Anda di halaman 1dari 14

UJIAN TENGAH SEMESTER

MATA KULIAH PENGELOLAAN LIMBAH B3

PENGELOLAAN LIMBAH OLI BEKAS

DISUSUN OLEH:

NAMA : VIRA AGUSTINA

NIM : PO71330220040

DOSEN PENGAMPU : SUPRIATNA SKM.M.KES

PROGRAM STUDI D-III SANITASI

KESEHATAN LINGKUNGAN

POLTEKES KEMENKES JAMBI

TAHUN AJARAN 2023/2024

1
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Limbah B3 merupakan limbah yang perlu ditangani secara khusus. Limbah B3
dapat diidentifikasikan menurut sumber dan atau uji karakteristik dan atau uji
toksikologi. Haliniterdapat dalam PP 85/1999, pasal 7 yang berbunyi sebagai
berikut:
1.Jenis limbah B3 menurut sumbernya meliputi:
a.Limbah B3 dari sumber tidak spesifik;
b.Limbah B3 dari sumber spesifik;
c.Limbah B3 dari bahan kimia kadaluarsa, tumpahan, bekas
kemasan,danbuangan produk yang tidak memenuhi spesifikasi.

2.Uji karakteristik limbah B3 meliputi:


a.mudah meledak;
b.mudah terbakar;
c. bersifat reaktif;
d. beracun;
e.menyebabkan infeksi; dan
f. bersifat korosif.
Oli bekas dihasilkan dari berbagai aktivitas manusia seperti indusri,
pertambangan,danusaha perbengkelan. Oli bekas termasuk dalam limbah B3
yang mudah terbakar sehingga bilatidak ditangani pengelolaan dan
pembuangannya akan membahayakankesehatan mausia
danlingkungan.Pengelolaan oli bekas ini berupaya agar oli bekas yang
dihasilkan tidak mencemarilingkungan dan sifat oli bekas menjadi lebih tidak
berbahaya. Selain itu, pengelolaan oli bekas bertujuan untuk menciptakan
lingkungan yang sehat bagi masyarakat.Selain itu, apabila penanganan oli bekas
dilakukan dengan baik, maka akan bisa memberikan keuntungan bagi si
pengelola oli bekas dan juga pengurangan biaya produksi bagi industri yang
memanfaatkan kembali oli bekas sebagai pelumas berbagai peralatan, karena oli

2
bekas masih bisa dimanfaatkan untuk pelumas lagi dengan cara pemakaian
yang berbeda dari sebelumnya.

1.2 Rumusan Masalah

1.Bagaimana cara mengetahui proses pengelolaan oli bekas?

2.Bagaimana cara pemanfaatan limbah oli bekas?

1.3 Tujuan

1.Mengetahui proses pengelolaan oli bekas

2.Mengetahui pemanfaatan limbah oli bekas

3
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Timbulan limbah B3 yang semakin meningkat dikhawatirkan menimbulkan dampak


yang lebih luas terhadap kesehatan masyarakat dan kualitas lingkungan hidup.

Pengelolaan limbah B3dilakukan untuk meningkatkan kualitas Kesehatan


masyarakat dan lingkungan hidup, yang diakibatkan oleh pencemaran bahan
berbahaya dan beracun.

Disamping itu juga ditujukan untuk penurunan beban pencemaran limbah B3 serta
peningkatan kewaspadaan terhadap penyelundupan B3.
B3 merupakan ancaman bagi kesehatan manusia dan lingkungan hidup, sehingga
memerlukan penanganan dan teknik khusus untuk mengurangi atau menghilangkan
bahayanya.B3 ini tidak dapat dikelola seperti mengelola sampah kota yang biasanya
menggunakan kendaraan sampah, tempat pembuangan akhir atau pembakaran
dengan alat pembakar sampah kota, hal ini disebabkan:

1.B3 mengandung zat beracun yang apabila tercuci dapat mencemarkan air
permukaan dan air tanah disekitar tempat penanamannya yang akibatnya dapat
menimbulkan penyakit dan dapat meracuni masyarakat yang menggunakan air
tersebut.

2.B3 dapat menyebabkan kebakaran dan ledakan baik dalam pengangkutan samp
ah maupun dilokasi pembuangan akhir.

3.B3 dapat membakar kulit jika tidak ditangani dengan hati-hati dan aman.

4.B3 dapat menghasilkan gas beracun yang dapat terhirup oleh masyarakat yang
bermukimdis sekitar lokasi pembuangan akhir.

5.B3 dapat menimbulkan penyakit yang ditularkan antara petugas dan masyarakat
yang bermukim disekitarnya.Salah satu limbah B3 yang perlu mendapatkan
penanganan khusus karena dihasilkandalam jumlah yang tinggi pada masyarakat
adalah oli bekas.Oli bekas tentu dihasilkan dari penggunaan oli untuk berbagai
aktivitas manusia seperti perindustian, bengkel, dan penggunaan kendaraan
bermotor.

2.1 Pengertian Pelumas (Oli)

4
Pelumas atau oli merupakan sejenis cairan kental yang berfungsi sebagai pelicin,
pelindung dan pembersih bagi bagian dalam mesin. Kode pengenal Oli adalah
berupa huruf SAEyang merupakan singkatan dari Society of Automotive Engineers

Selanjutnya angka yangmengikuti dibelakangnya, menunjukkan tingkat kekentalan


oli tersebut. SAE 40 atau SAE15W-50, semakin besar angka yang mengikuti Kode
oli menandakan semakin kentalnya oli tersebut.Sedangkan huruf W yang terdapat
dibelakang angka awal, merupakan singkatan dari Winter.SAE 15W-50, berarti oli
tersebut memiliki tingkat kekentalan SAE 10 untuk kondisi suhu dingin dan SAE 50
pada kondisi suhu panas. Dengan kondisi seperti ini, oli akan memberikan
perlindungan optimal saat mesin start pada kondisi ekstrim sekalipun.

Sementara itu dalam kondisi panas normal, idealnya oli akan bekerja pada kisaran
angka kekentalan 40-50 menurut standar SAE.

kondisi panas normal, idealnya oli akan bekerja pada kisaran angka kekentalan 40-
50 menurutstandar SAE.

2.2 Fungsi Pelumas

Semua jenis oli pada dasarnya sama. Yakni sebagai bahan pelumas agar mesin
berjalan mulus dan bebas gangguan. Sekaligus berfungsi sebagai pendingin dan

penyekat. Oli mengandung lapisan-lapisan halus, berfungsi mencegah terjadinya


benturan antar logam dengan logam komponen mesin seminimal mungkin,
mencegah goresan atau keausan.Untuk beberapa keperluan tertentu, aplikasi
khusus pada fungsi tertentu, oli dituntut memiliki sejumlah fungsi-fungsi tambahan
Mesin diesel misalnya, secara normal beroperasi pada kecepatan rendah tetapi
memiliki temperatur yang lebih tinggi dibandingkan dengan Mesin bensin. Mesin
diesel juga memiliki kondisi kondusif yang lebih besar yang dapat menimbulkan
oksidasi oli, penumpukan deposit dan perkaratan logam-logam bearing.

mudah mengalir dengan cepat alias encer. Sebaliknya jika suhu oli dingin makaakan
sulit mengalir atau mudah mengental. Meski demikian setiap merek dan jenis oli
mempunyai tingkat kekentalan yang telah disesuaikan dengan maksuddan tujuan
penggunaannya. Karena itu ada oli yang sengaja dibuat kental atau encer sesuai

5
kebutuhan pemakai. Tingkat viskositas oli dinyatakan dalam angka indeks
kekentalan. Semakin besar angkanya maka berarti kian kental olinya. Dan
sebaliknya juga kalau angka indeksnya semakin mengecil tentu olinya bertambah
encer.

2.4 Jenis Oli

A.Oli Mineral

Oli mineral berbahan bakar oli dasar (base oil) yang diambil dari minyak bumi yang
telah diolah dan disempurnakan. Beberapa pakar mesin memberikan saran jika telah
biasa menggunakan oli mineral selama bertahun-tahun maka jangan langsung
menggantinya dengan oli sintetis dikarenakan oli sintetis umumnya mengikis
deposit(sisa) yang ditinggalkan oli mineral sehingga deposit tadi terangkat
dari tempatnya dan mengalir ke celah-celah mesin sehingga mengganggu
pemakaian mesin.

B.Oli Sintetis

Oli Sintetis biasanya terdiri atas Polyalphaolifins yang datang dari bagian terbersih
dari pemilahan dari oli mineral, yakni gas. Senyawa ini kemudian dicampur dengan
oli mineral. Inilah mengapa oli sintetis bisa dicampur dengan oli mineral dan
sebaliknya. Basis yang paling stabil adalah polyol-ester
(bukan bahan baju polyester ), yang paling sedikit bereaksi bila dicampur dengan
bahan lain. Oli sintetis cenderung tidak mengandung bahan karbon reaktif, senyawa
yang sangat tidak bagus untuk oli karena cenderung bergabung dengan oksigen
sehingga menghasilkan acid(asam). Pada dasarnya, oli sintetis didesain untuk
menghasilkan kinerja yang lebihefektif dibandingkan dengan oli mineral.

2.5 Kontaminasi Oli

Kontaminasi terjadi dengan adanya benda-benda asing atau partikel pencemar di


dalam oli.

Terdapat tujuh macam benda pencemar biasa terdapat dalam oli yakni:

1. Keausan elemen. Ini menunjukkan beberapa elemen biasanya terdiri dari


tembaga, besi,chrominium, aluminium, timah, molybdenum, silikon, nikel atau
magnesium.

6
2.Kotoran atau jelaga. Kotoran dapat masuk kedalam oli melalui embusan udara
lewat sela-sela ring dan melaui sela lapisan oli tipis kemudian merambat menuruni
dinding selinder.Jelaga timbul dari bahan bakar yang tidak habis. Kepulan asam
hitam dankotornya filter udara menandai terjadinya jelaga.

3. Bahan Bakar

4.Air

5.Ini merupakan produk sampingan pembakaran dan biasanya terjadi melalui


timbun angas buang. Air dapat memadat di crankcase ketika temperature
operasional mesin kurang memadai.

6.Ethylene gycol (anti beku)

7.Produk-produk belerang/asam. Produk-produk oksidasi mengakibatkan oli


bertambah kental. Daya oksidasi meningkat oleh tingginya temperatur udara masuk.

2.6 Karakteristik Oli Bekas

Oli bekas seringkali diabaikan penanganannya setelah tidak bisa digunakan


kembali padahal, jika asal dibuang dapat menambah pencemaran di bumi kita yang

sudah banyak tercemar. Jumlah oli bekas yang dihasilkan pastinya sangat besar.

Bahaya dari pembuangan oli bekas sembarangan memiliki efek yang lebih buruk
dari pada efek tumpahan minyak mentah biasa. Ditinjau dari komposisi kimianya
sendiri, oli adalah campuran dari hidrokarbon kental ditambah berbagai bahan kimia
aditif. Oli bekas lebih dari itu, dalam oli bekas terkandung sejumlah sisa hasil
pembakaran yang bersifat asam dan korosif, deposit, dan logam beratyang bersifat
karsinogenik.Berdasarkan data yang diperoleh, kapasitas oli yang diproduksi oleh
Pertamina adalah sekitar 450.000 kiloliter per tahun, belum lagi tambahan kapasitas
dari ratusan merek oli yang membanjiri pasar pelumas tanah air, untuk konsumsi

2.7 Oli bekas termasuk limbah B3

Berdasarkan kriteria limbah yang dikeluarkan oleh Kementerian Lingkungan Hidup,


oli bekas termasuk kategori limbah B3. Meski oli bekas masih bisa dimanfaatkan, bil
a tidak dikeloladengan baik, ia bisa membahayakan lingkungan. Sejalan dengan per
kembangan kota dan daerah volume oli bekas terus meningkat seiring dengan

7
pertambahan jumlah kendaraan bermotor dan mesin-mesin bermotor. Didaerah
pedesaan sekalipun, sudah bisa ditemukan bengkel-bengkel kecil, yang salah satu
limbahnya adalah oli bekas. Dengan kata lain, penyebaran oli bekas sudah sangat
luas dari kota besar sampai ke wilayah pedesaan diseluruh Indonesia.Sejalan
dengan pelaksanaan otonomi daerah, sebagian tugas Pemerintah Pusat di
delegasikan ke pemerintah daerah. Pendelegasian itu merupakan amanat Undang-
Undang No 32 tahun 2004. Kewenangan pemerintah daerah dijabarkan dalam
Peraturan Pemerintah No 38tahun 2007, (perlu 3 tahun lebih untuk menjabarkan
UU menjadi PP). Berbagai aspek pemerintahan dan Pembangunan
dirumuskan dalam Peraturan Pemerintah tersebut termasuk kewenangan dalam
pengelolaan dan pengendalian lingkungan hidup.Akan tetapi ada hal yang agak
kurang rasional dalam PP 38/2007 khususnya dalam halpengelolan limbah B3,
terutama untuk oli bekas. Sebelum PP 38/2007 terbit, praktis segala sesuatutentang
kewenangan pengaturan, pengendalian limbah B3 berada pada Pemerintah Pusat
yaitu pada Kementerian Negara Lingkungan Hidup (KNLH). Kewenangan itu
termasuk pemberian perijinan untuk pengumpulan, penyimpanan sementara,
pengangkutan dan pengolahan limbah B3. Sesuai PP 38/2007, kewenangan untuk
pengaturan dan pengendalian kegiatan pengumpulan limbah B3 diberikan kepada
Pemerintah Daerah (Kabupaten dan Kota). Artinya pemerintah Kota atau Kabupaten
diberi kewenangan untuk mengatur dan memberikan ijin bagikegiatan pengumpulan
sementara limbah B3. Anehnyakewenangan pengumpulan itu mempunyai
pengecualian, yaitu untuk pengumpulan limbahB3 oli bekas.Berdasarkan
PP 38/2007,kewenangan untuk perijinan dan pengendalian oli bekas mulai dari
pengumpulan, penyimpanan, pengangkutan dan pengolahan sepenuhnya berada
pada Kementerian Negara Lingkungan Hidup. Ini artinya bila ada bengkel sepeda
motor di kota-kota besar, maka si pengusaha bengkel harus mengajukan
permohonan ijin penyimpanan oli bekaske KNLH di Jakarta. Pengusaha kecil seperti
bengkel sepeda motor, kalau diminta mengurus ijin ke jakarta, maka ia akan
memilih tidak mempunyai ijin. Ketentuan ini jelastidak rasional,kegiatan yang justru
sudah sangat banyak di daerah, tetapi kewenangan pengaturannya diPemerintah
Pusat.Akibat dari ketentuan PP38/2007 untuk oli bekas yang demikian, sudah dapat
diduga,semakin banyak kegiatan pengumpulan, penyimpanan, pengangkutan dan
pengolahan olibekas yang tidak bisa dikontrol. Adalah tidak masuk akal kalau KNLH
mampu melakukan pengawasan dan pengendalian terhadap oli bekas di seluruh

8
Indonesia. KNLH tidak mempunyai perangkat daninstrumen untuk melakukan
pengawasan sampai keseluruh daerah. Seharusnya kegiatan yang sudah sangat
tinggi volumenya seperti oli bekas, makakewenangan pengawasannya diberikan
kepada pemerintah daerah. Terlepas dari segalakekurangan pemerintah daerah dala
m melakukan tugas tersebut, tetapi secara rasional,pengawasan oli bekas tidak
mungkin dilakukan oleh KNLH dari Jakarta. Adalah sangat tidakmasuk akal, kalau
kebijakan seperti ini terus dipertahankan oleh KNLH.

9
BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Proses Pengolahan Oli Bekas

Tahap pertama merupakan pemisahan air dari oli bekas, proses ini menghasilkan
limbah air yang berasal dari campuran oli bekas.

Tahap kedua memisahkan kotoran dan aditif nya(penambahan bahan kimia).

Tahap ketiga dilakukan untuk perbaikan warna, mengasilkan bahandasar pelumas


(bdp) dan limbah lempung.

Yang terakhir mengolah bahan dasar menjadi pelumas atau disebut juga dengan
blending.

Tiga Tahapan Daur Ulang oli Bekas

Cara pertama, daur ulang oli bekas menggunakan asam kuat untuk memisahkan
kotoran dan aditif dalam oli bekas. kemudian dilakukan pemucatan dengan lempung.
Produk yang dihasilkan bersifat asam dan tidak memenuhi syarat.

Cara kedua, campuran pelarut alkohol dan keton digunakan untuk memisahkan
kotoran dan aditif dalam oli bekas. Campuran pelarut dan pelumas bekas yang telah
dipisahkan difraksionasi untuk memisahkan kembali pelarut dari oli bekas. Kemudian
dilakukan proses pemucatan dan proses blending serta reformulasi untuk
menghaasilkan pelumas siap pakai.

Cara ketiga. pada tahap awal digunakan senyawa fosfat dan selanjutnya dilakukan
proses perkolasi dan dengan lempung serta dikuti proses hidrogenasi.Selain dari
pada itu, jika kita bicara material oli pelumas bekas, maka itu tidak hanya berurusan
dengan olinya sendiri, melainkan juga wadah dan saringan oli. Ketiganya, bila
dibuang sembarangan akan menimbulkan masalah lingkungan. Oli bekas
mengandung sejumlah zat yang bisa mengotori udara, tanah dan air. Oli bekas itu
mungkin saja mengandung logam,larutan klorin, dan zat-zat pencemar lainnya. Satu
liter oli bekas bisamerusak jutaan liter air segar dari sumber air dalam tanah.
Demikian pula dengan wadah plastik yang biasa digunakan untuk wadah oli. Plastik
yang tidak dapat terurai secara biologis itu jelas akan mencemari tanah dan
memakan ruang ditempat sampah. Sedangkan saringan oli selain masih

10
mengandung residu oli, juga terbuatdari bahan metal yang tidak mudah terurai
secara biologis.Karena itulah limbah dari ketigakomponen itu mesti dikelola dengan
baik. Bukanlah hal yang sulit untuk mendaurulang ketiga komponen itu, sehingga
menjadi produk yang bermanfaat dan tidak lagi menjadi ancaman lingkungan.Oli
bekas memiliki pasar yang bagus. Pengolahan oli bekas secara benar akan
memulihkan kembali sifat pelumasannya. Energi yang diperlukan untuk pengolahan
oli bekas hanyalah sepertiga dari yang dibutuhkan untuk mengolah minyak mentah
menjadi pelumas yang baik.Oli daur ulang juga bisa digunakan dalam campuran
aspal yang akan dipakai untuk membangun jalan raya. Oli daur ulang pun bisa
digunakan untuk bahan bakar. Saringan olibekas juga tidak sulit memprosesnya.
Pertama dicabik-cabik, kemudian dilebur dandijadikan bahan baku produk-produk
logam seperti jarum, kawat dan produk-produk lainnya.Sedangkan wadah plastiknya
bisa didaur ulang menjadi wadah baru, pot bunga, pipa dan berbagai keperluan
lainnya.

3.2 Pemanfaatan Oli bekas

1. Sebagai bahan bakar mesin diesel

Di indonesia jumlah limbah pelumas bekas pada tahun 2003 sekitar 465 juta liter
pertahun dan untuk di daerah Riau limbah ini mencapai 54 juta liter pertahun
(sumber Riau Pos) Sumber dari limbah ini berasal dari berbagai aktivitas sarana
mesin serta industri. Proses yang dilakukan melalui tahapan absorpsi dan distilas
(untuk mengolah oli bekas menjadi sampel bahan bakar). Tahapan berikutnya
dilakukan uji karakteristik syarat bahan bakar berupa uji bilangan oktan untuk
melihat kandungan unsur-unsur kimia, titik nyala, bilangan karbon dan residu bahan
bakar serta menentukan beberapa parameter fisisnya antara lain: viskositas,
konduktivitas dan indeksbias.Hasil karakteristiknya akan dibandingkan dengan
karakteristik solar atau mendekati. Sampelakhir yang diinginkan dari riset ini, bila
diuji pada setiap mesin diesel tidak ada modifikasi pada mesin, artinya sampel ini
tidak akan memberiefek atau cocok dengan jenis mesindiesel apapun. Limbah oli
bekas yang setiap bulan banyak dihasilkan di Riau akan dimanfaatkan melalui
pengolahan khusus. Bila keberadaanya diolah dengan proses dan teknik yang tepat
sebenarnya menghasilkan prospek ekonomi cukup menjanjikan di masa depan.

11
Selanjutnya untuk proses mengolah, direncanakan akan didisain atau dirancang
system dengan membuat prototipe mesin pengolahnya dengan serangkaian proses
absorpsi dan distilasi satu tabung melalui beberapa uji karakteristik kimia dan fisika
untuk syarat-syarat bahan oli bekas.

2. Dimurnikan kembali (proses refinery) menjadi refined lubricant. Orang tidak


banyak yang tertarik untuk berbisnis di bidang ini karena cost yang tinggi relatif
terhadap lube oil blending plant (LOBP) dengan bahan baku fresh, sehingga harga
jual ekonomis-nya tidak akan mampu bersaing di pasaran.

3. Digunakan sebagai Fuel Oil / minyak bakar. Yang masih menjadi kendala adalah
tingkatemisi bahan bakar ini masih tinggi.

12
BAB IV

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil pembahasan yang telah di paparkan sebelumnya,maka dapat di


tarik kesimpulan yaitu:

Limbah B3 merupakan limbah yang perlu ditangani secara khusus. Timbulan


limbah B3 yang semakin meningkat dikhawatirkan menimbulkan dampak yang lebih
luas terhadap kesehatan masyarakat dan kualitas lingkungan hidup.

Pengelolaan limbah B3 dilakukan untuk meningkatkan kualitas Kesehatan


masyarakat dan lingkungan hidup, yang diakibatkan oleh pencemaran bahan
berbahaya dan beracun.

Tahapan daur ulang oli bekas:

Tahap pertama merupakan pemisahan air dari oli bekas, proses ini menghasilkan
limbah air yang berasal dari campuran oli bekas.

Tahap kedua memisahkan kotoran dan aditif nya(penambahan bahan kimia).

Tahap ketiga dilakukan untuk perbaikan warna, mengasilkan bahandasar pelumas


(bdp) dan limbah lempung.

Yang terakhir mengolah bahan dasar menjadi pelumas atau disebut juga dengan
blending.

Pemanfaatan oli bekas:

1. Sebagai bahan bakar mesin diesel

2. Digunakan sebagai Fuel Oil / minyak bakar. Yang masih menjadi kendala adalah
tingkat emisi bahan bakar ini masih tinggi.

13
Daftar Pustaka

https://www.kompas.com/skola/read/2023/07/06/110000169/limbah-b3--pengertian-
karakteristik-dan-cara-penanganannya

https://planetolibekas.blogspot.com/2019/07/pengertian-oli-bekas-karakteristik-dan-
pengelolaannya.html

https://mares-prabadi.blogspot.com/2015/06/pengelolaan-oli-bekas.html

https://otoklix.com/blog/oli-bekas/

14

Anda mungkin juga menyukai