Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Jasa pencucian kendaraan bermotor saat ini marak di berbagai pelosok perkotaan
bahkan mulai masuk di pinggir daerah. Para pemilik kendaraan mulai banyak
membutuhkan jasa ini karena tarifnya relatif terjangkau dan lebih praktis dibandingkan
dengan harus mencuci sendiri. Seiring dengan pesatnya kenaikan jumlah kendaraan
bermotor maka kebutuhan jasa pencucian kendaraan juga meningkat. Dapat dilihat
sendiri di berbagai lokasi berdirilah jasa ini mulai dari yang memiliki fasilitas
sekadarnya sampai yang dilengkapi fasilitas lengkap seperti peralatan mekanis untuk
naik turun kendaraan, mesin semprot air, ruang tunggu yang representatif, bahkan
beberapa lokasi didirikan secara terpadu berupa bengkel, cucian dan cafe dengan
konsep one-stop service (Tahir,2008).
Untuk keperluan jasa pencucian pasti diperlukan penyediaan air bersih dalam
jumlah besar, karena untuk mencuci satu kendaraan roda dua, harus tersedia air bersih
sekitar 60-100 liter, sedangkan untuk kendaraan roda empat berupa mobil dibutuhkan
sampai 4-6 kalinya (Tahir, 2008).
Limbah cair hasil pencucian kendaraan bermotor akan dialirkan ke lingkungan
sekitar lokasi usaha dan akan masuk ke badan air yang terdekat. Limbah cair ini akan
menimbulkan pencemaran. Secara fisik pencemaran badan air oleh limbah cair
deterjen dapat terlihat dengan adanya gelembung busa yang sangat banyak yang
menunjukkan keberadaan badan deterjen atau sutfaktan aniomik sebagai bahan utama.
Rumus kimia dari surfaktan anionik ini adalah Nitrium dodekil suffonat:
C12H23CHSO3-Na+ atau Natrium dodekil benzensulfonat : C12H25ArSO3-Na+
(Ying, 2006).
Pengolahan limbah cair yang mengandung deterjen, residu minyak, dan zat padat
tersuspensi dapat dilakukan menggunakan berbagai macam teknik misalnya biologi
yaitu dengan bantuan bakteri, teknik koagulasi-flokulasi dengan tenaga listrik,
adsorpsi dengan karbon aktif dan lumpur aktif, khlorinasi dan teknik penampungan
dalam bak yang murah dan efektif (widiyani, 2011). Berdasarkan hal tersebut, maka
dalam pengolahan limbah dapat mengacu pada PERMEN LH No 05 Tahun 2014
tentang Baku Mutu Limbah Cair dan PP no 82 Tahun 2001 tentang pengelolaan
Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air.
Meskipun upaya untuk keperluan daur ulang atau penggunaan kembali air limbah
menjadi air bersih, dirasa terlalu mahal, IPAL tetap harus didirikan dengan tujuan
untuk mengolah air untuk dapat dibuang dengan memenuhi baku mutu yang
diperbolehkan, IPALseperti ini dapat menerapkan proses yang relatif lebih sederhana,
yaitu melalui penyaringan, pemisahan cairan berlemak, pengendapan dan aerasi
(Tahir, 2008).
Hakim (2010) melaporkan bahwa penambahan alum 2gr/L dan PE 0.05 gr/L pada
limbah A (dengan pengendapan) diperoleh efesiensi penghilangan COD 75.17% dan
penghilangan surfactan sebesar 72.07% dan pada limbah B ( tanpa pengendapan)
diperoleh efesiensi penghilangan COD 73.10 % dan prnghilangan surfaktan sebesar

1
71.06 pada penambahan alum dengan dosis 2 gr/L dan PE 0.05 %. Kemudian
penelitian yang dilakukan oleh Chirisafitri dan Karmaningroem (2012) dengan reactor
saringan pasir lambat dan karbon aktif diperoleh kadar efisiensi removal slow dan
filter terhadap COD mencapai 72.1%, dan surfaktan sebesar 63.6%, furqon (2007)
melakukan daur ulang air limbah jasa pencucian kendaraan bermotor dengan
menggunakan elektrokoagulasi. Efektifitas penurunan TSS terbaik terdapat pada
tegangan 6V sebesar 61.64% dan penurunan surfaktan sebesar 59.69 pada tegangan
12V dengan waktu kontar 120 menit.
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka peneliti terdorong untuk
melakukan penelitian tentang : “Daur ulang limbah cair hasil air pencucian motor
menggunakan perangkap lemak dan saringan pasir “.

B. Rumusan masalah
Bagaimana daur ulang limbah cair hasil air pencucian motor menggunakan perangkap
lemak dan saringan pasir.

C. Tujuan
1. Umum
Ingin mengetahui kualitas daur ulang limbah cair hasil air pencucian motor
menggunakan perangkap lemak dan saringan pasir.

2. Khusus
a. Mengetahui kualitas lemak minyak sebelum dan sesudah menggunakan daur
ulang limbah cair hasil air pencucian motor menggunakan perangkap lemak
dan saringan pasir.
b. Mengetahui kualitas surfaktan sebelum dan sesudah menggunakan daur ulang
limbah cair hasil air pencucian motor menggunakan perangkap lemak dan
saringan pasir.
c. Mengetahui Efesiensi penurunan parameter lemak dan surfaktan.

D. Target Umum
Pencucian sepeda motor yang belum memiliki pengolahan limbah.

E. Batasan Masalah
Agar penulisan penelitian ini lebih terarah, permasalahan yang dihadapi tidak
terlalu luas, maka perlu dilakukan batasan masalah:
1. Penulis hanya membahas masalah yang berhubungan dengan kualitas lemak yang
berhubungan dengan daur ulang limbah cair hasil air pencucian motor
menggunakan perangkap lemak dan saringan pasir.
2. Penulis hanya membahas masalah yang berhubungan dengan kualitas surfaktan
yang berhubungan dengan daur ulang limbah cair hasil air pencucian motor
menggunakan perangkap lemak dan saringan pasir.
3. Penulis hanya membahas efesiensi penurunan parameter lemak dan surfaktan

2
B. Manfaat
1. Bagi Mahasiswa
Memperoleh pengetahuan, pemahaman, dan pengalaman yang terkait dengan
aplikasi ilmu kesehatan lingkungan khususnya pengelolaan limbah cair tentang
bagaimana merancang alat daur ulang limbah cair hasil air pencucian motor.
2. Bagi Institusi Pendidikan
Mendapat alat baru yang biasa diperkenalkan kepada mahasiswa yang lain untuk
bahan pembelajan dan menambah ilmu pengetahuan.
3. Bagi Tempat Pencucian Motor
Menjadi bahan masukan dan informasi serta evaluasi terhadap tempat pencucian
sepeda motor dan dapat menggunakan alat yang sudah dirancang untuk sistem
pengolahan limbah cair hasil air pencucian motor.

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Limbah
Limbah adalah buangan yang kehadirannya pada suatu saat dan tempat tertentu
tidak dikehendaki di lingkungan karena tidak mempunyai nilai ekonomi. Limbah
terdiri dari zat atau bahan buangan yang dihasilkan proses produksi industri yang
kehadirannya dapat menurunkan kualitas lingkungan. Limbah yang mengandung
bahan polutan yang memiliki sifat racun dan berbahaya dikenal dengan limbah B-3,
yang dinyatakan sebagai bahan yang dalam jumlah relatif sedikit tetapi berpotensi
untuk merusak lingkungan hidup dan sumber daya (Kristanto, 2004).
Limbah dapat dikenali berdasarkan karakteristiknya, adapun karaktiristik limbah
adalah sebagai berikut:
1. Berupa partikel dan padatan, baik yang larut maupun yang mengendap, ada yang
kasar dan ada yang halus. Berwarna keruh dan suhu tinggi. 
2. Mengandung bahan yang berbahaya dan beracun, antara lain mudah terbakar,
mudah meledak, korosif, bersifat sebagai oksidator dan reduktor yang kuat, mudah
membusuk dan lain-lain.
3. Mungkin dalam jangka waktu singkat tidak akan memberikan pengaruh yang
berarti, namun dalam jangka panjang mungkin berakibat fatal terhadap lingkungan
(Kristanto, 2004)

B. Jenis - Jenis Limbah


Berdasarkan wujud atau karakteristiknya, limbah dapat dikelompokkan menjadi
tiga jenis, yaitu sebagai berikut :
1. Limbah cair adalah limbah dalam wujud cair yang dihasilkan oleh kegiatan industri
yang dibuang ke lingkungan dan diduga dapat mencemari lingkungan.
2. Limbah gas dan partikel adalah limbah yang banyak dibuang ke udara. Gas/asap,
partikulat, dan debu yang dikeluarkan oleh pabrik ke udara akan dibawa angin
sehingga akan memperluas jangkauan pemaparannya. Partikel adalah butiran halus
yang mungkin masih terlihat oleh mata telanjang, seperti uap air, debu, asap, fume
dan kabut.
3. Limbah padat adalah hasil buangan industri yang berupa padatan, lumpur, dan
bubur yang berasal dari sisa proses pengolahan. Limbah ini dapat dikategorikan
menjadi dua bagian, yaitu limbah padat yang dapat didaur-ulang (misalnya plastik,
tekstil, potongan logam) dan limbah padat yang tidak memiliki nilai ekonomis.
(Kristanto, 2004)

C. Limbah Hasil Cuci Motor


Limbah dari aktifitas cuci motor mengandung zat-zat berbahaya yang dapat
merusak lingkungan hidup. Limbah pencucian motor mengandung lemak, detergen
dan surfaktan lainnya (Bawamenewi, 2015).

4
D. Faktor Faktor Yang Dapat Mempengaruhi Kesehatan Lingkungan
Keseimbangan lingkungan dapat menjadi rusak, artinya lingkungan tidak
menjadi seimbang jika terjadi perubahan yang melebihi daya dukung dan daya
lentingnya. Perubahan lingkungan dapat terjadi karena alam maupun manusia.
Perubahan lingkungan yang disebabkan oleh manusia dan berakibat pada alam
misalnya :
1. Penebangan dan Perburuan Liar
2. Kegiatan Pembangunan
3. Pembuangan Limbah dan Sampah
4. Pemanfaatan Hewan dan Tumbuhan secara berlebihan
Perubahan lingkungan yang disebabkan oleh alam misalnya letusan gunung merapi,
gempa bumi, musim kemarau berkepanjangan, badai, ,banjir, longsor,dan lainya.

E. Dampak Limbah Cair Hasil Cucian Motor


1. Minyak Lemak
Dampak dari limbah cair hasil cucian motor yang mengandung minyak.
Lapisan minyak dipermukaan air lingkungan akan mengganggu kehidupan
organisme di dalam air. Hal ini disebabkan oleh : a. Lapisan minyak pada
permukaan air akan menghalangi difusi oksigen dari udara ke dalam air sehingga
jumlah oksigen yang terlarut di dalam air menjadi berkurang. Sehingga
kandungan oksigen yang menurun akan mengganggu kehidupan hewan air. b.
Adanya lapisan minyak pada permukaan air juga akan menghalangi masuknya
sinar matahari ke dalam air sehingga fotosintesis oleh tanaman air tidak dapat
berlangsung. Akibatnya, oksigen yang seharusnya dihasilkan pada proses
fotosintesis. Sehingga kandungan oksigen dalam air semakin menurun. c. Tidak
hanya hewan air saja yang terganggu akibat adanya lapisan minyak pada
permukaan air tersebut, tetapi burung air pun ikut terganggu karena bulunya jadi
lengket, tidak bisa mengembang lagi akibat terkena minyak (Wardhana, 1995 ).
2. Surfaktan
Surfaktan yang terkandung dalam deterjen akan mengurangi kemampuan
perkembangbiakan organisme perairan. Deterjen juga memiliki andil besar dalam
menurunkan kualitas air. Bahan kimia organik seperti pestisida dan fenol, hanya
dengan konsentrasi 2 ppm saja dapat diserap ikan dua kali lipat dari jumlah bahan
kimia lainnya (Luthfi, 2013 ).
F. Dampak Limbah Cair Terhadap Kesehatan
Dalam paradigma Kesehatan Lingkungan ada 4 simpul yang berkaitan
dengan proses pajanan limbah cair yang dapat mengganggu kesehatan yaitu :
Simpul 1 : Jenis dan skala kegiatan yang diduga menjadi sumber pencemar atau
biasa disebut sebagai sumber emisi limbah. Sumber emisi limbah pada umumnya
berasal dari sektor industri, transportasi, yang mengeluarkan berbagai bahan
buangan yang mengandung senyawa kimia yang tidak dikehendaki. Emisi tersebut
dapat berupa gas, cairan, maupun partikel yang mengandung senyawa organik
maupun anorganik.
5
Simpul 2 : Media lingkungan (air, tanah, udara, biota)
Emisi dari simpul 1 dibuang ke lingkungan, kemudian menyebar secara luas
di lingkungan sesuai dengan kondisi media transportasi limbah. Bila melalui udara,
maka sebarannya tergantung dari arah angin dominan dan dapat menjangkau
wilayah yang cukup luas. Bila melalui air maka dapat menyebar sesuai dengan arah
aliran yang sebarannya dapat sangat jauh. Komponen lain yang ikut menyebarkan
emisi tersebut adalah biota air yang ikut tercemar.
Simpul 3 : Pemajanan Limbah Cair ke manusia
Di lingkungan, manusia dapat menghirup udara yang tercemar, minum air
yang tercemar, makan makanan yang terkontaminasi dan dapat pula kemasukan
Limbah melalui kulit. Pada umumnya titik pemajanan B3 kedalam tubuh manusia
melalui pernafasan, oral (mulut) dan kulit
Simpul 4 : Dampak Kesehatan yang timbul
Akibat kontak dengan Limbah Cair atau terpajan oleh pencemar melalui
berbagai cara seperti pada simpul 3, maka dampak kesehatan yang timbul
bervariasi dari ringan, sedang, sampai berat bahkan sampai menimbulkan kematian,
tergantung dari dosis dan waktu pemajanan. Jenis penyakit yang ditimbulkan, pada
umumnya merupakan penyakit non infeksi antara lain : Keracunan, kerusakan
organ, kanker, hypertensi, asma bronchioli, pengaruh pada janin yang dapat
mangakibatkan lahir cacat (cacat bawaan), kemunduran mental , gangguan
pertumbuhan baik fisik maupun psikis, gangguan kecerdasan dll.

G. Teknis Pengolahan Limbah


Limbah harus diolah terlebih dahulu sebelum dibuang agar tidak mencemari
lingkungan dan merusak kesehatan makhluk hidup. Berikut ini adalah beberapa
cara pengolahan limbah yang dapat dilakukan secara sederhana, antara lain sebagai
berikut :
1. Pengenceran (dilution)
Limbah cair diencerkan sampai mencapai konsentrasi yang cukup
rendah, kemudian dibuang ke badan air. Semakin bertambahnya penduduk,
maka semakin meningkat kegiatan manusia. Artinya, air limbah yang harus
dibuang bertambah banyak. Maka, diperlukan air pengenceran yang banyak
pula. Oleh sebab itu, cara ini dapat dilakukan pada tempat-tempat yang banyak
air permukaannya.
2. Kolam Oksidasi (oxidation ponds)
Pada prinsipnya, cara ini adalah pemanfaatan sinar matahari, ganggang,
bakteri, dan oksigen dalam proses pembersihan alamiah. Limbah cair dialirkan
ke kolam besar berbentuk segi empat dengan kedalaman 1-2 meter. Dinding
dan dasar kolam tidak perlu dilapisi apapun. Lokasi kolam harus jauh dari
daerah pemukiman dan di daerah terbuka sehingga sirkulasi angin baik. Cara
kerjanya: ganggang melakukan proses fotosintesis dengan bantuan sinar
matahari sehingga dihasilkan oksigen. Oksigen tersebut digunakan oleh bakteri
aerobik untuk melakukan dekomposisi zat-zat organik yang terdapat dalam
6
limbah cair. Sebagai hasilnya, nilai BOD akan berkurang sehingga relatif aman
bila dibuang ke badanbadan air.
3. Irigasi (irrigation)
Limbah cair dialirkan ke dalam parit-parit terbuka yang digali, dan air
akan merembes masuk kedalam tanah melalui dasar dan dinding parit-parit
tersebut. Dalam keadaan tertentu, limbah cair dapat digunakan untuk pengairan
ladang pertanian atau perkebunan dan sekaligus berfungsi untuk pemupukan.
Hal ini terutama untuk limbah cair yang berasal dari rumah tangga, perusahaan
susu sapi, rumah potong hewan, dan lainnya dimana kandungan zat organik
dan protein cukup tinggi untuk tanaman (Notoadmojo, Soekidjo, 2010).

H. Daur Ulang Limbah Cair


Sejalan dengan pertumbuhan penduduk yang sangat pesat khususnya di
daerah perkotaan, pencemaran air tanah maupun air permukaan, distribusi
sumber air serta konsumsi pemakaian air yang tidak merata telah menyebabkan
ketidak-seimbangan antara pasokan dan kebutuhan akan air. Oleh karena itu,
dewasa ini inovasi baru dalam hal penyediaan sumber air baku telah menjadi
perhatian yang penting. Salah satu alternative yang banyak mendapat perhatian
di banyak negara di dunia adalah menggunakan daur ulang limbah cair
khususnya limbah cair perkotan (municipal waste) sebagai salat satu sumber air
baku untuk penyediaan air. Di Amerika Serikat, penggunaan daur ulang paling
banyak digunakan untuk irigasi pertanian dan landskape misalnya banyak
digunakan di daerah California, Idaho dan Colorado. Penggunaan terbesar yang
kedua adalah daur ulang limbah cair untuk kegiatan industri misalnya yang
paling banyak adalah untuk air pendingin, serta penggunaan lain untuk industri.
Penggunaan daur ulang limbah cair yang ke tiga adalah penggunaan untuk
injeksi atau recharge air tanah dengan penyiraman adat injeksi langsung ke
akuifer. Penggunaan terbesar ke empat adalah untuk penggunaan untuk kegitan
macam-macam misalnya danau rekreasi, akuakultur, pembersihan toilet
(flushing)

I. Grease Trap
Grease Trap adalah bak perangkap lemak adalah bak kontrol yang
dilengkapi denga pipa masuk (inlet) dan keluar (outlet) yang berfungsi
memisahkan lemak dan padatan dari dapur. Unit ini dimaksudka nuntuk
mencegah penyumbatan akibat masuknya lemak kedalam pipa dalam jumlah
besar. Disarankan dipasang diluar dapur dan daerah dengan pemakaian air
rendah, dan lokasinya sedekat mungkin dengan sumbernya. (DitjenCiptaKarya,
2016)

J. Saringan (Filter)
1. Pengertian Saringan

7
Saringan (Filter) adalah pembersihan partikel padat dari suatu
fluida dengan melewatkannya pada medium penyaringan, atau septum,
yang di atasnya padatan akan terendapkan. Filtrasi adalah suatu operasi
atau proses dimana campuran heterogen antara fluida dan partikel-
partikel padatan dipisahkan oleh media filter yang meloloskan fluida
tetapi menahan partikel padatan. Filtrasi adalah pemisahan koloid atau
partikel padat dari fluida dengan menggunakan media penyaringan atau
saringan. Air yang mengandung suatu padatan atau koloid dilewatkan
pada media saring dengan ukuran pori-pori yang lebih kecil dari ukuran
suatu padatan tersebut.
2. Jenis Saringan
a. Slow Sand Filter (Saringan Pasir Lambat)
Saringan pasir lambat adalah filter yang mempunyai kecepatan
filtrasi lambat. Kecepatan filtrasi pada filter lambat sekitar 20 – 50
kali lebih lambat, yaitu sekitar 0,1 hingga 0,4 m/jam. Kecepatan
yang lebih lambat ini disebabkan ukuran media pasir juga lebih kecil
(effective size = 0,15 – 0,35 mm). Filter lambat digunakan untuk
menghilangkan kandungan organic dan organism pathogen dari air
baku.
b. Rapid Sand Filter (Saringan Pasir Cepat)
Proses filtrasi dengan cara ini merupakan jenis unti filtrasi
yang mampu menghasilkan debit air yang lebih banyak, namun
kurang efektif untuk mengatasi bau dan rasa yang ada pada air yang
disaring. Debit air yang cepat tersebut menyebabkan lapisan bakteri
yang berguna untuk menghilangkan patogen namun membutuhkan
proses desinfeksi yang lebih intensif.

K. Penanganan Limbah Cair


Metode dan tahapan proses pengolahan limbah cair yang telah
dikembangkan sangat beragam. Limbah cair dengan kandungan polutan yang
berbeda kemungkinan akan membutuhkan proses pengolahan yang berbeda
pula. Proses- proses pengolahan tersebut dapat diaplikasikan secara
keseluruhan, berupa kombinasi beberapa proses atau hanya salah satu. Proses
pengolahan tersebut juga dapat dimodifikasi sesuai dengan kebutuhan atau
faktor finansial.
1. Pengolahan Primer
Tahap pengolahan primer limbah cair sebagian besar adalah berupa
proses pengolahan secara fisika.
a. Penyaringan (Screening)
Pertama, limbah yang mengalir melalui saluran pembuangan
disaring menggunakan jeruji saring. Metode ini disebut penyaringan.
Metode penyaringan merupakan cara yang efisien dan murah untuk
menyisihkan bahan-bahan padat berukuran besar dari air limbah.

8
b. Pengolahan Awal  (Pretreatment)
Kedua, limbah yang telah disaring kemudian disalurkan
kesuatu tangki atau bak yang berfungsi untuk memisahkan pasir dan
partikel padat teruspensi lain yang berukuran relatif besar. Tangki
ini dalam bahasa inggris disebut grit chamber dan cara kerjanya
adalah dengan memperlambat aliran limbah sehingga partikel –
partikel pasir jatuh ke dasar tangki sementara air limbah terus
dialirkan untuk proses selanjutnya.
c. Pengendapan
Setelah melalui tahap pengolahan awal, limbah cair akan
dialirkan ke tangki atau bak pengendapan. Metode pengendapan
adalah metode pengolahan utama dan yang paling banyak digunakan
pada proses pengolahan primer limbah cair. Di    tangki
pengendapan, limbah cair didiamkan agar partikel – partikel padat
yang tersuspensi dalam air limbah dapat mengendap ke dasar tangki.
Enadapn partikel tersebut akan membentuk lumpur yang kemudian
akan dipisahkan dari air limbah ke saluran lain untuk diolah lebih
lanjut. Selain metode pengendapan, dikenal juga metode
pengapungan (Floation).
d. Pengapungan (Floation)
Metode ini efektif digunakan untuk menyingkirkan polutan
berupa minyak atau lemak. Proses pengapungan dilakukan dengan
menggunakan alat yang dapat menghasilkan gelembung- gelembung
udara berukuran kecil (± 30 – 120 mikron). Gelembung udara
tersebut akan membawa partikel –partikel minyak dan lemak ke
permukaan air limbah sehingga kemudian dapat disingkirkan.
Bila limbah cair hanya mengandung polutan yang telah dapat
disingkirkan melalui proses pengolahan primer, maka limbah cair
yang telah mengalami proses pengolahan primer tersebut dapat
langsung dibuang kelingkungan (perairan). Namun, bila limbah
tersebut juga mengandung polutan yang lain yang sulit dihilangkan
melalui proses tersebut, misalnya agen penyebab penyakit atau
senyawa organik dan anorganik terlarut, maka limbah tersebut perlu
disalurkan ke proses pengolahan selanjutnya.
2. Pengolahan Sekunder
Tahap pengolahan sekunder merupakan proses pengolahan secara
biologis, yaitu dengan melibatkan mikroorganisme yang dapat mengurai/
mendegradasi bahan organik. Mikroorganisme yang digunakan umumnya
adalah bakteri aerob.
Terdapat tiga metode pengolahan secara biologis yang umum
digunakan yaitu metode penyaringan dengan tetesan (trickling filter),
metode lumpur aktif (activated sludge), dan metode kolam perlakuan
(treatment ponds / lagoons) .

9
a. Metode Trickling Filter
Pada metode ini, bakteri aerob yang digunakan untuk
mendegradasi bahan organik melekat dan tumbuh pada suatu lapisan
media kasar, biasanya berupa serpihan batu atau plastik, dengan
dengan ketebalan  ± 1 – 3 m. limbah cair kemudian disemprotkan ke
permukaan media dan dibiarkan merembes melewati media tersebut.
Selama proses perembesan, bahan organik yang terkandung dalam
limbah akan didegradasi oleh bakteri aerob. Setelah merembes
sampai ke dasar lapisan media, limbah akan menetes ke suatu wadah
penampung dan kemudian disalurkan ke tangki pengendapan.
Dalam tangki pengendapan, limbah kembali mengalami proses
pengendapan untuk memisahkan partikel padat tersuspensi dan
mikroorganisme dari air limbah. Endapan yang terbentuk akan
mengalami proses pengolahan limbah lebih lanjut, sedangkan air
limbah akan dibuang ke lingkungan atau disalurkan ke proses
pengolahan selanjutnya jika masih diperlukan
b. Metode Activated Sludge
Pada metode activated sludge atau lumpur aktif, limbah cair
disalurkan ke sebuah tangki dan didalamnya limbah dicampur
dengan lumpur yang kaya akan bakteri aerob. Proses degradasi
berlangsung didalam tangki tersebut selama beberapa jam, dibantu
dengan pemberian gelembung udara aerasi (pemberian oksigen).
Aerasi dapat mempercepat kerja bakteri dalam mendegradasi
limbah. Selanjutnya, limbah disalurkan ke tangki pengendapan
untuk mengalami proses pengendapan, sementara lumpur yang
mengandung bakteri disalurkan kembali ke tangki aerasi. Seperti
pada metode trickling filter, limbah yang telah melalui proses ini
dapat dibuang ke lingkungan atau diproses lebih lanjut jika masih
dperlukan.
c. Metode Treatment ponds/ Lagoons
Metode treatment ponds/lagoons atau kolam perlakuan
merupakan metode yang murah namun prosesnya berlangsung
relatif lambat. Pada metode ini, limbah cair ditempatkan dalam
kolam-kolam terbuka. Algae yang tumbuh dipermukaan kolam akan
berfotosintesis menghasilkan oksigen.
Oksigen tersebut kemudian digunakan oleh bakteri aero untuk
proses penguraian/degradasi bahan organik dalam limbah. Pada
metode ini, terkadang kolam juga diaerasi. Selama proses degradasi
di kolam, limbah juga akan mengalami proses pengendapan. Setelah
limbah terdegradasi dan terbentuk endapan didasar kolam, air
limbah dapat disalurka untuk dibuang ke lingkungan atau diolah
lebih lanjut.
3. Pengolahan Tersier

10
Pengolahan tersier dilakukan jika setelah pengolahan primer dan
sekunder masih terdapat zat tertentu dalam limbah cair yang dapat
berbahaya bagi lingkungan atau masyarakat. Pengolahan tersier bersifat
khusus, artinya pengolahan ini disesuaikan dengan kandungan zat yang
tersisa dalam limbah cair / air limbah. Umunya zat yang tidak dapat
dihilangkan sepenuhnya melalui proses pengolahan primer maupun
sekunder adalah zat-zat anorganik terlarut, seperti nitrat, fosfat, dan
garam- garaman.
Pengolahan tersier sering disebut juga pengolahan lanjutan
(advanced treatment). Pengolahan ini meliputi berbagai rangkaian proses
kimia dan fisika. Contoh metode pengolahan tersier yang dapat
digunakan adalah metode saringan pasir, saringan multimedia, precoal
filter, microstaining, vacum filter, penyerapan dengan karbon aktif,
pengurangan besi dan mangan, dan osmosis bolak-balik.
a. Desinfeksi (Desinfection)
Desinfeksi atau pembunuhan kuman bertujuan untuk
membunuh atau mengurangi mikroorganisme patogen yang ada
dalam limbah cair. Meknisme desinfeksi dapat secara kimia, yaitu
dengan menambahkan senyawa/zat tertentu, atau dengan perlakuan
fisik.
Dalam menentukan senyawa untuk membunuh mikroorganisme,
terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan, yaitu :
1) Daya racun zat
2) Waktu kontak yang diperlukan
3) Efektivitas zat
4) Kadar dosis yang digunakan
5) Tidak boleh bersifat toksik terhadap manusia dan hewan
6) Tahan terhadap air
7) Biayanya murah
Contoh mekanisme desinfeksi pada limbah cair adalah
penambahan klorin (klorinasi), penyinaran dengan ultraviolet(UV),
atau dengan ozon (Oз).Proses desinfeksi pada limbah cair biasanya
dilakukan setelah proses pengolahan limbah selesai, yaitu setelah
pengolahan primer, sekunder atau tersier, sebelum limbah dibuang
ke lingkungan.
b. Pengolahan Lumpur (Sludge Treatment)
Setiap tahap pengolahan limbah cair, baik primer, sekunder,
maupun tersier, akan menghasilkan endapan polutan berupa lumpur.
Lumpur tersebut tidak dapat dibuang secara langsung, melainkan
pelu diolah lebih lanjut. Endapan lumpur hasil pengolahan limbah
biasanya akan diolah dengan cara diurai/dicerna secara aerob
(anaerob digestion), kemudian disalurkan ke beberapa alternatif,

11
yaitu dibuang ke laut atau ke lahan pembuangan (landfill), dijadikan
pupuk kompos, atau dibakar (incinerated).

12
BAB III
METODELOGI PENELITIAN

A. Kerangka Konsep

Sebelum Perlakuan Sesudah Perlakuan


(Kadar Lemak Minyak (Kadar Lemak Minyak
dan Surfaktan) dan Surfaktan)

Proses Perlakuan
(Perangkap Lemak
dan Variasi Lapisan
Saringan Pasir)

B. Jenis Penelitian
Jenis penelitian bersifat percobaan (experiment) yaitu menggambarkan suatu
keadaan yang ditunjukkan untuk menguji kualitas lemak dan kualitas surfaktan
sebelum sesudah perlakuan, serta efesiensi penurunan untuk parameter lemak minyak
dan surfaktan (Nazir,2003).

C. Variabel Penelitian
Variabel penelitian terdiri dari :
1. Variabel Bebas
Variabel bebas merupakan perlakuan yang akan mempengaruhi terhadap
variabel terkait : variasi lapisan saringan pasir.
2. Variabel Terikat
Variabel terikat merupakan variabel yang akan dipengaruhi oleh variabel bebas
yaitu lemak minyak dan surfaktan.

D. Hipotesis Penelitian
1. Ho : µa = µb = µc
Hipotesis nol bahwa variasi saringan pasir dengan ketebalan 10 cm tidak ada beda
dengan variasi saringan pasir dengan ketebalan 15 cm, dan tidak ada beda dengan
variasi saringan pasir dengan ketebalan 20 cm terhadap kadar lemak minyak dan
surfaktan pada limbah cair hasil air pencucian motor.

2. Ha : µa ≠ µb ≠ µc
Hipotesis nol bahwa variasi saringan pasir dengan ketebalan 10 cm berbeda dengan
variasi saringan pasir dengan ketebalan 15 cm, dan berbeda dengan variasi saringan

13
pasir dengan ketebalan 20 cm terhadap kadar lemak minyak dan surfaktan pada
limbah cair hasil air pencucian motor.

E. Devinisi Operasional

Tabel 3.1 Devinisi Operasional


No Nama Variabel Definisi Cara Ukur Hasil Ukur
Perangkap Menangkap lemak dari limbah
1 - -
Lemak cair hasil air pencucian motor
Parameter yang digunakan untuk
kadar lemak minyak sebelum
Lemak minyak Uji Dalam satuan
2 dan sesudah perlakuan pada
dan Surfaktan Laboratorium mg/l
limbah cair hasil air pencucian
motor
Efesiensi alat Keberhasilan alat dalam
Kadar lemak
dalam menurunkan kadar lemak
minyak dan
3 menurunkan minyak dan surfaktan pada Uji Coba
surfaktan
kadar lemak dan limbah cair hasil air pencucian
menurun
surfaktan motor

F. Desain Penelitian dan Uji Coba Rancangan


Gambar 3.1 Desain Penelitian

1. Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan rancangan yaitu, The One Group Pratest Posttest
penelitian yang dilakukan sebanyak dua kali yaitu sebelum eksperimen (pretest)
dan sesudah eksperimen (posttest) dengan satu kelompok subjek.

14
Pra-Test Perlakuan Post-Test
O1 X O2
Keterangan :
O1 = Nilai pretest (sebelum diberi perlakuan)
X = Perlakuan (Treatment)
O2 = Nilai post-test (setelah diberi perlakuan)

2. Uji Coba Rancangan


Uji coba rancangan alat ini dilakukan dalam dua tahapan yaitu tahap perama
dilakukan dengan metode perangkap lemak untuk menangkap lemak yang terdapat
pada limbah cair hasil air pencucian motor selanjutnya dilakukan proses saringan
untuk menjernihkan air limbah yang dikeluarkan dari perangkap lemak untuk
menurunkan kadar surfaktan dan lemak minyak.

G. Obyek dan Alat Penelitian


1. Obyek
Obyek penelitian adalah limbah cair hasil air pencucian motor.

2. Alat Penelitian
a. Alat
b. Gergaji
c. Bor listrik
d. Palu
e. Lem tembak
f. Cetok Semen
g. Ember
h. Bor
i. Gayung
3. Bahan
a. Sampel limbah cair hasil air pencucian motor
b. Pipa
c. Kayu
d. Bak Mika
e. Lapisan Saringan : Ijuk, Pasir, Karbon Aktif, Kerikil
f. Paku
g. Lem Batang
h. Lem Pipa
i. Pompa Aquarium
j. Keran/Valve
k. Semen
l. Kawat Kasa

15
H. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat
Penelitian ini dilakukan di salah satu tempat pencucian motor Jl. Intan Sari
Banjarbaru.
2. Waktu
Penelitian ini dilaksanakan mulai dari tahap pembuatan proposal pada bulan Juni
sampai pada tahap pelaporan hasil penelitian yaitu pada bulan Oktober tahun 2019.

I. Pelaksanaan Penelitian
1. Survei Lapangan
Penentuan tempat untuk penelitian ini, Pengamatan tempat penelitian,
Untuk mengetahui volume air yang digunakan perhari dalam proses pencucian
motor, maka peneliti melakukan pengamatan di salah satu tempat pencucian motor
dengan menentukan debit air dan volume bak yang digunakan perhari untuk
penentuan desain alat.
2. Desain Alat dan Pembuatan Alat
Perangkap lemak digunakan sebagai pemisah lemak dan saringan yang
digunakan sebagai penjernih limbah cair hasil air pencucian motor untuk dapat
digunakan kembali, dengan parameter lemak minyak dan surfaktan. Penggunaan
desain alat ini untuk diaplikasikan salah satu tempat pencucian motor di Jl. Intan
Sari.
3. Pengaplikasian Alat
Pengaplikasian alat dilaksanakan di tempat pencucian motor yang telah
ditentukan. Pemasangan perangkap lemak dipasang di bagian selokan sebagai tahap
pemisahan lemak. Kemudian dialirkan dengan pompa menuju bak saringan pasir
untuk penjernihan dan penurunan kadar surfaktan pada limbah cair hasil air
pencucian motor. Setelah air yang disaring keluar dapat digunakan kembali dan
dapat pula dialirkan ke badan air/lingkungan secara aman dan tidak merusak
lingkungan.
4. Pengujian Air Limbah
Pengujian limbah cair hasil air pencucian motor dilakukan di Laboratorium.
Parameter yang diuji adalah kadar lemak minyak dan surfaktan pada limbah cair
hasil air pencucian motor.

J. Analisis Data
Analisis data merupakan suatu langkah yang paling menentukan dari suatu penelitian,
karena analisis data berfungsi untuk menyimpulkan hasil penelitian. Analisis data
yang dilakukan adalah Uji One Way Anova untuk mengetahui perbedaan kadar lemak
minyak dan surfaktan pada variasi ketebalan saringan pasir yaitu 10 cm,15 cm, 20 cm,
dan 25 cm.

K. Rencana Anggaran
16
Tabel 3.2 Rencana Anggaran Penelitian

1.Peralatan Penunjang
Justifikasi Harga Satuan Harga Peralatan
Material Kuantitas
Pemakaian (Rp) Penunjang (Rp)

Peralatan - Gergaji 1 Buah 50.000,- 50.000,-


Penunjang - Palu 1 Buah 30.000,- 30.000,-
- Lem tembak 1 Buah 25.000,- 25.000,-
- Cetok semen 1 Buah 30.000,- 30.000,-
- Pensil 1 Buah 4.000,- 4.000,-
bangunan 1 Buah 25.000,- 25.000,-
- Meteran 1 Buah 15.000,- 15.000,-
- Ember 1 Buah 10.000,- 10.000,-
- Gayung
Sub Total (Rp) 189.000,-

2.Bahan Habis Pakai


Justifikasi Harga Satuan Harga Peralatan
Material Kuantitas
Pemakaian (Rp) Penunjang (Rp)

Bahan - Pipa
Penelitian a. Pipa 2 inch 85.000,- 170.000,-
b. Pipa knee L 6.000,- 36.000,-
2 Batang
c. Pipa knee 6.000,- 6.000,-
6 Batang
Tee 7.000,- 7.000,-
1 Buah
d. Pipa drat 60.000,- 120.000,-
1 Buah
dalam 500.000,- 1.500.000,-
2 batang
- Kayu
3 Buah
- Bak mika 15.000 15.000,-
- Lapisan filter : 10.000,- 250.000,-
1 Kg
a. Ijuk 40.000,- 400.000,-
25 kg
b. Pasir 60.000,- 15.000,-
10 Kg
c. Karbo aktif 40.000,- 10.000,-
½ karung
d. Kerikil 30.000,- 30.000,-
¼ Kg
- Paku 1.000,- 10.000,-
1 Kotak
- Lem pipa 100.000,- 200.000,-
10 Batang
- Lem batang 30,000,- 90.000,-
2 Buah
- Pompa 5.000,- 10.000,-
3 Buah
aquarium 10.000,- 10.000,-
2 Kg
- Kran/valve
1 buah
- Semen
- Kawat kasa
Sub Total (Rp) 2.879.000,-

3. Perjalanan

Justifikasi Harga satuan Harga Peralatan


Material Kuantitas
Pemakaian (Rp) Penujang (Rp)

17
Pelaksana Pengambilan 5 Org/Hari 100.000,- 500.000,-
an sampel

Sub Total (Rp) 500.000,-

4. Lain-lain

Justifikasi Harga Satuan Harga Peralatan


Material Kuantitas
Pemakaian (Rp) Penunjang (Rp)

- Kertas HVS A4 2 rim 33.000,- 66.000,-


70 gram
- Binder Clips 2 pack 10.000,- 20.000,-

- Tinta Printer 1 buah 25.000,- 25.000,-

- Staples 1 buah 19.000,- 19.000,-

- Materai 6000 10 buah 7.000,- 70.000,-

ATK - Stopmap 10 buah 1.000,- 10.000,-

- Penjilidan 4 kali 15.000,- 60.000,-


Proposal
- Jilid Proposal 4 kali 15.000,- 60.000,-
Perbaikan
- Jilid Laporan 4 kali 15.000,- 60.000,-
Seminar
- Jilid laporan 4 kali 15.000,- 60.000,-
final
- Flashdisk 1 buah 90.000,- 90.000,-

- Zipper file 1828 4 buah 13.000,- 52.000,-

Pengolaha 4x
n dan Pengolahan dan pengujia
100.000,- 800.000,-
Analisis Analisis Data n dengan
Data 8 sampel
Pengolahan dan
Laporan Penyusunan 1 Paket 45.000,- 45.000,-
Laporan
Sub Total (Rp) 1.437.000,-

TOTAL ANGGARAN DIBUTUHKAN (Rp) 5.005.000,-

18
BAB IV
HARAPAN

1. Dari pembuatan alat perangkap lemak dan variasi saringan Pasir ini, alat yang
dibuat dapat dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.
2. Alat yang dibuat dapat menurunkan kadar lemak minyak dan kandungan surfaktan
pada limbah cuci sepeda motor sehingga tidak mencemari lingkungan.
3. Alat perangkap lemak dan variasi saringan pasir ini dapat dipergunakan sesuai
dengan fungsinya di tempat Jasa Pencucian Motor.

19

Anda mungkin juga menyukai