Pendahuluan
Organisme infeksius atau toksin dapat mengkontaminasi makanan pada segala titik dari mulai
proses, produksi atau distribusi suatu makanan. Keracunan makanan terjadi karena organisme
kontaminan masuk ke dalam makanan. Salmonella, Campylobacter, Listeria, Clostridium
Botulinum, dan Escherichia Coli (E. coli) adalah organisme yang sering menyebabkan
keracunan makanan.
Faktor risiko biasanya bergantung pada organisme apa yang mengkontaminasi makanan,
jumlah yang dimakan, umur dan status kesehatan saat ini. Ada beberapa kelompok yang
memiliki risiko yang lebih tinggi untuk terjadi keracunan makanan, yaitu:
Pertambahan usia dapat membuat sistem imun mengalami penurunan fungsi. Itulah
sebabnya lansia memiliki respon imunitas yang lebih rendah terhadap makanan yang
terkontaminasi sehingga lebih mudah untuk mengalami keracunan makanan.
b. Wanita Hamil
c. Anak – anak
Pada masa anak anak, sistem imun belum sepenuhnya berkembang layaknya orang
dewasa, sehingga respons terhadap pajanan organisme kontaminan dalam makanan
juga semakin rendah.
d. Penyakit Kronis
Memiliki penyakit kronis seperti diabetes dan penyakit liver dapat menurunkan
respons kekebalan tubuh terhadap paparan organisme kontaminan. Demikian juga
orang dengan kondisi khusus seperti mereka yang sedang menjalani kemoterapi.
Mual.
Muntah.
Diare yang berair atau berdarah.
Nyeri dan kram perut.
Demam.
Tanda dan gejala dapat timbul beberapa saat setelah memakan makanan yang
terkontaminasi, atau bahkan beberapa hari bahkan minggu setelahnya. Gejala
tersebut umumnya bertahan beberapa jam saja hingga menetap selama beberapa
hari.
No Alat Bahan
1 Botol /wadah kantong plastic steril Sampel makanan Padat
2 Sarung tangan steril dan bersih
3 Spoond Steril / sendok plastic
4 Pisau potong steril
5 APD Level 1
6 Kertas pelabelan specimen
7 Timbangan
Penggunaan APD mengacu pada seperangkat peralatan yang dapat di pakai dan/atau
pakaian yang dikenakan oleh personil untuk memberikan penghalang tambahan antara
individu dengan bahan bilogis yang sedang di tangani, yang secara efektif diharapkan
dapat mengendalikan resiko dengan mengurangi kemungkinan pajanan bahan biologis
tersebut.
a. Masker
b. Jass lab
c. Hand Scond steril