Anda di halaman 1dari 16

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Dasar Teori

1. Air

Air merupakan komponen lingkungan yang penting bagi semua

makhluk hidup baik hewan, tumbuhan, maupun manusia. Air adalah

kebutuhan pokok bagi manusia, terutama digunakan untuk minum,

memasak, mencuci, mandi dan sanitasi. Air termasuk dalam sumber daya

alam yang dapat diperbarui karena siklus hidrologi yang berlangsung.

Namun, jumlah air yang bisa didapat di seluruh dunia adalah tetap,

artinya persediaannya tidak dapat ditingkatkan atau dikurangi (Asmadi,

Khayan & Kasjono, 2011).

Menurut Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang

Sumberdaya Air, pengertian air adalah semua air yang terdapat pada, di

atas, maupun di bawah permukaan tanah, termasuk air permukaan, air

tanah, dan air laut yang berada di darat. Air yang digunakan harus

memenuhi syarat kualitas maupun kuantitas. Ditinjau dari kualitas, air

harus memenuhi beberapa persyaratan, diantaranya syarat fisika yang

terdiri atas bau, rasa, dan warna, syarat kimia terdiri atas pH, besi,

kesadahan dan sebagainya serta syarat biologi yaitu terbebas dari

mikroorganisme penyebab penyakit. Dari segi kuantitas, air harus

tersedia dalam jumlah yang memadai sesuai dengan aktivitas manusia

(Kusnaedi, 2010).
10
11

2. Air Tanah

Air tanah merupakan air yang berada di bawah permukaan tanah

dan ditemukan di akuifer. Air tanah mengalami kontak dengan batuan

yang relatif lama sehingga kandungan ion yang dimiliki lebih tinggi dari

air permukaan. Air tanah dapat ditemui di setiap tempat di bumi,

meskipun di gurun pasir maupun di daerah yang membeku karena

tertutup lapisan salju atau es. Air tanah dapat muncul ke permukaan

secara alami sebagai mata air atau melalui sumur bor (Sudarmadji, Hadi

dan Widyastuti, 2014).

Jenis-jenis air tanah menurut Sutrisno (2010), adalah sebagai

berikut:

a. Air tanah dangkal

Air tanah dangkal terjadi karena proses peresapan air dari

permukaan tanah. Air tanah jernih tetapi lebih banyak mengandung

zat kimia (garam-garam terlarut) daripada air permukaan. Air tanah

dangkal terdapat di kedalaman 15 meter.

b. Air tanah dalam

Air tanah dalam terdapat setelah lapis rapat air yang pertama.

Dalam pengambilan air tanah dalam harus menggunakan bor dan

memasukkan pipa kedalamnya.

c. Mata air

Mata air adalah air tanah yang ke luar dengan sendirinya ke

permukaan tanah. Mata air yang berasal dari tanah dalam hampir
12

tidak terpengaruh oleh musim dan kualitasnya sama dengan kedaan

air dalam.

3. Sumur Gali

Sumur gali merupakan konstruksi sumur yang paling

umum dan meluas dipergunakan untuk mengambil air tanah bagi

masyarakat kecil dan rumah-rumah perorangan sebagai air minum

dengan kedalaman 7-10 meter dari permukaan tanah. Sumur gali

sangat dipengaruhi oleh musim. Pada musim kemarau kemungkinan

airnya berkurang bahkan kering, untuk itu diperdalam atau digali

lagi sampai lapisan yang mengandung air. Sumur gali meskipun

sukar dihindari dari pencemaran banyak diperlukan sebagai sarana air

bersih bagi setiap keluarga atau beberapa keluarga di pedesaan

(Nurhadini, 2016).

Menurut Lud Waluyo (2009) persyaratan sumur gali adalah

sebagai berikut:

a. Jarak sumur gali minimal 11 meter dari sumber pencemar

antara lain; jamban, air kotor, air comberan, tempat pembuangan

sampah, kandang ternak dan lain-lain.

b. Lantai sumur harus kedap air minimal 1 meter dari tepi atau

sumur, tidak mudah bocor, mudah dibersihkan dan tidak tergenang

air (kemiringan minimal 1-5%).

c. Tinggi bibir sumur 80 cm dari lantai dibuat dari bahan yang kuat dan

rapat air.
13

d. Dinding sumur minimal 3 meter dari lantai dibuat dari bahan

kedap air dan kuat (tidak mudah rusak atau longsor).

e. Jika pengambilan air dengan pompa listrik harus ditutup rapat,

sedangkan jika pengambilan air dengan ember harus ada ember

khusus dengan tali timbanya. Untuk mencegah pencemaran ember

dari timba tidak boleh diletakkan di lantai.

4. Persyaratan Kualitas Air Bersih

Menurut Asmadi, Khayan, dan Kasjono (2010), kualitas air yang

baik harus memenuhi persyaratan secara fisik, kimia, dan biologis.

a. Syarat fisik

Air bersih tidak berasa, tidak berbau, tidak berwarna, suhu

normal, dan tidak mengandung zat padatan. Air yang baik adalah

tidak berasa, rasa dapat ditimbulkan oleh zat organik maupun

anorganik. Air untuk kebutuhan rumah tangga harus jernih. Air

berwarna berarti mengandung bahan-bahan yang berbahaya bagi

kesehatan. Air yang baik harus tidak berbau bila dicium dari dekat

ataupun jauh. Suhu air sebaiknya sama dengan suhu udara (20-

26˚C).

b. Syarat kimia

Air bersih tidak boleh mengandung bahan kimia dalam

jumlah tertentu yang melampaui batas. Bahan kimia yang dimaksud

adalah bahan yang beracun dan dapat berpengaruh terhadap

kesehatan.
14

Salah satu parameter kimia air bersih adalah kesadahan.

Kadar maksimum yang diperbolehkan pada parameter kesadahan

dalam Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 32

Tahun 2017 tentang Standar Baku Mutu Kesehatan Lingkungan dan

Persyaratan Kesehatan Air untuk Keperluan Higiene Sanitasi, Kolam

Renang, Solus Per Aqua, dan Pemandian Umum yaitu 500 mg/L.

Menurut Joko (2010), kesadahan dapat dikatakan tinggi dan mulai

berakibat pada peralatan masak adalah diatas 100 mg/L CaCO3 dan

apabila kesadahan diatas 300 mg/L dikonsumsi secara terus menerus

akan merusak ginjal manusia.

c. Syarat biologis

Air bersih tidak boleh mengandung kuman-kuman patogen

dan parasit seperti bakteri golongan coli, salmonella typhi, vibrio

cholera. Untuk mengetahui adanya bakteri patogen dapat dilakukan

dengan pengamatan terhadap indikator pencemar air yaitu bakteri

E.coli.

5. Kebutuhan Air Bersih

Peningkatan kuantitas air merupakan syarat kedua setelah

kualitas. Untuk keperluan minum dibutuhkan air rata-rata 5

liter/orang/hari, sedangkan secara keseluruhan kebutuhan air suatu rumah

tangga untuk masyarakat Indonesia diperkirakan sebesar 120

liter/orang/hari (Asmadi, Khayan & Kasjono, 2011).


15

Kebutuhan dasar air bersih merupakan jumlah air bersih minimal

yang harus disediakan agar manusia dapat memperoleh air yang

diperlukan untuk melakukan aktivitas sehari-hari. Ditinjau dari

kuantitasnya, kebutuhan air rumah tangga menurut Sunjaya adalah:

a. Kebutuhan air untuk minum dan memasak 5 liter/orang/hari.

b. Kebutuhan air untuk mandi dan membersihkan diri sebanyak 25-30

liter/orang/hari.

c. Kebutuhan air untuk mencuci sebanyak 25-30 liter/orang/hari.

d. Kebutuhan air untuk menunjang pemeliharaan fasilitas sanitasi atau

pembuangan kotoran 4-6 liter/orang/hari, sehingga total pemakaian

perorang adalah 60-70 liter/hari.

e. Banyaknya pemakaian air disetiap rumah tangga berbeda-beda

karena beberapa faktor seperti musim, kebiasaan hidup, dan keadaan

sosial rumah tangga.

6. Kesadahan Air

Kesadahan merupakan sifat air yang disebabkan oleh ion-ion

(kation) logam bervalensi dua seperti Ca2+, Mg2+, Sr2+, Fe2+, dan Mn2+

tetapi penyebab utama dari kesadahan adalah Kalsium (Ca) dan

Magnesium (Mg). Air sadah menjadi penyebab borosnya sabun pencuci

dan memiliki titik didih yang lebih tinggi daripada air biasa (Joko, 2010).

Kesadahan air sebagian besar berasal dari kontaknya air dengan

tanah dan pembentukan batuan. Daerah yang memiliki air sadah adalah
16

daerah yang lapisan tanah atas tebal, dan pembentukan batu kapur

(Sutrisno & Suciastuti, 2010).

Air yang memiliki sifat kesadahan seringkali ditemukan pada air

yang bersumber dari air tanah atau daerah yang tanahnya mengandung

deposit garam mineral dan kapur. Air semacam ini memerlukan

penanganan khusus sehingga biaya purifikasi menjadi tinggi (Chandra,

2006).

Menurut Chandra (2006), air sadah berdasarkan sifatnya ada dua

macam, yaitu:

a. Kesadahan sementara

Kesadahan ini disebabkan oleh garam-garam karbonat (CO32)

dan bikarbonat (HCO3-) dari Kalsium (Ca) dan Magnesium (Mg).

Kesadahan air sementara dapat dihilangkan dengan cara pemanasan,

dimana terbentuk garam kalsium karbonat yang tidak larut dan

mengendap sehingga dapat mudah dihilangkan.

b. Kesadahan tetap

Kesadahan tetap disebabkan oleh garam-garam khlorida (Cl-)

dan sulfat (SO42-) dari Kalsium (Ca) dan Magnesium (Mg).

Kesadahan ini dapat diatasi dengan pertukaran ion (ion exchange).


17

Tingkat kesadahan air biasanya digolongkan seperti yang

ditunjukkan pada tabel berikut ini.

Tabel 1. Klasifikasi Tingkat Kesadahan

Kadar kesadahan air (mg/L CaCO3) Tingkat Kesadahan


0-75 Lunak
75-150 Sedang
150-300 Tinggi
>300 Sangat Tinggi
Sumber : (Effendi, 2003)

Menurut WHO (World Health Organization), air yang bersifat

sadah akan menimbulkan dampak :

a. Terhadap kesehatan dapat menyebabkan cardiovascular

(penyumbatan darah jantung) dan urolithiasis (batu ginjal).

b. Menyebabkan pengerakan pada peralatan logam untuk

memasak sehingga penggunaan energi menjadi boros.

c. Penyumbatan pada pipa logam karena endapan CaCO3.

d. Pemakaian sabun menjadi lebih boros karena buih yang

dihasilkan sedikit.

7. Pengolahan Filtrasi

Filtrasi merupakan proses penyaringan air melalui media

penyaring dan selama air melewati media akan terjadi perbaikan kualitas.

Pada saat proses penyaringan, terjadi pemisahan partikel-partikel

tersuspensi dan koloid, reduksi bakteri dan organisme lainnya, serta


18

pertukaran konstituen kimia yang ada dalan air (Edahwati & Suprihatin,

2007).

Dalam proses pelunakan air sadah menggunakan resin, zeolit, dan

karbon aktif, teknik yang digunakan sama seperti proses filtrasi, yaitu

menggunakan tabung yang berisi resin, zeolit, dan karbon aktif. Proses

yang terjadi adalah pertukaran ion. Pada proses filtrasi juga terjadi reaksi

kimia dan fisika, sehingga banyak faktor yang saling berkaitan yang akan

mempengaruhi kualitas air hasil filtrasi, efisiensi proses dan sebagainya.

Menurut Endahwatin dan Suprihatin (2007), faktor yang

mempengaruhi filtrasi diantaranya adalah:

a. Debit aliran

Debit aliran adalah laju aliran (dalam bentuk volume air)

yang melewati suatu penampung melintang persatuan waktu. Debit

yang terlalu cepat akan menyebabkan fungsi filter tidak efisien.

Apabila debit air meningkat maka efektivitas penyaringan akan

semakin menurun, kecepatan aliran air dan debit akan

mempengaruhi kejenuhan.

b. Kedalaman, ukuran dan jenis media

Tebal tidaknya media akan mempengaruhi lama pengaliran

dan besar daya saring. Selain itu, diameter media berpengaruh pada

porositas, rate filtrasi dan daya saring.


19

c. Lama pemakaian untuk penyaringan

Semakin lama media digunakan maka semakin banyak filter

yang bertahan dalam media filter, sehingga lama kelamaan media

tersebut akan tersumbat atau jenuh. Maka perlu dilakukan regenerasi

media filter (Kusnaedi, 2010).

8. Media Filtrasi

Media filter adalah bahan yang digunakan untuk filtrasi dan

merupakan bagian dari filter yang menyebabkan efek filtrasi. Media filter

terdiri dari material yang mengisi atau tersusun di dalam filter, dimana

media filter dipasang diantara aliran masuk dan aliran keluar (Asmadi,

Khayan & Kasjono, 2011). Media filter yang digunakan dalam penelitian

ini adalah:

a. Resin kation

Kesadahan air dapat dikurangi dengan resin penukar ion.

Resin berupa butiran seperti manik-manik kecil yang terbuat dari

plastik dengan diameter sekitar 0,6 mm (Tua, 2015). Resin

merupakan senyawa hidrokarbon yang memiliki kemampuan

menukar ion sehingga sering digunakan untuk membersihkan ion-ion

dalam pengolahan air bersih. Prinsip dari pengolahan air dengan resin

adalah mengganti ion yang terikat pada polimer resinnya dengan ion

yang dilewatkan.
20

Resin penukar kation adalah resin yang akan menukar atau

mengambil kation dari larutan. Resin kation memiliki gugus ion yang

dapat melepaskan ion positif pada suatu larutan (Kusnaedi, 2010).

Resin kation mengandung ion positif Na+ yang terikat pada

gugus-gugus fungsional asam yaitu SO3-, sehingga saat air sadah

dikontakkan dengan resin kation, maka resin kation akan melepaskan

ion Na+ untuk menggantikan ion Ca2+ dan Mg2+ dalam air sadah. Ion

kalsium dan magnesium yang membuat kesadahan di dalam air

akan bergerak menuju butiran resin dan setiap kation bivalen ini akan

digantikan oleh dua ion natrium yang bergerak keluar resin (Tua,

2015). Reaksi pertukaran dapat ditulis sebagai berikut:

2RSO2Na + Ca2+ (RSO3)2Ca + 2Na+

2RSO2Na + Mg2+ (RSO3)2Mg + 2Na+

Resin akan jenuh apabila dipakai secara terus-menerus dan

dapat diaktifkan kembali dengan mereaksikan dengan larutan garam

dapur pekat (NaCl). Pada reaksi antara resin dengan NaCl terjadi

pertukaran ion dari dalam larutan NaCl dengan ion Ca2+ dan Mg2+

dalam resin (Fitriyanti, 2015).

b. Zeolit

Zeolit merupakan senyawa alumino-silikat hidrat yang

terhidrasi dari logam alkali dan alkali tanah terutama natrium dan

kalium. Sifat umum dari zeolit adalah kristal yang lunak warna putih
21

coklat atau kebiru-biruan. Zeolit memiliki struktur tiga dimensi yang

tidak terbatas dengan rongga-rongga (Sukandarrumidi, 2018).

Zeolit merupakan kristal yang agak lunak dengan berat jenis

yang bervariasi antara 2-24 gr/cm3. Air kristalnya mudah dilepaskan

dengan cara pemanasan, apabila terpapar dengan udara akan cepat

kembali ke keadaan semula karena mudah menyerap air dari udara.

Mudah melakukan pertukaran ion-ion alkalinya dengan ion-ion

elemen lain (Marsidi, 2001).

Zeolit memiliki muatan negatif yang menyebabkan zeolit

mampu mengikat kation pada air yang melewatinya. Selain itu, zeolit

juga mudah melepas kation dan digantikan dengan mengikat kation

lainnya. Zeolit akan melepas natrium dan digantikan dengan

mengikat kalsium atau magnesium pada air sadah (Kusnaedi, 2010).

Kation tersebut dapat bergerak bebas di dalam rongga dan dapat

ditukarkan dengan kation logam lain dengan jumlah yang sama.

Akibat struktur zeolit berongga, kation atau molekul berukuran lebih

kecil atau sama dengan rongga dapat masuk dan terjebak. Inilah

alasan mengapa dalam proses penyaringan air digunakan zeolit

(Kumalasari & Satoto, 2011).

Adapun reaksi yang terjadi pada saat proses pelunakan air

sadah berlangsung adalah:

Na2Z + Ca2+ CaZ + 2 Na+

Na2Z + Mg2+ MgZ + 2 Na+


22

Menurut Marsidi (2001), keunggulan menggunakan zeolit

sebagai bahan untuk pelunakan air sadah, diantaranya:

1) Harganya relatif murah dan mudah didapat

2) Presentasi pengurangan kesadahan relatif besar

3) Mempunyai sistem yang kompak sehingga mudah dioperasikan

4) Dapat dibuat kontinu

c. Karbon aktif

Karbon aktif atau arang aktif adalah sejenis adsorben

(penyerap) yang berwarna hitam, berbentuk granula, bulat, pelet atau

bubuk. Karbon aktif memiliki kemampuan menyerap zat-zat yang

terkandung dalam air dan udara (Kusnaedi, 2010).

Karbon aktif memiliki sifat fisika dan kimia yang menarik,

diantaranya mampu menyerap zat organik maupun anorganik, dapat

berlaku sebagai penukar kation, dan sebagai katalis untuk berbagai

reaksi (Mifbakhuddin, 2010).

Pada saringan karbon aktif ini terjadi proses adsorpsi, yaitu

proses penyerapan zat-zat yang akan dihilangkan oleh permukaan

karbon aktif, termasuk CaCO3 yang menyebabkan kesadahan.

Kemampuan karbon aktif menyerap secara kimia adalah

tersuspensinya kedalam air sampel sehingga karbon aktif yang

tersuspensi berpengaruh terhadap pengikat ion Mg dan Ca.

(Mifbakhuddin, 2010). Proses reaksi kimianya sebagai berikut:

C4+ + 3H2O 2CO3 + H2


23

Proses pertukaran ion Ca2+ dan Mg2+ sangat cepat, dengan

terbentuknya endapan CaCO3 atau MgCO3 berarti air tersebut telah

bebas dari ion Ca2+ dan Mg2+ atau dengan kata lain air tersebut telah

terbebas dari kesadahan (Ristiana, 2009).


24

B. Kerangka Konsep Penelitian

Air Sumur Gali

Persyaratan
Kualitas Air Bersih

Fisika

Kimia Kesadahan Air

Biologis

Radioaktifitas

Tidak dilakukan pengolahan Penyaringan dengan variasi


media yaitu:
1. Resin
Kesadahan tetap tinggi 2. Zeolit
3. Karbon aktif
4. Resin-zeolit-karbon aktif
Dampak negatif :
1. Gangguan kesehatan
2. Menurunkan efisiensi
Penurunan kadar kesadahan
deterjen dan sabun
3. Pembentukan kerak pada
pipa dan ceret
Dampak positif apabila kadar
kesadahan <100 mg/L:
Air tidak aman dikonsumsi 1. Tidak mengganggu
kesehatan
2. Efisiensi deterjen dan
sabun
Keterangan: 3. Tidak ada pembentukan
kerak pada pipa dan ceret
= Tidak diteliti

= Diteliti Air aman untuk dikonsumsi

Gambar 1. Kerangka Konsep Penelitian


25

C. Pertanyaan Penelitian

1. Bagaimana kadar kesadahan air sumur gali setelah dilakukan penyaringan

dengan filter resin?

2. Bagaimana kadar kesadahan air sumur gali setelah dilakukan penyaringan

dengan filter zeolit?

3. Bagaimana kadar kesadahan air sumur gali setelah dilakukan penyaringan

dengan filter karbon aktif?

4. Bagaimana kadar kesadahan air sumur gali setelah dilakukan penyaringan

dengan filter resin-zeolit-karbon aktif?

5. Apa media filter yang paling efektif dalam menurunkan kesadahan air

sumur gali di Dusun Kunden, Sendangsari, Pajangan, Bantul?

Anda mungkin juga menyukai