Volume Reduksi
70%
kontaminan pada IPALD-T. Sehingga, diperlukan adanya
pengolahan lumpur skala kecil di sekitar lokasi IPALD-T. 60%
Tujuan tugas akhir ini adalah menentukan kriteria desain unit 50%
dewatering berdasarkan studi literatur dan melakukan
perencanaan pengolahan lumpur skala kecil. Tugas akhir ini 40%
menghasilkan kriteria desain unit dewatering dengan 30%
ketinggian lumpur berkisar 20-50 cm, ketinggian media filter
geotekstil non woven 1-6 cm dengan jenis PET (Polietelena 20%
Tereftalat) dan PP (Polypropylene) (continuous filament dan 10%
Staple fibre dengan berat 150-500 GSM), ketinggian Media
filter pasir diameter 0,2-0,6 setinggi 20-30 cm, dan kerikil 0%
penyangga diameter 2-3 cm setinggi 20-30 cm. Hasil -30 20 70 120
perencanaan unit dewatering yang telah dilakukan Bulan
menghasilkan unit dengan kapasitas 0,335 m3 dengan lumpur
setinggi 40 cm, geotekstil non-woven setinggi 6 cm, pasir Gambar 1. Grafik Presentase Volume Lumpur.
berdiameter 0,2-0,6 mm setinggi 20 cm, kerikil penyangga
berdiameter 2-3 cm setinggi 20 cm, dan geotekstil non-woven 1 IPAL yang hanya dapat dilewati oleh motor tinja
cm. Unit dewatering ini direncanakan menggunakan tandon menyebabkan volume lumpur yang dapat diangkut semakin
dengan diameter 103,2 cm dan ketinggian tandon 100 cm, serta sedikit sehingga memperbesar nilai ritasi pengangkutan.
dilengkapi dengan bak penampung filtrat. Selain itu, jarak IPAL menuju IPLT yang jauh dan jumlah
ritasi pada pengangkutan lumpur yang banyak menyebabkan
Kata Kunci—Dewatering, Geotekstil Non Woven, Instalasi
pengolahan Air Limbah Domestik (IPALD-T), Pengelolaan biaya yang besar. Sehingga, solusi untuk IPAL yang tidak
Lumpur, dan Pasir. dapat dilewati oleh truk dan jauh dari IPLT adalah
pengolahan lumpur skala kecil.
Proses dewatering merupakan proses penghilangan
I. PENDAHULUAN kandungan air sehingga lumpur dapat diangkut ke tempat
Tabel 1. Tabel 4.
Kriteria Unit Solid Separator Chamber Jenis dan tahun Pembangunan IPAL
Parameter Satuan Nilai Nama IPAL Jenis IPAL Tahun Pembangunan
Ketebalan cake Cm 10-30 Karangmas JSI 2013
Ketebalan pasir Cm 20-30 Kauman Sehat Mode 2014
Ketebalan kerikil Cm 20-30 Tirta Agung 2 Sanfab 2018
Grand Cep JSI 2013
Tabel 2. Sehat Sentosa Mode 2013
Kriteria Unit Solid Separator Chamber Modifikasi Telaga Abadi Sanfab 2012
Higienis 2 JSI 2014
Parameter Satuan Nilai
Ketebalan lumpur Cm 20-50
Tabel 5.
Ketebalan media filter
Cm 1-6 Dimensi IPALD-T
geotekstil non-woven
Geotekstil non woven Settler ABR/ABF
Kapasitas Sistem
PET (polietelena P L H P L H
SR IPAL
Tereftala) dan PP (m) (m) (m) (m) (m) (m)
Jenis geotekstil non-woven (Polypropylene) dengan 50 Sanfab* 1,75 2,25 1,8 4,8 2,25 1,8
jenis continuous filament 75 Sanfab* 2,5 2,25 1,8 4,8 2,25 1,8
dan staple fibre dengan 100 Sanfab* 3,5 2,7 2 6,4 2,7 2
berat 150-500 GSM 75 JSI 2,5 2,2 1,44 4,9 2,2 1,44
Ketebalan media filter pasir cm 20-30 75 Mode 1,9 1,7 1,65 5,6 1,7 1,65
Diameter media filter pasir mm 0,2-0,6 Keterangan:
Ketebalan kerikil *Masterplan Plan IPAL Kabupaten Gresik 2014
cm 20-30
penyangga
Diameter kerikil cm 2-3 Tabel 6.
Kualitas air limbah
Tabel 3. TSS (mg/L) COD (mg/L) BOD (mg/L)
Nama IPAL
Koordinat IPALD-T Kabupaten Gresik Inlet Outlet Inlet Outlet Inlet Outlet
Nama IPAL Lintang Selatan Bujur Timur Karangmas* 108 66** 181 54 96 28
Karangmas 7o11’16.6”S 112o39’47.1”E Kauman Sehat 108 66** 181 54 96 28
Kauman Sehat 7 09’25.4”S
o
112o39’09.5”E Tirta Agung 2 108 66** 181 54 96 28
Tirta Agung 2 7 09’33.0”S
o
112o38’38.1”E Grand Cep 108 66** 181 54 96 28
Grand Cep 7o09’18.2”S 112o39’05.1”E Sehat Sentosa 108 66** 181 54 96 28
Sehat Sentosa 7o09’18.2”S 112o39’05.2”E Telaga Abadi* 172 124** 332 200** 178 106**
Telaga Abadi 7o09’22.8”S 112o39’12.5”E Higienis 2 108 66** 181 54 96 28
Higienis 2 7o09’03.3”S 112o38’33.7”E Makmur Jaya* 322 30 483 84 262 44**
Keterangan:
*Hasil analisis laboratorium
**Tidak memenuhi baku mutu
II. METODE STUDI dibandingkan dengan kriteria desain unit SSC dari
PermenPUPR Nomor 04/PRT/M/2017. Kriteria desain SSC
Metode yang digunakan pada tugas akhir ini adalah
berdasarkan Permen PUPR Nomor 04/PRT/M/2017 dapat
pengumpulan data yang diperoleh dari dinas dan literatur.
dilihat pada Tabel 1.
Pengumpulan data diperoleh dari data instansi DPUTR
Kriteria desain yang ada tidak terdapat ketebalan lumpur,
Kabupaten Gresik dan beberapa literatur yang telah
dan diameter media filter. Ketebalan lumpur sangat penting
disimpulkan. Sumber literatur berasal dari jurnal nasional,
untuk menentukan dimensi unit SSC. Sedangkan, diameter
jurnal internasional, buku, dan peraturan yang terkait dengan
media filter digunakan untuk perhitungan finansial dan
unit dewatering. Pembahasan pertama menjelaskan
operational pada saat perencanaan unit SSC. Selain itu,
penentuan kriteria desain unit dewatering untuk lumpur
diameter media filter digunakan untuk mengetahui
IPALD-T. Pembahasan kedua menjelaskan tentang
kemampuan penyisihan kontaminan pada unit SSC.
perencanaan skala kecil uit dewatering di Kabupaten Gresik.
Sehingga, perlunya kajian lebih lanjut yang didapatkan dari
Pada tugas akhir ini akan dilakukan kajian unit dewatering
beberapa penelitian. Kriteria desain SSC berdasarkan
menggunakan geotekstil non-woven dengan pendekatan
berbagai literatur dapat dilihat pada Tabel 2 [6]–[13].
menggunakan kemampuan kontaminan pada unit slow sand
filter. B. Kondisi Eksisting Wilayah Studi Kasus
Terdapat 8 IPALD-T di Kabupaten gresik yang dipilih.
III. HASIL DAN PEMBAHASAN Lokasi IPAL dipilih berdasarkan lokasi IPALD-T yang tidak
dapat dilewati oleh truk pengangkut lumpur dan IPALD-T
A. Kriteria Desain Dewatering Lumpur yang jauh dari dari IPLT yang dapat dilihat pada Tabel 3.
Kriteria desain dewatering lumpur yang ditentukan adalah Terdapat empat sistem IPAL uang ada di Kabupaten
jenis media filter (ketebalan dan diameter), ketebalan lumpur, Gresik yaitu Sanfab, Mode, Konvensional, dan JSI.
waktu pengeringan, dan konfigurasi unit dewatering. Batasan Perbedaan dari sistem IPAL adalah memiliki teknologi
yang digunakan pada kriteria desain adalah penelitian yang pengolahan yang berbeda. Jenis dan tahun Pembangunan
menggunakan teknologi Solid Separator Chamber (SSC). IPAL dapat dilihat pada Tabel 4.
Media filter yang digunakan pada studi literatur ini adalah Perbedaan sistem IPAL adalah teknologi IPAL. Teknologi
pasir dan geotekstil non-woven. Tetapi, literatur tentang unit IPAL untuk Sanfab adalah Anaerobic Baffled reactor, JSI
dewatering yang menggunakan geotekstil non-woven masih adalah Imhofftank-Anaerobic Fluidized Bed Bio filter,
sangat sedikit sehingga menggunakan pendekatan dari Konvensional adalah Anaerobic Baffled reactor-Anaerobic
teknologi slow sand filter. Kriteria desain yang dibuat akan Filter, dan Mode adalah Anaerobic filter [14]. Perbedaan
JURNAL TEKNIK ITS Vol. 9, No. 2, (2020) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) D218
Tabel 7. Tabel 9.
Kualitas air limbah Produksi Lumpur Settler
Debit air limbah Total Debit
Nama IPAL SR terpasang Nama Pxtss Pxvss
(m3/hari) lumpur Lumpur
IPAL (Kg/hari) (Kg/hari)
Karangmas 77 20,056 (Kg/hari) (m3/hari)
Kauman Sehat 67 17,451 Karangmas 1,042 0,028 1,070 0,008
Tirta Agung 2 25 6,511 Kauman
0,906 0,024 0,931 0,007
Grand Cep 67 17,451 Sehat
Sehat Sentosa 51 13,284 Tirta
0,338 0,009 0,347 0,003
Telaga Abadi 63 16,409 Agung 2
Higienis 2 61 15,888 Grand Cep 0,906 0,024 0,931 0,007
Makmur Jaya 50 13,023 Sehat
0,690 0,019 0,708 0,005
Sentosa
Tabel 8. Telaga
1,135 0,042 1,177 0,009
Persentase Penyisihan IPALD-T Abadi
Higienis 2 0,825 0,022 0,847 0,007
Kompartemen Makmur
Nama IPAL 2,245 0,049 2,294 0,018
Settler ABR/ABF Jaya
Karangmas 48,09% 80,46%
Kauman Sehat 48,09% 86,70%*
Tirta Agung 2 48,09% 80,46% Tabel 10.
Grand Cep 48,09% 80,46% Produksi Lumpur ABR/ABF
Sehat Sentosa 48,09% 86,70%* Total Debit
Nama Pxtss Pxvss
Telaga Abadi 40,21% 80,46% lumpur Lumpur
IPAL (Kg/hari) (Kg/hari)
Higienis 2 48,09% 80,46% (Kg/hari) (m3/hari)
Makmur Jaya 53,54% 80,46% Karangmas 0,905 0,063 0,968 0,007
Keterangan: Kauman
0,848 0,062 0,910 0,007
*ABF Sehat
Tirta
0,294 0,021 0,314 0,002
sistem IPALD-T menyebabkan perbedaan dimensi pada Agung 2
Grand Cep 0,787 0,055 0,842 0,006
IPALD-T. Dimensi IPALD-T tidak diperoleh dari KPP
Sehat
masing-masing IPAL sehingga menggunakan data IPALD-T 0,646 0,047 0,693 0,005
Sentosa
Kabupaten Gresik dari literatur yang dapat dilihat pada Tabel Telaga
1,358 0,095 1,453 0,011
5 [14]. Abadi
Higienis 2 0,717 0,050 0,767 0,006
Selain dimensi IPAL, pada perencanaan unit dewatering Makmur
1,568 0,110 1,677 0,013
diperlukan kualitas air limbah untuk menentukan volume Jaya
lumpur. Hanya tiga IPALD-T yang diketahui kualitas air
limbah pada IPALD-T. Sehingga dilakukan pendekatan Diketahui:
dengan menggunakan persamaan jenis IPAL, tahun - Q air limbah = 20056,235 L/hari
pembangunan, dan teknik pengurasan. - % kadar air = 88%
Berdasarkan Tabel 6 dapat dilihat bahwa kedelapan IPAL - Sg solid = 2,65
tidak memenuhi baku mutu air limbah domestik berdasarkan - SRT ABR = 14 hari [14]
Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomer - Y COD Anaerobik = 0,06 g VSS / g COD [15]
- Sg air =1
68 Tahun 2016. Pengurasan yang tidak rutin menyebabkan
- P air = 1000 Kg/m3
efisiensi ada IPAL menurun sehingga effluent pada IPAL
- b = 0,1 g VSS / g VSS.hari [15]
tidak memenuhi baku mutu air limbah.
Perhitungan =
C. Perhitungan Produksi Lumpur 𝑄 𝑥 𝑌 𝑥 𝐶𝑂𝐷 𝑈𝑛𝑑𝑒𝑟𝑓𝑙𝑜𝑤
- Pxvss =
Pada perhitungan produksi lumpur diperlukan data debit 1+(𝑏 𝑥 𝑆𝑅𝑇)
air limbah. Debit air limbah yang menjadi acuan adalah debit L
dari IPALD-T Siwalan Wonokitri dengan Jumlah sambungan 20056,235 𝑥 0,06 𝑥 47,513
hari
=
rumah (SR) 68 orang adalah 17,712 m3/hari [14]. Sehingga (1+(0,1 𝑥 14 ℎ𝑎𝑟𝑖))𝑥 1000000
diperoleh debit air limbah influent setiap SR diperoleh 0,260 = 0,024 Kg/hari / 0,85
m3/hari. Debit air limbah setiap IPALD-T berdasarkan SR = 0,028 Kg/hari
yang terpasang dapat dilihat pada Tabel 7. - Pxtss = Q x TSS underflow
Pada kedelapan IPALD-T yang dipilih tidak memenuhi = (20056,235 L/hari x 51,935) x 10-6
bakumutu sehingga direncanakan penyisihan ideal = 1,042 Kg/hari
berdasarkan beberapa kompartemen. Kedelapan IPALD-T - massa lumpur = Pxvss + Pxtss
memiliki sistem IPALD-T yang berbeda-beda. Teknologi = 0,028 Kg/hari + 1,042 Kg/hari
yang digunakan dibedakan menjadi dua yaitu ABR dan ABF. = 1,070 Kg/hari
Persen penyisihan diperoleh dari literatur. Untuk ABF 𝑆𝑔 𝑠𝑜𝑙𝑖𝑑 𝑥 𝑆𝑔 𝑎𝑖𝑟
- Sg lumpur = (%
dilakukan perhitungan persen penyisihan dengan jumlah 𝑠𝑜𝑙𝑖𝑑 𝑥 𝑆𝑔 𝑎𝑖𝑟)+(% 𝑎𝑖𝑟 𝑥 𝑆𝑔 𝑠𝑜𝑙𝑖𝑑)
kompartemen ABF pada IPALD-T Kabupaten Gresik adalah
2,65 𝑥 1
8 kompartemen yang dapat dilihat pada Tabel 8 [14]. = (12%
𝑥 1)+(88% 𝑥 2,69)
Berdasarkan data-data berikut dapat dilakukan perhitungan
produksi lumpur pada kompartemen settler dan kompartemen = 1,08
ABR/ABF. Perhitungan produksi lumpur pada IPALD-T 𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑙𝑢𝑚𝑝𝑢𝑟
- Debit lumpur =
Karangmas sebagai berikut: 𝑝 𝑎𝑖𝑟 𝑥 𝑆𝑔 𝑙𝑢𝑚𝑝𝑢𝑟 𝑥 %𝑠𝑜𝑙𝑖𝑑
JURNAL TEKNIK ITS Vol. 9, No. 2, (2020) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) D219
F. Perencanaan Pengurasan IPALD-T Cluster B - Sehingga dilakukan ritasi sebanyak 4 kali karena
Perencanaan pengurasan untuk cluster B dilakukan untuK hasilnya mendekati volume lumpur pengurasan 4 kali
IPALD-T yang tidak dapat dilewati oleh truk tinja. Hal - Volume sisa lumpur = 3,466 m3 – 3,2 m3
tersebut dikarenakan lebar jalan pada IPALD-T cluster B = 0,266 (OK!)
yang hanya berjarak 1-2 m. Sedangkan lebar truk tinja di Pengeringan lumpur dengan ketebalan 40 cm memerlukan
Kabupaten Gresik adalah 2,5 m. IPAL yang masuk pada waktu 31 hari untuk mencapai reduksi kadar air sebesar
cluster B adalah Grand Cep, Sehat Sentosa, telaga Abadi, 33,826% [20]. Berikut adalah waktu pengeringan yang
Higienis 2, dan Makmur Jaya. dibutuhkan untuk mencapai kadar air 50%:
Sehingga, dilakukan pengurasan IPAL cluster B dengan Diketahui:
- Kadar air lumpur = 88%
menggunakan truk tinja merek Nozami dengan kapasitas
- Kadar air cake rencana = 50%
tampung 800 L. Kapasitas motor yang kecil menyebabkan
- Reduksi kadar air = 33,416% (31 hari)
pengangkutan lumpur menuju unit dewatering akan
Penyelesaian:
membutuhkan waktu dan ritasi yang lama. Sehingga, - Removal kadar air per hari = 33,416%/31
perlunya perencanaan unit dewatering skala kecil yang =1,08%
berada disekitar lokasi IPAL. Penggunaan tandon berfungsi - Target kadar air = 88% x (1-(waktu
untuk mengganti dinding beton yang sering digunakan pada pengeringan x 1,08%)
unit dewatering dengan bantuan sinar matahari. Sehingga, - 50% = 88% x (1-(waktu
unit dewatering menggunakan tandon penguin dengan pengeringan x 1,08%)
diameter 1050 mm (dengan ketebalan dinding 9 mm) dan - Waktu pengeringan =40,59 ≈ 41 hari
ketinggian 1340 mm. Pada alternatif yang dipilih Skenario pengurasan IPAL adalah membuka manhole,
menggunakan ketinggian lumpur adalah 40 cm sehingga pembersihan sampah secara manual, pengadukan lumpur,
volume lumpur yang dapat ditampung adalah 0,335 m3. dan penyedotan lumpur. Lokasi pengolahan lumpur berada di
Jumlah lumpur yang terendapkan dalam ruang lumpur 7° 9'23.18"S Lintang selatan dan 112°39'6.85"E bujur timur.
akan dilakukan penyesuaian dengan jumlah ritasi agar Lokasi tersebut dipilih karena merupakan lahan milik
pengurasan dapat dilakukan dengan mudah. Produksi lumpur pemerintah dan berada ditengah-tengah dari semua IPAL
settler pada IPAL Makmur Jaya merupakan acuan dalam yang direncanakan. Jarak lokasi paling jauh dari lokasi
penentuan jumlah volume lumpur karena memiliki nilai pengolahan lumpur adalah IPAL Higienis 2 yaitu 1800 m.
paling besar. Volume lumpur yang terlalu besar jarak tersebut digunakan sebagai acuan untuk mengetahui
mengakibatkan luas lahan yang diperlukan semakin besar. ritasi sebagai berikut:
Pada IPAL Makmur jaya settler waktu idela adalah 1 tahun Diketahui:
sekali tetapi volume lumpur terlalu besar. Sehingga, - Waktu jam kerja (H) = 8 jam
direncanakan pengurasan makmur jaya dilakukan selama 6 - Kecepatan motor = 20 km/jam
bulan. Volume endapan lumpur bulan ke-enam pada IPAL - Waktu penyedotan lumpur (s) = 60 menit
Makmur Jaya adalah 2,96 m3. Sehingga, ritasi yang - Waktu tidak efektif (w) = 60 menit
mendekati adalah 4 ritasi dengan jumlah tampung 2,4 m3. - Waktu persiapan penyedotan (pc) = 15 menit
Lumpur akan terus terakumulasi karena terdapat sisa - Waktu persiapan meletakan lumpur (uc) = 15 menit
lumpur yang terus bertambah, sehingga ritasi ditambah 1 - Jarak pool-IPAL Higienis 2 = 1800 m
untuk jaga-jaga sehinga volume lumpur yang akan dikuras Penyelesaian:
setiap kali pengurasan adalah 3,2 m3. Perhitungan jumlah - Haul time(h) = (2 x jarak) / kecepatan motor
tandon yang dibutuhkan sebagai berikut: = (2 x 1,8 km) / 20 km/jam
= 0,18 jam x 60 menit
𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑝𝑒𝑛𝑔𝑢𝑟𝑎𝑠𝑎𝑛
- Jumlah tandon = = 10,8 menit
𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑡𝑎𝑚𝑝𝑢𝑛𝑔 𝑠𝑎𝑡𝑢 𝑡𝑎𝑛𝑑𝑜𝑛
- THCS adalah waktu operasi pengangkutan lumpur
3,2 THCS = pc + uc + h + s
- Jumlah tandon = = 15 menit + 15 menit + 10,8 menit
0,335
+ 60 menit
=9,56 tandon≈ 10 tandon = 100,8 menit
Volume tersebut dapat digunakan untuk menampung - Waktu off-route (W)= H/w
lumpur dalam 1 periode pengurasan. Periode pengurasan = (8 jam x 60 menit)/60 menit
perhitungan dianggap ideal, apabila dapat dilakukan = 0,125
pengolahan lumpur selama 5 tahun tanpa terjadi penambahan - Nd merupakan untuk menentukan jumlah ritasi perhari
unit dewatering. Pengolahan lumpur dimulai pada bulan yang dapat dilakukan.
januari 2021. Sehingga, berikut adalah contoh perhitungan Nd = (H x (1-W)) / THCS
lumpur settler IPAL Makmur Jaya pengurasan kedua: = ((8 jam x 60 menit) x (1-0,125)) /
Diketahui: 100,8 menit
- Volume sisa lumpur = 0,556 m3 = 4,16 ritasi/hari ≈ 4 ritasi/hari
- Volume produksi lumpur setiap 6 bulan = 3,227 m3 Berdasarkan perhitungan diatas ritasi maksimal yang
Penyelesaian: didapatkan 4 ritasi/hari. Ritasi yang direncanakan pada setiap
- Volume total lumpur = 3,227 m3 + 0,556 m3 IPAL adalah maksimal 4 ritasi. Untuk mempermudah
= 3,649 m3 pengangkutan sehingga waktu pengisian direncanakan 2
- Volume lumpur akhir = 3,784 m3 x 91,60% ritasi/hari. Sehingga waktu total yang dibutuhkan adalah 45
=3,466 m3 hari dengan 2 hari pengurasan. Periode yang diperoleh dari
JURNAL TEKNIK ITS Vol. 9, No. 2, (2020) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) D222
total waktu yang dibutuhkan adalah 8 periode. Periode 1 (1 kecil. Jarak lubang rencana direncanakan 2 cm dengan
Januari–14 Februari), Periode 2 ( 14 Februari – 31 Maret) , diameter lubang. Sehingga diperoleh lubang horizontal
Periode 3 ( 1 April – 15 Mei) , Periode 4 (16 Mei–29 Juni) , adalah 40 buah dan vertikal 6 buah. Sehingga total lubang
Periode 5 (30 Juni–13 Agustus), Periode 6 (14 Agustus–27 adalah 240 buah.
September), Periode 7 (28 September–11 November), dan Kemudian dilakukan perhitungan kemiringan pipa
Periode 8 (11 November–26 Desember) yang dapat dilihat direncanakan adalah 1%. Pada penyangga pipa digunakan
pada Tabel 15. batu bata beton dengan kayu 1 cm untuk sisi miring
penyangga. Pada unit dewatering kemiringan penyangga pipa
G. Perencanaan Unit Dewatering
terbuat oleh kayu 1 cm.
Pada unit dewatering terdapat perencanaan bak
penampung filtrat dan unit dewatering. Berikut adalah
perhitungan bak penampung filtrat: IV. KESIMPULAN
Diketahui: Adapun kesimpulan yang didapatkan adalah: (1) Kriteria
- Diameter tandon = 1050 mm desain unit dewatering dari berbagai literatur adalah tinggi
- Ketebalan dinding = 9 cm lumpur berkisar 20-40 cm, ketebalan media filter geotekstil
- H lumpur rencana = 40 cm non woven 1-6 cm dengan jenis PP dan PET (continuous
- %kadar air awal = 88% filament dan Staple fibre dengan berat 150-500 GSM), media
- %kadar air akhir = 50% filter pasir diameter 0,2-0,6 mm setinggi 20-30 cm, dan
Penyelesaian: kerikil penyangga diameter 2-3 cm setinggi 20-30 cm; (2)
- Diameter dalam = 1050 mm - (9 mm x 2 mm) Alternatif dewatering yang dipilih adalah lumpur setinggi 40
=1032 mm
cm, geotekstil non-woven setinggi 6 cm, pasir diameter 0,2-
=10,32 cm
0,6 mm setinggi 20 cm, kerikil penyangga diameter 2-3 cm
- Volume lumpur = 𝜋 x r2 x H lumpur
setinggi 20 cm, dan geotekstil non-woven setinggi 1 cm. Unit
= 𝜋 x 10,322 cm x 40 cm
=334721cm3 dewatering menggunakan tandon berdiameter 103,2 cm
= 0,335 m3 dengan ketinggian 100 cm. Pipa underdrain yang digunakan
- %kadar air akhir = 50% memiliki diameter 110 mm.
- Volume cake = (Volume masuk x (1-kadar
air awal)) / (1-persen kadar DAFTAR PUSTAKA
air akhir)
[1] M. R. Abay, A. Yulianto, and S. Rahmawati, “Evaluasi Pengangkutan
= (0,335 m3x(188%))/(150%) Lumpur Tinja Layanan Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta,”
= 0,08 m3 Univ. Islam Indones. Yogyakarta, 2018.
- Volume Filtrat = Volume awal – volume cake [2] D. Susanthi, M. Y. Purwanto, and S. Suprihatin, “Evaluasi pengolahan
= 0,335 m3 – 0,08 m3 air limbah domestik dengan IPAL komunal di Kota Bogor,” J. Teknol.
Lingkung., vol. 19, no. 2, pp. 229–238, 2018.
= 0,25 m3 [3] S. Getahun, S. Septien, J. Mata, T. Somorin, I. Mabbett, and C.
- Panjang rencana = diameter tandon Buckley, “Drying characteristics of faecal sludge from different on-site
= 103,2 cm ≈ 100 cm sanitation facilities,” J. Environ. Manage., vol. 261, p. 110267, 2020.
[4] M. W. R. Pratami, “Perencanaan sistem pengolahan lumpur IPA
- Perencanaan P:L = 2:1 sehingga perhitungan lebar Pejompongan I dan II Jakarta,” Thesis Research, Universitas Indonesia,
sebagai berikut: Depok, 2011.
• Lebar bak penampung filtrat = 100 cm/2 [5] G. H. Cahyana, “Inovasi Sistem Penyediaan Air Minum Berbasis
= 50 cm Teknologi Tepat Guna Untuk Pesantren,” Univ. Kebangsaan,
Bandung, 2018.
- Luas alas = 100 x 50 [6] A. A. D. Hendrayani, N. N. Fitriani, and W. W. Hadi, “Pengaruh
= 5000 cm ketebalan media geotekstil dan arah aliran terhadap penyisihan
- Tinggi = Volume filtrat/ Luas alas kekeruhan dan total coli pada slow sand filter rangkaian seri,” J. Tek.
= 250000 cm3/ 5000 cm ITS, vol. 3, no. 1, pp. D21--D25, 2014.
[7] G. D. Mega and W. Herumurti, “Evaluasi kinerja instalasi pengolahan
= 50,8 cm ≈ 51 cm lumpur tinja (iplt) keputih, surabaya,” J. Tek. ITS, vol. 5, no. 1, pp. 1–
- Freeabord = 19 cm 6, 2016, doi: 10.12962/j23373539.v5i1.15035.
- H total = 51 cm + 19 cm [8] D. Wulandari, “Pemisahan Padatan Lumpur Tinja pada Unit Solid
= 70 cm Separation Chamber (SSC),” Institut Teknologi Sepuluh Nopember,
Surabaya, 2018.
Pada bak penampung filtrat akan dilapisi terpal waterproof. [9] A. A. Ayuningtyas, N. N. Fitriani, and W. W. Hadi, “Pengaruh
Sehingga filtrat tidak kontak langsung dengan lingkungan. ketebalan media geotextile dan arah aliran slow sand filter rangkaian
Kemudian direncanakan pipa orifice. Debit filtrat sangatlah seri untuk menyisihkan P Total dan N Total,” J. Tek. ITS, vol. 3, no. 1,
pp. D26--D29, 2014.
kecil sehingga menggunakan d/D adalah 0,5 dengan [10] P. R. Dini, N. Fitriani, and W. Hadi, “Pengaruh penambahan geotekstil
diperoleh Vmin/Vfull adalah 1 berdasarkan grafik pipa air pada unit slow sand filter untuk mengolah air siap minum,” Pros.
limbah. Sehingga menggunakan pipa filtrat Maspion tipe B Semin. Nas. Manaj. Teknol. XVIII Progr. Stud. MMT-Institut Teknol.
Sepuluh Nopember, Surabaya.
dengan diameter 110 cm. Diperoleh selisih tinggi pipa adalah [11] H. U. Revathi and S. Murthy, “Treatment of domestic wastewater using
0,3 cm maka diperlukan penambahan kerikil setinggi 0,3 cm geotextile as a filter media,” nternational Res. J. Eng. Technol. 3(07)
agar unit dewatering tetap seimbang. Sehingga, diperoleh 2395-0056 Karnataka, India, 2016.
tinggi total unit dewatering adalah 105 cm dengan freeboard [12] A. H. Aydilek and T. B. Edil, “Long-term filtration performance of
nonwoven geotextile-sludge systems,” Geosynth. Int., vol. 10, no. 4,
6,7 cm. Pada pipa underdrain diperlukan perhitungan jumlah pp. 110–123, 2003.
orifice pada pipa. Orifice berfungsi untuk tempat masuknya [13] M. P. Umum, “Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan
filtrat ke pipa underdrain. Pipa underdrain yang digunakan Rakyat Republik Indonesia Nomor 12,” Jakarta, 2015.
[14] G. J. T. Mulia, “Evaluasi Pengelolaan IPAL omunal di Kabupaten
kecil sehingga menggunakan jarak antar lubang yang lebih Gresik,” Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya, 2015.
JURNAL TEKNIK ITS Vol. 9, No. 2, (2020) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) D223
[15] G. Tchobanoglous, H. D. Stensel, F. L. Burton, and Metcalf & Eddy, sludge characteristics and waste water treatment plant effectiveness
Wastewater Engineering : Treatment and Resource Recovery, 5th ed, under warm climate conditions,” Desalin. Water Treat., vol. 36, no. 1–
re. New York: McGraw-Hill Higher Education, 2014. 3, pp. 319–333, 2011.
[16] N. Reynaud and C. Buckley, “Field-data on parameters relevant for [19] B. Gutterer, A. Ulrich, S. Reuter, and E. Water, Decentralised
design, operation and monitoring of communal decentralized Wastewater Treatment Systems (DEWATS) and Sanitation in
wastewater treatment systems (DEWATS),” Water Pract. Technol., Developing Countries : A Practical Guide. Water Engineering and
vol. 10, no. 4, pp. 787–798, 2015. Development Centre (WEDC), Loughborough University, 2009.
[17] S. Singh, R. Haberl, O. Moog, R. R. Shrestha, P. Shrestha, and R. [20] M. Manga, B. E. Evans, M. A. Camargo-Valero, and N. J. Horan,
Shrestha, “Performance of an anaerobic baffled reactor and hybrid “Effect of filter media thickness on the performance of sand drying
constructed wetland treating high-strength wastewater in Nepal—A beds used for faecal sludge management,” Water Sci. Technol., vol. 74,
model for DEWATS,” Ecol. Eng., vol. 35, no. 5, pp. 654–660, 2009. no. 12, pp. 2795–2806, 2016.
[18] A. A. Zorpas, C. Coumi, M. Drtil, and I. Voukalli, “Municipal sewage