PENDAHULUAN
A. Pengertian
Menurut Depkes RI Direktorat Jendral PP & PL (2008), “filariasis
infeksi cacing filaria, yang hidup di saluran dan kelenjar getah bening (limfe)
serta menyebabkan gejala akut, kronis dan ditularkan oleh berbagai jenis
nyamuk”.
Menurut James Chin (2006, h.232), “filariasis adalah infeksi yang
dapat timbul dimana saja tetapi sebagian besar terdapat di lipat paha,
berulang
1
2. Gejala yang disebabkan oleh W. bancrofti
a) gejala akut yang berupa peradangan tidak jelas
b) ensefalitis mencapai ukuran besar
c) Ensefalitis scrota menyebabkan penderita tidak bias berjalan
d) Ensefalitis kaki dan lengan dapat terjadi pada seluruh kaki dan lengan
3. Gejala yang disebabkan oleh Brugia malayi dan Brugia Timori
a) Gejala akut lebih nyata
b) Limfangitis dapat teraba seperti tali yang merah
c) Nyeri timbul mulai dari kelenjar di lipatan paha dan ketiak, kemudian
penyakit kaki gajah ditemukan tanda-tanda dan gejala klinis akut ataupun
kronis.
2. Laboratorium
filariasis (kaki gajah) ada 3 spesies cacing Filaria. yang secara epidemiologi
barbirostris.
4. Brugia malayi di daerah rawa
Bersifat subperiodik nokturna dan ditularkan oleh nyamuk Mansonia.
5. Brugia malayi di hutan
Bersifat non periodik, microfilaria ditemukan dalam darah tepi baik malam
4
6. Brugia timori
Bersifat periodic nokturna dan ditularkan oleh nyamuk Anopheles
barbirostris.
Secara umum, daur hidup ketiga species cacing tersebut tidak berbeda.
Daur hidup parasit terjadi di dalam tubuh nyamuk dan manusia. Cacing
berwarna putih susu dan hidup di dalam sistem limfe. Cacing betina
sarung pada pewarnaan giemsa, susunan inti badan, jumlah dan letak inti
menembus dinding lambung dan bergerak menuju otot atau jaringan lemak
dengan ekor yang tumpul atau memendek. Pada stadium 2 ini, larva
6
D. Distribusi Penyakit
Distribusi atau penyebaran filariasis dapat dibedakan berdasarkan
pekerjaannya
b. Imunitas
Orang yang pernah terinfeksi filariasis sebelumnya tidak terbentuk
tubuhnya.
7
c. Ras
Penduduk pendatang pada suatu daerah endemis filariasis mempunyai
daerah pantai utara China dan Korea Selatan. Sedangkan Brugia timori
Spesies Cacing
No Propinsi Spesies Vektor
Filariasis
Spesies Cacing
No Propinsi Spesies Vektor
Filariasis
Anopheles barbirostris,
18. Sulawesi selatan B. malayi Anopheles dives, Mansonia
uniformis, Mansonia annulifera
B. malayi, W.
19. Sulawesi Tengah Anopheles barbirostris
bancrofti
3. Waktu
Menurut Depkes RI Direktorat Jendral PP & PL (2008), distribusi
adalah pada waktu malam hari. Hal ini dikarenakan vector penyakit ini
melakukan aktivitasnya seperti mencari makan pada malam hari. Selain itu,
aktivitas dari cacing filariasis bersifat nocturnal (aktif pada malam hari).
E. Reservoir
Menurut Depkes RI Direktorat Jendral PP & PL (2008), reservoir dari
endemis filariasis, tidak semua orang tertular filariasis dan tidak semua
manusia di Indonesia, hanya Brugia malayi tipe sub periodic nokturna dan
pada reservoir ini tidak mudah, oleh karena itu juga akan menyulitkan
12
gigitan nyamuk infektif, yaitu nyamuk yang mengandung larva infektif (larva
stadium 3 – L3). Pada saat nyamuk infektif menggigit manusia , maka larva
L3 akan keluar dari probosis dan tinggal di kulit sekitar lubang gigitan
melalui luka bekas gigitan nyamuk dan bargerak mnuju ke sistem limfe.
satu orang ke orang lain pada suatu wilayah tertentu, sehingga dapat
nyamuk, sehingga mikrofilaria yang telah ada dalam tubuh nyamuk tidak
waktu malam) memiliki vektor yang aktif mencari darah pada waktu malam,
mikrofilaria sub peripodik nokturna dan non periodik , penularan dapat terjadi
CARA PEMBERANTASAN
A. Upaya Untuk Individu dan Kelompok
1. Upaya Untuk Individu
Upaya pemberantasan penyakit filariasis yang dapat dilakukan untuk
individu dilihat dari sumber, ambient, manusia dan dampak antara lain :
a. Sumber dan Ambient
1) Melakukan 3M
2) Memutus mata rantai hidup nyamuk
3) Penyemprotan nyamuk dengan obat anti nyamuk
4) Pemberantasan nyamuk secara biologis
5) membunuh larva dengan larvasida
b. Manusia
1) Pemakaian kelambu
2) Pemakaian repellent
3) Kurangi kebiasaan keluara malam hari terutama di daerah endemis
filariasis
4) Meningkatakan daya tahan tubuh
5) Makan makanan yang bergizi
c. Dampak
1) Pengobatan dengan menggunakan diethilcarbamazine citrate (DEC,
kelompok dilihat dari sumber, ambient, manusia dan dampak antara lain :
a. Sumber dan Ambient
1) Penyemprotan atau fogging secara missal 1 bulan sekali
2) pengendalian lingkungan untuk memusnahkan tempat perindukan
nyamuk dengan cara kerja bakti
3) Mengidentifikasi vektor dengan mendeteksi adanya larva infektif
perkembangbiakannya.
4) Pengendalian vektor jangka panjang mungkin memerlukan
berikut :
1. Istirahat yang cukup dan banyak minum
2. Pengobatan simptomatis demam, rasa sakit dan gatal dan sesuai dengan
sistemik
3. Pembersihan luka atau lesi kulit bila ada abses diinsisi
4. Pengobatan luka atau lesi di kulit dengan salep antibiotika atau anti jamur
5. Bila dengan pengobatan simptomatis selama 3 hari keadaan penderita
C. Penanggulangan KLB
Penanggulangan KLB yang dapat dilakukan adalah dengan cara sebagai
berikut :
1. Pengendalian vector secara terpadu
Pengendalian vector adalah upaya yang paling utama dalam
sfilariasis
4. Memperkuat kerjasama lintas batas daerah dan Negara
5. Memperkuat surveilans dan mengembangkan penelitian
BAB III
dan darah dari cuping telinga. Ada 2 teknik pengambilannya dan pemeriksaan
sebagai berikut :
1) Kaca benda (slide) yang sudah bersih dari lemak dan kotoran, diberi
2) Ujung jari kedua, atau ketiga atau keempat dibesihkan dengan kapas
alcohol 70% dan setelah kering ditusuk tegak lurus, alur garis pada
penekanan ringan)
19
20
CATATAN :
sebagai berikut :
buffer forte kedalam 1000 ml air jernih dan bersih. Cairan buffer ini
berikut :
suhu kamar.
d. Pemeriksaan Mikroskopis
Pemeriksaan sampel secara mikroskopis dilakukan dengan tahapan –
10 % sediaan negative.
3) Yang melakukan cross check adalah BTKL PPM Regional atau Pusat
lain :
telinga
Ada 3 metode dalam pengambilan dan pemeriksaan sampel dengan darah
100 x
23
2) Cara Kerja
dilakukan.
b) sentrifuse
c) obyek glas
2) Cara Kerja
tangan.
a) Swinnex 25 mm holder
nucleopore
2) Cara Kerja
obyek.
sampel sediaan darah pada jari dengan larutan giemsa dan teknik
mikrofilaria dalam sediaan darah tersebut. Sedangkan hasil negatif jika tidak
Melengkung
Gambaran umum Melengkung Melengkung
1 kaku dan
dalam sediaan darah mulus kaku dan patah
patah
Perbandingan lebar
2 dan panjang ruang 1:1 1:2 1:3
kepala
3 Warna Sarung Tidak Berwarna Merah muda Tidak berwarna
4 Ukuran panjang (µm) 240 – 300 175 – 230 265 – 325
Halus, tersusun kasar, Kasar,
5 Inti badan
rapi berkelompok berkelompok
Jumlah inti di ujung
6 0 2 2
ekor
Gambaran ujung Seperti pita ke Ujung agak Ujung agak
7
ekor arah ujung tumpul tumpul
larutan giemsa 27
2. Morfologi Cacing filariasis dalam sediaan darah cuping telinga
26
Mikrofilaria yang telah dicat
Dengan selubung Tidak berselubung
W. bancrofti Tidak ada nuclei Ujung ekor
Satu nuclei di
B. malayi runcing, nuclei
B.malayi
ekornya
satu / dua
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari makalah yang telah disusun oleh
limfangitis yang dapat timbul dimana saja tetapi sebagian besar terdapat
simptomatis demam, rasa sakit dan gatal dan sesuai dengan keadaan
adalah pengambilan sampel darah dari darah jari dan dari cuping telinga
morfologi cacing filarial pada sediaan darah jari dan sediaan darah cuping