Anda di halaman 1dari 11

”PENGARUH PEMAJUAN SAAT PENGINJEKSIAN TERHADAP

KETEBALAN ASAP MESIN DIESEL”

Defri Mrjoni1, Martias2, Toto Sugiarto3


Program Studi Pendidikan Teknik Otomotif
FT Universitas Negeri Padang
Email: chaeniaego@gmail.com

Abstrak
Penelitian ini direncanakan sebagai penelitian eksperimen yang
mempunyai tujuan utama untuk mengetahui pengaruh pemajuan saat
penginjeksian terhadap ketebalan asap gas buang mesin diesel. Alasan
pengambilan judul ini yang pertama adalah rendahnya kualitas bahan bakar solar
yang dipakai oleh para pengguna kendaraan mesin diesel menyebabkan titik nyala
bahan bakar menjadi lambat sehingga sering menyebabkan pembakaran tidak
sempurna, efek dari pembakaran yang tidak sempurna adalah ketebalan asap pada
gas buang mesin diesel. Saat penginjeksian yang tidak tepat mengakibatkan
pembakaran yang tidak sempurna akan menyebabkan kecenderungan tingkat
ketebalan asap gas buang yang dihasilkan menjadi tinggi. Dengan pemajuan saat
penginjeksian, diharapkan tingkat ketebalan asap yang dihasilkan berkurang.
Desain penelitian ini adalah pre-test and post-test group design, penelitian
dilakukan dengan membandingkan hasil pengujian ketebalan gas buang mesin
diesel antara saat penginjeksian standar dengan pemajuan saat penginjeksian.
Pengujian dilakukan pada putaran mesin 800, 1500, 2000, 3000 rpm dan
akselerasi I dan II dengan standar saat penginjeksian 7˚ sesudah TMA dengan
variasi saat penginjeksian yang dimajukan 6˚, 5˚ dan 4˚ sesudah TMA, dengan
pengambilan data dilakukan 2 kali pada setiap putaran dengan waktu 60 detik.
Penelitian dilaksanakan pada tanggal 28 Agustus 2014 di bengkel PT.
Suka Fajar Padang. Dari hasil penelitian terlihat bahwa rata-rata ketebalan asap
minimum didapatkan pada pemajuan saat penginjeksian, sedangkan ketebalan
asap maksimum didapatkan pada saat penginjeksian standar. Hasil penghitungan
menggunakan rumus uji t menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan
pada pemajuan saat penginjeksian yang diterima pada taraf signifikasi 5%.
Hasil penelitian saat penginjeksian yang dimajukan (6˚ sesudah TMA)
tingkat ketebalan asap yang dihasilkan pada putaran 800 Rpm adalah 5,65 %,
pada putaran 1500 Rpm 5,29 %, pada putaran 2000 Rpm 9,44 %, pada putaran
3000 Rpm 12,19 %, dan pada saat akselerasi 1 dan 2 adalah 29,91 % dan 38,15 %.
Dibandingkan dengan saat penginjeksian yang standar (7˚ sesudah TMA) maka
tingkat ketebalan asap yang dihasilkan pada putaran 800 Rpm adalah 6,99 %,
pada putaran 1500 Rpm 5,64 %, pada putaran 2000 Rpm 10,07 %, pada putaran
3000 Rpm 13,50 %, dan pada saat akselerasi 1 dan 2 adalah 33,37 % dan 42,46 %.
Dari hasil penelitian menunjukkan tingkat ketebalan asap yang dihasilkan pada
pemajuan saat penginjeksian lebih rendah dari saat penginjeksian standar.

Kata kunci : saat penginjeksian mesin diesel

ii
abstract
The study was planned as an experimental research that has the main
objective to determine the effect of the thickness of the promotion of the current
injection diesel engine exhaust gas fumes. The reason making it the first title is the
low quality of diesel fuel used by the users of diesel engine vehicles cause flash
point fuel becomes slow and often causes incomplete combustion, the effect of
incomplete combustion is the thickness of the smoke in the exhaust gas of diesel
engines. When improper injection resulted in incomplete combustion will cause
the smoke level trends thickness exhaust gases produced to be high. With the
advancement of the injection current, the expected level of reduced thickness of
the resulting smoke.
The study design is a pre-test and post-test group design, research
conducted by comparing the results of testing the thickness of the diesel engine
exhaust gas between the current standard injection with injection current
promotion. Tests conducted at rpm 800, 1500, 2000, 3000 rpm and acceleration I
and II to the current standard 7˚ injection after injection of TMA with current
variations are promoted 6˚, 5˚ and 4˚ after TDC, the data collection was done 2
times on each round with a time of 60 seconds.
The research was conducted on August 28, 2014 in the garage PT. Like
Dawn Padang. From the research, it appears that the average minimum thickness
obtained on the promotion of smoke when the injection, while the maximum
thickness of the smoke obtained during standard injection. The result of the
calculation using the formula t test showed that there is a significant effect on the
promotion of the current injection received the 5% significance level.
The results of the current study are advanced injection (6˚ after TDC) the
thickness of smoke generated on lap 800 rpm is 5.65%, at 1500 rpm rotation
5.29%, at 9.44% round of 2000 rpm, 3000 rpm round 12 , 19%, and at the time of
acceleration 1 and 2 were 29.91% and 38.15%. Compared with the current
standard injection (7˚ after TDC), the thickness of the level of smoke generated on
lap 800 rpm is 6.99%, at 1500 rpm rotation of 5.64%, on the lap of 10.07% 2000
rpm, 3000 rpm round 13.50%, and at the time of acceleration 1 and 2 were
33.37% and 42.46%. The results showed that the thickness of the smoke generated
at the time of injection of the promotion is lower than the current standard
injection.

Keywords : injection timing diesel engine

iii
1

A. Latar Belakang
Sesuai dengan perkembangan Indonesia tahun 2010) menunjukkan
zaman, dunia otomotif banyak bahwa penyebab polusi terbesar adalah
mengalami perubahan sebagai akibat alat transportasi yang hampir mencapai
dari kemajuan yang telah dicapai dalam 60%, selebihnya sektor industri 25%,
proses pembangunan, yaitu kemajuan sampah 10%, dan rumah tangga 5%
pesat ilmu pengetahuan dan teknologi seperti dapat dilihat pada tabel 2
serta pengaruh globalisasi yang sangat dibawah ini.
pesat. Kemajuan kehidupan penduduk Transportasi yang memakai
sekarang semakin berkembang ini tidak mesin diesel termasuk salah satu
dapat terlepas dari revolusi teknologi penyebab polusi udara terbesar di
yang semakin berkembang dan Indonesia ini dikarenakan motor diesel
canggih. Hampir setiap aspek menghasilkan emisi gas buang yang
kebutuhan saat ini tidak dapat dilepas cenderung berbeda dengan motor
dari intervensi teknologi. Kondisi ini bensin, biasanya secara fisik terlihat
memperlihatkan bahwa manusia lebih tebal atau pekat. Ketebalan asap
semakin membutuhkan kemudahan dan dalam emisi gas buang motor diesel
efisiensi dalam gaya hidupnya. disebut opasitas. Gas buang motor
Salah satu aspek kebutuhan diesel dapat menyebabkan gangguan
masyarakat yang sudah menjadi kesehatan pada manusia. Dalam skala
kebutuhan utama adalah sarana ringan, gas buang yang pekat dan tebal
transportasi. Kendaraan dalam dapat mengakibatkan iritasi pada mata,
masyarakat bukan lagi menjadi barang gangguan pernafasan karena
yang eksklusif, karena hampir setiap mengandung partikulat, dan dapat
masyarakat memilikinya. Keadaan ini menggangu penglihatan pengguna jalan
dapat dilihat dengan semakin tingginya yang bisa membahayakan keselamatan.
permintaan kendaraan Indonesia. Korps Untuk itu opasitas gas buang motor
Lalu Lintas Kepolisian Negara diesel perlu dikontrol dalam periode
Republik Indonesia mencatat, jumlah waktu tertentu secara teratur.
kendaraan bermotor yang beroperasi di Wakhinuddin (2009:206)
seluruh Indonesia pada tahun 2013 menyatakan “Pembakaran pada motor
mencapai 104.211.032 unit, naik 11 diesel sangat dipengaruhi oleh kualitas
persen dari tahun sebelumnya (2012) bahan bakar yang digunakan, dan asap
yang hanya 94.229.299 unit hitam yang dihasilkan motor diesel
(http://otomotif.kompas.com), merupakan efek dari pembakaran yang
peningkatan jumlah kendaraan tidak sempurna”. Penggunaan jenis
bermotor di Indonesia tahun 2012- bahan bakar pada kendaraan diesel
2013. berperan besar dalam menentukan
Pertumbuhan transportasi tingkat ketebalan asap gas buang motor
selain memberi dampak positif juga diesel. Untuk mendapatkan emisi gas
memberikan dampak negatif, terutama buang yang bersih pada motor diesel
terhadap lingkungan. Salah satunya biasanya dianjurkan menggunakan
adalah berupa pencemaran udara. bahan bakar yang kualitasnya bagus
Berdasarkan data dari kementerian yang memiliki angka cetana yang lebih
lingkungan hidup (sumber polusi di tinggi dari bahan bakar solar, namun
2

kenyataannya sebagian besar pengguna harga bahan bakar solar yang relatif
kendaraan mesin diesel tetap murah membuat orang cenderung
menggunakan solar dengan alasan harga memilih menggunakan solar
murah, padahal solar merupakan bahan dibandingkan bahan bakar yang
bakar diesel yang mempunyai kualitas memiliki kualitas tinggi yang harganya
rendah dengan angka cetana 45. lebih mahal, namun kualitas bahan
Rendahnya kualitas bahan bakar solar bakar solar yang rendah menyebabkan
yang dipakai oleh para pengguna ketebalan asap pada gas buang, oleh
kendaraan mesin diesel menyebabkan karena itu diperlukan suatu alternatif
titik nyala bahan bakar menjadi lambat bagaimana cara menghasilkan
sehingga sering menyebabkan ketebalan asap gas buang yang baik
pembakaran tidak sempurna, efek dari tanpa menggunakan bahan bakar
pembakaran yang tidak sempurna berkualitas tinggi. Sehingga peneliti
adalah ketebalan asap pada gas buang tertarik untuk meneliti bagaimana
(smoke opacity). pengaruh pemajuan saat penginjeksian
Pemajuan saat penginjeksian terhadap ketebalan asap gas buang
akan mempengaruhi ketebalan asap gas mesin diesel.
buang yang dihasilkan. Untuk bahan
bakar diesel, memajukan saat B. Identifikasi Masalah
penginjeksian akan berdampak pada Berdasarkan latar belakang
titik nyala bahan bakar. Ketika saat masalah di atas, maka dapat
penginjeksian dimajukan, maka akan diidentifikasi beberapa masalah
mempercepat titik nyala bahan bakar sebagai berikut :
dan mempercepat proses pembakaran, 1. Meningkatnya polusi udara yang
Sehingga proses pembakaran yang disebabkan oleh naiknya
dihasilkan sempurna dan ketebalan asap pertumbuhan transportasi dari
pada gas buang menurun. Paul S. Wang tahun ke tahun di indonesia.
(2004:4) mengemukakan bahwa :
“Injection timing in a diesel engine is 2. Ketebalan asap dalam emisi gas
determined by the combustion timing. buang motor diesel berbahaya
Early fuel injection timing leads to bagi lingkungan dan kesehatan
early combustion timing causes the manusia.
burn process earlier resulting in higher
gas temperatures and decreased smoke 3. Rendahnya kualitas bahan bakar
production”. Dari pernyataan tersebut solar yang digunakan para
dijelaskan bahwa saat penginjeksian pengguna kendaraan mesin
menentukan saat pembakaran diesel.
(combustion timing) pada motor diesel.
Saat penginjeksian yang cepat akan 4. Bagaimanakah pengaruh pemajuan
mempercepat saat pembakaran yang saat penginjeksian terhadap
juga menyebabkan proses pembakaran ketebalan asap mesin diesel.
menjadi cepat, sehingga menghasilkan
C. Batasan Masalah
temperatur udara yang tinggi dan asap
yang rendah. Untuk lebih fokusnya
Berdasarkan uraian di atas, penelitian ini, maka penelitian ini
peneliti menangkap suatu masalah yaitu dibatasi pada usaha untuk melihat
3

pengaruh pemajuan saat tersebut dijelaskan ketebalan asap


penginjeksian terhadap ketebalan adalah pengukuran seberapa tebal
asap mesin diesel. partikel asap di udara dan
memperhitungkan seberapa
D. Rumusan Masalah
banyak cahaya yang dikaburkan
Rumusan masalah dalam oleh asap. Ketebalan asap diukur
penelitian ini adalah seberapa besar dalam persentase dari 0 hingga
pengaruh pemajuan saat 100 persen.
penginjeksian terhadap ketebalan Sejalan dengan pendapat
asap mesin diesel. Tucson (2002: 7) yang
E. Tujuan Penelitian mengatakan bahwa: “Opacity”
Tujuan dari penelitian ini means the degree to which an air
adalah mengetahui pengaruh pollutant obscures the view of an
pemajuan saat penginjeksian observer expressed in percentage
terhadap ketebalan asap mesin of obscuration, or the degree,
diesel. expressed in percent, to which
transmittance of light is reduced
F. Manfaat Penelitian by the air pollutant. Complete
Manfaat dari penelitian ini adalah: obscuration must be expressed as
1. Bagi peneliti, sebagai salah satu 100% opacity”. Dari pernyataan
syarat untuk mendapatkan gelar tersebut dijelaskan ketebalan asap
Sarjana Pendidikan di Fakultas adalah sejauh mana polutan udara
Teknik Universitas Negeri dalam mengaburkan pandangan
padang. atau penglihatan yang dinyatakan
2. Bagi pembaca, sebagai wacana dalam persen, jika pandangan
untuk meningkatkan wawasan tidak bisa menembus asap maka
mengenai pengaruh pemajuan ketebalan asap dinyatakan 100%.
saat penginjeksian terhadap Sejalan dengan pendapat
ketebalan asap mesin diesel. Jennifer M. Granholm (2007:1)
3. Sebagai bahan pertimbangan dan yang mengatakan bahwa
referensi dalam mengembangkan “Opacity is a measurement of
inovasi dalam dunia otomotif. how dense the particulates are in
4. Sebagai referensi untuk penelitian the air and takes into account
lebih lanjut. how much light is obscured by the
A. Landasan Teori rising dust. Opacity is measured
in percentages from 0 to 100
1. Ketebalan Asap percent”. Dari pernyataan
Jennifer M. Granholm tersebut dijelaskan ketebalan asap
(2007:1) mengemukakan bahwa adalah pengukuran seberapa tebal
“Opacity is a measurement of partikel asap di udara dan
how dense the particulates are in memperhitungkan seberapa
the air and takes into account banyak cahaya yang dikaburkan
how much light is obscured by the oleh asap. Ketebalan asap diukur
rising dust. Opacity is measured dalam persentase dari 0 hingga
in percentages from 0 to 100 100 persen.
percent”. Dari pernyataan
4

Pendapat lain dikemukakan dan udara dimampatkan di dalam


oleh Van couver (2006:1) silinder sampai mendekati
“Opacity is a measure of the temperatur ignition untuk proses
amount of light obscured by the pembakaran pada awal ignition
particulate matter (PM) or soot in delay pada langkah kompresi”.
the exhaust from diesel engines, Pendapat lain dikemukakan oleh
measured under normal Breitbach (2002:35) “start of
operating conditions”. Dari injection (SOI) or injection
pernyataan ini dijelaskan timing is the time at which
ketebalan asap adalah ukuran injection of fuel into the
jumlah cahaya yang dikaburkan combustion chamber begins. It is
oleh partikulat (PM) atau jelaga usually expressed in crank angle
yang dihasilkan oleh gas buang degrees (CAD) relative to TDC of
mesin diesel, yang diukur di the compression stroke”. Dapat
bawah kondisi normal. diartikan saat penginjeksian
adalah saat bahan bakar mulai
2. Saat Penginjeksian
disemprotkan ke dalam silinder
Menurut Carles (1985:88) tepat pada saat langkah kompresi
“saat penginjeksian adalah saat sesuai dengan derajat sudut
dimana piston berada beberapa penginjeksian.
derajat sebelum titik mati atas dan
bahan bakar ditekan oleh pompa B. Kerangka Konseptual
injeksi dengan tekanan tinggi dan Kerangka konseptual pada
dikabutkan oleh injektor ke ruang dasarnya untuk menjelaskan secara
bakar melalui pipa tekanan teoritis antara variabel yang diteliti.
tinggi”. Sedangkan menurut Pada penelitian ini kerangka
Mollenhauer Klaus (2010:3) konseptual berfungsi untuk memberi
“time of injection of the fuel is gambaran mengenai penelitian
sprayed injector and started in pengaruh pemajuan saat
the compressed air temperature penginjeksian terhadap ketebalan
to near ignition cyllinder”. Dari asap mesin diesel. Berdasarkan
kutipan ini dijelaskan bahwa saat kajian teori diatas maka peneliti
penginjeksian adalah saat yang menduga bahwa pemajuan saat
tepat untuk menyemprotkan penginjeksian akan berpengaruh
bahan bakar ke dalam silinder terhadap ketebalan asap dimana
yaitu dimulai pada saat peneliti akan melakukan uji beda
temperatur udara di dalam pada setiap perubahan penyetelan
silinder sudah mencapai saat penginjeksian.
temperatur ignition pada langkah
C. Hipotesis Penelitian
kompresi. Berdasarkan tujuan penelitian
Hal ini sejalan dengan dan kajian teori, hipotesis yang dapat
Mitsubishi M-Step II (2008:7)
dikemukakan dalam penelitian ini
yang menyatakan bahwa “saat adalah: Terdapat pengaruh pemajuan
penginjeksian adalah saat bahan saat penginjeksian terhadap
bakar mulai disemprotkan oleh ketebalan asap mesin diesel.
injektor ke dalam ruang bakar
5

A. Desain Penelitian C. Instrumen Penelitian


Desain penelitian ini 1. Instrumen Penelitian
tergolong penelitian eksperimen a. 1 unit mesin diesel
pre-test and post-test group design. Mitsubishi L300 tahun 2010
Suharsimi (2006:85) menjelaskan
yang dimaksud eksperimen pre-test b. Tachometer, untuk mengukur
and post-test groupdesign yaitu putaran kerja mesin pada
“Terdapat suatu kelompok yang berbagai kecepatan.
sebelumnya diberi pretest (sebelum
diberi perlakuan) dan setelahnya c. Smoke opacimeter, untuk
diberi posttest (treatment atau mengukur tingkat ketebalan
perlakuan) dan selanjutnya gas buang motor diesel.
diobservasi hasilnya”. Karena d. Dial indicator, untuk melihat
adanya pretest, dengan demikian saat penginjeksian.
hasil perlakuan dapat diketahui lebih e. Stopwatch, untuk menghitung
akurat karena dapat membandingkan waktu yang dibutuhkan.
dengan keadaan sebelum diberi
perlakuan. A. Data Hasil Penelitian

B. Variabel Penelitian Berdasarkan hasil penelitian


yang telah dilakukan di bengkel PT.
Variabel yang digunakan dalam Suka Fajar Padang pada tanggal 28
penelitian ini adalah: Agustus 2014 tentang pengaruh
a. Variabel bebas, yaitu kondisi pemajuan saat penginjeksian
yang mempengaruhi munculnya terhadap ketebalan asap gas buang
suatu gejala. Dalam penelitian ini, Mishubishi L300 tahun 2010.
yang menjadi variabel bebas Berikut disajikan data pengolahan
adalah pengaruh pemajuan saat tingkat ketebalan asap (%) yang
penginjeksian pada mesin diesel. dihasilkan selama 1 menit (60 detik )
pada pemajuan saat penginjeksian
b. Variabel terikat, yaitu himpunan standar (7˚ sesudah TMA), dengan
sejumlah gejala yang memiliki pemajuan saat penginjeksian (6˚, 5˚
aspek atau unsur di dalamnya dan 4˚ sesudah TMA), maka
diperoleh data hasil pengujian
yang menerima atau sebagai berikut.
menyesuaikan diri dengan kondisi Tabel 1. Data Hasil Pengujian
variabel lain. Dalam penelitian ini Tingkat Ketebalan Asap
yang menjadi variable terikat
adalah ketebalan asap.
c. Variabel kontrol, merupakan
semua faktor yang dapat
mempengaruhi hasil kerja yang
dilakukan oleh mesin. Adapun
faktor-faktor yang berpengaruh
dalam penelitian ini adalah
tekanan injeksi, suhu, dan putaran
mesin.
6

Dari tabel 1 dapat dibuat terendah dihasilkan pada putaran


grafik ketebalan lapisan cat pada idle yaitu 3,40 % dan terjadi
setiap pengambilan data sebagai penurunan sebesar 3,59 % dari saat
berikut penginjeksian standar, sedangkan
tingkat ketebalan asap tertinggi
dihasilkan pada akselerasi II yaitu
24,53 % dan terjadi penurunan
sebesar 17,93 % dari saat
penginjeksian standar. Pada posisi
ini tingkat ketebalan asap yang
dihasilkan sudah mulai menurun
secara drastis tetapi belum dalam
batas aman emisi ketebalan asap gas
buang.
Grafik yang berwarna
kuning menunjukkan tingkat
Grafik yang berwarna biru ketebalan asap gas buang yang
menunjukkan tingkat ketebalan asap dihasilkan pada pemajuan saat
gas buang yang dihasilkan pada saat penginjeksian (4˚ STMA). Tingkat
penginjeksian standar ( 7˚ STMA ). ketebalan asap terendah dihasilkan
Tingkat ketebalan asap tertinggi pada putaran idle yaitu 1,31 % dan
dihasilkan pada akselerasi II yaitu terjadi penurunan sebesar 5,68 %
sebesar 42,46 %. Ketebalan asap dari saat penginjeksian standar,
terendah dihasilkan pada putaran sedangkan tingkat ketebalan asap
idle dengan angka 6,99 %. tertinggi dihasilkan pada akselerasi
Grafik yang berwarna II yaitu 11,52 % dan terjadi
orange menunjukkan tingkat penurunan sebesar 30,94 % dari saat
ketebalan asap gas buang yang penginjeksian standar. Pada posisi
dihasilkan pada pemajuan saat ini tingkat ketebalan asap yang
penginjeksian (6˚ STMA). Terlihat dihasilkan sudah menurun secara
penurunan jika dibandingkan dengan drastis pada setiap putaran mesin
saat penginjeksian standar. dan sudah dalam batas aman emisi
Ketebalan asap gas buang tertinggi ketebalan asap gas buang.
adalah ketika akselerasi II dengan
angka 38,15 % dan terjadi B. Analisa Data Hasil Penelitian
penurunan sebesar 4,31 %. Analisis ini ditujukan guna
Ketebalan asap paling rendah mengetahui ada tidaknya pengaruh
dihasilkan pada putaran idle yaitu pemajuan saat penginjeksian
sebesar 5,65 %, dan terjadi terhadap ketebalan asap mesin
penurunan sebesar 1,34 % dari saat diesel. Untuk mendukung akurasi
penginjeksian standar. hasil penelitian ini dilakukan uji
Grafik yang berwarna abu – statistik dengan rumus uji t, untuk
abu menunjukkan tingkat ketebalan menguji hipotesis dari dua variabel
asap gas buang yang dihasilkan pada yang berhubungan dengan nilai
pemajuan saat penginjeksian (5˚ tingkat signifikan 5 %. Pada uji t
STMA). Tingkat ketebalan asap
7

hasil penelitian ini terdapat dua buah terhadap ketebalan asap mesin
hipotesis, yaitu: diesel. Jika t hitung > t tabel, maka
Ho : Pemajuan saat penginjeksian ditolak Ha dan H0 diterima artinya
tidak berpengaruh terhadap terdapat perbedaan yang signifikan
ketebalan asap mesin diesel antara saat penginjeksian standar
Ha : Pemajuan saat penginjeksian dengan pemajuan saat
berpengaruh terhadap penginjeksian. Dengan kata lain
ketebalan asap mesin diesel pemajuan saat penginjeksian
berpengaruh terhadap ketebalan asap
Untuk menguji hipotesis
mesin diesel.
maka dilakukan uji statistik dengan
rumus uji t Lipson (1973: 138). Tabel 2. Analisa data tingkat Ketebalan
Analisis data hasil penelitian ini asap mesin diesel
untuk mengetahui signifikan atau
tidaknya hasil penelitian, maka dapat
di hitung dengan rumus:

(x  y)  (µx  µy)
t
 1   (n x  1) s 2x  (n y  1) s 2y 
  1   
 nx ny   nx  ny  2 
   
Dimana :

H0 : [( µx  µy ) = 0]
x = Rata – rata sampel X
y = Rata – rata sampel Y
s 2x = Standar deviasi Dari hasil perhitungan di
sampel 1 atas diketahui t hitung = 2,843459,
2
s y = Standar deviasi sedangkan t tabel = 2,571. Karena t
hitung > t tabel, maka H0 ditolak dan Ha
sampel 2
diterima artinya terdapat perbedaan
n x dan n y = Jumlah yang signifikan antara saat
sampel penginjeksian standar dengan
Kriteria pengujian yaitu t pemajuan saat penginjeksian.
hitung dibandingkan dengan t tabel Dengan kata lain pemajuan saat
dengan taraf signifikan 5 % yakni penginjeksian berpengaruh terhadap
sebesar 2.571. Jika t hitung ≤ t tabel ketebalan asap mesin diesel. Untuk
maka Ha diterima dan H0 ditolak lebih jelasnya perhitungan
artinya tidak terdapat perbedaan menggunakan uji t dapat dilihat pada
yang signifikan antara saat lampiran 1.
penginjeksian standar dengan C. Pembahasan Hasil Penelitian
pemajuan saat penginjeksian.
Berdasarkan himpunan data
Dengan kata lain pemajuan saat
pada tabel 2 dapat dilihat bahwa
penginjeksian tidak berpengaruh
8

pada kondisi engine dan kerja yang karbon atau partikulat yang bisa
sama, terdapat perbedaan yang mencemari udara.
sangat jelas antara saat
A. Kesimpulan
penginjeksian standar dengan Berdasarkan hasil analisis
pemajuan saat penginjeksian dalam data penelitian yang telah dibahas
mempengaruhi ketebalan asap gas pada bagian sebelumnya, dapat
buang mesin diesel. Pemajuan saat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
penginjeksian cenderung 1. Pemajuan saat penginjeksian
menghasilkan gas buang dengan dapat menurunkan tingkat
tingkat ketebalan asap yang lebih ketebalan asap gas buang mesin
rendah dibanding saat penginjeksian diesel, hal tersebut disebabkan
standar. oleh temperatur penyalaan bahan
Pada saat penginjeksian bakar meningkat akibat periode
standar terlihat pada tabel 7 tingkat persiapan pembakaran yang
ketebalan asap yang dihasilkan pada panjang sehingga campuran
masing – masing putaran mesin bahan bakar dan udara bercampur
masih tergolong tinggi. Hal ini dengan baik menjadi campuran
menunjukan saat penginjeksian yang merata dan tipis (lean
standar kurang sempurna dalam premixed). Akibatnya kualitas
menaikkan titik nyala bahan bakar pembakaran yang dihasilkan
sehingga kualitas pembakaran yang sempurna dan tingkat ketebalan
dihasilkan kurang sempurna. asap yang dihasilkan rendah.
Sedangkan pada pemajuan saat 2. Setelah dilakukan analisa data
penginjeksian tingkat ketebalan asap
secara keseluruhan dengan
yang dihasilkan lebih sedikit dari saat
menggunakan uji t, maka
penginjeksian standar. Memajukan
saat penginjeksian langsung diketahui bahwa hipotesis (Ha)
memberikan dampak menurunnya yang peneliti ajukan diterima,
tingkat ketebalan asap gas buang yang mana dengan pemajuan
secara terus menerus. Hal ini terjadi B. Saran
karena pemajuan saat penginjeksian Berdasarkan hasil penelitian
akan memperpanjang periode yang telah lakukan, penulis
persiapan pembakaran (ignition delay) menyarankan hal-hal sebagai
yang menyebabkan bahan bakar lebih berikut:
cepat mencapai temperatur penyalaan 1. Bagi masyarakat khususnya para
sehingga lebih cepat terbakar, pemilik kendaraan bermesin
menyebabkan periode pembakaran diesel yang menggunakan bahan
maksimal menjadi lebih cepat bakar yang memiliki kualitas
akibatnya pembakaran yang rendah seperti solar sebaiknya
dihasilkan sempurna dan ketebalan melakukan pemajuan saat
asap pada gas buang menurun. penginjeksian untuk
Peningkatan tingkat mendapatkan tingkat ketebalan
ketebalan asap gas buang mesin asap yang baik, karena dari hasil
diesel menunjukkan tidak penelitian menunjukan bahwa
sempurnanya pembakaran, pemajuan saat penginjeksian
Pembakaran yang tidak sempurna dapat menurunkan tingkat
akan menyebabkan dekomposisi ketebalan asap gas buang pada
9

mesin diesel. Sehingga dapat Granholm, Jennifer M. (2007). Diesel


mengurangi pencemaran terhadap exhaust Emissions. New Jarsey
lingkungan, khususnya yang : University of Wisconsin.
bersumber dari kendaraan Heywood, John B. (1988). Internal
bermesin diesel. Combustion Engine
2. Penelitian ini hanya Fundamentals. New York:
memperhitungkan dari segi McGraw-Hill.
tingkat ketebalan asap yang Emissions Control Systems. New
dihasilkan belum diketahui Jersey: Natef.
berapa daya (torsi) yang Kementrian Lingkungan Hidup. (2010).
dihasilkan berhubungan karena Status Lingkungan Hidup
keterbatasan peralatan yang Indonesia Tahun 2010
dimiliki serta dana, untuk http://www.menlh.go.id.
penelitian selanjutnya Diakses tanggal 24 Mei 2014.
diharapkan untuk Lipson, Charles, dkk. (1973). Statistical
memperhitungkan dari segi daya Design And Analysis Of
yang dihasilkan. Engineering Experiments.
3. Penelitian ini masih terbatas Tokyo: McGraw-Hill.
hanya pada beberapa putaran Mathur, M.L. and Sharma, R.P. (1980).
mesin yang mewakili, sehingga A Course In Internal
pada penelitian selanjutnya agar Combustion Engine. Delhi:
bisa melakukan penelitian yang Rai & Sons.
lebih mendalam pada putaran Mitsubishi M-Step II. (2008). Diesel
yang lebih tinggi, kualitas bahan Engine. PT Krama Yudha Tiga
bakar dan performa motor diesel. Berlian Motors.
Mollenhauer, Klaus. (2010). Handbook
Daftar Pustaka of diesel engines. Germany:
Arismunandar, Wiranto. (1988). Magdeburg.
Penggerak Mula: Motor Bakar Strehlow, R. (1998). Combustion
Torak. Bandung: ITB. Fundamentals. New York:
Badan Pusat Statistik.(2013). McGraw-Hill. 142-143.
“Peningkatan Jumlah Tat, M.E. and Van Gerpen, J.H. (2003).
Kendaraan Bermotor di “The Specific Gravity of
indonesia”.http://otomotif.kom Biodiesel and its Blends with
pas.com. Diakses tanggal 30 Diesel Fuel”. Journal of
mei 2014. American Oil Chemists
Breitbach, H. (2002). Fuel Injection Society, Vol. 77(2):115-119.gi
systems Overview. Delphi Wakhinuddin S. (2009). Motor Diesel.
corporation, Padang: UNP Press.
https://www.dieselnet.com/tec
h/diesel_fi.php. Diakses
tanggal 20 mei 2014 Wang, Paul S. (2004). Mechanical
Couver, Van. (2006). Air Pollution. Engineering Department.
Department of Motor Vehicles. Moscow: Idaho 83844-0904.

Anda mungkin juga menyukai