DISUSUN OLEH:
NIM : PO71330220040
KESEHATAN LINGKUNGAN
1
BAB I
PENDAHULUAN
2
bekas masih bisa dimanfaatkan untuk pelumas lagi dengan cara pemakaian
yang berbeda dari sebelumnya.
1.3 Tujuan
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Disamping itu juga ditujukan untuk penurunan beban pencemaran limbah B3 serta
peningkatan kewaspadaan terhadap penyelundupan B3.
B3 merupakan ancaman bagi kesehatan manusia dan lingkungan hidup, sehingga
memerlukan penanganan dan teknik khusus untuk mengurangi atau menghilangkan
bahayanya.B3 ini tidak dapat dikelola seperti mengelola sampah kota yang biasanya
menggunakan kendaraan sampah, tempat pembuangan akhir atau pembakaran
dengan alat pembakar sampah kota, hal ini disebabkan:
1.B3 mengandung zat beracun yang apabila tercuci dapat mencemarkan air
permukaan dan air tanah disekitar tempat penanamannya yang akibatnya dapat
menimbulkan penyakit dan dapat meracuni masyarakat yang menggunakan air
tersebut.
2.B3 dapat menyebabkan kebakaran dan ledakan baik dalam pengangkutan samp
ah maupun dilokasi pembuangan akhir.
3.B3 dapat membakar kulit jika tidak ditangani dengan hati-hati dan aman.
4.B3 dapat menghasilkan gas beracun yang dapat terhirup oleh masyarakat yang
bermukimdis sekitar lokasi pembuangan akhir.
5.B3 dapat menimbulkan penyakit yang ditularkan antara petugas dan masyarakat
yang bermukim disekitarnya.Salah satu limbah B3 yang perlu mendapatkan
penanganan khusus karena dihasilkandalam jumlah yang tinggi pada masyarakat
adalah oli bekas.Oli bekas tentu dihasilkan dari penggunaan oli untuk berbagai
aktivitas manusia seperti perindustian, bengkel, dan penggunaan kendaraan
bermotor.
4
Pelumas atau oli merupakan sejenis cairan kental yang berfungsi sebagai pelicin,
pelindung dan pembersih bagi bagian dalam mesin. Kode pengenal Oli adalah
berupa huruf SAEyang merupakan singkatan dari Society of Automotive Engineers
Sementara itu dalam kondisi panas normal, idealnya oli akan bekerja pada kisaran
angka kekentalan 40-50 menurut standar SAE.
kondisi panas normal, idealnya oli akan bekerja pada kisaran angka kekentalan 40-
50 menurutstandar SAE.
Semua jenis oli pada dasarnya sama. Yakni sebagai bahan pelumas agar mesin
berjalan mulus dan bebas gangguan. Sekaligus berfungsi sebagai pendingin dan
mudah mengalir dengan cepat alias encer. Sebaliknya jika suhu oli dingin makaakan
sulit mengalir atau mudah mengental. Meski demikian setiap merek dan jenis oli
mempunyai tingkat kekentalan yang telah disesuaikan dengan maksuddan tujuan
penggunaannya. Karena itu ada oli yang sengaja dibuat kental atau encer sesuai
5
kebutuhan pemakai. Tingkat viskositas oli dinyatakan dalam angka indeks
kekentalan. Semakin besar angkanya maka berarti kian kental olinya. Dan
sebaliknya juga kalau angka indeksnya semakin mengecil tentu olinya bertambah
encer.
A.Oli Mineral
Oli mineral berbahan bakar oli dasar (base oil) yang diambil dari minyak bumi yang
telah diolah dan disempurnakan. Beberapa pakar mesin memberikan saran jika telah
biasa menggunakan oli mineral selama bertahun-tahun maka jangan langsung
menggantinya dengan oli sintetis dikarenakan oli sintetis umumnya mengikis
deposit(sisa) yang ditinggalkan oli mineral sehingga deposit tadi terangkat
dari tempatnya dan mengalir ke celah-celah mesin sehingga mengganggu
pemakaian mesin.
B.Oli Sintetis
Oli Sintetis biasanya terdiri atas Polyalphaolifins yang datang dari bagian terbersih
dari pemilahan dari oli mineral, yakni gas. Senyawa ini kemudian dicampur dengan
oli mineral. Inilah mengapa oli sintetis bisa dicampur dengan oli mineral dan
sebaliknya. Basis yang paling stabil adalah polyol-ester
(bukan bahan baju polyester ), yang paling sedikit bereaksi bila dicampur dengan
bahan lain. Oli sintetis cenderung tidak mengandung bahan karbon reaktif, senyawa
yang sangat tidak bagus untuk oli karena cenderung bergabung dengan oksigen
sehingga menghasilkan acid(asam). Pada dasarnya, oli sintetis didesain untuk
menghasilkan kinerja yang lebihefektif dibandingkan dengan oli mineral.
Terdapat tujuh macam benda pencemar biasa terdapat dalam oli yakni:
6
2.Kotoran atau jelaga. Kotoran dapat masuk kedalam oli melalui embusan udara
lewat sela-sela ring dan melaui sela lapisan oli tipis kemudian merambat menuruni
dinding selinder.Jelaga timbul dari bahan bakar yang tidak habis. Kepulan asam
hitam dankotornya filter udara menandai terjadinya jelaga.
3. Bahan Bakar
4.Air
sudah banyak tercemar. Jumlah oli bekas yang dihasilkan pastinya sangat besar.
Bahaya dari pembuangan oli bekas sembarangan memiliki efek yang lebih buruk
dari pada efek tumpahan minyak mentah biasa. Ditinjau dari komposisi kimianya
sendiri, oli adalah campuran dari hidrokarbon kental ditambah berbagai bahan kimia
aditif. Oli bekas lebih dari itu, dalam oli bekas terkandung sejumlah sisa hasil
pembakaran yang bersifat asam dan korosif, deposit, dan logam beratyang bersifat
karsinogenik.Berdasarkan data yang diperoleh, kapasitas oli yang diproduksi oleh
Pertamina adalah sekitar 450.000 kiloliter per tahun, belum lagi tambahan kapasitas
dari ratusan merek oli yang membanjiri pasar pelumas tanah air, untuk konsumsi
7
pertambahan jumlah kendaraan bermotor dan mesin-mesin bermotor. Didaerah
pedesaan sekalipun, sudah bisa ditemukan bengkel-bengkel kecil, yang salah satu
limbahnya adalah oli bekas. Dengan kata lain, penyebaran oli bekas sudah sangat
luas dari kota besar sampai ke wilayah pedesaan diseluruh Indonesia.Sejalan
dengan pelaksanaan otonomi daerah, sebagian tugas Pemerintah Pusat di
delegasikan ke pemerintah daerah. Pendelegasian itu merupakan amanat Undang-
Undang No 32 tahun 2004. Kewenangan pemerintah daerah dijabarkan dalam
Peraturan Pemerintah No 38tahun 2007, (perlu 3 tahun lebih untuk menjabarkan
UU menjadi PP). Berbagai aspek pemerintahan dan Pembangunan
dirumuskan dalam Peraturan Pemerintah tersebut termasuk kewenangan dalam
pengelolaan dan pengendalian lingkungan hidup.Akan tetapi ada hal yang agak
kurang rasional dalam PP 38/2007 khususnya dalam halpengelolan limbah B3,
terutama untuk oli bekas. Sebelum PP 38/2007 terbit, praktis segala sesuatutentang
kewenangan pengaturan, pengendalian limbah B3 berada pada Pemerintah Pusat
yaitu pada Kementerian Negara Lingkungan Hidup (KNLH). Kewenangan itu
termasuk pemberian perijinan untuk pengumpulan, penyimpanan sementara,
pengangkutan dan pengolahan limbah B3. Sesuai PP 38/2007, kewenangan untuk
pengaturan dan pengendalian kegiatan pengumpulan limbah B3 diberikan kepada
Pemerintah Daerah (Kabupaten dan Kota). Artinya pemerintah Kota atau Kabupaten
diberi kewenangan untuk mengatur dan memberikan ijin bagikegiatan pengumpulan
sementara limbah B3. Anehnyakewenangan pengumpulan itu mempunyai
pengecualian, yaitu untuk pengumpulan limbahB3 oli bekas.Berdasarkan
PP 38/2007,kewenangan untuk perijinan dan pengendalian oli bekas mulai dari
pengumpulan, penyimpanan, pengangkutan dan pengolahan sepenuhnya berada
pada Kementerian Negara Lingkungan Hidup. Ini artinya bila ada bengkel sepeda
motor di kota-kota besar, maka si pengusaha bengkel harus mengajukan
permohonan ijin penyimpanan oli bekaske KNLH di Jakarta. Pengusaha kecil seperti
bengkel sepeda motor, kalau diminta mengurus ijin ke jakarta, maka ia akan
memilih tidak mempunyai ijin. Ketentuan ini jelastidak rasional,kegiatan yang justru
sudah sangat banyak di daerah, tetapi kewenangan pengaturannya diPemerintah
Pusat.Akibat dari ketentuan PP38/2007 untuk oli bekas yang demikian, sudah dapat
diduga,semakin banyak kegiatan pengumpulan, penyimpanan, pengangkutan dan
pengolahan olibekas yang tidak bisa dikontrol. Adalah tidak masuk akal kalau KNLH
mampu melakukan pengawasan dan pengendalian terhadap oli bekas di seluruh
8
Indonesia. KNLH tidak mempunyai perangkat daninstrumen untuk melakukan
pengawasan sampai keseluruh daerah. Seharusnya kegiatan yang sudah sangat
tinggi volumenya seperti oli bekas, makakewenangan pengawasannya diberikan
kepada pemerintah daerah. Terlepas dari segalakekurangan pemerintah daerah dala
m melakukan tugas tersebut, tetapi secara rasional,pengawasan oli bekas tidak
mungkin dilakukan oleh KNLH dari Jakarta. Adalah sangat tidakmasuk akal, kalau
kebijakan seperti ini terus dipertahankan oleh KNLH.
9
BAB III
Tahap pertama merupakan pemisahan air dari oli bekas, proses ini menghasilkan
limbah air yang berasal dari campuran oli bekas.
Yang terakhir mengolah bahan dasar menjadi pelumas atau disebut juga dengan
blending.
Cara pertama, daur ulang oli bekas menggunakan asam kuat untuk memisahkan
kotoran dan aditif dalam oli bekas. kemudian dilakukan pemucatan dengan lempung.
Produk yang dihasilkan bersifat asam dan tidak memenuhi syarat.
Cara kedua, campuran pelarut alkohol dan keton digunakan untuk memisahkan
kotoran dan aditif dalam oli bekas. Campuran pelarut dan pelumas bekas yang telah
dipisahkan difraksionasi untuk memisahkan kembali pelarut dari oli bekas. Kemudian
dilakukan proses pemucatan dan proses blending serta reformulasi untuk
menghaasilkan pelumas siap pakai.
Cara ketiga. pada tahap awal digunakan senyawa fosfat dan selanjutnya dilakukan
proses perkolasi dan dengan lempung serta dikuti proses hidrogenasi.Selain dari
pada itu, jika kita bicara material oli pelumas bekas, maka itu tidak hanya berurusan
dengan olinya sendiri, melainkan juga wadah dan saringan oli. Ketiganya, bila
dibuang sembarangan akan menimbulkan masalah lingkungan. Oli bekas
mengandung sejumlah zat yang bisa mengotori udara, tanah dan air. Oli bekas itu
mungkin saja mengandung logam,larutan klorin, dan zat-zat pencemar lainnya. Satu
liter oli bekas bisamerusak jutaan liter air segar dari sumber air dalam tanah.
Demikian pula dengan wadah plastik yang biasa digunakan untuk wadah oli. Plastik
yang tidak dapat terurai secara biologis itu jelas akan mencemari tanah dan
memakan ruang ditempat sampah. Sedangkan saringan oli selain masih
10
mengandung residu oli, juga terbuatdari bahan metal yang tidak mudah terurai
secara biologis.Karena itulah limbah dari ketigakomponen itu mesti dikelola dengan
baik. Bukanlah hal yang sulit untuk mendaurulang ketiga komponen itu, sehingga
menjadi produk yang bermanfaat dan tidak lagi menjadi ancaman lingkungan.Oli
bekas memiliki pasar yang bagus. Pengolahan oli bekas secara benar akan
memulihkan kembali sifat pelumasannya. Energi yang diperlukan untuk pengolahan
oli bekas hanyalah sepertiga dari yang dibutuhkan untuk mengolah minyak mentah
menjadi pelumas yang baik.Oli daur ulang juga bisa digunakan dalam campuran
aspal yang akan dipakai untuk membangun jalan raya. Oli daur ulang pun bisa
digunakan untuk bahan bakar. Saringan olibekas juga tidak sulit memprosesnya.
Pertama dicabik-cabik, kemudian dilebur dandijadikan bahan baku produk-produk
logam seperti jarum, kawat dan produk-produk lainnya.Sedangkan wadah plastiknya
bisa didaur ulang menjadi wadah baru, pot bunga, pipa dan berbagai keperluan
lainnya.
Di indonesia jumlah limbah pelumas bekas pada tahun 2003 sekitar 465 juta liter
pertahun dan untuk di daerah Riau limbah ini mencapai 54 juta liter pertahun
(sumber Riau Pos) Sumber dari limbah ini berasal dari berbagai aktivitas sarana
mesin serta industri. Proses yang dilakukan melalui tahapan absorpsi dan distilas
(untuk mengolah oli bekas menjadi sampel bahan bakar). Tahapan berikutnya
dilakukan uji karakteristik syarat bahan bakar berupa uji bilangan oktan untuk
melihat kandungan unsur-unsur kimia, titik nyala, bilangan karbon dan residu bahan
bakar serta menentukan beberapa parameter fisisnya antara lain: viskositas,
konduktivitas dan indeksbias.Hasil karakteristiknya akan dibandingkan dengan
karakteristik solar atau mendekati. Sampelakhir yang diinginkan dari riset ini, bila
diuji pada setiap mesin diesel tidak ada modifikasi pada mesin, artinya sampel ini
tidak akan memberiefek atau cocok dengan jenis mesindiesel apapun. Limbah oli
bekas yang setiap bulan banyak dihasilkan di Riau akan dimanfaatkan melalui
pengolahan khusus. Bila keberadaanya diolah dengan proses dan teknik yang tepat
sebenarnya menghasilkan prospek ekonomi cukup menjanjikan di masa depan.
11
Selanjutnya untuk proses mengolah, direncanakan akan didisain atau dirancang
system dengan membuat prototipe mesin pengolahnya dengan serangkaian proses
absorpsi dan distilasi satu tabung melalui beberapa uji karakteristik kimia dan fisika
untuk syarat-syarat bahan oli bekas.
3. Digunakan sebagai Fuel Oil / minyak bakar. Yang masih menjadi kendala adalah
tingkatemisi bahan bakar ini masih tinggi.
12
BAB IV
KESIMPULAN
Tahap pertama merupakan pemisahan air dari oli bekas, proses ini menghasilkan
limbah air yang berasal dari campuran oli bekas.
Yang terakhir mengolah bahan dasar menjadi pelumas atau disebut juga dengan
blending.
2. Digunakan sebagai Fuel Oil / minyak bakar. Yang masih menjadi kendala adalah
tingkat emisi bahan bakar ini masih tinggi.
13
Daftar Pustaka
https://www.kompas.com/skola/read/2023/07/06/110000169/limbah-b3--pengertian-
karakteristik-dan-cara-penanganannya
https://planetolibekas.blogspot.com/2019/07/pengertian-oli-bekas-karakteristik-dan-
pengelolaannya.html
https://mares-prabadi.blogspot.com/2015/06/pengelolaan-oli-bekas.html
https://otoklix.com/blog/oli-bekas/
14