / gelombang P.
Tentukan apakah dia normal atau patologis. Q Patologis antara lain:
durasinya > 0,04 (1 kotak kecil)
dalamnya > 1/3 tinggi gelombang R.
d. Tentukan RVH/LVH
Rumusnya,
RVH jika tinggi R / tinggi S di V1 > 1
LVH jika tinggi RV5 + tinggi SV1 > 35
g. ST Segmen
ST segmen adalah garis antara akhir kompleks QRS dengan awal gelombang T.
Bagian ini merepresentasikan akhir dari depolarisasi hingga awal repolarisasi
ventrikel. Yang dinilai:
Normal: berada di garis isoelektrik
Elevasi (berada di atas garis isoelektrik, menandakan adanya infark miokard)
Depresi (berada di bawah garis isoelektrik, menandakan iskemik)
h. Gelombang T
Gelombang T adalah representasi dari repolarisasi ventrikel. Yang dinilai adalah:
Normal: positif di semua lead kecuali aVR
Inverted: negatif di lead selain aVR (T inverted menandakan adanya iskemik)
3. Posisi Elektroda
4. Hasil EKG Normal
5. Prosedur Kerja
1 Identifikasi Pasien menggunakan minimal 2 identitas (Nama, TTL, no. Rekam
medis)
2 Jelaskan tujuan dari pemasangan NGT
3 Siapkan alat dan bahan yang digunakan
4 Lakukan cuci tangan 6 langkah
5 Pasang sarung tangan bersih
6 Atur posisi klien senyaman mungkin
7 Jaga Privasi Klien
8 Bersihkan permukaan kulit dipergelangan tangan, kaki dan dada
9 Berikan jelly secukupnya pada area yg akan dipasang elektroda
10 Sambungkan kabel dengan Manset eklektroda pada ekstremitas
11 Pasang manset elektroda ekstremitas pada pergelangan tangan tangan dan kaki.
a. Kabel RA dengan elektroda dinpergelangan tangan kanan.
b. Kabel LA dengan elektroda di pergelangan tangan kiri.
c. LF atau LL dengan elektroda dinpergelangan kaki kiri
d. RF atan LF atau N dengan elektroda dipergelangan kaki kanan.
12 Sambungkan kabel dengan elektroda dada
13 Pasang balon elektroda pada dada.
C1 pada Riang intercosta IV tepi sternal kanan.
C2 pada Intercostal IV tepi sternal kiri
C3 pertengahan C2 dan C4
C4 pada Ruang Intercostal V kiri di garis Midclavicula
C5 pada Ruang Intercostal V kiri di garis Axila Anterior
C6 pada Ruang Intercostal V Kiri di garis Mid Aksila
14 Nyalakan mesin EKG dan operasikan mesin EKG sesuai petunjuk penggunaan
mesin.
15 Anjurkan klien bernafas Normal dan tidak bergerak serta tidak berbicara saat
perekaman.
16 Lakukan perekaman Jantung
17 Matikan mesin EKG
18 Lepaskan elektroda pada dada dan ekstremitas
19 Bersihkan jelly dari tempat perekaman pada dada dan ekstremitas
20 Tuliskan Identitas pasien pada kertas EKG
21 Rapikan pasien dan alat-alat yang sudah digunakan
22 Lakukan kebersihan tangan 6 langkah
23 Dokumentasikan prosedur yang sudah dilakukan, hasil perekaman EKG dan
respon klien selama prosedur dilakukan.
6. Hasil Praktikum
9. Pustaka
1. PPNI (2018), Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia, Definisi dan indikator
diagnostik, Jakarta, DPP PPNI.
2. PPNI (2018), Standar Intervensi Keperawatan Indonesia, Definisi dan Tindakkan
Keperawatan, Jakarta, DPP PPNI
3. PPNI (2021), Pedoman Standar Prosedur Operasional Keperawatan, Jakarta, DPP
PPNI
MODUL X
SKRINING TUBERKULOSIS
1. Tujuan
1.1 Kompetensi yang Dicapai : Mahasiswa mampu melakukan kegiatan yang
berhubungan dengan kebutuhan Oksigenisasi : Skrining Tuberkulosis.
1.2 Tujuan Praktikum :
a. Mahasiswa mengetahui tentang tindakkan yang dilakukan pada pasien
yang dilakukan skrining Tuberkolosis
b. Mahasiswa dapat melakukan prosedur tindakan yang dilakukan saat
melakukan skrining Tuberkulosis
2. Prinsip
Skrining tuberkulosis dilakukan sebagai salahsatu prosedur diagnostik untuk
mengetahui apakah seseorang itu mengidap Tuberkulosis atau tidak. .
Skrining TB dilakukan sebagai upaya untuk deteksi dini penyakit TB. Ada beberapa
kelompok yang perlu mendapatkan skrining TB, mulai dari orang dengan riwayat
kontak langsung dengan penderita, orang yang tinggal di lingkungan padat
penduduk, hingga pekerja kantoran,
Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, ada beberapa kelompok orang yang
perlu mendapatkan skrining TB. Berikut ini adalah kelompok-kelompok yang
kemungkinan perlu melakukan skrining TB:
Orang yang kontak langsung dengan penderita TB, seperti tenaga medis
Orang yang tinggal di lingkungan padat penduduk, lingkungan kumuh, atau barak
pengungsian
Orang yang bekerja di tempat penampungan tunawisma, panti jompo, atau penjara
Perokok, orang lanjut usia, atau orang yang menderita malnutrisi, DM (diabetes
melitus), atau HIV/AIDS
Meski begitu, perlu tidaknya skrining akan ditentukan berdasarkan hasil kuesioner
khusus yang akan diberikan oleh petugas kesehatan. Kuesioner ini berisi
pertanyaan untuk melihat seberapa besar risiko pasien terinfeksi TB dan apakah
pasien memerlukan skrining TB.
Skrining sebagai upaya penanggulangan TB bisa dilakukan pada orang dewasa dan
anak-anak. Pada orang dewasa, setelah melakukan anamnesis atau tanya jawab,
akan dilakukan serangkaian tes berikut ini:
Tes dahak
Tes dahak atau BTA menggunakan sampel dahak untuk mendeteksi bakteri TB.
Dokter akan memberikan wadah khusus yang sudah disteril untuk menampung
dahak.
Dahak yang diperlukan dalam pemeriksaan BTA diambil sewaktu, yaitu dahak
pertama yang diambil saat berkunjung ke fasilitas kesehatan, serta yang diambil di
pagi hari, yaitu dahak tampungan di pagi hari segera setelah bangun tidur. Sampel
dahak tersebut kemudian dibawa ke faskes, baik itu puskesmas atau rumah sakit.
Agar lebih mudah mengeluarkan dahak, ada beberapa tips yang bisa dilakukan,
yaitu:
Saat pagi hari sebelum mengambil sampel dahak, gosok gigi tanpa menggunakan
cairan antiseptik atau obat kumur.
Tarik napas dalam-dalam dan tahan beberapa detik, kemudian keluarkan batuk
dengan agak keras agar dahak keluar.
Ulangi langkah tadi beberapa kali sampai dahak yang keluar cukup untuk sebagai
sampel.
Pastikan yang keluar bukanlah air liur, melainkan dahak yang bertekstur kental dan
berwarna.
Simpan dahak di dalam wadah yang telah disediakan dan tutup rapat.
Simpan wadah tersebut di ruangan yang dingin, sebisa mungkin jangan simpan di
dalam suhu ruang.
Bila kesulitan mengeluarkan dahak, dianjurkan untuk menghirup uap hangat dari
air panas atau ketika mandi dengan air panas. Namun, lakukanlah dengan hati-hati
agar kulit tidak mengalami luka bakar.
Bila dari hasil tes dahak ditemukan bakteri TB, maka orang tersebut didiagnosis
menderita TB dan perlu mendapatkan penanganan.
Foto Rontgen
Foto Rontgen dada juga dilakukan sebagai bagian skrining TB. Skrining dengan
Rontgen dada bisa dilakukan oleh orang-orang di lingkungan yang berisiko
terinfeksi TB, seperti asrama dan lapas, serta kelompok orang tertentu, seperti
ODHA (orang dengan HIV/AIDS) atau penderita diabetes melitus.
Sama seperti pada orang dewasa, skrining TB pada anak-anak juga dilakukan
dengan melakukan tes dahak dan foto Rontgen. Namun, yang membedakan adalah
anak-anak juga perlu menjalani beberapa tes berikut ini:
Tes Mantoux
Pada tes ini, dokter akan menyuntikkan sedikit tuberkulin, yaitu protein yang
mengandung bakteri TBC, ke kulit lengan bawah. Setelah itu, kulit yang telah
mendapat suntikan ini akan dipantau reaksinya selama 48–72 jam dan selanjutnya
dilakukan penilaian.
Skoring TB
Setelah menjalani tes Mantoux, anak akan menjalani tes dahak dan foto Rontgen.
Selanjutnya, dokter juga akan melakukan skoring TB. Jumlah skor yang didapat
bisa menjadi landasan dokter untuk menentukan terapi pada anak.
Sistem skoring untuk mendiagnosis TB anak adalah sebagai berikut:
Parameter 0 1 2 3 Skor
Laporan
keluarga,
BTA negatif
Kontak TB Tidak jelas - atau BTA BTA (+)
tidak jelas,
BTA tidak
tahu
Positif (≥10 mm
Uji tuberkulin (tes
Negatif - - atau ≥5 mm pada
Mantoux)
imunokompromais)
Klinis gizi
BB/TB<90% buruk atau
Berat badan/keadaan
- atau BB/TB<70% -
gizi
BB/U<80% atau
BB/U<60%
Pembesaran kelenjar
≥1 cm, >1,
limfe leher, ketiak, - - -
tidak nyeri
lipat paha
Pembengkakan
Ada
tulang/sendi panggul, - - -
pembengkakan
lutut, falang
Normal/
Gambaran
Foto toraks kelainan - -
sugestif TB
tidak jelas
Skor total
Penyakit TB harus dideteksi sejak dini dan diobati sampai tuntas. Hal ini karena TB
merupakan penyakit yang mudah menular, berisiko resisten terhadap pengobatan, serta bisa
menyebabkan berbagai komplikasi dan kematian.
4. Alat dan bahan
Alat dan bahan yang diperlukan adalah
1. Alat pelindung diri (Masker N95)
2. Sarung tangan
3. Google
4. Formulir skrining TB
5. Prosedur kerja
6.Hasil Praktikum
(Diisi oleh mahasiswa-dikosongkan beri Space yang cukup untuk mahasiswa
mengisi).
7. Diskusi dan pembahasan
(Diisi oleh mahasiswa-dikosongkan beri Space yang cukup untuk mahasiswa
mengisi).
8. Kesimpulan
(Diisi oleh mahasiswa-dikosongkan beri Space yang cukup untuk mahasiswa mengisi).
9. Daftar Pustaka
1. PPNI (2018), Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia, Definisi dan indikator
diagnostik, Jakarta, DPP PPNI.
2. PPNI (2018), Standar Intervensi Keperawatan Indonesia, Definisi dan Tindakkan
Keperawatan, Jakarta, DPP PPNI
3. PPNI (2021), Pedoman Standar Prosedur Operasional Keperawatan, Jakarta, DPP
PPNI
MODUL XI
1. Tujuan :
1.1. Kompetensi yang dicapai : Mahasiswa mampu melakukan kegiatan yang berhubungan
dengan pemenuhan kebutuhan Eliminasi : pengambilan sampel urine tengah
(Midstream).
1.2. Tujuan Praktikum :
a. Mahasiswa mengetahui tentang prosedur pengambilan sampel urine tengah
b. Mahasiswa mengetahui indikasi dilakukan pengambilan sampel urine tengah
c. Mahasiswa mengetahui tentang tujuan dilakukan pengambilan sampel urine
tengah
2. Prinsip
Pemberian Nebulizer dilakukan pada klien yang mengalami gangguan pernafasan akibat
adanya Bronkhokonstriksi, adanya sekret yang mengental dan gangguan oksigen lainnya.
Pengambilan sampel urine untuk diagnosis infeksi saluran kemih (ISK) pada anak sering kali
sulit dilakukan karena anak-anak berusia muda belum dapat mengikuti instruksi urinasi.
Padahal, pengambilan sampel urine untuk menegakkan diagnosis infeksi saluran kemih
sangat diperlukan karena manifestasi klinis ISK pada anak sering kali tidak spesifik. Infeksi
saluran kemih dapat memunculkan gejala berupa nyeri saat berkemih (disuria), nyeri perut,
dan demam.
Beberapa orang tua juga melaporkan gejala yang mirip dengan infeksi viral atau bakterial
lain, seperti anak menjadi tidak aktif, rewel, malas menyusu, dan muntah. Karena gejala ISK
pada anak tidak spesifik, diperlukan pemeriksaan sampel urine untuk diagnosis.
Kultur urine adalah pemeriksaan baku emas untuk diagnosis infeksi saluran kemih. Akurasi
hasil kultur urine akan sangat tergantung pada metode pengambilan sampel urine, karena
metode pengambilan yang tidak tepat dapat menyebabkan kontaminasi urine. Saat ini
masih terdapat perdebatan mengenai metode pengambilan sampel urine yang terbaik pada
5. Prosedur Kerja
Tindakkan yang dilakukan :
1. Identifikasi Pasien menggunakan minimal 2 identitas (Nama, TTL, no. Rekam medis)
2. Jelaskan tujuan dan langkah-langkah prosedur.
3. Siapkan alat dan bahan yang diperlukan
4. Lakukan cuci tangan 6 langkah
5. Pasang sarung tangan
6. Anjurkan menginformasikan jika pasien akan berkemih.
7. Anjurkan aliran urine awal dibuang dan aliran selanjutnya ditampung dalam wadah.
8. Anjurkan penampungan urine selesai sebelum aliran urine habis.
9. Tutup rapat wadah urine untuk mencegah kebocoran dan kontaminasi
10. Berikan label pada wadah sampel urine (nama jelas, no RM, tanggal pengambilan dan
waktu pengambilan sampel urine)
11. Kirim sampel urine ke laboratorium
12. Lepaskan sarung tangan
13. Lakukan kebersihan tangan 6 langkah
14. Dokumentasikan prosedur yang dilakukan dan respon pasien.
Bagan Kerja.
(Diisi oleh mahasiswa-dikosongkan beri Space yang cukup untuk mahasiswa
mengisi).
6.Hasil Praktikum
(Diisi oleh mahasiswa-dikosongkan beri Space yang cukup untuk mahasiswa
mengisi).
8.Kesimpulan
(Diisi oleh mahasiswa-dikosongkan beri Space yang cukup untuk mahasiswa mengisi).
9.Daftar Pustaka
1. PPNI (2018), Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia, Definisi dan indikator
diagnostik, Jakarta, DPP PPNI.
2. PPNI (2018), Standar Intervensi Keperawatan Indonesia, Definisi dan
Tindakkan Keperawatan, Jakarta, DPP PPNI
3. PPNI (2021), Pedoman Standar Prosedur Operasional Keperawatan, Jakarta,
DPP PPNI
MODUL XII
2. Prinsip
Pengambilan darah vena dilakukan menggunakan sampel darah yang berasal dari
pembuluh darah vena.
6.Hasil Praktikum
(Diisi oleh mahasiswa-dikosongkan beri Space yang cukup untuk mahasiswa mengisi).
7. Diskusi dan pembahasan
(Diisi oleh mahasiswa-dikosongkan beri Space yang cukup untuk mahasiswa
mengisi).
8.Kesimpulan
(Diisi oleh mahasiswa-dikosongkan beri Space yang cukup untuk mahasiswa mengisi).
9. Daftar Pustaka
1. PPNI (2018), Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia, Definisi dan indikator
diagnostik, Jakarta, DPP PPNI.
2. PPNI (2018), Standar Intervensi Keperawatan Indonesia, Definisi dan Tindakkan
Keperawatan, Jakarta, DPP PPNI
3. PPNI (2021), Pedoman Standar Prosedur Operasional Keperawatan, Jakarta,
DPP PPNI
MODUL XIII
PENGHISAPAN JALAN NAFAS
1. Tujuan :
a. Kompetensi yang dicapai : Mahasiswa mampu melakukan kegiatan yang
berhubungan dengan pemenuhan kebutuhan oksigen : Penghisapan jalan nafas.
b. Tujuan Praktikum :
1) Mahasiswa mengetahui tentang prosedur penghisapan jalan nafas
2) Mahasiswa mengetahui indikasi dilakukannya penghisapan jalan nafas.
3) Mahasiswa mengetahui tentang tujuan dilakukannya penghisapan jalan
nafas.
2. Prinsip.
Penghisapan jalan nafas adalah upaya membersihkan sekret dengan memasukkan
kateter suction bertekanan negatif kedalam mulut. Nasofaring, trakhea dan
Endotracheal Tube (ETT).
Persiapan Pasien
Suctioning adalah komponen kebersihan bronkus yang melibatkan aspirasi mekanis
sekret dari nasofaring, orofaring, dan trakea. Jalan napas mungkin dalam keadaan
alami atau buatan (seperti selang endotrakeal). Pasien mungkin menerima atau tidak
menerima ventilasi mekanis. Prosedurnya mencakup persiapan pasien, tindakan
penyedotan yang sebenarnya, dan perawatan lanjutan serta observasi pasien.
Untuk mempersiapkan pasien yang sadar untuk melakukan penyedotan, pasien harus
diberi oksigen terlebih dahulu dengan oksigen 100% selama minimal 30 detik sebelum
tindakan penyedotan. Beberapa kondisi pasien mungkin menghalangi penggunaan
teknik pra-oksigenasi, karena jalan napas mungkin terhambat sehingga menghambat
oksigenasi. Penyedotan jalan napas mungkin diindikasikan untuk memungkinkan
oksigenasi.
5. Prosedur Kerja.
.
12. Berikan oksigen 100% Minimal 30 detik dengan selang oksigen.
13. Pasang sarung tangan steril.
14. Lakukan penghisapan tidak lebih dari 15 detik.
15. Lakukan penghisapan pada ETT terlebih dahulu lalu hidung dan mulut (Jika pasien
terpasang ETT).
16. Bilas selang suction dengan cairan steril.
17. Berikan kesempatan bernafas 3-5 kali sebelum penghisapan berikutnya.
18. Monitor saturasi oksigen selama penghisapan.
19. Lepas dan buang selang suction
20. .matikan mesin selang suction.
21. Auskultasi kembali suara nafas.
22. Rapikan pasien dan alat-alat yang sudah digunakan.
23. Lepaskan sarung tangan.
24. Lakukan kebersihan tangan 6 langkah.
25. Dokumentasikan warna, jumlah, konsistensi sputum, kemampuan batuk, saturasi
oksigen dan suara nafas serta respon pasien.
6. Hasil Praktikum
9. Pustaka
1. PPNI (2018), Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia, Definisi dan indikator
diagnostik, Jakarta, DPP PPNI.
2. PPNI (2018), Standar Intervensi Keperawatan Indonesia, Definisi dan Tindakkan
Keperawatan, Jakarta, DPP PPNI
3. PPNI (2021), Pedoman Standar Prosedur Operasional Keperawatan, Jakarta, DPP
PPNI
MODUL X IV
PEMBERIAN NUTRISI PARENTERAL
Tujuan
1.1. Kompetensi yang dicapai.
Mahasiswa mampu melakukan prosedur diagnostik yang berhubungan dengan
gangguan kebutuhan nutrisi : Pemberian Nutrisi Parenteral.
1.2. Tujuan Praktikum.
a. Mahasiswa mampu melakukan pemberian nutrisi parenteral
b. Mahasiswa mengetahui tujuan diberikannya nutrisi parenteral
c. Mahasiswa mengetahui prosedur pemberian nutrisi parenteral
Prinsip.
Pemberian nutrisi parenteral adalah pemberian nutrisi melalui pembuluh darah vena
baik total parenteral nutrisi atau pemberian nutrisi parenteral secara parsial pada
pasien yang tidak dapat memenuhi kebutuhan nutrinya nya secara oral dan enteral.
Berikut ini adalah beberapa kondisi yang membuat seseorang perlu mendapatkan
nutrisi parenteral:
• Kanker pada saluran pencernaan, misalnya kanker lambung dan kanker usus besar
• Penyakit radang usus, seperi penyakit Crohn dan kolitis ulseratif
• Riwayat operasi pada usus
• Gangguan pada aliran darah atau iskemia
• Penyumbatan di usus, misalnya ileus obstruktif
• Malabsorpsi
• Kesulitan menelan atau disfagia
Pemberian nutrisi parenteral juga bisa dilakukan pada bayi yang tidak dapat mencerna
nutrisi dari ASI atau susu formula dengan baik, seperti pada kondisi necrotizing
enterocolitis atau NEC.
Pemberian nutrisi parenteral dilakukan melalui suntikan atau infus. Secara umum, ada
dua jenis metode pemberian nutrisi secara parenteral, yaitu:
1. Nutrisi parenteral total (total parenteral nutrition/TPN)
Metode pemberian nutrisi parenteral ini dilakukan pada pasien yang sama sekali tidak
bisa mencerna seluruh jenis nutrisi, sehingga seluruh asupan nutrisinya diberikan
sepenuhnya melalui infus.
2. Nutrisi parenteral parsial (partial parenteral nutrition/PPN)
PPN umumnya dilakukan dalam jangka waktu pendek pada pasien dengan kondisi
dehidrasi atau memiliki kesulitan mencerna nutrisi tertentu (malabsorpsi).
Meski bermanfaat untuk memenuhi kebutuhan nutrisi dan cairan tubuh, pemberian
nutrisi secara parenteral juga dapat menimbulkan beberapa risiko dan efek samping
berikut ini:
• Infeksi, biasanya pada pembuluh darah vena
• Pembengkakan di tangan, tungkai, wajah, atau di organ tertentu, seperti paru-paru
• Sesak napas
• Gangguan elektrolit
• Gula darah naik berlebihan (hiperglikemia) atau (hipoglikemia)
• Demam dan menggigil
• Pembekuan darah
• Gangguan fungsi hati
• Masalah pada empedu, misalnya pembentukan batu empedu atau radang empedu
• Berkurangnya kepadatan tulang, terutama pada pemberian nutrisi parenteral jangka
pajang
Hasil Praktikum
Diskusi dan Pembahasan
Kesimpulan
Pustaka
1. PPNI (2018), Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia, Definisi dan indikator
diagnostik, Jakarta, DPP PPNI.
2. PPNI (2018), Standar Intervensi Keperawatan Indonesia, Definisi dan Tindakkan
Keperawatan, Jakarta, DPP PPNI
3. PPNI (2021), Pedoman Standar Prosedur Operasional Keperawatan, Jakarta, DPP
PPNI