Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

PENCEGAHAN HAZARD K3 KARENA SUARA

DISUSUN OLEH:

ANUGRAH FITRI WULANDARI A12020026


ARIF PANDU JULIANSYAH A12020027
ARWANDANU FADILAH A12020028
ATHIKKAH SITI AMAIROH A12020030
BANGKIT PRAYOGO HIDAYATULLAH A12020031
CHANTIKA SHINTA RAHMA A12020032
DEA SAFRIDHA A12020033
DEWI ARIMBI HANGGONO RARAS A12020034
DILLA NUR AZIZAH A12020035
DWI FEBRIANTO A12020036
DWI SELFI AJI OKTAFIANI A12020037
DZIKRINA FARIKHATUSSOLIKHAH A12020038
KELOMPOK 3

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH GOMBONG

2021

KATA PENGANTAR

i
Segala puji bagi Allah SWT. yang telah memberikan nikmat serta hidayah-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah mengenai “PENCEGAHAN HAZARD K3
KARENA SUARA” dengan tepat waktu.

Makalah ini disusun guna memenuhi tugas Mata Kuliah Keselamatan Pasien dan
Kesehatan Kerja dalam Keperawatan. Kami berharap agar makalah ini dapat menambah
wawasan bagi pembaca.

Dalam penulisan makalah ini tentunya banyak sekali hambatan yang telah penulis
rasakan. Oleh sebab itu, kami berterimakasih kepada semua pihak yang telah membantu
proses penyusunan makalah ini.

Selain itu, kami juga sadar bahwa makalah ini terdapat banyak kekurangan serta jauh
dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan penulis terima
demi perbaikan-perbaikan selanjutnya. Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan
manfaat.

Penulis

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL................................................................................................i

ii
KATA PENGANTAR..............................................................................................ii

DAFTAR ISI.............................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...............................................................................................1
B. Tujuan............................................................................................................2
C. Manfaat..........................................................................................................2

BAB II KONSEP TEORI


A. Pengertian Kebisingan...................................................................................3
B. Jenis Kebisingan.............................................................................................3
C. Nilai Ambang Batas Kebisingan....................................................................4
D. Pengaruh Kebisingan Terhadap Tenaga Kerja...............................................5
E. Gangguan Pendengaran Terhadap Bising......................................................5
F. Pengendalian Kebisingan...............................................................................6

BAB III SKENARIO KASUS.................................................................................8

BAB IV PEMBAHASAN.........................................................................................9

BAB V KESIMPULAN............................................................................................10

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Suara yang dihasilkan oleh suatu sumber bunyi bagi seseorang atau sebagian orang
merupakan suara yang disenangi, namun bagi beberapa orang lainnya justru dianggap
sebagai hal yang sangat mengganggu. Secara definisi, suara yang tidak dikehendaki ini
dapat dikatakan sebagai bising. Bising yang didengar sehari-hari berasal dari banyak
sumber baik dekat maupun jauh. Kebisingan juga dapat didefinisikan sebagai bunyi yang
tidak disukai, suara yang mengganggu atau bunyi yang menjengkelkan. Berdasarkan
Kepmenaker, kebisingan adalah suara yang tidak dikehendaki yang bersumber dari alat
alat, proses produksi yang pada tingkat tertentu dapat menimbulkan gangguan kesehatan
dan pendengaran.
Bunyi yang menimbulkan kebisingan disebabkan oleh sumber suara yang bergetar.
Getaran sumber suara ini mengganggu keseimbangan molekul udara sekitarnya sehingga
molekul-molekul udara ikut bergetar. Getaran sumber ini menyebabkan terjadinya
gelombang rambatan energi mekanis dalam medium udara menurut pola ramatan
longitudinal. Rambatan gelombang diudara ini dikenal sebagai suara atau bunyi
sedangkan dengan konteks ruang dan waktu sehingga dapat menimbulkan gangguan
kenyamanan dan kesehatan
Setiap tempat kerja selalu mengandung berbagai potensi bahaya yang dapat
mempengaruhi kesehatan tenaga kerja atau dapat menyebabkan timbulnya penyakit
akibat kerja. Potensi bahaya fisik yaitu, potensi bahaya yang dapat menyebabkan
gangguan-gangguan kesehatan terhadap tenaga kerja yang terpapar, misalnya terpapar
kebisingan intensitas tinggi (Tarwaka, 2008).
Banyak penderitaan terjadi disebabkan oleh kondisi fisik dan lingkungan kerja
yang berbahaya dimana pekerjaan dilakukan oleh pekerja. Salah satu kondisi fisik dan
lingkungan kerja yang membahayakan adalah kebisingan. Kebisingan yang melebihi
nilai ambang batas dapat menimbulkan penyakit akibat kerja yaitu dapat berupa
gangguan pendengaran atau kerusakan pada telinga baik bersifat sementara ataupun
permanen setelah terpapar untuk jangka waktu tertentu tanpa proteksi yang memadai.
Bising menyebabkan berbagai gangguan terhadap tenaga kerja, seperti
gangguan fisiologis, gangguan psikologis, gangguan komunikasi dan ketulian, atau ada
yang menggolongkan gangguannya berupa gangguan auditory, misalnya gangguan

1
terhadap pendengaran dan gangguan non auditory seperti komunikasi terganggu,
ancaman bahaya keselamatan, menurunnya performance kerja, kelelahan dan stress
(Buchari, 2007).
Kebisingan ditempat kerja sering kali merupakan problem tersendiri
bagi tenaga kerja. Umumnya berasal dari mesin kerja, peralatan yang bergerak,
kontak dengan logam, kompresor dan sebaginya. Sayangnya banyak tenaga
kerja yang telah terbiasa dengan kebiasaan tersebut, bahkan banyak pekerja
yang tidak mau memakai alat pelindung dengan alasan: tidak mengerti, panas,
sesak, tidak enak dipakai, berat, atasan juga tidak memakai. Meskipun tidak
mengeluh tetapi gangguan kesehatan tetap terjadi (Santoso, 2004).
B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu memahami tentang Pencegahan Hazard K3 karena Suara
2. Tujuan Khusus
Setelah membahas tentang Konsep Pencegahan Hazard karena Suara mahasiswa
mampu :
a. Memahami pengertian kebisingan
b. Mengetahui Jenis – jenis kebisingan
c. Mengetahui Nilai Ambang Batas Kebisingan
d. Mengetahui Pengaruh Kebisingan Terhadap Tenaga Kerja
e. Mengetahui Gangguan Pendengaran Terhadap Bising
f. Memahami Pencegahan atau Pengendalian Kebisingan
C. MANFAAT
Manfaat makalah ini adalah untuk membagikan informasi dan wawasan kepada
pembaca mengenai Pencegahan Hazard K3 karena Suara dan untuk memenuhi tugas
mata kuliah K3

2
BAB II

KONSEP TEORI

A. PENGERTIAN KEBISINGAN
Suara adalah fenomena fisik yang dihasilkan oleh getaran benda atau getaran suatu
benda yang berupa sinyal analog dengan amplitudo yang berubah secara kontinyu
terhadap waktu, Suara berhubungan erat dengan rasa “mendengar”. Kebisingan adalah
bunyi atau suara yang timbul yang tidak dikehendaki yang sifatnya mengganggu dan
menurunkan daya dengar seseorang (WHS, 1993).
Suara yang ditangkap oleh daun telinga mengalir melalui saluran telinga ke
gendang telinga. Gendang telinga adalah selaput tipis yang dilapisi oleh kulit, yang
memisahkan telinga tengah dengan telinga luar. Getaran suara yang dihantarkan dari
tulang pendengaran di telinga tengah ke jendela oval di telinga dalam menyebabkan
bergetarnya cairan dan sel rambut. Sel rambut yang berbeda memberikan respon
terhadap frekuensi suara yang berbeda dan merubahnya menjadi gelombang saraf.
Gelombang saraf ini lalu berjalan di sepanjang serat-serat saraf pendengaran yang
akan membawanya ke otak. Getaran dari gendang telinga diperkuat secara mekanik oleh
tulang-tulang tersebut dan dihantarkan ke jendela oval. Batas frekuensi bunyi yang dapat
didengar oleh telinga manusia kira-kira dari 20 Hz sampai 20.000 Hz pada amplitudo
umum dengan berbagai variasi dalam kurva responsnya. Suara yang sangat keras
menyebabkan kerusakan pada sel rambut, karena sel rambut yang rusak tidak dapat
tumbuh lagi maka bisa terjadi kerusakan sel rambut progresif dan berkurangnya
pendengaran
B. JENIS KEBISINGAN
1. Bising kontinu (terus menerus) seperti suara mesin, kipas angin, dll
2. Bising intermitten (terputus putus) yang terjadi tidak terus menerus seperti suara lalu
lintas, suara pesawat terbang
3. Bising Impulsif yang memiliki perubahan tekanan suara melebihi 40 dB dalam
waktu yang cepat sehingga mengejutkan pendengarnya seperti suara senapan,
mercon, dll
4. Bising impulsif berulang yang terjadi secara berulang-ulang pada periode yang sama
seperti suara mesin tempa.

3
C. NILAI AMBANG BATAS (NAB) KEBISINGAN
Nilai ambang batas adalah standar faktor tempat kerja yang dapat diterima tenaga
kerja tanpa mengakibatkan penyakit atau gangguan kesehatan dalam pekerjaan sehari-
hari untuk waktu tidak melebihi 8 jam sehari atau 40 jam seminggu (KEPMENAKER
No.Kep-51 MEN/1999).
Pedoman pemaparan terhadap kebisingan (NAB Kebisingan) berdasarkan lampiran
II Keputusan Menteri Tenaga Kerja No. Kep-51/MEN/1999 tentang Nilai Ambang Batas
Faktor Fisika di Tempat Kerja
Tabel 1

Nilai Ambang Batas Kebisingan


Waktu Pemajanan per hari Intensitas kebisingan dalam dBA
8 Jam 85
4 88
2 91
1 94
30 Menit 97
15 100
7,5 103
3,75 106
0,94 112
28,12 Detik 115
14,06 118
1,88 119
7,03 121
3,52 124
1,76 127
0,88 130
0,44 133
0,22 136
0,11 139

D. PENGARUH KEBISINGAN TERHADAP TENAGA KERJA

4
1. Gangguan Fisiologis
Seseorang yang terpapar bising dapat menggangu, lebih-lebih yang terputus-
putus atau yang datangnya tiba-tiba dan tak terduga. Gangguan dapat terjadi seperti,
peningkatan tekanan darah, peningkatan denyut nadi, basa metabolisme, kontraksi
pembuluh darah kecil, dapat menyebabkan pucat dan gangguan sensoris, serta dapat
menurunkan kinerja otot.
2. Gangguan Psikologis
Seseorang yang terpapar bising dapat teganggu kejiwaanya, berupa stres,
sulit berkonsentrasi dan lain-lain, dengan akibat mempengaruhi kesehatan organ
tubuh yang lain.
3. Gangguan Komunikasi
Yaitu gangguan pembicaraan akibat kebisingan sehingga lawan bicara tidak
mendengar dengan jelas. Untuk rnengatasi pembicaraan perlu lebih diperkeras
bahkan berteriak.
4. Gangguan Keseimbangan
Kebisingan yang terlalu tinggi dapat mengakibatkan gangguan keseimbangan
yang berupa kesan seakan-akan berjalan di ruang angkasa.
5. Gangguan Pendengaran (Ketulian)
Diantara sekian banyak gangguan yang ditimbulkan oleh kebisingan, maka
gangguan yang paling serius adalah ketulian. Ketulian akibat bising ada tiga macam
yaitu, tuli sementara, tuli menetap, trauma akustik
E. GANGGUAN PENDENGARAN AKIBAT BISING/GPAB (NOISE INDUCED
HEARING LOSS/NIHL)
Gangguan pendengaran akibat bising (GPAB) adalah penurunan pendengaran
sensorineural yang pada awalnya tidak disadari, karena belum mengganggu percakapan
sehari-hari. Penurunan pendengaran sensorineural tipe koklea pada kedua telinga. Faktor
lama pajanan, intensitas kebisingan, umur serta faktor lain akan berpengaruh terhadap
penurunan pendengaran tersebut.
GPAB tidak dapat disembuhkan namun bisa dicegah, oleh karena itu tempat kerja
yang melebihi NAB harus menerapkan Program Konservasi Pendengaran / Hearing
Conservation Program (HCP).
Program Konservasi Pendengaran meliputi :
1. Pemantauan Kebisingan
2. Audiometri Test

5
3. Pengendalian Kebisingan
4. Alat Pelindung Diri
5. Training Motivasi
6. Pemeliharaan Catatan / record
F. PENGENDALIAN KEBISINGAN
Pengendalian kebisingan di lingkungan kerja dapat dilakukan upaya-upaya sebagai
berikut (A.M. Sugeng Budiono, dkk, 2003) :
1. Teknologi Pengendalian
Upaya yang dilakukan, menentukan tingkat suara yang dikehendaki,
menghitung reduksi kebisingan dan sekaligus mengupayakan penerapan teknisnya.
Teknologi pengendalian yang ditujukan pada sumber suara dan media
perambatnya dilakukan dengan:
a. Mengubah cara kerja, dari yang menimbulkan bising menjadi berkurang suara
yang menimbulkan bisingnya
b. Menggunakan penyekat dinding dan langit-langit yang kedap suara
c. Mengisolasi mesin-mesin yang menjadi sumber kebisingan
d. Substitusi mesin yang bising dengan mesin yang kurang bising
e. Menggunakan pondasi mesin yang baik agar tidak ada sambungan yang goyang
dan Mengganti bagian-bagian logam dengan karet
f. Modifikasi mesin atau proses
g. Merawat mesin dan alat secara teratur dan periodik
(A.M. Sugeng Budiono, dkk., 2003).
2. Pengendalian Secara Administratif
Pengendalian secara administratif merupakan prosedur yang bertujuan untuk
mengurangi waktu paparan pekerja terhadap bising.
Untuk Tahap Administrasi bisa melakukan hal-hal sebagai berikut:
a. Pemasangan Tanda (Sign)
b. Rotasi kerja
c. Pemeriksaan berkala
d. Pengendalian Personal (Pemakaian APD, dan Penyediaan APD)
e. Berlakukan area tersebut sebagai area terbatas, hanya boleh dimasuki personil
yang terlatih dan menggunakan Alat Pelindung Pendengaran
f. Pengaturan jadwal kerja sesuai NAB (Nilai Ambang Batas)
3. Penggunaan Alat Pelindung Diri

6
Upaya menghindari kebisingan digunakan alat pelindung telinga. Alat
pelindung telinga berguna untuk mengurangi intensitas suara yang masuk ke dalam
telinga. Ada dua jenis alat pelindung telinga, yaitu:
a. Sumbat telinga atau ear plug
b. Tutup telinga atau ear muff
(A.M. Sugeng Budiono, dkk., 2003).
4. Pemeriksaan Audiometri
Pemeriksaan dilakukan pada saat awal masuk kerja secara periodik, secara
khusus dan pada akhir masa kerja (A.M. Sugeng Budiono, dkk., 2003), pemeriksaan
berkala audiometri pada pekerja yang terpapar (Benny L. Priatna dan Adhi Ari
Utomo, 2002).
5. Pelatihan dan Penyuluhan
Penyuluhan kepada pekerja/semua orang di perusahaan tentang manfaat, cara
pemakaian dan perawatan alat pelindung telinga, bahaya kebisingan di tempat kerja
dan aspek lain yang berkaitan (A.M. Sugeng Budiono, dkk, 2003).
6. Evaluasi
Evaluasi hasil pemeriksaan audiometri.

7
BAB III

SKENARIO KASUS

Salah satu ruangan di Rumah Sakit Z sedang diperbaiki atau direnovasi sehingga
menimbulkan kebisingan yang sangat mengganggu. Karena lokasi rumah sakit tersebut dekat
dengan rumah warga, masyarakat sekitar jadi merasa terganggu dengan kebisingan tersebut.
Petugas juga mengeluh bahwa ia terganggu pada saat berkomunikasi dengan rekan tim dan
pasien. Petugas juga mengeluh susah berkonsentrasi, sakit kepala dan merasa stress akibat
kebisingan tersebut. Saat dikaji ternyata pihak pelaksana renovasi tidak mematuhi ICRA
renovasi yaitu tidak melakukan tindakan pencegahan kebisingan pada saat renovasi

Analisa kasus:

1. Hazard dari kasus tersebut adalah hazard fisik yaitu terpapar kebisingan akibat renovasi
yang tidak mematuhi ICRA yang beresiko terjadinya gangguan fisiologis, gangguan
psikologis dan gangguan komunikasi
2. Upaya pencegahan dan pengendalian kebisingan:
a. Pengubahan cara kerja, dari yang menimbulkan bising menjadi berkurang suara
yang menimbulkan bisingnya
b. Penggunaan penyekat dinding dan langit-langit yang kedap suara
c. Penggunaan alat pelindung telinga yaitu sumbat atau tutup telinga

8
BAB IV

PEMBAHASAN

Berdasarkan pembahasan teori dan analisa kasus diatas, maka dapat dilakukan pencegahan
kasus dengan cara:

1. Upaya pencegahan dari Rumah Sakit:


a. Pemasangan Tanda (Sign)
Berupa papan peringatan yang dipasang pada area yang dengan intensitas
kebisingan tinggi. Dipapan bertuliskan terdapat bahaya kebisingan tinggi wajib
memakai ear plug serta mencantumkan besarnya intensitas kebisingan yang ada
diarea tersebut
b. Rotasi kerja
Diarea product handling khususnya, kegiatan dilakukan secara bergantian.
Setiap satu shift tenaga kerja hanya bekerja selama 4 jam setelah itu dilakukan
pergantian personil. 1,5 jam berada di area bagging machine dan 1,5 berada pada
area pengangkatan barang dengan waktu istirahat per 1,5 jam selama 30 menit.
c. Pemeriksaan berkala
Dilakukan setiap tahun untuk mempertahankan derajat kesehatan
2. Upaya pencegahan Personal:
a. Pemakaian Alat Pelindung Diri
Pemakaian alat pelindung diri yaitu berupa ear plug wajib dipakai tenaga
kerja dan petugas yang berada di sekitar area yang mempunyai intensitas kebisingan
yang tinggi. Hal ini dilakukan untuk mengurangi paparan kebisingan yang diterima
oleh para pekerja dan petugas agar tidak terjadi gangguan pendengaran baik secara
sementara ataupun permanen
b. Penyediaan Alat Pelindung Diri
Alat pelindung diri disediakan oleh pihak perusahaan, yang mana Alat
Pelindung Diri ini diberikan secara cuma-cuma kepada tenaga kerja. Tujuannya agar
digunakan sebaik-baiknya bagi para pekerja agar terhindar dari bahaya penyakit
akibat kerja yang berupa gangguan pendengaran

9
BAB V

KESIMPULAN

Kebisingan adalah bunyi atau suara yang timbul yang tidak dikehendaki yang sifatnya
mengganggu dan menurunkan daya dengar seseorang. Pengaruh kebisingan terhadap tenaga
kerja diantaranya dapat menyebabkan gangguan fisiologis, gangguan psikologis, gangguan
komunikasi, gangguan keseimbangan, dan gangguan pada pendengaran (ketulian). Dengan
adanya pengendalian kebisingan yang benar, maka akan tercipta kondisi kerja yang aman,
mencegah penyakit akibat kerja dan tenaga kerja atau orang disekitar tempat kebisingan sehat
dan selamat

10

Anda mungkin juga menyukai