Jenis limbah oli bekas umumnya dihasilkan dari penggunaan minyak pelumas atau oli.
Minyak Pelumas umumnya digunakan oleh peralatan yang sedang bergerak, atau mesin, atau
mesin kendaraan bermotor seperti sepeda motor, mobil, dan truck serta bersumber dari mesin
generator listrik (genset).
Menurut PP Limbah B3 Oli bekas bersumber dari : Sumber Tidak Spesifik. Minyak pelumas
bekas dari sumber tidak spesifik merupakan Limbah B3 yang pada umumnya bukan berasal
dari proses utamanya, tetapi berasal dari kegiatan antara lain pemeliharaan alat, pencucian,
pencegahan korosi atau inhibitor korosi, pelarutan kerak, dan pengemasan. (Penjelasan Pasal
3 Ayat (3) Huruf a)
Kode limbah minyak pelumas bekas menurut eraturan pemerintah No 101 Tahun 2014
tentang Pengelolaan Limbah B3 adalah : B105d.
Sedangkan Kategori Berbahaya untuk Minyak pelumas bekas menurut eraturan pemerintah
No 101 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Limbah B3 adalah kategori (2). Limbah B3 kategori
2 merupakan Limbah B3 yang mengandung B3, memiliki efek tunda (delayed effect), dan
berdampak tidak langsung terhadap manusia dan lingkungan hidup serta memiliki toksisitas
sub-kronis atau kronis. (Penjelasan Pasal 3 Ayat (2) Huruf b Peraturan pemerintah No 101
Tahun 2014 tentang Pengelolaan Limbah B3).
Bahan wadah yang sesuai sehingga tidak mudah bereaksi dengan kandungan oli bekas
Tidak berkarat
Tertutup secara rapat sehingga tidak mudah bocor
Dalam kondisi yang baik dan tidak rusak
Penutup wadah yang kuat
Senyawa kimiawi yang terkandung di dalam oli bekas dari senyawa basa berubah menjadi
senyawa asam yang dapat mempermudah penurunan kualitas lingkungan. Sifat oli bekas juga
memiliki sifat yang sulit terurai secara alami sehingga penanganan khusus diperlukan untuk
proses pembuangan hingga pengolahannya. Hal tersebutlah yang menjadikan alasan mengapa
harus membuang oli bekas dengan benar.
Selain alasan tersebut, terdapat beberapa faktor lainnya yaitu oli bekas mudah terbakar atau
meledak, bersifat reaktif dan mutagenik, bisa menyebabkan iritasi dan infeksi.
2. Pencemaran air
3. Pencemaran tanah
4. Mudah terbakar
5. Pencemaran udara
Universal eco sebagai jasa perusahaan pengelola limbah B3 mampu bekerjasama dengan
pihak-pihak pengumpul oli bekas berizin untuk mengangkut hingga mengolah oli bekas
secara bertanggung jawab menggunakan teknologi ramah lingkungan. Dengan program yang
kami tawarkan yaitu Extended Producer Responsibility dan Daur Ulang Kemasan B3 mampu
menjadi awal perubahan lingkungan Indonesia yang bebas dari oli bekas dan mewujudkan
sirkular ekonomi.
2. Baterai
Baterai merupakan salah satu komponen elektronik yang saat ini paling banyak digunakan.
Banyak alat elektronik yang dipakai untuk kebutuhan sehari-hari kini memakai baterai.
Sebagai contoh ponsel, remote TV, jam tangan, jam dinding, laptop, tetikus dan lain
sebagainya. Persoalannya, mayoritas baterai merupakan barang elentronik bertipe habis pakai
dengan durasi penggunaan tak terlalu lama. Oleh karena itu, limbah baterai kini menjadi
salah satu sampah elektronik yang mudah ditemukan. Apalagi, kebanyakan masyarakat
terbiasa membuang limbah baterai bekas ke tempat sampah, atau malah secara sembarangan.
Bahkan, ada sebagian masyarakat yang menumpuk limbah baterai di rumah dan
menyimpannya secara asal-asalan. Padahal, baterai termasuk limbah Bahan Berbahaya dan
Beracun (B3) karena mengandung logam berat seperti merkuri, mangan, timbal, kadmium,
nikel dan lithium. Bahan-bahan itu bisa mencemari lingkungan dan berakibat buruk bagi
kesehatan manusia. Hal ini membuat daur ulang baterai menjadi penting. Sayangnya, belum
banyak fasilitas daur ulang limbah baterai di Indonesia. Cara paling praktis adalah
mengumpulkan limbah baterai secara terpisah dari sampah lainnya, untuk kemudian dikirim
pusat pengolahan limbah B3. Cara lainnya mengirim kembali limbah baterai ke produsennya.
Lalu bagaimana cara membuang baterai dengan aman? Sebagaimana dilansir Battery
Solutions, terdapat sejumlah langkah yang bisa dilakukan sebelum membuang baterai.
Pertama, tempatkan baterai bekas pada tempat terpisah dari sampah lain. Kedua, pasang
selotip bening yang tak konduktif pada kedua ujung baterai. Ketiga, masukkan baterai bekas
dalam plastik atau wadah khusus yang tidak bersifat konduktif. Keempat, cari lokasi fasilitas
pengolahan limbah B3 terdekat. Informasi bisa dicari di dinas lingkungan setempat. Lebih
baik, sebelum mengirimkan baterai bekas, baca peraturan tentang pembuangan dan
pengolahan limbah B3. Namun, fasilitas pengolahan limbah baterai di Indonesia memang
belum banyak. Kelima, jika akan mengirim baterai ke fasilitas pengolahan limbah B3, periksa
langkah-langkah keamanan tambahan yang diperlukan untuk pengiriman. Baterai terdiri dari
2 (dua) jenis utama, yakni baterai primer yang hanya dapat digunakan sekali dan dibuang.
Contohnya adalah baterai alkaline yang digunakan untuk senter maupun berbagai alat
portabel lainnya.
Jenis kedua adalah baterai sekunder yang dapat digunakan dan diisi ulang beberapa kali.
Contohnya adalah baterai timbal-asam pada kendaraan dan baterai ion litium pada elektronik
portabel.
Dampak yang muncul apabila keracunan logam kadmium adalah tekanan darah tinggi,
kerusakan ginjal, kehilangan sel darah merah, gangguan lambung serta kerapuhan tulang.
Mangan dalam jumlah yang besar dapat menyebabkan keracunan dan kerusakan saraf pada
manusia.
Suatu sindrom lain yang disebabkan oleh mangan adalah memiliki gejala seperti
skizofrenia, kebodohan, lemah otot, sakit kepala dan insomnia.
Adapun dalam baterai sekunder seperti baterai Li-Ion yang kerap digunakan untuk ponsel,
gadget, laptop, hingga kendaraan kecil maupun besar, di dalamnya terkandung unsur kimia
lithium yang mudah bereaksi terhadap oksigen atau air, bahkan guncangan.
Selain itu ada unsur timah, asam sulfat, dan lainnya, yang akan membahayakan tubuh
manusia.Jika terhirupl akan menyebabkan penyakit seperti gangguan pernapasan, gangguan
otak, bahkan impotensi, termasuk juga gangguan kehamilan dan janin pada perempuan.
“Itulah sebabnya, sampah baterai ini harus ditangani dengan baik dan benar agar tidak
membahayakan lingkungan maupun masyarakat, termasuk diri kita sendiri,” ungkap Gufron
Mahmud, Direktur Utama PT Arah Environmental Indonesia yang juga pemerhati
lingkungan.
Menurut Gufron, ada beberapa langkah untuk menangani sampah B3 terutama baterai dengan
baik dan benar dilingkungan sekitar kita. Y
ang pertama adalah dengan memberikan edukasi kepada masyarakat akan bahaya sampah
baterai bagi kesehatan.
Beberapa langkah bagaimana cara penanganan sampah B3 yang baik dan benar yaitu :
2. Kumpulkan semua sampah bahan berbahaya di dalam tempat tertentu, misalnya di setiap
satu RW ada satu tempat khusus untuk menampung sementara sampah berbahaya.
3. Saat pengelola sampah datang untuk mengambil sebaiknya mereka juga sudah memiliki
kesadaran untuk tidak mencampur sampah berbahaya dengan sampah lainnya
4. Setelah itu sampah B3 ini dikirimkan ke tempat pengelola sampah B3 yang sudah
memenuhi standar dan berizin.
"Dalam hal ini, kami mendukung kebijakan pemerintah dengan berperan dalam memberikan
edukasi kepada para pihak yang menghasilkan limbah B3 termasuk limbah baterai dan untuk
pengelolaan limbah B3 seperti limbah baterai, kami dapat memberikan solusi pengelolaannya
yaitu layanan ECOFREN," tandas Gufron.
“Kami bukan hanya melakukan pengambilan sampah B3, termasuk baterai ini saja, tetapi
juga mencakup perencanaan, perlengkapan dan pengemasan, pengangkutan, pengolahan,
pelatihan dan konsultasi, serta penempatan sumber daya manusia (managed service) dalam
mengelola sampah B3 secara tepat dan sesuai dengan standar pengendalian pencemaran
lingkungan hidup,” pungkasnya.
Harapannya, tentu masyarakat semakin sadar dengan sampah B3 yang di dalamnya juga
termasuk baterai bekas dan menekan serendah mungkin pencemaran lingkungan