LINGKUNGAN TAMBANG
17137044
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan
rahmat-Nya, sehingga makalah ini dapat selesai tepat pada waktunya.
Makalah ini disusun agar mahasiswa dapat mengetahui Kebisingan di
Tempat Kerja. Dengan telah tersusunnya makalah ini, maka saya
selaku penyusun mengucapkan terimakasih kepada :
1. Bapak Drs, Yunasril, M.Si. dan ibuk Tri Gamela Saldy, S.T,
M.T. selaku dosen mata kuliah Lingkungan Tambang.
2. Semua pihak baik secara langsung maupun tidak langsung
yang telah membantu sehingga makalah ini dapat terselesaikan
dengan baik.
Penyusun
Kata Pengantar.......................................................................................................i
Daftar isi................................................................................................................ii
BAB I Pendahuluan...............................................................................................1
BAB II Pembahasan...............................................................................................2
BAB IV Penutup...................................................................................................20
4.1 Kesimpulan.................................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................21
ii
BAB I
PENDAHULUAN
PEMBAHASAN
Kebisingan adalah bunyi atau suara yang tidak dikehendaki dan dapat
mengganggu kesehatan dan kenyamanan lingkungan yang dinyatakan dalam
satuan desibel (dB). Kebisingan juga dapat didefinisikan sebagai bunyi yang tidak
disukai, suara yang mengganggu atau bunyi yang menjengkelkan.Berdasarkan
Kepmenaker, kebisingan adalah suara yang tidak dikehendaki yang bersumber
dari alat-alat proses produksi yang pada tingkat tertentu dapat menimbulkan
gangguan kesehatan dan pendengaran. Berdasarkan Kepmenkes, kebisingan
adalah terjadinya bunyi yang tidak dikehendaki sehingga mengganggu atau
membahayakan kesehatan (KepMenKes No. 1405,2002).
a. Mesin
Kebisingan yang ditimbulkan oleh aktivitas mesin.
b. Vibrasi
Kebisingan yang dittimbulkan oleh akibat getaran yang ditimbulkan akibat
gesekan, benturan, atau ketidakseimbangan gerakan bagian mesin. Terjadi
pada roda gigi, roda gila, batang torsi, piston, fan, bearing, dan lain – lain.
c. Pergerakan udara, gas dan cairan
Kebisingan ini ditimbulkan akibat pergerakan udara, gas, dan cairan dalam
kegiatan proses kerja industri misalnya pada pipa penyalur cairan gas,
outlet pipa, gas buang, jet. Flare boom, dan lain – lain.
Berdasarkan sifat dan spektrum frekuensi bunyi, bising dapat dibagi atas:
a. Bising yang kontinyu dengan spektrum frekuensi yang luas. Bising ini
relatif tetap dalam batas kurang lebih 5 dB untuk periode 0,5 detik berturut
– turut. Misalnya mesin, kipas angin, dan dapur pijar.
b. Bising yang kontinyu dengan spektrum frekuensi yang sempit. Bising ini
juga relatif tetap, akan tetapi ia hanya mempunyai frekuensi tertentu saja
(pada frekuensi 500, 1000, dan 4000 hz). Misalnya gergaji serkuler, katup
gas.
c. Bising terputus – putus (Intermitten). Bising ini tidak terjadi secara terus –
menerus, melainkan ada periode relatif tenang. Misalnya suara lalu lintas,
kebisingan di lapangan terbang.
d. Bising Impulsif
Bising jenis ini memiliki perubahan tekanan suara melebihi 40 dB dalam
waktu sangat cepat dan biasanya mengejutkan pendengarnya. Misalnya
tembakan, suara ledakan mercon, meriam.
bunyi yang intensitasnya melampaui NAB. Bunyi jenis ini akan merusak atau
menurunkan fungsi pendengaran.
5
Nilai ambang kebisingan reratadihubungkan dengan durasi pekerjanaan yang
disajikan pada tabel 2.
1. Intensitas
Intensitas bunyi yang ditangkap oleh telinga berbanding langsung dengan
logaritma kuadrat tekanan akustik yang dihasilkan getaran dalam rentang
yang dapat didengar. Jadi, tingkat tekanan bunyi diukur dengan skala
logaritma dalam desibel (dB)
2. Frekuensi
Frekuensi bunyi yang dapat didengar telinga manusia terletak antara 16
hingga 20.000 Hz. Frekuensi bicara terdapat dalm rentang 250 – 4.000 Hz.
Bunyi frekuensi tinggi adalah yang paling berbahaya
6
3. Durasi
Efek bising yang merugikan sebanding dengan lamanya paparan, dan
kelihatannya berhubungan dengan jumlah total energi yang mencapai
telinga dalam. Jadi perlu untuk mengukur semua elemen lingkungan
akustik. Untuk tujuan ini digunakan pengukur bising yang dapat merekam
dan memadukan bunyi.
4. Sifat
Mengacu pada distribusi energi bunyi terhadap waktu (stabil, berfluktuasi,
intermiten). Bising impulsif (satu atau lebih lonjakan energi bunyi dengan
durasi kurang 1 detik) sangat berbahaya.
7
1. Gangguan Fisiologis
Gangguan dapat berupa peningkatan tekanan darah, peningkatan nadi,
basal metabolisme, konstruksi pembuluh darah kecil terutama pada bagian
kaki, dapat menyebabkan pucat dan gangguan sensoris.
2. Gangguan Psikologis
Gangguan psikologis dapat berupa rasa tidak nyaman, kurang konsentrasi,
susah tidur, emosi dan lain –lain. Pemaparan jangka waktu lama dapat
menimbulkan penyakit, psikosomatik seperti gastritis, penyakit jantung
koroner, dan lain –lain.
3. Gangguan komunikasi
Gangguan komunikasi ini menyebabkan terganggunya pekerjaan, bahkan
mungkin terjadi kesalahan, terutama bagi pekerja baru yang belum
berpengalaman. Gangguan komunikasi ini secara tidak langsung akan
mengakibatkan bahaya terhadap keselamatan dan kesehatan tenaga kerja,
karena tidak mendengar teriakan atau isyarat tanda bahaya dan tentunya
akan dapat menurunkan mutu pekerjaan dan produktifitas kerja
4. Gangguan Keseimbangan
Gangguan keseimbangan ini mengakibatkan gangguan fisiologis seperti
kepala pusing, mual dan lain –lain.
5. Gangguan terhadap pendengaran (Ketulian)
Diantara sekian banyak gangguan yang ditimbulkan oleh bising,
gangguan terhadap pendengaran adalah gangguan yang paling seirus
karena dapat menyebabkan hilangnya pendengaran atau ketulian. Ketulian
ini dapat bersifat progresif atau awalnya bersifat sementara tapi bila
bekerja terus menerus di tempat bising tersebut maka daya dengar akan
menghilang secara menetap atau tuli.
Tuli dibagi menjadi beberapa yaitu sebagai berikut :
a. Tuli Sementara (Temporary Treshold Shift = TTS)
Diakibatkan pemaparan terhadap bising dengan intensitas tinggi,
tenaga kerja akan mengalami penurunan daya dengar yang sifatnya
8
sementara. Biasanya waktu pemaparannya terlalu singkat. Apabila
kepada tenaga kerja diberikan waktu istirahat secara cukup. Daya
dengarnya akan pulih kembali kepada ambang dengar semula
dengar semula.
b. Tuli menetap (Permanent Treshold Shift = PTS)
Biasanya akibat waktu paparan yang lama (kronis). Besarnya PTS
dipengaruhi oleh faktor – faktor berikut :
Tingginya level suara
Lama pemaparan
Spektrum suara
Temporal pattern, bila kebisingan yang kontinyu maka
kemungkinan terjadinya TTS akan lebih besar.
Kepekaan individu
Pengaruh Obat – Obatan
Beberapa obat dapat memperberat (pengaruh sinergestik)
ketulian apabila diberikan bersamaan dengan kontak suara.
Misalnya quinine, aspirin, streptomycin, dan beberapa obat
lainnya.
Keadaan kesehatan
Sound level Meter adalah alat pengukur suara. Mekanisme kerja SLM apabila ada
benda bergetar, maka akan menyebabkan terjadinya perubahan tekanan udara
9
yang dapat ditangkap oleh alat ini, selanjutnya akan menggerakkan meter
penunjuk.
b. Test Pendengaran
1). Sebelum bekerja atau sebelum penugasan awal di daerah yang bising
10
2). Secara berkala (periodik / tahunan)
Pekerja yang terpapar kebisingan > 85 dB selama 8 jam sehari,
pemeriksaan dilakukan setiap 1 tahun atau 6 bulan tergantung tingkat
intensitas bising.
3) Secara khusus pada waktu tertentu
4) Pada akhir masa kerja.
c. Pengendalian kebisingan
Jarak diperjauh
Akustik ruangan
Enclosure
Hal – hal yang relevan dan harus ada dalam program pendidikan ini
adalah sebagai berikut :
g. Evaluasi Program
16
Gambar diatas adalah Noise Dosimeter yang digunakan untuk personal
monitoring kebisingan.
3. Pengendalian Kebisingan
Hal yang penting dalam Alat Pelindung Pendengaran ini adalah berikan
pelatihan penggunaannya yang tepat, gambar dibawah adalah contoh penggunaan
Alat Pelindung Pendengaran
18
Faktor yang perlu diperhatikan dalam pemilihan Alat Pelindung Pendengaran
adalah :
6. Pemeliharaan Catatan
Pelihara data pengukuran area kerja, audiometri test karyawan dan evaluasi
secara berkala. Lakukan upaya teknis untuk area kerja yang memiliki tingkat
kebisingan melebihi NAB.
19
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Telinga merupakan organ vital dari manusia yang sangat berguna dan sensitiv
e. Sebagai organ tubuh yang vital, telinga tidak luput dari resiko kerusakan akibat
kerja. Umumnya kerusakan fungsi telinga sebagai alat pendengaran adalah perma
nent. Sehingga proses rehabilitasinya bisa dikatakan sangat kecil kemungkinarury
a. Oleh karena itu perlindungan terhadap organ yang satu ini sangat diperlukan un
tuk mencegah rusaknya fungsi pendengaran akibat linkungan kerja.
Dengan tingkat kebisingan yang tinggi, jika seseorailg berada pada lingkungan
tersebut terlalu lama dan berulang-ulang, rnaka resiko kerusakan fungsi pendengar
an akan beftambah. Untuk itu sebagai pekerja di lingkungan keda seperti itu harus
memiliki kesadarin yang tinggi untuk melindungi telinga mereka.
20
DAFTAR PUSTAKA
Hendro, dkk. 2004. Tingkat Kebisingan di DKI Jakarta dan Sekitarnya. Media
Litbang Kesehatan. Volume XIV, Nomor 3, Tahun 2004. Jakarta:
Puslitbang Ekologi Kesehatan, Depkes.
21