DISUSUN OLEH :
1. SITTI HARIYATI (13513032)
2. INDAH PUSPITASARI (13513092)
KELAS : D
1. Profil Perusahaan
LOGO PERUSAHAAN
PT. Tekindo energi merupakan perusahaan yang bergerak dibidang
pertambangan nikel berkedudukan di Jakarta dan melakukan kegiatan
pertambangan nikel di wilayah Kabupaten Halmahera Tengah, Provinsi
Maluku Utara.
Perusahaan ini melakukan kegiatan eksplorasi dan penambangan nikel,
kegiatan eksplorasi dimulai pada tahun 2006 dan pada tahun 2010
kegiatan ekploitasi dimulai. Luas blok penambangan PT Tekindo Energi
yaitu 4000 Ha. Secara administrasi lokasi kegiatan pertambangan bijih
nikel oleh PT. Tekindo Energi berlokasi di Desa Lelilef Waibulen, Kecamatan
Weda Tengah, Kabupaten Halmahera Tengah, Provinsi Maluku Utara. Letak
geografis lokasi ini berada pada titik koordinat terluar yaitu 12756 00
BT serta 033 30.0 LU - 036 24.4 LU yang menempati lahan masingmasing blok 2000 Ha.
Kegiatan penambangan bijih nikel PT. Tekindo Energi Kabupaten
Halmahera Tengah, Provinsi Maluku Utara bertujuan untuk memenuhi
permintaan bijih nikel di pasar dunia yang meningkat sebesar 16 % pada
tahun 2007 dibandingkan permintaan pada tahun 2006. Permintaan nikel
akan terus meningkat pada tahun tahun mendatang. Disisi lain, pasokan
sementara
beroperasi,
PT
Tekindo
Energi
ditempatkan
dan
Kegiatan
perbengkelan
menghasilkan limbah B3
yang
3. Inventarisasi
dan
Identifikasi
Sumber
Limbah
B3
PT.
TEKINDO ENERGI
Berdasarkan sasaran mutu lingkungan PT. Tekindo Energi produksi limbah B3 dapat
dikategorikan berdasarkan sumbernya sebagai limbah yang berasal dari sumber tidak
spesifik.
Sumber tidak spesifik adalah limbah B3 yang pada umumnya berasal bukan dari
proses utamanya. Dalam hal ini limbah B3 PT. Tekindo Energi bersumber dari kegiatan
perbengkelan, antara lain oli bekas, aki bekas, oil filter, fuel filter, kemasan bekas B3 (drum),
dan ban bekas yang memerlukan perlakuan khusus.
Konsep Pengelolaan limbah B3 yang dilaksanakan di PT. Tekindo Energi adalah
belum menggunakan konsep Cradle to Grave (pemusnahan atau landfill sebagai jalan akhir
dari siklus dari produksi atau limbah), melainkan dikelola dengan cara menyimpan sementara
limbah B3 yang dihasilkan di tempat yang telah disediakan dan dijual ke pihak ke 3.
Berdasarkan karakteristiknya, limbah B3 yang dihasilkan oleh PT. Tekindo Energi
terbagi menjadi:
1. Mudah terbakar
Oli bekas termasuk dalam limbah B3 yang mudah terbakar sehingga bila tidak
ditangani pengelolaan dan pembuangannya akan membahayakan kesehatan
mausia dan lingkungan sekitar.
Limbah ini berbahaya apabila terjadi kontak dengan buangan (gas) yang panas
dari kendaraan, rokok atau sumber api lain karena dapat menimbulkan
kebakaran yang tidak terkendalikan baik didalam kendaraan pengangkut
maupun dilokasi penanaman limbah (landfill). Limbah mudah
menyala/terbakar ini didefinisikan sebagai: Limbah yang apabila didekatkan
dengan api, percikan api, gesekan atau sumber nyala lain akan mudah
menyala/terbakar dan apabila telah menyala akan terus terbakar hebat dalam
waktu yang lama
Filter oli bekas juga termaksud dalam kategori limbah yang mudah terbakar
2. Limbah B3 bersifat korosif
Cairan asam H2SO4 yang dihasilkan dari baterai bekas/aki bekas masuk dalam
katergori limbah B3 yang bersifat korosif karena punya karakteristik
Mempunyai pH sama atau kurang dari 2 untuk B3 bersifat asam.
Drum bekas yang digunakan untuk pewadahan limbah oli bekas kondisinya
sudah tua dan berkarat dapat menimbulkan korosif.
3. Limbah B3 beracun
Oli bekas yang tidak ditampung dengan benar, selain mudah terbakar tentu
saja jika dibiarkan begitu saja dapat mencemari lingkungan dan mengurangi
unsur hara dalam tanah.
aki bekas menghasilkan limbah cair yang beracun, karena menggunakan
H2SO4 sebagai cairan elektrolit.
Penanganan limbah B3 yang ada di PT. Tekindo Energi menganut pada peraturan
nasional di Indonesia yang telah diatur oleh Kementrian Lingkungan Hidup melalui
kebijakan yang tertuang pada Peraturan Pemerintah No. 85 tahun 1999 tentang Perubahan
atas Peraturan Pemerintah No. 18 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya
dan Beracun. Serta Peraturan Pemerintah No. 74 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Bahan
Berbahaya dan Beracun sebab kegiatan pertambangan ini berpotensi menghasilkan limbah
yang tergolong sebagai bahan berbahaya dan beracun (B3) sehingga melakukan
pengangkutan, penyimpanan dan pemanfaatan bahan-bahan yang tergolong sebagai bahan
berbahaya dan beracun (B3) dan penanganannya perlu memperhatikan ketentuan-ketentuan
yang tercantum dalam peraturan ini.