Anda di halaman 1dari 15

PENGENDALIAN VEKTOR

FILARIASIS

Kelompok 10
Awanda Putri Amalia (P2.31.33.1.15.005)
Fitria Aryani (P2.31.33.1.15.016)
Muhammad Zufar Ibrahim (P2.31.33.1.15.029)

Ulya Himawati (P2.31.33.1.15.0)


PENGERTIAN FILARIASIS
Filariasis (Penyakit Kaki Gajah) adalah penyakit
yang disebabkan oleh cacing filarial (mikrofilaria)
yang dapat menular dengan perantara nyamuk
sebagai vector.
Penyakit ini bersifat menahun (kronis) dan bila
tidak mendapat pengobatan dapat menimbulkan
cacat menetap seumur hidup berupa
pembesaran kaki, lengan dan alat kelamin baik
perempuan maupun laki laki yang menimbulkan
dampak psikologis bagi penderita dan
keluarganya.
PENYEBAB DAN PENULARAN
PENYAKIT FILARIASIS
Kaki gajah disebabkan oleh cacing filaria yang hidup di dalam
tubuh manusia. Cacing ini berukuran sangat kecil, menyerupai
benang.
Kaki gajah di Indonesia disebabkan oleh tiga spesies cacing:
Wuchereria bancrofti, Brugia malayi, Brugia timori.
Penyakit ini ditularkan dari seseorang yang dalam darahnya
terdapat anak cacing filaria (mikrofilaria) kepada orang lain
melalui gigitan nyamuk. Pada waktu nyamuk menghisap darah
orang tersebut, mikrofilaria ikut terhisap dan masuk ke dalam
badan nyamuk. Satu hingga dua minggu kemudian, mikrofilaria
berubah menjadi larva dan ditularkan pada orang lain waktu
nyamuk mengigitnya.
Semua jenis nyamuk bisa menularkan kaki gajah seperti nyamuk
rumah, nyamuk got, nyamuk hutan, nyamuk rawa-rawa, dan
nyamuk sawah.
PENYEBARAN FILARIASIS DI
INDONESIA
Prevalensi terlihat lebih tinggi di daerah
yang kurang berkembang dibandingkan
dengan daerah yang sudah berkembang.
Brugia malayi yang terdapat di daerah yang
sangat maju/berkembang telah mulai
hilang.
Sebaliknya Brugia timori hanya terdapat di
pulau-pulau di Nusa Tenggara Timur saja dan
tidak ditemukan di pulau-pulau di dekatnya, di
Nusa Tenggara Barat. Di NTB hanya
ditemukan Wuchereria bancrofti saja,
padahal infeksi ganda antara B. timori dan
W. bancrofti sering dijumpai di daerah
endemik B. timori' .
DAERAH ENDEMIS
FILARIASIS
Daerah dataran rendah terutama :
> Daerah pedesaan
> Daerah pantai
> Daerah pedalaman
> Daerah persawahan
> Daerah rawa-rawa
> Daerah hutan

Biasanya daerah endemik B. malayi adalah daerah dengan hutan rawa (swampy
forest), sepanjang sungai besar atau badan air yang lain. Sedangkan daerah
endemik W. bancrofti perkotaan adalah daerah perkotaan yang kumuh, padat
penduduknya dan banyak genangan air kotor sebagai habitat dari vektor parasit
tersebut, yaitu Culex. Quinquefasciatus.
PENGENDALIAN VEKTOR MALARIA
1. Pengandalian secara Kimiawi
Menggunakan berbagai bahan kimia untuk
membunuh ataupun menghabat pertumbuhan
serangga. Penggunaan insektisida yang ditujukan
untuk membunuh nyamuk dewasa dengan cara
penyemprotan tempat menggit dan tempat istirahat
vector.
Upaya pengendalian vektor dengan menggunakan
bahan kimia ternyata tidak cukup aman, karena
walaupun dapat menurunkan populasi vektor dengan
segera, penggunaan bahan kimia yang berlebihan
juga mempunyai dampak yang merugikan terhadap
lingkungan, yaitu menurunnya kualitas lingkungan.
2. Pengendalian secara non kimiawi
Pengubahan lingkungan fisik dilakukan agar vektor tidak dapat
berkembangbiak, istirahat, ataupun menggigit. Misalnya dengan
membersihkan saluran air menggenang yang dapat menjadi tempat
berkembangbiak nyamuk penular penyakit kaki gajah (filariasis),
untuk pertanian seperti perubahan rawa menjadi lahan pertanian
sehingga mengurangi tempat perindukn nyamuk, atau
membersihkan batang-batang air dari tumbuh tumbuhan air
seperti Echornia crassipes dan Pistia, kangkung dan rumput
rumput yang juga mengurangi tempat perindukan nyamuk.

Pengubahan lingkungan sosial, ekonomi, dan budaya yaitu dengan


mengubah perilaku masyarakat agar tidak terjadi kontak antara
manusia dan vektor,
misalkan dengan memasang kawat kasa pada ventilasi rumah agar
nyamuk tidak masuk ke dalam rumah atau memakai kelambu untuk
mencegah gigitan nyamuk dan penggunaan seperti minyak sereh.
Bulan Eliminasi Kaki Gajah (BELKAGA)
Indonesia menetapkan Eliminasi Kaki Gajah sebagai salah satu prioritas nasional
pengendalian penyakit menular, dengan menetapkan dua strategi utama :

Memutuskan rantai penularan Kaki Gajah dengan program Pemberian Obat


Pencegahan Massal (POPM) Kaki Gajah di Kabupaten/Kota Endemis Kaki Gajah.

Upaya pencegahan serta membatasi kecacatan dengan melaksanakan program


Penatalaksanaan Penderita Kaki Gajah.

Untuk menghentikan siklus hidup cacing filarial secara permanen, POPM Kaki
Gajah harus dilaksanakan sekali setahun selama minimal lima tahun berturut
turut di seluruh wilayah kabupaten/kota endemis Kaki Gajah.

Semua orang berusia 2-70 tahun wajib minum obat pencegah Kaki Gajah;
kecuali anak dibawah 2 tahun, ibu hamil dan orang yang sedang sakit berat. Ibu
hamil dapat minum obat pencegah kaki gajah setelah melahirkan sedangkan
orang yang berpenyakit berat dapat minum obat pencegah kaki gajah dii bawah
pengawasan dokter.

Paket Obat Pencegah Penyakit Kaki Gajah: Diethylcarbamazine Citrate (DEC) &
Albendazole.
Dosis Pemberian Obat
Berdasarkan Umur
Umur DEC Albendazole

14 tahun 3 tablet 1 tablet


/dewasa
6 14 tahun 2 tablet 1 tablet

2 5 tahun 1 tablet 1 tablet

Catatan: semua tablet diminum dalam satu kali waktu Untuk menghindari
muntah saat minum obat, Obat diminum dengan air satu per satu,
Albendazole bisa dikunyah atau dihancurkan sebelum diminum.
Dimana Obat Dapat Diberikan?
Pembagian obat pencegah
Penyakit Kaki Gajah bisa dilakukan
di pos obat, di kantor-kantor, di
sekolah atau dari rumah ke rumah
(jika diperlukan).
Obat pencegah Penyakit Kaki
Gajah diminum sesudah makan dan
diminum langsung di depan
petugas.
Untuk mempercepat terwujudnya Indonesia Bebas Kaki
Gajah diadakan Bulan Eliminasi Kaki Gajah (BELKAGA)
setiap bulan Oktober selama 5 tahun (2015 2020)
yaitu :
Bulan dimana setiap penduduk kabupaten atau kota
endemis Kaki Gajah serentak minum obat pencegahan.
Dilaksanakan setiap bulan Oktober selama 5 tahun
berturut turut (2015 2020).
Dicanangkan taggal 1 oktober 2015 di Cibinong,
Kabupaten Bogor, JAwa Barat. Pada saat bersamaan
di provinsi endemic lainnya dilakukan pencanangan
oleh Gubernur maupun Bupati/Walikota.
BELKAGA menjadi tanggung jawab pemerintah pusat
dan pemerintah daerah. Pelaksaaannya memerlukan
dukungan kementrian dan lembaga terkait.
DAFTAR PUSTAKA
https://4cardio.files.wordpress.com/2013/
09/pengendalian-vektor-filariasis.pdf
http://informasikesling.blogspot.co.id/201
5/09/panflet-bulan-eliminasi-kaki-
gajah.html
*Staf Loka Litbang P2B2 Banjarnegara
http://www.semarangkab.go.id/skpd/dink
es/berita/2-uncategorised/53-pemberian-
obat-pencegahan-massal-popm-penyakit-
kaki-gajah-filariasis.html

Anda mungkin juga menyukai