2015
ISSN 2085-1677
ABSTRAK
PENDAHULUAN
181
Jurnal Poltekkes Jambi Vol XIII Nomor 3 Edisi Oktober 2015
wadahnya dan dibiarkan, lalu tercecer antara lain : limbah padat dan limbah cair.
dimana-mana, begitu juga bahan buangan Limbah B3 padat meliputi limbah logam
seperti air aki bekas, pelarut cat, cairan yang dihasikan dari kegiatan usaha
pembersih yang semuanya menganggu perbengkelan seperti skrup, potongan
kesehatan, tetapi semuanya dibuang logam, lap kain yang terkontaminasi oleh
sembarangan (De Rozal,1996). pelumas bekas maupun pelarut bekas.
Ada tiga penyebab yang membuat Sedangkan limbah cair meliputi oli bekas,
bengkel tampil kotor yaitu pertama, pelarut atau pembersih, H2SO4 dari aki
sumber daya manusianya kurang bekas. Jumlah timbulan Limbah B3
memahami kegiatan kerja perbengkelan. Bengkel digunakan untuk mengetahui
Akibatnya sering terjadi kesalahan seberapa besar volume yang dibutuhkan
prosedur reparasi dan servis. Kedua, perhari untuk menampung limbah B3 yang
penataan ruangan yang kurang baik. dihasilkan. Jumlah timbulan rata – rata
Ukuran ruangan tidak dirancang sesuai dikategorikan berdasarkan jumlah
standar, tetapi apa adanya. Ini menganggu pelanggan dari bengkel tersebut.
pekerjaan yang seharusnya bisa cermat, Jumlah timbulan limbah oli bekas
tidak ceroboh dan tidak asal-asalan. dan botol bekas oli sebanding dengan
Ketiga, kesadaran lingkungan yang amat kategori bengkel, dimana semakin ramai
rendah, kurangnya pemahaman akan arti bengkel tersebut maka jumlah timbulan
pentingnya kesehatan lingkungan, yang dihasilkan juga akan semakin besar.
sehingga mereka tidak mempedulikan Pencemaran oli bekas dapat terjadi
bahaya limbah terhadap lingkungan dan dikarenakan tidak adanya sistem yang
pada akhirnya akan berimbas ke manusia baku mengenai pengelolaan minyak
juga. Dampak dari ketiga kekurangan pelumas bekas terutama dari bengkel–
tersebut, akibatnya bengkel mudah sekali bengkel kendaraan bermotor. Selain oli
menimbulkan pencemaran terhadap udara, bekas limbah bengkel lain yang dapat
air, dan tanah di sekitarnya (De menyebabkan terjadinya pencemaran
Rozal,1996). adalah tidak adanya pengelolaan limbah
Salah satu limbah yang sering aki bekas, sehingga dapat mencemari
dihasilkan dari kegiatan perbengkelan lingkungan karena mengandung kadar
adalah limbah cair. Limbah cair dari usaha timbal yang tinggi. Limbah timbal yang
perbengkelan dapat berupa oli bekas, mencemari perairan dapat menyebabkan
bahan ceceran, pelarut/pembersih dan air. adanya kandungan timbal di dalam darah
Bahan pelarut/pembersih pada umumnya warga yang menggunakan air tersebut dan
mudah sekali menguap, sehingga akan membahayakan kesehatan. Toleransi
keberadaannya dapat menimbulkan untuk kadar timbal dalam darah standar
pencemaran terhadap udara. Terhirupnya WHO sebesar 10 mikrogram per desiliter
bahan pelarut juga dapat menimbulkan (Mukhlishoh,2012).
gangguan terhadap pernafasan para Bahaya polutan/limbah diperparah
pekerja. Bahan bakar merupakan cairan dengan adanya paparan timah hitam atau
yang mudah terbakar oleh nyala api, dan timbal (Pb) karena bensin yang sekarang
juga merupakan bahan yang mudah sekali ini masih mengandung zat itu. Timbel
terbawa oleh aliran air. Bahan bakar merupakan bahan aktif dalam bensin
bensin mudah sekali menguap dan sebagai anti-knocking yang digunakan
terhirup oleh para pekerja. Air limbah dari sejak 1920-an. Dalam bentuk Tetra Etil
usaha perbengkelan banyak Lead (TEL), timbel meningkatkan nilai
terkontaminasi oleh oli (minyak pelumas), oktan bensin serta berfungsi sebagai
gemuk dan bahan bakar. Air yang sudah pelumas dudukan katup kendaraan
terkontaminasi akan mengalir mengikuti bermotor (Saleh,2010). Timbal (Pb) sangat
saluran yang ada, sehingga air ini mudah berbahaya bagi kesehatan karena
sekali untuk menyebarkan bahan-bahan cenderung untuk terakumulasi dalam
kontaminan yang terbawa olehnya jaringan tubuh serta meracuni jaringan
(Saleh,2010). syaraf. Intoksikasi terjadi melalui jalur oral,
Pada penelitian Mukhlishoh (2012) lewat makanan, minuman, pernafasan,
limbah yang dihasilkan dari kegiatan lewat kulit, lewat mata dan lewat parenteral
bengkel dikategorikan sebagai limbah B3 (Widowati, 2008).
(Bahan Beracun dan Berbahaya). Limbah Penurunan kualitas air tanah dapat
B3 yang dihasilkan dari usaha bengkel juga disebabkan oleh masuknya bahan-
182
Analisis Kandungan Timbal (Pb) pada Limbah Cair Bengkel.....
2015
Erpina SM Nadeak, Novian Aldo, Hevi Horiza
183
Jurnal Poltekkes Jambi Vol XIII Nomor 3 Edisi Oktober 2015
184
Analisis Kandungan Timbal (Pb) pada Limbah Cair Bengkel.....
2015
Erpina SM Nadeak, Novian Aldo, Hevi Horiza
tidak dilengkapi dengan saluran air limbah. titik pengambilan sampel yaitu Titik 1
Air limbah dibiarkan merembes di lantai (Tempat penampungan oli bekas); Titik 2
dan mengalir begitu saja. (Air Limpasan / ceceran / bekas cuci
Berdasarkan data yang diperoleh di karbo); Titik 3 (Drainase), selanjutnya
lapangan, penilaian untuk ketiga bengkel sampel dibawa ke Balai Teknik Kesehatan
tersebut kurang yaitu dengan nilai <55%. Lingkungan dan Pemberantasan Penyakit
Hal ini berdasarkan penilaian dari tahap Menular (BTKL PPM) Kelas I Batam untuk
penampungan limbah oli yang dihasilkan dilakukan pemeriksaan kandungan logam
oleh masing-masing bengkel, bangunan berat Timbal (Pb) dengan 3 kali ulangan.
tempat limpasan limbah oli yang dihasilkan Hasil yang diperoleh adalah sebagai berikut
serta saluran air limbah yang dimiliki. (Tabel 1).
185
Jurnal Poltekkes Jambi Vol XIII Nomor 3 Edisi Oktober 2015
Tabel. 1. Kandungan Logam Berat Timbal (Pb) pada Limbah Cair Kendaraan Bermotor Di
Kota Tanjungpinang
Baku Mutu
HASIIL ANALISIS KANDUNGAN TIMBAL (Pb) (mg/l)
SAMPEL (mg/l)
C1 C2 C3 Rata-rata I II
BENGKEL 1
Titik 1 (Tempat Penampungan oli) 0,0563 0,0624 0,0624 0,0624
Titik 2 (Air limpasan/ceceran/bekas cuci karbo) 1,7847 1,797 1,8155 1,7970
Titik 3 (Drainase) 0,1365 0,1427 0,1242 0,1365
BENGKEL 2
Titik 1 (Tempat Penampungan oli) 0,1242 0,1427 0,1365 0,1365
0,1 1
Titik 2 (Air limpasan/ceceran/bekas cuci karbo) 0,6983 0,7415 0,7044 0,7168
Titik 3 (Drainase) 0,1736 0,1736 0,1797 0,1736
BENGKEL 3
Titik 1 (Tempat Penampungan oli) 0,1921 0,1859 0,1982 0,1921
Titik 2 (Air limpasan/ceceran/bekas cuci karbo) 0,4266 0,4328 0,3958 0,4205
Titik 3 (Drainase) 0,1921 0,2168 0,2229 0,2106
Sumber: Hasil Pengukuran Laboratorium dan Keputusan Kepala Bapedal No. 3 Tahun 1995 tentang
persyaratan teknis pengolahan limbah B3
Keterangan:
C1 = Hasil analisis pertama
C2 = Ulangan hasil analisis kedua
C3= Ulangan hasil analisis ketiga
186
Analisis Kandungan Timbal (Pb) pada Limbah Cair Bengkel.....
2015
Erpina SM Nadeak, Novian Aldo, Hevi Horiza
187
Jurnal Poltekkes Jambi Vol XIII Nomor 3 Edisi Oktober 2015
limbah cair bengkel tersebut. Baik itu yang jernih kembali dan zat-zat pengotornya
menandakan bahwa limbah tersebut dapat berikatan dengan TEA yang
bersifat korosif, mudah menguap ataupun ditambahkan. Keuntungan lain yang
mudah terbakar. diperoleh dengan adanya perlakuaan
menggunakan TEA adalah limbah cair
1. Persyaratan Bangunan Penyimpanan tersersebut terutama Oli bekas dapat
Limbah B3 digunakan kembali sebagai bahan bakar
pada peleburan Alumunium
Berdasarkan hasil observasi yang (Raharjo,2007). Bahan lain yang dapat
dilakukan dilapangan pada tiga bengkel digunakan untuk mengurangi tingkat
tersebut, belum ada ruang khusus untuk pencemaran yang disebabkan oleh limbah
penyimpanan limbah sisa penggunaan dan cair bengkel adalah dengan menggunakan
perawatan sepeda motor. Padahal pada metode Acid Clay Treatment. Dimana
limbah terebut terdapat juga bahan metode ACT ini dapat menurunkan
berbahaya dan beracun. Lantai dari ruang kandungan logam Timbal (Pb) pada limbah
pengolahan limbah cair bengkel tersebut cair bengkel sampai 56,71% (Pratiwi,
telah memenuhi belum memenuhi syarat 2013).
yaitu karena belum memiliki lantai yang
kedap terhadap minyak pelumas bekas,
dan tidak bergelombang (Kep-
255/Bapedal/08/1996). KESIMPULAN DAN SARAN
Pengelolaan limbah cair bengkel
seharusnya dilakukan untuk mengurangi Berdasarkan hasil penelitian maka
kontaminan yang terdapat dalam limbah dapat ditarik kesimpulan bahwa
cair sehingga dapat dimanfaatkan pengelolaan limbah cair bengkel
lagi,serta tidak menganggu lingkungan jika kendaraan bermotor pada sampel masih
dibuang ke badan air penerima.(Rahim,J, belum memenuhi standar pengolahan
2006) limbah bengkel dan limbah B3 yang telah
diatur dalam Keputusan Kepala Bapedal
2. Kandungan Logam Berat Timbal (Pb) No. 1, 3 dan 5 tahun 1995 dan Keputusan
pada Limbah cair Bengkel Kepala Bapedal No. 255 tahun 1996. pH
Kendaraan Bermotor dari limbah cair tersebut ada yang belum
memenuhi syarat yang ditetapkan dalam
Diperolehnya data tentang adanya Keputusan Kepala Bapedal No 3 yaitu ada
kandungan logam Timbal pada sampel pH yang 10 dan 11, suhu dari limbah
limbah cair bengkel yang melebihi nilai cairnya masih memenuhi standar dan
ambang batas. semakin diperkuat oleh kadar logam Timbal (Pb) ada yang
penelitian Mukhlishoh (2012) yang melebihi ambang batas yang telah
menjelaskan bahwa limbah bengkel ditentukan dalam Keputusan Kepala
dikategorikan sebagai limbah Bahan Bapedal No. 3 Tahun 1995 yaitu pada titik
Berbahaya dan Beracun (B3) karena kedua 1,7970; 0,7168 dan 0,4205 mg/L
Timbal merupakan kelompok logam sedangkan pada titik pertama dan ketiga
berbahaya. Jika limbah cair bengkel tetap hampir mendekati nilai ambang batas.
tidak dikelola dengan baik maka akan Diharapkam agar hasil penelitian
banyak dampak negative yang ini dapat dilanjutkan dan dikembangkan
bermunculan diantaranya: menyebabkan misalnya menambahkan parameter kimia
ganguan pada sistem reproduksi, sistem lainnya untuk dilakukan pemeriksaan, atau
saraf, sitem urinaria sistem endokrin dan melakukan analisis pencemar pada
efek-efek keracunan lainnya sumber air pada pemukiman disekitar
(Widowati,2008). bengkel. Bengkel sebaiknya melakukan
Tingginya kandungan logam treatment pengolahan limbah cair bengkel
Timbal (Pb) pada sampel limbah cair seperti menggunakan TEA (Tetra Ethyl
bengkel kendaraan bermotor dapat Amin) agar limbah cairnya jernih dan dapat
diminimalisir dengan melakukan beberapa dimanfaatkan kembali untuk bahan bakar
treatment atau perlakuan pada sampel peleburan logam Alumunium atau dapat
limbah cair tersebut diantaranya dengan menggunakan metode Acid Clay
menggunakan Tetra Ethyl Amin (TEA) Treatment, dimana hal ini juga memiliki
dimana limbah cair bengkel tersebut bisa nilai ekonomis tambahan atau penjernihan
188
Analisis Kandungan Timbal (Pb) pada Limbah Cair Bengkel.....
2015
Erpina SM Nadeak, Novian Aldo, Hevi Horiza
189