Anda di halaman 1dari 8

Limbah B3 dari sumber tidak spesifik (Pemeliharaan Alat)

1.Olie Bekas atau Minyak Pelumas Bekas

Jenis limbah oli bekas umumnya dihasilkan dari penggunaan minyak pelumas atau oli.
Minyak Pelumas umumnya digunakan oleh peralatan yang sedang bergerak, atau mesin, atau
mesin kendaraan bermotor seperti sepeda motor, mobil, dan truck serta bersumber dari mesin
generator listrik (genset).

Menurut PP Limbah B3 Oli bekas bersumber dari : Sumber Tidak Spesifik. Minyak pelumas
bekas dari sumber tidak spesifik merupakan Limbah B3 yang pada umumnya bukan berasal
dari proses utamanya, tetapi berasal dari kegiatan antara lain pemeliharaan alat, pencucian,
pencegahan korosi atau inhibitor korosi, pelarutan kerak, dan pengemasan. (Penjelasan Pasal
3 Ayat (3) Huruf a)

Kode limbah minyak pelumas bekas menurut eraturan pemerintah No 101 Tahun 2014
tentang Pengelolaan Limbah B3 adalah  :  B105d.

Sedangkan Kategori Berbahaya untuk Minyak pelumas bekas menurut eraturan pemerintah
No 101 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Limbah B3 adalah kategori (2). Limbah B3 kategori
2 merupakan Limbah B3 yang mengandung B3, memiliki efek tunda (delayed effect), dan
berdampak tidak langsung terhadap manusia dan lingkungan hidup serta memiliki toksisitas
sub-kronis atau kronis. (Penjelasan Pasal 3 Ayat (2) Huruf b Peraturan pemerintah No 101
Tahun 2014 tentang Pengelolaan Limbah B3).

Pembuangan Oli Bekas Berdasarkan Aturan Pemerintah


Berdasarkan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 mengenai Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup, Oli bekas merupakan salah satu kategori bahan pencemaran
yang masuk kedalam limbah bahan berbahaya dan beracun. Akibat kandungannya yang
berbahaya, proses pembuangan hingga pengolahan oli bekas memerlukan tindakan yang tepat
dan benar untuk mengurangi tingkat risikonya bagi lingkungan.
Adapun aturan pemerintah yang mengatur seluruh limbah B3 termasuk oli bekas diperlukan
pembuangan hingga pengolahan yang benar yaitu Peraturan Pemerintah No. 22 Tahun 2021
tentang Penyelenggaraan Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. Sesuai peraturan
yang berlaku, adapun cara pembuangan oli bekas yang harus diperhatikan:

1. Pastikan bahan wadah oli bekas sesuai dengan karakteristiknya


2. Wadah pengemasan berada dalam kondisi yang baik, tidak bocor, tidak rusak, dan tidak
berkarat
3. Lalu, tampung oli bekas pada wadah tersebut dan dilarang melakukan pencampuran oli
bekas dengan bahan-bahan tertentu
4. Dipastikan wadah tersebut mampu mengungkung oli bekas agar tetap berada di dalam
kemasannya dan tutup yang kuat untuk mencegah adanya tumpahan pada proses
pemindahan, penyimpanan, dan sebagainya
5. Berikan simbol maupun label (nama limbah B3, identitas penghasil oli bekas, tanggal
dihasilkannya dan tanggal pengemasan oli bekas)
6. Setelah itu, lakukan penyimpanan pada lokasi dan fasilitas penyimpanan sesuai dengan
jumlah dan karakteristik dari oli bekas
7. Dipastikan tersimpan pada lokasi bebas dari banjir dan tidak rawan bencana alam dan
memiliki fasilitas bak penampung maupun saluran tertentu, terhindari dari hujan dan sinar
matahari, dan memiliki penerangan dan ventilasi yang cukup
8. Selanjutnya dilakukan pengangkutan dan pengelolaan lebih lanjut ke pihak jasa pengelola
oli bekas berizin agar dapat di treatment maupun di daur ulang sesuai peraturan yang
berlaku, tanpa harus dibuang ke saluran perairan lainnya maupun
Apabila terjadi tumpahan oli bekas pada saat proses penampungan hingga pembuangan, cara
yang dapat dilakukan untuk membersihkan yaitu :

1. Cari sumber kebocoran oli dan tutup sumber tersebut


2. Gunakan spill kit untuk menyerap oli
3. Hindari penggunaan detergen dan produk pembersih keras lainnya, karena dapat
membentuk polutan yang lebih berbahaya

4. Bersihkan area tumpahan dengan kain atau handuk


5. Kain atau handuk dibuang ke fasilitas pengelolaan oli bekas
 

Wadah yang Diperlukan untuk Penampungan Oli Bekas


Syarat wadah yang harus dipenuhi untuk mengurangi risiko tumpahan oli bekas ke
lingkungan sesuai dengan Peraturan Pemerintah No. 22 Tahun 2021, antara lain:

 Bahan wadah yang sesuai sehingga tidak mudah bereaksi dengan kandungan oli bekas
 Tidak berkarat
 Tertutup secara rapat sehingga tidak mudah bocor
 Dalam kondisi yang baik dan tidak rusak
 Penutup wadah yang kuat
 

Mengapa Harus Membuang Oli Bekas dengan Benar


Oli bekas merupakan oli yang mengalami perubahan komposisi fisik, kimia, maupun mekanis
akibat penggunaan dalam jangka waktu yang cukup lama sehingga menyebabkan perubahan
kandungan menjadi lebih berbahaya dan karsinogenik. Perubahan kandungan terjadi akibat
pengaruh suhu dan tekanan selama penggunaan.

Senyawa kimiawi yang terkandung di dalam oli bekas dari senyawa basa berubah menjadi
senyawa asam yang dapat mempermudah penurunan kualitas lingkungan. Sifat oli bekas juga
memiliki sifat yang sulit terurai secara alami sehingga penanganan khusus diperlukan untuk
proses pembuangan hingga pengolahannya. Hal tersebutlah yang menjadikan alasan mengapa
harus membuang oli bekas dengan benar.

Selain alasan tersebut, terdapat beberapa faktor lainnya yaitu oli bekas mudah terbakar atau
meledak, bersifat reaktif dan mutagenik, bisa menyebabkan iritasi dan infeksi.

Bahaya atau Dampak Negatif Oli Bekas jika Dibuang Sembarangan


Kandungan oli bekas yang reaktif, mutagenik, karsinogenik dan sebagainya tentu saja dapat
memberikan dampak negatif apabila oli bekas dibuang sembarangan tanpa memperhatikan
persyaratan pengelolaan sesuai peraturan yang berlaku. Adapun dampak-dampak negatif oli
bekas jika dibuang sembarangan adalah sebagai berikut:
1. Mengganggu kesehatan masyarakat

2. Pencemaran air

3. Pencemaran tanah

4. Mudah terbakar

5. Pencemaran udara

6. Gangguan pada ekosistem


 

Dimana Oli Bekas dapat Dikumpulkan?


Apabila ingin membuang oli bekas dengan penanganan yang tepat maka oli bekas dapat
dikumpulkan di bengkel-bengkel maupun tempat yang berizin dan sudah bekerjasama dengan
pihak jasa pengelolaan oli bekas. Nantinya pihak penyimpanan sementara oli bekas akan
menentukan waktu dan jumlah pengangkutan kepada pihak pengelola oli bekas. Sehingga oli
bekas yang dimiliki dapat tertangani dengan baik.

Universal eco sebagai jasa perusahaan pengelola limbah B3 mampu bekerjasama dengan
pihak-pihak pengumpul oli bekas berizin untuk mengangkut hingga mengolah oli bekas
secara bertanggung jawab menggunakan teknologi ramah lingkungan. Dengan program yang
kami tawarkan yaitu Extended Producer Responsibility dan Daur Ulang Kemasan B3 mampu
menjadi awal perubahan lingkungan Indonesia yang bebas dari oli bekas dan mewujudkan
sirkular ekonomi.
2. Baterai

Baterai merupakan salah satu komponen elektronik yang saat ini paling banyak digunakan.
Banyak alat elektronik yang dipakai untuk kebutuhan sehari-hari kini memakai baterai.
Sebagai contoh ponsel, remote TV, jam tangan, jam dinding, laptop, tetikus dan lain
sebagainya. Persoalannya, mayoritas baterai merupakan barang elentronik bertipe habis pakai
dengan durasi penggunaan tak terlalu lama. Oleh karena itu, limbah baterai kini menjadi
salah satu sampah elektronik yang mudah ditemukan. Apalagi, kebanyakan masyarakat
terbiasa membuang limbah baterai bekas ke tempat sampah, atau malah secara sembarangan.
Bahkan, ada sebagian masyarakat yang menumpuk limbah baterai di rumah dan
menyimpannya secara asal-asalan. Padahal, baterai termasuk limbah Bahan Berbahaya dan
Beracun (B3) karena mengandung logam berat seperti merkuri, mangan, timbal, kadmium,
nikel dan lithium. Bahan-bahan itu bisa mencemari lingkungan dan berakibat buruk bagi
kesehatan manusia. Hal ini membuat daur ulang baterai menjadi penting. Sayangnya, belum
banyak fasilitas daur ulang limbah baterai di Indonesia. Cara paling praktis adalah
mengumpulkan limbah baterai secara terpisah dari sampah lainnya, untuk kemudian dikirim
pusat pengolahan limbah B3. Cara lainnya mengirim kembali limbah baterai ke produsennya.
Lalu bagaimana cara membuang baterai dengan aman? Sebagaimana dilansir Battery
Solutions, terdapat sejumlah langkah yang bisa dilakukan sebelum membuang baterai.
Pertama, tempatkan baterai bekas pada tempat terpisah dari sampah lain. Kedua, pasang
selotip bening yang tak konduktif pada kedua ujung baterai. Ketiga, masukkan baterai bekas
dalam plastik atau wadah khusus yang tidak bersifat konduktif. Keempat, cari lokasi fasilitas
pengolahan limbah B3 terdekat. Informasi bisa dicari di dinas lingkungan setempat. Lebih
baik, sebelum mengirimkan baterai bekas, baca peraturan tentang pembuangan dan
pengolahan limbah B3. Namun, fasilitas pengolahan limbah baterai di Indonesia memang
belum banyak. Kelima, jika akan mengirim baterai ke fasilitas pengolahan limbah B3, periksa
langkah-langkah keamanan tambahan yang diperlukan untuk pengiriman. Baterai terdiri dari
2 (dua) jenis utama, yakni baterai primer yang hanya dapat digunakan sekali dan dibuang.
Contohnya adalah baterai alkaline yang digunakan untuk senter maupun berbagai alat
portabel lainnya. 

Jenis kedua adalah baterai sekunder yang dapat digunakan dan diisi ulang beberapa kali.
Contohnya adalah baterai timbal-asam pada kendaraan dan baterai ion litium pada elektronik
portabel.

Pada baterai primer terdapat unsur zinc, karbon, campuran MnO2 (Mangan Dioksida),


serbuk karbon dan NH4Cl (Ammonium Klorida). Sementara, baterai yang dapat diisi ulang
mengandung cadmium, Nikel dan alkaline (potassium hidroksida). 
Semua komponen-komponen penyusun baterai ini, akan berdampak negatif bila mencemari
lingkungan, misalnya kadmium dan mangan.

Kenaikan konsentrasi kadmium dalam tanah akan memperbesar penangkapan unsur logam


tersebut oleh tanaman dan selanjutnya memasuki rantai makanan.

Dampak yang muncul apabila keracunan logam kadmium adalah tekanan darah tinggi,
kerusakan ginjal, kehilangan sel darah merah, gangguan lambung serta kerapuhan tulang.

Keracunan dan Kerusakan Saraf

Mangan dalam jumlah yang besar dapat menyebabkan keracunan dan kerusakan saraf pada
manusia. 

Lalu, bila keracunan mangan maka akan terjadi halusinasi, pelupa serta keracunan saraf. 

Mangan juga dapat menyebabkan parkinson, emboli paru-paru dan bronkitis. Dalam jangka


panjang, kelebihan mangan dapat mengakibatkan impoten.

Suatu sindrom lain yang disebabkan oleh mangan adalah memiliki gejala seperti
skizofrenia, kebodohan, lemah otot, sakit kepala dan insomnia.

Adapun dalam baterai sekunder seperti baterai Li-Ion yang kerap digunakan untuk ponsel,
gadget, laptop, hingga kendaraan kecil maupun besar, di dalamnya terkandung unsur kimia
lithium yang mudah bereaksi terhadap oksigen atau air, bahkan guncangan.
Selain itu ada unsur timah, asam sulfat, dan lainnya, yang akan membahayakan tubuh
manusia.Jika terhirupl akan menyebabkan penyakit seperti gangguan pernapasan, gangguan
otak, bahkan impotensi, termasuk juga gangguan kehamilan dan janin pada perempuan.

Upaya Menangani Sampah B3

“Itulah sebabnya, sampah baterai ini harus ditangani dengan baik dan benar agar tidak
membahayakan lingkungan maupun masyarakat, termasuk diri kita sendiri,” ungkap Gufron
Mahmud, Direktur Utama PT Arah Environmental Indonesia yang juga pemerhati
lingkungan.

Menurut Gufron, ada beberapa langkah untuk menangani sampah B3 terutama baterai dengan
baik dan benar dilingkungan sekitar kita. Y

ang pertama adalah dengan memberikan edukasi kepada masyarakat akan bahaya sampah
baterai bagi kesehatan.

Beberapa langkah bagaimana cara penanganan sampah B3 yang baik dan benar yaitu :

1. Memulai dengan memisahkan sampah B3 seperti baterai bekas di rumah dengan


meletakkannya di dalam wadah khusus dan terpisah dengan sampah lainnya.

2. Kumpulkan semua sampah bahan berbahaya di dalam tempat tertentu, misalnya di setiap
satu RW ada satu tempat khusus untuk menampung sementara  sampah berbahaya.

3. Saat pengelola sampah datang untuk mengambil sebaiknya mereka juga sudah memiliki
kesadaran untuk tidak mencampur  sampah berbahaya dengan sampah lainnya

4. Setelah itu sampah B3 ini  dikirimkan ke tempat pengelola sampah B3 yang sudah
memenuhi standar dan berizin.

"Dalam hal ini, kami mendukung kebijakan pemerintah dengan berperan dalam memberikan
edukasi kepada para pihak yang menghasilkan limbah B3 termasuk limbah baterai dan untuk
pengelolaan limbah B3 seperti limbah baterai, kami dapat memberikan solusi pengelolaannya
yaitu layanan ECOFREN," tandas Gufron.

“Kami bukan hanya melakukan pengambilan sampah B3, termasuk baterai ini saja, tetapi
juga mencakup perencanaan, perlengkapan dan pengemasan, pengangkutan, pengolahan,
pelatihan dan konsultasi, serta penempatan sumber daya manusia (managed service) dalam
mengelola  sampah B3 secara tepat dan sesuai dengan standar pengendalian pencemaran
lingkungan hidup,” pungkasnya.

Harapannya, tentu masyarakat semakin sadar dengan  sampah B3 yang di dalamnya juga
termasuk baterai bekas dan menekan serendah mungkin pencemaran lingkungan 

Anda mungkin juga menyukai