Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

KEBISINGAN MESIN

DISUSUN OLEH :

NAMA : MUHAMMAD ASRI

NIM : 19 022 014 001

FAKULTAS/PRODI : TEKNIK/MESIN

UNIVERSITAS ISLAM MAKASSAR

TAHUN AJARAN

2021/2022
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum warohmatullahi wabarokatuh, segala puji bagi Allah Tuhan


Yang Maha Esa yang telah melimpahkan Rahmat dan Ridho-Nya. Salam dan
Sholawat kami haturkan kepada baginda Nabi Muhammad SAW sang
revolusioner sejati yang menghijrahkan manusia dari alam yang gelap ke alam
yang terang benderang seperti sekarang yang kita rasakan. Kami ucapkan
terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu untuk menyelesaikan tugas
makalah kebisingan mesin. Terima kasih khusus kepada dosen pengampu,
Semoga makalah ini dapat menambah wawasan pembaca terutama kepada penulis.
Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam pembuatan makalah
sistem permesinan ini, maka kami mengharap kritik dan saran dari pembaca untuk
memperbaiki makalah ini. Sekian dan terimakasih, jika ada kelebihan dan
kebenaran maka itu datangnya dari sang pemilik kebenaran, jika ada kesalahan
maka itu datangnya dari kami selaku manusia biasa.

Wassalamualaikum warohmatullahi wabarokatuh

Makassar, Desember 2022


Penulis

Muhammad Asri

iii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................... 6

A. LATAR BELAKANG ............................................................................... 6

B. RUMUSAN MAKALAH .......................................................................... 8

C. TUJUAN MAKALAH .............................................................................. 8

BAB II PEMBAHASAN ...................................................................................... 9

A. DEFINISI KEBISINGAN .......................................................................... 9

B. SUMBER KEBISINGAN ............................................................................ 9

C. KATEGORI KEBISINGAN ..................................................................... 10

D. JENIS KEBISINGAN ............................................................................... 10

E. NILAI AMBANG BATAS KEBISINGAN .............................................. 11

F. FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN BAHAYA


KEBISINGAN ................................................................................................ 13

G. GANGGUAN PENDENGARAN ............................................................. 14

H. MENGUKUR TINGKAT KEBISINGAN .............................................. 16

I. PROGRAM KONSERVASI PENDENGARAN ( HEARING


CONSERVATION PROGRAM) .................................................................. 17

BAB III PENUTUP............................................................................................ 22

iv
KESIMPULAN .............................................................................................. 22

SARAN............................................................................................................ 22

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 23

v
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Kebisingan merupakan masalah yang sering dijumpai oleh


perusahaan besar saat ini. Penggunaan mesin dan alat kerja yang
mendukung proses produksi berpotensi menimbulkan suara kebisingan.
Kebisingan adalah terjadinya bunyi yang tidak di kehendaki sehingga
mengganggu atau membahayakan kesehatan (Kepmenkes No.
1405/MENKES/SK/XI/2002). Penggunaan teknologi maju sangat
diperlukan untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia secara luas, namun
tanpa disertai dengan pengendalian yang tepat akan dapat merugikan
manusia itu sendiri. Penggunaan teknologi maju tidak dapat dielakan,
terutama pada era industrialisasi yang ditandai adanya proses mekanisasi,
elektrifikasi dan modernisasi serta transformasi globalisasi. Dalam
keadaan demikian penggunaan mesin-mesin, pesawat, instalasi, dan
bahan-bahan berbahaya akan terus meningkat sesuai kebutuhan
industrialisasi. Namun demikian, disisi lain kemajuan teknologi juga
mengakibatkan berbagai dampak yang merugikan yaitu berupa terjadinya
peningkatan pencemaran lingkungan, kecelakaan kerja dan timbulnya
berbagai macam penyakit akibat kerja (Tarwaka, 2008). Kebisingan
menimbulkan beberapa dampak pada kesehatan.Selain berdampak pada
gangguan pendengaran intensitas bising yang tinggi juga dapat
mengakibatkan hilangnya konsentrasi, hilangnya keseimbangan dan
disorientasi, kelelahan, gangguan komunikasi, gangguan tidur, gangguan 2
pelaksanaan tugas, gangguan faal tubuh, serta adanya efek visceral, seperti
perubahan frekuensi jantung/peningkatan denyut nadi, perubahan tekanan
darah dan tingkat pengeluaran keringat (Harrington & Gill, 2003). Hasil
penelitian menyebutkan bahwa masyarakat yang terpapar kebisingan
cenderung memiliki emosi yang tidak stabil. Ketidakstabilan emosi

6
tersebut akan mengakibatkan stres. Stres yang cukup lama, akan
menyebabkan terjadinya penyempitan pembuluh darah, sehingga memacu
jantung untuk bekerja lebih keras memompa darah ke seluruh tubuh
(Jennie, 2007). Keselamatan kerja bertujuan melindungi tenaga kerja atas
hak keselamatannya dalam melakukan pekerjaan untuk kesejahteraan
hidup dan meningkatkan produksi serta produktivitas nasional, menjamin
keselamatan setiap orang lain yang berada di tempat kerja, sumber
produksi dipelihara dan dipergunakan secara aman dan efisien.
Perlindungan keselamatan karyawan mewujudkan produktifitas yang
optimal (Suma’mur, 2009). Menurut penelitian yang telah dilakukan oleh
Hartati (2011), hasil pengukuran kebisingan yang melebihi NAB dapat
berpengaruh terhadap fisiologis tenaga kerja salah satunya perubahan
tekanan darah. Menurut penelitian Statistik oleh Van Kempen terhadap
banyak hasil study efek kebisingan mendapatkan adanya pengaruh dari
pajanan kebisingan pada tekanan darah. Kenaikan signifikan secara
statistik diperoleh untuk pajanan kebisingan lingkungan kerja untuk darah
sistolik 0,51 (0,01-1,00)mmHg/5 dBA, sedangkan untuk diastolik
kenaikannya tidak signifikan (Eny, dkk, 2005). 3 Berdasarkan hasil
penelitian Sujata (1990) di ruang tenun dengan intensitas kebisingan di
atas 85dB, pengukuran tekanan darah sebelum dan setelah bekerja pada
karyawan bagian tenun menunjukkan terjadi kenaikan rata-rata tekanan
sistolik 25,4 mmHg dan kenaikan rata-rata tekanan diastolik 17 mmHg
(Samsul, 2005). PT. Iskandar Indah Printing Textile Surakarta merupakan
sebuah industri yang bergerak dibidang tekstil. Proses produksi di PT
Iskandar Indah Printing Textile Surakarta melalui dua proses produksi,
yaitu bagian weaving (produksi tenun), dan bagian printing. Pada bagian
produksi di PT. Iskandar Indah Printing Textile menggunakan mesin-
mesin weaving, mesin kelos, mesin sizing, mesin cucuk, mesin winding,
mesin loom, mesin folding, mesin inspecting, mesin printing, mesin disel
dan mesin uap. Bagian produksi yang potensial menimbulkan kebisingan
di PT. Iskandar Indah Printing Textil Surakarta adalah di bagian weaving

7
karena di bagian weaving merupakan bagian yang menangani proses
penenunan bahan baku benang menjadi kain mentah (grey) menggunakan
mesin kelos dan mesin palet. Berdasarkan survey pendahuluan yang saya
lakukan di PT. Iskandar Indah Printing Textile Surakarta di bagian
produksi terdapat banyak mesin yang menimbulkan suara bising dengan
intensitas kebisingan di atas rata-rata NAB yaitu 85 dB.

B. RUMUSAN MAKALAH

1. Bagaimanakah pengaruh dampak kesehatan bagi pekerja terkait


kebisingan alat industri ?
2. Berapakah ambang batas normal kebisingan alat industri ?

C. TUJUAN MAKALAH

1. Mahasiswa mampu mengetahui dampak kesehatan terkait kebisingan


alat
2. Mahasiswa mampu mengetahui ambang batas normal kebisingan alat

8
BAB II

PEMBAHASAN

A. DEFINISI KEBISINGAN

Bising dalam kesehatan kerja, bising diartikan sebagai suara yang dapat
menurunkan frekuensi pendengaram baik secara kuantitatif (peningkatan ambang
pendengaran) maupun secara kualitatif (penyempitan spektrum pendengaran)
berkaitan dengan faktor intensitas, frekuensi, durasi dan pola waktu.

Kebisingan didefinisikan sebagai “suara yang tak dikehendaki “, misalnya


yang yang merintangi terdengarnya suara – suara, musik dsb, atau yang
menyebabkan rasa sakit atau yang menghalangi gaya hidup.

Jadi, dapat disimpulkan bahwa kebisingan adalah bunyi atau suara yang tidak
dikehendaki dan dapat mengganggu kesehatan, kenyamanan serta dapat
menmbulkan ketulian.

B. SUMBER KEBISINGAN

Sumber bising adalah sumber bunyi yang kehadirannya dianggap


mengganggu pendengaran baik dari sumber bergerak maupun tidak bergerak.
Umumnya sumber kebisingan dapat berasal dari kegiatan industri, perdagangan,
pembangunan, alat pembangkit tenaga,alat pengangkut dan kegiatan rumah tangga.
Di industri, sumber kebisingan dapat diklasifikasikan menjadi 3 macam, yaitu :

a. Mesin
Kebisingan yang ditimbulkan oleh aktivitas mesin.
b. Vibrasi
Kebisingan yang dittimbulkan oleh akibat getaran yang ditimbulkan akibat
gesekan, benturan, atau ketidakseimbangan gerakan bagian mesin. Terjadi
pada roda gigi, roda gila, batang torsi, piston, fan, bearing, dan lain – lain.
c. Pergerakan udara, gas dan cairan

9
Kebisingan ini ditimbulkan akibat pergerakan udara, gas, dan cairan dalam
kegiatan proses kerja industri misalnya pada pipa penyalur cairan gas,
outlet pipa, gas buang, jet. Flare boom, dan lain – lain.

C. KATEGORI KEBISINGAN

Berdasarkan frekuensi tingkat tekanan bunyi, tingkat bunyi dan tenaga


bunyi maka bising dibagi dalam tiga kategori yaitu audible noise, occupational
noise, dan impuls noise (Gabriel JF, 1996)

1. Audible noise (bising pendengaran), bising ini disebabkan oleh frekuensi


bunyi atau 31,5 – 8.000 Hz.
2. Occupational noie (bising berhubungan dengan pekerjaan), bising yang
disebabkan oleh bunyi mesin ditempat kerja.
3. Impuls Noise (impact noise = bising impulsive), bising yang terjadi akibat
adanya bunyi yang menyentak. Misalnya pukulan palu, ledakan, mriam,
tambakan bedil dan lain –lain.

D. JENIS KEBISINGAN

Berdasarkan sifat dan spektrum frekuensi bunyi, bising dapat dibagi atas:

a. Bising yang kontinyu dengan spektrum frekuensi yang luas. Bising ini
relatif tetap dalam batas kurang lebih 5 dB untuk periode 0,5 detik berturut
– turut. Misalnya mesin, kipas angin, dan dapur pijar.
b. Bising yang kontinyu dengan spektrum frekuensi yang sempit. Bising ini
juga relatif tetap, akan tetapi ia hanya mempunyai frekuensi tertentu saja
(pada frekuensi 500, 1000, dan 4000 hz). Misalnya gergaji serkuler, katup
gas.
c. Bising terputus – putus (Intermitten). Bising ini tidak terjadi secara terus –
menerus, melainkan ada periode relatif tenang. Misalnya suara lalu lintas,
kebisingan di lapangan terbang.
d. Bising Impulsif

10
Bising jenis ini memiliki perubahan tekanan suara melebihi 40 dB dalam
waktu sangat cepat dan biasanya mengejutkan pendengarnya. Misalnya
tembakan, suara ledakan mercon, meriam.

e. Bising Impulsif Berulang


Sama dengan bising impulsif, hanya saja disini terjadi secara berulang –
ulang. Misalnya mesin tempa.

Berdasarkan pengaruhnya terhadap manusia, bising dapat dibagi atas :

a. Bising yang mengganggu (Irritating noise). Intensitas tidak terlalu keras.


Misalnya mendengkur.

b. Bising yang menutupi (Masking Noise) . Merupakan bunyi yang menutupi


pendengarn yang jelas. Secara tidak langsung bunyi ini akan membahayakan
kesehatan dan keselamatan tenaga kerja, karena teriakan atau isyarat tanda
bahaya tenggelam dalam bising dari sumber lain.

c. Bising yang merusak (damaging/ injurious noise)

bunyi yang intensitasnya melampaui NAB. Bunyi jenis ini akan merusak atau
menurunkan fungsi pendengaran.

E. NILAI AMBANG BATAS KEBISINGAN

NAB kebisingan adalah angka dB yang dianggap aman untuk sebagian


besar tenaga kerja bila bekerja 8 jam/hari atau 40 jam/minggu.

Surat Edaran Menteri Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Koperasi No. SE-
01/MEN/1978, Nilai Ambang Batas untuk kebisingan di tempat kerja ada;ah
intensitas tertingi dan merupakan nilai rata – rata yang masih dapat diterima
tenaga kerja tanpa mengakibatkan hilangnya daya dengar yang tetao untuk waktu
terus menerus tidak lebih dari 8 jam sehari atau 40 jam seminggunya.

11
Waktu maksimum untuk bekrja adalah sebagai berikut :

a. 82 dB : 16 jam per hari


b. 85 dB : 8 jam per hari
c. 88 dB : 4 jam per hari
d. 91 dB : 2 jam per hari
e. 97 dB : 1 jam per hari
f. 100 dB : ¼ jam per hari

NAB Kebisingan menurut SK Menteri Tenaga Kerja No : Kep-51/Men/1999


tentang NAB batas faktor fisik di tempat kerja :

12
Sedangkan menurut OSHA untuk batas waktu pemaparan bising yang
diperkenankan adalah

F. FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN BAHAYA KEBISINGAN

Bahaya bising dihubungkan dengan beberapa faktor :

1. Intensitas
Intensitas bunyi yang ditangkap oleh telinga berbanding langsung dengan
logaritma kuadrat tekanan akustik yang dihasilkan getaran dalam rentang
yang dapat didengar. Jadi, tingkat tekanan bunyi diukur dengan skala
logaritma dalam desibel (dB)
2. Frekuensi
Frekuensi bunyi yang dapat didengar telinga manusia terletak antara 16
hingga 20.000 Hz. Frekuensi bicara terdapat dalm rentang 250 – 4.000 Hz.
Bunyi frekuensi tinggi adalah yang paling berbahaya

13
3. Durasi
Efek bising yang merugikan sebanding dengan lamanya paparan, dan
kelihatannya berhubungan dengan jumlah total energi yang mencapai
telinga dalam. Jadi perlu untuk mengukur semua elemen lingkungan
akustik. Untuk tujuan ini digunakan pengukur bising yang dapat merekam
dan memadukan bunyi.
4. Sifat
Mengacu pada distribusi energi bunyi terhadap waktu (stabil, berfluktuasi,
intermiten). Bising impulsif (satu atau lebih lonjakan energi bunyi dengan
durasi kurang 1 detik) sangat berbahaya.

G. GANGGUAN PENDENGARAN

Gangguan pendengaran adalah perubahan pada tingkat pendengaran yang


berakibat kesulitan dalam melaksanakan kehidupan normal, biasanya dalam hal
memahami pembicaraan. Menurut ISO derajat ketulian sebagai berikut :

 Jika peningkatan ambang dengar antara 0 - < 25 dB, masih normal


 Jika peningkatan ambang dengar antara 26 – 40 dB, disebut tuli ringan
 Jika peningkatan ambang dengar antara 41 – 60 dB, disebut tuli sedang
 Jika peningkatan ambang dengar antara 61 – 90 dB, disebut tuli berat
 Jika peningkatan ambang dengar antara > 90 dB disebut tuli sangat berat

Bising menyebabkan berbagai gangguan terhadap tenaga kerja, seperti gangguan


fisiologis, gangguan psikologis, gangguan komunikasi dan ketulian, atau ada yang
menggolongkan gangguannya berupa gangguan auditory, misalnya gangguan
terhadap pendengaran dan gangguan non auditory seperti komunikasi terganggu,
ancaman bahaya keselamatan, menurunnya performance kerja, kelelahan dan
stress.

14
1. Gangguan Fisiologis
Gangguan dapat berupa peningkatan tekanan darah, peningkatan nadi,
basal metabolisme, konstruksi pembuluh darah kecil terutama pada bagian
kaki, dapat menyebabkan pucat dan gangguan sensoris.
2. Gangguan Psikologis
Gangguan psikologis dapat berupa rasa tidak nyaman, kurang konsentrasi,
susah tidur, emosi dan lain –lain. Pemaparan jangka waktu lama dapat
menimbulkan penyakit, psikosomatik seperti gastritis, penyakit jantung
koroner, dan lain –lain.
3. Gangguan komunikasi
Gangguan komunikasi ini menyebabkan terganggunya pekerjaan, bahkan
mungkin terjadi kesalahan, terutama bagi pekerja baru yang belum
berpengalaman. Gangguan komunikasi ini secara tidak langsung akan
mengakibatkan bahaya terhadap keselamatan dan kesehatan tenaga kerja,
karena tidak mendengar teriakan atau isyarat tanda bahaya dan tentunya
akan dapat menurunkan mutu pekerjaan dan produktifitas kerja
4. Gangguan Keseimbangan
Gangguan keseimbangan ini mengakibatkan gangguan fisiologis seperti
kepala pusing, mual dan lain –lain.
5. Gangguan terhadap pendengaran (Ketulian)
Diantara sekian banyak gangguan yang ditimbulkan oleh bising,
gangguan terhadap pendengaran adalah gangguan yang paling seirus
karena dapat menyebabkan hilangnya pendengaran atau ketulian. Ketulian
ini dapat bersifat progresif atau awalnya bersifat sementara tapi bila
bekerja terus menerus di tempat bising tersebut maka daya dengar akan
menghilang secara menetap atau tuli.

Tuli dibagi menjadi beberapa yaitu sebagai berikut :


a. Tuli Sementara (Temporary Treshold Shift = TTS)
Diakibatkan pemaparan terhadap bising dengan intensitas tinggi,
tenaga kerja akan mengalami penurunan daya dengar yang sifatnya

15
sementara. Biasanya waktu pemaparannya terlalu singkat. Apabila
kepada tenaga kerja diberikan waktu istirahat secara cukup. Daya
dengarnya akan pulih kembali kepada ambang dengar semula
dengar semula.
b. Tuli menetap (Permanent Treshold Shift = PTS)
Biasanya akibat waktu paparan yang lama (kronis). Besarnya PTS
dipengaruhi oleh faktor – faktor berikut :
 Tingginya level suara
 Lama pemaparan
 Spektrum suara
 Temporal pattern, bila kebisingan yang kontinyu maka
kemungkinan terjadinya TTS akan lebih besar.
 Kepekaan individu
 Pengaruh Obat – Obatan
Beberapa obat dapat memperberat (pengaruh sinergestik)
ketulian apabila diberikan bersamaan dengan kontak suara.
Misalnya quinine, aspirin, streptomycin, dan beberapa obat
lainnya.
 Keadaan kesehatan

H. MENGUKUR TINGKAT KEBISINGAN

Untuk mengetahui intensitas bising di lingkungan kerja, digunakan Sound


level meter. Untuk mengukur nilai ambang pendengaran digunakan Audiometer.
Untuk menilai tingakt pajanan pekerja lebih tepat digunakan Noise Dose Meter
karena pekerja umumnya tidak menetap pada suatu tempat kerja selama 8 jam ia
bekerja. Nilai ambang batas (NAB) intensitas bising adalah 85 dB dan waktu
bekerja maksimum adalah 8 jam per hari.

Sound level Meter adalah alat pengukur suara. Mekanisme kerja SLM apabila
ada benda bergetar, maka akan menyebabkan terjadinya perubahan tekanan udara

16
yang dapat ditangkap oleh alat ini, selanjutnya akan menggerakkan meter
penunjuk.

Audiometer adalah alat untuk mengukur nilai ambang pendengaran. Audiogra,


adalah chart hasil pemeriksaan audiometer. Nilai Ambang pendengaran adalah
suara yang paling lemah yang masih dapat didengar telinga.

I. PROGRAM KONSERVASI PENDENGARAN ( HEARING


CONSERVATION PROGRAM)

Program ini mencakup aktifitas berikut :

a. Survey Paparan Kebisingan

Identifikasi area dimana pekerja terekspose dengan level


kebisingan yang berbahaya. Pada daerah kerja yang telah ditetapkan tadi,
dilakukan penelitan tingkat kebisingan (analisis kebisingan).

Untuk mengukur tingkt intensitas digunakan Sound Level Meter,


tetapi bila ingin pengukuran lebih detail, maka menggunakan sound Level
Meter yang dilengkapi Octave Band Analyzer atau dengan menggunakan
Noise Dose Meter.\

b. Test Pendengaran

Terhadap karyawan yang bekerja di area tersebut, dilakukan


pemeriksaan pendengarannya secara berkala setahun sekali. Sebelum
diperiksa karyawan harus dibebaskan dari kebisingan di tempat kerjanya
selama 16 jam. Dalam usaha memberikan perlindungan secara maksimum
terhadap pekerja NIOSH menyarankan untuk melakukan pemeriksaan
audiometri sebagai berikut :

1). Sebelum bekerja atau sebelum penugasan awal di daerah yang


bising

17
2). Secara berkala (periodik / tahunan)
Pekerja yang terpapar kebisingan > 85 dB selama 8 jam sehari,
pemeriksaan dilakukan setiap 1 tahun atau 6 bulan tergantung
tingkat intensitas bising.
3) Secara khusus pada waktu tertentu
4) Pada akhir masa kerja.

Ada beberapa macam audiogram untuk pemeliharaan pendengaran yaitu :

1) Audiogram dasar (Baseline Audiogram), pada awal pekerja


bekerja dikebisingan.

2) Monitor ( Monitoring Audiogram), dilakukan kurang dari


setahun setelah audiogram sebelumnya.

3) Test Ulangan (Retest Audiogram)

4) Test Konfirmasi ( Confirmation Audiogram), dilakukan bagi


pekerja yang retest audiogramnya konsisten menunjukkan adanya
perubahan tingkat pendengaran.

5) Test Akhir ( Exit Audiogram), dilakukan bilamana pekerja


brhenti bekerja.

c. Pengendalian kebisingan

Pada dasarnya pengendalian kebisingan dapat dilakuakn terhadap :

Terhadap Sumbernya dengan cara :

 Desain akustik, dengan mengurangi vibrasi, mengubah struktur dan


lainnya.
 Substitusi alat
 Mengubah proses kerja

18
Terhadap Perjalanannya dengan cara :

 Jarak diperjauh
 Akustik ruangan
 Enclos

Terhadap Penerimanya dengan cara :

 Alat Pelindung telinga


 Enclosure ( misal dalam control room)
 Administrasi dengan rotasi dan mengubah schedule kerja

Selain dari ketiga diatas, dapat juga dilakukan dengan melakukan :

a). Pengendalian secara teknis ( Engineering control) dengan cara :

 Pemilihan equipment/tools/ peralatan yang lebih sedikit


menimbulkan bising
 Dengan melakukan perawatan (Maintenance)
 Melakukan pemasangan penyerap bunyi
 Mengisolasi dengan melakukan peredaman (material akustik)
 Menghindari kebisingan

b). Pengendalian secara Administratif (Administrative control) dengan


cara :

 Melakukan shift kerja


 Mengurangi waktu kerja
 Melakukan trainning

Langkah terakhir dalam pengendalian kebisingan adalah dengan


menggunakan alat pelindung pendengaran (earplug, earmuff, dan helmet).
Pengendalian kebisingan dapat dilakukan juga dengan pengendalian secara
medis yaitu dengan cara pemeriksaan kesehatan secara teratur.

19
d. Alat Pelindung Pendengaran

Pemakaian alat pelindung diri merupakan pilihan terkahir yang


harus dilakukan. Alat pelindung diri yang dipakai harus mampu
mengurangi kebisingan hingga mencapai level TWA atau kurang dari itu,
yaitu 85 dB. Ada 3 janis alat pelindung pendengaran, yaitu :

 Sumbat telinga (Earplug), dapat mengurangi kebisingan 8 – 30 dB.


Biasanya digunakan untuk proteksi sampai dengan 100 dB.
Beberapa tipe dari sumbat telinga antara lain : Formable type,
Costum molded ty\pe, Premoled type
 Tutup telinga (earmuff), dapat menurunkan kebisingan 25 – 40 dB.
Digunakan untuk proteksi sampai dengan 110 dB.
 Helm (helmet), mengurangi kebisingan 40 – 50 dB

e. Pendidikan dan Motivasi

Semua pekerja yang berhak mengikuti progam konservasi


pendengaran, harus mendapatkan pendidikan dan training yang cukup
setiap tahun, baik yang terlibat langsung maupun tidak pada program
pemeliharaan pendengaran. Pendidikan dan edukasi pada dasarnya
sasarannya adalah perilaku pekerja.

Hal – hal yang relevan dan harus ada dalam program pendidikan ini
adalah sebagai berikut :

 Standart penanganan dampak kebisingan akibat kerja yang rasional


dan jelas.
 Dampak kebisingan terhadap pendengaran
 Policy / kebijakan perusahaan dengan pengontrolan yang baik yang
telah dilaksanakan maupun rencana kedepan
 Audiometri yaitu menjelaskan bagaimana peranan audiometri
dalam mencegah hilangnya pendengaran akibat kebisingan,

20
bagaimana melakukan test itu sendiri interpretasinya serta
implikasi yang timbul dari hasil test.
 Tanggung jawab individual, dengan diskusi mengenai sumber
kebisingan, bagaimana mengontrolnya serta usaha mencegahnya
agar tidak mengganggu kesehatan dikemudian hari.

21
BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN

Sebagaimana makalah yang kami buat maka kami dappat manarik suatu
kesimpulan dimana kami mengatahui tingkat dengan resiko kebisingan alat yang
ada di industri serta mengetahui ambang batas kebisingan sehingga kami bisa
meminimalsir dampak kesehatan yang bisa berdampak pada kesehatan pekerja

SARAN

Saran kami, kedepan dalam proses pembalajaran lebih aktif lagi seingga
proses perkuliahan berja

22
DAFTAR PUSTAKA

http://eprints.ums.ac.id/39734/4/BAB%20I.pdf

23

Anda mungkin juga menyukai