Anda di halaman 1dari 10

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang dengan karunianya telah memberi kami pemahaman

untuk menulis makalah “Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) di Terhadap Kebisingan di Sebuah
Perusahaan Industri” pada mata kuliah Keselamatan dan Kesehatan Kerja serta dapat menyelesaikan
hasil pemikiran untuk dapat dimanfaatkan oleh mahasiswa, umumnya yang berhubungan dengan
lingkungan serta pihak – pihak yang bersangkutan dengan kepedulian terhadap lingkungan.

Adapun dalam menyelesaikan makalah ini sudah sepantasnya saya mendapatkan kesulitan dan
hambatan. Saya mengucapkan terima kasih yang sebesar – besarnya kepada Bapak yang telah
membantu kami dalam penyelesaian makalah ini dengan memberi penjelasan setiap hari.

Oleh Karena itu, makalahyang telah sayatuliskan ini semoga dapat di manfaatkan dan di terjemahkan
sebagai pembahasan.

1 Dessember 2011

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ………………………………………………………………….. i

DAFTAR ISI ………………………………………………………………….. ii

BAB I PENDAHULUAN ………………………………………………………………….. 1

1 Latar Belakang ………………………………………………………………….. 1

2 Rumusan Masalah ………………………………………………………………….. 3

3 Tujuan ………………………………………………………………….. 3

4 Manfaat ………………………………………………………………….. 3

BAB II PEMBAHASAN ………………………………………………………………….. 4

1 Kebisingan ………………………………………………………………….. 4

2 Tingkat Kebisingan ………………………………………………………………….. 6

3 Jenis – Jenis Kebisingan ………………………………………………………………….. 7

4 Efek – Efek Kebisingan ………………………………………………………………….. 7

5 Baku Tingkat Kebisingan ………………………………………………………………….. 8

BAB III PENUTUP ………………………………………………………………….. 9

1 Kesimpulan ………………………………………………………………….. 9

2 Saran ………………………………………………………………….. 9

DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………………….. 10


BAB I

PENDAHULUAN

1 Latar Belakang

Keselamatan dan kesehatan kerja merupakan salah satu aspek perlindungan tenaga kerja yang diatur
dalam Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003. Dengan menerapkan teknologi pengendalian
keselamatan dan kesehatan kerja, diharapkan tenaga kerja akan mencapai ketahanan fisik, daya kerja,
dan tingkat kesehatan yang tinggi. Disamping itu keselamatan dan kesehatan kerja dapat diharapkan
untuk menciptakan kenyamanan kerja dan keselamatan kerja yang tinggi. Jadi, unsur yang ada dalam
kesehatan dan keselamatan kerja tidak terpaku pada faktor fisik, tetapi juga mental, emosional dan
psikologi.

Meskipun ketentuan mengenai kesehatan dan keselamatan kerja telah diatur sedemikian rupa, tetapi
dalam praktiknya tidak seperti yang diharapkan. Begitu banyak faktor di lapangan yang mempengaruhi
kesehatan dan keselamatan kerja seperti faktor manusia, lingkungan dan psikologis. Masih banyak
perusahaan yang tidak memenuhi standar keselamatan dan kesehatan kerja. Begitu banyak berita
kecelakaan kerja yang dapat kita saksikan. Dalam makalah ini kemudian akan dibahas mengenai
permasalahan kesehatan dan keselamatan kerja serta bagaimana mewujudkannya dalam keadaan yang
nyata.

Pelaksanaan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) adalah salah satu bentuk upaya untuk menciptakan
tempat kerja yang aman, sehat, bebas dari pencemaran lingkungan, sehingga dapat mengurangi dan
atau bebas dari kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja yang pada akhirnya dapat meningkatkan
efisiensi dan produktivitas kerja.

Penyakit Akibat Kerja (PAK) dan Kecelakaan Kerja (KK) di kalangan petugas kesehatan dan non kesehatan
kesehatan di Indonesia belum terekam dengan baik. Jika kita pelajari angka kecelakaan dan penyakit
akibat kerja di beberapa negara maju (dari beberapa pengamatan) menunjukan kecenderungan
peningkatan prevalensi. Sebagai faktor penyebab, sering terjadi karena kurangnya kesadaran pekerja
dan kualitas serta keterampilan pekerja yang kurang memadai. Banyak pekerja yang meremehkan risiko
kerja, sehingga tidak menggunakan alat-alat pengaman walaupun sudah tersedia. Dalam penjelasan
undang-undang nomor 23 tahun 1992 tentang Kesehatan telah mengamanatkan antara lain, setiap
tempat kerja harus melaksanakan upaya kesehatan kerja, agar tidak terjadi gangguan kesehatan pada
pekerja, keluarga, masyarakat dan lingkungan disekitarnya.

Setiap orang membutuhkan pekerjaan untuk memenuhi kebutuan hidupnya. Dalam bekerja
Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) merupakan faktor yang sangat penting untuk diperhatikan karena
seseorang yang mengalami sakit atau kecelakaan dalam bekerja akan berdampak pada diri, keluarga dan
lingkungannya. Salah satu komponen yang dapat meminimalisir Kecelakaan dalam kerja adalah tenaga
kesehatan. Tenaga kesehatan mempunyai kemampuan untuk menangani korban dalam kecelakaan kerja
dan dapat memberikan penyuluhan kepada masyarakat untuk menyadari pentingnya keselamatan dan
kesehatan kerja.

Upaya pencegahan dan pengendalian bahaya kerja yang dapat menyebabkan terjadinya kecelakaan dan
penyakit akibat kerja dapat dilakukan dengan penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja di tempat
kerja. Secara keilmuan K3, didefinisikan sebagai ilmu dan penerapan teknologi tentang pencegahan
kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja. Dari aspek hukum K3 merupakan kumpulan peraturan
perundang-undangan yang mengatur tentang perlindungan keselamatan dan kesehatan kerja.

2 Rumusan Masalah

Bagaimana cara penanganan apabila terjadi kecelakaan disaat melakukan pekerjaan?

Bagaimana cara menangani kebisingan yang berasal dari Mesin Pengolahan yang setiap hari terdengar
oleh para karyawan dan sangat mengganggu kenyamanan pekerja?

Bagaimana cara agar saat melakukan proses produksi pekerja dapat memastikan keselamatan kesehatan
kerja?

3 Tujuan

Tujuan penulisan makalah ini adalah:

Untuk mengetahui jenis – jenis kecelakaan kerja yang terjadi di PT Sinar Sosro.

Untuk mengetahui peran K3 dalam mencegah kecelakaan kerja.

Untuk mengetahui Sistem Manajemen K3 di PT. Sinar Sosro

4 Manfaat

Menambah pengetahuan dan wawasan mengenai program kesehatan dan keselamatan kerja terhadap
produktifitas kerja karyawan dalam perusahaan.
BAB II

PEMBAHASAN

1 Kebisingan

Bising adalah campuran dari berbagai suara yang tidak dikehendaki ataupun yang merusak kesehatan,
saat ini kebisingan merupakan salah satu penyebab“Penyakit Lingkungan”. yang penting (Slamet, 2006).
Sedangkan kebisingan sering digunakan sebagai istilah untuk menyatakan suara yang tidak diinginkan
yang disebabkan oleh kegiatan manusia atau aktifitas-aktifitas alam (Schilling, 1981).

Suara dihasilkan ketika sumbernya menyentuh partikel-partikel udara sehingga saling bergesekan,
menimbulkan gelombang suara yang bergerak menyebar ke partikel-partikel udara lainnya akhirnya
sampai kemana-mana jauh dari sumbernya. Kecepatan rambat suara ini kira-kira 340 meter/detik, tetapi
angka ini bervariasi sesuai dengan media perantara. Kecepatan rambat suara di besi adalah 5000
meter/detik dan 1500 meter/detik di dalam air (Phoon, 1988).

Gelombang bunyi adalah gelombang mekanis longitudinal, gelombang bunyi tersebut dapat dijalarkan di
dalam benda padat, benda cair dan gas. Partikel-partikel yang mentransmisikan sebuah gelombang
seperti itu berosilasi di dalam arah penjalaran gelombang itu sendiri. Ada suatu jangkauan frekuensi
yang besar di dalam mana dapat menghasilkan gelombang mekanis longitudinal dan gelombang bunyi
adalah dibatasi oleh jangkauan frekuensi yang dapat merangsang telinga dan otak manusia kepada
sensasi pendengaran (Halliday, 1990).

Berdasarkan frekuensi, tingkat tekanan bunyi dan tenaga bunyi maka bising dibagi dalam 3 kategori:

Occupational noise (bising yang berhubungan dengan pekerjaan) yaitu bising yang disebabkan oleh
bunyi mesin di tempat kerja, misal bising dari mesin ketik.

Audible noise (bising pendengaran) yaitu bising yang disebabkan oleh frekuensi bunyi antara 31,5 . 8.000
Hz.

Impuls noise (Impact noise = bising impulsif) yaitu bising yang terjadi akibat adanya bunyi yang
menyentak, misal pukulan palu, ledakan meriam, tembakan senjata api.

Banyak pendapat yang mengemukakan tentang definisi kebisingan seperti yang tertulis dalam Peraturan
Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 718/Menkes/Per/XI/1987: Kebisingan adalah terjadinya
bunyi yang tidak diinginkan sehingga mengganggu dan atau dapat membahayakan kesehatan. Bising ini
merupakan kumpulan nada-nada dengan bermacam-macam intensitas yang tidak diingini sehingga
mengganggu ketentraman orang terutama pendengaran (Dirjen P2M dan PLP Depkes RI, 1993).
Sedangkan menurut surat edaran Menteri Tenaga Kerja Transmigrasi dan Koperasi Nomor SE
01/Men/1978: Kebisingan ditempat kerja adalah semua bunyibunyi atau suara-suara yang tidak
dikehendaki yang bersumber dari alat-alat produksi di tempat kerja (Rizeddin, dalam Suheryanto, 1994).

2 Tingkat Kebisingan

Karena ada kisaran sensitivitas, telinga dapat mentoleransi bunyi-bunyi yang lebih keras pada frekuensi
yang lebih rendah dibanding pada frekuensi tinggi. Kisaran kurva-kurva pita oktaf dikenal sebagai kurva
tingkat kebisingan (NR = noise rating) pernah dibuat untuk menyatakan analisis pita oktaf yang
dianjurkan pada berbagai situasi. Kurva bising yang diukur yang terletak dekat di atas pita analisis
menyatakan NR kebisingan tersebut (Harrington dan Gill, 2005).

Menurut SK Dirjen P2M dan Penyehatan Lingkungan Pemukiman Departemen Kesehatan RI Nomor 70-
1/PD.03.04.Lp, (Petunjuk Pelaksanaan Pengawasan Kebisingan yang Berhubungan dengan Kesehatan
Tahun 1992), tingkat kebisingan diuraikan sebagai berikut:

Tingkat kebisingan sinambung setara (Equivalent Continuous Noise Level = Leq) adalah tingkat
kebisingan terus menerus (=steady noise) dalam ukuran dBA, berisi energi yang sama dengan energi
kebisingan terputus-putus dalam satu periode atau interval waktu pengukuran.

Tingkat kebisingan yang dianjurkan dan maksimum yang diperbolehkan adalah rata-rata nilai modus dari
tingkat kebisingan pada siang, petang dan malam hari.

Tingkat ambien kebisingan (=Background noise level) atau tingkat latar belakang kebisingan adalah rata-
rata tingkat suara minimum dalam keadaan tanpa gangguan kebisingan pada tempat dan saat
pengukuran dilakukan, jika diambil nilainya dari distribusi statistik adalah 95% atau L-95.

3 Jenis – Jenis Kebisingan

Suma’mur (1993) mengemukakan bahwa selain dibedakan menurut tingkatannya kebisingan juga
dibedakan menurut jenisnya sebagai berikut:

Kebisingan continue yaitu kebisingan dengan spektrum berfrekuensi luas misal: suara yang timbul oleh
kompresor, kipas angin, dapur pijar serta spektrum yang berfrekuensi sempit contoh: suara gergaji
sirkuler, katup gas.

Kebisingan terputus-putus misal suara lalu lintas, suara pesawat udara yang tinggal landas.

Kebisingan implulsif (= impact or impulsive noise) seperti: pukulan martil, tembakan senapan, ledakan
meriam dan lain-lain.

4 Efek – Efek Kebisingan

Dampak negatif yang timbul sebagai akibat dari kebisingan adalah efek kesehatan dan non kesehatan.
Hal ini dapat terjadi karena telinga tidak diperlengkapi untuk melindungi dirinya sendiri dari efek
kebisingan yang merugikan. Bunyi mendadak yang keras secara cepat diikuti oleh reflek otot di telinga
tengah yang akan membatasi jumlah energi suara yang dihantarkan ke telinga dalam. Meskipun
demikian di lingkungan dengan keadaan semacam itu relatif jarang terjadi. Kebanyakan seseorang yang
terpajan pada kebisingan mengalami pajanan jangka lama, yang mungkin intermiten atau terus
menerus. Transmisi energi seperti itu, jika cukup lama dan kuat akan merusak organ korti dan
selanjutnya dapat mengakibatkan ketulian permanen (Harrington dan Gill, 2005).

Secara umum telah disetujui bahwa untuk amannya, pemaparan bising selama 8 jam perhari, sebaiknya
tidak melebihi ambang batas 85 dBA. Pemaparan kebisingan yang keras selalu di atas 85 dBA, dapat
menyebabkan ketulian sementara. Biasanya ketulian akibat kebisingan terjadi tidak seketika sehingga
pada awalnya tidak disadari oleh manusia. Baru setelah beberapa waktu terjadi keluhan kurang
pendengaran yang sangat mengganggu dan dirasakan sangat merugikan. Pengaruh-pengaruh kebisingan
selain terhadap alat pendengaran dirasakan oleh para pekerja yang terpapar kebisingan keras mengeluh
tentang adanya rasa mual, lemas, stres, sakit kepala bahkan peningkatan tekanan darah. Apakah
kebisingan dapat menyebabkan perubahan yang menetap seperti penyakit tekanan darah tinggi (Pulat,
1992).

Gangguan kesehatan lainnya selain gangguan pendengaran biasanya disebabkan karena energi
kebisingan yang tinggi mampu menimbulkan efek viseral, seperti perubahan frekuensi jantung,
perubahan tekanan darah, dan tingkat pengeluaran keringat. Sebagai tambahan, ada efek psikososial
dan psikomotor ringan jika dicoba bekerja di lingkungan yang bising (Harrington dan Gill, 2005).

5 Baku Tingkat Kebisingan

Nilai ambang batas kebisingan adalah intensitas tertinggi dan merupakan nilai rata-rata yang masih
dapat diterima oleh manusia tanpa mengakibatkan hilangnya daya dengar yang tetap untuk waktu yang
cukup lama/terus menerus, selanjutnya ditulis NAB. Penting untuk diketahui bahwa di dalam
menetapkan standar NAB pada suatu level atau intensitas tertentu, tidak akan menjamin bahwa semua
orang yang terpapar pada level tersebut secara terus menerus akan terbebas dari gangguan
pendengaran, karena hal itu tergantung pada respon masing-masing individu (Keputusan MENLH, 1996).
BAB III

PENUTUP

1 Kesimpulan

Berdasarkan penulisan makalah di atas, maka dapat di peroleh beberapa kesimpulan, yaitu:

Penyakit Akibat Kerja (PAK) dan Kecelakaan Kerja (KK) di kalangan petugas kesehatan dan non kesehatan
kesehatan di Indonesia belum terekam dengan baik.

Pemaparan bising selama 8 jam perhari, sebaiknya tidak melebihi ambang batas 85 dBA..

Kebisingan terdiri dari 3 jenis, yaitu Kebisingan continue, Kebisingan terputus – putus dan Kebisingan
implulsif

1 Saran

Lengkapi persediaan alat pelindung diri (APD)

Setiap pekerja wajib menggunakan alat pelindung diri (APD) untuk keselamatan kerja.

Pemeriksaan mesin produksi secara rutin agar tidak menyebabkan kecelakaan kerja.
DAFTAR PUSTAKA

Dirjen, P2M dan PLP Departemen Kesehatan RI. 1993. Pelatihan Petugas Pengawas

Tingkat Kebisingan Model III. Jakarta.

Halliday. 1990. Fisika. Penerbit Erlangga. Jakarta.

Harrington & F.S Gill. 2005. Buku Saku Kesehatan Kerja. Edisi 3. Penerbit EGC

Cetakan I. Jakarta.

Kryter, K.D. 1985. The Effect of Noise on Man. Academic Press. New York.

Pulat, B. M. 1992. Fundamentals of Industrial Ergonomics. Prentice Hall. Inc

Englewood Cliff. New Jersey.

Schilling, R.S.F. 1981. Occupational Health Practice, 2nd. Ed Butterworths & Co.

Ltd, London.

Slamet, JS. 2006. Kesehatan Lingkungan. Gajah Mada University Press. Yogyakarta.

Suma.mur, PK. 1993. Hygiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja. CV. Haji
Masagung. Jakarta.

Sumber internet

http://hitamandbiru.blogspot.com/2012/08/makalah-keselamatan-dan-kesehatan-kerja.html

Makalah Keselamatan Kerja

MAKALAH K3

http://ajago.blogspot.com/2007/12/kesehatan-dan-keselamatan-kerja-di.html

http://ekookdamezs.blogspot.com/2011/03/makalah-kesehatan-keselamatan-kerja.html

Anda mungkin juga menyukai