Anda di halaman 1dari 26

Muchlis Adenan

 Dikenal sebagai penyakit Kaki Gajah.


 Penyakit ini merupakan penyakit menular

yang disebabkan oleh infeksi cacing


mikrofilaria yang disebarkan oleh nyamuk
anopheles, culex, mansonia, aedes, dan
armigeres.
 Proses penyebarannya yang sangat cepat dan

lamanya proses penyembuhan, membuat


penyakit ini tergolong cukup berbahaya.
• Hampir setiap jenis nyamuk bisa membantu
penyebaran penyakit Kaki Gajah ini.
• Tanpa mengenal batasan umur dan strata sosial,
penyakit ini akan berkembang di dalam tubuh
manusia yang telah terinfeksi.
• Meski tidak bersifat mematikan, namun penyakit
ini merupakan penyakit menahun. Setelah
ratusan bahkan ribuan kali terinfeksi, cacing
filaria yang berkembang di dalam pembuluh
lymph (kelenjar getah bening) akan
mengakibatkan pembengkakan seperti pada
tubuh gajah. Dan jika tidak terobati akan
menimbulkan cacat yang menetap berupa
pembengkakan pada bagian tubuh seperti
tangan, kaki dan alat kelamin laki-laki dan
perempuan.
 Gejala penyakit kaki gajah (filariasis) yang
biasanya muncul adalah demam berulang-
ulang selama 3-5 hari. Terjadi
pembengkakan kelenjar getah bening tanpa
luka di daerah lipatan paha, ketiak, dan
tampak kemerahan. Kelenjar getah bening
dapat pecah dan mengeluarkan nanah serta
darah.
 Sasaran penyakit ini juga dapat terjadi pada

pembebasaran tungkai, lengan, buah dada,


kantong buah zakar.
 Deteksi penyakit ini harus dilakukan di
laboratorium melalui pemeriksaan darah jari.
 Pengambilan darah dilakukan pada malam

hari sebab sifat filaria bergerak dalam tubuh


hanya pada malam hari. Seseorang
dinyatakan menderita kaki gajah jika dalam
darah ditemukan mikrofilaria.
 Pencegahan adalah menghindarkan diri dari
gigitan nyamuk.
 Sewaktu tidur menggunakan kelambu,

menutup ventilasi rumah dengan kasa


nyamuk, menggunakan obat nyamuk semprot
atau obat nyamuk bakar, mengoles kulit
dengan obat anti nyamuk, atau dengan cara
memberantas nyamuk.
 Membersihkan tanaman air pada rawa-rawa
yang merupakan tempat berkembangbiaknya
nyamuk, menimbun, mengeringkan atau
mengalirkan genangan air sebagai tempat
berkembangbiaknya nyamuk, membersihkan
semak-semak di sekitar rumah juga sebagai
upaya tindakan preventif atau pencegahan.
 Vaksin untuk mencegah penyakit kaki gajah
masih belum ada. Satu-satunya cara
pencegahan adalah agar manusia tidak digigit
nyamuk. Mengingat hampir semua jenis
nyamuk bisa menularkan mikrofilaria dan
tersebar luas di berbagai tempat maka yang
harus dilakukan adalah menerapkan prinsip
kebersihan lingkungan.
 Penderita kaki gajah dapat mengobati
penyakit ini dengan cara membunuh cacing
dewasa dan anak cacing. Obat untuk
membunuh cacing filaria dan mikro filaria
sudah diketahui yakni Diethyl Carbamazine
Citrate (DEC) (1 x setahun). Obat ini sangat
ampuh membunuh filaria, namun memberikan
efek samping berupa demam, sakit kepala,
sakit otot, atau pusing dan mual.
 Kontra indikasi: penyakit kronis, gizi buruk,

< 2tahun dan > 65 tahun, BUMIL dan BUTEKI


 Keberadaan beberapa jenis tumbuhan air
tertentu di suatu perairan erat kaitannya
dengan keberadaan nyamuk sebagai tempat
inangnya.
 Adalah nyamuk Mansonia sp. yang telur, larva

dan pupanya tidak terlepas dari keberadaan


tumbuhan air (tumbuhan inang) di perairan.
 Menurut Hadi Suwasono (1996), telur
Mansonia ditemukan melekat pada
permukaan bawah daun tumbuhan inang
dalam bentuk kelompok yang terdiri dari 10-
16 butir. Telurnya berbentuk lonjong dengan
salah satu ujungnya meruncing.
 Larva dan pupanya melekat pada akar atau

batang tumbuhan air dengan menggunakan


alat kaitnya.
 Alat kait tersebut, kalau pada larva terdapat
pada ujung sifhon, sedangkan pada pupa
ditemukan pada terompet.
 Dengan alat kait itu, baik sifhon maupun

terompet dapat berhubungan langsung


dengan udara (oksigen) yang ada dijaringan
udara tumbuhan air.
• Parasit filariasis di Indonesia terdiri dari tiga
spesies yaitu:
Brugia malayi, B. timori dan Wuchereria bancrofti.
• Ketiga spesies ini dapat dipisahkan lagi menjadi
lima tipe yaitu : B. malayi periodik, B. malayi sub
periodik, B. timori, W. bancrofti tipe kota (urban)
dan W. bancrofti tipe pedesaan (rural).
• Filariasis tersebar luas di seluruh Indonesia tetapi
bersifat fokal. Dari ketiga spesies tersebut yang
menjadi masalah cukup besar dalam kesehatan
masyarakat adalah B. malayi dan B. timori
terutama di daerah pedesaan.
Tipe Cacing filaria
 Brugia malayi endemik di Sumatera,
Kalimantan, Sulawesi dan pulau-pulau di
Maluku, tetapi terbatas pada sebelah Barat
garis Weber, yang memisahkan Irian Jaya
dengan pulau Seram dan Ambon.
 Dari berbagai tipe parasit filaria ini, Brugia

malayi dan B. timori menempati urutan


pertama dalam penyebarannya di Indonesia.
Demikian pula penderita dan penularannya
lebih besar dibandingkan dengan W.
bancrofti.
• Vektor filariasis tersebar di hampir seluruh
wilayah Indonesia.
• Culex quinquefasciatus adalah merupakan vektor
• W. bancrofti jenis perkotaan. Diketahui ada dua
strain W. bancrofti,yaitu perkotaan dan pedesaan.
• Umumnya di Indonesia banyak yang perkotaan
dan sampai saat ini bukan merupakan masalah.
Tetapi yang pedesaan belum banyak diketahui
baik vektor maupun epidemiologinya.
• Apakah W. bancrofti jenis pedesaan yang ada di'
Indonesia sama dengan yang ada di Malaysia di
mana vektornya adalah Anopheles (maculatus,
letifer dan whartoni) yang juga merupakan vektor
malaria, masih perlu diteliti lebih lanjut.
• Vektor B. malayi periodik di Sumatera adalah
berbagai jenis Mansonia terutama Ma.
bonneae/dives dan Ma. uniformis.
• Sedangkan Anopheles spp yang potensial
dapat bertindak sebagai vektor adalah An.
paditaeniatus dan An. nigerrimus
• Sedangkan vektor B. malayi subperiodik
adalah terutama Ma. uniformis, Ma. indiana
dan Ma. bonneae/dives. Di Kalimantan,
vektor B. malayi periodik adalah Mansonia
spp. terutama Ma. uniformis yang
berkembang biak di rawa air tawar dekat
dengan hutan dan kebun karet.
• Di Sulawesi vektor B. malayi periodik adalah
Anopheles barbirostris dan An. nigerrirnus selain
Ma. uniformis, Ma. indiana dan Ma.
bonneae/dives.
• Vektor utama di Sulawesi adalah An. Barbirostris
yang berkembang biak pada daerah persawahan
(Atmosoedjono dkk, 1976; Bahang dkk, 1984).
• Mansonia di Sulawesi berkembang biak di tempat
yang sama dengan Anopheles, tetapi mereka
ditemukan juga di rawa-rawa
• Di Maluku vektor B. malayi periodik diperkirakan
Ma. uniformis
• dan An. bancrofti.
• Vektor B. timori ada tiga spesies Anopheles yaitu
barbirostris, vagus dan subpictus tetapi yang
telah dikonfirmasikan adalah An. barbirostis
• Dari berbagai penelitian telah diketahui
bahwa B. malayi di Indonesia mempunyai
reservoir dan yang berperan penting adalah
non-human primates.
• Brugia malayi sub periodik adalah merupakan
zoonosis yang penting di Asia (Dissanaike,
1979).
• Di Malaysia kera yang telah diketahui sebagai
reservoir penyakit filaria adalah Presbytis
cristata, P. melalopos, P. obscura dan Macaca
fascicularis, tetapi Presbytis spp adalah yang
utama (Lim & Mak, 1978).
• Di Indonesia B. malayi telah ditemukan di P.
cristata dan M. fascicularis (Palmieri, 1979;
Lim dkk. 1984; Poernomo,1984).

• Bahkan di daerah endemik B. malayi periodik


telah ditemukan juga cacing dewasa di dalam
P. cristata. Selain kera, kucing juga
merupakan reservoir dari B. malayi yang
telah dibuktikan diberbagai tempat di
Indonesia
A. Penanggulangan filariasis dapat dilakukan
dengan tiga cara yaitu :
1) pengurangan reservoir penular,
2) penanggulangan /pengendalian vektor ,
3) pengurangan kontak antara manusia dan
vektor.
B. Penyuluhan
C. Pengobatan massal dengan DEC masih
merupakan cara yang efektif untuk
penanggulangan filariasis saluran getah
bening. Cara ini dipergunakan di daerah-
daerah endemik, baik terhadap penduduk asli
maupun pendatang (transmigran).
Ada tiga altematif cara pemberian obat DEC, :
 a) Pengobatan DEC dosis standar

dosis tunggal sehari 5 mg/kg BB selama


15 hari untuk Filariasis bancrofti dan selama
10 hari untuk Filariasis malayi dan Filariasis
timori.
 b) Pengobatan DEC dosis bertahap.
Dosis tunggal sehari cukup 1 tablet
Filarzan(50 mg. DEC)bagi penduduk berumur
di atas 10 tahun dan 1/2 tablet bagi yang
berumur di bawah 10 tahun selama 4 hari
dan hari-hari berikutnya dilanjutkan dengan
pemberian dosis standar .
 c) Pengobatan DEC dosis rendah.
Kepada setiap penduduk diberikan dosis
tunggal sehari 1/2 tablet bagi yang berumur
di atas 10 tahun dan ¼ tablet bagi yang
berumur di bawah 10 tahun. Obat hanya
diminum setiap minggu selama 6 bulan dan
dilanjutkan selama 6 hari lagi dengan dosis
standar .
D. Pemeriksaan klinis dan pemeriksaan darah
jari.
 Dari ditemukannya tanda-tanda dan gejala-

gejalaklinis akut dan menahun akan dapat


ditentukan besarnya Acute Disease Rate
(ADR) dan Elephantiasis Rate (ER).
 Dari jumlah penduduk yang ditemukan

mikro-filaria dalam darah jarinya akan dapat


diketahui besarnya tingkat penularan
penyakit (Micro-filaria rate : M f rate4).
1. Menghilangkan breeding places :
mengalirkan genangan, menimbun rawa, dsb
2. Mencegah gigitan ( feeding places): kawat
kasa, sos bud (perilaku)
3. Menghilangkan resting places
4. Menekan populasi nyamuk dewasa :
- mekanis : electric, trap
- biologis : predator
- lingkungan : tanaman
- kimiawi : pestisida
- PHT

Anda mungkin juga menyukai