Anda di halaman 1dari 8

SUMMARY

GAMBARAN PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI DAN GANGGUAN


KESEHATAN PEKERJA INDUSTRI MEUBEL
DI KECAMATAN TOLANGOHULA
KABUPATEN GORONTALO
ASRINI
Program Studi Kesehatan Masyarakat Peminatan Kesehatan Lingkungan
Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan Dan Keolahragaan
Universitas Negeri Gorontalo
Email : asrini_kesmas@yahoo.co.id
ABSTRAK
Asrini, 811409154, Gambaran Penggunaan Alat Pelindung Diri Dan Gangguan Kesehatan
Pekerja Industri Meubel Di Kecamatan Tolangohula Kabupaten Gorontalo. Skripsi, Jurusan
Kesehatan Masyarakat, Fakultas Ilmu-ilmu Kesehatan Dan Keolahragaan, Universitas
Negeri Gorontalo.
Industri meubel merupakan salah satu industri yang berisiko terpapar bahaya. Banyak
pekerja yang tidak menggunakan alat pelindung diri pada saat bekerja sehingga banyak pula
pekerja yang mengalami gangguan kesehatan. Tujuan penelitian ini untuk menggambarkan
penggunaan alat pelindung diri dan gangguan kesehatan pekerja industri meubel di kecamatan
tolangohula kabupaten gorontalo. Penelitian ini merupakan jenis penelitian Deskriptif.
Populasi dalam penelitian ini adalah pekerja industri meubel dengan jumlah 51 pekerja.
Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik total sampling sebanyak 51 pekerja. Untuk
analisa data menggunakan presentase berupa tabel dibantu dengan program Excel.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan 41.17 % menggunakan alat pelindung kepala
dengan jenis topi kain, 15.68 % menggunakan kaca mata, 45.1% menggunakan alat
pelindung pernapasan dengan jenis masker kain, 0 % menggunakan pakaian pelindung dan
alat pelindung kaki, dan 15.68 % menggunakan sarung tangan. Untuk gangguan kesehatan
74.51 % sering mengalami mata merah dan perih saat bekerja. 49.02 % mata terasa berpasir.
43,14 % batuk-batuk, 21.57 % Sesak napas, 64.71 % Bersin-bersin, 62.75 % hidung berlendir
atau beringus. 76.47 % Gatal-gatal dan 0% kulit pecah-pecah dan kering.
Kesimpulan penelitian ini adalah bahwa pekerja yang tidak menggunakan alat
pelindung diri lebih banyak sering mengalami gangguan kesehatan baik gangguan mata,
pernapasan, maupun kulit. Sebaiknya pekerja industri meubel yang terdapat di kecamatan
Tolangohula melakukan berbagai tindakan pencegahan untuk mengurangi terjadinya
gangguan kesehatan yakni dengan menggunakan alat pelindung dari pada saat bekerja.

Kata kunci : Alat Pelindung Diri, Gangguan Kesehatan, Pekerja Meubel











ABSTRACT

Asrini, 811409154, Illustration of Protecting Tool Self And Industrial Meubel Employ
health Trouble At Tolangohula's district Gorontalo's Regency. Skripsi, study Program
Environment, Society Health department, Hygiene faculty And sports, Gorontalo's Country
university.
The aim of this research to ilustrate the use of protecting tool self and industrial
meubel employ health trouble at Tolangohula's district Gorontalo's regency. This research
constitutes Descriptive research type. Population in , observation, it is meubel's industrial
employ by totals 51 employs. Sample take is done with samplings totaled technical as much
51 employs. For data analysis, use presentase as table helped by Excel's program.
The result of this research points out 41.17 % use utilize head protecting tool, 15. 68
% utilize eye protecting tool, 54,9 % utilize respiration protecting tools, 0 % utilize protective
clothing and foot protecting tool, and 15.68 % utilize glove. For health trouble 74.51 %
frequent experience red-eyed and poignant while work. 49. 02 % eye feel sandy. 43,14 %
coughs, 21. 57 % asphyxias, 64. 71 % sneezes, 62.75 % nose get mucuses or snotty. 76.47 %
itches and 0% break and dry skin.
The conclusion of this research is employ that doesn't utilize protecting tool self more
a lot of frequent experience invasive good health trouble eye, respiration, and also skin. Better
meubel's industry employ that exists at Tolangohula's district do various precaution to reduce its
invasive happening health namely by use of protecting tool of at the moment working.

Key word: Protecting tool Self, Health trouble, Meubel's employ



























I. PENDAHULUAN
Industri meubel merupakan salah
satu industri sector informal yang
mengolah bahan baku kayu menjadi bahan
jadi. Akan tetapi Proses fisik pengolahan
bahan baku untuk dijadikan meubel
cenderung menghasilkan polusi seperti
partikel debu kayu. Industri meubel
tersebut berpotensi menimbulkan polusi
udara. Karena sekitar 10 sampai 13% dari
kayu yang di gergaji akan berbentuk debu
kayu. Sehingga Dampak negatif dari
industri pengolahan kayu adalah timbulnya
pencemaran udara oleh debu yang timbul
pada proses pengolahan atau hasil industri
meubel tersebut
Tenaga kerja sebagai sumber daya
manusia, perlu mendapat perhatian khusus
baik kemampuan, keselamatan, maupun
kesehatan kerjanya. Dalam suatu aktivitas
industri, paparan atau risiko bahaya yang
ada di tempat kerja tidak selalu dapat
dihindari. Oleh karena itu langkah yang
paling aman adalah memakai APD. APD
adalah seperangkat alat yang digunakan
tenaga kerja untuk melindungi sebagian
atau seluruh tubuhnya dari adanya potensi
bahaya atau kecelakaan kerja. Bahaya di
tempat kerja adalah segala sesuatu di
tempat kerja yang dapat melukai pekerja,
baik secara fisik maupun mental
Undang-Undang No 1 Th 1970
tentang keselamatan kerja khususnya pasal
9, 12 dan 14 yang mengatur penyediaan
dan penggunaan alat pelindung diri di
tempat kerja baik pengusaha maupun
tenaga kerja. Dan Peraturan Menteri
Tenaga Kerja Dan Transmigrasi Republik
Indonesia Nomor PER.08/MEN/VII/2010
Tentang Alat Pelindung Diri.
Dalam tahapan produksi yang
paling banyak menghasilkan debu adalah
pada tahapan pengamplasan. Yang dalam
hal ini dapat menyebabkan gangguan-
gangguan kesehatan. Antara lain gangguan
kesehatan pada mata, gangguan kesehatan
pada pernapasan dan gangguan kesehatan
pada bagian kulit.
Berdasarkan uraian latar belakang,
maka peneliti terdorong untuk melakukan
penelitian tentang : gambaran
penggunaan alat pelindung diri dan
gangguan kesehatan pekerja industri
meubel dikecamatan tolangohula
kabupaten gorontalo.
Penelitian ini bertujuan untuk
menggambarkan penggunaan alat
pelindung diri dan gangguan kesehatan
pekerja industri meubel di kecamatan
Tolangohula kabupaten Gorontalo.

II. TINJAUAN PUSTAKA
Alat pelindung diri untuk pekerja
adalah alat pelindung untuk pekerja agar
aman dari bahaya atau kecelakaan akibat
melakukan suatu pekerjaannya. Alat
pelindung diri untuk pekerja di Indonesia
sangat banyak sekali permasalahannya dan
masih dirasakan banyak kekurangannya.
(Yeung dalam Khumaidah, 2009)
Alat pelindung diri terdiri dari alat
pelindung kepala (topi pelindung), alat
pelindung mata (kaca mata), alat pelindung
pernapasan (masker pelindung), alat
pelindung tangan (sarung tangan), pakaian
pelindung, dan alat pelindung kaki
(sepatu).
Bahan baku yang dipergunakan
dalam pembuatan meubel kayu adalah
kayu mahoni dan kayu jati. Jenis kayu
keras yang dipergunakan untuk meubel
pada umumnya diawetkan secara alamiah
melalui bentuk pengeringan. Kayu balok
biasanya terdiri kayu keras semata dan
digunakan sebagai rangka utama suatu
meubel, sedangkan kayu papan sering
merupakan kayu gubal atau kayu keras dan
dipakai sebagai dinding dan alas suatu
meubel (Khumaidah, 2006)
Dalam proses produksi banyak
menghasilkan debu kayu. Debu kayu
adalah partikel-partikel zat padat (kayu)
yang dihasilkan oleh kekuatan-kekuatan
alami atau mekanik seperti pada
pengolahan, penghancuran, pelembutan,
pengepakan yang cepat, peledakan dan
lain-lain dari bahan-bahan organik maupun
anorganik misalnya kayu, biji logam dan
arang batu (Yunus. dalam Khumaidah,
2009).
Banyaknya debu yang di timbulkan
dari proses produksi akan mempengaruhi
kesehatan pekerja yang tidak
menggunakan alat pelindung diri pada saat
bekerja, antara lain menyebabkan
gangguan pada mata, gangguan pernapasan
dan gangguan kulit.
Menurut Wahyuningsih, 2003
perilaku penggunaan APD dan posisi kerja
pada proses penggergajian, penyiapan
bahan baku, penyerutan dan
pengamplasan, perakitan serta pengecatan
yaitu pemakaian zat kimia seperti H2O2,
thenner, sanding sealer, melanic clear,
word stain, serta jenis cat lainnya yang
dapat mengakibatkan radang saluran nafas
dengan gejala batuk, pilek, sesak nafas dan
demam, juga dapat terjadi iritasi pada mata
dengan gejala mata pedih, kemerahan dan
berair.
III. METODE PENELITIAN
3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian
3.1.1 Lokasi penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di industri
meubel yang terdapat di kecamatan
tolangohula kab. Gorontalo.
3.1.2 Waktu penelitian
Penelitian dilakukan pada bulan April,
tepatnya pada tanggal 15-30 april 2013.
3.2 Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode
survey yang bersifat deskriptif, karena
peneliti bertujuan untuk membuat
gambaran secara sistematis, faktual, dan
akurat tentang kebiasaan penggunaan Alat
pelindung diri dan gangguan kesehatan
terhadap pekrja industri meubel.
3.3 Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah
seluruh pekerja industri meubel di
kecamatan tolangohula kab. Gorontalo.
3.4 Sampel
Sampel yang akan di teliti adalah
sebanyak 51 pekerja yang merupakan total
populasi pekerja industri mabel yang
terdapat di kecamatan Tolangohula.
3.5 Teknik Analisis Data
Teknik analisis data dalam penelitian
ini akan di sajikan dalam bentuk tabel dan
akan di narasikan berdasarkan data dan
hasil penelitian yang di peroleh.

IV. HASIL PENELITIAN
Berdasarkan penelitian yang
dilakukan di industri meubel di kecamatan
tolangohula kabupaten gorontalo maka
diperoleh hasil penelitian sebagai berikut:

4.1 Penggunaan Alat Pelindung Diri

Tabel 4.1 Distribusi pekerja yang
menggunakan Alat Pelindung kepala

Penggunaan topi
pelindung
n %
Menggunakan APD 21 41.17
Tidak menggunakan APD 30 58.83
Total 51 100

Sumber : data primer
Berdasarkan data pada tabel di atas
dapat dilihat bahwa pekerja menggunakan
pelindung kepala dengan jenis topi kain
sebanyak 21 pekerja atau 41.17%, dan
tidak menggunakan pelindung sebanyak 30
pekerja atau 58.83%.

Tabel 4.2 Distribusi pekerja yang
menggunakan alat pelindung mata

Sumber : data primer
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa
pekerja kaca ata pelindung sebanyak 8
pekerja aau 15.68% sedangkan pekerja
yang tidak menggunakan kacamata
pelindung sebanyak 43 atau 84.32%.


Jenis-jenis pelindung kepala yang
digunakan pekerja
Topi kain Helmet
21 0
Penggunaan kaca mata
pelindung
n %
Menggunakan APD 8 15.8
Tidak menggunakan APD 43 84.32
Total 51 100

Tabel 4.3 Distribusi pekerja yang
menggunakan alat pelindung pernapasan

Penggunaan masker n %
Menggunakan masker 23 45.1
Tidak menggunakan masker 28 54.9
Total 51 100

Sumber : data primer
Dari data di atas dapat dilihat
bahwa pekerja menggunakan pelindu ng
pernapasan dengan jenis masker kain
sebanyak 23 pekerja atau 45.1%, dan
terdapat 28 pekerja atau 54.9% tidak
menggunakan masker.

Tabel 4.4 distribusi pekerja yang
menggunakan sarung tangan

Sumber : data primer
Berdasarkan data pada tabel di atas dapat
dilihat bahwa pekerja menggunkan sarung
tangan berjari dengan kain tebal sebanyak
8 pekerja, sedangkan pekerja tidak
menggunakan sarung tangan sebanyak 43
pekerja atau 84.32%.

Tabel 4.5 Distribusi pekerja yang
menggunakan pakaian pelindung

Paka ian pelindung yang
di gunakan pekerja
n %
Menggunakan pakaian
pelindung
33 64.70
Tidak menggunakan
pakaian pelindung
18 35.3
Total 51 100

Jenis-jenis pakaian pelindung yang
digunakan pekerja
Kaos atau kemeja
panjang/pendek
Pakaian pelindung
khusus
33 0
Sumber : data primer
Dari data di atas dapat diketahui
bahwa pekerja menggunakan kaos
panjang/pendek sebagai pakaian pelindung
sebanyak 33 pekerja atau 64.70%. dan
tanpa pakaian pelindung sebanyak 18
pekerja atau 35.3%.

Tabel 4.6 Distribusi pekerja yang
menggunakan pelindung kaki

Penggunaan Pelindung
kaki
n %
Menggunakan pelindung
kaki
17 33.33
Tidak menggunakan
pelindung kaki
34 66.67
Total 51 100

Jenis-jenis pelindung kaki yang
digunakan pekerja
Sepatu kulit Sepatu kain
0 6
Sumber : data primer
Dari data di atas dapat diketahui bahwa
pekerja menggunakan sandal sebagai
pelindung kaki sebanyak 17 pekerja atau
33.33%, 6 pekerja menggunakan sepatu,
dan pekerja tanpa menggunakan alas kaki
sebanyak 28 pekerja atau 54.9%.

4.2 gangguan kesehatan
A. gangguan mata
Distribusi pekerja yang mengalami
gangguan kesehatan pada bagian
mata(Mata merah dan perih) dapat di lihat
pada table di bawah ini.

Table 4.8 Distribusi pekerja yang sering
mengalami gangguan mata



Jenis-jenis masker yang digunakan
pekerja
Masker kain Masker khusus
23 0
Penggunaan sarung tangan n %
Menggunakan sarung tangan
berjari dengan kain tebal
8 15.68
Tidak menggunakan sarung
tangan
43 84.32
Total 51 100
Gangguan
Mata
Mata
merah dan
perih
Mata
terasa
berpasir
n % n %
Mengalami
gangguan
38 74.51 25 49.02
Tidak
mengalami
gangguan
13 25.49 26 50.98
Total 51 100 51 100
Sumber : data primer
Berdasarkan data pada tabel 4.10 di
atas dapat di ketahui bahwa pekerja yang
sering mengalami gangguan mata merah
dan perih sebanyak 38 atau 74.51 %. Dan
13 pekerja atau 25.49 % tidak mengalami
gangguan. Sedangkan pekerja yang sering
mengalami gangguan mata terasa berpasir
pada saat bekerja sebanyak 25 atau sebesar
49.02 %. Sedangkan pekerja yang tidak
mengalami gangguan sebanyak 26 pekerja
atau 50.98 %.
B. Gangguan Pernapasan
Distribusi pekerja yang mengalami
gangguan kesehatan pernapasan pada saat
bekerja.

Table 4.9 Distribusi pekerja yang sering
mengalami gangguan pernapasan

Gangguan
pernapasan
Batuk-
batuk
Sesak
napas
Bersin-
bersin
Hidung
berlendir/b
eringus
n % n % n % n %
Mengalami
gangguan
22 43.14 11 21.57 33 64.71 32
62.7
5
Tidak
mengalami
gangguan
29 56.86 40 78.43 18 35.29 19
37.2
5
Total 51 100 51 100 51 100 51 100
Sumber : data primer
Berdasarkan data pada tabel di atas
dapat di ketahui bahwa pekerja yang sering
mengalami batuk-batu pada saat bekerja
sebanyak 22 pekerja atau sebesar 43,14 %.
Dan pekerja yang tidak mengalami
gangguan sebanyak 29 pekerja atau 56.86
%. . Pekerja yang sering mengalami sesak
napas pada saat bekerja sebanyak 11
pekerja atau sebesar 21.57 %. Dan pekerja
yang tidak mengalami gangguan sebanyak
40 pekerja atau 78.43 %. Pekerja yang
sering mengalami bersin-bersin pada saat
bekerja sebanyak 33 pekerja atau sebesar
64.71 %. Dan pekerja yang tidak
mengalami gangguan sebanyak 18 pekerja
atau 35.29 %. Pekerja yang sering
mengalami hidung berlendir/beringus pada
saat bekerja sebanyak 32 pekerja atau
sebesar 62.75 % dan 19 pekerja atau 37.25
% tidak mengalami gangguan.

C. Gangguan kulit
Distribusi pekerja yang mengalami
gangguan pada bagian kulit dapat di lihat
pada table di bawah ini.
Table 4.10 Distribusi pekerja yang sering
mengalami gangguan kulit
Gangguan
pernapasan
Gatal-gatal
Kulit pecah-
pecah dan
kering
n % n %
Mengalami
gangguan
39 76.47 0 0
Tidak mengalami
gangguan
12 23.53 51 100
Total 51 100 51 100
Sumber : data primer
Berdasarkan data pada tabel di atas
dapat di ketahui bahwa pekerja yang sering
mengalami gatal-gatal pada saat bekerja
sebanyak 39 pekerja atau dengan
persentase sebesar 76.47 %. Sedangkan
pekerja yang tidak mengalami gangguan
sebanyak 12 pekerja atau 23.53 %.
Kemudian dapat dilihat pula bahwa secara
keseluruhan pekerja tidak mengalami
pecah-pecah dan kering pada saat bekerja
dengan total sebanyak 51 pekerja.

V. SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
Dari hasil penelitian yang telah
dilakukan maka dapat ditarik kesimpulan
bahwa pekerja yang tidak menggunakan
alat pelindung diri lebih banyak sering
mengalami gangguan kesehatan baik dari
gangguan mata, gangguan pernapasan,
maupun gangguan kulit.


A. Alat Pelindung Diri
1) 21 pekerja atau 41.17 % menggunakan
alat pelindung kepala
2) 8 pekerja atau 15.68 %, mengguanakan
alat pelindung mata
3) 23 pekerja atau45.1 %, menggunakan
alat pelindung pernapasan
4) Tidak terdapat pekerja yang
menggunakan pakaian pelindung saat
bekerja
5) 8 pekerja atau 15.68 % mengguanakan
sarung tangan
6) Tidak terdapat pekerja yang
menggunakan pelindung kaki pada saat
bekerja.
B. Ganggguan Kesehatan
1) 38 pekerja atau 74.51 % sering
mengalami mata merah dan perih saat
bekerja. 25 pekerja atau 49.02 % sering
mengalami mata terasa berpasir
sebanyak.
2) 22 pekerja atau 43,14 % sering
mengalami batuk-batuk. Sesak napas
sebanyak 11 pekerja atau 21.57 %.
Bersin-bersin sebanyak 33 pekerja atau
sebesar 64.71 %. Hidung berlendir atau
beringus 32 pekerja atau 62.75 %.
3) 39 pekerja atau 35.29 % sering
mengalami gatal-gatal. Dan tidak
terdapat pekerja yang mengalami kulit
pecah-pecah dan kering pada saat
bekerja.

5.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas,
maka terdapat beberapa hal yang perlu
diperhatikan anatara lain sebagai berikut :
1. Bagi pekerja atau pengrajin di industri
meubel yang terdapat di Kecamatan
Tolangohula di harapkan dapat
menggunakan alat pelindung diri yang
lengkap baik alat pelindung kepala,
mata, pernapasan, pakaian pelindung ,
sarung tangan dan juga alat pelindung
kaki setiap saat bekerja, untuk dapat
melindungi diri dari adanya kecelakaan
dan penyakit akibat kerja.
2. Meningkatkan pemahaman bagi
pekerja untuk menggunakan alat
pelindung diri yang sesuai dan
memenuhi syarat.
3. Diharapkan kepada pekerja industri
meubel agar dapat lebih
memperhatikan gangguan kesehatan
yang ditimbulkan dari aktivitas kerja
permeubelan, khususnya partikel debu
kayu daan zat kimia yang dapat
mengakibatkan berbagai macam
gangguan kesehatan baik dari mata,
pernapasan maupun kulit.
VI. DAFTAR PUSTAKA

Anizar. 2009. Teknik Keselamatan Dan
Kesehatan Kerja Di Industri.
Yogyakarta : Graha Ilmu
Dinkes Sulsel. Pedoman Upaya Yankes
Perajin (Kulit, Mebel, Aki Bekas,
Tahu & Tempe, Batik). Diakses pada
tanggal 9 april 2013 dapt di akses di
alamat http://dinkes.sulsel.go.id/new/
images/ pdf/ pedoman/
yankes/perajin.pdf
Dimas, S.A., Sri, M., dan Yuldan F. 2011.
Dampak Paparan Debu Kayu
Terhadap Keluhan Kesehatan
Pekerja Mebel Sektor Informal Di
Sindang Galih Kelurahan Kahuripan
Kecamatan Tawang Kota
Tasikmalaya Tahun 2012. Fakultas
Ilmu Kesehatan Universitas
Siliwangi.

Ilyas, S. 2010. Ilmu Penyakit Mata. Ed.
Ke-3. Jakarta : Balai Penerbit FKUI

Khumaidah. 2009. Analisis Faktor-Faktor
Yang Berhubungan Dengan
Gangguan Fungsi Paru Pada
Pekerja Mebel Pt Kota Jati Furnindo
Desa Suwawal Kecamatan Mlonggo
Kabupaten Jepara. Tesis. Universitas
diponegoro Semarang

Kumendong, D., Rattu, J., dan Kawatu, P.
2011. Hubungan Antara Lama
Paparan dengan Kapasitas Paru
Tenaga Kerja Industri Mebel di CV.
Sinar Mandiri Kota Bitung : 6

Mausulli, A. 2010. Gambaran
Pelaksanaan Kesehatan Dan
Keselamatan Kerja di PT. Sanyo
Jaya Components Indonesia Divisi
Disi. Laporan Magang Fakultas
kedokteran dan ilmu kesehatan
Universitas islam negeri syarif
hidayatullah Jakarta

Mengkidi, D. 2006. Gangguan Fungsi
Paru Dan Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhinya Pada Karyawan
PT. Semen Tonasa Pangkep Sulawesi
Selatan. Skripsi Universitas
Diponegoro Semarang

Notoatmodjo,S. 2010. Metodologi
Penelitian Kesehatan. Jakarta :
Rineka Cipata

Peraturan Menteri Tenaga Kerja Dan
Transmigrasi Republik Indonesia
Nomor PER.08/MEN/VII/2010
Tentang Alat Pelindung Diri.

Rieza, D.A. 2012. Gambaran Keluhan
Subjektif Pekerja Sektor Informal
Mebel X Di Surabaya. Skripsi
Fakultas Kesehatan Masyarakat.

Rijanto, B. 2010. Pedoman Praktis
Keselamatan, Kesehatan Kerja Dan
Lingkungan (K3L). Jakarta : Mitra
Wacana Media.

Ristiani, Y. 2011. Gambaran Alat
Pelindung Diri (Apd) Berdasarkan
Hasil Identifikasi Bahaya Di Bagian
Pest Control Divisi Bogasari Flour
Mills Pt.Indofood Sukses Makmur,
Tbk Tahun 2011. Laporan magang.
Fakultas Kedokteran Dan Ilmu
Kesehatan Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta.

Sugiono. 2009. Metode Penelitian
Kuantitatif, Kualitatif Dan RDR.
Bandung : ALFABETA

Suhadri. 2008. Perancangan Sistem Kerja
dan Ergonomi Industri. Jakarta :
Direktorat Pembinaan Sekolah
Menengah Kejuruan

Sumakmur. 2009. Higiene Perusahaan
Dan Keselamat Kerja (HIPERKES).
Jakarta : Sagung Seto

Suryani, F. 2011. Faktor-Faktor Yang
Berhubungan Dengan Dermatitis
Kontak Pada Pekerja Bagian
Processing Dan Filling PT. Cosmar
Indonesia Tangerang Selatan Tahun
2011. Skripsi Fakultas Kedokteran dan
Kesehatan Unifersitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta.

Tim Penyusun. 2013. Panduan Penulisan
Skripsi Jurusan Kesehatan
Masyarakat FIKK UNG. Gorontalo :
Universitas Negeri Gorontalo

Undang-undang Repoblik Indonesia No.1
tahun 1970 Tentang Keselamatan
Kerja. Ketentuan Alat Pelindung Diri

Wibowo, R. 2010. Faktor Faktor Yang
Berhubungan Dengan Perilaku
Penggunaan Alat Pelindung Diri Di
Areal Pertambangan PT. ANTAM
Tbk Unit Bisnis Pertambangan Emas
Pongkorkabupaten Bogor. Skripsi
Fakultas kedokteran dan ilmu
kesehatan Universitas islam negeri
syarif hidayatullah Jakarta

Anda mungkin juga menyukai