Anda di halaman 1dari 9

Jurnal Poltekkes Jambi Vol XIII Nomor 3 Edisi Oktober

2015
ISSN 2085-1677

ANALISIS KANDUNGAN TIMBAL (Pb) PADA LIMBAH CAIR BENGKEL


KENDARAAN BERMOTOR DI KOTA TANJUNGPINANG TAHUN 2014

Erpina SM Nadeak, Novian Aldo, Hevi Horiza


Dosen Jurusan Kesehatan Lingkungan Poltekkes Kemenkes Tanjungpinang

ABSTRAK

Peningkatan penggunaan kendaraan bermotor diakibatkan oleh meningkatnya kebutuhan


masyarakat terhadap alat transportasi untuk mendukung kegiatan ekonomi masyarakat. Transportasi darat
merupakan alat transportasi yang paling banyak digunakan masyarakat, khususnya kendaraan bermotor
yang menggunakan bahan bakar minyak (bahan bakar fosil) sebagai energy penggerak Kondisi tersebut
menyebabkan peningkatan jumlah tempat perbaikan dan perawatan kendaraan bermotor yang di sebut
sebagai bengkel. Bengkel Kendaraan Bermotor berpotensi untuk menghasilkan limbah yang berbahaya
bagi lingkungan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis kandungan timbal (Pb) pada limbah
cair dari bengkel kendaraan bermotor di Tanjungpinang tahun 2014 dengan melihat gambaran
pengelolaan limbah cair dan pemeriksaan kandungan timbal (Pb) pada limbah cair bengkel kendaraan
bermotor
Desain Penelitian Observasional dengan Jenis penelitian Cross Sectional dan pengambilan
sampel dengan teknik Purposive Sampling dimana sampel yang digunakan adalah 3 buah bengkel
kendaraan bermotor dimana pengambilan sampel dilakukan berdasarkan SNI 6989.59.2008 . Analisis
kandungan logam timbal menggunakan alat AAS .
Hasil penelitian menunjukkan pengelolaan limbah cair bengkel kendaraan bermotor belum
memenuhi persyaratan dan pemeriksaan kandungan logam Timbal (Pb) untuk 3 sampel bengkel DIM,
BJM dan RB menunjukkan adanya kandungan timbal (Pb) yang melebihi ambang batas yang ditetapkan
dalam Keputusan Kepala Bapedal No. 3 Tahun 1995 yaitu 1,7970; 0,7168; 0,4205 mg/L dan keputusan
No. 225 tahun 1996. Saran penelitian ini adalah agar dilakukan pengembangan penelitian, peningkatan
pengelolaan kebersihan bengkel dan pengawasan secara berkala oleh pihak Badan Lingkungan Hidup.

Kata Kunci: Limbah Cair, Bengkel, Logam Timbal (Pb)

PENDAHULUAN

Semakin meningkatnya bengkel. Bengkel umum kendaraan


penggunaan kendaraan bermotor bermotor adalah bengkel yang berfungsi
diakibatkan karena semakin meningkatnya untuk memperbaiki dan merawat
kebutuhan masyarakat akan alat kendaraan bermotor agar tetap memenuhi
transportasi sebagai pendukung kegiatan persyaratan teknis dan layak jalan
ekonomi masyarakat, baik kendaraan (Kepmenperindag,1999). Oleh sebab itu
bermotor maupun kendaraan tidak tidaklah mengherankan jika jumlah
bermotor, alat transportasi kendaraan bengkel semakin banyak dan beragam
bermotor di darat merupakan alat jenisnya, khususnya di kota-kota besar di
transportasi yang paling banyak digunakan Indonesia (De Rozal,1996)
masyarakat, terutama kendaraan bermotor Seseorang selalu membayangkan
dengan bahan bakar minyak (bahan bakar bahwa bengkel berkesan kotor, hiruk-
fosil) sebagai energi penggerak (Tim KSS- pikuk, berlumuran minyak dan kumuh.
Puspa Swara,1994). Hampir setiap hari bengkel membuang
Penggunaan kendaraan bermotor limbah oli bekas yang kotor dan berlumpur.
yang terus meningkat tentu juga Oli yang masih baru memang ditangani
mengakibatkan bertambahnya jumlah sangat berhati-hati jangan sampai ada
tempat untuk perbaikan dan perawatan yang tercecer, tetapi oli bekas biasanya
kendaraan bermotor, yang disebut sebagai ditangani ceroboh, sering terguling dari

181
Jurnal Poltekkes Jambi Vol XIII Nomor 3 Edisi Oktober 2015

wadahnya dan dibiarkan, lalu tercecer antara lain : limbah padat dan limbah cair.
dimana-mana, begitu juga bahan buangan Limbah B3 padat meliputi limbah logam
seperti air aki bekas, pelarut cat, cairan yang dihasikan dari kegiatan usaha
pembersih yang semuanya menganggu perbengkelan seperti skrup, potongan
kesehatan, tetapi semuanya dibuang logam, lap kain yang terkontaminasi oleh
sembarangan (De Rozal,1996). pelumas bekas maupun pelarut bekas.
Ada tiga penyebab yang membuat Sedangkan limbah cair meliputi oli bekas,
bengkel tampil kotor yaitu pertama, pelarut atau pembersih, H2SO4 dari aki
sumber daya manusianya kurang bekas. Jumlah timbulan Limbah B3
memahami kegiatan kerja perbengkelan. Bengkel digunakan untuk mengetahui
Akibatnya sering terjadi kesalahan seberapa besar volume yang dibutuhkan
prosedur reparasi dan servis. Kedua, perhari untuk menampung limbah B3 yang
penataan ruangan yang kurang baik. dihasilkan. Jumlah timbulan rata – rata
Ukuran ruangan tidak dirancang sesuai dikategorikan berdasarkan jumlah
standar, tetapi apa adanya. Ini menganggu pelanggan dari bengkel tersebut.
pekerjaan yang seharusnya bisa cermat, Jumlah timbulan limbah oli bekas
tidak ceroboh dan tidak asal-asalan. dan botol bekas oli sebanding dengan
Ketiga, kesadaran lingkungan yang amat kategori bengkel, dimana semakin ramai
rendah, kurangnya pemahaman akan arti bengkel tersebut maka jumlah timbulan
pentingnya kesehatan lingkungan, yang dihasilkan juga akan semakin besar.
sehingga mereka tidak mempedulikan Pencemaran oli bekas dapat terjadi
bahaya limbah terhadap lingkungan dan dikarenakan tidak adanya sistem yang
pada akhirnya akan berimbas ke manusia baku mengenai pengelolaan minyak
juga. Dampak dari ketiga kekurangan pelumas bekas terutama dari bengkel–
tersebut, akibatnya bengkel mudah sekali bengkel kendaraan bermotor. Selain oli
menimbulkan pencemaran terhadap udara, bekas limbah bengkel lain yang dapat
air, dan tanah di sekitarnya (De menyebabkan terjadinya pencemaran
Rozal,1996). adalah tidak adanya pengelolaan limbah
Salah satu limbah yang sering aki bekas, sehingga dapat mencemari
dihasilkan dari kegiatan perbengkelan lingkungan karena mengandung kadar
adalah limbah cair. Limbah cair dari usaha timbal yang tinggi. Limbah timbal yang
perbengkelan dapat berupa oli bekas, mencemari perairan dapat menyebabkan
bahan ceceran, pelarut/pembersih dan air. adanya kandungan timbal di dalam darah
Bahan pelarut/pembersih pada umumnya warga yang menggunakan air tersebut dan
mudah sekali menguap, sehingga akan membahayakan kesehatan. Toleransi
keberadaannya dapat menimbulkan untuk kadar timbal dalam darah standar
pencemaran terhadap udara. Terhirupnya WHO sebesar 10 mikrogram per desiliter
bahan pelarut juga dapat menimbulkan (Mukhlishoh,2012).
gangguan terhadap pernafasan para Bahaya polutan/limbah diperparah
pekerja. Bahan bakar merupakan cairan dengan adanya paparan timah hitam atau
yang mudah terbakar oleh nyala api, dan timbal (Pb) karena bensin yang sekarang
juga merupakan bahan yang mudah sekali ini masih mengandung zat itu. Timbel
terbawa oleh aliran air. Bahan bakar merupakan bahan aktif dalam bensin
bensin mudah sekali menguap dan sebagai anti-knocking yang digunakan
terhirup oleh para pekerja. Air limbah dari sejak 1920-an. Dalam bentuk Tetra Etil
usaha perbengkelan banyak Lead (TEL), timbel meningkatkan nilai
terkontaminasi oleh oli (minyak pelumas), oktan bensin serta berfungsi sebagai
gemuk dan bahan bakar. Air yang sudah pelumas dudukan katup kendaraan
terkontaminasi akan mengalir mengikuti bermotor (Saleh,2010). Timbal (Pb) sangat
saluran yang ada, sehingga air ini mudah berbahaya bagi kesehatan karena
sekali untuk menyebarkan bahan-bahan cenderung untuk terakumulasi dalam
kontaminan yang terbawa olehnya jaringan tubuh serta meracuni jaringan
(Saleh,2010). syaraf. Intoksikasi terjadi melalui jalur oral,
Pada penelitian Mukhlishoh (2012) lewat makanan, minuman, pernafasan,
limbah yang dihasilkan dari kegiatan lewat kulit, lewat mata dan lewat parenteral
bengkel dikategorikan sebagai limbah B3 (Widowati, 2008).
(Bahan Beracun dan Berbahaya). Limbah Penurunan kualitas air tanah dapat
B3 yang dihasilkan dari usaha bengkel juga disebabkan oleh masuknya bahan-

182
Analisis Kandungan Timbal (Pb) pada Limbah Cair Bengkel.....
2015
Erpina SM Nadeak, Novian Aldo, Hevi Horiza

bahan pencemar yang dikeluarkan oleh penelitian Cross-sectional yaitu variabel


bengkel ke dalam tanah maupun ke dalam bebas dan variabel terikat diambil secara
selokan. Beberapa jenis bakteri dan bahan bersamaan. Dimana variabel bebas adalah
partikel kecil biasanya mencemari air pengelolaan limbah cair bengkel (Tahap
permukaan dan dapat tersaring oleh tanah penampungan, bangunan empat limpasan,
sehingga menjadi cukup bersih di dalam saluran air limpasan) dan limbah cair
air tanah. Akan tetapi, bila mana bengkel kendaraan bermotor sedangkan
pencemarannya sangat berat dan melebihi variabel terikat adalah gambaran
kapasitas filtrasi tanah terhadap air yang pengelolaan limbah cair bengkel
tercemar, maka daya filtrasi tanah akan kendaraan bermotor dan kandungan
menurun (Sumadi, 2008). logam berat Timbal (Pb) pada limbah cair
Penelitian ini mengambil sampel bengkel kendaraan bermotor di Kota
limbah cair dari 3 (Tiga) bengkel Tanjungpinang. Penelitian ini merupakan
kendaraan bermotor dengan kriteria yang jenis penelitian survei dengan pendekatan
sudah ditentukan oleh peneliti. studi analitik.
Pengambilan sampel dilakukan Populasi dalam penelitian ini
berdasarkan SNI 6989.59.2008 tentang adalah bengkel kendaraan bermotor di
Metode Pengambilan Contoh Air Limbah. Kota Tanjungpinang. Pengambilan sampel
Pengambilan sampel air dilakukan dengan menggunakan teknik purposive sampling
menggunakan botol sampling yang bersih yaitu pengambilan sampel secara
dan dilakukan secara berkala sebanyak 3 purposive didasarkan pada suatu
kali. pertimbangan tertentu. Pertimbangan yang
Menurut observasi peneliti, Kota diambil berdasarkan tujuan dari penelitian
Tanjungpinang juga memiliki industri agar memperoleh hasil yang sesuai
perbengkelan yang berkembang pesat. Hal dengan penelitian. Pengambilan sampel
ini dapat diamati dengan menjamurnya limbah cair bengkel kendaraan bermotor
jumlah bengkel kendaraan bermotor baik dilakukan pada 3 bengkel, di 3 titik yaitu
yang memiliki perizinan resmi dan ada titik dimana limbah cair bengkel ditampung
juga yang tidak memiliki izin resmi dari ataupun dibuang. Sampel ditentukan
pemerintah. Peneliti menemukan di dengan metode selektif sampel yang
lapangan bahwa ada bengkel kendaraan memenuhi kriteria: sampel diperoleh dari
bermotor yang beroperasi pagi hingga sore bengkel yang ramai dikunjungi konsumen /
hari dan pada malam hari area sekitar pelanggan; bengkel aktif beroperasi setiap
bengkel difungsikan sebagai tempat hari dan termasuk ke dalam bengkel tipe B
penjualan makanan, hal ini tentulah dapat (kegiatan bengkel berupa service dan ganti
menganggu Higiene dan Sanitasi oli); bengkel berada dekat dengan
penjualan makanan tersebut. Pemeriksaan kawasan pemukiman serta bengkel
terhadap kualitas limbah bengkel juga bersedia dijadikan lokasi penelitian.
belum pernah dilakukan oleh Instansi Langkah-langkah yang dilakukan dalam
Pemerintah Kota Tanjungpinang, persiapan pengambilan sampel adalah
sementara limbah yang dihasilkan oleh sebagai berikut: Pemetaan lokasi
bengkel kendaraan bermotor sangat sampling, persiapan alat pengambil
berpotensi untuk mencemari lingkungan. sampel (botol sampel,meteran), pencucian
wadah dengan sampel sehingga bersih
dan siap pakai, pengambilan sampel
BAHAN DAN PROSEDUR KERJA sesuai dengan peruntukan analisis.
Persiapan peralatan pendukung
Penelitian dilakukan dengan seperti : Blangko (laporan), kotak
pengamatan/observasi di tiga bengkel pendingin (bila di perlukan).
kendaraan bermotor Kota Tanjungpinang, Metoda pengambilan sampel
sedangkan Analisis laboratorium dilakukan berdasarkan SNI 6989.59.2008 tentang
di BTKL PPM kelas I Batam menggunakan metoda pengambilan contoh air limbah.
Atomic Absorption Spectrofotometer (AAS) Wadah penyimpanan sampel
merk Shimadzu AA-7000. Waktu penelitian menggunakan botol plastik dengan volume
dilaksanakan dari bulan September- sampel ±1 liter. Pengambilan sampel di
November 2014. Penelitian ini merupakan lakukan 1 (satu) kali di setiap titik
penelitian Observasional, dengan desain sampling.

183
Jurnal Poltekkes Jambi Vol XIII Nomor 3 Edisi Oktober 2015

Alat dan bahan yang digunakan Kebersihan/housekeeping bengkel kurang


dalam penelitian ini adalah: diperhatikan karena kondisi bengkel yang
1. Alat : Oven, kertas saring, Unit Atomic berserakan dan kotor, dimana lantai dan
Absorption Spectrofotometer (AAS) dinding berwarna hitam bekas rembesan
merk Shimadzu AA-7000, erlemeyer, pH limbah oli, sampah-sampah bekas hasil
meter, Indikator universal, Labu takar, buangan bengkel yang berserakan serta
Botol plastik peralatan bengkel yang berserakan.
2. Bahan : Sampel air tambak, Standard Bengkel DIM tidak memiliki saluran air
Logam SRM (Standard Reference limbah.
material), HNO3 pekat, pelarut organik,
aquades, kertas saring Whatman, 2. Bengkel BJM
Kertas Label.
Pengemasan penampungan limbah
oli yang dilakukan pertama kali yaitu oli
bekas diletakan dalam ember dalam
HASIL DAN PEMBAHASAN keadaan terbuka. Disekitar ember tersebut
terdapatnya limpasan dan tumpahan
a. Gambaran Pengelolaan Limbah Cair limbah oli. Selanjutnya oli disimpan dalam
Bengkel Kendaraan Bermotor Di Kota drum dalam kondisi terbuka dan berkarat
Tanjungpinang serta drum tidak dilengkapi dengan simbol
atau label limbah B3. Drum tersebut
Berdasarkan hasil pengamatan di diletakan di depan bengkel persis di bawah
lapangan diperoleh gambaran pengelolaan pinggiran atap sehingga limbah oli tersebut
limbah cair dari 3 sampel bengkel kendaraan terkena sinar matahari dan air hujanpun
bermotor di Kota Tanjungpinang sebagai dapat merembes ke dalam drum tersebut.
berikut: Bangunan bengkel BJM memiliki
lantai yang kedap air namun kondisi
1. Bengkel DIM bengkel kurang bersih hal ini terlihat
dengan kondisi lantai dan dinding yang
Pada bengkel DIM pengemasan kotor berwarna hitam terkena rembesan
dan penampungan limbah oli yang limbah oli. Keadaan bengkel yang kurang
dilakukan oleh bengkel DIM tahap pertama bersih dimana adanya sampah yang
oli bekas diletakkan di dalam ember plastik berserakan serta peralatan bengkel yang
dalam keadaan terbuka. Disekitar ember tidak dirapikan letak dan tempatnya.
tersebut terdapat tumpahan dan rembesan Bengkel BJM tidak dilengkapi dengan
oli. Setelah ember tersebut penuh maka saluran air limbah.
limbah oli dipindahkan ke dalam jerigen.
Pemindahan yang dilakukan kurang baik, 3. Bengkel RB
hal ini terlihat dari banyaknya tumpahan oli
di lantai. Apabila jerigen-jerigen tersebut Sama halnya dengan bengkel yang
telah penuh maka selanjutnya oli bekas dibahas sebelumnya, Bengkel RB
tersebut disimpan dalam drum, akan tetapi melakukan penampungan limbah oli yang
drum tersebut dalam kondisi berkarat. dihasilkan pertama dengan
Masing-masing tempat penampungan menampungnya di ember terbuka
tersebut tidak dilengkapi dengan simbol kemudian di tampung ke dalam drum besi
ataupun label limbah B3. Kondisi tempat tanpa adanya diberi simbol atau label
penampungan limbah oli dalam keadaan limbah B3. Kondisi drum tempat
tidak bocor namun tempat penampungan penampungan oli dalam keadaan berkarat
tersebut diletakkan di luar, pada bagian dan drum tersebut diletakkan di depan
samping bangunan bengkel di pinggiran bengkel yang terkena sinar matahari
atap bangunan, dimana drum tersebut langsung serta dapat masuk air hujan
terkena sinar matahari dan air hujanpun karena drum tersebut diletakan di sekitar
dapat merembes bahkan masuk kedalam pinggiran atap bangunan bengkel.
tempat penampungan limbah oli tersebut Bengkel RB memiliki lantai
karena drum tidak dilengkapi penutup. bangunan yang kedap air namun keadaan
Lantai tempat limpasan oli di dan kondisi bengkel tidak terkelola dengan
bengkel tersebut kedap air namun baik dimana peralatan bengkel berserakan
kebersihan lantai tidak terjaga dengan baik. dan alat bengkel tidak tertata rapi. Bengkel

184
Analisis Kandungan Timbal (Pb) pada Limbah Cair Bengkel.....
2015
Erpina SM Nadeak, Novian Aldo, Hevi Horiza

tidak dilengkapi dengan saluran air limbah. titik pengambilan sampel yaitu Titik 1
Air limbah dibiarkan merembes di lantai (Tempat penampungan oli bekas); Titik 2
dan mengalir begitu saja. (Air Limpasan / ceceran / bekas cuci
Berdasarkan data yang diperoleh di karbo); Titik 3 (Drainase), selanjutnya
lapangan, penilaian untuk ketiga bengkel sampel dibawa ke Balai Teknik Kesehatan
tersebut kurang yaitu dengan nilai <55%. Lingkungan dan Pemberantasan Penyakit
Hal ini berdasarkan penilaian dari tahap Menular (BTKL PPM) Kelas I Batam untuk
penampungan limbah oli yang dihasilkan dilakukan pemeriksaan kandungan logam
oleh masing-masing bengkel, bangunan berat Timbal (Pb) dengan 3 kali ulangan.
tempat limpasan limbah oli yang dihasilkan Hasil yang diperoleh adalah sebagai berikut
serta saluran air limbah yang dimiliki. (Tabel 1).

b. Hasil Pengukuran parameter Pengelolaan Limbah Cair Bengkel


Lapangan Suhu pada Sampel
Limbah Cair bengkel Kendaraan Berdasarkan hasil observasi yang
bermotor dilakukan pada 3 bengkel sepeda motor
diperoleh data tentang pengelolaan limbah
Pengukuran suhu sampel limbah cair yang dihasilkan oleh aktivitas pada
cair bengkel kendaraan bermotor dilakukan bengkel tersebut. Limbah cair yang
pada saat di lapangan yaitu setelah sampel dihasilkan oleh berbagai aktivitas di
limbah cair ditampung dalam botol sampel. bengkel tersebut termasuk ke dalam
Pengukuran suhu dilakukan dengan kategori limbah B3. Dimana tentang tata
menggunakan alat pengukur suhu cara dan persyaratan teknis penyimpanan
Termometer. dan pengumpulan limbah B3 tersebut diatur
Dari hasil pengukuran parameter dalam Keputusan Kepala Bapedal No. 1
suhu sampel limbah cair bengkel Tahun 1995 dan Keputusan Kepala
kendaraan bermotor diperoleh suhu Bapedal No. 5 Tahun 1995 tentang Simbol
berkisar antara 33-340C, nilai ini masih dan Label Limbah B3.
memenuhi nilai baku mutu suhu yaitu 380C.
1. Persyaratan Pengemasan/Pewadahan
c. Hasil Pengukuran Parameter Limbah B3
Lapangan pH Sampel Limbah Cair
Bengkel Kendaraan Bermotor Persyaratan pengemasan limbah
B3 adalah sebagai berikut:
Pengukuran pH sampel limbah cair 1) Kemasan berupa drum, tong atau bak
bengkel kendaraan bermotor dilakukan container yang digunakan
pada saat di lapangan yaitu setelah sampel harus:Dalam kondisi baik, tidak bocor,
limbah cair ditampung dalam botol sampel. tidak berkarat atau rusak; Terbuat dari
Pengukuran pH dilakukan dengan bahan yang cocok dengan
menggunakan alat pengukur pH yaitu karakteristik limbah B3 yang akan
menggunakan pH Indikator Universal. disimpan; Mampu mengamankan
Dari hasil pengukuran parameter limbah yang disimpan di dalamnya;
pH sampel limbah cair bengkel kendaraan Memiliki penutup yang kuat untuk
bermotor diperoleh pH berkisar antara 6- mencegah terjadinya tumpahan saat
11. Beberapa sampel dengan hasil dilakukannya pemindahan atau
pengukuran melebihi nilai ambang batas pengangkutan.
pH yaitu 6,0-9,0 yaitu nilai pH untuk sampel 2) Kemasan yang digunakan untuk
titik 1 bengkel 1 dengan nilai pH rata-rata pengemasan limbah dapat berupa
10 dan sampel titik 2 bengkel II dengan tong/drum yang bervolume 50 Liter,
nilai pH rata-rata 11. 100 Liter atau 200 Liter, atau dapat
juga berupa bak kontainer berpenutup
d. Kandungan Logam Berat Timbal (Pb) dengan kapasitas 2 M3, 4 M3 atau 8 M3
pada Sampel Limbah Cair Bengkel 3) Limbah B3 yang disimpan dalam satu
Kendaraan Bermotor kemasan adalah limbah yang sama,
atau dapat disimpan bersama-sama
Pengambilan sampel limbah cair dengan limbah lain yang mempunyai
bengkel kendaraan bermotor dilakukan di 3 karakteristik sama

185
Jurnal Poltekkes Jambi Vol XIII Nomor 3 Edisi Oktober 2015

Tabel. 1. Kandungan Logam Berat Timbal (Pb) pada Limbah Cair Kendaraan Bermotor Di
Kota Tanjungpinang
Baku Mutu
HASIIL ANALISIS KANDUNGAN TIMBAL (Pb) (mg/l)
SAMPEL (mg/l)

C1 C2 C3 Rata-rata I II
BENGKEL 1
Titik 1 (Tempat Penampungan oli) 0,0563 0,0624 0,0624 0,0624
Titik 2 (Air limpasan/ceceran/bekas cuci karbo) 1,7847 1,797 1,8155 1,7970
Titik 3 (Drainase) 0,1365 0,1427 0,1242 0,1365
BENGKEL 2
Titik 1 (Tempat Penampungan oli) 0,1242 0,1427 0,1365 0,1365
0,1 1
Titik 2 (Air limpasan/ceceran/bekas cuci karbo) 0,6983 0,7415 0,7044 0,7168
Titik 3 (Drainase) 0,1736 0,1736 0,1797 0,1736
BENGKEL 3
Titik 1 (Tempat Penampungan oli) 0,1921 0,1859 0,1982 0,1921
Titik 2 (Air limpasan/ceceran/bekas cuci karbo) 0,4266 0,4328 0,3958 0,4205
Titik 3 (Drainase) 0,1921 0,2168 0,2229 0,2106
Sumber: Hasil Pengukuran Laboratorium dan Keputusan Kepala Bapedal No. 3 Tahun 1995 tentang
persyaratan teknis pengolahan limbah B3
Keterangan:
C1 = Hasil analisis pertama
C2 = Ulangan hasil analisis kedua
C3= Ulangan hasil analisis ketiga

Gambar 1. Kurva kalibrasi Larutan Standar Logam Timbal (Pb)

4) Untuk mempermudah pengisian limbah sebelum kemudian dikemas


limbah ke dalam kemasan, serta agar dalam kemasan dengan memenuhi
lebih aman, limbah B3 dapat terlebih butir 2 di atas;
dahulu dikemas dalam kantong 5) Pengisian limbah B3 dalam satu
kemasan yang tahan terhadap sifat kemasan harus dengan

186
Analisis Kandungan Timbal (Pb) pada Limbah Cair Bengkel.....
2015
Erpina SM Nadeak, Novian Aldo, Hevi Horiza

mempertimbangkan karakteristik dan Dari 10 persyaratan pengemasan


jenis limbah, pengaruh pemuaian limbah B3 hanya ada beberapa poin saja
limbah, pembentukan gas dan yang dipenuhi oleh 3 bengkel sepeda
kenaikan tekanan selama motor yang menjadi sampel dalam
penyimpanan. penelitian ini.
6) Kemasan yang telah diisi atau terisi Pada bengkel DIM, BJM dan RB
penuh dengan limbah B3 harus: limbah oli bekasnya di tampung pada
ditandai dengan simbol dan label yang ember, tempat tersebut memenuhi
sesuai dengan ketentuan mengenai persyaratan (1) point (a) yaitu wadah yang
penandaan pada kemasan limbah B3; tidak bocor, akan tetapi tidak memenuhi
selalu dalam keadaan tertutup rapat pesyaratan (1) point wadah yang bertutup
dan hanya dapat dibuka jika akan (Kep-01/Bapedal/09/1995). Hal ini
dilakukan penambahan atau memungkinkan adanya tumpahan dari oli
pengambilan limbah dari dalamnya; tersebut ke lantai. Pada saat ember
disimpan di tempat yang memenuhi pemampungan telah penuh maka oli-oli
persyaratan untuk penyimpanan bekas tersebut di masukkan ke dalam
limbah B3 serta mematuhi tata cara jerigen, tetapi saat pemindahan dari ember
penyimpanannya. ke jerigen juga masih banyak ditemukan
7) Terhadap drum/tong atau bak tumpahan. Tumpahan-tumpahan tersebut
container yang telah berisi limbah B3 hanya dibiarkan begitu saja di lantai,
dan disimpan ditempat penyimpanan padahal menurut persyaratan (7)
harus dilakukan pemeriksaan kondisi tumpahan tersebut harus segera diangkat
kemasan sekurang-kurangnya 1 (satu) atau dibersihkan dan kemudian disimpan
minggu satu kali. dalam kemasan limbah yang terpisah.
8) Kemasan bekas mengemas limbah B3 Selain ember dan jerigen, tempat
dapat digunakan kembali untuk penampungan lain yang digunakan adalah
mengemas limbah B3 dengan drum. Akan tetapi drum yang digunakan
karakteristik:sama dengan limbah B3 tidak memenuhi persyaratan (1) yaitu
sebelumnya, atau saling cocok dengan tidak berkarat dan bertutup (Kep-
limbah B3 yang dikemas sebelumnya. 01/Bapedal/09/1995). Tidak adanya
9) Jika akan digunakan untuk mengemas penutup ini memungkinkan dapat
limbah B3 yang tidak saling cocok, terjadinya tumpahan yang menyebar
maka kemasan tersebut harus dicuci kemana-mana. Selain itu drum tersebut
bersih terlebih dahulu sebelum dapat diletakkan di luar ruangan dipinggir atap,
digunakan sebagai kemasan limbah sehingga limbah tersebut dapat menguap
B3 dengan memenuhi ketentuan butir karena terpapar sinar matahari yang dapat
pertama di atas. memungkinkan terjadinya reaksi-reaksi
10) Kemasan yang telah dikosongkan kimia dan pembentukan radikal karena
apabila akan digunakan kembali untuk sinar UV dari matahari yang bisa
mengemas limbah B3 lain dengan menimbulkan pencemaran udara. Jika hari
karakteristik yang sama, harus hujan maka air hujan akan dengan
disimpan ditempat penyimpanan mudahnya masuk ke dalam drum. Drum-
limbah B3. Jika akan digunakan untuk drum yang telah bercampur air hujan
menyimpan limbah B3 dengan tersebut bisa tumpah serta mengalir dan
karakteristik yang tidak saling sesuai meresap ke permukaan tanah. Jika hal ini
dengan sebelumnya, maka kemasan terus dibiarkan maka akan bisa
tersebut harus dicuci bersih terlebih menimbulkan pencemaran air tanah.
dahulu dan disimpan dengan Persyaratan lain yang harus
memasang “label KOSONG” sesuai diperhatikan dalam penampungan oli
dengan ketentuan penandaan bekas atau limbah cair bengkel yang
kemasan Limbah B3. mengandung B3 adalah memberi label
11) Kemasan yang telah rusak (bocor atau atau simbol pada setiap tempat atau
berkarat) dan kemasan yang tidak wadah penampungan (Kep-
digunakan kembali sebagai kemasan 05/Bapedal/1995). Akan tetapi
limbah B3 harus diperlakukan sebagai berdasarkan hasil observasi dilapangan
limbah B3. tidak adanya ditemukan pelabelan khusus
pada tempat atau wadah penampungan

187
Jurnal Poltekkes Jambi Vol XIII Nomor 3 Edisi Oktober 2015

limbah cair bengkel tersebut. Baik itu yang jernih kembali dan zat-zat pengotornya
menandakan bahwa limbah tersebut dapat berikatan dengan TEA yang
bersifat korosif, mudah menguap ataupun ditambahkan. Keuntungan lain yang
mudah terbakar. diperoleh dengan adanya perlakuaan
menggunakan TEA adalah limbah cair
1. Persyaratan Bangunan Penyimpanan tersersebut terutama Oli bekas dapat
Limbah B3 digunakan kembali sebagai bahan bakar
pada peleburan Alumunium
Berdasarkan hasil observasi yang (Raharjo,2007). Bahan lain yang dapat
dilakukan dilapangan pada tiga bengkel digunakan untuk mengurangi tingkat
tersebut, belum ada ruang khusus untuk pencemaran yang disebabkan oleh limbah
penyimpanan limbah sisa penggunaan dan cair bengkel adalah dengan menggunakan
perawatan sepeda motor. Padahal pada metode Acid Clay Treatment. Dimana
limbah terebut terdapat juga bahan metode ACT ini dapat menurunkan
berbahaya dan beracun. Lantai dari ruang kandungan logam Timbal (Pb) pada limbah
pengolahan limbah cair bengkel tersebut cair bengkel sampai 56,71% (Pratiwi,
telah memenuhi belum memenuhi syarat 2013).
yaitu karena belum memiliki lantai yang
kedap terhadap minyak pelumas bekas,
dan tidak bergelombang (Kep-
255/Bapedal/08/1996). KESIMPULAN DAN SARAN
Pengelolaan limbah cair bengkel
seharusnya dilakukan untuk mengurangi Berdasarkan hasil penelitian maka
kontaminan yang terdapat dalam limbah dapat ditarik kesimpulan bahwa
cair sehingga dapat dimanfaatkan pengelolaan limbah cair bengkel
lagi,serta tidak menganggu lingkungan jika kendaraan bermotor pada sampel masih
dibuang ke badan air penerima.(Rahim,J, belum memenuhi standar pengolahan
2006) limbah bengkel dan limbah B3 yang telah
diatur dalam Keputusan Kepala Bapedal
2. Kandungan Logam Berat Timbal (Pb) No. 1, 3 dan 5 tahun 1995 dan Keputusan
pada Limbah cair Bengkel Kepala Bapedal No. 255 tahun 1996. pH
Kendaraan Bermotor dari limbah cair tersebut ada yang belum
memenuhi syarat yang ditetapkan dalam
Diperolehnya data tentang adanya Keputusan Kepala Bapedal No 3 yaitu ada
kandungan logam Timbal pada sampel pH yang 10 dan 11, suhu dari limbah
limbah cair bengkel yang melebihi nilai cairnya masih memenuhi standar dan
ambang batas. semakin diperkuat oleh kadar logam Timbal (Pb) ada yang
penelitian Mukhlishoh (2012) yang melebihi ambang batas yang telah
menjelaskan bahwa limbah bengkel ditentukan dalam Keputusan Kepala
dikategorikan sebagai limbah Bahan Bapedal No. 3 Tahun 1995 yaitu pada titik
Berbahaya dan Beracun (B3) karena kedua 1,7970; 0,7168 dan 0,4205 mg/L
Timbal merupakan kelompok logam sedangkan pada titik pertama dan ketiga
berbahaya. Jika limbah cair bengkel tetap hampir mendekati nilai ambang batas.
tidak dikelola dengan baik maka akan Diharapkam agar hasil penelitian
banyak dampak negative yang ini dapat dilanjutkan dan dikembangkan
bermunculan diantaranya: menyebabkan misalnya menambahkan parameter kimia
ganguan pada sistem reproduksi, sistem lainnya untuk dilakukan pemeriksaan, atau
saraf, sitem urinaria sistem endokrin dan melakukan analisis pencemar pada
efek-efek keracunan lainnya sumber air pada pemukiman disekitar
(Widowati,2008). bengkel. Bengkel sebaiknya melakukan
Tingginya kandungan logam treatment pengolahan limbah cair bengkel
Timbal (Pb) pada sampel limbah cair seperti menggunakan TEA (Tetra Ethyl
bengkel kendaraan bermotor dapat Amin) agar limbah cairnya jernih dan dapat
diminimalisir dengan melakukan beberapa dimanfaatkan kembali untuk bahan bakar
treatment atau perlakuan pada sampel peleburan logam Alumunium atau dapat
limbah cair tersebut diantaranya dengan menggunakan metode Acid Clay
menggunakan Tetra Ethyl Amin (TEA) Treatment, dimana hal ini juga memiliki
dimana limbah cair bengkel tersebut bisa nilai ekonomis tambahan atau penjernihan

188
Analisis Kandungan Timbal (Pb) pada Limbah Cair Bengkel.....
2015
Erpina SM Nadeak, Novian Aldo, Hevi Horiza

dengan menggunakan bahan alam seperti Sipil UTAN/Volume 13 Nomor 1: Juni


khitosan, arang aktif dan lain-lain. 2013.
Raharjo, Wahyu Purwo. 2007. Pemanfaatan
TEA (Tetra Ethyl Amin) Dalam Proses
Penjernihan Oli Bekas Sebagai Bahan
Bakar Pada Peleburan Alumunium.
UCAPAN TERIMAKASIH Jurnal Penelitian Sains & Teknologi,
Vol. 8, No.2, 2007:166-184
Ucapan terima kasih disampaikan Rahim,J.2006. Pengelolaan Limbah cair
kepada Litbang Poltekkes Kemenkes Bengkel Otomotif. Perpustakaan
Tanjungpinang yang telah mendanai universitas Indonesia, Jakarta.
penelitian ini dan kepada bengkel-bengkel Saleh,R. 2010. Tinjauan Hukum Terhadap
kendaraan bermotor yang bersedia Penggunaan Kendaraan Bermotor
menjadi objek penelitian ini. Yang Menyebabkan Terjadinya
Pencemaran Udara Dihubungkan
Dengan Undang-Undang Nomor 32
Tahun 2009 Tentang Perlindungan
Dan Pengelolaan Lingkungan
DAFTAR PUSTAKA Hidup.UNICOM
Standar Nasional Indonesia SNI 6989.59.2008.
Bapedal. 1995. Keputusan Kepala Bapedal No. Air dan Air Limbah – bagian 59:
1 Tahun 1995 Tentang Tata Cara Dan Metode Pengambilan Contoh Air
Persyaratan Teknis Penyimpanan dan Limbah.
Pengumpulan Limbah Bahan Sumadi Laurentius. 2008. Kualitas Air Limbah
Berbahaya dan Beracun. Badan Bengkel Produksi ATMI Surakarta
Pengendali Dampak Lingkungan, Hubungannya dengan Kualitas Air
Jakarta. Tanah dangkal Di Lingkungan
Bapedal. 1995. Keputusan Kepala Bapedal Sekitarnya, Surakarta: Universitas
No.3 Tahun 1995 Tentang Sebelas Maret Surakarta.
Persyaratan Teknis Pengolahan Tim-KSS, Puspa Swara.1998. Buku Mengelola
Limbah Bahan Berbahaya dan Bengkel Mobil (Pedoman Teknis
Beracun. Badan Pengendali Dampak Pengelolaan Limbah cair Industri Kecil
Lingkungan, Jakarta. Kementerian Lingkungan Hidup,
Bapedal. 1995. Keputusan Kepala Bapedal Jakarta
No.5 Tahun 1995 Tentang Simbol dan Widowati, W. dkk, 2008. Efek Toksik Logam
Label Limbah Bahan Berbahaya dan Pencegahan dan Penanggulangan
Beracun. Badan Pengendali Dampak Pencemaran. Bandung: CV Andi
Lingkungan, Jakarta. Offset
Bapedal. 1996. Keputusan Kepala Bapedal No.
Kep-255/BAPEDAL/08/1996 Tentang
Tata Cara dan Persyaratan
Penyimpanan Dan Pengumpulan
Minyak Pelumas Bekas. Badan
Pengendali Dampak Lingkungan,
Jakarta.
De Rozal, A.B. 1996. Mendirikan Bengkel Mini,
Puspa Swara
Menteri Perindustrian dan Perdagangan. 1999.
Keputuasn Menteri Perindustrian dan
Perdagangan
No:551/MPP/Kep/10/1999 Tentang
Bengkel Umum Kendaraan Bermotor.
Kementerian Perindustrian dan
Perdagangan. Jakarta. 1999
Mukhlishoh,2012. Pengelolaan Limbah B3
Bengkel Resmi Kendaraan Bermotor
Roda dua di Surabaya Pusat: Institut
Teknologi Sepuluh November,
Surabaya
Pratiwi. Yuzana. 2013. Pengolahan Minyak
Pelumas Bekas Menggunakan Metode
Acid Clay Treatment. Jurnal Teknik

189

Anda mungkin juga menyukai