KEBISINGAN MESIN
DISUSUN OLEH :
FAKULTAS/PRODI : TEKNIK/MESIN
TAHUN AJARAN
2021/2022
KATA PENGANTAR
Muhammad Asri
iii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR......................................................................................... ii
iv
KESIMPULAN .............................................................................................. 22
SARAN............................................................................................................ 22
v
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
6
tersebut akan mengakibatkan stres. Stres yang cukup lama, akan
menyebabkan terjadinya penyempitan pembuluh darah, sehingga memacu
jantung untuk bekerja lebih keras memompa darah ke seluruh tubuh
(Jennie, 2007). Keselamatan kerja bertujuan melindungi tenaga kerja atas
hak keselamatannya dalam melakukan pekerjaan untuk kesejahteraan
hidup dan meningkatkan produksi serta produktivitas nasional, menjamin
keselamatan setiap orang lain yang berada di tempat kerja, sumber
produksi dipelihara dan dipergunakan secara aman dan efisien.
Perlindungan keselamatan karyawan mewujudkan produktifitas yang
optimal (Suma’mur, 2009). Menurut penelitian yang telah dilakukan oleh
Hartati (2011), hasil pengukuran kebisingan yang melebihi NAB dapat
berpengaruh terhadap fisiologis tenaga kerja salah satunya perubahan
tekanan darah. Menurut penelitian Statistik oleh Van Kempen terhadap
banyak hasil study efek kebisingan mendapatkan adanya pengaruh dari
pajanan kebisingan pada tekanan darah. Kenaikan signifikan secara
statistik diperoleh untuk pajanan kebisingan lingkungan kerja untuk darah
sistolik 0,51 (0,01-1,00)mmHg/5 dBA, sedangkan untuk diastolik
kenaikannya tidak signifikan (Eny, dkk, 2005). 3 Berdasarkan hasil
penelitian Sujata (1990) di ruang tenun dengan intensitas kebisingan di
atas 85dB, pengukuran tekanan darah sebelum dan setelah bekerja pada
karyawan bagian tenun menunjukkan terjadi kenaikan rata-rata tekanan
sistolik 25,4 mmHg dan kenaikan rata-rata tekanan diastolik 17 mmHg
(Samsul, 2005). PT. Iskandar Indah Printing Textile Surakarta merupakan
sebuah industri yang bergerak dibidang tekstil. Proses produksi di PT
Iskandar Indah Printing Textile Surakarta melalui dua proses produksi,
yaitu bagian weaving (produksi tenun), dan bagian printing. Pada bagian
produksi di PT. Iskandar Indah Printing Textile menggunakan mesin-
mesin weaving, mesin kelos, mesin sizing, mesin cucuk, mesin winding,
mesin loom, mesin folding, mesin inspecting, mesin printing, mesin disel
dan mesin uap. Bagian produksi yang potensial menimbulkan kebisingan
di PT. Iskandar Indah Printing Textil Surakarta adalah di bagian weaving
7
karena di bagian weaving merupakan bagian yang menangani proses
penenunan bahan baku benang menjadi kain mentah (grey) menggunakan
mesin kelos dan mesin palet. Berdasarkan survey pendahuluan yang saya
lakukan di PT. Iskandar Indah Printing Textile Surakarta di bagian
produksi terdapat banyak mesin yang menimbulkan suara bising dengan
intensitas kebisingan di atas rata-rata NAB yaitu 85 dB.
B. RUMUSAN MAKALAH
C. TUJUAN MAKALAH
8
BAB II
PEMBAHASAN
A. DEFINISI KEBISINGAN
Bising dalam kesehatan kerja, bising diartikan sebagai suara yang dapat
menurunkan frekuensi pendengaram baik secara kuantitatif (peningkatan ambang
pendengaran) maupun secara kualitatif (penyempitan spektrum pendengaran)
berkaitan dengan faktor intensitas, frekuensi, durasi dan pola waktu.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa kebisingan adalah bunyi atau suara yang tidak
dikehendaki dan dapat mengganggu kesehatan, kenyamanan serta dapat
menmbulkan ketulian.
B. SUMBER KEBISINGAN
a. Mesin
Kebisingan yang ditimbulkan oleh aktivitas mesin.
b. Vibrasi
Kebisingan yang dittimbulkan oleh akibat getaran yang ditimbulkan akibat
gesekan, benturan, atau ketidakseimbangan gerakan bagian mesin. Terjadi
pada roda gigi, roda gila, batang torsi, piston, fan, bearing, dan lain – lain.
c. Pergerakan udara, gas dan cairan
9
Kebisingan ini ditimbulkan akibat pergerakan udara, gas, dan cairan dalam
kegiatan proses kerja industri misalnya pada pipa penyalur cairan gas,
outlet pipa, gas buang, jet. Flare boom, dan lain – lain.
C. KATEGORI KEBISINGAN
D. JENIS KEBISINGAN
Berdasarkan sifat dan spektrum frekuensi bunyi, bising dapat dibagi atas:
a. Bising yang kontinyu dengan spektrum frekuensi yang luas. Bising ini
relatif tetap dalam batas kurang lebih 5 dB untuk periode 0,5 detik berturut
– turut. Misalnya mesin, kipas angin, dan dapur pijar.
b. Bising yang kontinyu dengan spektrum frekuensi yang sempit. Bising ini
juga relatif tetap, akan tetapi ia hanya mempunyai frekuensi tertentu saja
(pada frekuensi 500, 1000, dan 4000 hz). Misalnya gergaji serkuler, katup
gas.
c. Bising terputus – putus (Intermitten). Bising ini tidak terjadi secara terus –
menerus, melainkan ada periode relatif tenang. Misalnya suara lalu lintas,
kebisingan di lapangan terbang.
d. Bising Impulsif
10
Bising jenis ini memiliki perubahan tekanan suara melebihi 40 dB dalam
waktu sangat cepat dan biasanya mengejutkan pendengarnya. Misalnya
tembakan, suara ledakan mercon, meriam.
bunyi yang intensitasnya melampaui NAB. Bunyi jenis ini akan merusak atau
menurunkan fungsi pendengaran.
Surat Edaran Menteri Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Koperasi No. SE-
01/MEN/1978, Nilai Ambang Batas untuk kebisingan di tempat kerja ada;ah
intensitas tertingi dan merupakan nilai rata – rata yang masih dapat diterima
tenaga kerja tanpa mengakibatkan hilangnya daya dengar yang tetao untuk waktu
terus menerus tidak lebih dari 8 jam sehari atau 40 jam seminggunya.
11
Waktu maksimum untuk bekrja adalah sebagai berikut :
12
Sedangkan menurut OSHA untuk batas waktu pemaparan bising yang
diperkenankan adalah
1. Intensitas
Intensitas bunyi yang ditangkap oleh telinga berbanding langsung dengan
logaritma kuadrat tekanan akustik yang dihasilkan getaran dalam rentang
yang dapat didengar. Jadi, tingkat tekanan bunyi diukur dengan skala
logaritma dalam desibel (dB)
2. Frekuensi
Frekuensi bunyi yang dapat didengar telinga manusia terletak antara 16
hingga 20.000 Hz. Frekuensi bicara terdapat dalm rentang 250 – 4.000 Hz.
Bunyi frekuensi tinggi adalah yang paling berbahaya
13
3. Durasi
Efek bising yang merugikan sebanding dengan lamanya paparan, dan
kelihatannya berhubungan dengan jumlah total energi yang mencapai
telinga dalam. Jadi perlu untuk mengukur semua elemen lingkungan
akustik. Untuk tujuan ini digunakan pengukur bising yang dapat merekam
dan memadukan bunyi.
4. Sifat
Mengacu pada distribusi energi bunyi terhadap waktu (stabil, berfluktuasi,
intermiten). Bising impulsif (satu atau lebih lonjakan energi bunyi dengan
durasi kurang 1 detik) sangat berbahaya.
G. GANGGUAN PENDENGARAN
14
1. Gangguan Fisiologis
Gangguan dapat berupa peningkatan tekanan darah, peningkatan nadi,
basal metabolisme, konstruksi pembuluh darah kecil terutama pada bagian
kaki, dapat menyebabkan pucat dan gangguan sensoris.
2. Gangguan Psikologis
Gangguan psikologis dapat berupa rasa tidak nyaman, kurang konsentrasi,
susah tidur, emosi dan lain –lain. Pemaparan jangka waktu lama dapat
menimbulkan penyakit, psikosomatik seperti gastritis, penyakit jantung
koroner, dan lain –lain.
3. Gangguan komunikasi
Gangguan komunikasi ini menyebabkan terganggunya pekerjaan, bahkan
mungkin terjadi kesalahan, terutama bagi pekerja baru yang belum
berpengalaman. Gangguan komunikasi ini secara tidak langsung akan
mengakibatkan bahaya terhadap keselamatan dan kesehatan tenaga kerja,
karena tidak mendengar teriakan atau isyarat tanda bahaya dan tentunya
akan dapat menurunkan mutu pekerjaan dan produktifitas kerja
4. Gangguan Keseimbangan
Gangguan keseimbangan ini mengakibatkan gangguan fisiologis seperti
kepala pusing, mual dan lain –lain.
5. Gangguan terhadap pendengaran (Ketulian)
Diantara sekian banyak gangguan yang ditimbulkan oleh bising,
gangguan terhadap pendengaran adalah gangguan yang paling seirus
karena dapat menyebabkan hilangnya pendengaran atau ketulian. Ketulian
ini dapat bersifat progresif atau awalnya bersifat sementara tapi bila
bekerja terus menerus di tempat bising tersebut maka daya dengar akan
menghilang secara menetap atau tuli.
15
sementara. Biasanya waktu pemaparannya terlalu singkat. Apabila
kepada tenaga kerja diberikan waktu istirahat secara cukup. Daya
dengarnya akan pulih kembali kepada ambang dengar semula
dengar semula.
b. Tuli menetap (Permanent Treshold Shift = PTS)
Biasanya akibat waktu paparan yang lama (kronis). Besarnya PTS
dipengaruhi oleh faktor – faktor berikut :
Tingginya level suara
Lama pemaparan
Spektrum suara
Temporal pattern, bila kebisingan yang kontinyu maka
kemungkinan terjadinya TTS akan lebih besar.
Kepekaan individu
Pengaruh Obat – Obatan
Beberapa obat dapat memperberat (pengaruh sinergestik)
ketulian apabila diberikan bersamaan dengan kontak suara.
Misalnya quinine, aspirin, streptomycin, dan beberapa obat
lainnya.
Keadaan kesehatan
Sound level Meter adalah alat pengukur suara. Mekanisme kerja SLM apabila
ada benda bergetar, maka akan menyebabkan terjadinya perubahan tekanan udara
16
yang dapat ditangkap oleh alat ini, selanjutnya akan menggerakkan meter
penunjuk.
b. Test Pendengaran
17
2). Secara berkala (periodik / tahunan)
Pekerja yang terpapar kebisingan > 85 dB selama 8 jam sehari,
pemeriksaan dilakukan setiap 1 tahun atau 6 bulan tergantung
tingkat intensitas bising.
3) Secara khusus pada waktu tertentu
4) Pada akhir masa kerja.
c. Pengendalian kebisingan
18
Terhadap Perjalanannya dengan cara :
Jarak diperjauh
Akustik ruangan
Enclos
19
d. Alat Pelindung Pendengaran
Hal – hal yang relevan dan harus ada dalam program pendidikan ini
adalah sebagai berikut :
20
bagaimana melakukan test itu sendiri interpretasinya serta
implikasi yang timbul dari hasil test.
Tanggung jawab individual, dengan diskusi mengenai sumber
kebisingan, bagaimana mengontrolnya serta usaha mencegahnya
agar tidak mengganggu kesehatan dikemudian hari.
21
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Sebagaimana makalah yang kami buat maka kami dappat manarik suatu
kesimpulan dimana kami mengatahui tingkat dengan resiko kebisingan alat yang
ada di industri serta mengetahui ambang batas kebisingan sehingga kami bisa
meminimalsir dampak kesehatan yang bisa berdampak pada kesehatan pekerja
SARAN
Saran kami, kedepan dalam proses pembalajaran lebih aktif lagi seingga
proses perkuliahan berja
22
DAFTAR PUSTAKA
http://eprints.ums.ac.id/39734/4/BAB%20I.pdf
23