Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Nematoda darah dan jaringan merupakan jenis cacing yang pada fase hidup dewasa dalam
sistem limfatik,sub kutan, dan jaringan ikat dalam pada tubuh manusia. Mikrofilaria
(prelarva) ada yang bersarung dan tidak bersarung dan terdapat pada darah perifer/jaringan
kulit serta aifatnya sangat aktif. Penularan penyakit melalui vektor arthropoda (nyamuk).
Siklus hidup tiap spesies memiliki pola kompleks (larva infektif berkembang menjadi dewasa
dan memerlukan waktu bertahun-tahun agar dapat menimbulkan potologis yang nyata pada
manusia). Adanya mikrofilaria dalam darah perifier pada manusia tiap-tiap spesies berbeda-
beda di antaranya mikrofilaria yang ada dalam perifier darah pada malam hari disebut
periodisitas nokturna,siang hari di dalam perifer darah disebut periodisitas diurna,dan tidak
memiliki periode yang tetap disebut nonperiodik.
Spesies nematoda yang hidup pada jaringan dan darah manusia yaitu W. Brancofti,B.
Malayi,b. Timori,Mansonella ozzardi,Onchocerca volvulus, Loa loa,dan Dracunculus
medinensis. Pada umunya manusia sebagai hosspes definitif nematoda jaringan dan darah ,
sedangkan hospes perantaranya yaitu nyamuk (W. Brancrofti, B. Malayi, dan B. Timori),lalat
(M. Ozzardi ,O. Vulvulus, Loa loa) sebangsa Copepoda(D. Inedinensis).(Muslim,2005)
Berdasarkan waktu ditemukannya bentuk microfilaria di aliran darah tepi maka dikenal
istilah
"periodisitas" yaitu :
1. Nocturrnal periodic: bila microfilaria ditemukan berada dalam darah tepi penderita
terutama pada waktu malam hari. Jumlah meningkat sampai maksimum pada tengah
malam dan berkurang hingga minimum pada siang hari. Misalnya pada Wuchereria
bancrofti
2. Diurnal periodic: bila mikrofilaria ditemukan di darah tepi penderita terutama pada
waktu siang hari, Misalnya pada Loa-loa
3. Noctural/Diurnal sub periodic: bila di darah tepi selalu ditemukan mikrofilaria, tetapi
jumlahnya meningkat pada waktu malam/siang hari.
4. Non periodic : bila ditemukannya mikrofilaria dalam darah tepi, baik dalam waktu
siang atau malam hari (tidak mempunyai periodisitas tertentu).(Diktat,2010)
1.2 Tujuan
Untuk mengetahui klasifikasi,epidemologi distribusi,morfologi,siklus hidup,
patologi, pencegahan dan pengendalian nematoda yang hidup di darah dan jaringan.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Klasifikasi
Nematoda yang hidup sebagai parasit didalam darah dan jaringan dapat dibagi
menjadi 3 golongan:
1. Cacing Filaria dan Dracunculus
2. Invasi larva migrans didalam kulit, jaringan dibawah kulit dan organ-organ dalam oleh
larva nematoda.
3. Parasit yang jarang ditemukan yaitu, didalam jaringan hati, ginjal, paru, mata dan sub
kutan

Cacing Filaria yang termasuk Filariidae merupakan parasit sistem peredaran darah dan limfe,
jaringan ikat serta rongga serosa pada manusia dan binatang.

Species yang penting yang merupakan parasit pada manusia adalah :

1. Wuchereria bancrofti
2. Brugia malayi dan Brugia timore
3. Onchocerca volvulus
4. Mansonella ozzardi
5. Acanthocheilonema perstans
6. Loa-loa
7. Drancunculus medinensis

2.2 Distribusi Geografik


Nematoda jangan dan darah banyak terdapat di daerah tropis yang cocok untuk tempat
perindukan vektor. Seperti nematoda yang vetornya nyamuk akan berkembang pesat di afrika
dan india.
Berdasarkan distribusi geografisnya kita dapat memperkirakan spesies yang mungkin bisa
ditemukan dalam pemeriksaan darah.
Misalnya untuk daerah :
Afrika: Wuchereria bancrofti, Loa-loa, Acanthocheiloneum perstans.
Amerika Selatan: Wuchereria bancrofti, Acanthocheiloneum perstans, Mansonella ozzardi.
India: Wuchereria bancrofti, Brugia malayi.
Indonesia: Wuchereria bancrofti, Brugia malayi, Brugia timori.

2.3 Morfologi
Cacing dewasa berbentuk silindris, seperti benang ukuran 20-l00 mm x 0,l-0,3 mm.
Cacing betina lebih panjang daripada yang jantan (kurang lebih 2 kali), Mulut sederhana dan
tak mempunyai bibir yang jelas, rongga mulut tidak nyata. Oesophagus bentuk seperti tabung
terbagi menjadi bagian anterior yang berotot dan bagian posterior yang berkelenjar. Beberapa
species dari cacing jantan mempunyai spiculae. Cacing betina bersifat vivipar, larvanya
disebut mikrofilaria.
Mikrofilaria pada beberapa species misalnya pada Wuchereria bancrofti, Brugia malayi dan
Loa-loa microfilarianya mempunyai selubung (sheath) yang berupa suatu membran halus
berasal dari kulit telur yang melekat ketat dan tampak di bagian kepala dan ekor. Terdapat
serangkaian sel-sel yang tersebar diseluruh badannya (nukleus). Ada tidaknya nuclei tersebut
sampai keujung ekor dapat untuk membedakan spesies.
Siklus Hidup Filaria
Siklus hidup meliputi,
1. Penghisapan mikrofilaria dari darah atau jaringan oleh serangga penghisap darah
2. Metamorfosis mikrofilaria di dalam hospes perantara (serangga) mula-mula membentuk
larva rabditiform lalu membentuk larva filariform yang infektif
3. Penularan larva infektif ke dalam kulit hospes baru melalui proboscis serangga yang
pada saat menggigit. Sesudah masuk melalui luka gigitan larva berkembang menjadi
cacing dewasa pada tempat yang sesuai dengan hidupnya. Masa (waktu) terjadinya
infeksi sampai ditemukannya mikrofilaria disebut periode laten. Periode ini sesuai
dengan waktu yang diperlukan untuk pertumbuhan larva menjadi cacing dewasa dan
melahirkan microfilaria yang dikeluarkan di dalam darah dan jaringan. Pada
Wuchereria bancrofti periode laten sekitar 1 tahun.
2.4 Jenis-Jenis Nematoda Darah dan Jaringan

Spesies Habitat Mikrofilaria


W. bancrofti Sistem limfa Darah
B. malayi Sistem limfa Darah
dan
B. timori
O. volvulus Jaringan ikat Kulit
M. ozzardi Mesentery Darah
L. loa Jaringan ikat Darah
D. medinesis Jaringan ikat Kulit

a. Wuchereria Bancrofti
Kingdom :Animalia
Filum :Nematoda
Kelas :Secrennentea
Ordo :Spirurida
Famili :Filariodea
Genus :Wuchereria
Spesies : Wuchereria Bancrofti
Penyakit: Filariasis bancrofti,Wuchereriasis,Elephantiasis.
Distribusi Geografis
Parasit ini tersebar di daerah tropis dan subtropis, ke Utara sampai ke Spanyol,ke
Selatan sampai ke Australia, Afrika,Asia, Jepang, Taiwan, Philiphina, Indonesia dan
Kepulauan Pasifik Selatan.
Habitat: Bentuk dewasa ditemukan di saluran dan kelenjar limfe manusia.
Vektor: Nyamuk (Culex, Aedes, Anopheles)
Morfologi
Cacing dewasa berbentuk memanjang seperti rambut, warna transparans, bentuk
filariform dengan ujung meruncing sedikit demi sedikit. Cacing jantan dan betina
didapatkan saling melingkar di dalam habitatnya dan sukar untuk dilepaskan. Jantan
berukuran 25-40 X 0,1 mm, bagian posterior melengkung ke ventral dan mempunyai
spiculae. Betina ukuran 80-100 X 0,25 mm. Bertahan hidup kurang lebih 5-10 tahun.
Setelah dilahirkan oleh induknya dalam saluran limfe, mereka akan menemukan
jalannya menuju saluran limfe utama dan akhirnya berada dalam aliran darah tepi.
Morfologi mikrofilaria dapat diamati dengan baik dengan mengambil darah penderita,
dan dibuat sediaan tetes tebal yang diwarnai dengan Wright/Giemsa. Pada sediaan
yang baik akan terlihat mikrofilaria sebagai suatu bentukan silinder memanjang. Ciri-
ciri khas dari mikrofilaria Wuchereria bancrofti sbb:
1. Ukuran kurang lebih 290 X 6 mikron
2. Terbungkus oleh suatu selaput hialin.
3. Curva tubuhnya halus dan tak mempunyai lekukan tubuh sekunder negaif.
Tubuhhya terisi oleh inti sel somatik yang tersebar merata, nampak seolah-olah
teratur.
4. Pada ujung anterior terdapat bagian yang bebas dari inti sel somatik, disebut
cephalic space yang ukuran panjangnya kurang lebih sama dengan lebarnya
5. Ujung posterior tidak mengandung inti sel somatik
Siklus hidup:
Wuchereria bancrofti mempunyai 2 host yaitu :
1. Dalam Tubuh Manusia (Definitif host) :
Cacing dewasa berada dalam saluran dan kelenjar lymphe, setelah kawin cacing
betina akan melahirkan mikrofilaria (ovo vivipar) sesuai dengan sifat
periodisitasnya mikrofilaria-mikrofilaria tersebut akan berada di darah tepi . Bila
kebetulan ada nyamuk yang sesuai menggigit penderita tersebut, maka
mikrofilaria akan ikut terhisap bersama darah penderita dan masuk ke tubuh
nyamuk. Didalam tubuh manusia mikrofilaria dapat bertahan hidup lama tanpa
mengalami perubahan bentuk.
2. Dalam Tubuh Intermediate host :
Nyamuk yang berperan sebagai vektor biologis/hospes perantaraan untuk
Wuchereria bancrofti adalah dari genus : Culex, Anopheles,Aedes. Mikrofilaria
yang terhisap masuk pada saat terjadinya gigitan, sesampai di lambung nyamuk
akan melepaskan sheathmya. Dalam waktu 1-2 jam kemudian ia menembus
dinding usus nyamuk menuju ke otot-otot thorax untuk mengadakan
metamorfosis. Dalam waktu kurang lebih 2 hari mikrofilaria akan tumbuh
menjadi larva stadium I (l24-250 mikron X 10-17 mikron) dan 3-7 hari kemudian
menjadi larva stadium II yang panjangnya (225-330 mikron dan lebar 15-30
mikron) dan pada hari ke 10-11 pertumbuhan larva dapat dikatakan telah lengkap
menjadi larva stadium III dengan ukuran panjang 1500-2000 mikron dan lebarnya
18-23 mikron), yaitu stadium yang infektif untuk manusia. Larva tersebut
bermigrasi ke kelenjar ludah (proboscis). dan siap untuk ditularkan bila nyamuk
tersebut menggigit manusia lagi.
Cara Infeksi :
1. Melalui inokulasi (gigitan) nyamuk betina. (Culex, Aedes, Anopheles)
Di India dan China : Culex fatigans
Di Kepulauan Pasific : Anopheles punctulatus
2. Bentuk infektif untuk manusia larva stadium III
3. Melalui kulit
Patologi
Efek patogen yang nampak pada Wuchereria dapat disebabkan oleh bentuk
dewasa baik yang hidup maupun yang mati. Bentuk dewasa atau larva yang sedang
tumbuh dapat menyebabkan kelainan berupa reaksi inflamasi dan system lympatic.
Sedangkan bentuk microfilarianya yang hidup didalam darah belum diketahui apakah
menghasilkan produk-produk yang bersifat patogen, kecuali pada accult filariasis.
Hasil metabolisme dari larva Wuchereria yang sedang tumbuh menjadi dewasa pada
individu yang sensitif dapat menyebabkan reaksi allergi seperti: urticaria, "fugitive
swelling". (pembengkakan, nyeri, pembengkakan pada kulit extremitas) dan
pembengkakan kelenjar lymphe. Gejala ini dapat timbul awal dalam waktu beberapa
bulan (kurang lebih 3 1/2 bulan) setelah penularan. Pemeriksaan darah tepi untuk
mencari mikrofilaria pada stadium ini biasanya negatif (gagal ditemukan), tetapi pada
biopsi kelenjar lymphe setempat mungkin dapat ditemukan cacing Wuchereria
bancrofti muda atau dewasa.
Gejala Klinis:
Karena filariasis bancrofti dapat berlangsung selama beberapa tahun maka dapat
terjadi gambaran klinis yang berbeda-beda. Reaksi pada manusia terhadap infeksi
filaria berbeda dan beraneka ragam. Akibat infeksi yang disebabkan oleh filaria maka
dapat diklasifikasi sbb:
1. Bentuk dengan peradangan
2. Bentuk dengan penyumbatan dan
3. Bentuk tanpa gejala.
a. Bentuk dengan peradangan (Filariasis dengan peradangan)
Filariasis dengan peradangan merupakan fenomen alergi karena kepekaan
terhadap bahan-bahan metabolit yang berasal dari larva yang sedang tumbuh
dari cacing betina yang melahirkan mikrofilaria, atau dari cacing dewasa yang
hidup dan yang mati. Dapat juga terjadi infeksi sekunder yang disebabkan oleh
streptococcus atau oleh jamur. Lymphangitis dari anggota tutuh
pembengkakan setempat dan kemerahan lengan dan tungkai merupakan gejala
yang khas dari serangan yang berulang- ulang. Demam menggigil, sakit
kepala, muntah dan kelemahan dapat menyertai serangan tersebut yang dapat
berlangsung beberapa hari-minggu yang terutama terkena ialah saluran limphe
tungkai dan alat genital; dapat terjadi funiculitis, epididymitis, orchitis. Dapat
terjadi leucocytosis sampai 10.000 dengan Eosinophyl 6-26%.
b. Bentuk penyumbatan (Filariasis dengan penyumbatan)
Penyumbatan dapat terjadi akibat perubahan dinding dan proliferasi endothel
saluran lymphe karena proses peradangan (obliterative endolymphangitis) juga
karena fibrosis kelenjar lymphe dan jaringan ikat sekitarnya akibat keradangan
yang berulang-ulang atau dapat juga akibat efek mekanis misalnya
penyumbatan oleh cacing dewasa pada lumen pembuluh lymphe.
Penyumbatan pada filariasis terjadinya perlahan-lahan biasanya setelah terkena
infeksi filaria selama bertahun-tahun. Akibat penyumbatan limfatik tersebut
maka dapat terjadi pelebaran lumen dan menurunnya elastisitas pembuluh
lymphe, disebut lymp varix. Dapat juga timbul kebocoran dinding pembuluh
lymphe yang menyebabkan cairan lymphe keluar dari lumen; hidrocele,
chyluria. Hypretrofi jaringan yang terkena proses yang menahun menyebabkan
penebalan jaringan sehingga bisa terjadi Elephanthiasis.
c. Bentuk tanpa gejala (Filariasis tanpa gejala)
Di daerah endemi, anak-anak mungkin terkena penyakit sejak umur muda, dan
pada umur 6 tahun pada mereka telah dapat ditemukan mikrofilaria di dalam
darah tanpa menimbulkan gejala yang menunjukkan adanya infeksi ini. Pada
pemeriksaan tubuh tampak mikrofilaria dalam jumlah besar dan adanya
eosinofil. Pada waktu cacing dewasa mati mikrofilaria menghilang tanpa
penderita menyadari akan adanya infeksi.
Diagnose:
Diagnosa filariasis ditegakkan berdasarkan atas :
1. Anamnese yang berhubungan dengan nyamuk didaerah endemi
2. Dari gejala klinis seperti tersebut diatas
3. Pemeriksaan laboratorium dengan melakukan pemeriksaan darah yang diambil
pada waktumalam (terutama untuk yang bersifat xacternal periodicyty). Diagnosa
pasti bila kita menemukan parasitnya. Perlu kiranya diketahui bahwa darah
penderita dengan gejala filariasis tidak selalu ditemukan mikrofilaria.
Selain dengan pemeriksaan tersebut dapat juga dilakukan dengan:
Xeno Diagnosis yaitu Nyamuk yang steril digigitkan pada orang yang diduga
menderita Wuchereriais, kemudian dilakukan pembedahan atau nyamuk-nyamuk
tersebut dilumatkan untuk mencari mikrofilaria atau larva.
Metode yang lain adalah :
Biopsi kelenjar: gambaran yang khas dari infeksi Wuchereriasis kelenjar sangat
membantu.
Serologis: dapat dilakukan dengan tes kulit (skin test) maupun Complement Fixation
Test, dengan menggunakan antigen yang berasal dari Dirofilaria immitis. Metode ini
sangat membantu diagnosa terutama pada fase- fase permulaan. Ada keadaan-keadaan
tertentu dimana mikrofilaria tidak ditemukan pada pemeriksaan darah tepi penderita,
yaitu: - Selama permulaan fase allergie
1. Setelah serangan limfangitis, karena cacing dewasa telah mati.
2. Pada kasus-kasus Elephanthiasis, karena sumbatan sistim limfatik sehingga
mikrofilaria tak dapat mencapai peredaran darah.
3. Pada Occult Filariasis.
Terapi:
Obat-obat Filarisida yang dapat dipakai antara lain :
1. Diethyl Carbamazin (Hetrazan)
a. Terutama untuk mikrofilarianya
b. Dosis dan cara pemberiannya masih bervariasi
c. Dosis standart yang dipakai adalah 2 mg/ kg berat badan 3 X sehari selama
7- 14 hari
d. Untuk mengurangi efek samping (sakit kepala,pusing, mausea, demam)
pemberian obat dimulai dari dosis rendah, kemudian ditingkatkan secara
bertahap
2. Preparat Arsen ; Mel W, Mel B, untuk cacing dewasanya.
3. Suramin
4. Corticosteroid ; untuk mengurangi efek allergie
5. Antibiotika: dapat dipakai pada limfangitis rekurens yang disebabkan oleh
infeksi sekunder.
6. Operasi
Pencegahan:
Pencegahan Wuchereriasis di daerah endemis meliputi pemberantasan nyamuk
dan mengobati penderita yang merupakan sumber infeksi. Perlindungan manusia
dengan menutup ruangan dengan kawat kasa, memakai kelambu atau repelent.
b. Brugia Malayi (Malayan Filaria)
Kingdom :Animalia
Filum :Nematoda
Kelas :Secrennentea
Ordo :Spirurida
Famili :Filariodea
Genus : Brugia
Spesies : Brugia Malayi
Penyakit: Filariasis malayi
Distribusi Geografis
Asia Tenggara: Malaysia, Indonesia, Thailand, Filiphina
Asia Selatan: India, Ceylon
Asia Timur: China, Indo-China, Jepang, Korea
Habitat: Cacing dewasa ditemukan di sistim limfatik.
Epidemiologi:
Distribusi sepanjang pantai yang datar, sesuai dengan tempat hospes serangga yang
utama yaitu Mansonia. Nyamuk Mansonia banyak terdapat di daerah rendah dengan
banyak kolam yang berisi tanaman Pistia (tumbuhan air) yang merupakan tempat
perindukan dari Mansonia. Diluar kota vektor penyakitnya Mansonia. Untuk daerah
perkotaan vektor penyakitnya Anopheles.
Morfologi:
* Bentuk cacing dewasa Brugia malayi hampir tidak dapat dibedakan dengan
Wuchereria bancrofti
- ukuran cacing jantan : 14-24 milimeter X 0,08 milimeter
- ukuran cacing betina : 44-55 milimeter X 0,15 milimeter
Ciri-ciri: - bentuk seperti mikrofilaria bancrofti
- ukuran : 230 mikron X 6 mikron
- kurve tubuh biasanya mempunyai lekukan sekunder
- nukleus tubuh padat, seolah-olah bertumpuk
- cephalic space ratio 2 : 1
- terminal nukleus ada 2 buah
Siklus Hidup:
Sama dengan Wuchereria bancrofti.
Hospes Definitif : manusia
Mempunyai hospes cadangan (reservoir host) binatang domestik seperti kera, kucing,
anjing. Intermediate Host: Nyamuk betina darigenus Mansonia, Anopheles. Siklus
hidup dalam tubuh nyamuk rata-rata 6-l2 hari
Patogenitas
Menyebabkan limfangitis, limfadenitis dan elefantiasis terutama di extremitas bawah.
Jarang terjadi elefantiasis scroti dan tak pernah menimbulkan chyluria.
Diagnosa: Dengan menemukan mikrofilaria dalam darah
Terapi: Sama seperti pada Wuchereria bancrofti
Pencegahan:
- Mengobati penderita
- Kontrol/pembrantasan nyamuk, untuk nyamuk Mansoni dapat dilakukan
dengan cara merusak /menghancurkan tumbuh-tumbuhan air, seperti Pistia
stratiotes.

c. Brugia timore
Kingdom :Animalia
Filum :Nematoda
Kelas :Secrennentea
Ordo :Spirurida
Famili :Filariodea
Genus : Brugia
Spesies : Brugia timore

David dan Edeson pada tahun 1965 menemukan bentukan mikrofilaria dari sediaan
hapusan darah tepi penduduk di Pulau Timor, yang mirip dengan mikrofilaria Brugia
malayi, tetapi berbeda dalam hal:
- panjang total
- cephalic space 3 : 1
- mempunyai sheath, tetapi pada pengecatan Giemsa tak nampak
- Bersifat noctural periodic
Gejala klinis mirip dengan infeksi oleh karena Brugia malayi.
Pengobatan dengan DEC memberi respon yang baik.
Sampai sekarang belum ditemukan dengan pasti bentuk dewasanya, juga tentang
reservoir host.
d. Onchocerca volvulus
Kingdom :Animalia
Filum :Nematoda
Kelas :Secrennentea
Ordo :Spirurida
Famili :Filariodea
Genus : Onchocerca
Spesies : Onchocerca volvulus
O’neill meneliti mikrofilaria parasit ini pada kulit seorang penderita di Afrika Barat
pada tahun 1875. Kemudian seorang dokter Jerman menemukan cacing dalam
benjolan kulit orang negro di Gana. Hospes definitif yaitu manusia. Penyakitnya
disebut onkoserkosis atau blinding filariasis. Cacing dewasa hidup di dalam jaringan
sub kutan manusia dan simpanse.

Morfologi

Cacing dewasa mirip benang halus,berwarna putih susu,memiliki kutikulum yang


menebal. Cacing jantan berukuran 4 cm,sedangkan betina berukuran 50 cm. Pada
berbentuk mikrofilaria (berukuran 360µ) inti tidak mencapai ujung ekor dan tidak
memiliki selubung.

Siklus Hidup

Cacing betina mengeluarkan mikrofilaria di dalam jaringan sub kutan,bila lalat


Simulium menusuk kulit dan menghisap darah mikro filaria akan terhisap oleh lalat.
Mikrofilaria menembus lambung lalat masuk ke dalam otot toraks. Setlah 6-8 minggu
berganti kulit menjadi larva infekif yang masuk ke dalam probosis lalat dan
dikeluarkan bila lalat menghisap darah manusia. Larva infektif yang masuk ke dalam
kulit tumbuh dewasa di jaringan ikat. Cacing dewasa mengeluarkan mikrofilaria lagi
siklus kembali berulang.

Patologi

Penyakit yang ditimbulkan adalah onkocerciasis yaitu infeksi menahun di bawah


jaringan sub kutan. Cacing betina yang mengeluarkan mikrofilaria akan menyebabkan
benjolan berukuran 5-25 cm atau lebih besar lagi. Benjolan umumnya banyak terdapat
di daerah persendian,sehingga menyebabkan kesulitan koordinasi gerak. Komplikasi
dapat hanging groin yaitu kulit menggantung ddalam lipatan di bawah lingunial.
Selain itu dapat pula menyebabkan elefantiasis genital. Infeksi berat di mata juga
dapat terjadi tergantung lama dan lokasi infeksi. Infeksi di mata biasanya diahiri
dengan kebutaan.

Pengobatan dan Pencegahan

Pengobatan

Pengobatan infeksi berat dapat dilakukan pembedahan melalui enukleasi nodul.


Pengobatan lain yaitu dengan pemberian dietilkarbamasin,bertujuan untuk mencegah
reaksi hebat dari kematian mikrofilaria. Penggunaan obat lain yaitu suramin.
Dietilkarbamasin hanya membunuh cacing dalam bentuk mikrofilaria,sedangkan
suramin dapat membunuh cacing dewasa. Penggunaan suramin sangat hati-hati karena
efek toksisitasnya sangat tinggi.

Pencegahan

Pemberantasan lalat simulium dapat memutus mata rantai penyebaran mikrofilaria


cacing Oncherca vulvulus. Menjauhi habitat vektor juga dapat mencegah penularan.
Memakai pakaian tebal ketika ada di tepi sungai(habitat vektor) juga dapat
mengurangi risiko tertular onchosersiasis.

e. Loa loa
Kingdom :Animalia
Filum :Nematoda
Kelas :Secrennentea
Ordo :Spirurida
Famili :Filariodea
Genus : Loa
Spesies : Loa loa
Untuk pertama kali Mongin pada tahun 1770 mengeluarakan cacing Loa loa dewasa
dari mata seorang wanita negro di Santo Domingo ,Hindia Barat. Parasit ini hanya
ditemukan pada manusi. Penyakitnya disebut loaiasis atau calabar swelling. Loaiasis
terutama terdapat di Afrika Barat dan Tengah. Cacing dewasa hidup dalam rongga
tubuh (peritonium, pleura ,perikardium)
Distribusi Geografik
Cacing ini sangat berkembang di Afrika, Amerika (Selatan dan Tengah).
Morfologi
Cacing dewasa memiliki tubuh silindris panjang berwarna putih kekuningan dengan
kutikulum halus. Pada fase mikrofilaria memiliki panjang 200µ dan tidak memiliki
selubung.
Siklus Hidup
Hospes definitif adalah manusia,sedangkan hospes perantaranya adalah Culicoides
pada fase hidup mikrofilaria mempunyai periode nokturnal.
Patogenesis
Penyakit yang ditimbulkan yaitu akantokeilonemiasis. Cacing yang mampu
beradaptasi dengan baik pada hospes definitifnya jarang menimbulkan kelainan serta
tanda yang jelas.
Pegobatan dan Pencegahan
Setelah pemeriksaan darah tepi dilakukan dan ditemukan mikrofilaria atau dengan
pemeriksaan serologi. Orang yang terkena akantokeilonemiasis. Dapat diberikan
Dietilkarbamasin yang dapat membunuh cacing dewasa.
Pencegahan dapat dengan memberantas vektor yaitu culicoides. Dapat juga dengan
menghindari gigitan vektor.

f. Mansonella ozzardi
Kingdom :Animalia
Filum :Nematoda
Kelas :Secrennentea
Ordo :Spirurida
Famili :Filariodea
Genus : Mansonella
Spesies : Mansonella ozzardi
Penyebaran parasit ini menyebabkan penyakit filaria ozzardi. Dalam fase dewasa
cacing hidup pada rongga tubuh yaitu mesentrium dan jaringan lemak viscera. Larva
hidup di peredaran darah tepi.
Epidemiologi Geografi
Cacing ini tersebar di Amerika Tengah dan Amerika Selatan serta beberapa pulau di
Hindia Barat.
Morfologi
Cacing dewasa memiliki kutikulum yang halus. Cacing jantan berukuran 38 mm,
cacing betina berukuran 81 mm. Pada fase mikrofilaria panjang 240µ ,tidak memiliki
selubung,dan inti sel tubuh tidak mencapai ekor.
Siklus Hidup
Hospes definitif pada manusia. Hospes perantara adalah lalat(Culicoides furens).
Pertama lalat menggigit manusia yang terkena ozzardi. Larva baru menjadi larva
infektif (dalam tubuh lalat) pada hari ke 6. Pada hari ke 8, larva bermigrasi ke
probosis lalat. Manusia sehat tergigit lalu larva menuju ke darah tepi, lalu bermigrasi
ke rongga tubuh(cavum peritonium). Setelah itu menjadi dewasa di mesentrium dan
jaringan lemak. Lalu manusia hospes definitif digigit lalat,sikluspun berulang.
Patogenesis
Cacing ini jarang menimbulkan gejala yang berarti. Karena hidup di mesentrium dan
jaringan lemak,sehingga jarang diperhatikan. Apabila jumlah cacing dan mikrofilaria
terlalu banyak dapat menimbulkan hidrokel dan peradangan pada kelenjar limfa.
Pengobatan dan Pencegahan
Setelah diagnosis pemeriksaan darah tepi ditemukan mikrofilaria dan positif
mengidap filaria ozzardi. Cacing ini belum ada obatnya karena sebagian besar hidup
di jaringan lemak.
Pencegahan
Salah satu pencegahan yang dapat dilakukan adalah menghindari gigitan vektor.
g. Drancunculus medinensis
Kingdom :Animalia
Filum :Nematoda
Kelas :Secrennentea
Ordo :Spirurida
Famili :Filariodea
Genus :Drancunculus
Spesies :Drancunculus medinensis
Habitat cacing ini pada daerah sub kutan lengan,kaki dan punggung. Dapat juga
ditemukan dalam fase hidup mikrofilaria.
Epidemeologi Geografik
Cacing ini tersebar dari Afrika Barat sampai utara dan tengah. Asia barat daya juga
merupakan tempat hidup yang cocok. Tiongkok dan Amerika Selatan dapat pula
menjadi daerah penyebaran cacing ini. India Barat menjadi tempat paling banyak
kasusnya.
Morfologi
Cacing dewasa berbentuk seperti tali, silindris. Cacing betina berukuran 500-1200
×0,9-17 mm. Usia sampai 12-18 bulan. Cacing jantan berukuran 12-29 × 0,4 mm,
ujung anterior membulat, posterior runcing dan melengkung ke ventral. Dalam bentuk
larva filariform berukuran 750 µ
Siklus Hidup
Manusia meminum air yang mengandung larva cacing. Larva filariform masuk ke
usus dan menembus jaringan usus menuju sub kutan kulit. Setelah dewasa cacing
berkopulasi dan mengeluarkan larva filariform menuju ke air (apabila hospes berada
di air) larva yang keluar lewat jaringan sub kutan berenang di air dan menunggu
hospes selanjutnya. Apabila ada manusia lain yang meminum air yang mengandung
larva cacing,sikluspun berulang.
Patologis
Bila cacing tidak sampai di kulit. Maka jaringan sub kutan akan mengalami
pengapuran.dapat pula terjadi ulkus di kulit. Mual, muntah, diare ,dan dispepsi berat
dapat terjadi. Komplikasi dapat berupa abses kronik.
Pencegahan dan Pengobatan
Setelah cacing ditemukan cacing dewasa pada ulkus atau cairan ulkus. Dapat
dilakukan pengobatan dengan Dietilkarbamasin atau dengan Antihistamin( untuk
meringankan rasa alergi)
Pencegahan
Penyebaran cacing ini adalah melalui media air, maka memasak air dengan baik dapat
mengurangi risiko penularan cacing ini. Melakukan disinfektisifikasi air. Melindungi
air dari pencemaran.

Gandahusada ,Srisasi,dkk,1988, Parasitologi Kedokteran,Jakarta,Fakultas Kedokteran


Universitas Indonesia.
Harlod W.Brown, 1979, Dasar Parasitologo Klinis,Jakarta,Gramedia

Muslim,H,M,M.Kes,2005,Parasitologi untuk keperawatan,Jakarta,EGC.

Natadisastra, Djaenudin,dr.,Sp.,ParK dan Prof. Dr.Ridad Agoes, MPH, 2005, Parasitologi


Kedokteran, Jakarta, ECG.

Staf Laboratorium Parasitologi, 2010,Diktat Biologi Sub Modul Parasitologi,Fakultas


Kedokteran Universitas Brawijaya, Malang.

Anda mungkin juga menyukai