Disusun Oleh:
1. Risman Antoro
2. Nani Sugianti
3. Martha Winda
4. Amelia Mariana Manurung
5. Eunike Napitulu
6. Elsi Lovia
BAB I
PENDAHULUAN
2.1 Klasifikasi
Nematoda yang hidup sebagai parasit didalam darah dan jaringan
dapat dibagi menjadi 3 golongan:
1. Cacing Filaria dan Dracunculus
2. Invasi larva migrans didalam kulit, jaringan dibawah kulit dan organ-
organ dalam oleh larva nematoda.
3. Parasit yang jarang ditemukan yaitu, didalam jaringan hati, ginjal, paru,
mata dan sub kutan
1. Wuchereria bancrofti
2. Brugia malayi dan Brugia timore
3. Onchocerca volvulus
4. Mansonella ozzardi
5. Acanthocheilonema perstans
6. Loa-loa
7. Drancunculus medinensis
a. Wuchereria Bancrofti
Kingdom :Animalia
Filum :Nematoda
Kelas :Secrennentea
Ordo :Spirurida
Famili :Filariodea
Genus :Wuchereria
Spesies : Wuchereria Bancrofti
Penyakit: Filariasis bancrofti,Wuchereriasis,Elephantiasis.
Distribusi Geografis
Parasit ini tersebar di daerah tropis dan subtropis, ke Utara sampai ke Spanyol,ke
Selatan sampai ke Australia, Afrika,Asia, Jepang, Taiwan, Philiphina, Indonesia dan
Kepulauan Pasifik Selatan.
Habitat: Bentuk dewasa ditemukan di saluran dan kelenjar limfe manusia.
Vektor: Nyamuk (Culex, Aedes, Anopheles)
Morfologi
Cacing dewasa berbentuk memanjang seperti rambut, warna transparans, bentuk
filariform dengan ujung meruncing sedikit demi sedikit. Cacing jantan dan betina
didapatkan saling melingkar di dalam habitatnya dan sukar untuk dilepaskan. Jantan
berukuran 25-40 X 0,1 mm, bagian posterior melengkung ke ventral dan mempunyai
spiculae. Betina ukuran 80-100 X 0,25 mm. Bertahan hidup kurang lebih 5-10 tahun.
Setelah dilahirkan oleh induknya dalam saluran limfe, mereka akan menemukan
jalannya menuju saluran limfe utama dan akhirnya berada dalam aliran darah tepi.
Morfologi mikrofilaria dapat diamati dengan baik dengan mengambil darah penderita,
dan dibuat sediaan tetes tebal yang diwarnai dengan Wright/Giemsa. Pada sediaan
yang baik akan terlihat mikrofilaria sebagai suatu bentukan silinder memanjang. Ciri-
ciri khas dari mikrofilaria Wuchereria bancrofti sbb:
1. Ukuran kurang lebih 290 X 6 mikron
2. Terbungkus oleh suatu selaput hialin.
3. Curva tubuhnya halus dan tak mempunyai lekukan tubuh sekunder negaif.
Tubuhhya terisi oleh inti sel somatik yang tersebar merata, nampak seolah-olah
teratur.
4. Pada ujung anterior terdapat bagian yang bebas dari inti sel somatik, disebut
cephalic space yang ukuran panjangnya kurang lebih sama dengan lebarnya
Patologi
Efek patogen yang nampak pada Wuchereria dapat disebabkan oleh bentuk
dewasa baik yang hidup maupun yang mati. Bentuk dewasa atau larva yang sedang
tumbuh dapat menyebabkan kelainan berupa reaksi inflamasi dan system lympatic.
Sedangkan bentuk microfilarianya yang hidup didalam darah belum diketahui apakah
menghasilkan produk-produk yang bersifat patogen, kecuali pada accult filariasis.
Hasil metabolisme dari larva Wuchereria yang sedang tumbuh menjadi dewasa pada
individu yang sensitif dapat menyebabkan reaksi allergi seperti: urticaria, "fugitive
swelling". (pembengkakan, nyeri, pembengkakan pada kulit extremitas) dan
pembengkakan kelenjar lymphe. Gejala ini dapat timbul awal dalam waktu beberapa
bulan (kurang lebih 3 1/2 bulan) setelah penularan. Pemeriksaan darah tepi untuk
mencari mikrofilaria pada stadium ini biasanya negatif (gagal ditemukan), tetapi pada
biopsi kelenjar lymphe setempat mungkin dapat ditemukan cacing Wuchereria
bancrofti muda atau dewasa.
Gejala Klinis:
Karena filariasis bancrofti dapat berlangsung selama beberapa tahun maka dapat
terjadi gambaran klinis yang berbeda-beda. Reaksi pada manusia terhadap infeksi
filaria berbeda dan beraneka ragam. Akibat infeksi yang disebabkan oleh filaria maka
dapat diklasifikasi sbb:
1. Bentuk dengan peradangan
2. Bentuk dengan penyumbatan dan
3. Bentuk tanpa gejala.
a. Bentuk dengan peradangan (Filariasis dengan peradangan)
Filariasis dengan peradangan merupakan fenomen alergi karena kepekaan
terhadap bahan-bahan metabolit yang berasal dari larva yang sedang tumbuh
dari cacing betina yang melahirkan mikrofilaria, atau dari cacing dewasa yang
hidup dan yang mati. Dapat juga terjadi infeksi sekunder yang disebabkan oleh
streptococcus atau oleh jamur. Lymphangitis dari anggota tutuh
pembengkakan setempat dan kemerahan lengan dan tungkai merupakan gejala
yang khas dari serangan yang berulang- ulang. Demam menggigil, sakit
kepala, muntah dan kelemahan dapat menyertai serangan tersebut yang dapat
berlangsung beberapa hari-minggu yang terutama terkena ialah saluran limphe
tungkai dan alat genital; dapat terjadi funiculitis, epididymitis, orchitis. Dapat
terjadi leucocytosis sampai 10.000 dengan Eosinophyl 6-26%.
b. Bentuk penyumbatan (Filariasis dengan penyumbatan)
Penyumbatan dapat terjadi akibat perubahan dinding dan proliferasi endothel
saluran lymphe karena proses peradangan (obliterative endolymphangitis) juga
karena fibrosis kelenjar lymphe dan jaringan ikat sekitarnya akibat keradangan
yang berulang-ulang atau dapat juga akibat efek mekanis misalnya
penyumbatan oleh cacing dewasa pada lumen pembuluh lymphe.
Penyumbatan pada filariasis terjadinya perlahan-lahan biasanya setelah terkena
infeksi filaria selama bertahun-tahun. Akibat penyumbatan limfatik tersebut
maka dapat terjadi pelebaran lumen dan menurunnya elastisitas pembuluh
lymphe, disebut lymp varix. Dapat juga timbul kebocoran dinding pembuluh
lymphe yang menyebabkan cairan lymphe keluar dari lumen; hidrocele,
chyluria. Hypretrofi jaringan yang terkena proses yang menahun menyebabkan
penebalan jaringan sehingga bisa terjadi Elephanthiasis.
c. Bentuk tanpa gejala (Filariasis tanpa gejala)
Di daerah endemi, anak-anak mungkin terkena penyakit sejak umur muda, dan
pada umur 6 tahun pada mereka telah dapat ditemukan mikrofilaria di dalam
darah tanpa menimbulkan gejala yang menunjukkan adanya infeksi ini. Pada
pemeriksaan tubuh tampak mikrofilaria dalam jumlah besar dan adanya
eosinofil. Pada waktu cacing dewasa mati mikrofilaria menghilang tanpa
penderita menyadari akan adanya infeksi.
Diagnose:
Diagnosa filariasis ditegakkan berdasarkan atas :
1. Anamnese yang berhubungan dengan nyamuk didaerah endemi
2. Dari gejala klinis seperti tersebut diatas
3. Pemeriksaan laboratorium dengan melakukan pemeriksaan darah yang diambil
pada waktumalam (terutama untuk yang bersifat xacternal periodicyty). Diagnosa
pasti bila kita menemukan parasitnya. Perlu kiranya diketahui bahwa darah
penderita dengan gejala filariasis tidak selalu ditemukan mikrofilaria.
Selain dengan pemeriksaan tersebut dapat juga dilakukan dengan:
Xeno Diagnosis yaitu Nyamuk yang steril digigitkan pada orang yang diduga
menderita Wuchereriais, kemudian dilakukan pembedahan atau nyamuk-nyamuk
tersebut dilumatkan untuk mencari mikrofilaria atau larva.
Metode yang lain adalah :
Biopsi kelenjar: gambaran yang khas dari infeksi Wuchereriasis kelenjar sangat
membantu.
Serologis: dapat dilakukan dengan tes kulit (skin test) maupun Complement Fixation
Test, dengan menggunakan antigen yang berasal dari Dirofilaria immitis. Metode ini
sangat membantu diagnosa terutama pada fase- fase permulaan. Ada keadaan-keadaan
tertentu dimana mikrofilaria tidak ditemukan pada pemeriksaan darah tepi penderita,
yaitu: - Selama permulaan fase allergie
1. Setelah serangan limfangitis, karena cacing dewasa telah mati.
2. Pada kasus-kasus Elephanthiasis, karena sumbatan sistim limfatik sehingga
mikrofilaria tak dapat mencapai peredaran darah.
3. Pada Occult
Filariasis. Terapi:
Obat-obat Filarisida yang dapat dipakai antara lain :
1. Diethyl Carbamazin (Hetrazan)
a. Terutama untuk mikrofilarianya
b. Dosis dan cara pemberiannya masih bervariasi
c. Dosis standart yang dipakai adalah 2 mg/ kg berat badan 3 X sehari selama
7- 14 hari
d. Untuk mengurangi efek samping (sakit kepala,pusing, mausea, demam)
pemberian obat dimulai dari dosis rendah, kemudian ditingkatkan secara
bertahap
2. Preparat Arsen ; Mel W, Mel B, untuk cacing dewasanya.
3. Suramin
4. Corticosteroid ; untuk mengurangi efek allergie
5. Antibiotika: dapat dipakai pada limfangitis rekurens yang disebabkan oleh
infeksi sekunder.
6. Operasi
Pencegahan :
Pencegahan Wuchereriasis di daerah endemis meliputi pemberantasan nyamuk
dan mengobati penderita yang merupakan sumber infeksi. Perlindungan manusia
dengan menutup ruangan dengan kawat kasa, memakai kelambu atau repelent.
Siklus Hidup:
Sama dengan Wuchereria bancrofti.
Hospes Definitif : manusia
Mempunyai hospes cadangan (reservoir host) binatang domestik seperti kera, kucing,
anjing. Intermediate Host: Nyamuk betina darigenus Mansonia, Anopheles. Siklus
hidup dalam tubuh nyamuk rata-rata 6-l2 hari
Patogenitas
Menyebabkan limfangitis, limfadenitis dan elefantiasis terutama di extremitas bawah.
Jarang terjadi elefantiasis scroti dan tak pernah menimbulkan chyluria.
Diagnosa: Dengan menemukan mikrofilaria dalam darah
Terapi: Sama seperti pada Wuchereria bancrofti
Pencegahan:
- Mengobati penderita
- Kontrol/pembrantasan nyamuk, untuk nyamuk Mansoni dapat dilakukan
dengan cara merusak /menghancurkan tumbuh-tumbuhan air, seperti Pistia
stratiotes.
c. Brugia timore
Kingdom :Animalia
Filum :Nematoda
Kelas :Secrennentea
Ordo :Spirurida
Famili :Filariodea
Genus : Brugia
Spesies : Brugia timore
David dan Edeson pada tahun 1965 menemukan bentukan mikrofilaria dari sediaan
hapusan darah tepi penduduk di Pulau Timor, yang mirip dengan mikrofilaria Brugia
malayi, tetapi berbeda dalam hal:
- panjang total
- cephalic space 3 : 1
- mempunyai sheath, tetapi pada pengecatan Giemsa tak nampak
- Bersifat noctural periodic
Gejala klinis mirip dengan infeksi oleh karena Brugia malayi.
Pengobatan dengan DEC memberi respon yang baik.
Sampai sekarang belum ditemukan dengan pasti bentuk dewasanya, juga tentang
reservoir host.
d. Onchocerca volvulus
Kingdom :Animalia
Filum :Nematoda
Kelas :Secrennentea
Ordo :Spirurida
Famili :Filariodea
Genus : Onchocerca
Spesies : Onchocerca volvulus
O’neill meneliti mikrofilaria parasit ini pada kulit seorang penderita di Afrika Barat
pada tahun 1875. Kemudian seorang dokter Jerman menemukan cacing dalam
benjolan kulit orang negro di Gana. Hospes definitif yaitu manusia. Penyakitnya
disebut onkoserkosis atau blinding filariasis. Cacing dewasa hidup di dalam jaringan
sub kutan manusia dan simpanse.
Morfologi
Siklus Hidup:
Patologi
Penyakit yang ditimbulkan adalah onkocerciasis yaitu infeksi menahun di bawah
jaringan sub kutan. Cacing betina yang mengeluarkan mikrofilaria akan menyebabkan
benjolan berukuran 5-25 cm atau lebih besar lagi. Benjolan umumnya banyak terdapat
di daerah persendian,sehingga menyebabkan kesulitan koordinasi gerak. Komplikasi
dapat hanging groin yaitu kulit menggantung ddalam lipatan di bawah lingunial.
Selain itu dapat pula menyebabkan elefantiasis genital. Infeksi berat di mata juga
dapat terjadi tergantung lama dan lokasi infeksi. Infeksi di mata biasanya diahiri
dengan kebutaan.
Pengobatan dan
Pencegahan Pengobatan
Pencegahan
e. Loa loa
Kingdom :Animalia
Filum :Nematoda
Kelas :Secrennentea
Ordo :Spirurida
Famili :Filariodea
Genus : Loa
Spesies : Loa loa
Untuk pertama kali Mongin pada tahun 1770 mengeluarakan cacing Loa loa dewasa
dari mata seorang wanita negro di Santo Domingo ,Hindia Barat. Parasit ini hanya
ditemukan pada manusi. Penyakitnya disebut loaiasis atau calabar swelling. Loaiasis
terutama terdapat di Afrika Barat dan Tengah. Cacing dewasa hidup dalam rongga
tubuh (peritonium, pleura ,perikardium)
Distribusi Geografik
Siklus Hidup:
Cacing dewasa memiliki kutikulum yang halus. Cacing jantan berukuran 38 mm,
cacing betina berukuran 81 mm. Pada fase mikrofilaria panjang 240µ ,tidak memiliki
selubung,dan inti sel tubuh tidak mencapai ekor.
Siklus Hidup:
Hospes definitif pada manusia. Hospes perantara adalah lalat(Culicoides furens).
Pertama lalat menggigit manusia yang terkena ozzardi. Larva baru menjadi larva
infektif (dalam tubuh lalat) pada hari ke 6. Pada hari ke 8, larva bermigrasi ke
probosis lalat. Manusia sehat tergigit lalu larva menuju ke darah tepi, lalu bermigrasi
ke rongga tubuh(cavum peritonium). Setelah itu menjadi dewasa di mesentrium dan
jaringan lemak. Lalu manusia hospes definitif digigit lalat,sikluspun berulang.
Patogenesis
Cacing ini jarang menimbulkan gejala yang berarti. Karena hidup di mesentrium dan
jaringan lemak,sehingga jarang diperhatikan. Apabila jumlah cacing dan mikrofilaria
terlalu banyak dapat menimbulkan hidrokel dan peradangan pada kelenjar limfa.
Pengobatan dan Pencegahan
Setelah diagnosis pemeriksaan darah tepi ditemukan mikrofilaria dan positif
mengidap filaria ozzardi. Cacing ini belum ada obatnya karena sebagian besar hidup
di jaringan lemak.
Pencegahan
Salah satu pencegahan yang dapat dilakukan adalah menghindari gigitan vektor.
f. Drancunculus medinensis
Kingdom :Animalia
Filum :Nematoda
Kelas :Secrennentea
Ordo :Spirurida
Famili :Filariodea
Genus :Drancunculus
Spesies :Drancunculus medinensis
Habitat cacing ini pada daerah sub kutan lengan,kaki dan punggung. Dapat juga
ditemukan dalam fase hidup mikrofilaria.
Epidemeologi Geografik
Cacing ini tersebar dari Afrika Barat sampai utara dan tengah. Asia barat daya juga
merupakan tempat hidup yang cocok. Tiongkok dan Amerika Selatan dapat pula
menjadi daerah penyebaran cacing ini. India Barat menjadi tempat paling banyak
kasusnya.
Morfologi
Cacing dewasa berbentuk seperti tali, silindris. Cacing betina berukuran 500-1200
×0,9-17 mm. Usia sampai 12-18 bulan. Cacing jantan berukuran 12-29 × 0,4 mm,
ujung anterior membulat, posterior runcing dan melengkung ke ventral. Dalam bentuk
larva filariform berukuran 750 µ
Siklus Hidup :
Manusia meminum air yang mengandung larva cacing. Larva filariform masuk ke
usus dan menembus jaringan usus menuju sub kutan kulit. Setelah dewasa cacing
berkopulasi dan mengeluarkan larva filariform menuju ke air (apabila hospes berada
di air) larva yang keluar lewat jaringan sub kutan berenang di air dan menunggu
hospes selanjutnya. Apabila ada manusia lain yang meminum air yang mengandung
larva cacing,sikluspun berulang.
Patologis
Bila cacing tidak sampai di kulit. Maka jaringan sub kutan akan mengalami
pengapuran.dapat pula terjadi ulkus di kulit. Mual, muntah, diare ,dan dispepsi berat
dapat terjadi. Komplikasi dapat berupa abses kronik.
Pencegahan dan Pengobatan
Setelah cacing ditemukan cacing dewasa pada ulkus atau cairan ulkus. Dapat
dilakukan pengobatan dengan Dietilkarbamasin atau dengan Antihistamin( untuk
meringankan rasa alergi)
Pencegahan
Penyebaran cacing ini adalah melalui media air, maka memasak air dengan baik dapat
mengurangi risiko penularan cacing ini. Melakukan disinfektisifikasi air. Melindungi
air dari pencemaran.
Gandahusada ,Srisasi,dkk,1988, Parasitologi Kedokteran,Jakarta,Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia