Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PRAKTIKUM KEBISINGAN DI LINGKUNGAN KERJA UNIVERSITAS

FALETEHAN
Dosen pengampu : Wibowo Danu Nugroho, S.Tr.Kes., M.KM

Disusun oleh kelompok 4 :

Dwi Novita Indri 2020031019

Khaerun Naji 2020031035

Meta Amalia Yusuf 2020031044

Novi Alfi R 2020031062

Robi Herdiansyah 2020031078

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS FALETEHAN
TAHUN 2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala limpahan Rahmat,
Inayah, Taufik dan Hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan Laporan Praktikum
“Pencahayaan pada Pekerja di Lingkungan Kampus” ini sesuai dengan waktu yang telah
ditentukan. Laporan Praktikum ini kami akui masih banyak kekurangan karena
pengalaman yang kami miliki sangat kurang. Oleh kerena itu, kami harapkan kepada para
pembaca untuk memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk
kesempurnaan Laporan yang kami buat ini. Harapan kami semoga laporan ini bisa
membantu menambah pengetahuan bagi para pembaca, sehingga kami dapat
memperbaiki bentuk maupun isi laporan ini agar kedepannya dapat lebih baik lagi. Akhir
kata, kami selaku penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
berperan serta dalam penulisan dan penyusunan laporan ini dari awal sampai akhir.
Semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa menyertai segala usaha kita. Aamiin.

Serang, 5 Desember 2022

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................................i

DAFTAR ISI..........................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN......................................................................................................1

A. Latar Belakang............................................................................................................1
B. Rumusan Masalah.......................................................................................................2
C. Tujuan Penulisan.........................................................................................................2
D. Manfaat........................................................................................................................3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA...........................................................................................4

A. Pengertian Kebisingan.................................................................................................4
B. Jenis-jenis Kebisingan.................................................................................................4
C. Nilai Ambang Batas Kebisingan.................................................................................6
D. Dampak Paparan Kebisingan......................................................................................7
E. Jenis Alat Ukur Kebisingan.........................................................................................8
F. Alat Pelindung Kebisingan..........................................................................................9
G. Faktor Pemilihan alat pelindung..................................................................................9

BAB III HASIL.....................................................................................................................10

A. Deskripsi Alat Ukur SLM..........................................................................................10


B. Cara Penggunaan Alat Ukur SLM..............................................................................10
C. Hasil Pengukuran.......................................................................................................11

BAB IV PEMBAHASAN.....................................................................................................12

A. Hasil Pengukuran dan Perbandingan..........................................................................12

BAB V PENUTUP................................................................................................................13

A. Kesimpulan.................................................................................................................13
B. Saran...........................................................................................................................13

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................14

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Bunyi adalah sesuatu yang tidak dapat kita hindari dalam kehidupan
sehari-hari, termasuk ditempat kerja. Bahkan bunyi yang kita tangkap melalui
telinga kita merupakan bagian dari kerja misalnya, bunyi telepon, bunyi mesin
tik/ablev, dan mesin cetak.
Kualitas bunyi yang ditentukan oleh dua hal, yakni : frekuensi dan
intensitasnya. Frekuensi dinyatakan dalam jumlah getaran per detik yang disebut
Hertz (Hz), yaitu jumlah gelombang-gelombang yang sampai ditelinga setiap
detiknya. Biasanya suatu kebisingan terdiri dari campuran sejumlah gelombang
dari berbagai macam frekuensi. Sedangkan intensitas atau arus able per satuan
luas biasanya dinyatakan dalam suatu logaritmis yang disebut able (dB).
Selanjutnya dengan ukuran intensitas bunyi atau able ini dapat ditentukan apakah
bunyi itu bising atau tidak.
Kebisingan merupakan masalah yang sering dijumpai di banyak tempat
saat ini. Salah satunya Penggunaan mesin dan alat kerja yang mendukung proses
produksi berpotensi menimbulkan suara kebisingan. Kebisingan adalah terjadinya
bunyi yang tidak di kehendaki sehingga mengganggu atau membahayakan
kesehatan (Kepmenkes No. 1405/MENKES/SK/XI/2002).
Tingkat kebisingan yang melebihi nilai ambang batas dapat mendorong
timbulnya gangguan pendengaran dan risiko kerusakan pada telinga baik bersifat
sementara maupun permanen setelah terpapar dalam periode waktu tertentu tanpa
penggunaan alat proteksi yang memadai. Potensi risiko ini mendorong pemerintah
di berbagai able membuat suatu regulasi yang membatasi eksposur suara pekerja
industry. Sebagai contoh, peraturan mengenai kebisingan paparan kerja pada
industry harus kurang dari 85 dBA dengan rata-rata waktu 8 jam (Permenaker No
5 Tahun 2018).

1
Temuan Gyamfi et al. (2016) pada pekerja tambang di wilayah ashanti-
ghana memberikan bukti empiris mengenai tingkat kerusakan yang di timbulkan
pada pekerja tambang akibat paparan kebisingan berlebihan. Dimana semua
mesin yang digunakan pada tambang ternayata menghasilkan suara yang
melampaui ambang batas minimum dengan kadar mulai dari 85,5 dBA hingga
102,7 dBA.
Gangguan pendengaran pada contoh pekerja tambang biasanya disebabkan
oleh paparan berulang atau berkepanjangan terhadap tingkat kebisingan. Sumber
emisi kebisigan di lingkungan kerja pertambangan meliputi kompresor, mesin
pengeboran, palu atau peralatan mekanis lainnya yang digunakan ditambang.
Olehnya sedapat mungkin, kasus akibat kebisingan dari sumber kebisingan yang
telah diketahui dari sumber kebisingan yang telah diketahui harus di redam
dengan bahan kedap suara yang efektif sehingga mengurangi emisi kebisingan
dapat ditolerir.

1.2. Rumusan Masalah


A. Apa yang di maksud dengan kebisingan?
B. Apa yang di maksud jenis jenis kebisingan?
C. Apa yang di maksud dengan nilai ambang batas kebisingan ?
D. Apa yang di maksud dengan dampak akibat kebisingan?
E. Apa yang di maksud Sound Level Meter dan cara penggunaannya?
F. Bagaimana Hasil Kebisingan pada titik sampling yang diukur?
G. Bagaimana perbandingan Hasil Ukur dengan Standar NAB ?
1.3. Tujuan
A. Untuk mengetahui pengertian kebisingan
B. Untuk mengetahui apa saja jenis-jenis kebisingan
C. Untuk mengetahui nilai ambang batas kebisingan
D. Untuk mengetahui apa saja dampak akibat kebisingan
E. Untuk mengetahui Alat kebisingan dan cara penggunaanya

2
1.4. Manfaat
A. Manfaat bagi Mahasiswa
B. Manfaat bagi mahasiswa dapat mengerti dan memahami kebisingan, cara
penggunaan alat dan cara mengukur kebisingan di kampus. Dan dapat
membandingkan kebisingan dengan Standar ketentuan NAB yang diacu.
C. Manfaat bagi institusi
D. Manfaat bagi institusi diharapkan dapat menjadi masukan dan referensi
dengan adanya able hasil pengukuran kebisingan yang ada di atas.

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian kebisingan

Kebisingan didefinisikan sebagai bunyi yang tidak dikehendaki. Bising


menyebabkan berbagai gangguan terhadap tenaga kerja seperti gangguan
fisiologis, gangguan psikologis, gangguan komunikasi dan ketulian atau ada
yang menggolongkan gangguannya berupa gangguan pendengaran, misalnya
gangguan terhadap pendengaran dan gangguan pendengaran seperti komunikasi
terganggu, ancaman bahaya keselamatan, menurunnya performa kerja, kelelahan
dan able. Suara bising adalah suatu hal yang dihindari oleh siapapun, lebih-lebih
dalam melaksanakan suatu pekerjaan, karena konsentrasi pekerja akan dapat
terganggu. Dengan terganggunya konsentrasi ini maka pekerjaan yang
dilakukkan akan banyak timbul kesalahan ataupun kerusakan sehingga akan
menimbulkan kerugian Anizar (2009) dalam Ramdan (2013).

Kebisingan mempengaruhi kesehatan, antara lain dapat menyebabkan


kerusakan pada indra pendengaran sampai pada ketulian. Dari hasil penelitian
diperoleh bukti bahwa intensitas bunyi yang dikategorikan bising dan yang
mempengaruhi kesehatan (pendengaran) adalah di atas 85 dB (Permenaker No 5
Tahun 2018). Oleh sebab itu, para karyawan yang bekerja di pabrik dengan
intensitas bunyi mesin di atas 85 dB, harus di lengkapi dengan alat pelindung
(penyumbat) telinga guna mencegah gangguan pendengaran.

Kebisingan, terutama yang berasal dari alat-alat bantu kerja atau mesin
dapat di kendalikan antara lain, dengan menempatkan peredam pada sumber
getaran atau memodifikasi mesin untuk mengurangi bising. Penggunaan proteksi
dengan sumbatan telinga dapat mengurangi kebisingan sekitar 20-25 dB.

B. Jenis Kebisingan
Jenis- jenis kebisingan dibagi kedalam beberapa kategori, yaitu kebisingan
kontinu,kebisingan kontinu dengan ablev sempit, kebisingan impulsive,

4
kebisingan nada tunggal,kebisingan frekuensi rendah, dan kebisingan fluktuatif.
Berikut adalah penjelasan dari masing masing jenis kebisingan:
1. Kebisingan ablev
Kebisingan ablev adalah kebisingan yang terjadi secara terus menerus
dengan level ablev yang konstan dengan lama waktu pemaparan selama 8
jam kerja per-hari atau 40 jam per-minggu. Kebisingan ablev dengan
spekrtum frekuensi luas ( steady state norrow band noise ) misalnya
mesin mesin, kipas able, dapur pijar. Kebisingan ablev dengan ablev
frekuensi sempit ( steady state norrow band noise ) misalnya adalah
gergaji sirkuler dan katup gas.
2. Kebisingan Intermittent
Kebisingan intermittent adalah kebisingan yang terjadi secara terputus-
putus dalam selam waktu tertentu. Contohnya adalah lalu lintas dan suara
kapal terbang di lapangan udara.
3. Kebisingan Impulsif
Kebisingan ableve merupakan kebisingan yang sifatnya kejutan. Bising
jenis ini diakibatkan oleh sumber suara tumbukan atau ledakan seperti
pile drive, punch press, mesin tempa ataupun suara tembakan senapan.
Suara sangat jelas terdengar dimana efek Ketika suara tersebut mulai
berbunyi menyebabkan gangguan yang sangat nyata. Kriteria yang
menyebabkan suatu kebisingan dapat dimasukan dalam kriteria bising
impulsive diukur dalam selang waktu tertentu yang terdapat pada sumber
bising impulsive. Kebisingan impulsive juga dapat terjadi secara
berulang.
4. Kebisingan nada tunggal
Bising nada tunggal merupakan bising yang dominan pada sebuah
frekuensi. Contoh sumber bising nada tunggal seperti bising dari motor
pada mesin, gearbox, fan pompa. Mesin yang sedang beroperasi kerap
kali menimbulkan gesekan dan tumbukan antar permukaannya.
Tumbukan yang berulang abl terdengar sebagai bising nada tunggal
akibat transmisi oleh udara dari permukaan yang terkena tumbukan. Jarak

5
antar alat ukur dengan sumber bising adalah sama dengan jarak antara
sumber bising dengan pekerja yang bertugas pada sumber bising tersebut
5. Kebisingan Frekuensi Rendah
Energi akustik untuk bising frekuensi rendah dominan pada rentang
frekuensi 8-100Hz. Bising tipe ini terdapat pada mesin-mesin diesel
besar,kereta api, maupun power plants. Bising jenis frekuensi rendag
masih terdengar untuk jarak yang cukup jauh dan lebih mengganggu
secara psiokologis.
6. Kebisingan fluktuatif
Bising ini terjadi Ketika sebuah kendaraan atau pesawat terbang berlalu,
dimana tingkat kebisingan naik dan turun secara cepat. Salah satu kriteria
yang penting dalam mengategorikan sebuah bising dalam fluktuatif
adalah fluktuasi dari sound pressure level bising tersebut lebih dari
sampai 10 dB, dalam sebuah jangka waktu tertentu.

C. Nilai Ambang Batas Kebisingan


Nilai Ambang Batas ( NAB ) adalah standar able trmpat kerja tanpa
mengakibatkan penyakit atau gangguan Kesehatan, dalam pekerjaan sehari-hari
untuk waktu tidak melebihi 8 jam sehari atau 40 jam seminggu ( Keputusan
Menteri Tenaga Kerja Republik Indonesia No.51 tahun 1999 ). NAB kebisingan
dapat dilihat pada able dibawah ini menurut (Permenaker No 5 Tahun 2018) :

6
D. Dampak Paparan Kebisingan
Kebisingan didefinisikan sebagai bunyi yang tidak dikehendaki. Bising
menyebabkan berbagai gangguan terhadap tenaga kerja seperti gangguan
fisiologis, gangguan psikologis, gangguan komunikasi dan ketulian atau ada
yang menggolongkan gangguannya berupa gangguan pendengaran, misalnya
gangguan terhadap pendengaran dan gangguan pendengaran seperti komunikasi
terganggu, ancaman bahaya keselamatan, menurunnya performa kerja, kelelahan

7
dan stres. Suara bising adalah suatu hal yang dihindari oleh siapapun, lebih-lebih
dalam melaksanakan suatu pekerjaan, karena konsentrasi pekerja akan dapat
terganggu. Dengan terganggunya konsentrasi ini maka pekerjaan yang
dilakukkan akan banyak timbul kesalahan ataupun kerusakan sehingga akan
menimbulkan kerugian Anizar (2009) dalam Ramdan (2013).
Kebisingan mempengaruhi kesehatan, antara lain dapat menyebabkan
kerusakan pada indra pendengaran sampai pada ketulian. Dari hasil penelitian
diperoleh bukti bahwa intensitas bunyi yang dikategorikan bising dan yang
mempengaruhi kesehatan (pendengaran) adalah di atas 85 dB (Permenaker No 5
Tahun 2018). oleh sebab itu, para karyawan yang bekerja di pabrik dengan
intensitas bunyi mesin di atas 85 dB, harus di lengkapi dengan alat pelindung
(penyumbat) telinga guna mencegah gangguan pendengaran.
Kebisingan, terutama yang berasal dari alat-alat bantu kerja atau mesin
dapat di kendalikan antara lain, dengan menempatkan peredam pada sumber
getaran atau memodifikasi mesin untuk mengurangi bising. Penggunaan proteksi
dengan sumbatan telinga dapat mengurangi kebisingan sekitar 20-25 dB.

E. Jenis Alat Ukur


1. Sound Level Meter (SLM) Alat yang digunakan pada Lingkungan Kerja
2. personal monitoring digunakan Noise Dosimeter.

F. Alat Pelindung Kebisingan


Pemakaian Alat pelindung kebisingan adalah upaya terakhir dalam upaya
pencegahan gangguan pendengaran, ada 2 jenis :
1. Ear plug / sumbat telinga
2. Ear muff / tutup telinga

G. Faktor yang perlu diperhatikan dalam pemilihan Alat Pelindung


Kebisingan
1. Dapat melindungi pekerja dari kebisingan
2. Nyaman dipakai dan efisien

8
3. Cocok dengan alat pelindung diri lainnya misalnya helm dan kacamata
4. Masih bisa berkomunikasi ketika digunakan, karena jika berlebihan dapat
menimbulkan bahaya lainnya misalnya tidak dapat mendengar isyarat
atau sirene tanda bahaya.

9
BAB III

HASIL

A. Sound Level Meter (SLM)


Sound Level Meter merupakan alat ukur tingkat tekanan bunyi
(kebisingan) pada rentang pendengaran Manusia . Alat ini digunakan pada
lingkungan Kerja

B. Cara Pengunaan Alat


1. Siapkan Alat dan pastikan Sound Level Meter Berfungsi
2. Tentukan Tempat kerja yang akan Diukur tingkat kebisingannya
3. Nyalakan Sound Level Meter dengan menekan Tombol power/ON
4. Arahkan Sound Level Meter ke sumber kebisingan dengan pembacaan 5 detik
selama 10 menit
5. Perhatikan tingkat kebisingan atau dBA
6. Kemudian Tekan tombol Min dan Max
7. Setelah kita kita dapat memperoleh hasil dari tempat tersebut

10
C. Hasil Pengukuran
Pengukuran tingkat kebisingan dikampus dilakukan pada :
1. Tempat Pembangunan kampus
Hasil Pengukuran kebisingan di tempat pembangunan yaitu sebesar Max :
80,9 dB Min 73,7 dB
2. Graha Kampus Universitas
Hasil oengukuran kebisingan di Graha Universitas sebesar Max : 78,3 dB Min
64,4 dB
3. Ruang Rektorat
Hasil Pengukuran Kebisingan di Ruang Rektorat sebesar Max : 57,2 dB dan
Min 50,6 dB

11
BAB IV

PEMBAHASAN

A. Hasil Pengukuran dan Perbandingan


Hasil dari pengukuran kebisingan pada 3 tempat kerja di aumiversita
Faletehan akan Dibandingkan dengan NAB kebisingan pada tempat kerja selama
8 jam demgan standar ketentuan Permenaker No 5 Tahun 2018.
1. Di tempat pembangunan
Hasil dari pengukuran kebisingan pada tempat bangunan saat itu sebesar
max : 80,9 dB Min 73,7 dB, maka jika dibandingkan dengan NAB sebesar 85
dB tempat pembangunan tersebut masih dibawah NAB sehingga para pekerja
yang bekerja selama 8 jam masih Aman untuk tidak menggunakan pelindung
seperti Ear Plug (Sumbatan Telinga) ataupun Ear Muff (tutup telinga) .
Namun pada saat kami mengukur pekerja tersebut sedang menggunakan
mesin molen semen untuk pengadukan sehingga kebisingan tersebut tidak
melebihin NAB dan suaranya pun masih dapat diterima oleh telinga manusia .
2. Graha Pada Saat Acara
Hasil dari pengukuran kebisingan pada Graha di Universitas Faletehan sebesar
Max : 78,3 dan Min 64,4 dB , karna Graha digunakan pada saat ada acara
yang kemungkinan sehari terpapar kurang lebih hanya 4 jam NAB nya adalah
88 dB namun jika perhati Graha digunakan 8 jam batas NAB nya adalah 85
dB , sehinggal Graha di Universitas Faletehan masih dibawah NAB , dan
suara pada saat tersebut masih terasa nyaman didengar oleh manusia sehinggal
tidak mengganggu dan tidak perlu menggunakan alat pelindung.
3. Ruang Rektorat
Hasil Pengukuran kesibingan pada Ruang Rektorat sebesar max : 57,2 dengan
min: 50,6 , sehinggal dengan NAB 85dB / 8 jam kerja , ruang tektorat tingkat
kebisingannya tidak melebihi NAB , walaupun ruang rektorat dekat dengan
sumber kebisingan(Jalan Raya) dengan kebisingan 127 dB/30 menit , namun
tingkat kebisingan diruangan pekerja Rektorat sangat aman dari gangguan
kebisingan sehinggal para pekerja tidak perlu menggunakan alat pelindung .

12
BAB IV
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Berdasarkan Hasil Pengukuran dan perbandingan dengan stadar ketentuan
Permenaker No 5 Tahun 2018 seperti yang sudah dijelaskan diatas bahwa tingkat
kebisingan di Lingkungan Kerja Kampus Universitas Faletehan dari 3 Tempat
yaitu ; Pembangunan, Graha, dan Ruang Rektorat sangat rendah dan masih
dibawah 85 dB sehingga ketiga tempat kerja tersebut masih sangat aman untuk
pekerja maupun mahasiwa/mahasiswi sehingga tidak mengganggu pendengaran
dan mengganggu aktivitas sehari-hari.

3.2 Saran
Diharapkan Pada pekerja bangunan atau tukang mungkin saat pengukuran
kebisingan tidak melebihin NAB namun pada saat menggunakan alat lain seperti
BOR, pemotong besi , gergaji kayu dengan suara tinggi akan menimbulkan suara
yang lebih dari 85 dB , sehingga diharapkan untuk memperingatkan kepada para
petukang untuk menggunakan alat pelindung sepetri ear plug (penyumbat
telinga) dan mempertimbangkan resiko kelas yang dekat dengan sumber
kebisingan untuk lebih kedap suara dari luar yang dapat menimbulkan
tergangunya pembelajaran/perkuliahan.

13
DAFTAR PUSTAKA

Permenaker No 5 Tahun (2018) Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Lingkungan Kerja.

Cecep Dani Sucipto (2014). Keselamatan dan Kesehatan kerja. YogyakartaD Pustaka
baru

Suhardi, Citrawati, Dwi Astuti (2021) Ergonomi Partisipatori Implementasi Bidang


Kesehatan Dan Keselamatan Kerja

Notoatdmodjo, Soekidjo (2007). Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni. Jakarta Rineka
cipta

14

Anda mungkin juga menyukai