Abstrak: Pengasapan ikan di Kelurahan Tambak Wedi Surabaya menggunakan tempurung kelapa sebagai bahan
bakar utama. Pembakaran tempurung kelapa dalam proses pengasapan ikan menghasilkan polutan PM2,5 yang
dapat menyebabkan gangguan kesehatan pada pekerja. Tujuan penelitian ini untuk mengukur konsentrasi PM2,5 dan
mengidentifikasi karakteristik pekerja yang berpengaruh terhadap keluhan kesehatan pekerja di tempat pengasapan
ikan Kelurahan Tambak Wedi Surabaya. Penelitian ini merupakan penelitian observasional deskriptif dengan rancangan
cross sectional. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni 2014 menggunakan kuesioner, wawancara dan observasi
dengan jumlah sampel sebanyak 26 responden. Variabel bebas yang diteliti adalah PM2,5, umur, masa kerja, lama kerja,
penggunaan alat pelindung diri dan posisi duduk kerja. Pengukuran PM2,5 menggunakan alat Haz-Dust model EPAM
5000 selama satu jam dan pengambilan data karakteristik pekerja menggunakan metode kuesioner dan wawancara.
Hasil penelitian didapatkan bahwa konsentrasi PM2,5 dalam 8 ruang pengasapan ikan telah melebihi baku mutu
lingkungan. Keluhan kesehatan yang dialami oleh pekerja berupa keluhan mata yang paling tinggi dirasakan oleh
pekerja adalah mata pedih (100%) sedangkan keluhan pernapasan yang paling tinggi dirasakan oleh pekerja adalah
sesak nafas (80,8%). Pekerja pengasapan ikan memiliki risiko mengalami gangguan pernapasan dan iritasi mata.
Saran untuk pekerja adalah harus menggunakan masker, menggunakan cerobong asap dan memeriksakan kesehatan
secara berkala ke puskesmas terdekat yang ada di Kelurahan Tambak Wedi Surabaya.
Abstract: Smoked fish in Tambak Wedi village Surabaya using coconut shell as the main fuel. Combustion of coconut
shell in the process of smoked fish produced pollutants PM2,5 that can cause health problems for workers. The purpose
of this study was to measure the consentration of PM2,5 and identify worker characteristics that affect worker health
complaints in the smoked fish Tambak Wedi Village Surabaya.This study was observational descriptive study used cross
sectional design. This study was conducted on June, 2014 by using questionnaire, interview, and observation with
the sample was 26 respondents. The independent variables were PM2,5, age, year of works, lenght of employment,
medical history, use of PPE and work position. PM2,5 measurement using a Haz-Dust EPAM 5000 for an hour and data
collection characteristics of workers using a questionnaire and interview method. The results of the study, it found that
concentration of PM2,5 at 8 location of Tambak Wedi village smoked fish exceed environmental requirements. Health
complaints experienced by workers in the form of eye complaints, highest perceived by workers were an eye sore
(100%), while the highest respiratory complaints perceived by workers were shortness of breath (80.8%). Worker at
smoked fish have chance to get respiratory problems and eye irritation. The suggestion for workers must use PPE, use
chimney and check their health periodically to health clinics in Tambak Wedi Surabaya.
57
58 Jurnal Kesehatan Lingkungan Vol. 8, No. 1 Januari 2015: 57–68
kesehatan manusia baik secara langsung maupun partikel udara halus yang umumnya berasal dari
tidak langsung seperti; penurunan fungsi paru, sumber antropogenik seperti kendaraan bermotor,
ISPA, merusak susunan haemoglobin darah, pembakaran biomassa dan pembakaran bahan
iritasi tenggorokan (Sugiarti, 2009). Proses asal bakar (Mukhtar dkk., 2011). Menurut Environmental
pencemaran udara terdapat tiga, yaitu atrisi, Protection Agency (2014) partikulat matter (PM)
penguapan dan pembakaran. Pembakaran adalah partikel yang melayang di udara untuk
merupakan proses yang sangat dominan dalam jangka waktu yang lama atau partikel yang
menimbulkan bahan polutan (Mukono, 2008). ditemukan di udara, termasuk debu, kotoran,
Pengasapan ikan merupakan salah satu jelaga, dan asap. Partikel yang berukuran kurang
mata pencaharian penduduk Indonesia di dari 10 mikrometer (PM10) dapat menimbulkan
wilayah pesisir selain nelayan. Pengasapan masalah kesehatan karena dapat terhirup dan
ikan merupakan salah satu proses pengolahan terakumulasi ke dalam sistem pernapasan. Partikel
pengawetan ikan secara tradisional dan senyawa yang berukuran kurang dari 2,5 mikrometer
anti mikroba yang terdapat dalam asap dari (PM2.5) disebut sebagai fine particles dan diyakini
pembakaran bahan bakar seperti aldehida, menimbulkan risiko kesehatan terbesar karena
alkohol, keton dapat menghambat pertumbuhan ukurannya yang kecil (sekitar 1/30 lebar rata-rata
bakteri pembusuk dan terjadinya koagulasi rambut manusia) sehingga partikel dapat masuk
protein pada ikan sehingga ikan dapat bertahan ke dalam paru-paru. Environmental Protection
dari bakteri pembusuk (Harahap, 2011). Bahan Agency (EPA) mengelompokkan partikel debu
bakar tempurung kelapa termasuk dalam kategori berdasarkan ukurannya menjadi 2 kategori yaitu
jenis kayu keras yang terdiri dari lignin, selulosa, partikel debu ≤ 10 mikrometer dan partikel debu
hemiselulosa dan abu dengan kadar air 6%-9% ≤ 2,5 mikrometer (EPA, 2014).
(Harahap, 2011). Asap yang dihasilkan oleh PM2,5 merupakan partikel debu yang terdiri
pembakaran tempurung kelapa di lingkungan dari suatu campuran yang kompleks dari partikel
pengasapan ikan merupakan permasalahan yang padat dan cair yang sangat kecil yang berada
ada di ruang pengasapan ikan. di udara. Menurut Peraturan Menteri Kesehatan
Asap hasil pembakaran tempurung kelapa Republik Indonesia No. 1077 tahun 2011 tentang
dapat menghasilkan polutan yang terdiri dari Pedoman Penyehatan Udara Dalam Ruang Rumah,
CO2, HC, NO2, dan partikulat (Hidayat dkk., 2012). PM2,5 timbul dari pengaruh kegiatan manusia yang
Menurut EPA (2014) pembakaran biomassa dapat berasal dari perilaku merokok, penggunaan
dapat menghasilkan asap, sedangkan partikel energi masak yang menggunakan bahan bakar
halus yang berada di asap merupakan PM2,5. biomassa dan penggunaan obat bakar nyamuk.
Penelitian lain yang dilakukan oleh Bruce dkk. PM2,5 yang terdapat di udara yang terhirup
(2002) mengungkapkan bahwa pembakaran oleh manusia dapat mempengaruhi kesehatan
biomassa dapat menimbulkan PM2,5 yang dapat manusia. PM2,5 yang terhirup masuk ke dalam
menyebabkan gangguan infeksi pernapasan. alveoli dapat menimbulkan reaksi radang yang
Paparan asap biomassa merupakan salah satu dapat menyebabkan daya kembang paru menjadi
penyebab masalah kesehatan seperti ISPA pada terbatas dan dapat mengakibatkan penurunan
anak, penyakit paru obstruktif kronis, asma, dan fungsi paru pada manusia (Rahardjo, 2012).
kanker paru. Sekitar 2,5 juta kematian setiap Paparan asap yang terus-menerus dan terhirup
tahun terjadi di negara berkembang disebabkan oleh bekerja selama bertahun-tahun dapat
karena adanya paparan polutan dalam ruang menyebabkan penurunan fungsi paru pada
baik daerah perkotaan maupun pedesaan (Bruce pekerja. Menurut Anderson (1998) dalam Lestari
dkk., 2002). PM2,5 adalah salah satu polutan yang (2010) pekerja yang telah bekerja > 5 tahun
berpotensi menyebabkan masalah kesehatan di berpotensi mengalami gangguan fungsi paru lebih
sejumlah negara berkembang di dunia dan dapat besar dibandingkan dengan pekerja yang memiliki
menyebabkan pneumonia, gangguan sistem masa kerja < 5 tahun. Penelitian yang dilakukan
pernapasan, iritasi mata, alergi, bronchitis kronis oleh Purnawowati dan Maryanto (2010) pada
(Istirokhatun dkk., 2011). pengrajin pengasapan ikan didapatkan 19 pekerja
PM2,5 adalah suatu partikel yang memiliki mengalami obstruksi, 8 pekerja mengalami retriksi
ukuran diameter 2,5 μm atau disebut dengan dan 16 pekerja obstruksi dan retriksi.
D S Nirmala dan C I Prasasti, Konsentrasi PM2,5 dan Analisis Karakteristik 59
Debu yang masuk ke dalam tubuh dapat dengan kompor tungku tanpa cerobong yang
melalui saluran pernapasan menimbulkan reaksi menghasilkan PM2,5 528 μg/m3. Menurut Naeher
pertahanan dalam tubuh berupa batuk dan bersin. dkk. (2010) memasak dengan menggunakan
Partikel yang berada di udara memberikan efek tungku kayu yang dilengkapi dengan cerobong
terhadap kesehatan manusia berupa iritasi saluran asap dapat mengurangi paparan 10–20% daripada
pernapasan hingga kesulitan bernapas. Iritasi pada dengan menggunakan api terbuka.
saluran pernapasan yang dapat menyebabkan Mengasap ikan di Kelurahan Tambak Wedi
gangguan pergerakan silia sehingga menjadi Surabaya merupakan salah satu profesi yang
lambat dan tidak dapat membersihkan saluran dilakukan oleh para ibu selama bertahun-tahun.
pernapasan (Mukono, 2008). Penelitian Borm dkk. (2002) dalam Putri (2012)
Gangguan pernapasan yang dialami oleh menyatakan bahwa paparan PM2,5 selama 5-6
manusia ditandai dengan adanya keluhan batuk, tahun dapat menimbulkan gangguan fungsi paru
batuk berdahak, sesak nafas (Purnawowati dan pada manusia. Hasil penelitian sebelumnya yang
Maryanto, 2010). Keluhan kesehatan pada pekerja dilakukan oleh Salisa (2011) menunjukkan bahwa
dapat dipengaruhi oleh faktor dari karakteristik proses pengasapan ikan dapat menimbulkan
pekerja. Faktor yang dapat berpengaruh terhadap keluhan pernapasan, keluhan mata dan terdapat
keluhan kesehatan meliputi jenis kelamin, 13 orang mengalami risiko penurunan fungsi
umur, riwayat penyakit, masa kerja, lama kerja, paru. Penelitian yang dilakukan oleh Jesiana
penggunaan APD, kegiatan merokok, status (2012) menunjukkan bahwa pekerja pengasapan
gizi pekerja, dan kegiatan olah raga (Rahardjo, ikan di home industry pengasapan ikan Sidoarjo
2012). mengalami gangguan kesehatan berupa batuk,
Dampak lain yang dapat dialami oleh pekerja dahak, sesak nafas, sakit tenggorokan, mata
akibat paparan asap dapat berupa dampak merah dan perih. Berdasarkan hasil observasi
langsung maupun jangka panjang, dampak asap yang dihasilkan oleh kegiatan mengasap ikan
langsung yang dialami oleh pekerja adalah iritasi berwarna putih keabuan dan survey pendahuluan
mata. Menurut Mukono (2008) efek berbahaya pengukuran PM2,5 selama satu jam pada saat
yang dapat ditimbulkan akibat paparan asap proses pengasapan ikan berlangsung yang
adalah keluhan iritasi pada mata ditandai dengan dilakukan pada tanggal 21 April 2014 didapatkan
mata berair, mata merah dan mata pedih. hasil maksimal 14,656 mg/m3. Menurut Keputusan
Mata yang terpapar polutan akan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
menimbulkan reaksi berupa mata pedih. Iritasi 1405 Tahun 2002 tentang Persyaratan Kesehatan
pada mata seseorang dapat disebabkan Lingkungan Kerja Perkantoran dan Industri batas
karena adanya kontak lama dengan udara yang maksimal debu berada di dalam ruangan adalah
mengandung polutan (Ilyas, 2004). Mata yang 10 mg/m3. Hasil wawancara awal yang dilakukan
pedih akan mengeluarkan air mata sebagai bahan kepada 10 pekerja pengasapan ikan, pekerja
untuk pembersih polutan yang mengenai mata. mengalami beberapa keluhan seperti hidung
Produksi air mata yang melebihi kapasitas sistem perih, sesak nafas, mata pedih dan terkadang
drainase (epifora) hal tersebut dapat disebabkan mengalami batuk.
oleh iritasi permukaan mata karena adanya Berdasarkan pemaparan yang telah diuraikan
benda asing pada kornea dan infeksi James dkk. pada latar belakang, yaitu konsentrasi PM2,5 yang
(2005). ada dalam tempat pengasapan ikan di Kelurahan
Kelurahan Tambak Wedi terletak di daerah Tambak Wedi dan keluhan pekerja berupa hidung
pesisir yang berbatasan langsung dengan Selat perih, sesak nafas, mata pedih melatar belakangi
Madura. Tempat pengasapan ikan di Kelurahan penulis untuk meneliti konsetrasi PM2,5 di tempat
Tambak Wedi tidak dilengkapi dengan cerobong pengasapan ikan dan keluhan kesehatan pekerja
asap sehingga asap yang dihasilkan dari proses pengasapan ikan. Penelitian ini bertujuan untuk
pengasapan dapat terhirup oleh pekerja. Penelitian mengukur konsentrasi PM 2,5 dalam ruang
Naeher dkk. (2000) yang dilakukan selama 22 jam pengasapan ikan dan mengidentifikasi karakteristik
menunjukkan bahwa konsentrasi PM2,5 kompor responden dengan keluhan kesehatan pekerja
kayu yang menggunakan cerobong menghasilkan pengasapan ikan di Kelurahan Tambak Wedi
PM2,5 lebih rendah sebesar 57 μg/m3 dibandingkan Surabaya.
60 Jurnal Kesehatan Lingkungan Vol. 8, No. 1 Januari 2015: 57–68
tempurung kelapa, mengasap ikan, pemindahan daripada orang yang sebelumnya tidak memiliki
dan pendinginan ikan asap, pembersihan tempat riwayat penyakit (EPA, 2014).
pengasapan ikan dan yang terakhir adalah Karakteristik responden pada penelitian
penjualan ikan. ini meliputi umur, masa kerja, lama kerja,
Alat untuk mengasap ikan terbuat dari balok penggunaan APD dan posisi kerja. Data mengenai
batu bata yang dibuat berbentuk persegi yang karakteristik responden yang didapatkan melalui
diberi jeruji besi untuk meletakkan bambu yang wawancara dengan menggunakan kuesioner
digunakan untuk meletakkan ikan. Bahan bakar didapatkan distribusi umur, rata-rata umur
utama dari proses pengasapan ikan adalah pekerja pengasapan ikan di Kelurahan Tambak
tempurung kelapa. Jarak duduk pekerja dengan Wedi Surabaya 38 tahun, dengan umur terendah
tungku pengasapan ikan berjarak sekitar 0,5 meter. 24 tahun dan umur tertinggi 50 tahun. Responden
Proses mengasap tiap ikan membutuhkan waktu terbanyak pada kategori umur 36–45 tahun
5–10 menit tergantung dari jenis ikan yang diasapi, (53,8%) dan terkecil pada kategori umur 17–25
sedangkan pekerja membutuhkan waktu sekitar tahun (3,8%).
30 menit untuk mengasap seluruh ikan yang Berdasarkan masa kerja jumlah pekerja
diletakkan di atas besi atau bambu pemanggang. (61,5%) dengan masa kerja 5–≤10 tahun
Berdasarkan hasil wawancara terhadap pekerja, sisanya adalah pekerja yang memiliki masa kerja
lama mengasap ikan tergantung dari jenis ikan 11–15 tahun (38,5%). Rata-rata masa kerja pekerja
dan besar kecilnya yang diasap. Kepala ikan, pengasapan ikan di Kelurahan Tambak Wedi
ikan gabus dan ikan pari membutuhkan waktu adalah 8,8 tahun dengan masa kerja terlama
lebih lama daripada ikan patin. Asap yang 12 tahun dan masa kerja terendah 5 tahun.
dihasilkan dari pembakaran tempurung kelapa Lama kerja merupakan lama kerja responden
akan memberikan panas pada ikan. Pekerja akan pengasapan ikan mulai awal bekerja hingga
membalik ikan yang dirasa sudah matang dengan selesai bekerja dalam satu hari. Tiap harinya
indikator warna kuning kecokelatan. sebagian besar responden bekerja < 8 jam
(92,3%) dan rata-rata 5,2 jam dengan lama kerja
Karakteristik Responden terendah 3 jam dan tertinggi 8 jam. Pekerja
Jumlah responden dalam penelitian ini adalah pengasapan ikan Kelurahan Tambak Wedi tidak
26 pekerja pengasapan ikan di Kelurahan Tambak ada waktu istirahat sehingga, pekerja akan terus
Wedi Surabaya. Seluruh responden tidak memiliki terpapar asap mulai dari awal bekerja hingga
riwayat penyakit yang berhubungan dengan selesai bekerja.
pernapasan dan mata yang telah didiagnosis Pekerja yang tidak menggunakan APD baik
oleh tenaga kesehatan. Riwayat penyakit adalah untuk pernapasan maupun mata yaitu sebanyak 20
riwayat penyakit gangguan pernapasan dan mata pekerja (76,9%) dan sisanya hanya menggunakan
yang diderita oleh pekerja. Pada penelitian ini APD pernapasan sebanyak 6 responden (23,1%).
menggunakan kriteria inklusi responden tidak APD pernapasan yang digunakan oleh pekerja
memiliki riwayat penyakit gangguan pernapasan adalah kain, kerudung dan baju.
maupun gangguan mata yang didiagnosis oleh Posisi kerja adalah posisi duduk pekerja
tenaga kesehatan, karena riwayat penyakit atau saat mengasap ikan dengan posisi yang salah
gangguan kesehatan yang berhubungan dengan menghadap berlawanan dengan arah angin dan
saluran pernapasan dan paru dapat memperparah posisi duduk yang benar menghadap searah
terjadinya gangguan pernapasan dan fungsi paru dengan arah angin. Pekerja dengan posisi duduk
(Rahardjo, 2012). yang benar yaitu searah dengan arah angin
Riwayat penyakit memiliki pengaruh terhadap sebanyak 16 pekerja (61,5%) dan 10 pekerja
kesehatan pekerja, apabila seseorang memiliki (38,5%) pekerja dengan posisi duduk benar.
riwayat penyakit yang berhubungan dengan
Konsentrasi PM2,5
pernapasan dan mata orang tersebut akan lebih
mudah terpapar debu dari efek pekerjaannya Pengukuran PM 2,5 yang dilakukan di 13
(Lestari, 2010). Orang yang memiliki riwayat tempat pengasapan ikan Kelurahan Tambak
penyakit paru seperti angina, penyakit paru Wedi yang dilaksanakan pada tanggal 23–25
obstruktif kronik, emfisema atau asma, dapat lebih Juni 2014. Hasil pengukuran PM2,5 tiap tempat
mengalami gangguan kesehatan pernapasan pengasapan ikan didapatkan hasil rata-rata PM2,5
62 Jurnal Kesehatan Lingkungan Vol. 8, No. 1 Januari 2015: 57–68
yang dilakukan selama satu jam. Hasil rata-rata Kecenderungan arah angin yang berbeda-
PM2,5 setelah dikonversi kedalam satuan mg/m3 beda yaitu arah barat, timur dan utara. Arah angin
dalam 5 jam didapatkan bahwa hasil 8 tempat dapat mempengaruhi pergerakan asap sehingga
pengasapan ikan yang melebihi baku mutu yang dapat mempengaruhi konsentrasi PM 2,5 yang
telah dipersyaratkan oleh Keputusan Menteri terukur oleh EPAM-5000. Arah angin merupakan
Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1405 Tahun pergerakan udara yang dapat mengakibatkan
2002 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan penyebaran pencemaran udara, sehingga kadar
Kerja Perkantoran dan Industri yaitu 10 mg/m3. suatu pencemar pada jarak tertentu dari sumber
Hasil pengukuran PM 2,5 dapat dilihat dalam memiliki kadar yang berbeda (Avrianto, 2011).
Tabel 1. Menurut Istantinova (2012) konsentrasi polutan di
Konsentrasi rata-rata PM2,5 tertinggi terdapat udara dapat dipengaruhi angin, kelembaban dan
pada tempat pengasapan ikan 8 yaitu sebesar suhu udara, semakin tinggi kecepatan angin maka
15,16 mg/m3, sedangkan konsentrasi terendah semakin rendah konsentrasi polutan di udara.
terdapat pada tempat pengasapan ikan 6 yaitu Penelitian yang dilakukan oleh Qian dkk.
sebesar 7,40 mg/m 3 . Hasil rata-rata PM 2,5 (2008) menunjukkan bahwa suhu udara yang
melebihi baku mutu yang telah ditetapkan dapat tinggi sebesar 33,1°C dapat meningkatkan
disebabkan oleh tempat pengasapan ikan yang
konsentrasi partikel di udara. Tingginya suhu
dilakukan di (2010) pengukuran PM 2,5 yang
lingkungan pengasapan ikan dapat dipengaruhi
dilakukan selama 22 jam menunjukkan bahwa
pembakaran tempurung kelapa yang dilakukan
kompor kayu yang dilengkapi dengan cerobong
secara terus-menerus. Penelitian lain yang
asap dapat menghasilkan PM2,5 sebesar 57μg/m3
dilakukan oleh Gupta dkk. (2006) dalam Putri
lebih rendah dibandingkan dengan kompor kayu
(2012) menyatakan bahwa kelembapan udara
yang tidak dilengkapi odengan cerobong asap
dapat mempengaruhi konsentrasi partikel debu
yang menghasilkan PM2,5 sebesar 528 μg/m3.
Menurut Naeher dkk. (2010) memasak dengan di udara.
menggunakan tungku kayu yang dilengkapi
Keluhan Kesehatan Pekerja
dengan cerobong asap dapat mengurangi
paparan 10-20% daripada dengan menggunakan Keluhan kesehatan merupakan keluhan
kompor kayu yang tidak dilengkapi dengan subyektif yang dirasakan pada saat bekerja baik
cerobong asap. Perbedaan konsentrasi PM2,5 keluhan pada pernapasan maupun keluhan pada
tiap tempat pengasapan ikan dapat disebabkan mata yang dirasakan oleh pekerja pengasapan
karena adanya perbedaan arah angin, suhu dan ikan di Kelurahan Tambak Wedi Surabaya.
kelembaban. Identifikasi keluhan mata yang dialami responden
Tabel 1.
Konsentrasi Rata-Rata PM2,5 Selama Satu Jam di 13 Tempat Pengasapan Ikan Kelurahan Tambak Wedi Surabaya
Bulan Juni 2014
pada saat bekerja adalah keluhan mata pedih, menyebabkan gangguan pernapasan (Rahardjo,
mata berair dan mata merah. Identifikasi keluhan 2012). Responden yang mengalami sakit pada
pernapasan yang dialami responden pada saat hidung mengungkapkan bahwa hidung terasa
bekerja adalah keluhan iritasi hidung, sesak nafas, sakit, pedih dan mengeluarkan lendir pada saat
batuk dan batuk berdahak. Distribusi keluhan terpapar asap. Menurut Mukono (2008) iritasi
mata dan pernapasan yang dirasakan oleh pekerja yang terjadi pada saluran pernapasan dapat
pengasapan ikan di Kelurahan Tambak Wedi dapat menyebabkan gangguan pergerakan silia
dilihat pada Tabel 2: sehingga tidak dapat membersihkan saluran
pernapasan. Saluran pernapasan yang tidak dapat
Tabel 2. dibersihkan menyebabkan peningkatan produksi
Keluhan Kesehatan pada Pekerja Pengasapan Ikan lendir sehingga dapat menyebabkan penyempitan
Kelurahan Tambak Wedi Surabaya Bulan Juni 2014 dan penyumbatan saluran pernapasan.
Batuk yang dialami responden pada saat
Keluhan Ya Tidak Total
mengasap ikan merupakan mekanisme yang
Kesehatan n % n % n %
penting untuk membersihkan saluran pernapasan
Mata pedih 26 100 0 0 26 100
bagian bawah karena adanya debu, asap dan
Mata berair 24 92,3 2 7,7 26 100
polutan (Purnawowati dan Maryanto, 2010).
Mata merah 24 92,3 2 7,7 26 100
Paparan asap yang terus-menerus dan terhirup
Iritasi hidung 14 53,8 12 46,2 26 100
oleh pekerja selama bertahun-tahun dapat
Sesak nafas 21 80,8 5 19,2 26 100
Batuk 18 69,2 8 30,8 26 100
penurunan fungsi paru pekerja.
Batuk berdahak 12 46,2 14 53,8 26 100 Keluhan kesehatan yang dialami oleh pekerja
pengasapan ikan dapat disebabkan karena
konsentrasi PM 2,5 yang melebihi baku mutu.
Keluhan mata pedih dialami oleh semua Pekerja yang bekerja di tempat pengasapan
responden (100%). Kontak lama dengan udara ikan yang memiliki konsentrasi PM2,5 melebihi
tercemar dapat mengakibatkan iritasi pada mata baku mutu lingkungan lebih berisiko mengalami
hal tersebut ditandai dengan adanya mata merah, keluhan kesehatan daripada pekerja yang bekerja
mata pedih dan mata berair. Asap atau benda di tempat pengasapan ikan yang memiliki kadar
asing yang dapat menyebabkan iritasi permukaan PM2,5 memenuhi baku mutu. Pekerja yang berada
mata yang ditandai dengan adanya produksi air di tempat pengasapan ikan yang melebihi baku
mata yang melebihi (epifora) (James dkk., 2005). mutu PM 2,5 mengalami keluhan mata pedih
Rasa pedih dan sakit pada mata merupakan gejala (61,5%) dan mengalami sesak nafas (57,1%).
adanya benda asing pada mata disertai dengan Penelitian yang dilakukan oleh Lestari (2010)
keluarnya air mata yang berlebihan (epiora) (Ilyas, terhadap 34 pekerja mebel menunjukkan bahwa
2004). pekerja yang bekerja di tempat kerja yang memiliki
Keluhan pernapasan yang dialami oleh kadar debu melebihi NAB mengalami gangguan
sebagian besar responden (80,8%) adalah fungsi paru retriksi lebih sebesar (73,68%)
keluhan sesak nafas. Keluhan pernapasan dibandingkan dengan pekerja yang berada di
seperti iritasi hidung, sesak nafas dan batuk yang tempat kerja dengan kadar debu memenuhi NAB.
dialami pekerja hanya keluhan sesaat pada saat Penurunan fungsi paru dapat dideteksi dengan
bekerja, jika sedang tidak bekerja maka keluhan menggunakan alat yaitu spirometri dengan
tersebut akan hilang. Sesak nafas merupakan pengukuran pengeluaran naas dengan kekuatan
perasaan sulit bernapas karena saluran nafas penuh (FVC) dan pengeluaran nafas pada detik
sensitif terhadap adanya partikel udara yang pertama (FEV1). Orang yang memiliki gangguan
terhirup ke dalam saluran pernapasan (Avrianto, fungsi paru memiliki gangguan pada ventilasi
2011). Keluhan pernapasan merupakan adanya paru yaitu retriksi, obstruksi dan campuran (Putri,
gangguan pada saluran pernapasan akibat 2012).
terpapar dari polutan udara, sedangkan yang
Analisis Karakteristik Responden terhadap
dimaksud dengan saluran pernapasan adalah
Keluhan Kesehatan
organ mulai hidung sampai alveoli paru. PM2,5
yang ada di udara dapat mempengaruhi Karakteristik responden terhadap keluhan
kesehatan manusia apabila terhirup oleh manusia kesehatan dianalisis secara deskriptif dengan
dan masuk kedalam alveoli sehingga dapat menggunakan tabulasi silang. Karakteristik
64 Jurnal Kesehatan Lingkungan Vol. 8, No. 1 Januari 2015: 57–68
responden meliputi umur, masa kerja, lama kerja, pengasapan ikan di Kelurahan Tambak Wedi
penggunaan APD dan posisi duduk kerja. Surabaya dapat dilihat dalam Tabel 4.
Berdasarkan Tabel 4 menunjukkan bahwa
Umur dengan keluhan kesehatan keluhan mata dan keluhan pernapasan lebih
Tabulasi silang antara umur terhadap keluhan banyak dirasakan oleh pekerja dengan masa kerja
kesehatan yang dialami oleh pekerja pengasapan 5–≤10 tahun dibandingkan dengan masa kerja
ikan di Kelurahan Tambak Wedi Surabaya pada 11–15 tahun. Keluhan mata terbanyak adalah mata
bulan Juni 2014 dapat dilihat pada Tabel 3. pedih yang dialami oleh 16 responden (61,5%),
Berdasarkan Tabel 3 menunjukkan bahwa keluhan sedangkan keluhan sesak nafas dialami oleh 13
mata dan keluhan pernapasan terbanyak dialami responden (61,9%).
oleh responden yang berada pada kategori umur Masa kerja 11–15 tahun lebih berisiko
36–45 tahun yaitu mata pedih 14 responden mengalami keluhan mata dan keluhan pernapasan
(53,8%) dan keluhan sesak nafas 13 responden berupa sesak nafas dan iritasi hidung. Menurut
(61,9%). Umur mempengaruhi keluhan kesehatan Suma’mur (2009) menyatakan bahwa, semakin
responden, karena semakin bertambahnya usia lama seseorang bekerja maka pekerja tersebut
seseorang maka semakin menurunnya kondisi fisik semakin banyak terpapar bahaya yang
dan mempengaruhi frekuensi pernapasan (Lestari, ditimbulkan oleh lingkungan kerja. Paparan
2010). Menurut Suma’mur (2009) semakin tua debu yang ada di asap akan terus-menerus
usia seseorang maka mempunyai risiko semakin dan terhirup oleh pekerja selama bertahun-
besar mengalami gangguan pernapasan, karena tahun dapat mengakibatkan penurunan fungsi
semakin banyak debu yang masuk dan ditimbun paru pekerja. Iritasi mata yang ditandai dengan
dalam paru sebagai akibat penghirupan sehari-
hari. Menurut Ilyas (2004) keluhan mata dapat Tabel 4.
diakibatkan karena orang sudah berusia lanjut, Tabulasi Silang Masa Kerja terhadap Keluhan
kelelahan mata dan gejala awal adanya benda Kesehatan Pekerja Pengasapan Ikan di Kelurahan
asing yang masuk ke kornea mata. Hal tersebut Tambak Wedi Surabaya Bulan Juni 2014
diakibatkan pembakaran tempurung kelapa
Masa Kerja (Tahun)
menghasilkan partikel kecil, abu dan debu PM2,5
Jenis Keluhan 5–≤10 11–15 Total
yang apabila mengenai mata akan menimbulkan n % n % n %
keluhan mata, sehingga dapat menyebabkan Mata Pedih 16 61,5 10 38,5 26 100
mata pedih mata berair dan mata merah Mata Merah 14 58,3 10 41,7 24 100
(James dkk., 2005). Mata Berair 14 58,3 10 41,7 24 100
Tabel 3.
Tabulasi Silang Umur terhadap Keluhan Kesehatan Pada Pekerja Pengasapan Ikan di Kelurahan Tambak Wedi
Surabaya Bulan Juni 2014
keluhan pernapasan lebih banyak dibandingkan meminimalisir keluhan pernapasan yang dirasakan
dengan pekerja yang tinggi dibandingkan dengan oleh pekerja.
pekerja yang selalu menggunakan APD. Sesak
nafas merupakan keluhan pernapasan paling Posisi Duduk Kerja dengan Keluhan
banyak yang dirasakan oleh pekerja yang tidak Kesehatan
menggunakan APD 16 responden (72,6%). Posisi kerja adalah posisi duduk pekerja
Hal tersebut sejalan dengan penelitian yang saat mengasap ikan dengan posisi yang salah
dilakukan oleh Prasetya (2012) menyatakan menghadap berlawanan dengan arah angin dan
bahwa terdapat hubungan antara kebiasaan posisi duduk yang benar menghadap searah
penggunaan APD pada pekerja terhadap keluhan dengan arah angin. Tabulasi silang antara posisi
pernapasan pada pekerja. Sejumlah 30 responden duduk kerja terhadap keluhan pernapasan
yang tidak rutin menggunakan APD mengalami yang dialami oleh pekerja pengasapan ikan di
keluhan pernapasan lebih menggunakan APD. Kelurahan Tambak Wedi Surabaya.
Berdasarkan Tabel 7 antara posisi duduk
Tabel 6.
kerja dengan keluhan mata menunjukkan
Tabulasi Silang Penggunaan APD terhadap Keluhan keluhan mata pedih (61,5%) dan sesak nafas
Kesehatan Pekerja di Pengasapan Ikan Kelurahan (52,4%%) terbanyak dialami oleh pekerja dengan
Tambak Wedi Surabaya Bulan Juni 2014 posisi duduk searah arah angin. Posisi duduk
yang salah dapat memengaruhi paparan asap
Penggunaan APD
terhadap pekerja sehingga dapat memperparah
Tidak
Memakai keluhan kesehatan baik keluhan mata dan keluhan
Jenis Keluhan Memakai Total
APD pernapasan. Berdasarkan hasil wawancara
APD
n % n % n % terdapat 10 pekerja yang duduk dengan posisi
Iritasi Hidung 3 21,4 11 78,6 14 100 salah, seluruh pekerja mengalami keluhan mata
Sesak Nafas 5 23,8 16 72.6 21 100 dan sesak nafas.
Batuk 3 16,7 15 83,3 18 100 Pekerja dengan posisi duduk menghadap
Batuk Berdahak 3 25 9 75 12 100 arah asap akan lebih banyak menghirup asap dan
mata terpapar dengan asap. Menurut Salisa (2011)
posisi duduk yang benar dapat meminimalisir
Penelitian yang dilakukan oleh Riski (2013) paparan asap terhadap pekerja karena pekerja
terhadap pekerja composting menunjukkan tidak terlalu banyak menghirup polutan sehingga
bahwa terdapat hubungan antara penggunaan tidak memperparah keluhan kesehatan baik
alat pelindung diri masker dengan kapasitas vital keluhan mata dan keluhan pernapasan.
paru seseorang. 25 pekerja composting yang
tidak menggunakan masker mengalami gangguan
fungsi paru. Penelitian lain (Umakaapa dkk., 2013) Tabel 7.
menunjukkan bahwa responden yang mengalami Tabulasi Silang Posisi Kerja terhadap Keluhan
gangguan fungsi paru tertinggi terdapat pada Kesehatan Pekerja Pengasapan Ikan di Kelurahan
responden dengan kategori tidak menggunakan Tambak Wedi Surabaya Bulan Juni 2014
masker yaitu 32 orang (82,1%). Posisi Kerja
APD merupakan seperangkat alat yang
Searah
digunakan oleh tenaga kerja yang merupakan Berlawanan
Jenis Keluhan Arah Total
alternatif terakhir dari segala upaya teknis untuk Arah Angin
Angin
meminimalkan risiko terjadinya kecelakaan kerja n % n % n %
dan gangguan kesehatan. Alat pelindung diri yang
Mata Pedih 16 61,5 10 38,5 26 100
digunakan untuk alat pernapasan bertujuan untuk Mata Merah 14 58,3 10 41,7 24 100
melindungi alat pernapasan terhadap gas, uap Mata Berair 14 58,3 10 41,7 24 100
dan debu yang berada di udara lingkungan kerja Iritasi Hidung 8 57,1 6 42,9 14 100
(Rahardjo, 2012). Penggunaan APD tidak secara Sesak Nafas 11 52,4 10 47,6 21 100
keseluruhan dapat melindungi organ pernapasan, Batuk 10 55,6 8 44,4 18 100
tetapi dengan menggunakan pelindung hidung Batuk 8 66,7 4 33,3 12 100
dapat digunakan sebagai pengendalian dan dapat Berdahak
D S Nirmala dan C I Prasasti, Konsentrasi PM2,5 dan Analisis Karakteristik 67
Sutra, D. 2009. Hubungan antara Pemajanan Particulate Umakapaa, M, Rahim, M, Saleh, L. 2013. Faktor-
Matter 10 (PM10) dengan Gejala Infeksi Saluran Faktor yang Berhubungan dengan Gangguan
Pernapasan Akut (ISPA) pada Pekerja Pertambangan Fungsi Paru pada Pekerja Bagian Produksi Industri
Kapur Tradisional (Studi di Pertambangan Kapur Tekstil CV Bagabs Kota Makassar. Artikel Fakultas
Tradisional Gunung Masigit Kabupaten Bandung Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin.
Barat. Skripsi. Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Diakses dari http://repository.unhas.ac.id/
Universitas Indonesia, bitstream/handle/123456789/7828/Jurnal%20fix.
pdf?sequence=1 (Sitasi 22 Agustus 2014).