Anda di halaman 1dari 14

Volume XX Nomor X

e-ISSN: 2549-7219
Month 20XX
DOI 10.28932/jts.v1xix.x p-ISSN: 1411-9331

TINJAUAN PENGARUH PENAMBAHAN GETAH GAMBIR


TERHADAP KARAKTERISTIK ASPAL PENETRASI 60/70 UNTUK
PERKERASAN LENTUR
Putri Delani [1]*, Ade Nurdin [2], Nurman Jamal [3]
[1]*
Mahasiswa Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Jambi
[2,3]
Dosen Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Jambi
Jalan Raya Jambi-Ma.Bulian, KM. 15, Mendalo Indah, Jambi, Kode Pos: 36361

Email: putridelani07@gmail.com

ABSTRAK

Aspal penetrasi 60/70 adalah termasuk aspal penetrasi rendah yang biasa digunakan untuk jalan dengan
volume lalu lintas yang tinggi atau sedang serta daerah dengan iklim yang panas. Untuk meningkatkan
kualitas dari aspal penetrasi 60/70 dilakukan penambahan getah gambir. Penggunaan getah gambir ini
diharapkan mampu memenuhi kebutuhan kuantitas aspal yang semakin meningkat serta mengatasi
kekurangan aspal yang bersifat getas. Tujuan penelitian untuk mengetahui pengaruh dari penambahan
getah gambir terhadap karakteristik aspal penetrasi 60/70. Penelitian ini dilakukan dengan pengujian di
laboratorium UPTD Alkal Provinsi Jambi. Variasi penambahan yang digunakan yaitu 25%, 50% dan 75%
terhadap berat aspal untuk dilakukan pengujian daktalitas, berat jenis, titik lembek, penetrasi, titik nyala
dan titik bakar. Pedoman pengujian dan analisis data yang digunakan yaitu spesifikasi umum bina marga
2018. Hasil pengujian yang didapatkan dengan semakin banyak penambahan karet ban bekas nilai
pengujian penetrasi naik, nilai pengujian titik lembek menurun, nilai pengujian titik nyala dan bakar naik,
nilai pengujian daktilitas menurun dan nilai pengujian berat jenis mnurun. Variasi 25% tidak memenuhi
spesifikasi pengujian titik lembek dengan nilai yang di dapat 46˚C sedangkan variasi 50% dan 75% tidak
memenuhi spesifikasi pengujian daktilitas, penetrasi dan titik lembek. Sehingga belum ada variasi
penambahan getah gambir yang memenuhi spesifikasi bina marga 2018.

Kata kunci: Karakteristik aspal, getah gambir, aspal penetrasi 60/70

ABSTRACT

Asphalt penetration 60/70 includes low penetration asphalt which is commonly used for roads with high
or medium traffic volumes and areas with hot climates. To improve the quality of 60/70 penetration
bitumen, gambir sap was added. The use of gambir sap is expected to be able to meet the demand for
increasing quantity of asphalt and overcome the shortage of asphalt which is brittle. The aim of the study
was to determine the effect of the addition of gambir sap on the characteristic of 60/70 penetration
bitumen. This research was conducted by testing in the UPTD Alkal laboratory, Jambi Province.
Variations of the addition used are 25%, 50% and 75% by weight of asphalt to test for ductility, specific
gravity, softening point, penetration, flash point and burning point. The test guidelines and data analysis
used are the general specifications for Highways 2018. The test results obtained with more and more
additions of used tire rubber, the penetration test value increased, the softening point test value
decreased, the flash and burn point test values increased, the ductility test value decreased and the
decreasing specific gravity test. The 25% variation did not meet the specifications for the softening point
test with a value obtained at 46˚C while the 50% and 75% variations did not meet the specifications for
the ductility, penetration and softening point tests. So that there is no variation in the addition of gambir
sap that meets the 2018 Bina Marga specifications.

Keywords: Characteristics of asphalt, gambier sap, asphalt penetration 60/70

@20xx The Authors. This work is licensed under a Creative Commons Attribution-Non-Commercial 4.0 International License 1
Jurnal Teknik Sipil Volume XX Nomor X
https://journal.maranatha.edu/index.php/
jts
Month 20XX

1. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Indonesia saat ini hanya menggunakan aspal Pen 60 yaitu semen aspal dengan nilai
penetrasi antara 60 – 70 Aspal penetrasi 60/70 adalah termasuk aspal penetrasi rendah yang
biasa digunakan untuk jalan dengan volume lalu lintas yang tinggi atau sedang serta daerah
dengan iklim yang panas. Kekurangan dari penggunaan aspal yang di digunakan agar tahan
terhadap iklim panas namun jika pada temperatur tinggi dan banyak kendaraan dengan ukuran
dan muatan besar melintas maka akan terjadi bleeding yaitu naik dan melelehnya aspal pada
temperatur tinggi sehingga mengakibatkan jejak roda kendaraan pada permukaan jalan dan
jalan menjadi licin dan aspal akan retak karna adanya sifat aspal yang getas.
Getah gambir adalah sejenis getah yang dikeringkan yang berasal dari ekstrak remasan
daun dan ranting tumbuhan Getah gambir. Indonesia merupakan pemasok getah gambir terbesar
dunia yaitu sebesar 80%, dan 90% pasokan getah gambir Indonesia dihasilkan dari Sumatera
Barat. Saat ini Getah gambir banyak dimanfaatkan masyarakat untuk menyirih, menyamak,
kosmetik, dan obat herbal. Getah gambir memiliki kandungan minyak alami dan lilin yang
dapat mencair apabila dipanaskan. Getah gambir juga memiliki sedikit kandungan alkaloid
sehingga dapat mengeras apabila didiamkan atau didinginkan (Arifayu, 2019).
Karakteristik kimia getah gambir yang serupa dengan aspal yaitu memiliki kadar lilin
yang mencair apabila dibakar. Getah gambir juga memiliki kandungan minyak tertentu. Untuk
karakteristik fisik getah gambir dan aspal sama-sama berwarna gelap. Sehingga berdasarkan
persamaan karakteristik kimia dan fisik yang telah diamati penulis maka getah gambir
diharapkan dapat dapat menjadi tambahan dalam campuran aspal. Penggunaan bahan pengganti
pada campuran aspal beton dengan tujuan untuk mendapatkan kinerja campuran yang baik dan
ekonomis.
Sehingga berdasarkan adanya kesamaan karakteristik aspal dan getah gambir maka
akan dilakukan penelitian yang bertujuan mengkaji perubahan karakteristik aspal penetrasi
60/70 disubsitusi dengan getah gambir dengan kadar 25%, 50% dan 75%. Hal ini akan
berkontribusi pada pemanfaatan sumber daya alam getah gambir di daerah Sumatra Barat.

1.2. Tujuan
Dalam penelitian ini tujuan yang ingin disampaikan oleh penulis adalah mengetahui
pengaruh dari penambahan getah gambir terhadap karakteristik aspal penetrasi 60/70 untuk
perkerasan lentur.

@20xx. This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial 4.0 International 2
License
Jurnal Teknik Sipil Volume XX Nomor X
https://journal.maranatha.edu/index.php/
jts
Month 20XX

2. PEMBAHASAN
2.1. Aspal
Menurut sukirman (2010), Perkerasan Lentur (flexible pavement) yaitu perkerasan yang
menggunakan aspal sebagai bahan pengikat. Lapisan-lapisan perkerasannya bersifat memikul
dan menyebarkan beban lalu lintas ke tanah dasar. Perkerasan ini yang umumnya menggunakan
bahan campuran beraspal sebagai lapis permukaan serta bahan berbutir sebagai lapisan
dibawahnya.
Aspal atau bitumen merupakan material yang berwarna hitam kecoklatan yang bersifat
viskoelastis sehingga akan melunak dan mencair bila mendapat cukup pemanasan dan
sebaliknya. Sifat viskoelastis inilah yang membuat aspal dapat menyelimuti dan menahan
agregat tetap pada tempatnya. Selama proses produksi dan masa pelayanannya. Pada dasarnya
aspal terbuat dari suatu rantai hidrokarbon yang disebut bitumen, oleh sebab itu aspal sering
disebut aspal keras. Tingkat pengontrolan yang dilakukan pada tahapan proses penyulingan
akan menghasilkan aspal dengan sifat-sifat yang khusus yang cocok untuk pemakaian yang
khusus pula, seperti untuk pembuatan campuran beraspal, pelindung atap dan penggunaan
khusus lainnya (Sukirman, 2003).
Aspal adalah material yang pada temperatur ruang berbentuk padat sampai agak padat,
dan bersifat termoplastis. Jadi aspal akan mencair jika dipanaskan sampai temperatur tertentu,
dan kembali membeku jika temperatur turun. Bersama dengan agregat, aspal merupakan
material pembentuk campuran perkerasan jalan. Banyaknya aspal dalam campuran perkerasan
berkisar antara 4-10% berdasarkan berat campuran, atau 10-15% berdasarkan volume
campuran.

2.2. Getah Gambir


Indonesia mempunyai kekayaan hayati yang besar terutama tanaman obat yang secara
turun temurun telah digunakan sebagai obat tradisional Salah satu tanaman obat yang potensial
dan banyak ditanam di Indonesia yaitu gambir. Gambir merupakan tanaman khas dari daerah
Sumatera Barat, Sumatera Utara, Riau, dan Sumatera Selatan. Gambir merupakan komoditas
tanaman yang memiliki nilai ekonomi yang tinggi bagi Indonesia. Indonesia merupakan
pemasok gambir terbesar dunia yaitu sebesar 80%, dan 90% pasokan gambir Indonesia
dihasilkan dari Sumatera Barat. Gambir banyak dimanfaatkan masyarakat untuk menyirih,
menyamak, kosmetik, dan obat herbal (Arifayu, 2019).
Komponen kimia utama gambir adalah katekin. katekin merupakan monomer dari tanin
dimana, jika 3 sampai 8 molekul katekin membentuk polimer maka polimer yang terbentuk

@20xx. This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial 4.0 International 3
License
Jurnal Teknik Sipil Volume XX Nomor X
https://journal.maranatha.edu/index.php/
jts
Month 20XX

tergolong kepada tanin, tepatnya tanin kondensasi. Ekstrak ini telah banyak digunakan sebagai
obat-obatan, penyamakan kulit, tinta dan zat warna dan juga sedang dicoba untuk dijadikan
bahan perekat industri kayu lapis dan papan partikel. Perekat gambir ini harus bersaing dengan
sumber perekat kayu lainnya seperti kulit kayu Acacia mearusii, kayu Schinopsis balansa, dan
kulit polong Caesalpinia spinosa yang dihasilkan di negara lain (Yefsi, 2017).
Ekstrak getah gambir dibuat dari rebusan tumbuhan gambir di air. Setelah itu getah
gambir akan ditiriskan dan di keringkan dibawah sinar matahari. Pengaruh cahaya matahari
untuk getah gambir dapat mengeringkan ekstrak gambir yang telah dicetak sehingga akan
berbentuk seperti cetakannya. Semakin lama getah gambir terkena matahari maka warna dari
getah gambir akan semakin gelap hingga coklat kehitaman dan getah gambir akan semakin
padat dan keras. Air akan mengikis getah gambir padat jika dituang air ke atasnya (Sabarni,
2015).
Karakteristik fisik dari getah gambir yaitu berbentuk kubus tidak beraturan, ketebalan
sekitar 2-3 cm, ringan, warna permukaan luar coklat muda hingga coklat tua kemerahan atau
kehitaman, warna permukaan dalam coklat muda sampai kekuningan, memiliki bau yang lemah
dan rasa yang pahit serta kelat (Anggraini, 2022).
Karakteristik kimia getah gambir yang serupa dengan aspal yaitu memiliki kadar lilin
yang mencair apabila dibakar serta minyak tertentu. Untuk karakteristik fisik getah gambir dan
aspal sama-sama berwarna gelap. Getah gambir dan aspal juga memiliki daya rekat. Sehingga
jika di satukan diharapkan saling merekat dengan baik satu sama lainnya. Sehingga dari
persamaan karakteristik kimia dan fisik yang telah dibahas maka getah gambir dapat dijadikan
tambahan dalam campuran aspal. Sehingga akan dilakukan pengujian penambahan getah gambir
terhadap karakteristik aspal penetrasi 60/70 pada campuran aspal di laboratorium UPTD Alkal
untuk mengetahui pengaruh penambahan getah gambir yang baik untuk campuran aspal.

2.3. Parametar Pengujian Aspal Penetrasi 60/70


Pengujian ini didasarkan pada aturan spesifikasi umum bina marga 2018 yang terdiri
atas pengujian:
2.3.1. Penetrasi (SNI-06-2456-1991)
Penetrasi merupakan kedalaman yang dapat dicapai oleh suatu jarum standar (diameter
1 mm) pada suhu 25ºC, beban 100 gram, dan selama waktu 5 detik dinyatakan dalam 0,1 mm.
Uji penetrasi bertujuan untuk mengetahui tingkat kekerasan aspal.
2.3.2. Titik Lembek (SNI 06-2434-1991)

@20xx. This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial 4.0 International 4
License
Jurnal Teknik Sipil Volume XX Nomor X
https://journal.maranatha.edu/index.php/
jts
Month 20XX

Titik lembek adalah suhu pada saat bola baja dengan berat tertentu mendesak turun
suatu lapisan aspal yang bertahan dengan cincin berukuran tertentu, sampai aspal tersebut
menyentuh plat dasar yang terletak di bawah cincin pada tinggi 25,4 mm sebagai akibat
kecepatan pemanasan tertentu.
2.3.3. Titik Nyala dan Titik Bakar (SNI 06-2433-1991)
Titik nyala adalah suhu pada saat terlihat nyala singkat kurang dari 5 detik di
permukaan aspal. Titik bakar adalah suhu pada saat terlihat nyala sekurang-kurangnya 5 detik
pada permukaan aspal.
2.3.4. Berat Jenis (SNI 03-3641-1994)
Berat jenis adalah perbandingan antara berat aspal dan berat air suling dengan isi yang
sama dan pada temperatur yang sama.
2.3.5. Daktilitas (SNI 06-2432-1991)
Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengetahui sifat kohesi aspal, dengan mengukur jarak
terpanjang yang dapat ditarik antara dua cetakan yang terisi aspal keras sebelum putus pada
suhu dan kecepatan tertentu.
2.4. Persyaratan Aspal
Aspal yang digunakan pada penelitian ini menggunakan aspal pen 60/70 yang dimodifikasi.
Hasil dari pengujian mengacu pada persyaratan spesifikasi umum bina marga tahun 2018 untuk
aspal penetrasi 60/70 yaitu sebagai berikut:
Tabel 1. Ketentuan Untuk Aspal Keras Pen 60/70
No Jenis Pengujian Metoda Pengujian Aspal Pen 60/70
1 Penetrasi 25oC (0,1 mm) SNI 2456 : 2011 60-79
2 Titik Lembek (oC) SNI 2434 : 2011 48-58
3 Daktilitas 25oC (cm) SNI 2432 : 2011 ≥ 100
4 Titik Nyala dan Titik Bakar SNI 2433 : 2011 ≥ 232
5 Berat Jenis SNI 2441 : 2011 ≥1,00
Sumber: Spesifikasi Umum Bina Marga, 2018
Dalam paper review ini menggunakan margin kustom: Atas, bawah, kiri dan kanan 2,5
cm. Posisi Gutter sebelah kiri. Orientasi halaman adalah Portrait. Ukuran kertas A4. Style yang
tersedia dan digunakan pada paper ini adalah:
1. Judul Bab, untuk Judul Bab
2. Sub-Bab1, untuk Sub-Judul Bab
3. Sub-Bab2, untuk sub-Sub Judul Bab
4. Teks, untuk isi Teks
5. Rumus, untuk rumus-rumus matematika
6. Gambar, untuk deskripsi Gambar

@20xx. This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial 4.0 International 5
License
Jurnal Teknik Sipil Volume XX Nomor X
https://journal.maranatha.edu/index.php/
jts
Month 20XX

7. Tabel, untuk deskripsi Tabel


8. DAFPUS, untuk Daftar Pustaka

3. Hasil dan Pembahasan


3.1. Hasil Penelitian
Aspal yang digunakan pada penilitian ini menggunakan aspal pen 60/70 yang
dimodifikasi. Hasil dari pengujian mengacu pada persyaratan spesifikasi bina marga tahun
2018. Berikut hasil pengujian:
Tabel 2. Data hasil pengujian karakteristik aspal
Syarat Variasi Campuran Getah Gambir
Pengujian Bina
0% 25% 50% 75%
Marga
65,5 74,4 84,7 95,9
Penetrasi(mm) 60-79
(OK) (OK) (NOT OK) (NOT OK)
Titik 50 46 42 38
48-58
Lembek(˚C) (OK) (NOT OK) (NOT OK) (NOT OK)
302 317 324 332
Titik Nyala(˚C) ≥232
(OK) (OK) (OK) (OK)
316 321 326 335
Titik Bakar(˚C) ≥232
(OK) (OK) (OK) (OK)
Berat Jenis 1,0324 1,0236 1,0130 1,0007
≥1,00
(gr/ml) (OK) (OK) (OK) (OK)
148 113 83 59
Daktilitas(cm) ≥100
(OK) (OK) (NOT OK) (NOT OK)
Sumber: Pengolahan Data, 2022

3.2. Pembahasan
3.2.1. Penetrasi

Pengujian Penetrasi Aspal


120
95.9
100
84.7
74.4
Penetrasi (mm)

80 65.5
60

40

20

0
0% 25% 50% 75%

Persentase penambahan Getah Gambir (%)

Gambar 1. Grafik Pengujian Penetrasi Aspal + Getah Gambir


Sumber: Pengolahan Data, 2023

@20xx. This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial 4.0 International 6
License
Jurnal Teknik Sipil Volume XX Nomor X
https://journal.maranatha.edu/index.php/
jts
Month 20XX

Nilai penetrasi ini menunjukkan tingkat kekerasan aspal. Semakin tinggi nilai penetrasi
maka tingkat kekerasan aspal semakin rendah. Sebaliknya, semakin rendah nilai penetrasi maka
tingkat kekerasan aspal semakin tinggi. Syarat pengujian penetrasi menurut bina marga 2018
untuk aspal pen 60/70 yaitu tingkat kekerasan aspal dengan rentang 60 mm – 79 mm.
Berdasarkan pengujian yang telah dilakukan variasi campuran yang memenuhi syarat yaitu
aspal normal (0%) dan variasi penambahan getah gambir sebanyak 25% terhadap aspal. Dimana
untuk variasi 0% mendapatkan nilai penetrasi 65,5 mm dan variasi penambahan getah gambir
25% terhadap aspal mendapatkan nilai penetrasi 74,4 mm. Untuk penambahan getah gambir
dengan variasi 50% dan 75% tidak memenuhi syarat untuk aspal dengan penetrasi 60/70 karna
mendapatkan hasil penetrasi 84,7 mm untuk variasi penambahan getah gambir 50% terhadap
aspal dan 95,9 mm untuk variasi penambahan getah gambir 75% terhadap aspal. Hal ini
menunjukkan bahwa semakin besar penambahan getah gambir ke dalam aspal akan
memperbesar nilai penetrasi. Sehingga tingkat kekerasan aspal akan semakin rendah dan nilai
penetrasi semakin tinggi.

3.2.2. Titik Lembek

Pengujian Titik Lembek Aspal


60
50
50 46
42
Titik Lembek (oC)

38
40

30

20

10

0
0% 25% 50% 75%

Persentase Penambahan Getah Gambir (%)

Gambar 2. Grafik Pengujian Titik Lembek Aspal + Getah Gambir


Sumber: Pengolahan Data, 2023
Nilai titik lembek ini menunjukkan tingkat lembeknya suatu aspal. Semakin tinggi nilai
titik lembek maka aspal semakin keras. Sebaliknya, semakin rendah nilai titik lembek aspal
maka aspal akan semakin lembek. Syarat untuk pengujian titik lembek aspal pen 60/70
berdasarkan syarat bina marga 2018 yaitu dengan nilai titik lembek dengan rentang 48˚C - 58˚C.
Berdasarkan pengujian yang telah dilakukan yang memenuhi syarat yaitu hanya aspal normal
(0%) dengan nilai titik lembek sebesar 50˚C. Untuk variasi penambahan aspal dengan getah

@20xx. This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial 4.0 International 7
License
Jurnal Teknik Sipil Volume XX Nomor X
https://journal.maranatha.edu/index.php/
jts
Month 20XX

gambir belum ada yang memenuhi syarat bina marga untuk aspal pen 60/70 dikarnakan
mendapatkan hasil titik lembek 46˚C untuk variasi penambahan getah gambir 25%, 42˚C untuk
variasi penambahan getah gambir 50% dan 38˚C untuk variasi penambahan getah gambir 75%.
Hasil pengujian ini menunjukkan bahwa semakin besar variasi penambahan getah gambir
terhadap aspal maka tingkat kelembekan aspal akan semakin rendah.

3.2.3. Titik Nyala dan Titik Bakar

Pengujian Titik Nyala Aspal


335
330 332
325 324
Titik Nyala (oC)

320
315 317
310
305
302
300
295
290
285
0% 25% 50% 75%

Persentase Penambahan Getah Gambir (%)

Gambar 3. Grafik Pengujian Titik Nyala Aspal + Getah Gambir


Sumber: Pengolahan Data, 2023

Pengujian Titik Bakar Aspal


340
335 335
Titik Bakar (oC)

330
325 326

320 321

315 316

310
305
0% 25% 50% 75%

Persentase Penambahan Getah Gambir (%)

Gambar 4. Grafik Pengujian Titik Bakar Aspal + Getah Gambir


Sumber: Pengolahan Data, 2023
Nilai titik nyala dan titik bakar menunjukkan pada suhu berapa aspal dapat bertahan
sampai mengeluarkan percikan api untuk titik nyala dan sampai aspal terbakar untuk titik bakar.
Semakin tinggi nilai titik nyala dan titik bakar maka semakin tahan aspal terhadap cuaca tinggi

@20xx. This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial 4.0 International 8
License
Jurnal Teknik Sipil Volume XX Nomor X
https://journal.maranatha.edu/index.php/
jts
Month 20XX

atau panas. Sebaliknya, semakin rendah nilai titik nyala dan titik bakar maka semakin tidak
tahan pada cuaca tinggi atau panas. Syarat bina marga 2018 untuk pengujian titik nyala dan titik
bakar untuk aspal pen 60/70 yaitu ≥232˚C. Berdasarkan dari hasil pengujian yang telah
dilakukan semua variasi memenuhi syarat bina marga dikarnakan untuk aspal normal
mendapatkan hasil 302˚C untuk titik nyala dan 316˚C untuk titik bakar, untuk variasi
penambahan getah gambir 25% mendapatkan hasil 317˚C untuk titik nyala dan 321˚C untuk
titik bakar, untuk variasi penambahan getah gambir 50% mendapatkan hasil 324˚C untuk titik
nyala dan 326˚C untuk titik bakar dan untuk variasi penambahan getah gambir 75%
mendapatkan hasil 332˚C untuk titik nyala dan 335˚C untuk titik bakar. Sehingga dari hasil
tersebut dapat diketahui bahwa semakin tinggi variasi penambahan getah gambir maka semakin
tinggi nilai titik nyala dan titik bakar serta aspal akan semakin tahan terhadap cuaca panas.

3.2.4. Berat Jenis

Pengujian Berat Jenis Aspal


1.0400

1.0300
1.0324
Berat Jenis (gr/ml)

1.0200
1.0236
1.0100
1.0130
1.0000
1.0007
0.9900

0.9800
0% 25% 50% 75%

Persentase Penambahan Getah Gambir (%)

Gambar 5. Grafik Pengujian Berat Jenis Aspal + Getah Gambir


Sumber: Pengolahan Data, 2023

3.2.5. Daktilitas

@20xx. This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial 4.0 International 9
License
Jurnal Teknik Sipil Volume XX Nomor X
https://journal.maranatha.edu/index.php/
jts
Month 20XX

Pengujian Daktilitas Aspal


160 148
140
120 113

Daktilitas (cm)
100
83
80
59
60
40
20
0
0% 25% 50% 75%

Persentase Penambahan Getah Gambir (%)

Gambar 6. Grafik Pengujian Daktilitas Aspal + Getah Gambir


Sumber: Pengolahan Data, 2023

Penulisan formula matematika gunakan Equation Editor yang telah tersedia dalam MS
Word. Rumus-rumus matematika harus ditulis ukuran 11pt, dengan indent 1,27 pt, dan diberi
nomor secara berurutan diawali dengan (1) dirapatkan ke kanan. Untuk menggunakan style ini,
cari Rumus pada kotak Style atau dari menu Style. Tapi style ini hanya diset untuk posisi tab
stop.. Contoh:

A=π r 2 (1)

Untuk penomoran rumus gunakan nomor berurutan (1), (2), (3), dst. Jangan menggunakan
rumus berdasarkan Bab seperti (2.1), (2.2), (3.1) dst. Untuk merujuk rumus pada teks gunakan
kalimat Persamaan (1).

4. FORMULA MATEMATIKA
Gunakan styles Judul Bab untuk judul Bab, Sub-Bab1 untuk judul sub-bab dan Sub-
Bab2 untuk sub sub-bab. Nomor akan diatur otomatis. Contoh sebagai berikut:

4.1. Sub-Bab 1
Berikut adalah contoh penulisan paragraph pada sub bab. Penulisan sama dengan gaya
penulisan paragraf.

@20xx. This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial 4.0 International 1
License 0
Jurnal Teknik Sipil Volume XX Nomor X
https://journal.maranatha.edu/index.php/
jts
Month 20XX

4.1.1. Sub-Bab 2
Berikut adalah contoh penulisan paragraph pada sub-sub sub bab. Penulisan sama
dengan gaya penulisan paragraf.

5. GAMBAR DAN TABEL


Semua gambar dan tabel harus mengikuti aturan dan masing-masing diberi nomor
secara berurutan (nomor akan diberi urutan secara otomatis bila anda menggunakan style
Gambar dan Tabel yang telah tersedia dalam file ini). Urutan nomor gambar tidak berdasarkan
Bab atau sub-Bab. Gunakan style Gambar dan Tabel untuk setiap masing-masing deskripsi
gambar dan tabel. Gunakan gambar yang jelas dan tajam karena akan sangat berpengaruh pada
saat dibuat cetakannya.

Dalam teks, gambar disitir dengan huruf tebal dan nomor gambar atau tabel. Contoh “peta
lokasi dapat dilihat pada Gambar 1, dengan keterangan pada Tabel 1.

Gambar 1. Deskripsi gambar ditulis dengan huruf times new roman 10, di tengah. Cari style
Gambar dalam menu Style. Deskripsi judul hanya huruf KAPITAL DIDEPANNYA. (Sertakan daftar
pustaka bila gambar mengambil dari sumber dengan gaya pengutipan American Psychological
Association (APA) Style, contoh : (McShane dan Roess, 1990). Pada Gambar tidak menggunakan
border/ garis tepi

Deskripsi tabel ditulis dalam huruf Timens New Roman 10, bernomor urut. Posisi Tabel berada
di tengah (centered). Berikut adalah contoh tabel dan desksripsinya, tabel tidak menggunakan
garis vertikal, diposisikan di rapat kiri-kanan (Justified). Label ditebalkan.

Tabel 1. Internal Rate of Return Interpolasi Positif dan Negatif

@20xx. This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial 4.0 International 1
License 1
Jurnal Teknik Sipil Volume XX Nomor X
https://journal.maranatha.edu/index.php/
jts
Month 20XX

Budgeted cash inflow


0 -Rp 105.435.254.340
1 Rp 10.543.525.434
2 Rp 21.536.205.051
3 Rp 32.997.172.821
4 Rp 44.946.377.817
5 Rp 57.404.618.946
6 Rp 70.393.581.147
7 Rp 83.935.873.138
8 Rp 98.055.066.767
9 Rp 112.775.738.046
10 Rp 128.123.509.921
PV Inflow IRR 35%

Sumber: (Nurzukhrufa et al 2022)

Deskripsi Gambar dan Tabel tidak diakhiri oleh titik “.”.

6. PANJANG PAPER DAN ISI


Banyaknya halaman minimal 10 halaman, maksimum 20 halaman. Sudah termasuk
gambar, tabel, nomenklatur, daftar pustaka, dll.

a. Isi dan urutan paper harus mengikuti aturan sebagai berikut:


b. Judul Paper
c. Nama penulis dan alamat penulis
d. Abstrak dan Kata-kata kunci (dalam Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris)
e. Struktur bab (Pendahuluan, Metodologi, Hasil Analisis, Diskusi, Kesimpulan), hindari
struktur bab penulisan seperti tesis atau disertasi
f. Ucapan Terimakasih (bila ada)
g. Daftar Pustaka

7. PENYITIRAN DAN DAFTAR PUSTAKA


Semua referensi harus dikutip dari bahan arsip seperti dari artikel jurnal, prosiding
konferensi, dan buku. Komunikasi pribadi dan materi yang tidak dipublikasikan juga tidak dapat
diterima sebagai referensi. Didalam teks, penyitiran daftar pustaka dengan satu atau dua orang
menggunakan nama belakang dari penulis dan tahun yang diambil pada Daftar Pustaka.
Referensi harus menerapkan Gaya American Psychological Association (APA), sebagai contoh
(Tanubrata & Setiaputri, 2010)

@20xx. This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial 4.0 International 1
License 2
Jurnal Teknik Sipil Volume XX Nomor X
https://journal.maranatha.edu/index.php/
jts
Month 20XX

Daftar pustaka ditulis dalam huruf Times New Roman 11, , serta disusun secara alfabet.

Secara umum nama belakang penulis tulis diikuti dengan singkatan nama depan, dan bila ada
penulis tambahkan dituliskan dengan cara yang sama. Diikuti dengan tahun, judul tulisan ditulis
tegak, nama Jurnal atau buku ditulis miring, Volume, No (diikuti titik dua “:”) dan terakhir
nomor halaman yang ditutup dengan titik. Dapat gunakan Mendeley atau perangkat lunak
setara untuk penulisan daftar pustaka dengan Gaya American Psychological Association
(APA) 7th Edition. Style penulisan daftar Pustaka menggunakan style DAFTAR PUSTAKA.
Contoh dapat dilihat dibawah ini :

8. DAFTAR PUSTAKA

Tanubrata, M., & Setiaputri, M. (2010). Proses Evaluasi Penawaran Kontraktor. Jurnal
Teknik Sipil, 6(2), 79–100.

Tanubrata, M., & Setiaputri, M. (2010). Proses Evaluasi Penawaran Kontraktor. Jurnal
Teknik Sipil, 6(2), 79–100.
erican Institute of Steel Construction 341-2010, Seismic Provision for Stuctural Steel Building,
AISC, Inc. (contoh dari buku)
Arce, G., 2002, Impact of Higher Strength Steels On Local Buckling and Overstrength of Links
in Eccentrically Braced Frames, MS Thesis, USA: Univ. of Texas at Austin. (contoh
dari tesis/disertasi)
Bruneau, M., Uang, C.M., Sabeli, R., 2011, Ductile Design of Steel Structure, McGraw-Hill.
(contoh dari buku teks)
Kasai, K., dan Popov, E.P., 1986b, General Behavior of WF Steel Shear Link Beams, Journal
of Structural Engineering, ASCE, Vol. 112, No.2, 362-382. (contoh dari Jurnal)
Okazaki, T., Engelhardt, M.D., 2006, Finite Element Simulation of Link-to-Column Connection
in Steel Eccentrically Braced Frames, Proceeding of the 8th U.S. National Converence
on Earthquake Engineering, San Fransisco, California, USA., April 18-22, paper
No.1526. (contoh dari proceeding konferensi)
SNI 03-1729-2002, Tata Cara Perencanaan Struktur Baja Untuk Bangunan Gedung. (contoh
dari SNI)
Tanubrata, M. and Setiaputri, M. (2010) ‘Proses Evaluasi Penawaran Kontraktor’, Jurnal
Teknik Sipil, 6(2), pp. 79–100.

@20xx. This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial 4.0 International 1
License 3
Jurnal Teknik Sipil Volume XX Nomor X
https://journal.maranatha.edu/index.php/
jts
Month 20XX

@20xx. This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial 4.0 International 1
License 4

Anda mungkin juga menyukai