Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Menurut Ketua Asosiasi Industri Sepeda Motor Indonesia (AISI),

Gunadi Shinduwinata, jumlah sepeda motor di Indonesia pada tahun 2018

mencapai 87 juta unit dibandingkan jumlah populasi masyarakat Indonesia

yang sekitar 257 juta jiwa, hal ini dapat diartikan bahwa perbandingan

jumlah sepeda motor dengan populasi masyarakat Indonesia adalah satu

berbanding tiga. Dengan semakin banyaknya populasi sepeda motor di

Indonesia membuka berbagai macam peluang usaha seperti perusahaan

lising sepeda motor, perusahaan asuransi sepeda motor, usaha bengkel dan

assesoris sepeda motor, sampai kepada usaha steam motor atau yang lebih

akrab dikenal dengan usaha cuci motor (Pratomo et al, 2018).

Di daerah perkotaan banyak ditemukan tempat-tempat pencucian

kendaraan bermotor karena dengan alasan kesibukan dan lebih praktis,

maka banyak masyarakat yang lebih memilih memanfaatkan jasa

pencucian kendaraan bermotor untuk membersihkan kendaraan mereka.

Semakin banyak tempat jasa pencucian kendaraan bermotor maka pasti

memerlukan air bersih yang cukup banyak dan para penyedia jasa

pencucian kendaraan bermotor saat ini membuang air limbah atau air

bekas cucian kendaraan secara langsung ke saluran drainase tanpa adanya

instalasi pengolahan air limbah (Wardalia, 2016).


Air limbah hasil pencucian motor apabila langsung dibuang ke badan

air atau saluran air akan menyebabkan pencemaran pada badan air

dikarenakan kandungan deterjen. Detergen umumnya tersusun atas tiga

komponen utama yang terdiri dari surfaktan (sebagai bahan dasar

detergen) antara 20- 30 persen, bahan builder (senyawa fosfat) antara 70-

80 persen dan bahan aditif (pemutih, pewangi) antara 2-8 persen.

Keberadaan fosfat yang berlebihan di badan air menyebabkan suatu

fenomena eutrofikasi. Kondisi eutrofik sangat memungkinkan alga dan

tumbuhan air tumbuh berkembang biak dengan cepat. Keadaan ini

menyebabkan kualitas air menjadi menurun, karena rendahnya konsentrasi

oksigen terlarut bahkan sampai batas nol, sehingga menyebabkan kematian

makhluk hidup air seperti ikan dan spesies lain yang hidup di air

(Mashitah et al , 2017).

Air limbah dari pencucian motor yang akan dibuang ke badan air

harus memenuhi standar baku mutu lingkungan sesuai dengan Peraturan

Pemerintah No. 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan

Pengendalian Pencemaran Air, dimana kadar maksimum fosfat adalah 0.2

mg/l (PP, 2001).

Agar tidak memperburuk kualitas air, seharusnya limbah cair

pencucian motor diolah dengan cara yang mudah dan sederhana dalam

pemakaiannya. Menurut Droste, 1997 dalam Roihan 2018), Salah satu

upaya yang dapat dilakukan untuk limbah cair pencucian motor dengan

menggunakan saringan (Filtrasi) dan sedimentasi. Saringan (filtrasi)


adalah suatu proses pemisahan zat padat dari fluida (gas maupun cair)

yang dibawa menggunakan medium berpori atau bahan berpori untuk

menghilangkan sebanyak mungkin zat padat tersuspensi dan koloid.

Sedimentasi adalah pemisahan padatan dan cairan menggunakan

pengendapan secara gravitasi untuk menyisihkan padatan tersuspensi.

Media saringan yang dapat digunakan dalam pengolahan limbah cair

pencucian motor adalah karbon aktif.

Karbon aktif atau arang aktif merupakan bahan padat yang berpori,

yang digunakan pada saringan/ filtrasi. Karena berpori, arang mampu

untuk menyerap warna dan bau dari limbah sehingga air menjadi lebih

jernih dan tidak berbau (Aliaman, 2017).

Menurut Sukardjo (1997 dalam Mindarsih, 2007), menyimpulkan

bahwa karbon aktif dapat mengadsorpsi senyawa-senyawa kimia tertentu

atau sifat adsorpsinya selektif. Tergantung besar atau volume pori-pori,

luas permukaan dan bahan baku yang digunakan. Daya serap karbon aktif

sangat besar, yaitu 25-100% terhadap senyawa organik ataupun anorganik

(Majid et al , 2017).

Penggunaan karbon aktif pada saat ini telah banyak sekali

dikembangkan dalam proses pengolahan air. Pada proses ini karbon aktif

digunakan untuk mengurangi kadar dari bahan-bahan organik terlarut yang

ada dalam air, dengan adanya kontak karbon aktif dengan air maka benda-

benda partikel juga dapat ikut dihilangkan. Dengan adanya proses adsorpsi

tersebut maka zat- zat substansi terlarut yang ada di air dapat terserap pada
permukaan media karbon aktif sehingga diharapkan air yang keluar dari

proses tersebut telah memiliki kualitas yang baik. Selain keefektifan dalam

penggunaan serta biaya yang relatif murah dalam perawatannya

menjadikan karbon aktif sebagai salah satu alternatif teknologi yang

digunakan dalam mengolah limbah (Chrisafitri & Karnaningroem, 2012).

Beberapa penelitian yang telah dilaksanakan berkaitan dengan

masalah limbah cair kendaraan serta penelitian yang menggunakan metode

pengolahan dengan parameter serta karakteristik limbah yang sama

menurut Sudiarti & Soebrat (2009), yaitu koagulan tawas dan FeCl3 dalam

limbah cair ternyata dapat turut menurunkan kadar COD, BOD, dan TSS

yang terkandung dalam limbah cair tersebut.

Menurut Sultan, & Tirtayasa, (2016) penggunaan koagulan tawas

menunjukkan angka penurunan dengan dosis terbaik dalam menurunkan

surfaktan pada perlakuan limbah dengan pengendapan adalah sebesar 10

mg/L dengan persen penurunan sebesar 84,8%, sedangkan perlakuan

limbah tanpa pengendapan adalah sebesar 20 mg/L dengan persen

penurunan sebesar 79,2% (Khaer, 2016). Efisiensi removal slow sand filter

dalam mengolah limbah pencucian mobil terhadap COD mencapai 72,1%

dan surfaktan sebesar 63,6%. Namun, penggunaan karbon aktif

meningkatan efisiensi removal hingga 84% untuk COD dan 72% untuk

surfaktan (Sari, 2015).


Berdasarkan urain latar belakang, menarik untuk dilakukan

penelitian dengan judul : Pengolahan Limbah Cair Pencucian Motor

menggunakan Variasi Saringan Karbon Aktif terhadap Kadar Fosfat.

B. Rumusan Masalah

Semakin banyaknya jumlah sepeda motor di Indonesia memberikan

peluang bisnis berbagai macam peluang usaha satunya jasa pencucian

motor yang membuang air limbah atau air bekas cucian kendaraan secara

langsung ke saluran drainase tanpa adanya instalasi pengolahan air limbah

yang dapat menyebabkan masalah lingkungan, yakni pencemaran air dan

lingkungan yang disebabkan oleh bahan penyusun dalam detergen berupa

fosfat, maka dapat dirumuskan masalah penelitian ini adalah “Bagaimana

Pengolahan Limbah Cair Pencucian Motor menggunakan Variasi

Ketebalan Saringan Karbon Aktif terhadap Kadar Fosfat ?”

C. Tujuan

1. Tujuan Umum

Diketahui kualitas pengolahan limbah cair pencucian motor

menggunakan variasi ketebalan saringan karbon aktif.

2. Tujuan Khusus

a. Diketahui kadar fosfat limbah cair pencucian motor sebelum

menggunakan variasi ketebalan saringan karbon aktif.


b. Diketahui kadar fosfat limbah cair pencucian motor sesudah

menggunakan variasi ketebalan saringan karbon aktif.

c. Diketahui perbedaan kemampuan variasi ketebalan saringan karbon

aktif 20 cm, 30 cm dan 40 cm terhadap kadar fosfat limbah cair

pencucian motor.

d. Diketahui kadar fosfat limbah cair pencucian motor sesudah

menggunakan variasi ketebalan saringan karbon aktif.

e. Diketahui perbedaan kemampuan variasi ketebalan saringan karbon

aktif 20 cm, 30 cm dan 40 cm terhadap kadar fosfat limbah cair

pencucian motor.

D. Keaslian Penelitian

Penelitian sejenis yang sudah dilakukan :

1. Penelitian yang dilakukan oleh Majid, Amir & Umar (2017) dengan

judul Efektivitas penggunaan karbon aktif pada penurunan kadar

fosfat limbah cair usaha laundry di Kota Parepare Sulawesi Selatan.

Perbedaan pada penelitian ini jenis penelitian dan analisis data.

Persamaan pada penelitian ini yaitu variabel (karbon aktif dan fosfat).

2. Pengolahan Limbah Pencucian Mobil dengan Reaktor Pemisah Lemak

dan Karbon Aktif oleh Priyanti dan Karnaningroem, (2012). Penelitian

dilakukan untuk menurunkan kandungan COD dan minyak dengan

menggunakan kombinasi proses antara reaktor pemisah minyak dan

karbon aktif. Perbedaan pada penelitian ini menggunakan variasi


ketebalan saringan dan perbedaan parameter. Persamaan penelitian ini

menggunakan karbon aktif.

3. Reduksi Minyak, Lemak dan Bahan Organik Limbah Rumah Makan

Menggunakan Grease Trap Termodifikasi Karbon Aktif oleh (Zaharah

& Moelyani, 2017). Penelitian ini untuk menurunkan COD, BOD, TSS

dan minyak lemak dengan menggunakan grease trap termodifikasi

karbon aktif, perbedaan pada penelitian ini menggunakan variasi

ketebalan karbon aktif dan parameter yang digunakan, persamaan

penelitian ini variabel bebas menggunakan karbon aktif.

Anda mungkin juga menyukai