Jurnal 1. Pencegahan Penyakit Paru Oleh Karena Debu Kapas Pada Pekerja
Tekstil
Pendahuluan : Debu kapas adalah debu yang ada di udara selama pemrosesan kapas.
Debu kapas mengandung berbagai zat, termasuk materi tanaman yang ikut digiling,
serat, bakteri jamur, tanah, pestisida, dan bahan kontaminan lainnya. Endotoksin yang
dimiliki oleh bakteri gram negatif dihipotesiskan sebagai agen etiologi dari bisinosis,
yaitu penyakit paru yang terkait dengan paparan debu kapas pada pekerja tekstil.
Schililling pada tahun 1963 menjelaskan kriteria penilaian bisinosis berdasarkan
gejala sesak yang dialami. Gejala pernapasan lain yang lazim dirasakan para pekerja
tekstil meliputi: batuk berdahak, mengi, dan sesak nafas. Dicina terdapat 32% pekerja
di pabrik tekstil ditemukan menderita bisinosis. Dalam jurnal ini akan dibahas
mengenai strategi intervensi pencegahan yang dapat diterapkan pada pabrik tekstil
Metode : Tinjauan dilakukan pada bulan juni 2012 hingga april 2013, penulis mencari
literatur melalui sumber PubMed, Cochrane, dan google schoolar. Kata kunci yang
digunakan dalam mencari literatur adalah pekerja tekstil, bisinosis, debu kapas,
pencegahan, intervensi, penyakit/gejala pernapasan, serta pemrosesan kapas. Sumber
akhir yang diambil adalah 70 literatur yang kemudian ditinjau oleh penulis dan
menghasilkan pemilihan 10 artikel terpilih.
Kesimpulan
Studi ini meninjau literature yang tersedia tentang strategi pencegahan untuk
perlindungan terhadap penyakit paru yang terkait dengan debu kapas pada pekerja
tekstil. Dalam metode pengendalian teknik penulis tidak dapat menemukan studi yang
menilai desain dan mesin tempat kerja yang lebih baik yang berdampak pada hasil
kesehatan pekerja tekstil, namun penulis menemukan beberapa literature tentang
pengendalian yang dilakukan sebelum pemrosesan kapas yaitu dengan mencuci kapas
tersebut. Namun hal ini akan memberikan efek pada kualitas benang sehingga sulit
untuk diterapkan pada pabrik. Pada kontrol administratif seperti pengawasan
lingkungan dan pemeriksaan medis berkala sangat penting pada tempat kerja yang
dengan risiko paparan debu kapas yang bertujuan dalam melindungi pekerja dari
penyakit paru. Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk menilai kelayakan dan
penerapan praktis dari pra-pemrosesan kapas untuk mengurangi tingkat debu kapas di
udara dalam proses selanjutnya di industry tekstil. Penggunaan intervensi dengan
biaya yang lebih rendah, seperti penggunaan masker wajah untuk perlindungan
terhadap debu kapas terkait morbiditas dan mortilitas pernapasan juga perlu menjadi
perhatian.
Jurnal 2. Paparan Debu Kapas: Analisis Fungsi Paru dan Gejala Pernafasan
Debu kapas diklasifikasikan menurut ukuran partikel nya menjadi 3 kelompok, yaitu
partikel debu (50-500 um), debu mikro (15-50 um), dan debu yang dapat dihirup
(breathable dust) (15 um) . Partikel-partikel inti cenderung tetap berada di bronkiolus
pernapasan dibagian tengah asinus. Pekerja di pabrik kapas bekerja di berbagai
departemen pabrik kapar, seperti membuka, memetik, menyisir, menenun, memotong,
dan memintal dan selama proses itu pekerja mendapatkan paparan debu kapas.
Paparan akut debu kapas dapat menyebabkan sesak, batuk berdahak, mengi, dan
kesulitan bernapas. Paparan debu kapas dalam jangka panjang dapat menyebabkan
berkurangnya Volume ekspirasi paksa (FEV1) . selain gejala pernapasan dan
gangguan paru, reaksi alergi kulit juga dapat ditemukan pada orang yang terpapar
debu kapas.
Metode
Studi Populasi
Kuisioner
Spirometri dilakukan dengan posisi duduk untuk semua subjek dengan alat spirometri.
Parameter spirometri yang diteliti adalah FCV (Forces vital capacity), FEV1, rasio
FEV1 dan FVC, dan peak expiratory flow rate (PEFR)
Analisis statistic
Evaluasi gejala pernapasan dan spirometri dilakukan pada smeua subjek. Data
dianalisis dengan software GraphPad Prism 5.01 (Graphpad prism). Data spirometri
dan karakteristik dasar subjek dibandingkan menggunakan uji t-tidak berpasangan
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menilai pengaruh paparan debu kapas terhadap
fungsi paru dan gejala pernapasan pada pekerja pabrik kapas.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa keluhan gejala pernapasan, seperti sesak napas,
batuk, lebih banuak pada pekerja pada pabrik kapas dibandingkan dengan subjek
kotrol. Temuan penelitian menunjukkan bahwa parameter spirometi (FEV1,
FEV1/FVC, dan PEFR) secara signifikan menurun pada pekerja pabrik kapas
dibandingkan dengan subjek control. Debu yang ada selama pemrosesan kapas
dianggap sebagai debu kapas. Debu ini merupakan campuran komponen yang
kompleks. Paparan debu kapas di tempat kerja dapat menyebabkan respons saluran
napas akut seperti bisinosis.
Bisinosis ditandai dengan sesak napas pada hari pertama minggu kerja. Terdapat
peningkatan batuk dan dahak. Pada tahap awal bisinosis, gejala ini mereda pada akhir
hari kerja dan muncul kembali pada senin pagi. Karena paparan secara terus menerus
terjadi, gejala lebih sering terjadi. Dipercaya bahwa tingkat atau keparahan respons
individu dengan gejala bisinosis terkaitan dengan tingkatan debu di tempat kerja.
Langkah awal dalam persiapan benang biasanya menghasilkan lebih banyak debu.
Surya dkk menemukan bahwa stress oksidatif dapat menyebabkan gangguan
pernapasan pada pekerja pabrik kapas. Saat durasi eksposur meningkat, efeknya pun
meningkat. Paparan jangka panjang terhadap debu kapas menyebabkan migrasi
makrofag/neutrophil menghasilka ROS (reactive oxygen spesies) yang menyebabkan
mekanisme inflamasi persisten yang memberikan gejala pernapasan. Salah satu studi
menunjukkan prevalensi gejala pernapasan pada bisinosis lebih tinggi pada perokok.
Kesimpulan : studi ini menunjukkan bahwa gejala pernapasan dan kelainan fungsi
paru terlihat pada pekerja kapas dibandingkan dengan kelompok control. Studi
menunjukkan dengan meningkatnya durasi paparan dapat meningkatkan gejala
pernapasan, dan perburukan pada pemeriksaan spirometeri. Untuk itu pemeriksaan
kesehatan rutin untuk semua pekerja pabrik diperlukan untuk mencegah penyakit paru
yang terkait dengan debu kapas.
Jurnal 3. Prevalensi Bisinosis pada Pekerja Kapas di Benin Utara
Metode : studi cross-sectional dilakukan pada bulan juni sampai juli 2006 di
perusahaan tekstil Benin. Dari 161 pekerja pabrik kapas, 109 subek tiap harinya
mendapat paparan debu kapas yang tinggi tiap harinya, 52 subjek diantaranya
memilik tugas administrative dan dianggap sebagai kelompok pekerja yang tidak
terpapar. Pekerja yang terpapar bekerja di divisi tenun, carding, dan pemintalan dan
harus bekerja selama 8-10 jam per hari.
Pengumpulan data
Hasil : nilai FVC pada kelompok terpapar secara signifikan lebih rendah bila
dibandingkan dengan kelompok kontrol. Pekerja yang terpapar memiliki gejala
pernapasan yang signifikan dibandingkan dengan kelompok kontrol. Pada hari senin
para pekerja yang terpapar memiliki gejala pernapasan yang jauh lebih banyak
daripada kelompok yang tidak terpapar. Pasien dengan derajat 3 bisinosis memiliki
prevalensi 21,1%
Pembahasan : Studi ini merupakan studi pertama tentang bisinosis di Benin. Semua
pekerja yang terpapar debu kapas dipabrik pemintalan dan tenun dimasukkan dalam
penelitian dan dibandingkan dengan pekerja yang tidka terpapar debu kapas.
Prevalensi gejala bisinosis pada pekerja yang terpapar debu secara signifikan lebih
tinggi daripada kelompok kontrol
Jurnal 4. Dosis Respon Paparan Debu Kapas Dengan Fungsi Paru pada Pekerja
Tekstil: Studi multitex di Karachi, Pakistan
Metode : Studi ini dilakukan sebagai bagian dari studi penelitian MultiTex yang lebih
besar (paket intervensi multifungsi untuk kesehatan pernapasan pekerja tekstil), yang
bertujuan untuk menentukan efektivitas paket intervensi untuk peningkatan kesehatan
pernapasan. Survei dilakukan dari januari hingga maret 2016 diantara pekerja tekstil
pria di Karachi, Pakistan . Penulis memasukkan data dari lima pabrik tekstil yang
dipilih dari kawasan indsutrik utama.
Spirometri
Fungsi paru diukur dengan spirometer Vitalograf . Pekerja diminta untuk tidak
merokok setidaknya satu jam sebelum spirometri dilakukan. Interpretasi spirometri
dilakukan dengan membandingkan nilai absolut dari indeks fungsi paru (FEV1, FVC,
dan FEV1/FVC).
Kuisioner
Kuisioner yang digunakan bersumber dari American Thoracic Society Respiratory
Soceity untuk menilai gejala pernapasan, riwayat alergi pada keluarga, riwayat
merokok, pekerjaan sebelumnya, serta paparan bahaya selama bekerja.
Pemantauan debu
Peneliti menggunakan UCB-PATS dalam pemantauan area mater partikel, ini
merupakan perangkat monitor partikel optik pencatatan data sederhana dan protabel
yang membawa detektor fotolistrik dan telah divalidasi dinegara. Pemantauan area
dilakukan oleh pengumpul data di semua sub bagian dari bagian pemintalan, dan
penenunan disetiap pabrik pada hari kerja. Perangkat ditempatkan pada ketinggian
sekitar 1,5 meter diatas lantai . perangkat mencatat konsentrasi partikel setiap menit.
Paparan debu harian rata-rata dihitung dengan membagi paparan debu kumulatif yang
dihitung dengan jumlah total hari kerja kerja di pabrik