Anda di halaman 1dari 7

CACING FILARIA

Cacing filaria berada di jaringan subkutan, sistem limfatik, atau rongga serosa manusia.

Cacing betina bersifat ovovivipar dan melepaskan larva yang dikenal sebagai mikrofilaria. Mikrofilaria
dapat dideteksi dalam darah tepi atau jaringan kulit, tergantung pada spesiesnya. Adanya
mikrofilaria dalam darah tepi dapat menunjukkan periodisitas nokturnal, periodisitas diurnal atau
tidak ada periodisitas sama sekali. Dasar periodisitas tidak diketahui tetapi mungkin merupakan
adaptasi terhadap kebiasaan vector untuk menggigit.

Siklus hidup nematoda filaria diselesaikan dalam 2 hosts:

1. Host definitif (manusia)


2. Host intermediet (artropoda penghisap darah).

Mikrofilaria menyelesaikan perkembangannya di host arthropoda untuk menghasilkan tahap larva


infektif. Cacing dewasa memiliki masa hidup bertahun-tahun di dalam tubuh manusia sedangkan
mikrofilaria bertahan selama beberapa bulan.

Vektor

Berbagai macam nyamuk dapat menularkan parasit, tergantung pada wilayah geografisnya.

Di Afrika, vektor yang paling umum adalah Anopheles

Di Amerika, itu adalah Culex quinquefasciatu.

Aedes dan Mansonia dapat menularkan infeksi di Pasifik dan Asia


CACING FILARIA PENYEBAB LYMPHATIC FILARIASIS

1. Wuchereria bancrofti
Morfologi
 Cacing dewasa berwarna keputihan, seperti benang dengan kutikula halus dan ujung
lancip.
 Betina lebih besar (70–100 mm × 0,25 mm) dibandingkan jantan (25–40 mm × 0,1
mm).
 Mikrofilaria berukuran panjang 250.300 μm

Ia memiliki selubung tubuh.


Jika diwarnai dengan Giemsa, detail morfologis dapat terlihat.
Body core terlihat dan terpisah-pisah serta dapat dihitung.
Selubungnya tidak terwarnai dengan Giemsa.
Di ujung cephalic adalah ruang kosong yang disebut cephalic space.
Mikrofilaria W. bancrofti : cephalic spacenya sepanjang lebarnya (rasionya
1: 1), sedangkan pada B. malayi lebih panjang dari lebarnya (rasionya 2: 1).
Pada mikrofilaria W. bancrofti tidak terdapat terminal nuclei sedangkan
pada mikrofilaria B. malayi terdapat 2 terminal nuclei.
 Mikrofilaria tidak berkembang biak atau mengalami perkembangan lebih lanjut
dalam tubuh manusia.
 Jika tidak diambil oleh nyamuk vektor betina, mereka mati.
 Umur mereka sekitar 2–3 bulan.
 Mikrofilaria menunjukkan periodisitas nokturnal dalam sirkulasi perifer dan muncul
dalam darah tepi hanya pada malam hari (antara pukul 10 malam dan 2 pagi). Hal
ini bertepatan dengan kebiasaan nyamuk vektor menggigit malam hari

Siklus hidup

(1) Ketika vektor nyamuk memakan darah, larva L3 infektif masuk ke dalam kulit manusia.

(2) Mereka memasuki sirkulasi dan berkembang menjadi dewasa di limfatik.

(3) Cacing betina dewasa menghasilkan sheathed microfilariae yang bermigrasi ke saluran lymph dan
darah.

(4) Ketika vektor nyamuk memakan (mengambil) darah, ia mencerna mikrofilaria.


(5) Mikrofilaria melepaskan selubungnya, menembus usus (midgut) nyamuk, dan berpindah ke otot
dada.

(6) Ini berkembang menjadi larva L1.

(7) Ia berganti kulit 2x dan berkembang menjadi larva L3.

(8) Larva L3 bermigrasi ke kepala dan proboscis (mulut) nyamuk.

Vektor atau host intermediet dari W. bancrofti adalah Culex quinquefasciatus

Patogenesis dan Tampilan Klinis

Pathogenesis of W. bancrofti infection bergantung pada system imun dan respon host terhadap
inflamasi

Infeksi bisa muncul sebagai asimtomatik, inflammatory (pada acute phase) dan obstructive (pada
chronic phase).
 Asymptomatic phase
o High microfilaraemia
o Pada daerah endemic, pasien tidak menunjukkan adanya gejala lymphatic filariasis.
 Pada inflammatory (acute) phase
o Antigen dari adult worms memperoleh respon inflamasi
o Karakteristik : high fever, lymphatic inflammation (lymphangitis and lymphadenitis)
dan lymphoedema. Gejala ini hilang setelah 5–7 hari. Gejala lain : orchitis and
epididymitis.
 Obstructive (chronic) phase
o Disebabkan oleh sumbatan pada lymph vessel dan lymph nodes oleh cacing dewasa
 lymph nodes dan vessels diinfiltrasi oleh macrophages, eosinophils, lymphocytes
dan plasma cells  vessel walls menjadi menebal dan lumennya menyempit 
lymph stasis dan lymph vessel dilatasi  dapat menyebabkan pembentukan
granuloma yang diikuti scarring dan bahkan kalsifikasi  adanya inflamasi ini
merusak katup di lymph vessel yang selanjutnya memperburuk lymph stasis 
permeabilitas dinding lymph vessel meningkat  menyebabkan kebocoran lymph
yang kaya protein ke dalam jaringan  menyebabkan timbulnya hard pitting atau
brawny oedema of filariasis  fibroblasts invade (menyerang) jaringan yang edema,
fibrous tissue, menghasilkan non-pitting gross oedema of elephantiasis
o Chronic lymphatic filariasis dikarakteristiikan dengan : lymph varices, lymph scrotum,
hydrocele and chyluria (lymph in urine).
Mengenai genitalia and chyluria : karakteristik W. bancrofti infection, tidak untuk
B. malayi infection.
Microfilariae normalnya tidak terdapat pada chronic phase.

Elephantiasis utamanya pada pria mengenai kaki (legs), arms dan scrotum. Pada Wanita : legs, arms
dan breasts

Elephantiasis in B. malayi infection mengenai kaki dibawah lutut

Masa inkubasi : 8–12 bulan.

Pencegahan dan Pengendalian

1. Pengendalian vektor nyamuk (anti larva, anti dewasa)


2. Menggunakan kelambu dan pengusir nyamuk
3. Deteksi dan pengobatan kasus

2. Brugia malayi
 Distribusi
India, Indonesia, Philippines, Malaysia, Thailand, Vietnam, China, Korea Selatan dan
Japan.
Disamping B. malayi, terdapat spesies lain dari genus ini yaitu Brugia timori yang
ditemukan di Timor, Indonesia.
 Habitat
Cacing dewasanya tinggal di system limfatik manusia
Microfilariae ditemukan di darah
 Morfologi
Cacing dewasa B. malayi secara umum sama dengan W. bancrofti namun lebih
kecil ukurannya
Microfilaria of B. malayi ini berselubung dan dapat terwarnai oleh Giemsa.
Berliku, cephalic space lebih panjang (rasionya 2: 1), body nucleus tumpang
tindih dengan 2 terminal nuclei (terminal dan subterminal)

 Siklus hidup
Siklus hidup B. malayi mirip dengan W. bancrofti. Namun, host intermediate Brugia
adalah vektor genera Mansonia, Anopheles dan Aedes.

 Patogenesis, gambaran klinis, diagnosis laboratorium dan pengobatan mirip dengan


W. bancrofti
 B. malayi menunjukkan nocturnal periodic (mikrofilaria tidak terdeteksi dalam darah
hampir sepanjang hari, tetapi kepadatan mikrofilaria memuncak antara pukul 10
malam dan 2 pagi) dan bentuk subperiodik nokturnal (mikrofilaria ada dalam darah
setiap saat, tetapi muncul pada kepadatan terbesar antara siang dan 8 malam).
Bentuk periodik nokturnal ditularkan oleh Mansonia dan beberapa nyamuk
Anopheline di rawa-rawa terbuka dan rice growing area.
Bentuk subperiodik nokturnal ditularkan oleh Mansonia di rawa-rawa hutan.
Infeksi zoonosis alami sering terjadi. Hewan termasuk kucing, anjing dan monyet
dapat berfungsi sebagai reservoir penting untuk infeksi manusia
 Pencegahan dan Pengendalian
Metode pencegahan dan pengendalian mirip dengan W. bancrofti.
Perkembangbiakan nyamuk Mansonia membutuhkan tanaman air, tanpanya
nyamuk Mansonia tidak dapat berkembang biak.

3. Brugia timori
 Terbatas di Timor island of Eastern Indonesia.
 The vector of B. timori : Anopheles barbirostris, dimana dia berkembang biak di
sawah dan merupakan pengumpan malam (night feeder).
 Definitive host : manusia
 Microfilariae of B. timori menunjukkan nocturnal periodicity.
 Cephalic space ratio nya 3:1.
 Lesi yang dihasilkan oleh B. timori lebih ringan daripada bancroftian atau B. malayi
filariasis.
 DEC and albendazole are used in the treatment of Brugia timori filariasis

CACING FILARIA YANG MENYEBABKAN SUBCUTANEOUS FILARIASIS

1. Loa loa
2. Onchocerca volvulus
3. Mansonella streptocerca

Species That Can Cause Serous Cavity Filariasis

1. Mansonella ozzardi
2. Mansonella perstans

Species That Can Cause Zoonotic Filariasis

1. Brugia pahangi (filarial nematode of cats and dogs)


2. Dirofilaria immitis (dog heartworm)
3. Dirofilaria repens (filarial nematode of dogs and cats

Anda mungkin juga menyukai