Anda di halaman 1dari 24

2.12.

10

BAB IV PENGOLAHAN LIMBAH - PERTAMINA

00.36  letshare  No comments

Pengolahan limbah dilakukan karena berorientasi pada akibat yang ditimbulkan dalam
lingkungan terutama pada daerah sekitar industri maupun efek keseluruhan untuk semua
lingkungan. Dengan prinsip pencegahan dan penanggulangan pencemaran harus dapat
menjamin terpeliharanya kepentingan umum dan keseimbangan lingkungan, dengan tetap
memperhatikan kepentingan pihak industri.
Limbah PT. PERTAMINA RU- VI yang dihasilkan ada 3 jenis yaitu :
1. Limbah padat,
2. Limbah gas
3. Limbah cair.

4.1. Pengolahan Limbah Cair


Limbah yang dihasilkan industri minyak bumi umumnya mengandung logam-logam berat
maupun senyawa yang berbahaya. Selain logam berat, limbah, atau air buangan industri,
minyak bumi juga mengandung senyawa-senyawa hidrokarbon yang sangat rawan terhadap
bahaya kebakaran.
Dalam setiap kegiatan industri, air buangan yang keluar dari kawasan industri minyak bumi
harus diolah terlebih dahulu dalam unit pengolahan limbah, sehingga air buangan yang telah
diproses dapat memenuhi spesifikasi dan persyaratan yang telah ditentukan oleh pemerintah.
Untuk mencapai tujuan tersebut, maka dibangun unit Sewage dan Effluent Water Treatment
di PT. PERTAMINA (Persero) UP-VI Balongan ini.

Secara garis besar effluent water treatment di PT. PERTAMINA (Persero) RU - VI Balongan
dibagi menjadi dua, yaitu treatment oily water dan treatment air buangan proses. Treatment
oily water dilakukan di rangkaian separator sedangkan treatment air buangan proses
dilakukan menggunakan lumpur aktif (activated sludge) yang merupakan campuran dari
koloni mikroba aerobik.
Unit pengolah air buangan terdiri dari:
1. Air Floatation Section
Air hujan yang bercampur minyak dari unit proses dipisahkan oleh CPI separator sedangkan
air ballast dipisahkan di API separator kemudian mengalir ke seksi ini secara gravitasi.
Campuran dari separator mengalir ke bak DAF Feed Pump dan dipompakan ke bak
floatation, sebagian campuran dipompakan ke pressurize vessel. Dalam pressurize vessel
udara dari plant air atau DAF compressor udara dilarutkan dalam pressurize waste water.
Bilamana pressurize waste water dihembuskan ke pipa inlet floatation pada tekanan atmosfir,
udara yang terlarut disebarkan dalam bentuk gelembung dan minyak yang tersuspensi dalam
waste water terangkat ke permukaan air.
Minyak yang mengapung diambil dengan skimmer dan dialirkan ke bak floatation oil.
Minyak di dalam bak floatation oil dipompakan ke tangki recovery oil. Air bersih dari bak
floatation mengalir ke bak impounding basin.
2. Activated Oil Sludge
Aliran proses penjernian air dengan CPI Separator dan aliran sanitary dengan pompa
dialirkan secara gravitasi ke seksi activated sluge. Air hasil proses CPI dan filtrate
dehydotator dicampurkan dalam bak proses effluent dan campuran air ini dipompakan ke pit
aeration pada operasi normal dan pada emergency ke pit clarifier melalui rapid mixing pit dan
Flocculation pit. Apabila kualitas air off spec, maka air tersebut dikembalikan ke bak effluent
sedikit demi sedikit untuk dibersihkan dengan normal proses.
Ferri Chlorida (FeCl3) dan Caustic Soda (NaOH) diinjeksikan ke bak flocculation. Air yang
tersuspensi, minyak dan sulfide dalam air kotor dihilangkan dalam unit ini. Lumpur yang
mengendap dalam bak clarifier dipompakan ke bak thickener.
Pemisahan permukaan dari bak clarifier dilakukan secara over flow ke bak aeration. Air kotor
dari sanitary mengalir secara langsung ke bak aeration. Dalam bak aeration ditambahkan
nutrient. Selain itu, untuk menciptakan lingkungan aerobic bak ini dilengkapi pula dengan
aerator.
Treatment dengan biological ini mengirangi dan menghilangkan benda-benda organic (BOD
dan COD). Setelah treatment dengan biological, air kotor bersama lumpur dikirim ke bak
aeration kembali, sebagai lumpur dikirim ke bak thickener.
Pemisahan pemurnian air dari bak sedimentasi mengalir dari atas ke Impounding Basin. Unit
Sewage and Effluent Water Treatment dirancang untuk system waste water treatment yang
bertujuan memproses buangan seluruh kegiatan dari unit proses dan area pertangkian dalam
batas-batas effluent yang ditetapkan air bersih. Kapasitas unit ini sebesar 600m3/jam dimana
kecepatan effluent didesain untuk penyesuaian kapasitas 180 mm/hari curah hujan di area
proses dan utilitas.
Unit penjernian buangan air ini memiliki beberapa proses, yaitu:
1. Proses fisik
Pada proses ini diusahakan agar minyak maupun buangan padat dipisahkan secara fisik.
Setelah melalui proses fisik tersebut, kandungan minyak dalam buangan air hanya
diperbolehkan ±25 ppm.
2. Proses kimia
Proses ini dilakukan dengan menggunakan bahan penolong seperti koagulan, flokulan,
penetrasi, pengoksidasi dan sebagainya, yang dimaksudkan untuk menetralkan zat kimia
berbahaya dalam air limbah. Senyawa yang tidak diinginkan diikat menjadi padat dalam
bentuk endapan lumpur yang selanjutnya dikeringkan.
3. Proses mikrobiologi,
Proses mikrobiologi merupakan proses akhir dan berlangsung lama dan hanya dapat
mengolah senyawa yang sangat sedikit mengandung senyawa logam berbahaya. Pada
dasarnya proses ini memanfatkan mahluk hidup(mikroba) untuk mengolah bahan organik.
Semua air buangan yang biodegradable dapat diolah secara biologi. Tujuannya untuk
mengumpulkan dan memisahkan zat padat koloidal yang tidak mengendap serta menstabikan
senyawa-senyawa organic. Sebagai pengolahan sekunder, penglahan secara biologi
dipandang sebagai pengolahan ynag paling murah dan efisien. Dalam beberapa dasawarsa
telah berkembang berbagai metode pengolahan limbah secara biologi dengan segala
modifikasinya.
Konsep yang digunakan dalam proses pengolahan limbah secara biologi adalah eksploitasi
kemampuan mikroba dalam mendegradasi senyawa-senyawa polutan dalam air limbah. Pada
proses degradasi, senyawa-senyawa tersebut akan berubah menjadi senyawa-senyawa lain
yang lebih sederhana dan tidak berbahaya bagi lingkungan. Hasil perubahan tersebut sangat
tergantung pada kondisi lingkungan saat berlangsungnya proses pengolahan limbah. Oleh
karena itu, eksolitasi kemampuan mikroba untuk mengubah senyawa polutan biasanya
dilakukan dengan cara mengoptimalkan kondisi lingkungan untuk pertumbuhan mikroba
sehingga tercapai efisiensi yang maksimum.
3. Dehydrator dan Incenerator section
Padatan berupa lumpur yang terkumpul dari floatation section dan activated sludge
ditampung pada sebuah bak. Selanjutnya lumpur tersebut dipisahkan airnya dengan bantuan
bahan kimia dan alat mekanis berupa (alat yang bekerja memisahkan cairan-padatan dan
dengan memutarnya pada kecepatan tinggi).
4.2. Pengolahan Limbah Gas
Limbah gas dari kilang ini diolah di sulfur recovery unit dan sisanya dibakar di incinerator
(untuk gas berupa H2S dan CO) maupun flare (gas hidrokarbon).
4.3. Pengolahan Limbah Padat
Sludge merupakan suatu limbah yang dihasilkan dalam industri minyak yang tidak dapat
dibuang begitu saja ke alam bebas, karena akan mencemari lingkungan. Pada sludge selain
mengandung lumpur, pasir, dan air juga masih mengandung hidrokarbon fraksi berat yang
tidak dapat di-recovery ke dalam proses. Sludge ini juga tidak dapat di buang ke lingkungan
sebab tidak terurai secara alamiah dalam waktu singkat.
Pemusnahan hidrokarbon perlu dilakukan untuk menghindari pencemaran lingkungan. Dalam
upaya tersebut, PT. PERTAMINA (Persero) UP-VI Balongan melakukannya dengan
membakar sludge dalam suatu ruang pembakar (incinerator) pada temperature 800ºC.
Lumpur/pasir yang tidak terbakar dapat digunakan untuk landfill atau dibuang di suatu area,
sehingga pencemaran lingkungan dapat dihindari.
Limbah minyak
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Limbah minyak adalah buangan yang berasal dari hasil eksplorasi produksi minyak,
pemeliharaan fasilitas produksi, fasilitas penyimpanan, pemrosesan, dan tangki penyimpanan
minyak pada kapal laut.[1] Limbah minyak bersifat mudah meledak, mudah terbakar, bersifat
reaktif, beracun, menyebabkan infeksi, dan bersifat korosif.[1] Limbah minyak merupakan
bahan berbahaya dan beracun (B3), karena sifatnya, konsentrasi maupun jumlahnya dapat
mencemarkan dan membahayakan lingkungan hidup, serta kelangsungan hidup manusia dan
mahluk hidup lainnya.[2]

Daftar isi

 1 Minyak bumi
o 1.1 Pengeboran di laut
o 1.2 Tumpahan minyak
 1.2.1 Efek
 1.2.2 Penanganan di laut
 1.2.2.1 Pemantauan
 1.2.2.2 Penanggulangan
 1.2.2.3 Peralatan
o 1.3 Pengeboran di darat
 1.3.1 Penanganan di darat
 2 Referensi
 3 Lihat Pula
 4 Pranala luar

Minyak bumi

Pengeboran minyak bumi di laut menyebabkan terjadinya pencemaran laut.

Pengeboran di laut

Pada umumnya, pengeboran minyak bumi di laut menyebabkan terjadinya peledakan (blow
aut) di sumur minyak.[3] Ledakan ini mengakibatkan semburan minyak ke lokasi sekitar laut,
sehingga menimbulkan pencemaran.[3] Contohnya, ledakan anjungan minyak yang terjadi di
teluk meksiko sekitar 80 kilometer dari Pantai Louisiana pada 22 April 2010.[3] Pencemaran
laut yang diakibatkan oleh pengeboran minyak di lepas pantai itu dikelola perusahaan minyak
British Petroleum (BP).[3] Ledakan itu memompa minyak mentah 8.000 barel atau 336.000
galon minyak ke perairan di sekitarnya.[3]

Tumpahan minyak

Tumpahan minyak di laut berasal dari kecelakaan kapal tanker.[4] Contohnya tumpahan
minyak terbesar yang terjadi pada tahun 2006 di lepas pantai Libanon.[4] Selain itu, terjadi
kecelakaan Prestige pada tahun 2002 di lepas pantai Spanyol.[4] Bencana alam seperti badai
atau banjir juga dapat menyebabkan tumpahan minyak.[4] Sebagai contoh pada tahun 2007,
banjir di Kansas menyebabkan lebih dari 40.000 galon minyak mentah dari kilang tumpah ke
perairan itu.[4]

Efek

Surf scoter yang terendam dalam laut yang tercemar limbah minyak bumi.

Akibat yang ditimbulkan dari terjadinya pencemaran minyak bumi di laut adalah:[5]

1. Rusaknya estetika pantai akibat bau dari material minyak. Residu berwarna gelap
yang terdampar di pantai akan menutupi batuan, pasir, tumbuhan dan hewan.
Gumpalan tar yang terbentuk dalam proses pelapukan minyak akan hanyut dan
terdampar di pantai.
2. Kerusakan biologis, bisa merupakan efek letal dan efek subletal. Efek letal yaitu
reaksi yang terjadi saat zat-zat fisika dan kimia mengganggu proses sel ataupun
subsel pada makhluk hidup hingga kemungkinan terjadinya kematian. Efek subletal
yaitu mepengaruhi kerusakan fisiologis dan perilaku namun tidak mengakibatkan
kematian secara langsung. Terumbu karang akan mengalami efek letal dan subletal
dimana pemulihannya memakan waktu lama dikarenakan kompleksitas dari
komunitasnya.
3. Pertumbuhan fitoplankton laut akan terhambat akibat keberadaan senyawa beracun
dalam komponen minyak bumi, juga senyawa beracun yang terbentuk dari proses
biodegradasi. Jika jumlah pitoplankton menurun, maka populasi ikan, udang, dan
kerang juga akan menurun. Padahal hewan-hewan tersebut dibutuhkan manusia
karena memiliki nilai ekonomi dan kandungan protein yang tinggi.
4. Penurunan populasi alga dan protozoa akibat kontak dengan racun slick (lapisan
minyak di permukaan air). Selain itu, terjadi kematian burung-burung laut. Hal ini
dikarenakan slick membuat permukaan laut lebih tenang dan menarik burung untuk
hinggap di atasnya ataupun menyelam mencari makanan. Saat kontak dengan
minyak, terjadi peresapan minyak ke dalam bulu dan merusak sistem kekedapan air
dan isolasi, sehingga burung akan kedinginan yang pada akhirnya mati.

Penanganan di laut

Pemantauan

Tindakan pertama yang dilakukan dalam mengatasi tumpahan minyak yaitu dengan
melakukan pemantauan banyaknya minyak yang mencemari laut dan kondisi tumpahan.[6]
Ada 2 jenis pemantauan yang dilakukan yaitu dengan pengamatan secara visual dan
penginderaan jauh (remote sensing).[6]

 Pengamatan secara visual

Pengamatan secara visual merupakan pengamatan yang menggunakan pesawat. Teknik ini
melibatkan banyak pengamat, sehingga laporan yang diberikan sangat bervariasi. Pada
umumnya, pemantauan dengan teknik ini kurang dapat dipercaya. Sebagai contoh, pada
tumpahan jenis minyak yang ringan akan mengalami penyebaran (spreading), sehingga
menjadi lapisan sangat tipis di laut. Pada kondisi pencahayaan ideal akan terlihat warna
terang. Namun, penampakan lapisan ini sangat bervariasi tergantung jumlah cahaya matahari,
sudut pengamatan dan permukaan laut, sehingga laporannya tidak dapat dipercaya.

 Pengamatan penginderaan jauh

Metode penginderaan jarak jauh dilakukan dengan berbagai macam teknik, seperti Side-
looking Airborne Radar (SLAR). SLAR dapat dioperasikan setiap waktu dan cuaca, sehingga
menjangkau wilayah yang lebih luas dengan hasil penginderaan lebih detail. Namun,teknik
ini hanya bisa mendeteksi lapisan minyak yang tebal. Teknik ini tidak bisa mendeteksi
minyak yang berada dibawah air dalam kondisi laut yang tenang. Selain SLAR digunakan
juga teknik Micowave Radiometer, Infrared-ultraviolet Line Scanner, dan Landsat Satellite
System. Berbagai teknik ini digunakan untuk menghasilkan informasi yang cepat dan akurat.

Penanggulangan

Booms digunakan untuk menghambat perluasan limbah minyak di laut.

Beberapa teknik penanggulangan tumpahan minyak diantaranya in-situ burning, penyisihan


secara mekanis, bioremediasi, penggunaan sorbent, penggunaan bahan kimia dispersan, dan
washing oil.[6]
 In-situ burning adalah pembakaran minyak pada permukaan laut, sehingga
mengatasi kesulitan pemompaan minyak dari permukaan laut, penyimpanan dan
pewadahan minyak serta air laut yang terasosiasi. Teknik ini membutuhkan booms
(pembatas untuk mencegah penyebaran minyak) atau barrier yang tahan api.
Namun, pada peristiwa tumpahan minyak dalam jumlah besar sulit untuk
mengumpulkan minyak yang dibakar. Selain itu, penyebaran api sering tidak
terkontrol.
 Penyisihan minyak secara mekanis melalui 2 tahap, yaitu melokalisir tumpahan
dengan menggunakan booms dan melakukan pemindahan minyak ke dalam wadah
dengan menggunakan peralatan mekanis yang disebut skimmer.
 Bioremediasi yaitu proses pendaurulangan seluruh material organik. Bakteri
pengurai spesifik dapat diisolasi dengan menebarkannya pada daerah yang
terkontaminasi. Selain itu, teknik bioremediasi dapat menambahkan nutrisi dan
oksigen, sehingga mempercepat penurunan polutan.
 Penggunaan sorbent dilakukan dengan menyisihkan minyak melalui mekanisme
adsorpsi (penempelan minyak pad permukaan sorbent) dan absorpsi (penyerapan
minyak ke dalam sorbent). Sorbent ini berfungsi mengubah fase minyak dari cair
menjadi padat, sehingga mudah dikumpulkan dan disisihkan. Sorbent harus memiliki
karakteristik hidrofobik, oleofobik, mudah disebarkan di permukaan minyak, dapat
diambil kembali dan digunakan ulang. Ada 3 jenis sorbent yaitu organik alami (kapas,
jerami, rumput kering, serbuk gergaji), anorganik alami (lempung, vermiculite, pasir)
dan sintetis (busa poliuretan, polietilen, polipropilen dan serat nilon).
 Dispersan kimiawi merupakan teknik memecah lapisan minyak menjadi tetesan kecil
(droplet), sehingga mengurangi kemungkinan terperangkapnya hewan ke dalam
tumpahan minyak. Dispersan kimiawi adalah bahan kimia dengan zat aktif yang
disebut surfaktan.
 Washing oil yaitu kegiatan membersihkan minyak dari pantai.

Peralatan

Pembersihan limbah minyak di kawasan pantai.

Alat-alat yang digunakan untuk membersihkan tumpahan minyak:[6]

 Booms merupakan alat untuk menghambat perluasan hambatan minyak.


 Skimmers yaitu kapal yang mengangkat minyak dari permukaan air.
 Sorbent merupakan spons besar yang digunakan untuk menyerap minyak.
 Vacuums yang khusus untuk mengangkat minyak berlumpur dari pantai atau
permukaan laut.
 Sekop yang khusus digunakan untuk memindahkan pasir dan kerikil dari minyak di
pantai.

Pengeboran di darat

Pencemaran tanah oleh kegiatan pengabaran minyak bumi di darat telah menimbulkan
pencemaran lngkungan. Tanah yang terkontaminasi minyak bumi dapat merusak lingkungan
serta menurunkan estetika.

Penanganan di darat

Pemulihan lahan tercemar oleh minyak bumi dapat dilakukan secara biologi dengan
menggunakan kapasitas kemampuan mikroorganisme. Fungsi dari mikroorganisme ini dapat
mendegradasi struktur hidrokarbon yang ada dalam tanah, sehingga minyak bumi menjadi
mineral-mineral yang lebih sederhana dan tidak membahayakan lingkungan. Teknik seperti
ini disebut bioremediasi. Teknik bioremediasi dapat dilaksanakan secara in-situ maupun cara
ex-situ.

 Pada umumnya, teknik bioremediasi in-situ diaplikasikan pada lokasi tercemar


ringan, lokasi yang tidak dapat dipindahkan, atau karakteristik kontaminan yang
volatil.
 Bioremediasi ex-situ merupakan teknik bioremediasi di mana lahan atau air yang
terkontaminasi diangkat, kemudian diolah dan diproses pada lahan khusus yang
disiapkan untuk proses bioremediasi.

Penanganan lahan yang tercemar minyak bumi dilakukan dengan cara memanfatkan
mikroorganisme untuk menurunkan konsentrasi atau daya racun bahan pencemar.
Penanganan semacam ini lebih aman terhadap lingkungan karena agen pendegradasi yang
dipergunakan adalah mikroorganisme yang dapat terurai secara alami. Ruang lingkup
pelaksanaan proses bioremediasi tanah yang terkontaminasi minyak bumi meliputi beberapa
tahap yaitu:

 Treatibility study merupakan studi pendahuluan terhadap kemampuan jenis


mikroorganisme pendegradasi dalam menguraikan minyak bumi yang terdapat di
lokasi tanah terkontaminasi.
 Site characteristic merupakan studi untuk mengetahui kondisi lingkungan awal di
lokasi tanah yang terkontaminasi minyak bumi. Kondisi ini meliputi kualitas fisik,
kimia, dan biologi.
 Persiapan proses bioremediasi yang meliputi persiapan alat, bahan, administrasi
serta tenaga manusia.
 Proses bioremediasi yang meliputi serangkaian proses penggalian tanah tercemar,
pencampuran dengan tanah segar, penambahan bulking agent, penambahan inert
material, penambahan bakteri, nutrisi, dan proses pencampuran semua bahan.
 Sampling dan monitoring meliputi pengambilan gambar tanah dan air selama proses
bioremediasi. Kemudian, gambar itu dibawa ke laboratorium independen untuk
dianalisa konsentrasi TPH dan TCLP.
 Revegetasi yaitu pemerataan, penutupan kembali drainase dan perapihan lahan
sehingga lahan kembali seperti semula.

Referensi

1. ^ a b Ginting, Pedana, Ir., Sistem Pengelolaan Lingkungan dan Limbah Industri


(2007) Jakarta. MS.CV YRAMA WIDYA. Hal 17-18.
2. ^ Bahan Berbahaya dan Beracun (B3), Elqodar. Diakses pada 29 Mei 2010.
3. ^ a b c d e (Inggris) Pencemaran Laut Timor versus Meksiko,
www.sinarharapan.co.id. Diakses pada 16 Juni 2010.
4. ^ a b c d e (Inggris) Oil Spilss, www.enviroliteracy.org. Diakses pada 16 Juni
2010.
5. ^ Saktiyono. IPA BIOLOGI, Jilid 1. Jakarta, ESIS. ISBN 979-734-523-8,
9789797345235. Hal 159.
6. ^ a b c d (Inggris) Oil, Water and Chocolate Mousse.(1994). Ottawa, Ontario:
Environment Canada. Pages 22-24

Oleh : Prasetyo Handrianto, S.Si.

(Email: Prasetyohandrianto@gmail.com)

Pencemaran minyak bumi (crude oil) dapat terjadi di udara, tanah dan air. Pencemaran
minyak bumi pada tanah  dianggap sebagai kontaminan yang dapat mengurangi produktifitas
tanah. Kecemasan bahwa pencemaran ini akan menjadi masalah di masa yang akan datang
adalah hal yanag sangat beralasan  mengingat bentuk,sifat dan jumlahnya semakin besar/luas
serta terus mengalami peningkatan.

Kontaminan dalam tanah adalah bahan kimia yang dapat diakibatkan oleh kegiatan manusia.
Kontaminan dapat masuk ketanah secara sengaja dan tidak disengaja. Kesengajaan seperti
aplikasi pestisida, kegiatan pengeboran minyak bumi baik secara modern maupun tradisional,
serta contoh tidak sengajaan seperti tumpahan minyak karena kecelakaan, kebocoran dll.

Kontaminan tanah juga disebut sebgai limbah berbahaya atau pencemar (pollutant) tanah,
terdiri atas berbagai macam bahan kimia (Alexander, 1994 dalam Hairiah, 2009) termasuk :

1. Larutan mengandung klor, sepeti triklorotilena (TCE) dan tetracloroetilena (PCE)


2. Bahan peledak, seperti 2,4,6-trinitrotoluena (TNT)
3. Logam seperti kromium dan timbal
4. Radionukleida seperti plutonium
5. Pestisida, seperti atrazin, benlat dan mathion.
6. BTEX (benzene, toluene, ethyl benzene, xylema)
7. PAH (polycyclic aromatic hydrocarbon) seperti kreosol.
8. PCB (polychlorinated biphenyl), seperti campuran aroclor

Limbah berbahaya adalah limbah yang mempunyai sifat-sifat sebagai berikut: korosif, mudah
terbakar, reaktif, “leachate” beracun, dan mudah menular (limbah rimah sakit). Limbah atau
tumpahan minyak bumi menjadi masalah pencemaran sebab limbah ini digolongkan menjadi
limbah berbahaya dan beracun.
Pemenuhan kebutuhan secara global menuntut manusia untuk melakukan pembangunan-
pembangunan yang dalam pelaksanaan operasionalnya memerlukan memerlukan energy
sebagai bahan penggerak. Pembangunan secara tidak langsug memerlukan penggunaan
sumberdaya alam seperti minyak bumi. Sampai saat ini minyak bumi merupakan sumber
bahan bakar yang belum tergantikan oleh bahan lain. Bila dalam penggunaanya tidak
dilakukan dengan bijaksana dengan mempertimbangkan kondisi lingkungan maka tidak dapat
dipungkiri akan menimbulkan permasalahan lingkungan hidup (pencemaran). Pencemaran
akan mengakibatkan ketidak seimbangan dan bila terjadi terus menerus dapat membahayakan
kehidupan baik manusia, tumbuhan maupum hewan di alam ini.

Dalam proses penambangan minyak bumi tentunya akan ada limbah-limbah yang di hasilkan.

Limbah lumpur minyak bumi merupakan produk yang tidak mungkin dihindari oleh setiap
perusahaan pertambangan minyak bumi dan menyebabkan pencemaran terhadap lingkungan
(Sumastri, 2005). Sebab lumpur limbah minyak bumi mempunyai komponen hidrokarbon
atau Total petroleum Hydrocarbon (TPH) yaitu senyawa organik yang terdiri atas hidrogen
dan karbon contohnya benzene, toluene, ethylbenzena dan isomer xylema.

Total petroleum Hydrocarbon (TPH) ialah merupakan pengukuran konsentrasi pencemar


hidrokarbon minyak bumi dalam tanah atau serta seluruh pencemar hidrokarbon minyak
dalam suatu sampel tanah yang sering dinyatakan dalam satuan mg hidrokarbon/kg tanah
(Nugroho, 2006).

Lumpur minyak bumi termasuk limbah bahan berbahaya dan beracun (B3), jika mengacu
pada PP no. 85 tahun 1999 tentang limbah B3. Dalam peraturan tersebut ditegaskan bahwa
setiap produsen yang menghasilkan limbah B3 hanya diizinkan menyimpan limbah tersebut
paling lama 90 hari sebelum diolah  dan perlu pengolahan secara baik sehingga tidak
mencemari lingkungan di sekitarnya. Menurut UU nomor 23 tahun 2009 tentang pengelolaan
limbah B3 adalah dapat dilakukan dengan  pengurangan, penyimpanan, pengumpulan,
pengangkutan, pemanfaatan, pengolahan, dan/atau penimbunan .

Pencemaran minyak bumi di tanah merupakan ancaman yang serius bagi kesehatan manusia.
Minyak bumi yang mencemari tanah dapat mencapai lokasi air tanah, danau atau sumber air
yang menyediakan air bagi kebutuhan domestik maupun industri sehingga menjadi masalah
serius bagi daerah yang mengandalkan air tanah sebagai sumber utama kebutuhan air bersih
atau air minum. Pencemaran minyak bumi, meskipun dengan konsentrasi hidrokarbon yang
sangat rendah sangat mempengaruhi bau dan rasa air tanah (Atalas dan Bartha 1997 dalam
Nugroho, 2006).

Limbah harus diolah terlebih dahulu sebelum dibuang jika mengandung bahan pencemar
yang mengakibatkan rusaknya lingkungan, atau paling tidak berpotensi menciptakan
pencemaran. Dalam suatu proses pengolahan limbah, harus dibuat perkiraan terlebih dahulu
dengan mengidentifikasi sumber pencemaran, fungsi dan jenis bahan, sistem pengolahan
kualitas dan jenis buangan, serta fungsi B3. Dengan mengacu pada prakiraan tersebut, maka
dibuat program pengendalian dan penanggulangan pencemaran mengingat limbah, baik
dalam jumlah besar maupun kecil, dalam jangka panjang ataupun pendek akan
mengakibatkan terjadinya perubahan pada lingkungan (Kristanto, 2002).

Tambang Minyak Bumi dan Gas Alam yang dikelola secara tradisional/tambang rakyat di
Kabupaten Bojonegoro yang berada di wilayah kecamatan Kadewan terdapat 74 unit sumur
yang meliputi desa Wonocolo 44 sumur dengan kapasitas produksi 25.771 liter/hari, desa
Hargomulyo 18 sumur dengan kapasitas produksi 12.771 liter/hari dan desa Beji 12 sumur
dengan kapasitas produksi 8.249 liter/hari. Pada setiap kegiatan penambangan di sumur bor
(cutting) tersebut, terdapat tumpahan minyak pada lahan sekitar akibat proses pengangkutan
minyak, baik melalui pipa, alat angkut, maupun ceceran akibat proses pemindahan (Nugroho,
2006).

Pada tanah yang tercemar minyak bumi, contoh saja di daerah pertambangan Bojonegoro jika
di analisis kandungan nutien, mengandung unsur makro untuk karbon (C) 8,53% (sedang),
Nitrogen (N) 0,20% (rendah), Fosfor (P) 0,01% (sangat rendah), Kalium (K) 0,22 % (sedang)
dan kadar TPH yaitu 41.200 mg/kg. Dari hasil analisis ini, tanah tidak baik untuk
pertumbuhan tanaman dan pertanian karena hara N tergolong rendah dan senyawa
hidrokarbon tergolong tinggi.

Salah satu upaya secara biologis untuk mengatasi tanah tercemar hidrokarbon adalah dengan
melakukan bioremediasi. Bioremediasi merupakan alternatif yang dilakukan dimana tanah
yang tercemar dibersihkan dengan memanfaatkan kemampuan mikroorganisme untuk
mendegradasi kontaminan yang bersifat ramah terhadap lingkungan karena tanah yang sudah
tercemar umumnya tidak dapat ditanami (Nugroho, 2006).

DAFTAR PUSTAKA

Atlas, R dan M.R. Barta.1997. Microbiology Ecology Fundamental and Aplication.


Massachutes: Addition Weslwy Publishing.

Kristianto, P. 2002. Ekologi Industri. Jakarta: Penerbit Andi

Munawar dkk. 2005. Bioremediasi Tumpahan Minyak Mentah Dengan Metode Biostimulasi 
Di Lingkungan Pantai Surabaya Timur. Surabaya.

             Diaksesdari:
http://journal.discoveryindonesia.com/index.php/hayati/article/viewFile/105/132.

Nugroho, A. 2003. Bioremidiasi Hidrokarbon Minyak Bumi. Jakarta: Bumi Aksara

Sumastri. 2002. Bioremediasi Lumpur Minyak Bumi Secara Pengomposan Menggunakan


Kultur Bakteri Hasil Seleksi. Bandung.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan Dan


Pengelolaan Lingkungan Hidup.

Waluyo, L. 2005. Mikrobiologi Lingkungan. Malang: Universitas Muhammadiyah Malang.


Zyfa's Love

SYZI ARDIYANSYAH 27412279

Minggu, 04 Januari 2015

PENCEMARAN LINGKUNGAN MINYAK BUMI

Pencemaran minyak bumi (crude oil) dapat terjadi di udara, tanah dan air. Pencemaran
minyak bumi pada tanah dianggap sebagai kontaminan yang dapat mengurangi
produktifitas tanah. Kecemasan bahwa pencemaran ini akan menjadi masalah di masa yang
akan datang adalah hal yanag sangat beralasan mengingat bentuk,sifat dan jumlahnya
semakin besar/luas serta terus mengalami peningkatan.

Kontaminan dalam tanah adalah bahan kimia yang dapat diakibatkan oleh kegiatan
manusia. Kontaminan dapat masuk ketanah secara sengaja dan tidak disengaja.
Kesengajaan seperti aplikasi pestisida, kegiatan pengeboran minyak bumi baik secara
modern maupun tradisional, serta contoh tidak sengajaan seperti tumpahan minyak karena
kecelakaan, kebocoran dll.

Kontaminan tanah juga disebut sebgai limbah berbahaya atau pencemar (pollutant) tanah,
terdiri atas berbagai macam bahan kimia (Alexander, 1994 dalam Hairiah, 2009) termasuk :
 Larutan mengandung klor, sepeti triklorotilena (TCE) dantetracloroetilena (PCE)
 Bahan peledak, seperti 2,4,6-trinitrotoluena (TNT)
 Logam seperti kromium dan timbal
 Radionukleida seperti plutonium
 Pestisida, seperti atrazin, benlat dan mathion.
 BTEX (benzene, toluene, ethyl benzene, xylema)
 PAH (polycyclic aromatic hydrocarbon) seperti kreosol.
 PCB (polychlorinated biphenyl), seperti campuran aroclor

Limbah berbahaya adalah limbah yang mempunyai sifat-sifat sebagai berikut: korosif,
mudah terbakar, reaktif, “leachate” beracun, dan mudah menular (limbah rimah sakit).
Limbah atau tumpahan minyak bumi menjadi masalah pencemaran sebab limbah ini
digolongkan menjadi limbah berbahaya dan beracun.

Pemenuhan kebutuhan secara global menuntut manusia untuk melakukan pembangunan-


pembangunan yang dalam pelaksanaan operasionalnya memerlukan memerlukan energy
sebagai bahan penggerak. Pembangunan secara tidak langsug memerlukan penggunaan
sumberdaya alam seperti minyak bumi. Sampai saat ini minyak bumi merupakan sumber
bahan bakar yang belum tergantikan oleh bahan lain. Bila dalam penggunaanya tidak
dilakukan dengan bijaksana dengan mempertimbangkan kondisi lingkungan maka tidak
dapat dipungkiri akan menimbulkan permasalahan lingkungan hidup (pencemaran).
Pencemaran akan mengakibatkan ketidak seimbangan dan bila terjadi terus menerus dapat
membahayakan kehidupan baik manusia, tumbuhan maupum hewan di alam ini.

Dalam proses penambangan minyak bumi tentunya akan ada limbah-limbah yang di
hasilkan.

Limbah lumpur minyak bumi merupakan produk yang tidak mungkin dihindari oleh setiap
perusahaan pertambangan minyak bumi dan menyebabkan pencemaran terhadap
lingkungan (Sumastri, 2005). Sebab lumpur limbah minyak bumi mempunyai komponen
hidrokarbon atau Total petroleum Hydrocarbon (TPH) yaitu senyawa organik yang terdiri
atas hidrogen dan karbon contohnya benzene, toluene, ethylbenzena dan isomer xylema.

Total petroleum Hydrocarbon (TPH) ialah merupakan pengukuran konsentrasi pencemar


hidrokarbon minyak bumi dalam tanah atau serta seluruh pencemar hidrokarbon minyak
dalam suatu sampel tanah yang sering dinyatakan dalam satuan mg hidrokarbon/kg tanah
(Nugroho, 2006).

Lumpur minyak bumi termasuk limbah bahan berbahaya dan beracun (B3), jika mengacu
pada PP no. 85 tahun 1999 tentang limbah B3. Dalam peraturan tersebut ditegaskan bahwa
setiap produsen yang menghasilkan limbah B3 hanya diizinkan menyimpan limbah tersebut
paling lama 90 hari sebelum diolah dan perlu pengolahan secara baik sehingga tidak
mencemari lingkungan di sekitarnya. Menurut UU nomor 23 tahun 2009 tentang
pengelolaan limbah B3 adalah dapat dilakukan dengan pengurangan, penyimpanan,
pengumpulan, pengangkutan, pemanfaatan, pengolahan, dan/atau penimbunan .

Pencemaran minyak bumi di tanah merupakan ancaman yang serius bagi kesehatan
manusia. Minyak bumi yang mencemari tanah dapat mencapai lokasi air tanah, danau atau
sumber air yang menyediakan air bagi kebutuhan domestik maupun industri sehingga
menjadi masalah serius bagi daerah yang mengandalkan air tanah sebagai sumber utama
kebutuhan air bersih atau air minum. Pencemaran minyak bumi, meskipun dengan
konsentrasi hidrokarbon yang sangat rendah sangat mempengaruhi bau dan rasa air tanah
(Atalas dan Bartha 1997 dalam Nugroho, 2006).

PROSES PENGOLAHAN MINYAK

1.seismic

proses ini bertujuan untuk mencari tempat yang memiliki kandungan gas/ minyak bumi.
Dengan menggunakan gelombang akustik (acoustic waves) yang merambat ke lapisan tanah.
Gelombang ini direfleksikan dan ditangkap lagi oleh sensor. Dari proses perambatan
gelombang ini akan diolah dan terlihatlah lapisan-lapisan tanah untuk diolah manakah
lapisan yang berpotensi mengandung gas/oil.

2.drilling and well construction


proses ini disebut juga proses "pengeboran minyak". Biasanya pake rig (tempat untuk
mensupport proses pengeboran, dsb).simpel nya, kita membuat lubang di tempat yang
diidentifikasi ada kemungkinan sumber minyak/gas di tempat tersebut.

Perlu di ketahui dalam proses ini ada kemungkinan blow out (pressure yang ga bisa di
kontrol, langsung ke surface), jadi harus ada pengendalian pressure dari dalam tanah.

Pressure downhole / dalam tanah lebih besar dari pressure atmosferik, untuk
mengimbanginya biasanya pake mud a.k.a lumpur dengan spesific gravity (berat jenis)
tertentu. Mud ini akan menciptakan hydrostatic pressure yang bisa menahan pressure dari
dalam.

Setelah "lubang" siap, maka selanjutnya akan di cek apakah ada kandungan minyak/ gas
nya.

3.well logging

proses ini yang paling mahal. Tool nya mahal, karena harus tahan pressure dan temperature
yang tinggi. Di samping memetakan lapisan tanah, proses ini juga mengambil sample untuk
nantinya d cek kandungannya (minyak, gas, ato cuma air)

4.well testing

proses ini adalah proses dimana lapisan yang diperkirakan mengandung oil/gas di "tembak",
dengan explosif. Setelah itu minyak yang terkandung diantara pori-pori batuan akan
mengalir menuju tempat yang pressure nya lebih kecil (ke atmosferik a.k.a ke permukaan
tanah).

Untuk mengontrol pergerakan ini, sumur diisi dengan liquid tertentu untuk menjaga under
balance (sumur masih bisa di "kendalikan" dan tidak blow out), contoh liquid: Brine, diesel,
ato air aja.

Gas, minyak, air, ataupun berbagai macam zat yang keluar akan dicari rate nya. Untuk
minyak berapa bopd(barrell oil per day) yang bisa dihasilkan. Untuk gas, berapa
mmscfmm/d (million metric standart cubic feet per day atau berapa juta cubic feet) yang
bisa dihasilkan sumur tersebut.

Proses testing ini juga mengambil sample liquid maupun gas, dan juga data-data tentang
pressure, temperature, specific grafity, dll untuk selanjutnya diolah oleh reservoir engineer.
Data ini akan menunjukan seberapa besar dan seberapa lama kemampuan berproduksi dari
reservoir sumur tersebut.

5.well completing

proses ini adalah proses instalasi aksesoris sumur sebelum nantinya sumur siap diproduksi.
Fungsi utamanya adalah menyaring "pasir" yang dihasilkan setelah proses penembakan
dalam well testing.
Pasir yang sampai ke surface dengan pressure diibaratkan "peluru" yang nantinya akan
membahayakan line produksi. Pipa produksi akan terkikis oleh pasir dan akhirnya burst
(pecah).

6.production

inilah proses yang membahagiakan, dimana sumur siap untuk berproduksi dan nantinya
akan diolah lagi ke tempat penyulingan untuk diolah dalam berbagai bentuk. Contoh:
Minyak tanah, bensin, solar,kerosin, lpg, dll.

Pertamina (Persero)
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

PT Pertamina (Persero)
(Perusahaan Pertambangan Minyak dan Gas Bumi Negara)

Logo Pertamina

Jenis BUMN / Perseroan Terbatas

Industri/jasa Minyak dan gas bumi

Didirikan 10 Desember 1957 di Jakarta, Indonesia[1]

Kantor pusat Jakarta, Jakarta, Indonesia

Tokoh penting Dwi Soetjipto (Direktur Utama)

Produk Bahan bakar, Pelumas, Petrokimia

Pendapatan US$ 70,9 miliar (2012)[2]

Laba bersih US$ 2,7 miliar (2012)

Jumlah aset US$ 40,9 miliar (2012)

Pemilik Pemerintah Indonesia

Situs web pertamina.com


Pertamina (dahulu bernama Perusahaan Pertambangan Minyak dan Gas Bumi Negara)
adalah sebuah BUMN yang bertugas mengelola penambangan minyak dan gas bumi di
Indonesia. Pertamina masuk urutan ke 122 dalam Fortune Global 500 pada tahun 2013.[3][4].

Pertamina pernah mempunyai monopoli pendirian SPBU di Indonesia, namun monopoli


tersebut telah dihapuskan pemerintah pada tahun 2001. Perusahaan ini juga mengoperasikan
7 kilang minyak dengan kapasitas total 1.051,7 MBSD, pabrik petrokimia dengan kapasitas
total 1.507.950 ton per tahun dan pabrik LPG dengan kapasitas total 102,3 juta ton per tahun.
[5]

Pertamina adalah hasil gabungan dari perusahaan Pertamin dengan Permina yang didirikan
pada tanggal 10 Desember 1957. Penggabungan ini terjadi pada 1968. Direktur utama (Dirut)
yang menjabat dari 2009 hingga 2014 adalah Karen Agustiawan yang dilantik oleh Menneg
BUMN Syofan Djalil pada 5 Februari 2009 menggantikan Dirut yang lama Ari Hernanto
Soemarno. Pelantikan Karen Agustiawan ini mencatat sejarah penting karena ia menjadi
wanita pertama yang berhasil menduduki posisi puncak di perusahaan BUMN terbesar milik
Indonesia itu. Karen Agustiawan mengundurkan diri sebagai Dirut pada 1 Oktober 2014 dan
menjadi dosen guru besar di Harvard University, Boston, Amerika Serikat. Selanjutnya pada
28 November 2014, Presiden Joko Widodo memilih Dwi Soetjipto sebagai Direktur Utama
PT Pertamina (Persero). Ia menggantikan Karen Agustiawan yang mengundurkan diri[6].

Kegiatan Pertamina dalam menyelenggarakan usaha di bidang energi dan petrokimia, terbagi
ke dalam sektor Hulu dan Hilir, serta ditunjang oleh kegiatan anak-anak perusahaan dan
perusahaan patungan.

Pada tahun 2013, Pertamina menempati peringkat 122 dari 500 perusahaan terbaik dunia
versi Fortune Global[7][8].

Daftar isi
 1 Direktur Utama
 2 Pertamina Hulu
o 2.1 PT Pertamina EP
o 2.2 Perusahaan patungan
o 2.3 Panas bumi
o 2.4 Pengembangan usaha
 3 Pertamina Hilir
o 3.1 Pengolahan
 3.1.1 Kilang minyak
 3.1.2 Kilang LNG
 4 Galeri logo
o 4.1 Produk
 5 Anak perusahaan
 6 Lihat pula
 7 Referensi
 8 Pranala luar

Direktur Utama
Masa Jabatan Direktur Utama adalah 3 tahun.Berikut adalah daftar Direktur Utama
Pertamina:

No Nama Awal Jabatan Akhir Jabatan

1 Ibnu Sutowo

2 Piet Haryono

3 Soegijanto 1996 1998

4 Martiono Hadianto 1998 2000

5 Baihaki Hakim 2000 2002

6 Ariffi Nawawi 2002 2004

7 Widya Purnama 2004 2006

8 Ari Hernanto Soemarno 2006 2009

9 Karen Agustiawan 2009 2014

10 Dwi Soetjipto[9] 2014 sekarang

Pertamina Hulu
Kegiatan usaha Pertamina Hulu meliputi eksplorasi dan produksi minyak, gas, dan panas
bumi. Untuk kegiatan eksplorasi dan produksi minyak dan gas dilakukan di beberapa wilayah
Indonesia maupun di luar negeri. Pengusahaan di dalam negeri dikerjakan oleh Pertamina
Hulu dan melalui kerjasama dengan mitra sedangkan untuk pengusahaan di luar negeri
dilakukan melalui aliansi strategis bersama dengan mitra. Berbeda dengan kegiatan usaha di
bidang minyak dan gas bumi, kegiatan eksplorasi dan produksi panas bumi masih dilakukan
di dalam negeri. Untuk mendukung kegiatan intinya, Pertamina Hulu juga memiliki usaha di
bidang pemboran minyak dan gas.

PT Pertamina EP

Sebagai tindak lanjut dari UU Migas No. 22 tahun 2001, pada tanggal 13 September 2005
dibentuk PT Pertamina EP yang merupakan anak perusahaan PT Pertamina (Persero)[1] yang
bergerak di sektor hulu minyak dan gas untuk mengelola Wilayah Kuasa Pertambangan
(WKP) Pertamina kecuali untuk Blok Cepu dan Blok Randu Gunting.

Kegiatan eksplorasi ditujukan untuk mendapatkan penemuan cadangan migas baru sebagai
pengganti hidrokarbon yang telah diproduksikan. Upaya ini dilakukan untuk menjaga agar
kesinambungan produksi migas dapat terus dipertahankan.

Pengusahaan minyak dan gas melalui operasi sendiri dilakukan di 7 (tujuh) Daerah Operasi
Hulu (DOH). Ketujuh daerah operasi tersebut adalah DOH Aceh (NAD) Sumatera Bagian
Utara yang berpusat di Rantau, DOH Sumatera Bagian Tengah berpusat di Jambi, DOH
Sumatera Bagian Selatan berpusat di Prabumulih, DOH Jawa Bagian Barat berpusat di
Cirebon, DOH Jawa Bagian Timur berpusat di Cepu, DOH Kalimantan berpusat di
Balikpapan, dan DOH Papua berpusat di Sorong.

Perusahaan patungan

Aktivitas eksplorasi dan produksi dilakukan melalui operasi sendiri dan konsep kemitraan
dengan pihak ketiga. Pola kemitraan dalam bidang minyak dan gas berupa JOB-EOR (Joint
Operating Body for Enhanced Oil Recovery), JOB-PSC (Joint Operating Body for Production
Sharing Contract), TAC (Technical Assistance Contract), BOB (Badan Operasi Bersama),
penyertaan berupa IP (Indonesian Participation) dan PPI (Pertamina Participating Interest),
serta proyek pinjaman; sedangkan pengusahaan panasbumi berbentuk JOC (Joint Operating
Contract).

Sampai akhir tahun 2004 jumlah kontrak pengusahaan migas bersama dengan mitra sebanyak
92 kontrak yang terdiri dari 6 JOB-ER, 15 JOB-PSC, 44 TAC, 27 IP/PPI (termasuk BOB-
CPP) dan 5 proyek loan. Sedangkan untuk bidang panas bumi terdapat 8 JOC.

Saat ini DOH yang dulu digabung menjadi 3 region, yaitu Region Sumatera berusat di
Prabumulih: Region Jawa di Cirebon dan Region KTI (Kawasan Timur Indonesia) dengan
pusatnya di Balikpapan.

Panas bumi

Pengusahaan bidang panas bumi dilakukan di 3 (tiga) area panas bumi dengan total kapasitas
terpasang sebesar 162 MW. Ketiga Area Panas Bumi tersebut adalah Area Sibayak (2 MW)
di Sumatera Utara, Kamojang (140 MW) di Jawa Barat dan Lahendong (20 MW) di Sulawesi
Utara.

Pengembangan usaha

Dalam hal pengembangan usaha, Pertamina telah mulai mengembangkan usahanya baik di
dalam dan luar negeri melalui aliansi strategis dengan mitra. Pertamina juga memiliki usaha
yang prospektif di bidang jasa pemboran minyak dan gas melalui Pertamina Drilling (PDSI)
yang memiliki 42 unit rig pemboran darat serta anak perusahaan PT Usayana yang memiliki
7 rig pemboran darat. Dalam kegiatan transmisi gas, Pertamina memiliki jaringan pipa gas
dengan panjang total 3800 km dan 64 stasiun kompresor.

Pertamina Hilir
Stasiun pengisian bahan bakar Pertamina

Kegiatan usaha Pertamina Hilir meliputi pengolahan, pemasaran & niaga dan perkapalan
serta distribusi produk Hilir baik di dalam maupun keluar negeri yang berasal dari kilang
Pertamina maupun impor yang didukung oleh sarana transportasi darat dan laut. Usaha hilir
merupakan integrasi Usaha Pengolahan, Usaha Pemasaran, Usaha Niaga, dan Usaha
Perkapalan.

Pengolahan

Kilang minyak

Bidang Pengolahan mempunyai 7 unit kilang dengan kapasitas total 1.041,20 ribu barrel.
Beberapa kilang minyak terintegrasi dengan kilang Petrokimia dan memproduksi NBBM.

Ketujuh Kilang minyak tersebut terdiri dari :

 Unit Pengolahan I di Pangkalan Brandan - Sumatera Utara (ditutup pada Januari 2007) dan
bergabung dengan Unit Pengolahan II Dumai pada tahun 2010.
 Unit Pengolahan II di Dumai - Riau
 Unit Pengolahan III di Plaju-Sei Gerong Palembang - Sumatera Selatan
 Unit Pengolahan IV di Cilacap - Jawa Tengah
 Unit Pengolahan V di Balikpapan - Kalimantan Timur
 Unit Pengolahan VI di Balongan Indramayu - Jawa Barat
 Unit Pengolahan VII di Sorong - Papua

Kilang LNG

Disamping kilang minyak, Pertamina Hilir mempunyai kilang LNG di Arun, Aceh dan di
Bontang, Kalimantan Timur. Kilang LNG Arun dengan 6 train dan LNG Badak di Bontang
dengan 8 train. Kapasitas LNG Arun sebesar 12,5 Juta Ton sedangkan LNG Badak 22,5 Juta
Ton per tahun.

Beberapa kilang tersebut juga menghasilkan LPG, seperti di Pangkalan Brandan, Dumai,
Plaju, Cilacap, Balikpapan, Balongan, Donggi, Senoro dan Mundu.

Kilang Cilacap adalah satu-satunya penghasil lube base oil dengan grade HVI- 60, HVI —
95, HVI -160 S dan HVI — 650. Produksi lube base ini disalurkan ke Lube Oil Blending
Plant (LOBP) untuk diproduksi menjadi produk pelumas dan kelebihannya diekspor.

Galeri logo


Logo Pertamin (1961 - 1968)

Logo Permina (1961 - 1968)

Logo Pertamina (1968 - 2005)

Logo Pertamina (2005 - sekarang)

Produk

 Bahan Bakar Minyak :

 BioPertamax, Pertamax
 Pertamax Plus, Pertalite
 BioPremium, Premium,
 Solar, Bio Solar, Pertamina DEX
 Kerosine

 Non-minyak : Minarex, HVI 90, HVI 160, Lube Base, Green Coke, Asphalt,
 Gas : Elpiji, Bahan Bakar Gas (BBG), Vigas, LPG, CNG, Musicool
 Pelumas :

 Fastron adalah minyak lumas mesin kendaraan dengan bahan dasar semi synthetic
 Prima XP SAE 20W - 50 adalah pelumas produksi Pertamina untuk mesin bensin
 Mesran Super SAE 20W-50 adalah pelumas mesin bensin
 Mesrania 2T Super-X adalah pelumas mesin bensin dua langkah yang berpendingin
air seperti mesin tempel atau speed boat. Pelumas ini diproduksi oleh Pertamina.
Juga cocok untuk penggunaan pada motor tempel yang lebih kecil dan mesin ketam,
mesin gergaji, bajaj dan bemo.
 2T Enviro merupakan pelumas kendaraan 2 Tak dengan bahan bakar bensin juga
pelumas semi sintetis yang dibuat dari bahan dasar pelumas mineral ditambah
bahan dasar pelumas sintetis Poly Isobutylene. Direkomendasikan untuk digunakan
pada mesin kendaraan 2 Tak berbahan bakar bensin dengan pendingin udara.
Kendaraan-kendaran 2 Tak buatan Jepang seperti Kawasaki, Yamaha, Suzuki, Honda
dan Vespa, dapat juga digunakan untuk mesin gergaji (chain saw) dan mesin potong
rumput.
 Enduro 4T
 Meditran
 Rored

 Petrokimia : Pure Teraphithalic Acid (PTA), Paraxyline, Benzene, Propyline, Sulfur

Anak perusahaan

Kantor Pusat Pertamina di Jalan Medan Merdeka Timur, Jakarta

 PT Pertamina EP - Usaha hulu di bidang minyak dan gas bumi meliputi: eksplorasi, eksploitasi
serta penjualan produksi minyak dan gas bumi hasil kegiatan eksploitasi.
 PT Pertamina Geothermal Energy - Pengelolaan dan pengembangan sumber daya panas
bumi meliputi kegiatan eksplorasi & ksploitasi, produksi uap dan pembangkitan listrik dan
jasa konsultasi, konstruksi, operasi dan pemeliharaan serta pengembangan teknologi di
bidang panas bumi.
 PT Pertagas - Niaga, transportasi distribusi, pemrosesan dan bisnis lainnya yang terkait
dengan gas alam dan produk turunannya.
 PT Pertamina Hulu Energi - Pengelolaan usaha sektor hulu minyak & gas bumi serta energi
baik dalam maupun luar negeri serta kegiatan usaha yang terkait dan atau menunjang
kegiatan usaha di bidang minyak & gas bumi.
 PT Pertamina EP Cepu - Eksplorasi, eksploitasi dan produksi di Blok Cepu.
 PT Pertamina Drilling Services Indonesia - Pengelolaan dan pengembangan sumber daya jasa
drilling meliputi eksplorasi dan eksploitasi baik migas maupun panas bumi.
 PT Nusantara Regas - Pengelolaan dan pengembangan Fasilitas Storage and Regasification
Terminal (FSRT) termasuk pembelian LNG dan pemasaran hasil pengelolaan FSRT.
 PT Pertamina Patra Niaga - Jasa teknologi, jasa perdagangan Non BBM serta industri di
bidang pertambangan minyak dan gas bumi.
 PT Pertamina Trans Kontinental - Jasa operasi perkapalan meliputi supply vessels, tug boat,
cargo vessels, keagenan dan pengelolaan dermaga KABIL di Pulau Batam.
 Pertamina Energy Trading Limited (PETRAL)- Niaga minyak mentah dan produk kilang lokasi
usaha di Singapura.
 PT Pertamina Retail - Retail SPBU, perdagangan BBM dan jasa pengangkutan BBM.
 PT Tugu Pratama Indonesia - Jasa asuransi kerugian yang berkaitan dengan operasional
industri migas dan marine hull.
 PT Pertamina Dana Ventura - Kegiatan modal ventura.
 PT Pertamina Bina Medika - Jasa pelayanan kesehatan dan rumah sakit terletak di Jakarta &
sekitarnya, Cirebon, Balikpapan, Tanjung dan Prabumulih.
 PT Patra Jasa - Hotel/Motel, perkantoran dan penyewaan Real Property/Hotel.
 PT Pelita Air Service - Jasa transportasi udara, penyewaan pesawat udara dan penerbangan
terjadwal (reguler), menyelenggarakan usaha lain yang terkait atau menunjang kegiatan
usaha.
 PT Pertamina Training & Consulting - Jasa pengembangan SDM, pengkajian dan konsultasi
kesisteman manajemen dalam rangka menunjang kegiatan migas dan panas bumi.
 PT Usayana - Bidang drilling, work over, well service, teknik bawah air, ticketing, event
organizer, perwismaan, perdagangan, properti, pengelolaan lapangan golf, gedung olahraga,
SPBU, perbengkelan dan konsultan.

Anda mungkin juga menyukai