Anda di halaman 1dari 236

Modul Pelatihan

Pengendalian Vektor dan


Binatang Pembawa Penyakit

SUBDIT VEKTOR DAN BPP


DIREKTORAT PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT TULAR VEKTOR DAN ZOONOTIK
DIREKTORAT JENDERAL PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT
KEMENTERIAN KESEHATAN RI
TAHUN
Riset2016 i
Khusus Vektor dan Reservoir Penyakit
ii Riset Khusus Vektor dan Reservoir Penyakit
Kata pengantar
Penyakit tular vektor hingga saat ini masih menjadi permasalahan kesehatan di
Indonesia, baik yang saat ini masih endemis (seperti malaria, DBD, filaria), maupun
reemerging (seperti leptospirosis) dan emerging (sperti zika virus). Upaya preventif
pengendalian penyakit tular vektor adalah dengan cara pengendalian vektor.

Sebagaimana tercantum pada Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2014


Tentang Kesehatan Lingkungan, bahwa upaya pengendalian vektor harus dilakukan
secara komprehensif, meliputi pengenalan bioekologi vektor, perilaku vektor. status
resistensi vektor, efikasi insektisida dan kegiatan pengendalian vektor. Untuk dapat
mengendalikan vektor yang komprehensif sebagaimana Permenkes Nomor 374
Tahun 2010 tentang Pengendalian Vektor, dibutuhkan tenaga entomologi kesehatan
atau tenaga kesehatan yang terlatih bidang Pengendalian Vektor.

Kementrian Kesehatan, dalam hal ini Direktorat Pencegahan dan Pengendalian


Penyakit Tular Vektor dan Zoonotik (Dit P2PTVZ), Direktorat Jenderal Pencegahan dan
Pengendalian Penyakit (Ditjen P2P) berupaya untuk meningkatkan jumlah dan kualitas
tenaga entomolog kesehatan melalui kegiatan pelatihan, baik yang dilakukan secara
mandiri maupun bekerja sama dengan Balai Pelatihan Kesehatan.

Modul Pelatihan Pengendalian Vektor ini merupakan panduan bagi kegiatan


pelatihan Pengendalian Vektor dan Binatang Pembawa Penyakit (BPP), yang berisikan
materi kebijakan pengendalian vektor dan BPP, morfologi dan bionomik vektor dan BPP,
identifikasi vektor dan BPP, surveilans vektor dan BPP, pengendalian vektor dan BPP,
monitoring dan evaluasi pengendalian vektor dan pemetaan.

Tentunya, pelatihan yang dilakukan dengan menggunakan modul ini akan


menghasilkan tenaga entomolog terlatih yang komprehensif, yang nantinya dapat
melakukan upaya pengendalian vektor yang terarah dan tepat sasaran.

Ucapan terima kasih kami sampaikan pada penyusun Modul Pelatihan Pengendalian
Vektor ini, semoga Modul ini dapat bermanfaat dalam rangka pengendalian vektor
di Indonesia.

Jakarta, November 2016


Direktur P2PTVZ,

drg. R. Vensya Sitohang, M. Epid


Nip 196512131991012001

Riset Khusus Vektor dan Reservoir Penyakit iii


iv Riset Khusus Vektor dan Reservoir Penyakit
Tim Penyusun
drh. Misriyah, M. Epid
Drs. Budi Pramono, M. Kes
DR. Suwito, SKM, M. Kes
Dra. Fitri Riyanti, M. Si
Palge Hutagaol, SKM, MECH
Bambang Siswanto, SKM, M. Kes
Yahidin Selian, SKM, M. Sc
Sarjono
Dahlia Hutagaol, SKM
Supriyo
AA. Muhlis, SKM
Mujiasih
Dra. Vivi Widarsih
drh. Sugiarto, M. Si
Aris Munanto, SKM

Riset Khusus Vektor dan Reservoir Penyakit v


vi Riset Khusus Vektor dan Reservoir Penyakit
Daftar Isi

Materi Inti I
Bionomik dan Morfologi Nyamuk........................................................................................1

Materi Inti II
Morfologi dan Bionomik Binatang Pembawa Penyakit.....................................................25

Materi Inti III


Siklus Hidup Morfologi dan Identifikasi Pinjal...................................................................43

Materi Inti IV
Pengendalian Vektor.........................................................................................................51

Materi Inti V
Pengendalian Binatang Pembawa Penyakit.....................................................................79

Materi Inti VI
Monitor dan Evaluasi Pengendalian Vektor......................................................................97

Matri Inti VII


Surveilans Vektor............................................................................................................107

Materi Inti VIII


Surveilans Binatang Pembawa Penyakit........................................................................123

Materi Inti IX
Prosedur Koleksi Nyamuk dan Jentik (Survei Entomologi)............................................141

Materi Inti X
Morfologi Nyamuk dan Jentik.........................................................................................157

Materi Inti XI
Klasifikasi dan Taksonomi Nyamuk................................................................................165

Materi Inti XII


Prosedur Penanganan Sampel......................................................................................183

Riset Khusus Vektor dan Reservoir Penyakit vii


Materi Inti XIII
Prosedur Penggunaan GPS (Global Positioning System)..............................................193

Materi Inti XIV


Prosedur Penangkapan Tikus........................................................................................201

Materi Inti XV
Prosedur Pengukuran Parameter Lingkungan...............................................................205

Materi Inti XVI


Prosedur Anastesi..........................................................................................................207

Materi Inti XVII


Prosedur Pengambilan Darah dan Koleksi Serum.........................................................209

Materi Inti XVIII


Prosedur Koleksi Ektoparasit.........................................................................................213

Materi Inti XIX


Prosedur Dokumentasi...................................................................................................215

Materi Inti XX
Prosedur Identifikasi Tikus..............................................................................................219

Materi Inti XXI


Prosedur Pengambilan Jaringan Telinga (Piwch Telinga)..............................................223

Materi Inti XXII


Prosedur Pengambilan Organ Dalam Tikus...................................................................225

viii Riset Khusus Vektor dan Reservoir Penyakit


MATERI INTI I
BIONOMIK DAN MORFOLOGI NYAMUK

I. Diskripsi Singkat

Nyamuk merupakan salah satu serangga yang yang dapat menimbulkan gangguan
kesehatan masyarakat. Dalam upaya pengendalian vektor nyamuk yang tepat sasaran
dan efektif, diperlukan pengetahuan bionomik dan morfologi nyamuk sebagai data dasar
dalam pengendalian penularan penyakit tersebut.

Untuk melaksanakan kegiatan surveilans vektor nyamuk, diperlukan suatu modul,


yang dipergunakan sebagai acuan dalam pelaksanaan peningkatan kapasitas tenaga
entomologi/pelatihan surveilans vektor nyamuk bagi petugas kesehatan yang akan
melaksanakan kegiatan tersebut di pusat dan daerah. Bionomik dan morfologi nyamuk ini
merupakan salah satu materi inti yang diperlukan dalam pelaksanaan kegiatan pelatihan
Pengendalian Vektor.

Bionomik dan morfologi nyamuk mencakup pengertian tentang perilaku,


perkembangbiakan, umur, populasi, penyebaran, fluktuasi musiman, serta faktor-faktor
lingkungan yang mempengaruhi, berupa lingkungan fisik (musim, kelembaban, angin,
matahari, arus air),lingkungan kimiawi (kadar gram, PH) dan lingkungan biologi seperti
tumbuhan/vegetasi di sekitar tempat perindukan dan musuh alami.

II.  Tujuan Pembelajaran


a. Tujuan Umum:
Setelah mengikuti materi ini, peserta diharapkan mampu memahami bionomik dan
morfologi nyamuk .

b. Tujuan Khusus:
Setelah mengikuti materi ini peserta mampu menjelaskan :
1. Indentifikasi telur nyamuk (Aedes, Anopheles, Culex dan Mansonia)
2. Identifikasi larva (Aedes, Anopheles, Culex dan Mansonia)
3. Identifikasi pupa (Aedes, Anopheles, Culex dan Mansonia)
4. Identifikasi spesies nyamuk (Aedes, Anopheles, Culex dan Mansonia)

III.  Pokok Bahasan  dan  Sub Pokok Bahasan


Dalam materi ini akan dijelaskan pokok bahan dan subpokok bahasan sebagai
berikut :
1. Morfologi dan Bionomik dan morfologi nyamuk Aedes spp
a. Telur

Riset Khusus Vektor dan Reservoir Penyakit 1


b. Jentik
c. Pupa
d. Nyamuk
2. Morfologi dan Bionomik dan morfologi nyamuk Anopheles spp
a. Telur
b. Jentik
c. Nyamuk
3. Morfologi dan Bionomik dan morfologi nyamuk Culex spp dan Mansonia spp
a. Telur
b. Jentik
c. Nyamuk

IV. Metode dan Alat Bantu


a. CTJ
b. Diskusi
c. Praktek
d. Alat bantu dan media (film , laptop dan LCD)
e. Entomologi kit
f. Spesimen

V. Langkah Kegiatan Pembelajaran


Langkah 1. Pengkondisian
Langkah pembelajaran:
1. Fasilitator menyapa peserta dengan ramah dan hangat kemudian
memperkenalkan diri dengan menyebutkan nama lengkap, instansi tempat
bekerja dan materi yang akan disampaikan.
2. Menyampaikan tujuan pembelajaran materi ini dan pokok bahasan yang akan
disampaikan, sebaiknya dengan menggunakan bahan tayang.

Langkah 2. Penyampaian Materi


Langkah pembelajaran:
1. Fasilitator menyampaikan paparan seluruh materi sesuai urutan pokok bahasan
dan sub pokok bahasan dengan menggunakan bahan tayang.
2. Fasilitator menyampaikan materi dengan metode ceramah tanya jawab,
kemudian curah pendapat, diskusi, praktek identifikasi

Langkah 3. Diskusi
Langkah pembelajaran:
1. Fasilitator melakukan diskusi dengan seluruh peserta apakah sudah memahami
terhadap materi yang telah diberikan
2. Memberikan jawaban, penjelasan dan pemahaman apabila ada pertanyaan

2 Riset Khusus Vektor dan Reservoir Penyakit


dari peserta yang merupakan pengembangan pengetahuan dari materi yang
diberikan.

Langkah 4. Rangkuman dan Kesimpulan


Langkah pembelajaran:
1. Fasilitator melakukan evaluasi untuk mengetahui penyerapan peserta terhadap
materi yang disampaikan dan pencapaian tujuan pembelajaran.
2. Fasilitator merangkum poin-poin penting dari materi yang disampaikan.
3. Fasilitator membuat kesimpulan.

VI. Uraian Materi


Materi I. Morfologi Dan Bionomik Dan Morfologi Nyamuk Aedes spp
Pokok bahasan 1. Morfologi nyamuk Aedes spp

1. Telur nyamuk Aedes spp

Telur  Aedes berukuran 0,5 – 0,8 mm, berwarna hitam, bulat panjang dan
berbentuk oval/ellips dan terpisah satu dengan yang lain. Nyamuk Aedes
meletakkan telurnya pada dinding wadah tempat perindukan nyamuk sejauh
±2,5 cm di atas permukaan air. Setiap kali bertelur, nyamuk betina mengeluarkan
telur sebanyak 100 - 200 butir.Telur  Aedes tahan terhadap kekeringan dan
dapat bertahan 1 – 6 bulan dalam keadaan kering.Jika terendam air, telur
kering dapat menetas menjadi larva antara 3 – 4 jam setelah mendapat
genangan air.

Gambar 1 . Telur nyamuk Aedes

2. Larva Aedes

Telur Aedes memerlukan waktu 1 - 2 hari untuk menetas menjadi larva/jentik.


Jentik Aedes berbentuk memanjang, dengan bulu- bulu sederhana yang
tersusun bilateral simetris. Jentik ini dalam perkembangannya mengalami
empat kali pergantian kulit yang disebut instar, yaitu instar I, II, III, IV. Jentik
instar I, tubuhnya sangat kecil, warna transparan, panjang 1 – 2 mm, duri-

Riset Khusus Vektor dan Reservoir Penyakit 3


duri (spinae) pada dada (thorax) belum begitu jelas, dan corong pernafasan
(siphon) belum menghitam. Jentik instar II bertambah besar, ukuraan 2,5 – 3,9
mm, duri dada belum jelas, dan corong pernafasan sudah berwarna hitam.
Jentik instar III dan IV telah lengkap struktur anatominya dan bagian tubuhnya
sudah terlihat dengan jelas, yaitu bagian kepala (chepal), dada (thorax), dan
perut (abdomen). Perkembangan dari instar 1 ke instar 4 memerlukan waktu
sekitar 5 hari. Setelah mencapai instar ke-4, larva berubah menjadi pupa dan
memasuki masa dorman. Pupa adalah stedium akhir dari nyamuk yang berada
di dalam air.Stadium pupa tidak memerlukan makanan dan merupakan stadium
inaktif. Pada stadium ini terjadi pembentukan sayap sehingga setelah cukup
waktunya, nyamuk yang keluar dari kepompong dapat terbang. Meskipun
stadium pupa dalam keadaan inaktif, bukan berarti tidak ada proses kehidupan.
Pupa tetap memerlukan oksigen yang masuk ke dalam tubuh melalui corong
nafas

Salah satu ciri khas jentik Aedes adalah, ketika berada di air, akan membentuk
sudut tegak lurus dengan permukaan air, dengan bagian kepala menghadap
ke bawah. Jentik nyamuk ini tubuhnya langsing dan bergerak sangat lincah.
Pada bagian kepala terdapat sepasang mata majemuk, sepasang antenna
tanpa duri- duri, dan alat – alat mulut tipe pengunyah (chewing). Bagian dada
tampak paling besar dan terdapat bulu – bulu simetris. Perut tersusun atas
delapan ruas. Pada ruas perut kedelapan, ada alat untuk bernafas yang disebut
sifon (corong) yang berwarna hitam dan ada seberkas bulu- bulu (tuft). Ruas
kedelapan juga dilengkapi dengan seberkas bulu- bulusikat (brush) dan gigi-
gigi sisir (comb) dibagian ventral yang tersusun dalam satu baris, mempunyai
lekukan yang jelas membentuk gerigi. Jentik Aedes aegypti dapat dibedakan
dengan jentik Aedes albopictus berdasarkan gigi – gigi sisir (comb) tersebut.
Pada jentik Aedes aegypti gigi sisir tersebut berbentuk trisula, sedangkan pada
jentik Aedes albopictus gigi sisir berbentuk mata tombak.

Gambar 2 . Jentik nyamuk Aedes

4 Riset Khusus Vektor dan Reservoir Penyakit


3. Identifikasi pupa Aedes

Tubuh pupa nyamuk Aedes berbentuk bengkok, dengan bagian kepala-dada


(chepalothorax) lebih besar apabila dibandingkan dengan besar perutnya,
sehingga tampak seperti tanda baca “koma”. Pada bagian punggung (dorsal)
dada terdapat alat bernafas seperti terompet. Pada ruas perut kedelapan
terdapat sepasang alat pengayuh yang berguna untuk berenang. Alat pengayuh
tersebut berjumbai panjang dan bulu di nomor tujuh pada ruas kedelapan
tidak bercabang. Tahap pupa merupakan tahap tidak makan, gerakannya
lebih lincah dibandingkan dengan jentik. Ketika beristirahat, posisi pupa
sejajar dengan bidang permukaaan air. Pupa bertahan selama 2 hari sebelum
akhirnya nyamuk dewasa keluar dari pupa. Perkembangan dari telur hingga
nyamuk dewasa membutuhkan waktu 7 - 8 hari, namun dapat lebih lama jika
kondisi lingkungan tidak mendukung.

Gambar 3 . Pupa nyamuk Aedes spp

4. Nyamuk Aedes spp

Tubuh nyamuk Aedes tersusun dari tiga bagian yaitu kepala, dada dan perut.
Pada bagian kepala terdapat sepasang mata majemuk dan antena yang
berbulu. Alat mulut nyamuk betina tipe penusuk- pengisap (piercing- sucking)
dan termasuk lebih menyukai manusia (anthropophagus), sedangkan nyamuk

Riset Khusus Vektor dan Reservoir Penyakit 5


jantan bagian mulut lebih lemah sehingga tidak mampu menembus kulit
manusia, karena itu tergolong lebih menyukai cairan tumbuhan (phytophagus).
Nyamuk betina mempunyai antenna tipe pilose.

Bagian dada nyamuk Aedes tersusun dari tiga ruas porothorax, mesothorax
dan metathorax. Setiap ruas dada terdapat sepasang kaki yang terdiri dari
femur (paha), tibia (betis), dan tarsus (kaki belakang). Pada ruas- ruas kaki
terdapat gelang – gelang putih. Pada bagian dada terdapat sepasang sayap
tanpa noda-noda hitam. Bagian punggung (mesontuim) ada gambaran garis-
garis putih yang dapat digunakan sebagai pembeda antara Aedes aegypti
dan Aedes albopictus. Pada punggung nyamuk  Aedesaegypti  terdapat
sepasang garis lengkung putih pada tepinya dan sepasang garis submedian
di tengahnya. Sedankan pada punggung nyamuk  Aedes albopictus  hanya
terdapat sepasang garis submedian di tengahnya. Perutnyamuk Aedes terdiri
dari 8 ruas dan pada ruas-ruas tersebut terdapat bintik-bintik putih.

Ketika beristirahat, posisi tubuh nyamuk  Aedes sejajar dengan bidang


permukaan yang dihinggapinya. Jarak terbang nyamuk Aedes sekitar 100
meter dan dapat mencapai umur sampai sekitar 1 bulan.

Umumnya nyamuk jantan keluar dari puapa lebih cepat dari nyamuk betina.
Setelah nyamuk jantan keluar, nyamuk jantan tersebut tetap tinggal di
dekat sarang (breeding places). Kemudian setelah betina keluar, maka
sijantan kemudian akan mengawini betina sebelum betina tersebut mencari
darah. Betina yang telah kawin akan beristirahat untuk sementara waktu
(1-2 hari) kemudian baru mencari darah. Setelah perut penuh darah betina
tersebut akan beristirahat lagi untuk menunggu proses pematangan dan
pertumbuhan telurnya. Selama hidupnya nyamuk betina hanya kawin sekali.
Untuk pertumbuhan telur yang berikut, nyamuk betina mencari darah untuk
memenuhi kebutuhan protein yang diperlukan. Waktu yang dibutuhkan untuk
menunggu proses perkembangan terurnya berbeda- beda tergantung pada
beberapa faktor antara lain temperatur, kelembaban serta spesies nyamuk.
Aedes spp yang terdiri dari Aedes aegypti dan Aedes albopictus. Nyamuk
ini berwarna belang hitam putih, tersebar di daerah tropis, tetapi berasal dari
Afrika. Nyamuk Aedes spp dapat dibedakan dari jenis nyamuk umum lainnya
dengan melihat ujung abdomen (perut) meruncing, dan mempunyai sersi yang
menonjol, lalu di bagian lateral dadanya terdapat rambut post-spiracular dan
tidak mempunyai rambut spiracular. Aedes spp yang berperan sebagai vektor
penyakit, semuanya tergolong subgenus Stegomyia.

6 Riset Khusus Vektor dan Reservoir Penyakit


Gambar 4 . Nyamuk Aedes dewasa

Pokok bahasan 2. Bionomik nyamuk Aedes spp

Bionomik vektor meliputi kesenangan tempat perindukan nyamuk, kesenangan


nyamuk menggigit, kesenangan nyamuk istirahat, lama hidup dan jarak terbang :

1. Kesenangan tempat perindukan nyamuk.


Tempat perindukan nyamuk biasanya berupa genangan air yang tertampung
disuatu tempat atau bejana. Nyamuk Aedes tidak dapat berkembangbiak
digenangan air yang langsung bersentuhan dengan tanah. Genangannya
yang disukai sebagai tempat perindukan nyamuk ini berupa genangan air
yang tertampung di suatu wadah yang biasanya disebut kontainer atau tempat
penampungan air bukan genangan air di tanah.Survei yang telah dilakukan
di beberapa kota di Indonesia menunjukkan bahwa tempat perindukan yang
paling potensial adalah TPA yang digunakan sehari –hari seperti drum,
tempayan, bak mandi, bak WC, ember dan sejenisnya. Tempat perindukan
tambahan adalah disebut non-TPA, seperti tempat minuman hewan, vasbunga,
perangkap semut dan lain-lainnya, sedangkan TPA alamiah seperti lubang
pohon, lubang batu, pelepah daun, tempurung kelapa, kulit kerang, pangkal
pohon pisang, potongan bambu, dan lain-lainnya.
Nyamuk Aedes aegypti lebih tertarik untuk meletakkan telurnya pada TPA

Riset Khusus Vektor dan Reservoir Penyakit 7


berair yang berwarna gelap, paling menyukai warna hitam, terbuka lebar,
dan terutama yang terletak di tempat-tempat terlindungsinar matahari
langsung.Tempat perindukan nyamuk Aedes yaitu tempat di mana nyamuk
Aedes meletakkan telurnya terdapat di dalam rumah (indoor) maupun di luar
rumah(outdoor). Tempat perindukan yang ada di dalam rumah yang paling
utama adalah tempat-tempat penampungan air: bak mandi, bak air WC,
tandon

2. Kesenangan nyamuk menggigit


Nyamuk Aedes hidup di dalam dan di sekitar rumah sehingga makanan yang
diperoleh semuanya tersedia di situ. Boleh dikatakan bahwa nyamuk Aedes
aegypti betina sangat menyukai darah manusia (antropofilik). Kebiasaan
menghisap darah terutama pada pagi hari jam 08.00-12.00 dan sore hari
jam 15.00-17.00. Nyamuk betina mempunyai kebiasaan menghisap darah
berpindah-pindah berkali-klali dari satu individu ke individu yang lain. Hal ini
disebabkan karena pada siang harimanusia yang menjadi sumber makanan
darah utamanya dalam keadaan aktif bekerja/bergerak sehingga nyamuk
tidak dapat menghisap darah dengan tenang sampai kenyang pada satu
individu. Keadaan inilah yang menyebabkan penularan penyakit DBD menjadi
lebih mudah terjadi.Waktu mencari makanan, selain terdorong oleh rasa
lapar, nyamuk Aedes juga dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu bau yang
dipancarkan oleh inang,temperatur, kelembaban, kadar karbon dioksida dan
warna.Untuk jarak yang lebih jauh, faktor bau memegang peranan penting bila
dibandingkan dengan faktor lainnya.
Sedangkan nyamuk Aedes Albopictus betina aktif di luar ruangan yang teduh
dan terhindar dari angin. Nyamuk iniaktif menggigit pada siang hari. Puncak
aktivitas menggigit ini bervariasi tergantung habitat nyamuk meskipun diketahui
pada pagi hari dan petang hari.

3. Kesenangan nyamuk istirahat


Kebiasaan istirahat nyamuk Aedes aegypti lebih banyak di dalam rumah
pada benda-benda yang bergantung, berwarna gelap, dan di tempat-
tempat lain yangterlindung. Di tempat-tempat tersebut nyamuk menunggu
proses pematangan telur. Setelah beristirahat dan proses pematangan
telur selesai, nyamuk betina akanmeletakan telurnya di dinding tempat
perkembangbiakannya, sedikit di ataspermukaan air. Pada umumnya telur
akan menetas menjadi jentik dalam waktu ± 2 hari setelah telur terendam
air. Setiap kali bertelur nyamuk betina dapat mengeluarkan telur sebanyak
100 butir. Telur tersebut dapat bertahan sampai berbulan-bulan bila berada
di tempat kering dengan suhu -2ºC sampai 42ºC, danbila di tempat tersebut
tergenang air atau kelembabannya tinggi maka telur dapat menetas lebih
cepat.

4. Jarak terbang
Penyebaran nyamuk Aedes Aegypti betina dewasa dipengaruhi oleh beberapa
faktor termasuk ketersediaan tempat bertelur dan darah, tetapi tampaknya
terbatas sampai jarak 100 meter dari lokasi kemunculan.Akan tetapi penelitian
terbaru di Puerto Rico menunjukkan bahwa nyamuk ini dapat menyebar sampai
lebih dari 400 meter terutama untuk mencari tempat bertelur.Transportasi pasif
dapat berlangsung melalui telur dan larva yang ada di dalam penampung.

8 Riset Khusus Vektor dan Reservoir Penyakit


5. Lama hidup
Nyamuk Aedes Aegypti dewasa memiliki rata-rata lama hidup 8 hari. Selama
musim hujan, saat masa bertahan hidup lebih panjang, risiko penyebaran virus
semakin besar.Dengan demikian, diperlukan lebih banyak penelitian untuk
mengkaji survival alami Aedes Aegypti dalam berbagai kondisi.
Untuk dapat memberantas nyamuk Aedes Aegypti secara efektif diperlukan
pengetahuan tentang pola perilaku nyamuk tersebut yaitu perilaku mencari
darah, istirahat dan berkembang biak, sehingga diharapkan akan dicapai
Pemberantasan Sarang Nyamuk dan jentik Nyamuk Aedes Aegypti yang
tepat.
Perilaku tersebut meliputi :

a. Perilaku Mencari Darah


1) Setelah kawin, nyamuk betina memerlukan darah untuk bertelur
2) Nyamuk betina menghisap darah manusia setiap 2 – 3 hari sekali
3) Menghisap darah pada pagi hari sampai sore hari, dan lebih suka pada
jam 08.00 – 12.00 dan jam 15.00 – 17.00
4) Untuk mendapatkan darah yang cukup, nyamuk betina sering menggigigt
lebih dari satu orang
5) Jarak terbang nyamuk sekitar 100 meter
6) Umur nyamuk betina dapat mencapai sekitar 1 bulan.

a. Perilaku Istirahat
Setelah kenyang menghisap darah, nyamuk betina perlu istirahat sekitar
2 – 3 hari untuk mematangkan telur. Tempat istirahat yang disukai :
1) Tempat-tempat yang lembab dan kurang terang, seperti kamar mandi,
dapur, WC
2) Di dalam rumah seperti baju yang digantung, kelambu, tirai.
3) Di luar rumah seperti pada tanaman hias di halaman rumah.

b. Perilaku berkembangbiak
Nyamuk aedes aegypti bertelur dan berkembang biak di tempat
penampungan air bersih seperti:
1) Tempat penampungan air untuk keperluan sehari-hari :bak mandi, WC,
tempayan, drum air, bak menara( tower air) yang tidak tertutup, sumur
gali.
2) Wadah yang berisi air bersih atau air hujan: tempat minum burung, vas
bunga, pot bunga, potongan bambu yang dapat menampung air, kaleng,
botol, tempat pembuangan air di kulkas dan barang bekas lainnya yang
dapat menampung air meskipun dalam volume kecil

Riset Khusus Vektor dan Reservoir Penyakit 9


Materi II. Morfologi dan Bionomik dan morfologi Nyamuk Anopheles spp

Pokok bahasan 1. Morfologi Anopheles spp


1. Telur nyamuk Anopheles

Telur Anopheles sp berukuran± 1mm dan berbentuk seperti perahu. Nyamuk


Anopheles bertelur dengan cara meletakkan telurnya satu per satu di atas
permukaan air atau bergerombol tetapi saling lepas. Telur Anopheles memiliki
sepasang pelampung yang terletak di keduasisinya. Untuk berubah dari telur
menjadi larva dibutuhkan waktu selama 2-3 hari, tergantung iklim.

Gambar 1 . Telur nyamuk Anopheles

2. Larva Anopheles

Setelah 1-2 hari telur berada di dalam air, telur akan menetas menjadi jentik.
Jentik yang baru keluar dari telur masih sangat halus seperti jarum. Dalam
pertumbuhannya, jentik  Anopheles  mengalami pelepasan kulit sebanyak
empat kali atau instar I-IV. Waktu yang diperlukan untuk pertumbuhan jentik
menjadi pupa adalah 8-10 hari tergantung pada suhu, keadaan makanan serta
species nyamuk. Pada waktu beristirahat, jentik nyamuk Anopheles  berada
pada posisi sejajar/paralel dengan permukaan air.

Gambar 2 . Jentik nyamuk Anopheles

10 Riset Khusus Vektor dan Reservoir Penyakit


3. Pupa Anopheles

Jentik akan tumbuh menjadi pupa yang merupakan tingkatan atau stadium
istirahat dan tidak makan. Stadium pupa ini berlangsung 2-4 hari. Pupa
mempunyai tabung pernapasan (respiratory trumpet) yang berbentuk lebar
dan pendek yang digunakan untuk pengambilan oksigen dari udara.Nyamuk
jantan akan muncul dari pupa kira-kira satu hari lebih awal daripada nyamuk
betina yang berasal dari satu kelompok telur.

Gambar 3 . Pupa

4. Nyamuk Anopheles

Anopheles mengalami metamorfosis sempurna yaitu stadium telur, larva, pupa


dan dewasa yang berlangsung selama 7-14 hari. Tahapan ini dibagi kedalam 2
(dua) habitat/lingkungan yaitu lingkungan air (aquatik) dan di daratan (terrestrial).
Nyamuk dewasa muncul dari lingkungan aquatik ke lingkungan terresterial
setelah menyelesaikan daur hidupnya. Pada tubuh nyamuk dewasa terdapat
bercak pucat dan gelap pada sayapnya dan beristirahat dengan kemiringan 45
derajat pada permukaan. Pada stadium dewasa, Anopheles jantan dan betina
memiliki palpi yang hampir sama dengan panjang probosisnya,
Bagian-bagian tubuh nyamuk dewasa, bagian utama nyamuk dewasa betina, yang
penting untuk diidentifikasi yaitu tubuh yang terdiri dari kepala, dada dan perut.
Bagian-bagian dari tubuh nyamuk yang penting :

Gambar 14 : Morfologi dan Bionomik dan morfologi Nyamuk Dewasa

Riset Khusus Vektor dan Reservoir Penyakit 11


Gambar 5: Morfologi dan Bionomik dan morfologi Sayap Nyamuk

12 Riset Khusus Vektor dan Reservoir Penyakit


Pokok bahasan 2. Bionomik Anopheles spp

Spesies nyamuk Anopheles spp. yang telah diidentifikasi dan dikonfirmasi

sebagai vektor malaria di Indonesia kurang lebih sebanyak 25 spesies

dengan bionomik yang berbeda-beda setiap spesiesnya seperti di daerah

persawahan, ekosistem pantai, hutan dan pegunungan. Suatu spesies

Anopheles spp. dikatakan sebagai vektor malaria di suatu daerah apabila di

kelenjar ludahnya telah ditemukan sporozoit. Sporozoit dapat dideteksi dengan

cara membedah kelenjar ludah nyamuk atau bisa dengan menggunakan uji
Enzyme Linked Immunosorbent Assay / ELISA

Kemampuan spesies Anopheles spp. menjadi vektor malaria dipengaruhi


oleh faktor-faktor internal seperti lama hidup (longevity) dan pemilihan inang,

sedangkan faktor lingkungan eksternal seperti suhu udara dan kelembaban

Peranan suatu spesies sebagai vektor malaria dapat dimonitor melalui aspek

bionomik nyamuk Anopheles spp. dewasa diantaranya berikut ini:

a. Kepadatan spesies yang relatif tinggi

Kepadatan vektor merupakan hal yang penting dalam epidemiologi malaria,

karena menentukan frekuensi kontak antara manusia dengan vektor nyamuk

serta menunjukkan derajat kekuatan penularan malaria. Infeksi yang tinggi

dengan kepadatan rendah dalam epidemiologi mempunyai arti yang sama

dengan infeksi rendah dan kepadatan tinggi. Pengukuran kepadatan relatif

dapat diukur dengan cara:

1) Rata-rata jumlah vektor yang tertangkap di rumah, kandang ternak atau

bangunan lainnya di luar rumah dengan hand collection (koleksi

dengan tangan) yang dikerjakan dengan metode standar oleh penangkap

nyamuk pada kurun waktu tertentu (Rao, 1981).

2) Rata-rata jumlah vektor yang terkumpul di rumah d e n g a n

penangkapan secara hand collection atau dengan penyemprotan

insektisida knock-down.

RisetKhusus
Riset KhususVektor
Vektordan
danReservoir
Reservoir Penyakit
Penyakit 13
13
3) Rata-rata jumlah vektor yang tertangkap pada saat menggigit orang atau

binatang ternak pada malam hari, baik sepanjang malam penuh atau

kurun waktu tertentu pada malam hari (Rao, 1981).

b. Umur nyamuk (longevity)

Umur nyamuk (longevity) merupakan indikator penting dalam transmisi

malaria. Jika umur nyamuk lebih pendek dari waktu yang diperlukan untuk

menyelesaikan siklus sporogoni parasit malaria (Plasmodium falciparum 10-

11 hari, Plasmodium vivax 9 hari; pada suhu 26˚C), maka tidak akan terjadi

transmisi malaria karena belum terbentuk sporozoit. Nyamuk yang umurnya

lebih panjang peluang untuk terinfeksi lebih besar, karena lebih sering

kontak dengan manusia dan lebih banyak siklus gonotropik yang dapat

diselesaikan dan semakin banyak pula keturunannya. Metode untuk

memperkirakan umur nyamuk antara lain dengan menghitung kecepatan

berkurangnya suatu populasi yang telah diberi tanda. Umur nyamuk

diperhitungkan dengan mengetahui perbandingan antara jumlah nyamuk

yang telah bertelur (parous) dan yang belum bertelur (nulliparous).

Umur nyamuk juga dapat diperkirakan dengan menghitung relik dan folikel.

Tipe relik menunjukkan selesainya satu siklus gonotropik. Nyamuk yang telah

dibedah kemudian dihitung Parity Rate (PR) setiap spesies yang sama, yang

berasal dari ovarium yang diperiksa.

Menurut Warrel & Gilles (2002), bahwa paritas berbanding lurus dengan

umur nyamuk. Paritas digunakan untuk menganalisis kemampuan nyamuk

dalam menularkan Plasmodium sp.. Reyburn & Drakeley (2006), menjelaskan

bahwa angka paritas dapat digunakan untuk memperkirakan transmisi malaria

yang terjadi dan dapat memberikan informasi yang aktual pada suatu wilayah

yang potensial terhadap infeksi penyakit tersebut.

c. Kerentanan spesies terhadap parasit

Kerentanan spesies nyamuk Anopheles spp. terhadap infeksi malaria

14
14 Riset Khusus
Riset Khusus Vektor
Vektor dan
dan Reservoir
ReservoirPenyakit
Penyakit
ditentukan oleh adanya kesesuaian fisiologis antara nyamuk sebagai inang dan

parasit yang menumpanginya. Nyamuk juga mempunyai sistem pertahanan

tubuh terhadap benda-benda asing yang masuk ke dalam tubuh nyamuk.

Apabila parasit di dalam tubuh nyamuk terlalu banyak, maka nyamuk akan

mati.

Hasil penelitian terhadap kerentanan beberapa spesies nyamuk Anopheles

spp. terhadap parasit menunjukkan bahwa semakin banyak jumlah parasit

dalam tubuh nyamuk, maka nyamuk akan semakin rentan terhadap

parasit dan dapat menimbulkan kematian pada nyamuk tersebut (Dawes et

al., 2009).

d. Perilaku mencari mangsa (antropofilik-zoofilik)

Perilaku spesies nyamuk Anopheles spp. yang hanya menyukai darah binatang

(zoofilik) kurang penting peranannya dalam transmisi malaria, akan tetapi

bagi spesies nyamuk Anopheles spp. yang menyukai darah manusia

(antropofilik) akan lebih berbahaya.

Perilaku nyamuk untuk mendapatkan darah berbeda-beda pada masing-

masing jenis spesies nyamuk, ada yang aktif pada malam hari (nocturnal)

dan ada yang aktif mencari darah pada siang hari (diurnal). Untuk pemasakan

telurnya nyamuk Anopheles spp. betina memerlukan protein yang diperoleh

dari darah manusia atau binatang. Nyamuk yang menyukai darah manusia

dan binatang disebut indiscriminate biters. Frekuensi menggigit pada nyamuk

dipengaruhi oleh siklus gonotropik

Nyamuk Anopheles aconitus aktif mencari darah mulai dari senja sampai

pukul 06.00 pagi. Aktivitas tertinggi ditemukan pada pukul 20.00 – 22.00,

dan setelah pukul 23.00 mulai. Perilaku nyamuk Anopheles aconitus dalam

mencari darah bila dikaitkan dengan tempat menggigit maka lebih banyak

menggigit diluar rumah daripada di dalam rumah dengan perbandingan 5:1.

Pada malam hari sedikit nyamuk yang hinggap di dinding rumah oleh karena

nyamuk masuk ke dalam rumah untuk mencari darah kemudian langsung ke


RisetKhusus
Riset KhususVektor
Vektor dan
dan Reservoir
Reservoir Penyakit
Penyakit 15
15
luar lagi. Nyamuk Anopheles subpictus aktif menggigit sepanjang malam baik

di dalam maupun di luar rumah dengan puncak kepadatan menggigit antara

pukul 20.00 – 22.00 dan antara pukul 01.00 – 03.00

Potensi nyamuk Anopheles spp. sebagai vektor juga dapat diketahui dari

proporsi nyamuk yang menghisap darah manusia. Sedangkan pada beberapa

spesies tertentu, akan bersifat heterogen dalam mencari mangsa, artinya

tidak ada selektifitas hospes bagi spesies ini untuk mendapatkan mangsa

sebagai sumber darah, adaptif dan cepat mencari mangsa pengganti bila
hospes pilihan tidak dijumpai di lingkungan.

Seekor nyamuk vektor paling sedikit menggigit dua kali untuk dapat menularkan

penyakit, pertama untuk menghisap parasit bersama darah dan berikutnya

adalah memasukkan parasit ke orang lain

e. Perilaku istirahat nyamuk (endofilik-eksofilik)

Spesies yang beristirahat di luar rumah (eksofilik) lebih berbahaya

dibandingkan dengan spesies yang tempat istirahatnya berada di dalam

rumah (endofilik), terutama terkait dengan metode pengendalian vektor

malaria. Tempat yang disukai nyamuk Anophelesspp. dapat diketahui dengan

cara pemeriksaan kondisi perut nyamuk yang ditangkap pada pagi hari,

yaitu dimana didapatkan nyamuk dengan kondisi perut setengah gravid atau

gravid.

Untuk mengetahui tempat istirahat nyamuk pada siang hari dapat dilihat

pada tempat yang terlindungi dari sinar matahari, lembab dan jauh dari

gangguan predator. Sedangkan pada malam hari biasanya terdapat pada

dinding rumah, kelambu, dan pakaian kotor yang digantungkan di kamar.

Nyamuk Anopheles aconitus memilih tempat untuk beristirahat di tanah pada

tebing-tebing sungai atau parit di pinggir kampung yang lembab dan teduh.

S pesies Anopheles subpictus di Flores Timur ditemukan beristirahat di dalam

rumah (57,4%) bila dibandingkan dengan di luar rumah (43,6%).

16
16 Riset Khusus
Riset Khusus Vektor
Vektor dan
dan Reservoir
ReservoirPenyakit
Penyakit
f. Pemilihan hospes
f. Pemilihan hospes

Spesies nyamuk Anopheles spp. yang banyak dijumpai di sekitar pemukiman


Spesies nyamuk Anopheles spp. yang banyak dijumpai di sekitar pemukiman
penduduk dan menggigit orang di dalam rumah (endofagik), secara
penduduk dan menggigit orang di dalam rumah (endofagik), secara
teoritis dianggap berbahaya karena mempunyai peluanguntuk menggigit
teoritis dianggap berbahaya karena mempunyai peluanguntuk menggigit
orang sepanjang malam. Menurut kesukaannya nyamuk bisa dikelompokkan
orang sepanjang malam. Menurut kesukaannya nyamuk bisa dikelompokkan
dalam 3 kategori: nyamuk yang menyukai darah binatang (zoofilik), nyamuk
dalam 3 kategori: nyamuk yang menyukai darah binatang (zoofilik), nyamuk
yang menyukai darah manusia (antropofilik), dan nyamuk yang menggigit
yang menyukai darah manusia (antropofilik), dan nyamuk yang menggigit
tanpa pilihan tertentu (indiscriminate biter).
tanpa pilihan tertentu (indiscriminate biter).

g. Persebaran atau jarak terbang (flight range)


g. Persebaran atau jarak terbang (flight range)

Beberapa faktor penting yang berhubungan dengan persebaran nyamuk


Beberapa faktor penting yang berhubungan dengan persebaran nyamuk
diantaranya adalah:
diantaranya adalah:
1). Angin: terkait dengan arah dan kecepatan angin, sehingga bisa membawa
1). Angin: terkait dengan arah dan kecepatan angin, sehingga bisa membawa
terbang nyamuk lebih jauh dari habitat aslinya.
terbang nyamuk lebih jauh dari habitat aslinya.
2). Zoo barriers: sekelompok binatang yang dapat digunakan untuk mencegah
2). Zoo barriers: sekelompok binatang yang dapat digunakan untuk mencegah
penyebaran spesies nyamuk dari tempat perkembangbiakan ke
penyebaran spesies nyamuk dari tempat perkembangbiakan ke
tempat lain yang lebih jauh, sehingga dapat melindungi manusia dari
tempat lain yang lebih jauh, sehingga dapat melindungi manusia dari
gigitan nyamuk.
gigitan nyamuk.
3). Produktivitas breeding site
3). Produktivitas breeding site

Materi III. Morfologi dan Bionomik dan morfologi Nyamuk Mansonia spp dan Culex Spp
Materi III. Morfologi dan Bionomik dan morfologi Nyamuk Mansonia spp dan Culex Spp
Pokok bahasan 1 : Morfologi dan Bionomik dan morfologi Mansonia
Pokok bahasan
Nyamuk 1 : Morfologi
Mansonia dan Bionomik
mempunyai Morfologidandan
morfologi Mansonia
Bionomik dan morfologi sebagai
Nyamuk
berikut: Mansonia mempunyai Morfologi dan Bionomik dan morfologi sebagai
berikut:Ciri-ciri jentik nyamuk Mansonia
Ciri-ciri
1. Bentuk jentik nyamuk
siphon Mansonia
seperti tanduk
1. Bentuk siphon seperti tanduk
2. Jentik nyamuk mansonia menempel pada akar tumbuhan air.
2.
3. Jentik nyamuktoraks
Pada bagian mansonia menempel
terdapat pada akar tumbuhan air.
stoot spine.
3. Pada bagian toraks terdapat stoot spine.
Ciri-ciri nyamuk Mansonia
Ciri-ciri nyamuk Mansonia

RisetKhusus
Riset KhususVektor
Vektordan
danReservoir
ReservoirPenyakit
Penyakit 17
17
Riset Khusus Vektor dan Reservoir Penyakit 17
1. Pada saat hinggap tidak membentuk sudut 90º
2. Bentuk tubuh besar dan panjang
3. Bentuk sayap asimetris.
4. Menyebabkan penyakit filariasis
5. Penularan penyakit dengan cara membesarkan tubuhnya.
6. Warna tubuhnya coklat kehitaman.

1. Habitat Nyamuk Mansonia


Habitat nyamuk Mansonia sp terdiri dari rawa-rawa, sungai besar di tepi hutan
atau dalam hutan, larvae dan pupa melekat dengan sifonnya pada akar - akar
ranting tanaman air,seperti enceng gondok, teratai, kangkung, dan sebagainya
. Bersifat zoofilik, eksofagik, eksofilik, nokturnal.

Nyamuk Mansonia sp hidup secara nokturnal, berada di wilayah hutan dan


rawa endemik, lingkungan kotor dan area peternakan ikan yang tidak terpakai.
Nyamuk Mansonia sp bersifat agresif dan menghisap darah saat manusia
berada dalam aktivitas malam hari khususnya di luar rumah.

Klasifikasi Nyamuk Mansonia sp

Kingdom: : Animalia
Phylum : Arthropoda
Kelas : Insecta
Ordo : Diphtera
Family : Culicidae
Genus : Mansonia
Spesies : Mansonia sp

2. Siklus Hidup dan Perkembangbiakan Nyamuk Mansonia sp


Nyamuk termasuk dalam kelompok serangga yang mengalami metamormofosa
sempurna dengan bentuk siklus hidup berupa telur, larva, pupa hingga
dewasa.

a. Stadium Telur
Telur berwarna putih ketika pertama kali diletakkan, kemudian semakin
gelap dalam satu atau dua jam benkutnya Mansonia sp meletakkan telurnya
saling berdekatan membentuk rakit dibawah permukaan daun tanaman
air. Pada kondisi yang hangat, biasanya di negara tropis telur akan menetas
setelah 2-3 hari di air. Gambar Telur Mansonia sp dapat dilihat dibawah ini

18
18 Riset
Riset Khusus
Khusus Vektor
Vektor dan
danReservoir
ReservoirPenyakit
Penyakit
Gambar Telur Mansonia sp
b. Stadium Larva
Telur menetas menjadi larva. Berbeda dengan larva dari anggota Diptera
yang lain seperti lalat yang larvanya tidak bertungkai, larva nyamuk memiliki
kepala yang cukup besar serta toraks dan abdomen yang cukup jelas. Larva
dari kebanyakan nyamuk menggantungkan diri di permukaan air.
Larva nyamuk Mansonia sp memiliki sifon (corong udara) yang pendek dan
ujungnya seperti bentuk duri/tanduk (runcing), Sifon tersebut terdapat pada
segmen VIII. Larva ini menempel pada akar tumbuhan air., Mansonia sp
memiliki tabung udara yang berbentuk pendek dan runcing yang dipergunakan
untuk menusuk akar tanama air. Pada waktu istirahat larva Mansonia sp
membentuk sudut dengan permukaan air. Gambar larva Mansonia sp dapat
dilihat dibawah ini

Gambar Larva Mansonia sp

c. Stadium Pupa
Setelah melewati pergantian kulit keempat, maka terjadi pupasi. Pupa
Mansonia sp berbentuk agak pendek, tidak makan, tetapi tetap aktif bergerak
dalam air terutama bila diganggu. Mereka berenang naik turun dari bagian
dasar ke permukaan air. Pupa Mansonia sp mempunyai alat pernafasan
menyerupai trompet berbentuk panjang dan bergerigi. Gambar pupa
Mansonia sp dapat dilihat dibawah ini

Riset Khusus
Riset Vektor
Khusus dandan
Vektor Reservoir Penyakit
Reservoir Penyakit 19 19
Gambar pupa Mansonia sp

d. Stadium Dewasa
Pada saat hinggap nyamuk Mansonia sp tidak membentuk sudut 90º.
atau bias dikatakan sejajar dengan tempat hinggap. Secara Morfologi dan
Bionomik dan morfologi nyamuk ini mempunai bentuk tubuh besar dan
panjang, bentuk sayap asimetris, Sayapnya bintik-bintik Warna tubuh terdiri
dari hitam atau coklat bercampur putih. Gambar nyamuk dewasa Mansonia
sp dapat dilihat dibawah ini

Gambar Nyamuk dewasa Mansonia sp

Perilaku menghisap darah :


a. Nyamuk mansonia aktifitas mencari darah pada malam hari dan aktifitas
menggigit mulai jam 18.00 – 22.00. Pada umumnya nyamuk mansonia saat
menggigit masanya sampai kenyang darah dikarenakan saat menggigit dan
hinggap pada permukaan kulit cukup jinak.
b. Nyamuk mansonia dalam mencari darah bersifat Zoofilik dan Antrophofilik,
untuk lokasi-lokasi tertentu nyamuk mansonia menyukai darah hewan primata
(Kera, Monyet dan Kucing).

Pokok bahasan 1 : Morfologi dan Bionomik dan morfologi Culex spp

A. Morfologi Nyamuk Culex sebagai berikut :

Nyamuk mempunyai beberapa ciri yaitu tubuhnya dibedakan atas kaput, toraks,

20
20 Riset Khusus
Riset Khusus Vektor
Vektor dan
dan Reservoir
ReservoirPenyakit
Penyakit
abdomen dan mempunyai 3 pasang kaki dan sepasang antena. Satu pasang sayap dan
halter menempatkan nyamuk dalam ordo Diptera. Sisik pada sayap dan adanya
alat mulut yang panjang seperti jarum menempatkan nyamuk ke dalam familia
Culicidae (Borror dkk., 1992). Genus Culex dicirikan dengan bentuk abdomen
nyamuk betina yang tumpul pada bagian ujungnya. Kepala Culex umumnya bulat
atau sferik dan memiliki sepasang mata, sepasang antena, sepasang palpi
yang terdiri atas 5 segmen dan 1 probosis antena yang terdiri atas 15
segmen. Berbeda dengan 6 Aedes, pada genus Culex tidak terdapat rambut
pada spiracular maupun pada post spiracular. Panjang palpus maxillaries nyamuk
jantan sama dengan proboscis. Bagian toraks nyamuk terdiri atas 3 bagian
yaitu protoraks, mesotoraks dan metatoraks. Bagian metatoraks mengecil dan
terdapat sepasang sayap yang mengalami modifikasi menjadi halter. Abdomen
terdiri atas segmen tanpa bintik putih di tiap segmen.

B. Klasifikasi nyamuk Culex Sp.

Kingdom : Animalia

Filum : Arthropoda

Class : Insecta

Ordo : Diftera

Genus : Culex Sp.

Spesies : Culex fatigans, Culex pipiens, Culex Tritaeniorchincus, dll

C. Daur hidup dan perkembangbiakan nyamuk Culex Sp.

Nyamuk adalah hewan yang mempunyai metamorfosis sempurna, yaitu telur, larva, pupa

dan nyamuk dewasa. Pada stadium telur, letaknya adalah dipermukaan air. Stadium larva

dan pupa hidup di dalam air, sedangkan nyamuk dewasa hidup berterbangan di udara .

Siklus hidup dan perkembangan nyamuk Culex Sp. adalah sebagai berikut :

Ciri-ciri jentik nyamuk Culex

4.
1. Bentuk siphon seperti tanduk

2.
5. Jentik nyamuk mansonia menempel pada akar tumbuhan air.
3.
6. Pada bagian toraks terdapat stoot spine.
Ciri-ciri nyamuk Culex

Riset Khusus
Riset Khusus Vektor
Vektor dan
dan Reservoir
Reservoir Penyakit
Penyakit 21
21
5. Jentik nyamuk mansonia menempel pada akar tumbuhan air.

6. Pada bagian toraks terdapat stoot spine.


Ciri-ciri nyamuk Culex
7. Pada saat hinggap tidak membentuk sudut 90º
1.
8. Bentuk tubuh besar dan panjang
2.
Riset Khusus Vektor dan Reservoir Penyakit 21

9. Bentuk sayap asimetris.


3.
10. Menyebabkan penyakit filariasis
4.
11. Penularan penyakit dengan cara membesarkan tubuhnya.
5.
6.
12. Warna tubuhnya coklat kehitaman.

D. Habitat Nyamuk Culex

Habitat nyamuk Mansonia sp terdiri dari rawa-rawa, sungai besar di tepi hutan
atau dalam hutan, larvae dan pupa melekat dengan sifonnya pada akar - akar
ranting tanaman air,seperti enceng gondok, teratai, kangkung, dan sebagainya .
Bersifat zoofilik, eksofagik, eksofilik, nokturnal.

Klasifikasi dan Daur Hidup Culex sp

Siklus Hidup dan Perkembangbiakan Nyamuk Culex sp

Nyamuk termasuk dalam kelompok serangga yang mengalami metamormofosa sempurna


dengan bentuk siklus hidup berupa telur, larva, pupa hingga dewasa.

1. Telur
Telur nyamuk Culex Sp. diletakkan saling berdekatan di atas permukaan air
sehingga berbentuk rakit (raft). Warna telur yang baru diletakkan adalah putih,
kemudian warnanya berubah menadi hitam setelah 1-2 jam. Telur nyamuk Culex
Sp. berbentuk menyerupai peluru senapan. Spesies-spesies nyamuk Culex
Sp. berkembang biak ditempat yang berbeda-beda, sebagai contoh, nyamuk
Culexquinquefasciatus bertelur di air comberan yang kotor dan keruh, nyamuk
Culex annulirostris bertelur di air sawah, daerah pantai dan rawa berair payau,
nyamuk Culex bitaeniorrhynchus bertelurdi air yang mengandung lumut dalam air
tawar dan atau air payau . Gambar telur nyamuk Culex Sp. dapat dilihat di gambar
dibawah ini.

Gambar Telur Culex sp

22 Riset Khusus Vektor dan Reservoir Penyakit


22 Riset Khusus Vektor dan Reservoir Penyakit
2. Larva
Telur menetas menjadi larva. Berbeda dengan larva dari anggota Diptera yang lain
seperti lalat yang larvanya tidak bertungkai, larva nyamuk memiliki kepala yang
cukup besar serta toraks dan abdomen yang cukup jelas. Larva dari kebanyakan
nyamuk menggantungkan diri di permukaan air.
Larva nyamuk Culex sp memiliki sifon (corong udara) yang pendek dan ujungnya
seperti bentuk duri/tanduk (runcing), Sifon tersebut terdapat pada segmen VIII.
Larva ini menempel pada akar tumbuhan air., Culex sp memiliki tabung udara yang
berbentuk pendek dan runcing yang dipergunakan untuk menusuk akar tanama
air. Pada waktu istirahat larva Culex sp membentuk sudut dengan permukaan air.
Gambar larva Mansonia sp dapat dilihat dibawah ini

Gambar Larva Culex sp

3. Pupa

Setelah melewati pergantian kulit keempat, maka terjadi pupasi. Pupa Culex
sp berbentuk agak pendek, tidak makan, tetapi tetap aktif bergerak dalam
air terutama bila diganggu. Mereka berenang naik turun dari bagian dasar
ke permukaan air. Pupa Culex sp mempunyai alat pernafasan menyerupai
trompet berbentuk panjang dan bergerigi. Gambar pupa Culek sp dapat dilihat
dibawah ini

Gambar pupa Culex sp

Riset Khusus
Riset Khusus Vektor
Vektor dan
dan Reservoir
Reservoir Penyakit
Penyakit 23
23
4. Nyamuk
Pada saat hinggap nyamuk Culex sp tidak membentuk sudut 90º. atau bias
dikatakan sejajar dengan tempat hinggap. Secara morfologi nyamuk ini mempunai
bentuk tubuh besar dan panjang, bentuk sayap asimetris, Sayapnya bintik-bintik
Warna tubuh terdiri dari hitam atau coklat bercampur putih. Gambar nyamuk
dewasa Culex sp dapat dilihat dibawah ini

Gambar nyamuk Culex sp

24
24 Riset
Riset Khusus
Khusus Vektor
Vektor dan
danReservoir
ReservoirPenyakit
Penyakit
MATERI INTI II
MORFOLOGI DAN BIONOMIK BINATANG
PEMBAWA PENYAKIT

I. Diskripsi Singkat

Binatang Pembawa Penyakit merupakan salah satu yang dapat menimbulkan gangguan
kesehatan masyarakat. Dalam upaya pengendalian Binatang Pembawa Penyakit yang
tepat sasaran dan efektif, diperlukan pengetahuan morfologi dan bionomik Binatang
Pembawa Penyakit sebagai data dasar dalam pengendalian penularan penyakit
tersebut.
Beberapa binatang yang menyebabkan penyakit bagi manusia seperti Tikus, Lalat dan
Kecoak

Kecoak merupakan salah satu serangga yang hidup berdekatan dengan manusia yang
dapat menimbulkan gangguan kesehatan masyarakat. Selain itu dapat menyebarkan
penyakit tular vektor secara mekanik khususnya penyakit parasite usus seperti antara
lain :Diarea, cholera, Disentri.

Dalam upaya pengendalian vektor mekanik (kecoak) yang tepat sasaran dan efektif
diperlukan pengetahuan bionomic kecoak sebagai data dasar dalam pengendalian/
memutuskan mata rantai penularan penyakit tersebut.
Lalat merupakan salah satu serangga yang hidup berdekatan dengan manusia yang
dapat menimbulkan gangguan kesehatan masyarakat. Selain itu dapat menyebarkan
penyakit tular vektor secara mekanik khususnya penyakit parasite usus antara lain
:Diarea, cholera, Disentri.

Dalam upaya pengendalian vektor mekanik (lalat) yang tepat sasaran dan efektif diperlukan
pengetahuan bionomiklalat sebagai data dasar dalam pengendalian/memutuskan mata
rantai penularan penyakit tersebut.

Bionomik binatang pembawa penyakit perlu di ketahui untuk mendapatkan metode


pengendalian yang tepat. Dengan mengetahui bionomik binatang pembawa penyakit
seperti tempat (sarang), waktu beraktifitas, makannan kesukaan

Tikus dan mencit adalah binatang mengerat (rodensia). Beberapa jenis/spesies dari
kelompok binatang ini hidup di dekat tempat hidup atau kegiatan manusia disebut
rodensia komensal. Kelompok binatang ini lebih dikenal sebagai hama tanaman pertanian,
perusak barang di gudang dan binatang pengganggu yang menjijikkan di perumahan.

Riset Khusus
Riset Khusus Vektor
Vektor dan
dan Reservoir
Reservoir Penyakit
Penyakit 25
25
Keberadaan tikus menunjukkan lingkungan yang tidak terawat, kotor, kumuh, lembab,
kurang pencahayaan serta adanya indikasi penatalaksanaan / manajemen kebersihan
lingkungan yang kurang baik.

Binatang mengerat ini menimbulkan kerugian ekonomi yang tidak sedikit, merusak
bahan pangan, instalasi medik, instalasi listrik, peralatan kantor, komputer, perlengkapan
laboratorium, dokumen/ file dan lain-lain. Selain sebagai binatang pengganggu dan
ancaman keselamatan transportasi, kelompok binatang ini juga membawa, menyebarkan
dan menularkan berbagai penyakit kepada manusia, ternak, binatang peliharaan dan
binatang liar

Untuk melaksanakan kegiatan pengendalian Binatang Pembawa Penyakit, diperlukan


suatu modul, yang dipergunakan sebagai acuan dalam pelaksanaan peningkatan kapasitas
tenaga entomologi/pelatihan pengendalian Binatang Pembawa Penyakit bagi petugas
kesehatan yang akan melaksanakan kegiatan tersebut di pusat dan daerah. Morfologi
Binatang Pembawa Penyakit ini merupakan salah satu materi inti yang diperlukan dalam
pelaksanaan kegiatan pelatihan Pengendalian Vektor.

II. Tujuan Pembelajaran


a. Tujuan Umum:
Setelah mengikuti materi ini, peserta diharapkan mampu memahami morfologi
dan bionomik binatang pembawa penyakit .

b. Tujuan Khusus:
Setelah mengikuti materi ini peserta mampu menjelaskan :
1. Siklus hidup dan spesies Kecoak
2. Siklus hidup dan spesies Tikus
3. Siklus hidup dan spesies lalat

III. Pokok Bahasan dan Sub Pokok Bahasan


Dalam materi ini akan dijelaskan pokok bahan dan subpokok bahasan
sebagai berikut :
1. Siklus hidup dan spesies Kecoak
2. Siklus hidup dan spesies Tikus
3. Siklus hidup dan spesies lalat

IV. Metode dan Alat Bantu


a. CTJ
b. Diskusi

26 Riset
RisetKhusus
KhususVektor
Vektordan
danReservoir
ReservoirPenyakit
Penyakit
c. Praktek
d. Alat bantu dan media (film , laptop dan LCD)
e. Entomologi kit
f. Spesimen

V. Langkah Kegiatan Pembelajaran


Langkah 1. Pengkondisian
Langkah pembelajaran:
1. Fasilitator menyapa peserta dengan ramah dan hangat kemudian
memperkenalkan diri dengan menyebutkan nama lengkap, instansi tempat
bekerja dan materi yang akan disampaikan.
2. Menyampaikan tujuan pembelajaran materi ini dan pokok bahasan yang akan
disampaikan, sebaiknya dengan menggunakan bahan tayang.

Langkah 2. Penyampaian Materi


Langkah pembelajaran:
1. Fasilitator menyampaikan paparan seluruh materi sesuai urutan pokok bahasan
dan sub pokok bahasan dengan menggunakan bahan tayang.
2. Fasilitator menyampaikan materi dengan metode ceramah tanya jawab,
kemudian curah pendapat, diskusi, praktek identifikasi

Langkah 3. Diskusi
Langkah pembelajaran:
1. Fasilitator melakukan diskusi dengan seluruh peserta apakah sudah memahami
terhadap materi yang telah diberikan
2. Memberikan jawaban, penjelasan dan pemahaman apabila ada pertanyaan
dari peserta yang merupakan pengembangan pengetahuan dari materi yang
diberikan.

Langkah 4. Rangkuman dan Kesimpulan


Langkah pembelajaran:
1. Fasilitator melakukan evaluasi untuk mengetahui penyerapan peserta terhadap
materi yang disampaikan dan pencapaian tujuan pembelajaran.
2. Fasilitator merangkum poin-poin penting dari materi yang disampaikan.
3. Fasilitator membuat kesimpulan.

Riset Khusus
Riset Khusus Vektor
Vektor dan
dan Reservoir
Reservoir Penyakit
Penyakit 27
27
VI. Uraian Materi
Materi I. Siklus hidup dan Identifikasi Kecoak
Pokok bahasan 1. Siklus hidup kecoak

Kecoak adalah serangga dengan metamorfosa tidak sempurna, hanya melalui tiga
stadium (tingkatan), yaitu stadium telur, stadium nimfa dan stadium dewasa yang
dapat dibedakan jenis jantan dan betinanya. Nimfa biasanya menyerupai yang
dewasa, kecuali ukurannya, sedangkan sayap dan alat genitalnya dalam taraf
perkembangan. Daur hidup kecoak dapat terlihat pada gambar 1

Gambar 1. Daur hidup


1) Periplaneta americana (Kecoak amerika).
Periplaneta americana Linnaeus dewasa dapat dikenai dengan adanya perubahan
dari tidak bersayap pada stadium nimfa menjadi bersayap pada stadium
dewasanya. Pada P. americana yang dewasa terdapat dua pasang sayap baik
pada yang jantan maupun betinanya. Masa inkubasi kapsul telur P. americana
rata-rata 32 hari, perkembangan nimfa antara 5 sampai 6 bulan, serangga
dewasa kemudian berkopulasi dan satu minggu kemudian menghasilkan kapsul
telur yang pertama sehingga daur hidup P. americana memerlukan waktu rata-
rata 7 bulan.
2) Periplaneta australasiae
Daur hidup Periplaneta australasiae (Fabricius) mencapai 7 bulan, meliputi masa
inkubasi kapsul telur rata-rata 35 hari, perkembangan nimfa memerlukan waktu
antara 4 bulan sampai 6 bulan, serangga dewasa kemudian berkopulasi dan 10
hari kemudian yang betina menghasilkan kapsul telur yang pertama.
3) Blatella germanica (Kecoak german )
Daur hidup Blatella germanica menjadi lengkap mencapai 100 hari dibawah
kondisi lingkungan yang sesuai. Dari telur menjadi nimfa umumnya teiur menetas
20 s/d 30 hari dan menjadi dewasa + 60 hari. Betina dewasa menghasilkan telur
kira-kira 10 hari.

28
28 Riset
Riset Khusus
Khusus Vektor
Vektor dan
danReservoir
ReservoirPenyakit
Penyakit
Beberapa jenis kecoak yang umumnya terdapat di lingkungan manusia antara lain :
Periplaneta Americana, Periplaneta australasiae, Blattela germanica, Periplaneta
brunnea,Neostylophiga rhombifolia, Supella longipalpa, Blatta orientalis

Pokok bahasan 2. Morfologi dan identifikasi kecoak


Kecoak adalah serangga dengan bentuk tubuh oval dengan pipih dorsoventral.
Kepalanya tersembunyi di bawah pronotum, dilengkapi dengan sepasang mata
majemuk dan satu mata tunggal, antena panjang, sayap dua pasang, dan tiga pasang
kaki. Pronotum dan sayap licin tidak berambut, dan tidak bersisik, berwarna coklat
sampai coklat tua. (Gambar 2)

Gambar 2. Morfologi kecoak


1) Periplaneta americana (Kecoak amerika).
P. americana (L.) berukuran panjang 35 - 40 mm dan lebar 13 - 15 mm, serta
merupakan jenis yang paling besar. Bagian abdomen berwarna merah kecoklatan,
pronotum berwarna kuning keruh dengan dua bercak coklat di bagian tengahnya
(Gambar 3). Bagian belakang abdomen mempunyai serkus yang relatif panjang,
tipis dan runcing ujungnya seperti cemeti.

Gambar 3. Periplaneta americana


2) Periplaneta australasiae
P. australasiae berukuran sedikit lebih kecil, panjang 27 - 33 mm dan lebar 10-
12mm. Warna keseluruhannya lebih gelap (merah kehitaman) baik abdomen
Riset Khusus
Riset Khusus Vektor
Vektor dan
dan Reservoir
Reservoir Penyakit
Penyakit 29
29
maupun pronotumnya sepanjang tepi pronotum dari atas terlihat garis berwarna
kuning (gambar 4).

Gambar 4. Periplaneta australasiae


3) Blatella germanica (Kecoak German)
Blatella germanica adalah kecoak kecil dengan panjang tubuh 10-15 mm dan
lebar 4-5 mm (gambar 5), warna bagian abdomen coklat muda agak kekuningan
yang betina sedikit lebih tua warnanya dari pada yang jantan. Pronotumnya
berwarna coklat, dari atas terlihat dua garis hitam memanjang. Dua garis ini
juga terdapat pada stadium nimfanya. Nimfa berwarna coklat tua kehitaman,
bergerak cepat sekali dan sangat aktif.

Gambar 5. Blatella germanica

Pokok bahasan 3. Perilaku kecoak


Kecoak pada umumnya dapat terbang, tetapi mereka tergolong pelari cepat, dapat
bergerak cepat, aktif pada malam hari (nocturnal). Kerusakan yang ditimbulkan oleh
kecoak relatif sedikit, tetapi adanya kecoak menunjukkan sanitasi kurang baik.

Pokok bahasan 4. Habitat Perkembangbiakan kecoak


Didunia terdapat kurang lebih 3500 spesies dimana keberadaannya di luar dan

30
30 Riset
Riset Khusus
Khusus Vektor
Vektor dan
danReservoir
ReservoirPenyakit
Penyakit
dalam ruang bangunan antara lain di Tempat-tempat Umum (TTU), Permukiman
dan angkutan umum.
Sebagai contoh lokasi yang berpotensial sebagai tempat perkembangbiakan
kecoak di TTU (Rumah Sakit) dapat dilihat pada lampiran 1, di Permukiman
(rumah/asrama haji) dapat dilihat lampiran 2, di Angkutan umum (kapal) dapat
dilihat pada lampiran 3.

Materi II. Siklus hidup dan Identifikasi Lalat


Pokok bahasan 1. Siklus hidup lalat

1. Musca domestica (lalat rumah)


Lalat rumah mempunyai tingkat perkembangan telur, larva, pupa dan dewasa.
Pertumbuhan dari telur sampai dewasa memerlukan waktu 12 - 14 hari di daerah
tropis. Pupa akan berubah menjadi lalat dewasa 4 hari kemudian. Umur lalat
rumah ini ditaksir sekitar 1-2 bulan.

Gambar 1 . Daur hidup Musca domestica

2. Sarcophaga sp (lalat blirik/lalat daging).


Umumnya waktu yang diperlukan sejak dari telur hingga menjadi lalat dewasa
adalah 14-18 hari, tergantung pada suhu.kelembaban dan jenisnya.

3. Chrysomya megacephala (lalat hijau)


C. megacephala juga mengalami metamorfosis sempurna yang diawali
dengan telur, yang kemudian menjadi larva, pupa dan akhirnya menjadi
bentuk dewasa. Selama masa hidupnya lalat betina C. megacephala
meletakkan telurnya sebanyak 4-6 kali. Jangka waktu hidup tahap pra
dewasa lalat C. megacephala adalah sekitar 8,5 – 9 hari pada suhu 24
– 28,5oC dengan kelembaban 85 – 92%, sedangkan tahap dewasanya
berkisar antara 37,6 – 41,2 hari pada suhu 24 – 28oC dengan kelembaban
86 – 94,6%.

Riset Khusus
Riset Khusus Vektor
Vektor dan
dan Reservoir
Reservoir Penyakit
Penyakit 31
31
4. Calliphora sp. (lalat hijau)
Dibutuhkan waktu 15 hari atau lebih untuk perkembangan dari telur hingga
menjadi lalat dewasa.

5. Lalat buah, Drosophila melanogaster (Famili Drosophilidae)


Larva yang halus akan menetas setelah 30 jam. Pada keadaan yang
optimal dan lembab diperlukan waktu 9-12 hari untuk perkembangan dari telur
menjadi dewasa.

Gambar 2 . Daur hidup Drosophila melanogaster

Pokok bahasan 2. Morfologi dan identifikasi lalat

Diantara berbagai jenis lalat yang merupakan masalah yang cukup banyak
mendapat perhatian di bidang kesehatan antara Iain :Musca domestica (lalat rumah),
Sarcophaga sp (lalat blirik/lalat daging), Chrysomyia megacephala (lalat hijau),
Calliphora sp. (lalat hijau) dan Drosophila melanogaster (lalat buah).Morfologi dari
masing-masing lalat tersebut sebagai berikut :

1. Musca domestica (lalat rumah)


Ukuran lalat rumah ini relatif kecil , dengan panjang tubuh berkisar antara 6 mm
- 9 mm, berwarna abu-abu kehitaman (Gambar 3). Kepalanya besar berwarna
coklat gelap. Matanya besar menonjol. Sepasang sungut terletak di depan mata
dan tiap sungut terdiri atas ruas dasar berbentuk gada dengan sehelai rambut
yang bercabang-cabang tumbuh diatasnya. Lidah pengisapnya melebar di bagian
ujung dan berbentuk seperti parut. Dengan alat ini lalat mengisap makanan.
Bagian toraks dorsal (atas) bertanda 4 garis membujur. Abdomennya berwarna
kekuning-kuningan, sedangkan ruas terakhir berwarna coklat kehitaman.Tiga
pasang kakinya ditutupi oleh rambut lebat dan bercakar 2 buah. Sayapnya
sepasang, tipis serta tembus cahaya, berwarna kelabu pucat dan pangkalnya
berwarna kekuningan. Urat-urat sayap ini tampak jelas.

32
32 Riset
Riset Khusus
KhususVektor
Vektordan
danReservoir
ReservoirPenyakit
Penyakit
Gambar 3. Musca domestica (lalat rumah)

Larvanya disebut belatung, berbentuk bulat memanjang seperti ulat, berwarna


putih cream, tidak berkaki, yang makin kebelakang, makin membesar (gambar
4). Kepalanya pipih, kecil dilengkapi dengan mulut yang bercakar guna
menggerek.

Gambar 4. Larva Musca domestica

2. Sarcophaga sp (lalat blirik/lalat daging).


Lalat ini berukuran besar dengan panjang antara 11 mm -15 mm. berwarna abu-
abu. Bagian toraksnya terdapat tiga garis hitam dan abdomennya mempunyai
pola berbintik-bintik hitam dan abu-abu seperti papan catur (gambar 5). Struktur
mulutnya bukan tipe penusuk tetapi penjilat dan penyerap seperti lalat rumah.
Aristanya hanya berambut pada setengah bagian frontal, sedangkan setengah
bagian distalnya tidak berambut.

Gambar 5. Sarcophaga haemorrhaidalis

Riset Khusus
Riset Khusus Vektor
Vektor dan
dan Reservoir
Reservoir Penyakit
Penyakit 33
33
3. Chrysomya megacephala (Lalat hijau)
Lalat hijau berukuran dari sedang sampai besar, dengan warna hijau, abuabu,
perak mengkilat dan panjang tubuhnya berkisar antara 8-10 mm.
Lalat jantan berukuran panjang 8-14 mm, mempunyai mata merah besar.

Gambar 6. Chrysomya megacephala

4. Calliphora sp. (lalat hijau)


Lalat dewasa berukuran hampir sama dengan lalat Chrysomya. berwarna metalik
hijau kebiru-biruan (Gambar 7). Arista berbulu lebat (plumose), bulu-bulu tersebut
panjang sampai ke bagian ujung (apex) dari Arista.Alat mulutnya tipe penjilat
seperti lalat rumah.Larva berwarna keputihan, hidup di dalam daging busuk atau
sayuran busuk.

Gambar 7. Calliphora sp. (lalat hijau)

5. Lalat buah, Drosophila melanogaster (Famili Drosophilidae)


Ukuran tubuh lalat buah (D. melanogaster) relalif kecil dengan panjang sekitar
3 mm (Gambar 8) warna mata merah, bagian toraks berwarna coklat, abdomen
dorsal hitam dan bagian bawah keabu-abuan. Kepala lalat buah berbentuk
bulat agak lonjong, dan merupakan tempat melekat dua ruas antena.Palpi kecil
dan berbulu.Urat sayap bagian posterior kuat dengan urat yang menyilang.Alat
muluttipis, tarsus pertama kaki belakang panjang dan langsing.

34
34 Riset
Riset Khusus
KhususVektor
Vektordan
danReservoir
ReservoirPenyakit
Penyakit
Gambar 8. Drosophila melanogaster

Pokok bahasan 3. Perilaku/habitat perkembangbiakan Lalat


1. Musca domestica
Kalau bertelur lalat memilih tempat-tempat yang lembab dan banyak mengandung
zat oganiknya seperti sampah.kotoran temak, kotoran manusia, sisa sayuran
dan bentuk busuk lainnya. Larva / belatung lalat ini sangat rakus, aktif, larva
yang telah matang akan mencari tempat yang kering untuk berkembang
menjadi pupa. Lalat dewasa muda sudah siap kawin dalam waktu beberapa
jam setelah keluar dari pupa. Setiap ekor betina mampu menghasilkan sampai
2000 butir telur selama hidupnya. Telur diletakkan secara berkelompok. Setiap
kelompoknya mengandung 75-100 butir. Kadang-kadang lalat rumah berlelur
pada luka hewan dan manusia, sehingga belatung tumbuh dalam jaringan
sekelilingnya, kejadian ini biasa disebut myasis.

2. Sarcophaga sp (lalat blirik/lalat daging).


Lalat betina bersifat larvipara yang meletakkan larvanya pada bangkai, daging
segar atau yang telah dimasak, atau kotoran hewan dan bahkan pada luka
terbuka. Larva mempunyai spirakel posterior yang khas (Gambar 9) dan tinggal
serta makan jaringan daging sampai dengan instar terakhir (IV), selelah itu
akan meninggalkan tempat tersebut menuju daerah yang terlindung untuk
melanjutkan stadium berikutnya, yaitu pupa. Pupa biasanya ditemukan pada
tanah atau pasir yang terlindung oleh gangguan predator atau lingkungan. Larva
lalat ini tidak hanya suka pada jaringan segar yang hidup tetapi juga bangkai,
karena itu tergolong sebagai lalat penyebab myasis yang fakultatif.
Lalat ini disebut juga lalat daging karena larvanya sering ditemukan pada
daging.

Riset Khusus
Riset Khusus Vektor
Vektor dan
dan Reservoir
Reservoir Penyakit
Penyakit 35
35
Gambar 9. Larva Sarcophaga sp

3. Chrysomya megacephala (lalat hijau)


Biasanya lalat ini berkembang biak di bahan yang cair atau semi cair yang
berasal dari hewan, termasuk daging, ikan, daging busuk, bangkai, sampah
penyembelihan, sampah ikan, sampah dan tanah yang mengandung kotoran
hewan. Telur diletakkan oleh lalat dewasa dalam keadaan berkelompok-
kelompok atau onggokan.
Lalat ini jarang berkembang biak di tempat kering atau bahan buah-buahan.
Beberapa jenis juga berkembang biak di tinja dan sampah hewan. Lainnya
bertelur pada luka hewan dan manusia. Ketika populasinya tinggi, lalat ini akan
memasuki dapur, meskipun tidak sesering lalat rumah. Lalat ini banyak terlihat
di pasar ikan dan daging yang berdekatan dengan kakus. Lalat ini dilaporkan
juga membawa telur cacing Ascaris lumbricoides dan Trichuris trichiura yang
menempel pada bagian luar tubuhnya.
4. Calliphora sp. (lalat hijau)
Lalat ini biasanya ditemukan cukup banyak pada lingkungan dekat dengan
timbunan sampah organik dekat tempat pemotongan hewan atau tempat
pengolahan daging ternak. Telur diletakkan di daging binatang mati atau
tumpukan sayuran busuk.
Larva muda akan menuju ke bagian dasar dari tumpukan sampah untuk
berkembang menjadi larva instar selanjutnya, Larva instar lanjut akan
meninggalkan media makanannya dan menuju ke bagian dasar untuk
berkembang menjadi pupa.

5. Lalat buah, Drosophila melanogaster (Famili Drosophilidae)


Lalat buah meletakkan telur-telurnya dekat dengan permukaan bahan- bahan
yang meragi (fermentasi) seperti buah-buahan, wadah sampah yang kotor,
sisa-sisa sayuran atau kotoran pada saluran air. Larva makan pada permukaan
bahan - bahan yang meragi dan setelah matang larva akan bergerak ke tempat
kering untuk berkembang menjadi pupa. Setiap lalat buah betina dapat bertelur
sampai dengan 500 butir. Kemampuan reproduksi dari lalat buah sangat besar,
dalam waktu yang relatif singkat dapat ditemukan populasi lalat buah yang
sangat banyak. Lalat buah adalah lalat yang kuat terbang. Dapat menempuh

36
36 Riset
Riset Khusus
KhususVektor
Vektordan
danReservoir
ReservoirPenyakit
Penyakit
jarak lebih kurang 10 km dalam waktu 24 jam. Lalat buah aktif sepanjang
tahun. Lalat buah sangat tertarik pada bahan-bahan seperti buah dan sayuran
yang masak/busuk, produk yang mengandung ragi, botol dan kaleng minuman
yang kosong, saluran air yang kotor/tersumbat dan area-area yang lembab.

Habitat perkembangbiakan lalat

1. Musca domestica
Kalau bertelur lalat memilih tempat-tempat yang lembab dan banyak
mengandung zat oganiknya seperti sampah.kotoran temak, kotoran manusia,
sisa sayuran dan bentuk busuk lainnya.

2. Sarcophaga sp (lalat blirik/lalat daging).


Lalat betina bersifat larvipara yang meletakkan larvanya pada bangkai, daging
segar atau yang telah dimasak, atau kotoran hewan dan bahkan pada luka
terbuka.

3. Calliphora sp. (lalat hijau)


Lalat ini biasanya ditemukan cukup banyak pada lingkungan dekat dengan
timbunan sampah organik dekat tempat pemotongan hewan atau tempat
pengolahan daging ternak. Telur diletakkan di daging binatang mati atau
tumpukan sayuran busuk.

4. Lalat buah, Drosophila melanogaster (Famili Drosophilidae)


Lalat buah meletakkan telur-telurnya dekat dengan permukaan bahan- bahan
yang meragi (fermentasi) seperti buah-buahan, wadah sampah yang kotor,
sisa-sisa sayuran atau kotoran pada saluran air.

Pokok bahasan 3. Morfologi dan identifikasi Tikus


1. Morfologi Tikus
Tikus dan mencit termasuk Familia Muridae dari Kelas Mammalia (binatang
menyusui). Para ahli zoologi (ilmu binatang) sepakat untuk menggolongkannya
kedalam Ordo Rodensia (binatang yang mengerat), Subordo Myomorpha,
Familia Muridae, dan Sub Familia Murinae. Untuk lebih jelasnya, tikus
dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
Dunia : Animalia
Filum : Chordata
Sub Filum : Vertebrata
Kelas : Mammalia
Sub Kelas : Theria

Riset Khusus
Riset Khusus Vektor
Vektor dan
dan Reservoir
Reservoir Penyakit
Penyakit 37
37
Ordo : Rodensia
Sub Ordo : Myomorpha
Familia : Muridae
Sub Familia : Murinae
Genera : Bandicota, Mus dan Rattus
Spesies : Bandicota bengalensis, Bandicota indica,
Mus musculus, Rattus argentiventer, Rattus
exulans, Rattus norvegicus, Rattus rattus diardii,
Rattus tanezumi, Rattus tiomanicus

Infestasi rodensia disuatu tempat dapat diketahui secara awal dengan


mengamati tanda-tanda keberadaan tikus dan mencit yaitu adanya kotoran,
jejak, bekas gigitan dan baunya yang khas.
Anggota Muridae ini dominan disebagian kawasan didunia. Potensi reproduksi
tikus dan mencit sangat tinggi dan ciri yang menarik adalah gigi serinya
beradaptasi untuk mengerat (mengerat + menggigit benda-benda yang keras).
Karakteristik morfologi dari R. norvegicus, R. rattus tanezumi dan M. musculus
dapat dilihat pada tabel.

Tabel 1. Ciri-ciri morfologi dari R. norvegicus, R. tanezumi dan M. musculus

R. norvegicus R. tanezumi M. musculus


Berat 150-600 gram 80-300 gram 10-21 gram
Kepala & badan Hidung tumpul, Hidung runcing, Hidung runcing,
badan besar, badan kecil, 16-21 badan kecil, 6-10
pendek, 18-25 cm cm cm
Ekor Lebih pendek dari
kepala + badan,
Lebih panjang dari Sama atau lebih
bagian atas lebih
kepala + badan, panjang sedikit
tua dan warna
warna tua merata, dari kepala
muda pada bagian
tidak berambut, + badan, tak
bawahnya dengan
19-25 cm berambut, 7-11 cm
rambut pendek
kaku 16-21 cm
Telinga Relatif kecil,
Besar, tegak, tipis Tegak, besar untuk
separuh tertutup
dan tak berambut, ukuran binatang
bulu, jarang lebih
25-28 mm 15 mm/kurang
dari 20-23 mm

38
38 Riset Khusus
Riset Khusus Vektor
Vektor dan
dan Reservoir
ReservoirPenyakit
Penyakit
Rambut Bagian Abu-abu Satu sub spesies
punggung abu- kecoklatan : Abu-abu
abu kecoklatan, sampai kehitam- kecoklatan bagian
keabuan pada hitaman dibagian perut, keabu-
bagian perut punggung, bagian abuan, lainnya :
perut kemungkinan keabuan-abuan
putih atau abu-abu, bagian punggung
hitam keabu-abuan dan putih keabu-
abuan bagian perut

Gambar 1
Gambar 1 Jenis tikus komensal

Gambar 2 Tipe kaki rodensia pemanjat dan penggali

Gigi seri ini terdapat pada rahang atas dan bawah, masing-masing sepasang.
Gigi seri ini secara cepat akan tumbuh memanjang (0,4 mm/hari) sehingga
merupakan alat potong yang sangat efektif. Tidak mempunyai taring dan geraham
(premolar).

Riset Khusus
Riset Khusus Vektor
Vektor dan
dan Reservoir
Reservoir Penyakit
Penyakit 39
39
Gambar. 3. Gigi seri

Karakteristik cara berjalan dan perilaku hidup tikus dan mencit sebagai
berikut:
a. Semua rodensia komensal berjalan dengan telapak kakinya;
b. Beberapa jenis Rodensia yaitu Rattus norvegicus, Rattus rattus diardii,
Mus musculus yang perbandingan bentuk tubuhnya seperti terlihat pada
Gambar 1;
c. Rattus norvegicus (tikus got) berperilaku menggali lubang ditanah dan
hidup di lubang tersebut;
d. Rattus rattus tanezumi (tikus rumah) tidak tinggal ditanah tetapi disemak-
semak dan atau diatap bangunan;
e. Bantalan telapak kaki jenis tikus ini disesuaikan untuk kekuatan menarik
dan memegang yang sangat baik, hal ini karena pada bantalan telapak
kaki terdapat guratan-guratan beralur, sedang pada rodensia penggali
bantalan telapak kakinya halus
f. Mus musculus (mencit) selalu berada di dalam bangunan;
g. sarangnya bisa ditemui di dalam dinding, lapisan atap (eternit), kotak
penyimpanan atau laci.

Rodensia termasuk binatang nokturnal yang aktif keluar pada malam hari
untuk mencari makan. Untuk itu diperlukan suatu kemampuan yang khusus
agar bebas mencari makanan dan menyelamatkan diri dari pemangsa pada
suasana gelap. Tikus dikenal sebagai binatang kosmopolitan yaitu menempati
hampir di semua habitat (Lampiran 1).

2. Habitat dan kebiasaan jenis tikus yang dekat hubungannya dengan manusia
adalah sebagai berikut :

40
40 Riset Khusus
Riset Khusus Vektor
Vektor dan
dan Reservoir
ReservoirPenyakit
Penyakit
a. R. norvegicus
Menggali lubang, berenang dan menyelam, menggigit benda-benda keras
seperti kayu bangunan, aluminium dsb. Pada umumnya ditemukan di luar
rumah, gudang bawah tanah, dan saluran dalam tanah/ riol/ got, tetapi dapat
juga ditemukan di dalam bangunan/ rumah, toko makanan dan gudang.

b. R. Rattus anezumi
Sangat pandai memanjat, biasanya disebut sebagai pemanjat yang ulung,
menggigit benda-benda yang keras. Hidup di lubang pohon, tanaman yang
menjalar. Hidup dalam rumah tergantung pada cuaca.

c. M. musculus
Termasuk rondensia pemanjat, kadang-kadang menggali lubang, menggigit,
hidup di dalam dan di luar rumah.

3. Kemampuan alat indera dan fisik


a. Kemampuan alat indera
1) Mencium
Rodensia mempunyai daya cium yang tajam, sebelum aktif/ keluar
sarang ia akan mencium-cium dengan menggerakkan kepala kekiri
dan kekanan. Mengeluarkan jejak bau selama orientasi sekitar
sarang sebelum meninggalkannya. Urin, sekresi genital dan lemak
tubuh memberikan jejak bau yang selanjutnya akan dideteksi dan
diikuti oleh tikus lainnya. Bau penting untuk Rodensia karena dari
bau ini dapat membedakan antara tikus sefamilia atau tikus asing.
Bau juga memberikan tanda akan bahaya yang telah dialami.

2). Menyentuh
Rasa menyentuh sangat berkembang dikalangan rodensia komensal,
ini untuk membantu pergerakannya sepanjang jejak dimalam hari.
Sentuhan badan dan kibasan ekor akan tetap digunakan selama
menjelajah, kontak dengan lantai, dinding dan benda lain yang dekat
sangat membantu dalam orientasi dan kewaspadaan binatang ini
terhadap ada atau tidaknya rintangan didepannya.

3). Mendengar.
Rodensia sangat sensitif terhadap suara yang mendadak. Disamping
itu rodensia dapat mendengar dan mengirim suara ultra.

4). Melihat.
Mata tikus khusus untuk melihat pada malam hari, Tikus dapat
Riset Khusus
Riset Khusus Vektor
Vektor dan
dan Reservoir
Reservoir Penyakit
Penyakit 41
41
menditeksi gerakan pada jarak lebih dari 10 meter dan dapat
membedakan antara pola benda yang sederhana dengan obyek yang
ukurannya berbeda-beda. Mampu melakukan persepsi/ perkiraan
pada jarak lebih 1 meter, perkiraan yang tepat ini sebagai usaha untuk
meloncat bila diperlukan.

5). Mengecap.
Rasa mengecap pada tikus berkembang sangat baik. Tikus dan
mencit dapat menditeksi dan menolak air minum yang mengandung
phenylthiocarbamide 3 ppm, pahit, senyawa racun.

a. Kemampuan fisik.

1) Menggali
R. norvegicus adalah binatang penggali lubang. Lubang digali untuk
tempat perlindungan dan sarangnya. Kemampuan menggali dapat
mencapai 2-3 meter tanpa kesulitan.

2) Memanjat.
Rodensia komensal adalah pemanjat yang ulung. Tikus atap atau
tikus rumah yang bentuk tubuhnya lebih kecil dan langsing lebih
beradaptasi untuk memanjat dibandingkan dengan tikus riol/ got.
Namun demikian kedua spesies tersebut dapat memanjat kayu dan
bangunan yang permukaannya kasar. Tikus riol/ got dapat memanjat
pipa baik di dalam maupun di luar bangunan.

3) Meloncat dan melompat.


R.norvegicus dewasa dapat meloncat 77 cm lebih (vertikal). Dari
keadaan berhenti tikus got dapat melompat sejauh 1,2 meter. M.
Musculus meloncat arah vertikal setinggi 25 cm.

4) Menggerogoti/ mengerat
Tikus menggerogoti bahan bangunan/ kayu, lembaran alumunium
maupun campuran pasir, kapur dan semen yang mutunya rendah.

5) Berenang dan menyelam.


R. norvegicus, R. rattus dan M. musculus adalah perenang yang
baik. Tikus yang dusebut pertama adalah perenang dan penyelam
yang ulung, perilaku yang semi akuatik, hidup disaluran air bawah
tanah, sungai dan areal lain yang basah.

42
42 Riset
RisetKhusus
KhususVektor
Vektordan
danReservoir
ReservoirPenyakit
Penyakit
MATERI III
SIKLUS HIDUP, MORFOLOGI dan
IDENTIFIKASI PINJAL

Pokok bahasan 1. Siklus hidup pinjal

Pinjal termasuk serangga holometabolous/metamorfosis sempurna, karena daur


hidupnya melalui 4 stadium yaitu : telur - larva - pupa – dewasa. (Gambar 1).

Gambar 1. Siklus hidup pinjal


Pinjal betina dapat bertelur pada tubuh atau di luar tubuh inang, tergantung dari
jenisnya. Demikian pula jumlah telur yang dikeluarkan oleh setiap jenis pinjal
berbeda-beda. Pinjal lekat Echinophaga gallinicea dan pinjal pasir Tungau penetrans
masuk ke dalam kulit inang untuk bertelur di dalam luka yang dibuatnya, sedang
Xenopsyella cheopis bertelur di antara rambut inang. Jumlah telur yang dikeluarkan
pinjal betina berkisar antara 3 - 18 butir. Seekor pinjal betina X. cheopis mampu
bertelur 2 - 6 kali sebanyak 300 - 400 butir selama hidupnya atau bahkan lebih,
Ctenoceplalides felis bertelur lebih dari 800 butir sepanjang hidupnya, sedang Pulex
irritans bertelur sebanyak 448 butir selama 196 hari. Peletakan telur terjadi hanya
setelah pinjal betina menghisap darah.

Telur pinjal berukuran 0,4 – 0,5 mm, bentuk oval, berwarna putih, saat akan menetas
berwarna kuning kecoklatan. Telur pinjal akan menetas menjadi larva pada suhu
18 – 270C dan kelembaban 75 – 80% setelah 2 – 12 hari. Larva berubah menjadi
kepompong 9 – 12 hari dan mengalami ganti kulit 2 kali. Larva akan membungkus
dirinya dengan bahan organik yang ada disekitarnya untuk membentuk kokon.

Riset Khusus
Riset Khusus Vektor
Vektor dan
dan Reservoir
Reservoir Penyakit
Penyakit 43
43
Daur hidup pinjal secara normal berkisar antara 2 – 3 minggu, pada kondisi
yang kurang sesuai seperti suhu tinggi dan kelembaban rendah daur hidup pinjal
akan membutuhkan waktu yang lebih lama dan seluruh tahap atau stadium
perkembangannya dapat mencapai 1 tahun atau lebih.

Pokok bahasan 2. Morfologi dan identifikasi pinjal

Pinjal adalah serangga kecil berukuran 1,5 - 5 mm, pipih (laterally compressed/
dorso-lateral) dilengkapi banyak bulu kaku mengarah ke belakang, tidak bersayap,
berwarna coklat muda sampai tua, berkilat, tipe mulut menusuk menghisap, berkaki
panjang terutama kaki belakangnya. Tubuh seekor pinjal dewasa terdiri atas kepala,
toraks, dan abdomenyang terlihat jelas (Gambar 2).

Kepala pinjal lebih memanjang kedepan daripada melebar keatas. Kepala terbagi
dalam 2 bagian oleh alur tempat antena, yaitu bagian anterior (kepala bagian depan)
disebut frons, dan bagian posterior (kepala bagian belakang), dikenal sebagai occiput.
Pada bagian bawah kepala (ventral) dinamakan gena. Beberapa jenis pinjal di bagian
tepi gena kadang-kadang terdapat bulu kaku berwarna coklat kehitaman seperti sisir,
disebut ctenidium atau sisir. Ctenidium yang terletak pada sisi gena disebut gena
ctenidia atau sisir gena. Pada kepala kadang-kadang terdapat mata sederhana yang
terletak di depan antena. Pinjal jenis tertentu, di depan atau di bawah mata terdapat
satu bulu kaku yang dikenal sebagai bulu okular (ocular bristle). Sepasang antena
pada kepala tersusun atas tiga segmen yang berbentuk seperti tongkat dan terletak
pada suatu alur yang dikenal sebagai alur antena atau fosa (Gambar 3).

Gambar 2. Morfologi Pinjal

44
44 Riset
Riset Khusus
Khusus Vektor
Vektor dan
danReservoir
ReservoirPenyakit
Penyakit
Gambar 3.Morfologi kepala pinjal famili Ceratophyllidae

Toraks terdiri atas tiga segmen. Ketiga segmen ini berbeda jelas baik sisi dorsal
maupun ventral. Toraks sisi dorsal terbagi atas 3 bagian yaitu, pronotum, mesonotum
dan metanotum. Di bagian tepi posterior segmen toraks pertama (pronotum)
kadang-kadang terdapat ctenidium, tergantung dari jenis pinjal. Ctenidium yang
terletak pada sisi pronotum disebut pronotal ctenidia atau sisir pronotal. Pinjal jenis
tertentu, mempunyai sisir gena, sisir pronotal dan sisir abdomen, sedang jenis lain
hanya mempunyai sisir pronotal tanpa sisir gena atau sebaliknya sisir gena tanpa
sisir pronotal. Sisi ventral toraks juga terbagi atas 3 bagian yaitu, prosternum,
mesosternum, dan metasternum. Pada segmen kedua dan ketiga terdapat spirakel.

Kaki sangat kuat, menempel pada lempeng pleural thoraks. Kaki dengan lempeng
koksa yang lebar, trokanter kecil, lempeng femur lonjong, tibia menyempit dan melebar
kearah distal, tarsus berjumlah 5, dan pada ujung tarsus paling akhir terdapat kuku
lengkung.

Abdomen terdiri atas 10 segmen, tiga segmen terakhir termodifikasi menjadi anus
dan organ genitalia eksternal. Segmen ke 9 pada sisi dorsalnya, membulat berbentuk
pelana, disebut pigidium. Organ tersebut kemungkinan berfungsi sebagai indera
perasa. Anus terdapat pada segmen ke 10. Pada tepi dorsal bagian posterior segmen
ke 7 terdapat sedikit atau banyak pasangan bulu kaku, yang disebut antepygidial
bristles atau bulu antepigidial. Pada segmen abdomen pertama sampai ke 8 ditemukan
spirakel.

Pinjal jantan mempunyai sepasang klasper kecil pada segmen ke 9 di belakang


pigidium. Di antara segmen ke 9 dan ke 10 terdapat perluasan memanjang, berbentuk
melingkar-lingkar atau gelendong, terlihar kasar, berkhitin, dikenal sebagai organ
cirrus atau aedeagus. Organ genitalia jantan terdiri sepasang testes, vas deferens
Riset Khusus
Riset Khusus Vektor
Vektor dan
dan Reservoir
Reservoir Penyakit
Penyakit 45
45
yang halus, 4 kelenjar asesori, vesikel seminalis, pembuluh ejakulasi, dan aedeagus.
Pada pinjal betina terdapat spermateka yang berkhitin atau “seminal receptakel”,
yang terletak kira-kira di tengah segmen ke tujuh, berfungsi sebagai kantong sperma.
Spermateka tampak jelas bila pinjal dibuat preparat awetan. Organ ini untuk setiap
jenis pinjal berbeda bentuk (Gambar 4). Organ genitalia betina terdiri dari sepasang
ovari yang bercabang banyak, oviduk, dan spermateka berbentuk tabung terbuka
menuju saluran vagina. Vagina berhubungan dengan vulva yang terbuka di bagian
posterior antara segmen abdomen ke 8 dan 9.

Jantan Betina
Gambar 4. Segmen abdomen dan organ kelamin pinjal Leptosylla segnis

Terdapat sekitar 3000spesies pinjal yang masuk ke dalam 200 genus. Berikut
beberapa genus pinjal yang berperan penting di hidang kesehatan:

1) Genus Ctenocephalides

Ctenocephalides adalah pinjal yang umum pada anjing dan kucing. Pinjal ini juga
menggigit hewan lain termasuk sapi dan manusia. Ciri genus Ctenocephalides
adalah: mempunyai sisir gena berjumlah 10 atau lebih(1), bentuk kepala membulat
(2), mempunyai sisir pronatal yang berjumlah 16 (3), mempunyai garis pleural (4)
(Gambar 5). Salah satu jenis pinjal dari genus Ctenocephalides yang berperan
penting dalam dunia kesehatan adalah Ctenocephalides felis. Pinjal ini sebagai
induk semang antara cacing pita anjing (Dipylidium caninum) dan cacing filaria
anjing (Dipetalonema reconditum).

Gambar 5. Morfologi genus Ctenocephalides betina

46
46 Riset
Riset Khusus
KhususVektor
Vektordan
danReservoir
ReservoirPenyakit
Penyakit
2) Genus Echinodnophaga

Echidnophaga adalah pinjal lekat unggas. Pinjal ini dapat juga menyerang
anjing, kucing, mamalia lain dan bahkan manusia. Echidnophaga berbeda dari
kebanyakan pinjal lain oleh karena pinjal ini meloncat bila diganggu. Ciri genus
Echinopaga adalah: alat mulut panjang (1) tidak mempunyai sisir gena (2), kepala
mempunyai 2 sudut berbentuk pentagonal (3), tidak mempunyai sisir pronotal
(4), abdomen pendek (5) (Gambar 6).

Gambar 6. Morfologi genus Echidnophaga betina

3) Genus Pulex

Pulex merupakan salah satu genus pinjal yang mempunyai anggota 6 spesies.
Ciri genus Pulex adalah tidak mempunyai sisir gena (1), bulu okuler di bawah
mata (2), Tepi kepala bagian depan membulat (3), pinggir kepala bagian belakang
tidak mempunyai bulu (4), tidak mempunyai sisir pronatal (5), garis pleural tidak
ada (6) dan ketiga segmen toraks lebih panjang daripada segmen abdomen
pertama (Gambar 7). Salah pinjal dari genus Pulex yang berperan penting di
bidang kesehatan adalah Pulex irritans. Pulex irritans dikenal sebagai pinjal
manusia, walaupun begitu P. irritans juga dapat menyerang hewan seperti babi,
anjing, kucing dan tikus. Pinjal ini sebagai vektor murine typhus.

Gambar 7. Morfologi genus Pulex betina

Riset Khusus
Riset Khusus Vektor
Vektor dan
dan Reservoir
Reservoir Penyakit
Penyakit 47
47
4) Genus Nosopsyllus

Genus Nosopsyllus umum ditemukan pada tikus. Ciri genus Nosopsyllus adalah:
Sisir gena tidak ada (1), mempunyai 3 bulu okuler yang terletak di bawah mata
(2), profil punggung kepala membulat (3), mempunyai sisir pronotal kurang lebih
berjumlah 18 – 20 sisir (4), mempunyai garis pleural (5), abdomen memanjang
(6) (Gambar 8). Salah satu spesies pinjal dari genus Nosopsyllus yang berperan
penting di bidang kesehatan adalah Nosopsyllus fasciatus. Pinjal ini berperan
sebagai vektor pes.

Gambar 8. Morfologi genus Nosopsyllus betina

5) Genus Xenopsylla

Xenopsyllaadalah genus pinjal dari famili Pullicidae. Ciri-ciri genus Xenopsylla


adalah: Tidak mempunyai sisir gena (1), mempunyai bulu okuler yang terletak di
bawah mata (2), kepala membulat (3), pinggir kepala bagian belakang mempunyai
bulu (4), tidak mempunyai sisir pronatal (5), mempunyai garis pleural (6) (Gambar
9). Ada 9 spesies pinjal yang masuk dalam genus Xenopsylla, salah satunya
adalah X. Cheopis. X. cheopis merupakan parasit pada tikus dari genus Rattus.
Pinjal ini selain sebagai vektor utama pes, juga dapat menularkan murine typhus
(disebabkan oleh Rickettsia typhi). X. cheopis merupakan pinjal kosmopolitan
atau synathropic murine rodent.

Gambar 9. Morfologi genus Xenopsylla betina

48
48 Riset
Riset Khusus
KhususVektor
Vektordan
danReservoir
ReservoirPenyakit
Penyakit
6) Genus Tunga

Genus Tunga terdiri dari 12 spesies. Ciri-ciri genus Tunga adalah: Alat mulut
panjang (1), tidak mempunyai sisir gena (2), profil punggung kepala menyudut
dan berbentuk segitiga (3), tidak mempunyai sisir pronotal (4) (Gambar 9).
Spesies dari genus Tunga yang berperan penting dalam kesehatan adalah
Tunga penetrans. Tunga penetrans dikenal sebagai pinjal pasir. Tungau penetras
menyebabkan penyakit yang dikenal dengan tungiasis. Parasit ini dapat masuk
menembus kulit kaki manusia lalu tumbuh dengan menghisap darah. Setelah
beranak pinak hingga berjumlah ribuan, kutu ini akan menghabiskan suplai darah
sehingga jaringan yang ditempati mulai mengalami pembusukan.

Gambar 9. Morfologi genus Tunga betina

Pokok bahasan 3. Perilaku pinjal

Perilaku pinjal secara umum merupakan parasit temporal, yaitu berada dalam tubuh
hospes saat membutuhkan makan. Jangka hidup pinjal bervariasi pada spesies
pinjal tergantung pada mereka mendapatkan makanan atau tidak. Pinjal yang tidak
mendapatkan makanan tidak dapat hidup dalam lingkungan kering, tetapi pada
lingkungan lembab terutama apabila ada reruntuhan/tempat persembunyian maka
pinjal dapat hidup selama berbulan-bulan.

Pokok bahasan 4. Habitat Perkembangbiakan pinjal

Pinjal selalu ditemukan di dekat inangnya, baik dalam tubuh inang (diantara
rambut) maupun di sarang inangnya. Pinjal ditemukan di tubuh inang saat mereka
membutuhkan makanan, dan di sarang inang saat tidak membutuhkan makanan.
Pinjal hidup di hampir semua jenis habitat, selama kondisinya hangat dan lembab.
Pinjal ditemukan di daerah yang beriklim tropis, padang pasir atau gundukan, savana
atau padang rumput, kaparal, hutan hujan, hutan belukar, perkotaan, pinggiran kota,
serta lahan pertanian.

Riset Khusus
Riset Khusus Vektor
Vektor dan
dan Reservoir
Reservoir Penyakit
Penyakit 49
49
50 50 Riset
Riset Khusus
Khusus Vektor
Vektor dandan Reservoir
Reservoir Penyakit
Penyakit
MATERI INTI IV
PENGENDALIAN VEKTOR

I. Diskripsi Singkat

Pengendalian vektor berdasarkan Permenkes Nomor : 374/Menkes/Per/III/2010


tentang Pengendalian Vektor, memuat pedoman pengendalian vektor terpadu (PVT),
peralatan dan bahan surveilans vektor serta peralatan dan bahan pengendalian
vektor.

Peralatan dan bahan surveilans vektor adalah semua alat dan bahan yang digunakan
dalam kegiatan surveilans vektor dalam rangka mengumpulkan data dan informasi
tentang vektor yang digunakan sebagai dasar dalam tindakan pengendalian vektor.
Peralatan dan bahan pengendalian vektor digunakan dalam rangka menekan atau
menurunkan populasi vektor, sehingga tidak berisiko untuk terjadinya penularan
penyakit tular vektor di suatu wilayah.

Setiap peralatan yang dipakai dalam upaya pengendalian vektor harus memenuhi
persyaratan yang dibuktikan dengan sertifikat Standar Nasional Indonesia (SNI) atau
sertifikat kesesuaian yang dikeluarkan oleh lembaga pengujian independen yang
terakreditasi dan ditunjuk oleh Kementerian Kesehatan RI atau lembaga pengujian di
negara lain yang ditunjuk, dengan mengacu pada ketentuan spesifikasi WHO; (WHO/
CDS/NTD /WHOPES /GCDPP/2006.5).

Peralatan yang digunakan dalam pengendalian vektor DBD adalah mesin pengkabut
panas (Hot Fogger), mesin pengkabut dingin (Aerosol / ULV) yang dioperasikan di
atas kendaraan pengangkut. Modul ini membahas cara pengoperasian, perawatan
dan perbaikan alat pengendalian vektor tersebut. Bahan yang digunakan dalam upaya
pengendalian vektor DBD berupa insektisida, baik sasaran terhadap nyamuk vektor
dewasa maupun terhadap larva/jentik nyamuk.

Untuk melaksanakan kegiatan pengendalian vektor, diperlukan suatu modul, yang


dipergunakan sebagai acuan dalam pelaksanaan peningkatan kapasitas tenaga
entomologi/pelatihan surveilans vektor nyamuk bagi petugas kesehatan yang akan
melaksanakan kegiatan tersebut di pusat dan daerah. Bionomik nyamuk ini merupakan
salah satu materi inti yang diperlukan dalam pelaksanaan kegiatan pelatihan
Pengendalian Vektor.

Riset Khusus
Riset Khusus Vektor
Vektor dan
dan Reservoir
Reservoir Penyakit
Penyakit 51
51
II. Tujuan Pembelajaran
a. Tujuan Umum:
Setelah mengikuti materi ini, peserta diharapkan mampu memahami kegiatan
Pengdalian vektor

b. Tujuan Khusus:
Setelah mengikuti materi ini peserta mampu menjelaskan :
1. Pengendalian jentik dan nyamuk Aedes spp
2. Pengendalian jentik dan nyamuk Anopheles spp

III. Pokok Bahasan dan Sub Pokok Bahasan


Dalam materi ini akan dijelaskan pokok bahan dan subpokok bahasan
sebagai berikut :
1. Pengendalian nyamuk Aedes spp
a. Jentik
b. Nyamuk
2. Pengendalian nyamuk Anopheles spp
a. Jentik
b. Nyamuk

IV. Metode dan Alat Bantu


a. CTJ
b. Diskusi
c. Praktek
d. Alat bantu dan media (film , laptop dan LCD)
e. Entomologi kit
f. Mesin Fogging
g. Spray can
h. Bahan Bakar
i. Praktek lapangan

V. Langkah Kegiatan Pembelajaran


Langkah 1. Pengkondisian
Langkah pembelajaran:
1. Fasilitator menyapa peserta dengan ramah dan hangat kemudian
memperkenalkan diri dengan menyebutkan nama lengkap, instansi tempat
bekerja dan materi yang akan disampaikan.
2. Menyampaikan tujuan pembelajaran materi ini dan pokok bahasan yang akan
disampaikan, sebaiknya dengan menggunakan bahan tayang.

52
52 Riset
Riset Khusus
Khusus Vektor
Vektor dan
danReservoir
ReservoirPenyakit
Penyakit
Langkah 2. Penyampaian Materi
Langkah pembelajaran:
1. Fasilitator menyampaikan paparan seluruh materi sesuai urutan pokok bahasan
dan sub pokok bahasan dengan menggunakan bahan tayang.
2. Fasilitator menyampaikan materi dengan metode ceramah tanya jawab,
kemudian curah pendapat, diskusi, praktek identifikasi. Praktek lapangan

Langkah 3. Diskusi
Langkah pembelajaran:
1. Fasilitator melakukan diskusi dengan seluruh peserta apakah sudah memahami
terhadap materi yang telah diberikan
2. Memberikan jawaban, penjelasan dan pemahaman apabila ada pertanyaan
dari peserta yang merupakan pengembangan pengetahuan dari materi yang
diberikan.

Langkah 4. Rangkuman dan Kesimpulan


Langkah pembelajaran:
1. Fasilitator melakukan evaluasi untuk mengetahui penyerapan peserta terhadap
materi yang disampaikan dan pencapaian tujuan pembelajaran.
2. Fasilitator merangkum poin-poin penting dari materi yang disampaikan.
3. Fasilitator membuat kesimpulan.

VI. Uraian Materi


Materi I. Pengendalian nyamuk Aedes spp
Pokok bahasan 1. Pengendalian nyamuk Aedes spp
1. Pengendalian Fisik
Pengendalian fisik merupakan alternatif utama pengendalian vektor melalui
upaya pemberantasan sarang nyamuk (PSN). PSN 3M akan memeberikan
hasil yang baik apabila dilakukan secara luas dan serempak, terus menerus
dan berkesinambungan. PSN 3M sebaiknya dilakukan setiap minggu
sehingga terjadi pemutusan rantai pertumbuhan pra dewasa nyamuk tidak
menjadi dewasa.
Yang menjadi sasaran kegiatan PSN 3M adalah semua tempat potensial
perkembangbiakan nyamuk Aedes, antara lain tempat penampungan air
(TPA) untuk keperluan sehari-hari, tempat penampungan air bukan untuk
keperluan sehari-hari (non-TPA) dan tempat penampungan air alamiah.

PSN 3M dilakukan dengan cara, antara lain :


a. Menguras dan menyikat tempat-tempat penampungan air, seperti bak

Riset Khusus
Riset Khusus Vektor
Vektor dan
dan Reservoir
Reservoir Penyakit
Penyakit 53
53
mandi/wc, drum, dan lain-lain seminggu sekali (M1)
b. Menutup rapat-rapat tempat penampungan air, seperti gentong air/
tempayan, dan lain-lain (M2)
c. Memanfaatkan atau mendaur ulangn barang-barang bekas yang dapat
menampung air hujan (M3).
d. Mengganti air vas bunga, tempatminumburungatautempat-tempatlainnya
yang sejenisseminggusekali.
e. Memperbaikisaluran dan talang air yang tidaklancar/rusak
f. Menutuplubang-lubang pada potonganbambu/pohon, dan lain-lain
(dengantanah, dan lain-lain). Biasanya PSN 3M diiringi dengan kegiatan
Plus lainya.
Upaya mencegah nyamuk masuk ke dalam rumah dapat dilakukan dengan
memasang kawat kasa pada pintu dan jendela. Kalau ingin lebih murah
dapat menggunakan kasa dengan pelekat karet. Kasa tersebut dilengkapi
dengan karet di sekelilingnya yang dilekatkan pada alat khusus yang
dipasang di kusen, baik pintu maupun jendela

2. Pengendalian Kimia
Dalam program pengendalian vektor, kegiatan pengendalian larva dengan
insektisida disebut sebagai larvasidasi. Larvasidasi merupakan kegiatan
pemberian insektisida yang ditujukan untuk membunuh stadium larva.
Larvasiding dimaksudkan untuk menekan kepadatan populasi vektor untuk
jangka waktu yang relatif lama (3 bulan), sehingga transmisi virus dengue
selama waktu itu dapat diturunkan atau dicegah (longterm preventive
measure).

Spesies nyamuk perlu diketahui dan diidentifikasi atau dilakukan pemetaan


tempat perkembangbiakan nyamuk di tiap-tiap musim. Larvaciding akan efektif
bila tempat perkembangbiakan mudah dicapai, tempat perkembangbiakan di
area yang kecil, dan efek larvaciding hanya bertahan tidak lebih dari 2 bulan.
Larvaciding tidak menimbulkan dampak residu, namun kontrolnya perlu
diadakan setiap 2 bulan sehingga keputusan untuk melakukan intervensi ini
akan membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Dalam kenyataan, larvaciding
ini sulit dilakukan secara optimal, karena tempat perkembangbiakan biasanya
tersebar dimana-mana dan sulit untuk menentukan waktu yang tepat. Untuk
melakukan larvaciding, dibutuhkan pengetahuan tentang area tempat
perkembangbiakan vektor dan hubungannya dengan curah hujan. Untuk
memperoleh hasil yang baik dan bersinambungan, pemberantasan sarang
nyamuk harus dilakukan secara rutin dan berkesinambungan.

54
54 Riset
RisetKhusus
KhususVektor
Vektordan
danReservoir
ReservoirPenyakit
Penyakit
Terdapat tiga jenis pestisida untuk mengendalikan larva Aedes yaitu butiran
temephos, pengatur pertumbuhan serangga (Insect grouth regulator/IGR) dan
Bacillus thuringiensis (Bt H-14)

Upaya mencegah nyamuk masuk ke dalam rumah dapat dilakukan dengan


memasang kawat kasa pada pintu dan jendela. Kalau ingin lebih murah dapat
menggunakan kasa dengan pelekat karet. Kasa tersebut dilengkapi dengan
karet di sekelilingnya yang dilekatkan pada alat khusus yang dipasang di
kusen, baik pintu maupun jendela.

Mengingat vektor DBD pada umumnya tidak hinggap di dinding, tetapi pada
benda yang tergantung, maka pengendalian nyamuk Aedes dilakukan dengan
space spraying. Space spraying adalah knock down effect, oleh sebab itu
sasarannya adalah vektor yang sedang terbang baik didalam maupun diliar
rumah. Ada 2 macam cara space spraying yaitu : 1) Sistim panas (Thermal
fogging) dan 2) Sistim dingin (Cold spraying).

a. Thermal Fogging
Insektisida yang dipergunakan dalam system thermal biasanya dilarutkan
dalam minyak solar (light diesel oil) atau minyak tanah biasa (kerosene).
Operasional fogging:
- Sasaran fogging; rumah/bangunan dan halaman/pekarangan sekitarnya
- Waktu operasional: pagi hari atau sore (Ae. aegypti) dan malam hari
(Anopheles atau culex)
- Kecepatan gerak fogging; seperti orang berjalan biasa (2-3 km/jam)
- Temperatur udara ideal: 18oC, maksimal 28oC.
- Fogging di dalam rumah ; dimulai dari ruangan yang paling belakang,
jendela dan pintu ditutup kecuali pintu depan untuk keluar masuk
petugas
- Fogging di luar rumah : tabung pengasap harus searah dengan arah
angin, dan petugas berjalan mundur.
- Penghuni rumah; selama rumah di fog dengan sistem thermal, semua
penghuni supaya berada diluar, Setelah fog dalam ruangan menghilang
baru para penghuni boleh masuk kembali. (15-30 menit setelah
fogging).
- Binatang peliaraan, makanan dan minuman; untuk menhindari hal-hal
yang tidak diinginkan, maka dianjurkan semua makanan, bahan makanan
dan tempat penampungan air minum agar ditutup.
- Berdasarkan pengalaman, lama fogging: dari berbagai studi dan
pengalaman selama ini untuk rumah dan halaman didaerah urban di

Riset Khusus
Riset Khusus Vektor
Vektor dan
dan Reservoir
Reservoir Penyakit
Penyakit 55
55
indonesia memakan waktu fogging antara 2-3 menit/rumah. Output
petugas: 1 hari kerja +/_ 20-25 rumah /petugas atau disesuaikan dengan
keadaan setempat. Kebutuhan bahan bakar (bahan bakar untuk mesin
fog; setiap 10 liter larutan malathion 4,8% diperlukan 1,2 liter bahan
bakar.

b. Pengabutan (ULV)
Space spraying system dingin dikenal juga sebagai system ULV, Cold
aerosols and mists. Ultra Low volume (ULV) dimaksudkan sebagai space
spraying dengan menggunakan racun serangga yang seefisien mungkin,
untuk area yang luas dan tetap efektif terhadap vektor. Oleh sebab itu
pada ULV dipergunakan pestisida dalam konsentrasi yang biasanya
cukup tinggi (lebih dari 20%) dengan jangkauan semburan yang cukup
luas, idealnya 80-100 meter. Vmd dropet size untuk ULV cold aerosolt
dan mists adalah: Vmd aerosols : 15-50u dan Vmd mists : 50-100u.
Sesuai dengan perkembangan teknologi dibidang pembuatan insektisida
kimia dan mesin sprayer, untuk ULV cold spraying digunakan pestisida
golongan organophosphate, carbamat atau syntetic pyrethroid dalam
formulasi konsentrasi yang lebih tinggi dibanding untuk pemakaian
pada thermal fogging. Sasaran fogging adalah serangga yang sedang
terbang, sehingga fogging harus meliputi seluruh target area yang terdiri
dari indoor dan outdoor. Fogging dilakukan dari luar/pinggir jalan semua
pintu dan jendela rumah/bangunan harus dibuka lebar.

Waktu operasi pada pagi atau sore hari dalam keadaan udara tidak terlalu
panas/kurang dari 28oC dan angin cukup tenang, maximum kecepatan
angin 20km/jam. Kecepatan jalan kendaraan pengangkut ULV sprayer
adalah 5-8 km/jam. Beberapa test menunjukkan bahwa jarak sembur
yang paling baik adalah 80-100 meter dangan kecepatan angin 10-15
km/jam. Pada kecepatan angin lebih dari 20 km/jam fogging supaya
dihentikan saja. Jumlah petugas yang melayani 1 unti ULV ground
sprayer mounted adalah 3 orang, terdiri dari 1 petugas penunjuk arah, 1
petugas operasional dan 1 orang pengemudi. Dengan out put area 10-
15 ha/jam, apabila fogging berjalan selama 3 jam (pk 07.00 s/d 10.00)
maka dapat mencakup daerah seluas 30-40 ha. Hal ini jauh lebih efisien
disbanding dengan menggunakan portable thermal machine yang hanya
mampu menyelesaikan daerah seluas 1 ha per petugas.

Dosis maksimum 500ml malathion 96% atau penitrition 95% per ha,
kabut ULV cold aerosols dalam udara bebas selama 15-30 menit tidak

56
56 Riset
Riset Khusus
KhususVektor
Vektordan
danReservoir
ReservoirPenyakit
Penyakit
berbahaya bagi manusia, mamalia lain dan burung, kecuali pada ikan
yang berumur muda (benih ikan). Beberapa keuntungan ULV ground
spraying application dibanding thermal fogging yaitu:
- Polusi udara lebih kecil. Untuk target area dan efektifitas yang sama
penggunaan pestisida (dosis) dapat lebih kecil dibanding operasional
thermal foging (dapat sampai 50%nya).
- Mengurangi bahaya terhadap organisme bukan target.
- Tidak ada bahaya kebakaran, karena ULV tidak memerlukan
dorongan gas yang panas
- Tidak memberi dampak gangguan pada kesibukan kota dan
keramaian lalu lintas, karena fog ULV tidak mengganggu pengelihatan
bila dibanding dengan thermal fog
- Biaya operasional dan penggunaan bahan-bahan lebih sedikit
(efisien), namun memberi dampak bila langsung mengenai cat
minyak pada kayu dan cat mobil pada jarak <3meter.

Berikut merupakan contoh formulasi atau cara pencampuran insektisida


dengan pelarutnya :
Tabel . Contoh formulasi atau pencampuran insektisida
PERBANDINGAN
JENIS INSEKTISIDA
INSEKTISIDA SOLAR/MINYAK TANAH
MALATHION 95% 1L 19,0 L
LAMDA SYHALOTHRINE 25 EC 150 ml 19,85 L
PERMETHRINE 97,5 G/L + S-BIOALETHRINE
150 ml 19,85 L
15 G/L
SYFLUTHRINE 50 EC 150 ml 19,85 L
CYPERMETHRINE 25 ULV 800 ml 19,20 L

3. Pengendalian Biologi
Pengendalian vektor biologi menggunakan agent biologi seperti predator/
pemangsa, parasit, bakteri, sebagai musuh alami stadium pra dewasa
Aedes spp. Jenis predator yang digunakan adalah Ikan pemakan
larva (cupang, tampalo, gabus, guppy, dll), sedangkan larva Capung,
Toxorrhyncites, Mesocyclops dapat juga berperan sebagai predator walau
bukan sebagai metode yang lazim untuk pengendalian Aedes spp.
Golongan insektisida biologi untuk pengendalian Aedes spp adalah
Insect Growth Regulator/IGR dan Bacillus thuringiensis Israelensis/BTI
yang ditujukan untuk stadium pra dewasa yang diaplikasikan kedalam
habitat perkembangbiakan vektor.
IGR mampu menghalangi pertumbuhan nyamuk di masa pra dewasa
dengan cara merintangi/menghambat proses chitin synthesis selama

Riset Khusus
Riset Khusus Vektor
Vektor dan
dan Reservoir
Reservoir Penyakit
Penyakit 57
57
masa larva berganti kulit atau mengacaukan proses perubahan pupae
dan nyamuk dewasa. IGRs memiliki tingkat racun yang sangat rendah
terhadap mamalia (nilai LD50 untuk keracunan akut pada methoprene
adalah 34.600 mg/kg ).
BTI sebagai pembunuh larva nyamuk/larvasida yang tidak menggangu
lingkungan. BTI terbukti aman bagi manusia bila digunakan dalam air
minum pada dosis normal. Keunggulan BTI adalah menghancurkan
larva nyamuk tanpa menyerang predator entomophagus dan spesies
lain. Formula BTI cenderung secara cepat mengendap di dasar wadah,
karena itu dianjurkan pemakaian yang berulang kali.

Materi 2. Pengendalian nyamuk Anopheles Spp

Pokok bahasan 1. Pengendalian nyamuk Anopheles spp

Intervensi pengendalian nyamuk anopheles dapat dilakukan dengan berbagai


cara antara lain: melakukan penyemprotan rumah dengan insektisida (IRS =
Indoor Residual Spraying), memakai kelambu, melakukan larviciding, melakukan
penebaran ikan pemakan larva, mengelola lingkungan, dan melakukan upaya
pencegahan lainnya.

1. Penyemprotan rumah dengan insektisida (Indoor residual spraying/IRS)

Penyemprotan rumah dengan insektisida adalah suatu cara pengendalian


vektor dengan menempelkan racun serangga dengan dosis tertentu secara
merata pada permukaan dinding yang disemprot.
a. Tujuan IRS adalah membunuh nyamuk yang hinggap di dinding rumah
yang disemprot sehingga kepadatan populasinya menurun dalam rangka
memutuskan rantai penularan malaria. Dengan terbunuhnya nyamuk
dewasa yang infektif (sudah menghasilkan sporozoit di dalam kelenjar
ludahnya), maka akan dapat mencegah terjadinya penularan malaria.
b. Kriteria pelaksanaan IRS:
- Desa endemis tinggi dan terjadi peningkatan kasus atau KLB
- Bionomik vektor, istirahat atau hinggap di dinding rumah
- Masyarakat ikut membantu kegiatan IRS
- Akses layanan kesehatan mendukung.
c. Sasaran yang disemprot adalah rumah atau bangunan yang pada malam
hari digunakan untuk menginap atau kegiatan lain (teras rumah, pos, tenda,
gardu ronda, dll).
d. Waktu pelaksanaan IRS, berdasarkan :
- Data kasus malaria yaitu 2 (dua) bulan sebelum puncak median kasus

58
58 Riset
Riset Khusus
KhususVektor
Vektordan
danReservoir
ReservoirPenyakit
Penyakit
(berdasarkan pola maksimum dan minimum).
- Data hasil pengamatan vektor yaitu satu bulan sebelum puncak
kepadatan vektor.
- Pada saat kejadian luar biasa (KLB).
Frekwensi pelaksanaan IRS berdasarkan jumlah puncak median kasus
atau puncak kepadatan vektor dalam satu tahun.
e. Evaluasi dilaksanakan terhadap:
- Cakupan penduduk yang dilindungi minimal 90% penduduk.
- Cakupan bangunan harus mencapai minimal 80% dari jumlah rumah di
desa tersebut
- Cakupan permukaan yang disemprot minimal 90% dari semua bagian
rumah yang seharusnya disemprot
- Evaluasi entomologi (kepadatan vektor, angka paritas, uji efektifitas).

2. Penggunaan Kelambu Berinsektisida (Long Lasting Insecticidal Nets /LLINs)

Saat ini upaya pengendalian malaria menggunakan kelambu anti nyamuk atau
kelambu berinsektisida yang umur residu efektifnya relatif lama yaitu lebih dari
tiga tahun.
a. Tujuan pemakaian kelambu adalah mencegah terjadinya kontak langsung
antara manusia dengan nyamuk dan membunuh nyamuk yang hinggap
pada kelambu dalam rangka mencegah terjadinya penularan malaria.
b. Kriteria penggunaan kelambu anti nyamuk (LLINs)
1) Distribusi Kelambu Massal
Sasaran lokasi untuk distribusi kelambu massal ke masyarakat adalah:
- Desa endemis tinggi (API > 5 perseribu penduduk)
- Terjadi peningkatan kasus atau KLB
- Bionomik vektor: menggigit dan atau istirahat atau hinggap di
dalam rumah
- Masyarakat mau menggunakan kelambu
- Akses layanan kesehatan mendukung.
Sasaran penduduk mencakup:
- Semua penduduk dengan cakupan lebih dari 90% dari jumlah
rumah tangga atau kepala keluarga (KK).
- Setiap KK mendapat 2 - 3 kelambu.

2) Distribusi Kelambu Rutin


Sasaran lokasi untuk distribusi kelambu rutin ke masyarakat adalah:
- Desa endemis tinggi (API > 5 perseribu penduduk) dan endemis
sedang (API 1-5 perseribu penduduk)

Riset Khusus
Riset Khusus Vektor
Vektor dan
dan Reservoir
Reservoir Penyakit
Penyakit 59
59
-
Bionomik vektor: menggigit dan atau istirahat atau hinggap di
dalam rumah
- Masyarakat mau menggunakan kelambu
- Integrasi dengan program terkait.
Sasaran distribusi kelambu yang berintegrasi dengan program terkait
adalah:
- Ibu hamil (Program KIA)
- Bayi, balita dan anak sekolah (Program imunisasi)
- Semua penduduk (Program eliminasi filariasis dan kecacingan)
- Kelompok sasaran pembagian kapsul vitamin A (Program Gizi)
- Kelompok berisiko tinggi seperti TNI/Polri pada penugasan di
daerah endemis malaria.
c. Evaluasi
- Cakupan penduduk yang dilindungi (minimal 80% penduduk)
- Cakupan KK yang memiliki kelambu
- Cakupan penggunaan kelambu oleh masyarakat di daerah endemis
- Persentase balita yang tidur di dalam kelambu malam sebelumnya?
- Persentase ibu hamil yang tidur di dalam kelambu pada malam
sebelumnya?
- Evaluasi entomologi (kepadatan vektor, angka paritas, uji efektifitas).

1. Tindakan anti larva (Larviciding)

Larviciding adalah aplikasi larvisida pada tempat perindukan (breeding places)


yang potensial atau ditemukan adanya jentik (larva) nyamuk Anopheles.

a. Tujuan larviciding adalah menurunkan populasi larva Anopheles


b. Sasaran lokasi adalah tempat perindukan yang ada larva seperti: lagun,
sawah, rawa-rawa, kolam, dan lain-lain pada daerah endemisitas tinggi,
sedang, rendah
c. Aplikasi larvaciding dengan Bacillus thuringiensis var israelensis (BTI)
- Mekanisme infeksi Bti adalah setelah larva menelan kristal endotoksin,
maka kristal tersebut akan mengikatkan diri pada reseptor yaitu dinding
usus larva nyamuk. Kristal endotoksin akan larut pada cairan usus
yang bersifat alkali (basa), sehingga mengakibatkan sel epitel usus
rusak dan larva berhenti makan, lalu mati.

- Sasarannya adalah larva nyamuk di tempat perindukan yang luas dan


bersifat permanen.

- Waktu aplikasi dilakukan pada saat luas perindukan minimal yaitu


mulai pada awal musim kemarau, dengan interval 2 mingguan atau

60
60 Riset
RisetKhusus
KhususVektor
Vektordan
danReservoir
ReservoirPenyakit
Penyakit
bulanan sesuai dengan formulasinya. Jumlah aplikasi tergantung pada
lamanya genangan air potensial menjadi tempat perindukan.

d. Aplikasi larvaciding dengan larvisida Insect Growth Regulator (IGR)


- IGR adalah zat pengatur tumbuh serangga yang merupakan kelompok
senyawa-senyawa antara lain Metoprene dan Piriproksifen yang dapat
mengganggu proses perkembangan dan pertumbuhan larva secara
normal yaitu terjadi perpanjangan stadia larva, larva gagal menjadi
pupa atau kalau menjadi dewasa akan mandul

- Waktu aplikasi sangat cocok pada awal musim hujan atau pada
saat larva masih sedikit untuk mencegah meningkatnya populasi
serangga.

- Cara aplikasi: dapat langsung disebarkan pada genangan air, rawa,


kolam/tambak yang tidak terurus, dan lain-lain.

e. Evaluasi
- Cakupan tempat perindukan yang dilakukan larviciding
- Evaluasi entomologi (kepadatan larva) : penurunan kepadatan larva
sesudah dilakukan larviciding.

2. Penebaran ikan pemakan larva (Biological Control)

Penebaran ikan merupakan upaya pengendalian larva secara biologi yang


menggunakan musuh alami (predator/pemangsa larva nyamuk) seperti: ikan
kepala timah, ikan guppy. Jenis ikan lainnya dapat dipakai sebagai mina
padi di persawahan seperti: ikan mujair, ikan nila yang mempunyai nilai
ekonomis. Pengendalian vektor jenis ini merupakan kegiatan yang ramah
lingkungan.

a. Tujuan adalah menekan atau menurunkan populasi larva nyamuk

b. Sasaran lokasi adalah tempat perindukan yang ada larva seperti: lagun,
sawah, rawa-rawa, kolam, bendungan, dan lain-lain pada daerah
endemisitas tinggi, sedang, rendah

c. Cara aplikasi: menebarkan ikan pada tempat perindukan di daerah


hulu agar berkembangbiak secara alami dan menyebar di habitat
perkembangbiakan ke hilir.

d. Waktu penebaran: pada akhir musim hujan atau pada awal musim
kemarau atau selama musim kemarau pada saat luas tempat perindukan
minimal.

Riset Khusus
Riset Khusus Vektor
Vektor dan
dan Reservoir
Reservoir Penyakit
Penyakit 61
61
e. Jenis ikan pemakan larva adalah: ikan kepala timah (Aplocheilus pancax),
Ikan Guppy atau wader cetol (Lebistus reticulatus), dan Gambusia affinis
di daerah Papua. Selain itu ikan nila, ikan mujair dan lain-lain.

f. Evaluasi

- Cakupan tempat perindukan yang dilakukan penebaran ikan pemakan


larva Evaluasi entomologi (kepadatan larva)
- Evaluasi keberadaan ikan pemakan larva: melakukan pengamatan ikan
secara visual dengan berpedoman pada peta/aliran air atau sungai.

3. Penempatan hewan sebagai umpan (zooprofilaksis atau cattle-barrier)

Zooprofilaksis adalah pemanfaatan hewan ternak untuk mengalihkan gigitan


nyamuk Anopheles dari manusia ke hewan. Hewan (sapi, kerbau dan hewan
berkuku lainnya) dapat digunakan sebagai umpan agar nyamuk yang bersifat
zoophylic (suka darah hewan) menggigit hewan tersebut. Diharapkan nyamuk
yang sudah kenyang darah hewan, tidak lagi menggigit manusia. Jadi, ternak
sebagai penghalang nyamuk menggigit manusia (cattle-barrier).
a. Tujuan penempatan hewan ini adalah untuk mengarahkan agar nyamuk
menggiggit ternak sampai kenyang darah hewan, sehingga nyamuk
tidak lagi menggigit manusia
b. Daerah sasaran adalah daerah endemis tinggi, sedang dan rendah
dengan penempatan ternak di sekitar wilayah permukiman.

4. Pengelolaan lingkungan (Pengendalian secara fisik)

Mengelola lingkungan dapat dilakukan antara lain dengan cara modifikasi


dan manipulasi lingkungan untuk pengendalian larva nyamuk.

a. Tujuan kegiatan pengelolaan lingkungan adalah mengubah fisik


lingkungan tempat perindukan, sehingga tidak cocok lagi untuk
kehidupan larva nyamuk

b. Sasaran lokasi adalah tempat perindukan yang ditemukan larva


seperti: lagun, sawah, rawa-rawa, kolam, bendungan, dan lain-lain
pada daerah endemisitas tinggi, sedang, rendah

c. Modifikasi Lingkungan yaitu mengubah fisik lingkungan secara


permanen yang bertujuan mencegah, menghilangkan atau mengurangi
tempat perindukan nyamuk dengan cara: penimbunan, pengeringan,
pembuatan tanggul, dan lain-lain.

62
62 Riset
Riset Khusus
KhususVektor
Vektordan
danReservoir
ReservoirPenyakit
Penyakit
d. Manipulasi Lingkungan yaitu mengubah lingkungan bersifat sementara
sehingga tidak menguntungkan bagi vektor untuk berkembang biak
seperti: pembersihan tanaman air yang mengapung (ganggang dan
lumut) di lagun, pengubahan kadar garam, pengaturan pengairan
sawah secara berkala, dan lain-lain.

e. Evaluasi:

- Cakupan tempat perindukan yang dilakukan modifikasi atau


manipulasi lingkungan
- Evaluasi entomologi (kepadatan larva).

5. Upaya pencegahan

Di daerah tropis seperti Indonesia nyamuk merupakan salah satu binatang


yang berisiko terhadap manusia yaitu tidak hanya bisa menimbulkan
gangguan (bentol dan gatal), tetapi juga dapat berperan sebagai vektor
penyakit, misalnya demam berdarah atau malaria. Karena itu, perlu dilakukan
upaya pencegahan agar terhindar dari penularan penyakit (malaria), antara
lain:

a. Penggunaan kelambu biasa

Sejak zaman dahulu sebelum ada bahan anti nyamuk masyarakat sering
menggunakan kelambu saat tidur untuk melindungi diri dari gigitan
nyamuk sehingga dapat mencegah penularan penyakit malaria. Tempat
tidur mempunyai 4 tiang, sehingga pemasangan kelambu ditambatkan
pada ke-empat tiang tersebut. Kelambu ini berfungsi untuk menghindari
nyamuk yang infektif menggigit orang sehat dan menghindari nyamuk
yang sehat menggigit orang sakit.

b. Penggunaan insektisida rumah tangga

Insektisida rumah tangga adalah produk anti nyamuk yang banyak


dipakai masyarakat untuk mengusir atau menghidar dari gigitan nyamuk
seperti: anti nyamuk bakar (mosquito coil) dan insektisida semprot
(aerosol).
 Anti nyamuk bakar (MC = Mosquito Coil)

Formulasi MC dikenal dengan anti nyamuk bakar (ANB) atau secara


salah masyarakat umum menyebut sebagai obat nyamuk bakar.
Formulasi MC dibuat dengan cara mencampurkan bahan aktif,
yang umumnya adalah piretroid (knockdown agent), dengan bahan
pembawa seperti tepung, tempurung kelapa, tepung kayu, tepung
Riset Khusus
Riset Khusus Vektor
Vektor dan
dan Reservoir
Reservoir Penyakit
Penyakit 63
63
lengket dan bahan lainnya seperti pewangi, anti jamur dan bahan
pewarna. Berbagai variasi pemasaran telah berkembang pada
formulasi ini mulai warna yang bermacam-macam (biasanya hanya
hijau), bentuknya yang tidak selalu melingkar, dan berbagai jenis
bahan pewangi untuk menarik pembeli.

 Anti nyamuk semprot (AE = Aerosol)

Aerosol adalah formulasi siap pakai yang paling diminati di lingkungan


rumah tanggga setelah formulasi MC dan liquid (AL). Untuk
menghasilkan formulasi ini dilakukan dengan melarutkan bahan aktif
dengan pelarut organik dan dimasukkan ke dalam kaleng aerosol
dan selanjutnya diisi gas sebagai tenaga pendorong (propelan)
untuk menghasilkan droplet halus melalui nosel.

c. Pemasangan kawat kasa

Upaya mencegah nyamuk masuk ke dalam rumah dapat dilakukan


dengan memasang kawat kasa pada pintu dan jendela. Kalau ingin
lebih murah dapat menggunakan kasa dengan pelekat karet. Kasa
tersebut dilengkapi dengan karet di sekelilingnya yang dilekatkan pada
alat khusus yang dipasang di kusen, baik pintu maupun jendela.
d. Penggunaan repelan (personal protection)

Repelan merupakan bahan aktif yang mempunyai kemampuan untuk


menolak serangga (nyamuk) mendekati manusia, mencegah terjadinya
kontak langsung antara nyamuk dan manusia, sehingga manusia
terhindar dari penularan penyakit akibat gigitan nyamuk. Bahan repelan
dapat langsung diaplikasikan ke kulit, pakaian atau permukaan lainnya
untuk mencegah atau melindungi diri dari gigitan nyamuk. Repelan
berbentuk lotion dianggap praktis karena dapat digunakan pada kegiatan
di luar rumah (outdoor). Suatu repelan dikatakan baik apabila:

- Nyaman digunakan di kulit tubuh, tidak menyebabkan iritasi, tidak


menimbulkan rasa panas atau terasa lengket di kulit

- Melindungi kulit lebih lama karena bahan aktifnya terurai secara


perlahan

- Praktis penggunaannya, mudah digunakan saat kegiatan di dalam


maupun di luar rumah

- Berbahan dasar alami, aman dan bebas racun, ramah lingkungan


dan tidak menimbulkan efek samping

64
64 Riset
Riset Khusus
KhususVektor
Vektordan
danReservoir
ReservoirPenyakit
Penyakit
- Dibuat dari bahan yang berkualitas baik.

e. Penutup badan (personal protection)


Apabila melakukan kegiatan di luar rumah malam hari terutama di
daerah endemis malaria (memancing, ronda malam, berkemah, masuk
hutan) perlu perlindungan diri dari gigitan nyamuk dengan repelan
atau memakai baju lengan panjang dan celana panjang. Penggunaan
pakaian penutup badan ini sangat membantu dalam mencegah gigitan
nyamuk sehingga dapat terhindar dari penularan penyakit.

Materi 2. Alat alat Pengendalian

Pokok bahasan 1. Alat pengendalian vektor

Beberapa alat pengendalian vektor yang digunakan:

1) Spray -Can (Alat semprot bertekanan yang dioperasikan dengan


tangan/Compression Sprayer)

Alat semprot ini terutama digunakan umtuk penyemprotan residual pada


permukaan dinding dengan insektisida, terdiri dari tangki formulasi yang
berbentuk silinder dilengkapi dengan pompa yang dioperasikan dengan tangan
dengan 2 (dua) pegangan pada ujung batang pompa (bila dikehendaki).
Komponen pengunci pompa yang dapat dipisahkan dari tangki, komponen
pengaman tekanan, selang yang tersambung di bagian atas batang pengisap,
trigger valve dengan pengunci, tangkai semprotan, pengatur keluaran dan
nozzle dan komponen tambahan lainnya yang dinyatakan oleh produsen.
Alat semprot harus mempunyai tempat meletakkan tangkai semprot ketika tidak
digunakan, tidak ada bagian yang tajam sehingga dapat melukai operator dan
tidak terdapat komponen yang terbuat dari kayu.

Jenis bahan termasuk penutup lubang pengisian harus dinyatakan secara jelas

Gambar. 1 Alat spray-can untuk pengendalian vektor malaria


Riset Khusus
Riset Khusus Vektor
Vektor dan
dan Reservoir
Reservoir Penyakit
Penyakit 65
65
dan harus tahan terhadap korosi, tekanan dan sinar ultra violet. Tidak boleh terjadi
kerusakan, kebocoran pada (las) sambungan atau keretakan ketika dilakukan uji
daya tahan ( Fatique test). Tidak boleh ada kandungan timbale atau seng pada
bahan penyolder kecuali pada sambungan, tangkai semprotan, trigger valve,
badan nozzle dan pipa pengisap. Dalam keadaan terisi penuh pada pengoperasian
normal,beratnya harus dinyatakan dan tidak boleh melebihi 25 Kg.

Tangki formulasi alat semprot ini dengan volume untuk operasional secara normal
dinyatakan, diameter lubang pengisian tidak kurang dari 90 mm dan klep tekanan
/ klep pembuang tekanan harus terletak di bagian atas alat semprot dan mampu
membuang habis tekanan sebelum tangki dibuka dan ketika beroperasi harus
mampu menahan tekanan agar alat semprot dapat bekerja normal. Klep tekanan
keamanan ( Safety Pressure Valve) maksimum mampu menahan +/- 10 persen
dari tekanan kerja maksimum dan harus mampu menahan tekanan agar alat
semprot dapat bekerja normal.

Tali sandang dan gesper, minimal lebarnya 50 mm dan panjang yang dapat
diatur dengan minmal 100 cm. Tali sandang dan pengencangnya harus mampu
bertahan pada uji jatuh (drop test).

Pompa dengan tangki yang terisi penuh sesuai kapasitas dan semua komponen
terpasang, harus mampu mencapai tekanan kerja maksimum dengan pemompaan
tidak melebihi hitungan ke 60.

Klep udara pompa harus mampu menahan cairan agar tidak masuk ke dalam
silender pompa ketika tekanan pompa pada tekanan kerja maksimum dan tangkai
pompa berada posisi terdorong penuh ke dalam.

Ukuran penyaring (filter) yang apabila tidak tersedia pada lubang nozzle antara
0,3 mm – 0,5 mm, maka filter pada trigger valve harus lebih kecil dari lubang pada
nozzle terpasang dan tidak lebih besar dari 50 mesh. Alat semprot setidaknya
dilengkapi dengan 1 atau 2 penyaring dengan ukuran mesh yang dapat mencegah
terjadinya penyumbatan. Salah satu penyaring terletak persis di belakang nozzle.

Panjang selang dinyatakan dan tidak kurang dari 1500 mm terbuat dari bahan
yang memenuhi syarat. Tuas buka / tutup aliran (Trigger valve) tipe dari trigger
valve dinyatakan dan harus tidak terjadi kebocoran ketika dilakukan pengujian
sesuai B.1.9.2. Lebar penuas tidak kurang dari 100mm diukur mulai dari titik
gerak dengan pemasangan maksimum 1,5 newton. Panjang tangkai semprotan
dinyatakan dan tidak kurang dari 500 mm.

66
66 Riset
Riset Khusus
KhususVektor
Vektordan
danReservoir
ReservoirPenyakit
Penyakit
Komponen pengatur keluaran harus terpasang dan tipenya harus dinyatakan.
Komponenpengatur keluaran harus mampu keseragaman pengeluaran dengan
deviasi +/- 5%. Tipe nozzle dan jumlah keluaran ( flow rate) harus dinyatakan dan
sesuai dengan standard internasional.

Tekanan kerja maksimum dinyatakan. Tangki harus mampu menahan tekanan dari
dalam yang besarnya 2 (dua) kali besarnya tekanan kerja dan memenuhi syarat
pada B.1.15. dan setelah perlakuan uji jatuh sesuai B.1.17.1. Uji jatuh dilakukan
tanpa dan dengan tekanan kerja yang dianjurkan pada posisi horizontal, vertical
dan miring 45� setelah pengujian tersebut alat semprot tidak boleh mengalami
kebocoran pada keadaan tanpa tekanan.

2) Mist-blower bermotor (model gendong)

Alat yang digunakan untuk menyemprotkan pestisida sampai rumah atau area
lain yang sulit atau tidak bias dicapai dengan alat semprot bertekanan yang
dioperasikan dengan tangan untuk tujuan residual. Berupa alat semprot yang
dilengkapi dengan mesin penggerak yang memutar kipas agar menghasilkan
hembusan udara yang kuat kearah cairan formulasi insektisida di masukkan
secara terukur. Mesin penggerak dilengkapi dengan sistem untuk menghidupkan
/ mematikan mesin.

Gambar. 2 Mist-blower

Tangki bahan bakar terletak dibawah mesin penggerak. Semua bagian yang
bergerak atau knalpot terlindung agar tidak menimbulkan cidera pada operator.
Semua tombol / tuas mudah terlihat oleh operator. Mesin penggerak/fan dipasang
pada sebuah rangka sehingga nyaman untuk digendong belakang oleh operator.
Penyangga punggung yang tidak menyerap cairan terpasang. Engine mounting
pada frame dapat menyerap getaran mesin. Komponen yang terpasang tidak tajam
dan kekuatan semburan tidak dapat mencederai operator pada pengoperasian
normal. Semua tombol / tuas pengatur terpasang secara permanen dan ditandai.
Beratnya tidak lebih dari 25 Kg pada pengoperasian normal dengan semua tangki

Riset Khusus
Riset Khusus Vektor
Vektor dan
dan Reservoir
Reservoir Penyakit
Penyakit 67
67
terisi penuh. Lubang pengisian tangki dinyatakan ukurannya dan tidak melebihi
diameter 90 mm dan dilengkapi penutup yang membuat kedap udara.

Filter harus sedemikian rupa bentuknya dan cukup dalam masuk ke dalam
tangki agar waktu pengisian tangki tidak lebih dari 60 detik tanpa menyebabkan
ceceran.

Klep pembuat tekanan dinyatakan pada semua mesin yang bekerja dengan
tekanan dan dapat membuang habis tekanan sebelum tutupnya dibuka. Jenis
bahan bakar dan kapasitasnya dinyatakan dan tandanya terpasang secara
permanen di mesin.

Pipa udara dari blower disalurkan melalui pipa menuju nozzle.Pipa udara
tersebut sedemikian rupa sehingga mudah digerakkan kerah penyemprotan
yang dikehendaki. Cairan dari tangki atau pompa dialirkan ke nozzle melalui
sebuah alat pengatur aliran. Sebuah saringan 50 mesh dipasang sebelum nozzle
mencegah terjadinya penyumbatan.

Alat pengatur besarnya aliran cairan yang terpasang tetap atau dapat
dipertukarkan dinyatakan. Alat ini terpasang pada pipa untuk mengatur besarnya
aliran rata-rata. Ukuran partikel dengan berbagai besar aliran ( flow rate ) dan
jenis cairan dinyatakan. Volume Median Diameter ( VMD ) berada pada 50 –
100 mikron dinyatakan berdasarkan pengujian.

Daya tahan mampu dioperasikan selama 50 jam dalam 10hari berurutan. Salah
satunya 8 jam non stop sebagai simulasi penanganan kejadian luar biasa.
Setiap penghentian pengoperasian harus dicatat alasannya dan perbaikan yang
dilakukan. Data jumlah pemakaian bahan bakar dicatat. Tali sandang dengan lebar
minimal 50 mm dinyatakan. Tali sandang dengan penyangga pada bahu dapat
diatur panjangnya dengan panjang minimal 750 mm.

3) Mesin pengabut dingin ( ULV , mesin aerosol ) model jinjing

Mesin pengkabut dingin (ULV, mesin aeroso) digunakan untuk penyemprotan


ruang (space spray ) di dalam bangunan atau ruang terbuka yang tidak bias
dicapau dengan mesin yang dioperasikan diatas kendaraan pengangkut. Mesin
dapat dijinjing atau digendong dilengkapi dengan komponen yang menghasilkan
aerosol untuk penyemprotan ruang. Tidak terdapat bagian yang tajam yang
dapat mencederai operator pada pemakaian normal. Apabila mesin terpasang
pada rangka maka dilengkapi dengan penahan yang tidak menyerap cairan agar
nyaman digendong. Pasangan juga dapat menyerap getaran mesin.
68 68 Riset Riset
KhususKhusus
VektorVektor dan Reservoir
dan Reservoir Penyakit
Penyakit
Gambar 3. Mesin pengabut dingin (ULV)

Semua komponen bergerak dan knalpot terlindung agar tidak membahayakan


operator selama pengoperasian. Tombol-tombol dan tuas yang berfungsi untuk
pengaturan terpasang tetap pada mesin dan diberi tanda yang jelas.

Jenis bahan dinyatakan dan setiap komponen yang bersentuhan langsung dengan
insektisida tahan terhadap korosi dan tidak menyerap . Berat alat ketika tangki
terisi penuh untuk operasi normal tidak lebih dari 20 Kg untuk model jinjing dan 25
Kg untuk model yang terpasang pada rangka model gendong.

Tangki pestisida yang terpasang tetap atau dapat diganti-ganti dinyatakan dan
isinya tidak kurang dari 1 liter. Dengan penandaan yang sedemikian rupa agar
mudah diketahui isi cairan di dalamnya. Pada tangki bahan bakar tersedia filter
yang terpasang tetap atau pada corong dinyatakan. Kapasitas tangki bahan bakar
cukup untuk pengoperasian mesin selama minimum 1 jam terus menerus. Petunjuk
jenis bahan bakar terpasang di tangki atau mesin secara permanen.

Klep buka / tutup tersedia sebelum nozzle atau aliran formulasi akan berhenti
dengan sendirinya bila mesin mati. Pengatur keluaran cairan menuju nozzle
dinyatakan. Pembatas keluaran terpasang tetap atau dapat dipertukarkan
dinyatakan. Rentang ukuran partikel dengan berbagai besar aliran ( flow rate )
dan jenis cairan dinyatakan. Volume yang disyar Median Diameter ( VMD ) kurang
dari 30 mikron dinyatakan berdasarkan pengujian.

Tali sandang dengan lebar minimal 50 mm dinyatakan. Tali sandang dengan


penyangga pada bahu dapat diatur panjangnya dengan panjang minimal 750 mm.
Apabila tingkat kebisingan melebihi 85 desibel, tanda “alat pelindung pendengaran
harus dipakai selama pengoperasian” dipasang permanen pada mesin.
Riset Khusus
Riset Khusus Vektor
Vektor dan
dan Reservoir
Reservoir Penyakit
Penyakit 69
69
4) Mesin Pengkabut Dingin ( Aerosol / ULV ) yang dioperasikan di atas
kendaraan pengangkut

Digunakan untuk penyemprotan ruang terbuka di luar bangunan, tanpa efek


residu. Merupakan mesin yang menghasilkan aerosol /ULV yang dirancang

Gambar 4. Mesin pengabut dingin (Aerosol/ULV)

untuk ditempatkan di bak belakang kendaraan pengangkut dan dioperasikan


dari ruang penumpang. Mesin semprot harus mempunyai sistem pembilasan
dan memiliki sistem pengendali.

Tangki formulasi harus dapat dipisahkan atau apabila terpasang tetap tangki
harus memiliki klep pembuang untuk agar dapat dibersihkan. Rangka mesin
harus tahan korosi, semua tangki formulasi baik yang terpasang tetap atau
dapat dipindahkan harus dapat dibedakan satu dengan lainnya. Semua bagian
bergerak atau knalpot harus terlindungi agar tidak mencederai operator.
Tidak terdapat bagian yang tajam yang dapat mencederai operator selama
pemakaian normal atau perawatan.

Semua bahan yang bersentuhan langsung dengan pestisida harus tahan


kimia, tidak menyerap dan lulus pengujian. Berat bersih dengan tangki dalam
keadaan kosong dinyatakan dan tidak lebih dari 250 kg. Kapasitas tangki
harus dinyatakan dan tidak lebih dari 50 liter. Apabila tangki tidak tembus
pandang atau tanda skala maka tangki harus memiliki alat petunjuk isi.

Lubang pengisian tangki harus terletak dibagian atas, dengan diameter


lubang pengisian tidak kurang dari 40 mm. Apabila lubang pengisian kurang
dari 90 mm, corong harus disediakan oleh pabrikan agar tidak terjadi ceceran
sewaktu mengisi.

70
70 Riset
Riset Khusus
KhususVektor
Vektordan
danReservoir
ReservoirPenyakit
Penyakit
Kapasitas tangki / konsumsi bahan bakar harus cukup untuk pengoperasian
selama 2 (dua) jam terus menerus pada keluaran formulasi yang terendah
tanpa harus pengisian ulang. Jenis bahan bakar dinyatakan.

Kompresor udara atau blower adalah Sebuah filter yang tahan korosi harus
terpasang pada kompresor / blower dan mampu menahan particle lebih besar
dari 100 mikron. Tipe pengatur aliran dinyatakan. Semua peralatan harus
mempunyai pengatur aliran yang manual ( dapat berupa pengatur aliran
yang tetap ) tetapi dapat juga yang keluarannya dapat disesuaikan dengan
kecepatan kendaraan pengangkut.

Jenis klep buka/ tutup dinyatakan, dan harus menutup ketika mesin
dimatikan atau salah satu komponen tidak berfungsi. Papan pengendali
harus mempunyai tanda permanen pada tombol / tuas OFF (mematikan)
mesin penggerak, dan tanda ON / OFF aliran pestisida dan dirancang untuk
pemasangan di kendaraan pengangkut. Rancangan pengendali jarak jauh
harus tidak menyebabkan pestisida masuk ke dalam ruang penumpang
kendaraan pengangkut.

Peralatan harus dilengkapi dengan (i) jarum penunjuk jumlah jam


pengoperasian. (ii) jarum penunjuk tekanan (sistem blower) atau tachometer
(nozzle sistem rotary) (iii) klep keamanan tekanan udara atau sensor pada
mesin sistem blower, ini dapat menggantikan (ii) bila tekanan menjadi
rendah.

Jumlah jam pengoperasian tanpa gangguan dan kesulitan menghidupkan


mesin pada jumlah keluaran maksimum harus dinyatakan. Pengujian
dilakukan tidak kurang dari 50 jam selama tidak lebih dari 2 minggu.

Apabila tingkat kebisingan melebihi 85 desibel, tanda “alat pelindung


pendengaran harus dipakai selama pengoperasian” dipasang permanen
pada mesin. Tingkat kebisingan pada jarak 1 meter dari mesin sepanjang
pengoperasian harus dinyatakan

5) Mesin Pengkabut Panas ( Hot Fogger ) model jinjing

Mesin pengkabut panas digunakan untuk penyemprotan ruang di dalam bangunan


atau ruang terbuka yang tidak dapat dicapai dengan mesin pengkabut panas yang
dioperasikan di atas kendaraan pengangkut. Mesin pengkabut panas portable
harus memiliki sebuah nozzle energy panas tempat larutan insektisida dalam

Riset Khusus
Riset Khusus Vektor
Vektor dan
dan Reservoir
Reservoir Penyakit
Penyakit 71
71
minyak atau campuran dengan air dimasukkan secara terukur. Komponen utama
harus terpasang pada rangka yang kuat. Bila diinginkan mesin dapat dilengkapi
mekanisme menghidupkan mesin yang terdiri dari : baterai, coil, sistem busi,

Gambar 5. Mesin pengkabut panas (model jinjing)

pompa tangan atau pompa yang digerakkan oleh tenaga baterai untuk member
tekanan kepada saluran bahan bakar ketika menghidupkan mesin. Semua
permukaan yang panas yang terlindungi dengan cukup untuk mencegah kejadian
luka bakar pada operator. Tidak boleh terdapat bagian yang tajam yang dapat
menyebabkan cidera pada operator pada pemakaian normal. Semua komponen
yang harus diatur selama pengoperasian harus terpasang secara permanen
dan ditandai dengan jelas. Mesin harus mempunyai petunjuk keselamatan yang
jelas yang menyatakan bahwa mesin tidak boleh ditinggalkan tanpa pengawasan
selama pengoperasian.

Bahan harus dinyatakan dan semua komponen yang bersentuhan langsung


dengan pestisida harus tahan korosi, tidak menyerap dan memenuhi syarat yang
ditentukan pada mesin tipe pulsa-jet harus mempunyai resonator baja yang tahan
pada suhu 1500 �C.
Dengan semua tangki terisi penuh untuk pengoperasian normal, beratnya
dinyatakan dan tidak lebih dari 20 kg. Kapasitas tangki yang dapat diganti-
ganti atau terpasang tetap harus dinyatakan. Apabila bahan tangki bukan dari
bahan yang tembus pandang atau berskala maka sebuah batang pengukur
harus disediakan untuk mengukur banyaknya isi cairan di dalam tangki. Lubang
pengisian harus berada disisi atas mesin dan ukurannya dinyatakan. Corong
bersaring harus disediakan apabila diameter lubang pengisian kurang dari 90 mm.
Apabila posisi lubang pengisian tidak dibagian atas, corong bersaring bengkok
harus disediakan.

Kapasitas tangki dan besarnya konsumsi harus dinyatakan serta harus cukup
untuk menyemprotkan habis formulasi pada jumlah keluaran (flow rate) terkecil
tanpa harus mengisi ulang. Jenis bahan bakar harus dinyatakan.

72
72 Riset
Riset Khusus
Khusus Vektor
Vektor dan
danReservoir
ReservoirPenyakit
Penyakit
Bila menggunakan pompa tangan, mesin harus sudah dapat hidup pada hitungan
pemompaan tidak lebih dari 10 kali. Beberapa mesin kemungkinan menggunakan
pompa yang digerakkan oleh tenaga listrik.
Klep buka / tutup untuk menutup secara otomatis aliran formulasi pestisida menuju
nozzle apabila mesin mati sebagai tambahan dari klep buka / tutup manual yang
terpasang dinyatakan. Klep pengatur besarnya aliran meskipun dapat dipertukarkan
harus terpasang tetap pada mesin. Pembatas aliran tersebut harus dinyatakan.
Rentang ukuran partikel pada jumlah keluaran baku dan jumlah keluaran lainnya
harus dinyatakan. Volume Median Diameter (VMD) harus lebih kecil dari 30 mikron.
Lebarnya tali sandang harus dinyatakan, dan tidak kurang dari 50mm pada posisi
bahu dan dapat diatur panjangnya dengan sebuah pengencang sehingga tidak
kurang dari 750 mm serta harus memenuhi ketentuan daya serap kurang dari 10
% dari berat keringnya.
Tidak terjadi kebocoran pada tangki dan komponen lainnya selama pengoperasian
secara normal dan harus lulus test yang ditentukan. Jumlah jam operasi tanpa
kegagalan pada pengoperasian dan menghidupkan mesin harus dinyatakan. Test
ketahanan yang ditentukan dilakukan dengan air dengan pembatas aliran terbesar
dengan interval buka / tutup masing-masing selama 15 menit.

6) Mesin Pengkabut Panas (Hot Fogger) yang dioperasikan di atas kendaraan


pengangkut
Mesin semprot yang digunakan untuk penyemprotan ke ruang terbuka diluar
bangunan Mesin pengkabut panas yang dioperasikan dari atas kendaraan tanpa
residu. Terdapat 2 prinsipkerja mesin tipe ini, i. mesin yang berkerja dengan sitem
pulsa-jet. Ii. Mesin yang bekerja dengan piston mesin 2 atau 4 langkah, konvensional,
kipas penghembus, unit pemanas atau piringan berputar. Mesin di operasikan di
atas kendaraan pengangkut atau mobil pickup harus dilengkapi dengan thermal

Gambar 6. Mesin pengkabut panas (yang dioperasikan dengan kendaraan pengangkut)

nozzle tempat formulasi dengan pelarut minyak atau campuran air dimasukkan
secara terukur. Mesin harus sedemikian rupa harus dapat dioperasikan dari dalam

Riset Khusus
Riset Khusus Vektor
Vektor dan
dan Reservoir
Reservoir Penyakit
Penyakit 73
73
ruang penumpang. Mesin mempunyai tangki formulasi yang disediakan atau
dapat ditambahkan kemudian dan harus dapat dilepaskan atau mempunyai klep
pembuangan agar mudah dibersihkan. Mesin biasanya terpasang pada rangka
dan rangka tersebut harus tahan korosi. Semua komponen harus dapat dijangkau
oleh

operator. Semua tangki digunakan secara tetap dan diberi penandaan yang
jelas. Knalpot mesin harus terlindung agar tidak mencederai operator. Tidak boleh
terdapat bagian yang tajam yang dapat melukai operator selama pengoperasian
secara normal atau ketika melakukan perawatan. Mesin harus mempunyai petunjuk
keamanan yang jelas dan memperingatkan bahwa mesin yang sedang beroperasi
tidak boleh ditinggalkan tanpa pengawasan.

Semua bahan dinyatakan. Semua komponen yang bersentuhan langsung dengan


pestisida harus tahan korosi, tidak menyerap dan harus lulus pengujian yang
ditetapkan pada mesin dengan sistem pulsa jet harus mempunyai resonator yang
tahan suhu 1500� C misalnya baja austhenite No. 1.4845. Berat mesin dalam
keadaan tangki kosong dan tanpa semua komponen lepasan dinyatakan dan tidak
melebihi 250 kg.

Kapasitas tangki pestisida yang terpasang atau yang dapat dipertukarkan


dinyatakan dan tidak kurang dari 50 liter. Apabila tangki tidak tembus pandang atau
tidak ada tanda-tanda yang menunjukkan isinya, maka sebuah jarum penunjuk isi
harus tersedia. Lubang pengisian harus terletak di bagian atas tangki. Apabila
diameter lubang pengisian kurang dari 90 mm, sebuah corong harus disediakan
untuk memudah pengisian.

Sebuah klep pelepas tekanan udara dinyatakan dan harus mampu melepaskan
tekanan sampai habis sebelum tangki dibuka. Kapasitas tangki dan komsumsi
bahan bakar harus dinyatakan. Jenis bahan bakar harus dijelaskan. Jenis klep
buka / tutup dinyatakan dan harus dapat menutup secara dengan sendirinya
apabila mesin dimatikan atau terdapat komponen yang yang tidak berfungsi.

Pengatur aliran formulasi ke nozzle harus terpasang secara tetap tetapi dapat
dipertukarkan harus dinyatakan. Rentang ukuran partikel pada jumlah aliran baku
dan jumlah aliran lainnya dinyatakan. Besarnya partikel tidak bolehlebih besar dari
30 mikron VMD. Papan pengendali harus disediakan dan memiliki tombol / tuas
untuk mematikan mesin, tombol / tuan ON / OFF pengaliran formuliasi pestisida
dan dirancang untuk dioperasikan dari dalam ruang penumpang kendaraan
pengangkut.

74
74 Riset
Riset Khusus
KhususVektor
Vektordan
danReservoir
ReservoirPenyakit
Penyakit
Tidak terjadi kebocoran pada tangki dan komponen lainnya selama pengoperasian
secara normal dan harus lulus test. Jumlah jam operasi tanpa kegagalan pada
pengoperasian dan menghidupkan mesin harus dinyatakan. Test ketahanan
yang ditentukan dilakukan dengan air dengan pembatas aliran terbesar dengan
interval buka / tutup masing-masing selama 15 menit. Apabila tingkat kebisingan
melebihi 85 desibel, tanda “alat pelindung pendengaran harus dipakai selama
pengoperasian” dipasang permanen pada mesin.

Peralatan perlindungan diri yang harus digunakan oleh petugas/pelaksana


pengendalian vektor sesuai dengan jenis pekerjaannya harus mengacu pada
kriteria klasifikasi pestisida berdasarkan bentuk fisik, jalan masuk ke dalam tubuh
dan daya racunnya, maka harus dipilih perlengkapan pelindung diri seperti tertera
pada Tabel 2.

Tabel 2. Jenis pekerjaan, klasifikasi pestisida dan jenis perlengkapan perlindungan


diri yang akan dipakai pada pelaksanaan pengendalian vektor.

1 Sepatu boot, 2 Sepatu kanvas, 3 Baju terusan lengan panjang dan celana
panjang (coverall), 4 Topi, 5 Sarung tangan, 6 Apron/celemek, 7 pelindung muka,
dan 8 Masker.

+ = harus digunakan, - = tidak perlu, * = bila tidak menggunakan pelindung muka, ** : bila
tidak memakai sepatu boot (KEPMENKES RI,No. 1350/Menkes/SK/XII/2001, Tentang
Pestisida, 11 Desember 2001).

Riset Khusus Vektor dan Reservoir Penyakit 75


Riset Khusus Vektor dan Reservoir Penyakit 75
Perlengkapan pelindung dikelompokkan menjadi 4 tingkat berdasarkan kemampuannya
untuk melindungi penjamah dari pestisida, yaitu :

 Highly-Chemical Resistance : digunakan tidak lebih dari 8 jam kerja, dan harus
dibersihkan dan dicuci setiap selesai bekerja.

 Moderate-Chemical Resistance : digunakan selama 1-2 jam kerja . Dan Harus


dibersihkan atau diganti apabila waktu pemakaiannya habis.

 Slightly-Chemical Resistance : dipakai tidak lebih dari 10 menit.

 Non-Chemical Resistance : tidak dapat memberikan perlindungan terhadap


pemaparan tidak dianjurkan untuk dipakai.

Baju terusan berlengan panjang dan celana panjang dengan kaos kaki dan sepatu
dapat berupa seragam kerja biasa yang terbuat dari bahan katun apabila menggunakan
pestisida klasifikasi II atau III. Apabila menggunakan pestisida klasifikasi 1.a dan 1.b
maka dianjurkan memakai baju terusan yang dapat menutup seluruh badan dari pangkal
lengan hingga pergelangan kaki dan leher, dengan sesedikit mungkin adanya bukaan,
jahitan atau kantong yang dapat menahan pestisida. Baju terusan tersebut (coverall)
dipakai diatas seragam kerja diatas dan pakaian dalam.

Kaca mata yang menutup bagian depan dan samping mata atau googles dianjurkan
untuk menuang atau mencampur pestisida konsentrat atau pada kategori 1.a dan 1.b.
Apabila ada kemungkinan untuk mengenai muka maka faceshield sangat dianjurkan
untuk dipakai.

Perlu juga untuk menyediakan peralatan dan bahan untuk menanggulangi tumpahan/
ceceran pestisida, antara lain : kain majun, pasir / serbuk gergaji, sekop dan kaleng/
kantong plastic penampung.

Kotak P3K berisi obat-obatan, kartu emergency plan yang memuat daftar telepon
penting, alamat dan nama yg di dapat dihubungi untuk meminta pertolongan
dalam keadaan darurat / keracunan. Misalnya Pusat Keracunan (Poison center),
ambulan, rumah sakit terdekat dengan lokasi kerja, polisi, pemadam kebakaran.
Penyediaan pemadam kebakaran portable juga dianjurkan apabila bekerja dengan
mesin semprot yang dapat menimbulkan bahaya kebakaran.

A. Bahan Pengendalian Vektor

Bahan yang digunakan dalam upaya pengendalian vektor berupa insektisida, baik
sasaran terhadap nyamuk vektor dewasa maupun terhadap larva/jentik nyamuk,

76 Riset Khusus Vektor dan Reservoir Penyakit

76 Riset Khusus Vektor dan Reservoir Penyakit


sebagai berikut:
1) Insektisida yang digunakan untuk penyemprotan residual dalam program
pengendalian malaria adalah Bendiocarb 80%, Lamdacyhalothrine 10%,
Etofenprox 20%, Bifenthrine 10%, Alfacypermethrine 5% dan Deltamethrine
5%.
2) Insektisida yang dicelupkan pada kelambu dan kelambu berinsektisida (LLINs
= long lasting insecticidal nets) dalam program pengendalian malaria adalah
Deltamethrine dan Permethrine
3) Insektisida yang digunakan untuk mengendalikan larva/jentik nyamuk vektor
malaria adalah Pyriproxyfen, S-Metoprene, Bacillus thuringiensis sub sp
israelensis.
4) Isektisida yang digunakan untuk pengendalian vektor Demam Berdarah Dengue
adalah Malathion, Metil pyrimifos, Cypermetrin, Alfacypermetrin
5) Insektisida yang digunakan untuk mengendalikan larva/jentik nyamuk vektor
Demam Berdarah Dengue adalah Pyriproxyfen, Bacillus thuringiensis sub sp
israelensis.

Riset Khusus
Riset Khusus Vektor
Vektor dan
dan Reservoir
Reservoir Penyakit
Penyakit 77
77
78 78 Riset
Riset Khusus
Khusus Vektor
Vektor dandan Reservoir
Reservoir Penyakit
Penyakit
MATERI INTI V
PENGENDALIAN BINATANG PEMBAWA
PENYAKIT

I. Diskripsi Singkat

Pengendalian vektor berdasarkan Permenkes Nomor : 374/Menkes/Per/III/2010


tentang Pengendalian Vektor, memuat pedoman pengendalian vektor terpadu (PVT),
peralatan dan bahan surveilans vektor serta peralatan dan bahan pengendalian
vektor.

Peralatan dan bahan surveilans vektor adalah semua alat dan bahan yang digunakan
dalam kegiatan surveilans vektor dalam rangka mengumpulkan data dan informasi
tentang vektor yang digunakan sebagai dasar dalam tindakan pengendalian vektor.
Peralatan dan bahan pengendalian vektor digunakan dalam rangka menekan atau
menurunkan populasi vektor, sehingga tidak berisiko untuk terjadinya penularan
penyakit tular vektor di suatu wilayah.

Setiap peralatan yang dipakai dalam upaya pengendalian vektor harus memenuhi
persyaratan yang dibuktikan dengan sertifikat Standar Nasional Indonesia (SNI) atau
sertifikat kesesuaian yang dikeluarkan oleh lembaga pengujian independen yang
terakreditasi dan ditunjuk oleh Kementerian Kesehatan RI atau lembaga pengujian di
negara lain yang ditunjuk, dengan mengacu pada ketentuan spesifikasi WHO; (WHO/
CDS/NTD /WHOPES /GCDPP/2006.5).

Peralatan yang digunakan dalam pengendalian vektor DBD adalah mesin pengkabut
panas (Hot Fogger), mesin pengkabut dingin (Aerosol / ULV) yang dioperasikan di
atas kendaraan pengangkut. Modul ini membahas cara pengoperasian, perawatan
dan perbaikan alat pengendalian vektor tersebut. Bahan yang digunakan dalam upaya
pengendalian vektor DBD berupa insektisida, baik sasaran terhadap nyamuk vektor
dewasa maupun terhadap larva/jentik nyamuk.

Untuk melaksanakan kegiatan pengendalian vektor, diperlukan suatu modul, yang


dipergunakan sebagai acuan dalam pelaksanaan peningkatan kapasitas tenaga
entomologi/pelatihan surveilans vektor nyamuk bagi petugas kesehatan yang akan
melaksanakan kegiatan tersebut di pusat dan daerah. Bionomik nyamuk ini merupakan
salah satu materi inti yang diperlukan dalam pelaksanaan kegiatan pelatihan
Pengendalian Vektor.

Riset Khusus
Riset Khusus Vektor
Vektor dan
dan Reservoir
Reservoir Penyakit
Penyakit 79
79
II. Tujuan Pembelajaran
a. Tujuan Umum:
Setelah mengikuti materi ini, peserta diharapkan mampu memahami kegiatan
Pengedalian Binatang Pembawa Penyakit

b. Tujuan Khusus:
Setelah mengikuti materi ini peserta mampu menjelaskan :
1. Pengendalian Tikus
2. Pengendalian Lalat
3. Pengendalian Kecoak

III. Pokok Bahasan dan Sub Pokok Bahasan


Dalam materi ini akan dijelaskan pokok bahan dan subpokok bahasan sebagai
berikut :
1. Pengendalian Tikus
2. Pengendalian Lalat
3. Pengendalian Kecoak

IV. Metode dan Alat Bantu


a. CTJ
b. Diskusi
c. Praktek
d. Alat bantu dan media (film , laptop dan LCD)
e. Entomologi kit
f. Mesin Fogging
g. Spray can
h. Bahan Bakar
i. Praktek lapangan

V. Langkah Kegiatan Pembelajaran


Langkah 1. Pengkondisian
Langkah pembelajaran:
1. Fasilitator menyapa peserta dengan ramah dan hangat kemudian
memperkenalkan diri dengan menyebutkan nama lengkap, instansi tempat
bekerja dan materi yang akan disampaikan.
2. Menyampaikan tujuan pembelajaran materi ini dan pokok bahasan yang akan
disampaikan, sebaiknya dengan menggunakan bahan tayang.

80
80 Riset
Riset Khusus
Khusus Vektor
Vektor dan
danReservoir
ReservoirPenyakit
Penyakit
Langkah 2. Penyampaian Materi
Langkah pembelajaran:
1. Fasilitator menyampaikan paparan seluruh materi sesuai urutan pokok bahasan
dan sub pokok bahasan dengan menggunakan bahan tayang.
2. Fasilitator menyampaikan materi dengan metode ceramah tanya jawab,
kemudian curah pendapat, diskusi, praktek identifikasi. Praktek lapangan

Langkah 3. Diskusi
Langkah pembelajaran:
1. Fasilitator melakukan diskusi dengan seluruh peserta apakah sudah memahami
terhadap materi yang telah diberikan
2. Memberikan jawaban, penjelasan dan pemahaman apabila ada pertanyaan
dari peserta yang merupakan pengembangan pengetahuan dari materi yang
diberikan.

Langkah 4. Rangkuman dan Kesimpulan


Langkah pembelajaran:
1. Fasilitator melakukan evaluasi untuk mengetahui penyerapan peserta terhadap
materi yang disampaikan dan pencapaian tujuan pembelajaran.
2. Fasilitator merangkum poin-poin penting dari materi yang disampaikan.
3. Fasilitator membuat kesimpulan.

VI. Uraian Materi


Materi I. Pengendalian Tikus
Pokok bahasan . Pengendalian Tikus
Pengendalian tikus dan mencit dapat dilakukan dengan cara non kimiawi yaitu
dengan penangkapan (trapping) dan kimiawi menggunakan umpan beracun

1. Penangkapan tikus dengan perangkap (trapping)

Pengendalian tikus dan mencit tanpa racun atau dengan Perangkap, dilakukan
dengan meletakkan perangkap di jalur yang biasa dilalui tikus, ini adalah
beberapa jenis perangkap yang dapat digunakan pada pengendalian tikus dan
mencit (1 Perangkap hidup individu 2. Perangkap hidup massal, 3. Perangkap
jepit, 4. Perangkap lem, 5. Perangkap elektrik, 6. perangkap bubu) dapat dilihat
pada gambar dibawah :

Riset Khusus
Riset Khusus Vektor
Vektor dan
dan Reservoir
Reservoir Penyakit
Penyakit 81
81
Gambar 1. Perangkap hidup individu Gambar 2. Perangkap hidup massal

Gambar 3. Perangkap hidup jepit Gambar 4. Perangkap tikus lem

Gambar 5. Perangkap elektrik

Keterangan : setiap perangkap tikus yang dipakai supaya diberikan tanda berupa stiker/
label agar tidak mengganggu perangkap tersebut.

a. Cara penempatan perangkap


Apabila terdapat tanda-tanda keberadaan tikus, pada sore hari dilakukan
pemasangan perangkap dengan memperhatikan jalur tikus di masing-masing
lokasi sebagai berikut. Bangunan tertutup : perangkap diletakkan di lantai pada
lokasi dimana ditemukan tanda-tanda keberadaan tikus; di Bangunan terbuka :
perangkap diletakkan di pinggir saluran air; taman; kolam; di dalam semak-semak;

82
82 Riset
Riset Khusus
Khusus Vektor
Vektor dan
danReservoir
ReservoirPenyakit
Penyakit
sekitar TPS; tumpukan barang bekas. Untuk menentukan jumlah perangkap, setiap
ruangan/ ruangan terbuka seluas 10 m2 dipasang satu perangkap.

Penempatan perangkap untuk masing-masing spesies dapat dilihat pada


tabel 4.
Tabel 4. Cara pengendalian tikus dan mencit secara mekanik/fisik
dengan perangkap
TEMPAT SPESIES

R. tanezumi R. norvegicus M.musculus

 Pemasangan
 Pemasangan perangkap
perangkap - Perangkap
- Perangkap jepit jepit untuk
 Pemasangan perangkap
(Snap trap) untuk tempat yang
- Perangkap jepit untuk
tempat yang relatif relatif sempit
tempat yang relatif
sempit di tepi dinding
sempit di tepi dinding
di tepi dinding - Perangkap
- Perangkap hidup
- Live trap hidup individu
individu dan ma ssal
Bangunan a. Perangkap bubu dan massal
a. Perangkap bubu di
dan ruang di lantai a. Perangkap
lantai
terbuka, b. Sherman trap bubu di
b. Bangunan:
(perangkap kotak) lantai
10 m2/ perangkap
di lantai b. Sherman
c. Ruang terbuka: 10
10 m2/ perangkap trap
m2/ perangkap
c. Bangunan: (perangkap
d. Jarak perangkap 10
10 m2/ perangkap kotak) di
m2/ perangkap
d. Jarak perangkap lantai
10 m 2/perangkap c. Bangunan:
10 m2/
perangkap

Perangkap yang belum berisi tikus dibiarkan dan diperiksa setiap pagi sampai
tiga malam dan diperiksa setiap pagi. untuk memberi kesempatan pada tikus
yang ada untuk memasuki perangkap untuk mengumpulkan hewan yang
tertangkap.
Perangkap bekas terisi tikus dan mencit harus dicuci dengan air dan sabun
dan dikeringkan segera.
Pemasangan perangkap dalam upaya pengendalian ini dilakukan selama tiga
hari berturut-turut.

b. Bahan dan alat


Bahan dan alat untuk penangkapan tikus terdiri atas :

Riset Khusus
Riset Khusus Vektor
Vektor dan
dan Reservoir
Reservoir Penyakit
Penyakit 83
83
 Perangkap tikus bubu (Lampiran 10)
 Umpan (selai kacang, keju, umbi-umbian, ikan asin/ikan jambal), kelapa
bakar, dan lain-lain)

c. Prosedur setelah penangkapan


Penangkapan tikus dilakukan untuk mengetahui spesiesnya, sehingga dapat
dilakukan upaya pencegahan yang sesuai dengan spesies tikus tersebut.
Peralatan yang diperlukan untuk identifikasi tikus adalah :
 Sarung tangan
 Penggaris
 Formulir identifikasi
 Masker
 Kantong kain warna putih
 Eter
 Kapas
 Sabun/deterjen
 Nampan
 Tang
 Kawat pengikat

Perangkap yang berhasil (berisi) tikus dimasukkan kedalam kantong kain.


Kemudian kantong kain yang berisi perangjkap tadi dimasukkan kedalam
kantong plastic berisi kapas yang dibasahi eter. Setelah beberapa saat tikus/
mencit yang telah terbius dikeluarkan dan dilakukan dislokasi (= menarik tulang
leher sampai mati)

Tindakan selanjutnya untuk mengetahui jenisnya tikus yang tertangkap diidentifikasi


dengan cara sebagai berikut :
 Ukur panjang badan
 Ukur panjang ekor
 Ukur panjang telapak kaki
 Ukur panjang telinga
 Lihat rumus susu atau testis
 Lihat warna bulu punggung dan perut
 Lihat warna ekor bagian atas dan bawah
 Lihat bulu badan (kasar atau halus), terutama bagian pangkal dan ekor
 Berat badan
 Lihat kunci identifikasi (Lampiran 11)

Untuk mengidentifikasi tikus dan mencit berdasarkan ukuran dan warna bulu

84
84 Riset
Riset Khusus
Khusus Vektor
Vektor dan
danReservoir
ReservoirPenyakit
Penyakit
badan dapat dilihat juga pada tabel 5. Pencatatan dilakukan menurut formulir 2
(lampiran 8)

Tabel 5. Identifikasi Rodentia Berdasarkan Ukuran dan Warna Bulu Badan

TL T/BX100 HF E WARNA BULU


JENIS TIKUS M
(mm) % (mm) (mm) BADAN

Atas-bawah coklat
R. rattus diardi 220-370 95-115 33-38 19-23 2+3 = 10 tua-
kelabu

Atas coklat kelabu


R. norvegicus 350-400 80-100 42-47 18-23 3+3 = 10
bawah kelabu

Atas-coklat kelabu
M. musculus < 75 80-120 12-18 8-12 3+2= 10 Bawah –coklat
kelabu

Keterangan :
TL = panjang tubuh dari ujung kepala sampai ekor
T = panjang ekor
HF = panjang telapak kaki belakang
E = lebar telinga
M = jumlah pasangan susu (dada + perut)
B = panjang badan

Untuk menentukan pengukuran panjang ekor, panjang tubuh, panjang kaki


belakang dan lebar telinga lihat gambar 10

Tikus dan mencit yang telah selesai diamati/diidentifikasi harus segera


dimusnahkan (dikubur atau dibakar)

d. Pelaksana
Tenaga penangkap tikus :
Staf unit sanitasi/entomolog

Riset
Riset Khusus Vektor dan Reservoir
Reservoir Penyakit
Penyakit 85
85
Pengawas :
Tenaga sanitasi/entomolog

2. Pengendalian tikus dan mencit secara kimiawi dengan umpan beracun

Pengendalian tikus dan mencit secara kimiawi dilakukan dengan menggunakan


racun / Rodentisida, dilakukan dengan meletakkan umpan beracun di jalur yang
biasa dilalui tikus dan mencit serta melakukan Fumigasi.
Pengendalian tikus dengan umpan beracun sebaiknya sebagai pilihan terakhir. Bila
tidak teliti cara pengendalian ini sering menimbulkan bau yang tidak sedap akibat
bangkai tikus yang tidak ditemukan. Selain itu racun tikus juga sangat berbahaya
bagi manusia dan hewan/binatang lainnya.

ada tiga (3) metoda / kelompok racun tikus yang umum digunakan pada saat ini,
adalah
 Racun Kronik (Anticoagulant)
 Racun Akut (Non-anticoagulant atau Fast-acting)
 Gas Fumigasi

Rodentisida/ Racun kronik adalah racun yang bekerja secara lambat dengan
menghentikan siklus vitamin K di dalam hati dengan berakibat perdarahan di
bagian dalam tubuh tikus dan mencit menyebabkan kematian, racun kelompok
ini akan membunuh tikus dan mencit setelah 2 (dua) sampai 4 (empat) hari umpan
beracun dimakan oleh tikus atau mencit. Rodentisida kronik ini yang disarankan
untuk digunakan dalam kegiatan pengendalian tikus dan mencit karena mempunyai
Antidote berupa vitamin K.

Rodentisida/ racun akut (fast acting) adalah racun yang bekerja cepat, sangat
beracun dan berbahaya bila dibanding dengan rodentisida kronik, tidak mempunyai
antidote. Penggunaan rodentisida kelompok ini karena sangat beracun, bisa
membunuh binatang bukan sasaran, sehingga penggunaannya saat ini kurang
populer dan harus hati-hati.

Racun akut harus diberikan dalam dosis letal, karena kalau tidak maka tikus tidak
mati dan tidak mau lagi memakan umpan beracun yang sejenis. Sedangkan kalau
racun diberikan dalam dosis letal, maka tikus akan mati dalam setengah jam
kemudian.

Fumigasi adalah proses pemaparan gas beracun terhadap tikus dan mencit di dalam
suatu ruangan dan dalam waktu tertentu. Kegiatan fumigasi ini harus dilakukan

86
86 Riset Khusus
Riset Khusus Vektor
Vektor dan
dan Reservoir
ReservoirPenyakit
Penyakit
oleh petugas yang terlatih dengan tingkat keamanan dan keselamatan yang tinggi.
Petugas fumigasi harus mengikuti prosedur yang telah ditetapkan sesuai dengan
Permenkes No.34 tahun 2013.

Daftar bahan aktif (b.a) Rodentisida yang dianjurkan oleh WHO terlampir, demikian
juga b.a Gas Fumigasi yang sesuai dengan Permenkes No.34 tahun 2013
terlampir.

A. Pencegahan
Sanitasi / Kebersihan Lingkungan dan Kondisi konstruksi / struktur bangunan
merupakan faktor penting terhadap keberadaan tikus dan mencit di suatu area. Untuk
mencegah keberadaan dan meningkatnya populasi tikus dan mencit perlu dilakukan
upaya-upaya Pencegahan, antara lain sebagai berikut :
 Hilangkan tumpukan sampah
 Bersihkan ceceran / sisa-sisa bahan makanan
 Merawat pipa air dan menghilangkan genangan air di dalam bangunan.
 Simpan bahan makanan dan produk dengan baik
 Gudang penyimpanan bahan dan produk makanan harus selalu bersih, harus
ada lorong inspeksi di antara tumpukan bahan dan produk Konstruksi / struktur
bangunan “anti tikus dan mencit”

Materi II. Pengendalian Lalat


Pokok bahasan 1. Pengendalian Lalat
Pengendalian lalat adalah tindakan untuk mencegah, menekan atau mengurangi
populasi lalat. Disamping itu juga untuk melenyapkan gangguan yang ditimbulkan
oleh lalat sampai kepada kondisi tidak menjadi masalah kesehatan masyarakat
maupun estetika.

Menurunkan tingkat kepadatan lalat sehingga tidak menjadi masalah dalam rangka
penyebaran penyakit yang dapat ditularkan oleh lalat.
Tindakan pengendalian dilakukan bilamana :
- Adanya keluhan dari awak kapal/penumpang/masyarakat sekitar tempat-tempat
yang potensial sebagai sarang lalat.
- Pertimbangan-pertimbangan estetika atau kesehatan, (angka densiti yang pasti
belum dapat ditemukan).

Dalam melakukan pengendalian langkah-langah yang perlu dilakukan :


a. Survei/inspeksi area/lokasi dan lingkungannya
- Stratifikasi area : Area-area di dalam dan di luar bangunan lokasi (contohnya

Riset Khusus
Riset Khusus Vektor
Vektor dan
dan Reservoir
Reservoir Penyakit
Penyakit 87
87
kalau di pelabuhan termasuk kapal antara lain adalah Perkantoran, Ruang
Tunggu, Restoran, Pergudangan, Toilet, Tempat Penampungan Sampah
(Kering dan Basah) dan lain-lain yang ada kaitannya dengan keberadaan
lalat.
Demikian pula pada area-area di dalam dan di luar lokasi lainnya (TTU,
permukiman maupun angkutan umum dilakukan pada lokasi yang berpotensi
sebagai tempat perkembangiakan lalat.
- Kondisi bangunan dan Angkutan umum (comtohnya kapal) : Pintu, Jendela,
Lubang Ventilasi dan lain-lain. Yang dijadikan akses masuk lalat ke dalam
bangunan
- Kondisi sanitasi di area/lokasi di TTU (Pelabuhan), permukiman dan
Angkutan Umum (Kapal).

b. Survei penangkapan lalat


Penangkapan dilakukan di area atau ditempat-tempat yang diduga sebagai
tempat perkembang biakkan larva. Koleksi lalat dewasa dilakukan dengan
menggunakan tangguk serangga (sweeping net). Cara ini dilakukan pada
waktu hari terang dan menggunakan jebakan lampu (light trap). Cara ini
dilakukan pada waktu malam hari. Perangkap diletakkan di sekitar tempa-
tempat yang diduga sebagai tempat adanya lalat.

c. Identifikasi
Lalat yang ditemukan dari hasil penangkapan di area/lokasi, dimatikan
dengan chloroform atau ether atau dibunuh dengan sianida dan setelah
mati direkatkan pada kertas segitiga. Kertas segitiga tersebut diletakkan
pada jarum serangga (insect pin) dan dikeringkan pada suhu 30o C selama
10-15 menit). Kumpulkan lalat yang telah dikeringkan disimpan dalam kotak
serangga yang telah diberi kamper. Data yang terumpul yakni jumlah larva,
pupa dan lalat dewasa dipisahkan menurut lokasi koleksi. Untuk kemudian
diidentifikasi menggunakan kunci identifikasi menurut Scott.

 Estimasi Populasi
Berdasarkan dari perhitungan jumlah lalat per menit yang hinggap pada
“fly grids” atau jumlah lalat yang melekat pada “sticky trap” (perangkap
lem) per hari atau jumlah lalat yang terperangkap pada perangkap umpan
per hari atau jumlah lalat yang melekat pada pheromone/attractant per
hari. Apabila kegiatan ini dilakukan setiap bulan secara terus menerus,
dalam setahun akan dapat diketahui fluktuasi densitas bulanan lalat di
area/lokasi tertentu.

88
88 Riset
Riset Khusus
Khusus Vektor
Vektor dan
danReservoir
ReservoirPenyakit
Penyakit
 Sumber-sumber lalat (tempat perkembangbiakan)
Semua tempat yang diduga akan menjadi tempat perkembangbiakan
lalat harus diperiksa, seperti tempat penampungan sampah sementara
(terutama sampah organik), bahan-bahan makanan yang membusuk,
saluran air yang tersumbat oleh sisa-sisa bahan organik, masing-masing
di luar dan di dalam bangunan.

d. Metoda Pengendalian
Pengendalian lalat dapat dilakukan dengan cara non kimia dan
kimiawi

1) Non kimiawi
Pengendalian non kimia antara antara lain meliputi :sanitasi, penghalang
fisik, perangkap lem, perangkap umpan, perangkap cahaya

a) Sanitasi
Pengendalian dengan menggunakan cara ini dapat ditujukan
terhadap larva dan lalat dewasa meliputi antara lain :
- Menciptakan lingkungan yang tidak memberikan suatu bentuk
kehidupan larva lalat yaitu keadaan yang kering, udara sejuk
dan bersih
- Membuat tempat-tempat lingkungan kerja yang bersih sehingga
tidak memungkinkan pupa lalat untuk hidup dan hinggap
- Mencegah adanya bau yang dapat merangsang lalat dewasa
datang, dengan menutup sampah/bagian yang bau dengan
penutup plastik, yang langsung dibuang seperti sisa makanan,
ikan, kepala udang dan sebagainya.
- Membuat tempat/alat yang tidak disenangi lalat untuk istirahat
misalnya dinding vertikal yang bebas dari barang yang
bergelantungan
- Perbaikan lingkungan untuk mengurangi tempat-tempat yang
potensial sebagai tempat perkembangbiakan, terutama tempat
pembuangan sampah (sebagai acuan lihat SK Dirjen PPN &
PLP No. 281/1989),
- Sampah terutama sampah dapur ditampung pada tempat yang
baik dan tertutup.
- Pengangkutan dan pembuangan sampah dari setiap kamar
dilakukan setiap hari dengan cara yang baik
- Tempat pengumpulan sampah diberi alas yang kedap air
misalnya dengan besi pelat, seng, dan lain-lain.

Riset Khusus
Riset Khusus Vektor
Vektor dan
dan Reservoir
Reservoir Penyakit
Penyakit 89
89
- Untuk tempat buangan kotoran, gunakan kakus/wc, yang selalu
dalam keadaan bersih.

b) Penghalang fisik
Pengendalian lalat dengan menggunakan penghalang fisik
dapat dilakukan antara lain dengan :
- Pemasangan kawat kassa pada pintu dan jendela serta lobang
angin
- Membuat pintu dua lapis, daun pintu pertama kearah luar dan
lapisan kedua merupakan pintu kasa yang dapat membuka dan
menutup sendiri
- Mengalirkan angin yang kencang pada dinding atas sampai
bawah pintu sehingga lalat/serangga terjatuh bila masuk kedalam
rumah,

c) Perangkap lem

Pengendalian ini dengan menggunakan sticky tapes yaitu umpan


kertas lengket berbentuk pita/lembaran. Dipasarkan alat ini tersedia,
menggantung diatap, menarik lalat dengan kandungan gulanya.
Lalat hinggap pada alat ini akan terperangkap oleh lem. Alat ini
berfungsi beberapa minggu bila tidak tertutup sepenuhnya oleh
debu atau lalat yang terperangkap.

d) Perangkap umpan

Umpan yang diberikan harus memberikan bau yang menarik bagi


lalat. Bahan-bahan yang dipakai sebagai umpan dapat berupa tepung
jagung, air yang dicampur gula dan lain-lain.

Insektisida yang dapat dipakai : Diazinon, Dichlorvos,


Malathion dan lain-lain.

Insektisida tersebut dicampur pada umpan, baik umpan basah maupun


umpan kering. Umpan kering dapat dicampur . dengan insektisida
sebanyak 1-2%, sedangkan Umpan basah dapat dicampurkan
dengan insektisida sebanyak 0,1% dan diletakkan pada tempat yang
banyak lalatnya.

e) Perangkap cahaya (Light trap with electrocutor)

90
90 Riset
RisetKhusus
KhususVektor
Vektordan
danReservoir
ReservoirPenyakit
Penyakit
Lalat yang tertarik pada cahaya akan terbunuh setelah kontak
dengan jeruji yang bermuatan listrik yang menutupi. Sinar bias dan
ultraviolet menarik lalat hijau. (blowflies) tetapi tidak terlalu efektif
untuk lalat rumah. Metode ini harus diuji dibawah kondisi setempat
sebelum investasi selanjutnya dibuat. Alat ini sedang digunakan di
dapur rumah sakit dan restoran.

2) Kimiawi

Pengendalian secara kimiawi meliputi :

b.1. Umpan beracun


Umpan beracun diaplikasikan di tempat-tempat dimana lalat dewasa berkumpul
mencari makanan seperti tempat pengolahan makanan dan sekitar
perternakan unggas.

b.2.. Penyemprotan Residu (Residual Spraying)


Penyemprotan insektisida untuk memberantas lalat dapat dilakukan
dengan alat : spraycan, mist blower dan fogging machine. Jika tujuan
penyemprotan adalah untuk memberikan efek residu, alat yang
dipergunakan adalah spraycan atau mist blower dan insektisida dapat
berbentuk EC atau WP sedang bahan pelarutnya adalah air.

b.3.Space Spraying
Metoda ini sebaiknya dilakukan pada pagi hari dan siang hari, pada
saat lalat melakukan aktifitasnya (terbang).
Dapat dilakukan untuk di dalam dan di luar bangunan. Untuk di dalam
bangunan dengan cara cold aerosol, dapat digunakan alat semprot
ULV elektrik, formulasi insektisida yang digunakan adalah EC yang
mengandung bahan aktif untuk membunuh (“killing agent”) dan bahan
aktif untuk menjatuhkan (“knockdown agent”) dengan pelarut air. Bila
diperlukan pada kondisi tertentu cara pengasapan juga dapat dilakukan
di dalam bangunan, dengan menggunakan mesin pengasap (fogging),
formulasi insektisida yang digunakan adalah EC yang mengandung
“killing agent” dan “knockdown agent”, dengan pelarut minyak solar,
cara ini sekarang sudah kurang popular karena dapat membuat polusi
di dalam bangunan / ruangan. Untuk di luar bangunan dapat digunakan
mesin pengasap (fogging machine) atau apabila area yang akan dicakup
cukup luas dapat digunakan mesin ULV mobil atau motor.

Riset Khusus Vektor dan Reservoir Penyakit 91


Riset Khusus Vektor dan Reservoir Penyakit 91
Sekeliling daerah penyemprotan, harus diperhatikan dan diperhitungkan
agar tidak terjadi pencemaran lingkungan oleh insektisida, misalnya
sumur penduduk, badan air, air permukaan muka air tanah dan
sebagainya.

Tujuan penyemprotan
Penyemprotan dengan alat-alat tersebut di atas adalah untuk
menurunkan populasi lalat sehingga tidak lagi merupakan gangguan
bagi penumpang dan awak kapal.

Persiapan Penyemprotan
Persiapan penyemprotan meliputi alat-alat, bahan insektisida yang akan
dipergunakan (harus jelas dan mempunyai dokumen Material Safety
Data Sheet / MSDS), daerah penyemprotan dan petugas pelaksanaan
serta perlengkapan pelindung bagi penyemprot (Topi, cover all, gogle,
masker dan sarung tangan dan sepatu)

Persiapan ini merupakan hal yang penting untuk diperhatikan, agar


pelaksanaan penyemprotan berjalan lancar dan tepat waktunya
sebagaimana yang telah direncanakan.

Alat-alat.
1) Mesin Pengasap (fogging machine)
Alat kelengkapan : batteray, nozzle, sikat, pembersih,
gelas ukuran, corong, ember, alat pengaduk, kunci-
kunci.
2) Mist Blower
Alat-alat kelengkapan : gelas ukur, corong, ember, alat
pengaduk kunci-kunci.
3) Compression Sprayer(public health standard)
Alat-alat kelengkapan : pengaduk, kunci-kunci, nozzle, ember,
gelas ukur, corong dan lain-lain.

Bahan-bahan :
- Insektisida : Gunakan insektisida legal yang telah terdaftar pada
Komisi Pestisida dengan bahan aktif dari golongan Organo
Phosphat (OP) seperti Diazinon, Malathion, Fenitrothion dll,
atau dari golongan Syntethic Pyrethroin seperti Permethrin,
Cypermethrin, Deltamethrin, Lamda Cyhalothrin, Cyfluthrin,
D-Allethrin, S-Bioallethrin dll. Bahan bakar untuk mesin fogging
92 Riset Khusus Vektor dan Reservoir Penyakit

92 Riset Khusus Vektor dan Reservoir Penyakit


dan mist blower: bensin. Bahan pelarut: solar untuk mesin fogging
dan air untuk spraycan dan mist blower.
- Larvasida : penggunaan larvasida untuk pengendalian lalat tidak
pernah memuaskan atau memberikan hasil yang baik. Satu
masalah yang dihadapi adalah ketidakmampuan melakukan
penetrasi kedalam media bersarang sehingga tidak mampu kontak
dengan larva (magoot).

Daerah Penyemprotan
Perlu dibuat peta lokasi dari daerah yang akan disemprotkan, yang
memuat daerah yang akan disemprot, rumah penduduk disekitar
daerah penyemprotan yang berjarak sampai 200 meter dari TPA jalan
menuju lokasi penyemprotan, sumur-sumur penduduk dan lain-lain.

Petugas pelaksana : Petugas yang sudah berpengalaman, mengetahui


pengetahuan tentang pestisida, alat, antidote, dan lain-lain.
- Untuk swing fog : 2-3 orang
- Untuk spraycan : 1-2 orang
- Untuk mist blower : 1-2 orang

Perlengkapan pelindung bagi petugas:


- Sarung tangan
- Masker
- Kaca mata
- Pakaian khusus/pakaian kerja
- Topi
- Sepatu

Lain-lain yang perlu diperhatikan

a. Sebelum penyemprotan supaya diberitahukan kepada penduduk sekitar


lokasisasaran, agar makanan/minuman, sumber air ditutup, binatang piaraan di
jauhkan untuk sementara.
b. Pada waktu penyemprotan, hindarilah kerumunan anak anak
c. Jika penyemprotan akan dihentikan, biarkan kabut sampai habis (pada swing fog
dan mist blower) dengan jalan menutup klep tangki larutan.
d. Setelah operasi selesai, alat-alat harus dibersihkan antara lain
- Tangki larutan
- Nozzle

Riset Khusus
Riset Khusus Vektor
Vektor dan
dan Reservoir
Reservoir Penyakit
Penyakit 93
93
- Cerobong kabut (swing fog dan mist blower)
e. Sisa atau air bekas cucian insektisida tidak boleh dibuang sembarangan melainkan
harus ditanam kedalam tanah dan diurug kembali, dan jarak terhadap sumur
minimum 10 m.
f. Daerah/area yang telah disemprot terutama yang memberikan efek residu diberi
tanda atau pagar untuk menghindari binatang piaraan agar tidak mencari makanan
diarea tersebut.
g. Kendaraan truk sampah bila ternyata banyak membawa banyak lalat dapat disemprot
dengan mist blower.

Resistensi Terhadap Insektisida.


Resistensi adalah kemampuan populasi serangga yang bertahan terhadap konsentrasi
terhadap insektisida yang umumnya pada populasi tertentu. Ada 2 jenis utama resistensi
yang telah diketahui yaitu :

1. Resistensi physiologis.
Resistensi physiologis merupakan fenomena yang rumit yang melibatkan:
a. Perbedaan tingkat sarapan
Kontak dengan insektisida harus menembus eksoskeleton serangga dalam jumlah
yang cukup untuk mematikan. Pada jenis serangga tertentu mempunyai tingkat
serapan lebih lambat dari yang lainnya.

b. Penyimpanan
Beberapa jenis serangga mampu menyimpan insektisida didalam jaringan non
sensitive seperti lemak ditubuhnya sehingga tidak terbunuh.

c. Ekskresi
Beberapa jenis serangga/ lalat mampu mengeluarkan insektisida sebelum
mematikan.

d. Etoxifikasi
Beberapa jenis serangga/lalat mampu menetralkan daya racun insektisida sebelum
mematikan. Proses detoxifikasi ini biasanya berlangsung melalui proses enzim.

e. Mencegah terjadinya hambatan fungsi


Insektisida dapat mematikan serangga dengan melakukan persaingan atau
mengganggu keseimbangan biokimia serangga.

2. Resistensi Behavioristik
Resistensi behavioristik melibatkan reaksi serangga terhadap insektisida dengan

94
94 Riset Khusus Vektor
Vektor dan
dan Reservoir
ReservoirPenyakit
Penyakit Riset Khusus Vektor dan Reservoir Penyakit
memperlihatkan:

a. Habitat
Ada beberapa jenis lalat/serangga yang mempunyai habitat berbeda dengan
kebanyakan jenisnya

b. Penghindaran
Beberapa jenis serangga sensitive terhadap insektisida dan mempunyai
kecenderungan untuk menghindarinya.

Selain kedua jenis resistensi tersebut dikenal adanya toleransi yang disebabkan
adanya kelompok serangga tertentu yang menerima insektisida dalam dosis
yang tidak mematikan sehingga serangga tersebut dapat bertahan hidup.

Riset Khusus Vektor dan Reservoir


Riset Reservoir Penyakit
Penyakit 95
95
96 96 Riset
Riset Khusus
Khusus Vektor
Vektor dandan Reservoir
Reservoir Penyakit
Penyakit
MATERI INTI VI
MONITORING DAN EVALUASI
PENGENDALIAN VEKTOR
I. Diskripsi Singkat

Penyakit tular vektor dan zoonotik masih menjadi masalah kesehatan diseluruh Propinsi
di Indonesia. Hampir setiap tahun kejadian luar biasa (KLB) terjadi dimana penderita
dapat mencapai ratusan orang dan diantaranya ada yang meninggal.

Untuk mencegah terjadinya KLB sudah dilakukan berbagai upaya diantaranya dengan
menggerakkan masyarakat melalui kader dengan sosialisasi pembagian kelambu
berinsektisida, IRS dan Fogging. Dalam pengendalian yang masih menjadi utama dengan
mengunakan insektisida dalam mencegah terjadinya penularan lebih luas

Aplikasi insektisida secara terus menerus disuatu lokasi yang sama, baik terhadap nyamuk,
lalat dan kecoak dan cara aplikasinya tidak sesuai dengan prosedur tetap (Standar)
akan mempercepat terjadinya resistensi terhadap insektisida tersebut. Pemakaian jenis
insektisida dengan bahan aktif yang sama menyebabkan terjadinya resisten terhadap
insektisida tersebut . insektida yang tetap digunakan dengan status resistensi akan
mengakibatkan pemborosan anggaran dan penyebaran penyakit tidak dapat di atasi

Untuk melaksanakan kegiatan monev pengendalian vektor, diperlukan suatu modul, yang
dipergunakan sebagai acuan dalam pelaksanaan peningkatan kapasitas tenaga entomologi/
pelatihan pengendalian vektor bagi petugas kesehatan yang akan melaksanakan
kegiatan tersebut di pusat dan daerah. Monitoring dan evaluasi pengendalian vektor ini
merupakan salah satu materi inti yang diperlukan dalam pelaksanaan kegiatan pelatihan
Pengendalian Vektor.

II. Tujuan Pembelajaran


a. Tujuan Umum:
Setelah mengikuti materi ini, peserta diharapkan mampu melakukan monitoring
dan evaluasi pengendalian vektor .

b. Tujuan Khusus:
Setelah mengikuti materi ini peserta mampu menjelaskan :
1. Proses uji resistensi insektisida
2. Proses uji larvasida
3. Proses uji efektifitas kelambu berinsektisda dan IRS

Riset Khusus
Riset Khusus Vektor
Vektor dan
dan Reservoir
Reservoir Penyakit
Penyakit 97
97
III. Pokok Bahasan dan Sub Pokok Bahasan
Dalam materi ini akan dijelaskan pokok bahan dan subpokok bahasan sebagai
berikut :
1. Uji Resistensi Insektisda
2. Uji Resistebnsi Larvasida
3. Uji efektifitas
a. Kelambu berinsektisida
b. IRS

IV. Metode dan Alat Bantu


a. CTJ
b. Diskusi
c. Praktek
d. Alat bantu dan media (film , laptop dan LCD)
e. Entomologi kit
f. Tabung uji
g. Kertas uji
h. Temepos
i. Kelabu

V. Langkah Kegiatan Pembelajaran


Langkah 1. Pengkondisian
Langkah pembelajaran:
1. Fasilitator menyapa peserta dengan ramah dan hangat kemudian
memperkenalkan diri dengan menyebutkan nama lengkap, instansi tempat
bekerja dan materi yang akan disampaikan.
2. Menyampaikan tujuan pembelajaran materi ini dan pokok bahasan yang akan
disampaikan, sebaiknya dengan menggunakan bahan tayang.

Langkah 2. Penyampaian Materi


Langkah pembelajaran:
1. Fasilitator menyampaikan paparan seluruh materi sesuai urutan pokok bahasan
dan sub pokok bahasan dengan menggunakan bahan tayang.
2. Fasilitator menyampaikan materi dengan metode ceramah tanya jawab,
kemudian curah pendapat, diskusi, praktek identifikasi

Langkah 3. Diskusi
Langkah pembelajaran:
1. Fasilitator melakukan diskusi dengan seluruh peserta apakah sudah memahami

98
98 Riset
Riset Khusus
Khusus Vektor
Vektor dan
danReservoir
ReservoirPenyakit
Penyakit
terhadap materi yang telah diberikan
2. Memberikan jawaban, penjelasan dan pemahaman apabila ada pertanyaan
dari peserta yang merupakan pengembangan pengetahuan dari materi yang
diberikan.

Langkah 4. Rangkuman dan Kesimpulan


Langkah pembelajaran:
1. Fasilitator melakukan evaluasi untuk mengetahui penyerapan peserta terhadap
materi yang disampaikan dan pencapaian tujuan pembelajaran.
2. Fasilitator merangkum poin-poin penting dari materi yang disampaikan.
3. Fasilitator membuat kesimpulan.
4.
VI. Uraian Materi
Materi I. Uji Resistensi Insektisida
Pokok bahasan : Uji resistensi insektisida terhadap nyamuk

Uji kerentanan digunakan untuk mengetahui status resistensi vektor terhadap


insektisida dengan melihat daya tahan vektor terhadap insektisida yang telah
digunakan.
Bahan dan peralatan uji resistensi antara lain
 Nyamuk  Alat pengukur suhu dan kelempan
 Susceptibility kit  Timer/pengukur waktu
 Impregnated peper/kertas uji  Gula
 Kapas  Kain kasa
 Karet gelang  Paper cup

a. Persyaratan sampel nyamuk Uji Kerentanan

1) Sampel nyamuk yang dipergunakan harus dari spesies yang sama dan
nyamuk betina.
2) Sampel yang digunakan berasal dari hasil rearing (Aedes spp/Anopheles
spp.) atau kadang ternak (Anopheles spp.)
3) Nyamuk berumur relatif sama (nyamuk : 2-5 hari) jenis kelamin betina
4) Nyamuk berasal lokasi yang sama
5) Nyamuk kenyang darah atau vitamin/gula.

Riset Khusus
Riset Khusus Vektor
Vektor dan
dan Reservoir
Reservoir Penyakit
Penyakit 99
99
Gambar 1 : Alur uji Resistensi

Gambar 2 : Proses uji resistensi

b.. Prosedur Kerja Uji Kerentanan


1) Menyiap tabung holding/istirahat nyamuk (4 buah)

100100 Riset
Riset Khusus
Khusus Vektor
Vektor dandan Reservoir
Reservoir Penyakit
Penyakit
2) Menyiapkan tabung perlakuan (3 buah) dan tabung kontrol (1 buah), tada
merah tabung perlakuan insektisida dan tanda hijau tabung kontrol.
3) Nyamuk nyamuk dimasukan ke dalam tabung buat istirahat, diistirahatkan
1 jam, masing-masing tabung sebanyak 20-25 nyamuk.
4) Nyamuk dibiarkan beristirahat selama 1 jam di dalam tabung istirahat,
nyamuk yang lemah atau mati diganti dengan yang sehat.
5) Memasukan nyamuk ke dalam tabung perlakuan dan kontrol, dengan cara
meniupnya.
6) Kontak nyamuk dengan insektisida dan kertas kontrol selama 30-60 menit,
kemudian dipindahkan kembali ke tabung istirahat diberikan air gula.

Gambar 3 : Susceptibility kit

Gambar 4 Konsentrasi nsektisida

Riset Khusus
Riset Khusus Vektor
Vektor dan
dan Reservoir
Reservoir Penyakit
Penyakit 101
101
Analisis Hasil Uji Kerentanan
1) Pengamatan kejatuhan nyamuk dapat dihitung pada menit 1, 5, 10, 20, 30,
1 jam dan 24 jam.
2) Setelah pengamatan 24 jam, persen kematian nyamuk uji menunjukkan
sebagai berikut :
- kematian ≥ 98% : nyamuk rentan (susceptible)
- kematian 80%-97% : nyamuk toleran
- kematian < 80% : nyamuk resisten
3) Apabila kematian kontrol 5-20%, maka dikoreksi berdasarkan rumus Abbot
sebagai berikut

4) Apabila kematian nyamuk kontrol di atas 20%, maka dilakukan uji


ulang.

Materi II. Uji Resistensi Larvasida


Pokok bahasan : Uji resistensi larvasida

Uji resistensi larvasida bertujuan untuk mengetahui status resistensi larvasida.


Bahan aktif larvasida yang di produksi oleh Universitas Sains Malaysia sebagai berikut :
1. Malathion 781.25mg/1, 156.25mg/1, 31.25mg/1, 6.25mgl/1
2. Temephos 156.25mg/1, 31.25mg/1, 6.25mg/1, 1.25mg/1
3. Bromophos 31.25mg/1, 6.25ag/1, 1.25mg/1, 0.25mg/1
4. Fenitrothion 31.25mg/l, 6.25mg/1, 1.25mg/1, 0.25mg/1
5. Fenthion 31.25mg/1, 6.25mg/1, 1.25mg/1, 0.25mg/1
6. Chlorpyrifos 6.25mg/1, 1.25mg/1, 0.25mg/1, 0.05mg/1

Dalam pengujian larvasida di perlukan a lat dan bahan sebagai berikut :


Jentik Nyamuk Gelas Ukur
Temefos cair Mikropipit
Alkohol Tips
Air Alat pengumur suhu dan kelembapan
Pipit Alat pengukur waktu
Cawan (volume lebih dari 300 ml)

102
102 Riset
Riset Khusus
KhususVektor
Vektordan
danReservoir
ReservoirPenyakit
Penyakit
1. Prosedur uji
Pada pengujian larvasida diperlukan pengenceran untuk mendapatkan
konstrasi sesuai standart WHO sebsar 0,02 ppm (mg/L). Untuk melakukan
pengenceran dipergunakan rumus sebagai berikut :
X1 : X2 = N1 : N2
Keterangan :
X1 = Konsentrasi awal
X2 = Konsentrasi yang diinginkan
N1 = Volume Campuran
N2 = Volume Bahan Aktif

Contoh :
Pengujian larvasida akan dilakukan pada satu lokasi dengan
mengunakan temefos konstrasi 1,25 ppm. Dilakukan pengujian
dengan 4 perlakuan dan satu kontrol. Untuk volume campuran
sebesar 250 ml, berapa volume temepos (1,25 ppm) yang di ambil
untuk mendapatkan konsentrasi 0,02 ppm campuran.
Jawaban
X1 : X2 = N1 : N2
1,25 : 0.02 = 250 : N2
N2 = 250 x 0,02
1,25
N2 = 4 ml

4 Cawan diberi label perlakuaan dan 1 cawan diberi label control. Cawan
perlakuan diisi air dengan volume 246 ml, ditambahkan 4 ml larutan temefos
dengan konsentrasi 1,25 ppm dan dihomogenkan Konsentrasi temefos
didapatkan 0,02 mg/l (0,02 ppm). Cawan kontrol diisi air dengan volume 246
ml ditambah 4 ml alkohol Setiap cawan dimasukkan 25 ekor larva Pengamatan
dilakukan dengan mencatat jumlah larva yang mati setelah 24 jam. Catat suhu
dan kelembapan

Gambar 5 :Uji larvasida

Riset Khusus Vektor dan Reservoir Penyakit 103


Riset Khusus Vektor dan Reservoir Penyakit 103
Gambar 6:Alur uji larvasida

Setelah pengamatan 24 jam, persen kematian nyamuk uji menunjukkan


sebagai berikut :
- kematian ≥ 98% : nyamuk rentan (susceptible)
- kematian 80%-97% : nyamuk toleran
- kematian < 80% : nyamuk resisten
Apabila kematian kontrol 5-20%, maka dikoreksi berdasarkan rumus Abbot
sebagai
berikut :

Apabila kematian nyamuk kontrol di atas 20%, maka dilakukan uji ulang.

Materi II. Uji Efikasi

Pokok bahasan 1 : Uji efikasi kelambu berinsektisida

Uji efikasi kelambu/dinding adalah test/uji yang digunakan untuk mengetahui


efektifitas insektisida terhadap vektor.

Bahan dan peralatan uji efikasi kelambu antara lain


 Nyamuk  Alat pengukur suhu dan kelempan
 Cone/corong  Timer/pengukur waktu
 Kelambu  Gula
 Kapas  Kain kasa
 Karet gelang  Paper cup

a. Persyaratan Nyamuk Uji Efikasi Insektisida


1) Nyamuk (sampel uji) dari spesies yang sama

104 Riset
104
Riset Khusus Vektor dan Reservoir Penyakit
Khusus Vektor dan Reservoir Penyakit
2) Nyamuk hasil reiring larva/telur dan penangapan nyamuk dewasa
3) Nyamuk umur relatif sama (nyamuk : 2-5 hari)
4) Bentina untuk nyamuk.
5) Nyamuk susceptible
6) Nyamuk berasal lokasi yang sama
7) Nyamuk kenyang darah atau vitamin/gula.
8) Suhu dan kelembaban relatif stabil.
b. Prosedur Kerja Uji Efikasi Kelambu Insektisida
1) Melakukan koleksi nyamuk Anopheles spp. di sekitar lokasi, kemudian
diseleksi kondisi nyamuk dan dipilh nyamuk uji yang dalam keadaan sehat.
2) Kelambu di potong setiap sisi (5 sisi) dengan ukuran 40 cm x 40 cm, kemudian
dilakukan uji.
3) Satu sisi bagian atas dengan ukuran yang sama untuk di kirim ke Jakarta
dengan dibungkus mengunakan aluminiumfoil untuk dilakukan pengujian
konstrasi insektisida. Sisa potongan yang lain di kirim ke Jakarta dengan
dibungkus mengunakan plastik klip dengan kode terlampir (Lampiran 3)
4) Setiap kelambu ditempelkan (cone) kerucut berjumlah 3 buah di tiap sisi
kelambu ( 5 sisi yaitu : depan, belakang, kiri, kanan dan atas)
5) Untuk kontrol diperlukan 2 kerucut, ditempelkan pada kelambu biasa, tidak
berinsektisida/ kain kasa.
6) Setelah nyamuk uji dan nyamuk kontrol kontak selama 3 (tiga) menit,
kemudian nyamuk dipindahkan ke dalam gelas kertas/plastik dan dipelihara
selama 24 jam dan diberikan air gula.
7) Pengamatan /pencatatan terhadap nyamuk yang mati selama 1 jam dan 24
jam
8) Selama pengamatan, dicatat suhu dan kelembaban udara.
9) Untuk menjaga kelembapan maka perlu diberikan handuk basah atau daun
pelepah pisang selama pengamatan 24 jam.
10) Dilakukan wawancara dengan Pemilik kelambu untuk mengetahui/menggali
informasi

Pokok bahasan 2 : Uji efikasi IRS

a. Peosedur Kerja Uji Efikasi IRS (penyemperotan dinding)


1) Melakukan koleksi nyamuk Anopheles spp. di sekitar lokasi, kemudian diseleksi
kondisi nyamuk dan dipilh nyamuk uji yang dalam keadaan sehat.
2) Menempelkan kerucut di dinding yang telah di semporkan insektisida jumlah
5-10 kerucut sesuai kebutuhan.
3) Setiap kerucut dimasukkan 10-15 ekor nyamuk.

Riset Khusus
Riset Khusus Vektor
Vektor dan
dan Reservoir
Reservoir Penyakit
Penyakit 105
105
4) Kontrol mengunakan 2 kerucut dan ditempelkan pada dinding yang tidak
dilakukan penyemperotan/IRS.
5) Lama kontak 30-60 menit, kemudian nyamuk dipindahkan ke dalam gelas
kertas/plastik dan dipelihara selama 24 jam dan diberikan air gula.
6) Pengamatan /pencatatan terhadap nyamuk yang mati selama 1 jam dan 24
jam.
7) Selama pengamatan, dicatat suhu dan kelembaban udaraemudian dipindahkan
kela

Gambar 7 cone/corong uji efiasi kelabu

b. Analisis Hasil Uji Efikasi


1) Pengamatan kejatuhan nyamuk dihitung pada menit 1, 5, 10, 20, 30, 1 jam
dan 24 jam.
2) Setelah pengamatan 24 jam, persen kematian nyamuk uji menunjukkan
sebagai berikut :
- kematian ≥ 80% : efektif
- kematian < 80% : tidak efektif
3) Apabila kematian kontrol 5-20%, maka dikoreksi berdasarkan rumus Abbot
sebagai berikut :

4) Apabila kematian nyamuk kontrol di atas 20%, maka dilakukan uji ulang.

106
106 Riset
Riset Khusus
Khusus Vektor
Vektor dan
danReservoir
ReservoirPenyakit
Penyakit
MATERI INTI VII
SURVEILANS VEKTOR

I. Diskripsi Singkat

Nyamuk merupakan salah satu serangga yang yang dapat menimbulkan gangguan
kesehatan masyarakat. Dalam upaya pengendalian vektor nyamuk yang tepat sasaran
dan efektif, diperlukan pengetahuan bionomik nyamuk sebagai data dasar dalam
pengendalian penularan penyakit tersebut.

Kegiatan surveilans merupakan kegiatan rutin yang harus dilakukan untuk mengatasi
kepadatan nyamuk yang tinggi. Dalam melakukan surveilans perlu dilakukan kegiatan
survei untuk mendapatkan data sebagai dasar dalam melakukan pengendalian.

Untuk melaksanakan kegiatan surveilans vektor nyamuk, diperlukan suatu modul,


yang dipergunakan sebagai acuan dalam pelaksanaan peningkatan kapasitas tenaga
entomologi/pelatihan surveilans vektor nyamuk bagi petugas kesehatan yang akan
melaksanakan kegiatan tersebut di pusat dan daerah. Bionomik nyamuk ini merupakan
salah satu materi inti yang diperlukan dalam pelaksanaan kegiatan pelatihan Pengendalian
Vektor.

II. Tujuan Pembelajaran


a. Tujuan Umum:
Setelah mengikuti materi ini, peserta diharapkan mampu memahami kegiatan
surveilnas vektor

b. Tujuan Khusus:
Setelah mengikuti materi ini peserta mampu menjelaskan :
1. Metode survei nyamuk Aedes spp
2. Metode survei nyamuk Anopheles spp

III. Pokok Bahasan dan Sub Pokok Bahasan


Dalam materi ini akan dijelaskan pokok bahan dan subpokok bahasan
sebagai berikut :
1. Survei nyamuk Aedes spp
a. Telur
b. Jentik
c. Pupa
2. Survei nyamuk Anopheles spp

Riset Khusus
Riset Khusus Vektor
Vektor dan
dan Reservoir
Reservoir Penyakit
Penyakit 107
107
a. Jentik
b. Nyamuk

IV. Metode dan Alat Bantu


a. CTJ
b. Diskusi
c. Praktek
d. Alat bantu dan media (film , laptop dan LCD)
e. Entomologi kit
f. Praktek lapangan

V. Langkah Kegiatan Pembelajaran


Langkah 1. Pengkondisian
Langkah pembelajaran:
1. Fasilitator menyapa peserta dengan ramah dan hangat kemudian
memperkenalkan diri dengan menyebutkan nama lengkap, instansi tempat
bekerja dan materi yang akan disampaikan.
2. Menyampaikan tujuan pembelajaran materi ini dan pokok bahasan yang akan
disampaikan, sebaiknya dengan menggunakan bahan tayang.

Langkah 2. Penyampaian Materi


Langkah pembelajaran:
1. Fasilitator menyampaikan paparan seluruh materi sesuai urutan pokok bahasan
dan sub pokok bahasan dengan menggunakan bahan tayang.
2. Fasilitator menyampaikan materi dengan metode ceramah tanya jawab,
kemudian curah pendapat, diskusi, praktek identifikasi. Praktek lapangan

Langkah 3. Diskusi
Langkah pembelajaran:
1. Fasilitator melakukan diskusi dengan seluruh peserta apakah sudah memahami
terhadap materi yang telah diberikan
2. Memberikan jawaban, penjelasan dan pemahaman apabila ada pertanyaan
dari peserta yang merupakan pengembangan pengetahuan dari materi yang
diberikan.

Langkah 4. Rangkuman dan Kesimpulan


Langkah pembelajaran:
1. Fasilitator melakukan evaluasi untuk mengetahui penyerapan peserta terhadap
materi yang disampaikan dan pencapaian tujuan pembelajaran.
2. Fasilitator merangkum poin-poin penting dari materi yang disampaikan.

108
108 Riset
RisetKhusus
KhususVektor
Vektordan
danReservoir
ReservoirPenyakit
Penyakit
3. Fasilitator membuat kesimpulan.
4.
VI. Uraian Materi
Materi I. Survei nyamuk Aedes spp
Pokok bahasan 1. Survei telur Aedes spp

Survei telur dilakukan dengan cara memasang perangkap telur (ovitrap)berupa


potongan bambu, kaleng dan gelas platik/kaca yang dinding dalamnya dicat
hitam dan diberi air 1/2 - 2/3 nya. Ovitrap diletakkan satu di dalam dan satu
di luarrumah, dengan jumlah minimal 3 rumah. Padel (berupa potongan bilah
bambu atau kain yang tenunannya kasar dan berwarna gelap) dimasukkan
kedalam ovitrap yang berfungsi sebagai tempat melekatnya telur nyamuk.
Setelah 1 minggu dilakukan pemeriksaan ada atau tidaknya telur nyamuk di
padel, kemudian dihitung ovitrap index(OI).

Gambar. 1. Ovitrap

Surveilans Aedes spp. dengan ovitrap adalah cara efektif dan murah
dipergunakan karena ovitrap merupakan alat yang sederhana serta gampang
digunakan untuk mengamati Aedes spp. dan dapat digunakan untuk prediksi
wabah terutama di daerah infestasi Aedes spp. rendah.
Ovitrap Index

 _ ovitrap _ dengan _ telur


(O
I ) x100%
 _ ovitrap _ terpasang

Pokok bahasan 1 : Survei larva

Bahan dan peralatan survei larva antara lain

 Mikroskop compound/mikroskop biasa  Slide glass


 Botol larva  Objek glass
 Pipet

Riset Khusus
Riset Khusus Vektor
Vektor dan
dan Reservoir
Reservoir Penyakit
Penyakit 109
109
Survei larva dilakukan dengan cara melakukan pengamatan terhadap semua
media perairan yang potensial sebagai tempat perkembangbiakan nyamuk
Aedes, baik di dalam maupun di luar rumah. Setiap media perairan potensial
dilakukan pengamatan larva selama 3-5 menit menggunakan senter. Survei
larva dapat dilakukan dengan 2(dua) cara, yaitu :

a. Cara single larva


Survei dengan melakukan pengambilan larva di setiap tempat genangan air
yang ditemukan larva guna diidentifikasi pada tahap selanjutnya.

b. Cara visual
Survei dilakukan tanpa mengambil larvanya cukup dengan melihat ada atau
tidaknya larva pada setiap tempat genangan air. Survei larva secara visual
biasanya digunakan pada program pemberantasan DBD. Kepadatan larva
Aedes spp. dapat diketahui dengan beberapa ukuran yang digunakan,
antaranya sebagai berikut :

a) House index (HI) adalah jumlah rumah positif larva dari semua rumah yang
diperiksa, dengan rumus:

 _ rumah _ positif _ jentik


House Index ( H
I ) x100%
 _ rumah _ diperiksa

b) Container index (CI) adalah jumlah kontainer yang ditemukan larva dari
seluruh kontainer yang diperiksa, dengan rumus:

 _ kontainer _ positif _ jentik


(C
I ) x100%
 _ kontainer _ diperiksa

c) Breteau index (BI) adalah jumlah kontainer yang ditemukan larva dalam 100
rumah, dengan rumus:

 _ kontainer _ positif _ jentik


Breteau index ( B
I ) x100
 _ rumah _ diperiksa
.

Bahan dan peralatan survei nyamuk antara lain


 Mikroskop stereo/disecting mikroskop  Kain kasa
 Paper cup  Karet gelang
 Aspirator  Cloroform

110 Riset Khusus Vektor dan Reservoir Penyakit


110 Riset Khusus Vektor dan Reservoir Penyakit
Survei nyamuk dilakukan dengan cara menangkap nyamuk yang hinggap di
badan (human landing collection/HLC) dan hinggap di dinding dalam rumah
atau tempat lainnya seperti baju yang menggantung, kelambu, horden lemari
Survei nyamuk dilakukan dengan cara menangkap nyamuk yang hinggap di
dan sebagainya. Hasil penangkapan nyamuk dianalisis angka kepadatan
badan (human landing collection/HLC) dan hinggap di dinding dalam rumah
nyamuk perorang perjam (man hour density/MHD), angka kepadatan nyamuk
atau tempat lainnya seperti baju yang menggantung, kelambu, horden lemari
perorang perhari (man bitting rate/MBR) dan angka hingga di dinging (resting
dan sebagainya. Hasil penangkapan nyamuk dianalisis angka kepadatan
rate/RR).
nyamuk perorang perjam (man hour density/MHD), angka kepadatan nyamuk
perorang perhari (man bitting rate/MBR) dan angka hingga di dinging (resting
MHD = Jumlah nyamuk (Aedes betina) yang tertangkap per orang per jam
rate/RR).

MHD = NTJ/PJ
MHD = Jumlah nyamuk (Aedes betina) yang tertangkap per orang per jam
MBR = NTH/PH
RR = NTDJ/PJ
MHD = NTJ/PJ
MBR = NTH/PH
MHD = Angka kepadatan nyamuk perorang perjam
RR = NTDJ/PJ
MBR = Angka kepadatan nyamuk per orang perhari
RR = Angka kepadatan nyamuk perdinding perumah perjam
MHD = Angka kepadatan nyamuk perorang perjam
NTJ = Jumlah nyamuk (Aedes betina) yang tertangkap per jam
MBR = Angka kepadatan nyamuk per orang perhari
PJ = Jumlah penangkap perjam
RR = Angka kepadatan nyamuk perdinding perumah perjam
NTH = Jumlah nyamuk (Aedes betina) tertangkap perhari
NTJ = Jumlah nyamuk (Aedes betina) yang tertangkap per jam
PH = Jumlah penangkap perhari
PJ = Jumlah penangkap perjam
NTD = Jumlah nyamuk (Aedes betina) tertangkap di dinding perjam
NTH = Jumlah nyamuk (Aedes betina) tertangkap perhari
Pencirian/identifikasi nyamuk hasil dari penangkapan dimatikan dengan
PH = Jumlah penangkap perhari
chloroform, diidentifikasi di bawah kaca pembesar (loupe) pembesaran 10 atau
NTD = Jumlah nyamuk (Aedes betina) tertangkap di dinding perjam
20 kali, bisa juga dengan stereoskop (stereo microscope) dengan petunjuk
Pencirian/identifikasi nyamuk hasil dari penangkapan dimatikan dengan
kunci identifikasi nyamuk
chloroform, diidentifikasi di bawah kaca pembesar (loupe) pembesaran 10 atau
20 kali, bisa juga dengan stereoskop (stereo microscope) dengan petunjuk
kunci identifikasi nyamuk

VII. Uraian Materi


Materi I. Survei nyamuk Anopheles spp
Pokok bahasan 1. Survei jentik Anopheles spp
VII. Uraian Materi
Sebelum
Materi melaksanakan
I. Survei penangkapan
nyamuk Anopheles spplarva dan harus mengetahui semua jenis
Pokok
bahan bahasan 1. Survei
dan peralatan yang jentik AnophelesBahan
akan digunakan. spp dan peralatan tersebut antara
lain sebagai berikut :
Sebelum melaksanakan penangkapan larva dan harus mengetahui semua jenis
 Cidukan  Kaca benda dan penutupnya
bahan dan peralatan yang akan digunakan. Bahan dan peralatan tersebut antara
 Botol kecil  Formulir survai
 lain
Pipetsebagai
kecil berikut :  Kertas label
 Alkohol 70%  Mikroskop compound
 Refractometer
Riset Khusus Vektor dan Reservoir Penyakit 111

a. Pelaksanaan Riset Khusus Vektor dan Reservoir Penyakit 111


1) Lakukan pencidukan larva pada tempat-tempat perindukan yang telah
ditentukan dengan menggunakan alat penciduk
Riset Khusus Vektor dankemiringan 45 derajat
Reservoir Penyakit 111
ke arah
2) Hitung jumlah larva yang diciduk dari setiap cidukan.
 Pipet kecil  Kertas label
 Alkohol 70%  Mikroskop compound
 Refractometer

a. Pelaksanaan
1) Lakukan pencidukan larva pada tempat-tempat perindukan yang telah
ditentukan dengan menggunakan alat penciduk kemiringan 45 derajat
ke arah
2) Hitung jumlah larva yang diciduk dari setiap cidukan.
3) Ambil larva dari cidukan dengan menggunakan pipet kemudian
pindahkan ke dalam botol kecil.
4) Setiap botol larva harus dibedakan menurut jenis tempat
perindukannya.

Gambar 3 : Cara Menggunakan Cidukan untuk Penangkapan Larva

112 Riset Khusus Vektor dan Reservoir Penyakit

112 Riset Khusus Vektor dan Reservoir Penyakit


b. Cara Menghitung Kepadatan Larva
Hitung kepadatan larva species yang sama dari setiap tempat perindukan
yang berbeda dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

Contoh : Ditemukan larva Anopheles sundaicus 10 ekor dari lagun dengan


jumlah 100 cidukan.

Penyimpanan dan PenampunganDengan menggunakan pipet larva yang


ditangkap dari semua tempat perindukan dimasukkan ke dalam botol kecil
sebagai tempat penampungan.

c. Pencatatan dan Pelaporan


Catat semua data dari kegiatan penangkapan, sebagai bahan untuk
evaluasi dan penyusunan program pemberantasan vektor. Data yang dicatat
mencakup jenis perindukan, flora dan fauna, species yang ditemukan,
predator dan lain-lain. Masukkan semua hasil penangkapan dalam formulir
yang telah disediakan

Pokok bahasan 2. Survei nyamuk Anopheles spp

a. Penangkapan Nyamuk
Bahan dan peralatan penangkapan nyamuk dewasa antara lain :

 Aspirator  Senter
 Tabung reaksi  Kain kasa
 Cangkir kertas  Karet gelang
 Cloroform  Kapas
 Jarum  Kotak nyamuk
 Kertas label  Pensil dan buku catatan
 Handuk  Mirokroskop Stereo dan Coumpon

Riset Khusus
Riset Khusus Vektor
Vektor dan
dan Reservoir
Reservoir Penyakit
Penyakit 113
113
Gambar 4 : Aspirator

Gambar 5 : Aspirator, Cangkir Plastik dan Tabung Reaksi

1) Pelaksanaan penangkapan dengan menggunakan aspirator


a) Persiapkan cangkir kertas ditutup dengan kain kasa yang sudah
dilubangi.
b) Terangilah dengan senter tempat-tempat yang mungkin atau biasanya
digunakan sebagai tempat peristirahatan nyamuk.
c) Bila telah ditemukan nyamuk yang sedang hinggap, selanjutnya
arahkan mulut pipa penghisap dengan jarak 1 cm pada nyamuk yang
sedang hinggap.
d) Tangkap nyamuk itu dengan cara menghisap dengan menggunakan
aspirator.
e) Nyamuk setelah tertangkap dimasukkan ke dalam cangkir kertas
yang telah disediakan.
f) Tutup lubang pada kain kasa dengan menggunakan kapas.

114
114 Riset Khusus
Riset Khusus Vektor
Vektor dan
dan Reservoir
ReservoirPenyakit
Penyakit
Gambar 6 : Cara Menangkap Nyamuk dengan Aspirator

2) Penangkapan dengan menggunakan tabung reaksi


a) Dekatkan dan arahkan mulut tabung reaksi ke arah depan nyamuk
sedang hinggap.
b) Mulut tabung reaksi ditempelkan pada nyamuk tadi, bila nyamuk
terbang akan masuk dan tertangkap ke dalam tabung reaksi.
c) Setelah nyamuk masuk ke dalam tabung reaksi, segera tutup dengan
kapas mulut tabung reaksi, untuk mencegah nyamuk yang sudah
tertangkap agar tidak keluar.
d) Pada penangkapan kedua bila nyamuk telah tertangkap segera
masukan kapas pada tabung itu untuk mencegah nyamuk yang telah
ditangkap agar tidak keluar lagi.
e) Demikian seterusnya sampai selesai.

Gambar 7 : Cara Menangkap Nyamuk dengan Tabung Reaksi

Riset Khusus
Riset Khusus Vektor
Vektor dan
dan Reservoir
Reservoir Penyakit
Penyakit 115
115
3) Cara Menangkap Nyamuk dengan Umpan Orang
Penangkapan nyamuk dengan umpan orang ini untuk mengetahui
kepadatan (densitas) atau banyaknya nyamuk yang menggigit orang
(kontak dengan orang), sehingga dapat dipakai sebagai ukuran untuk
mengetahui besarnya kontak. Selain itu juga untuk mengetahui perilaku
nyamuk mencari darah.
a) Menangkap nyamuk dengan umpan orang dilakukan di dalam dan
di luar rumah dengan lokasi yang kasus malarianya tinggi, baik yang
belum disemprot maupun yang telah disemprot tergantung tujuan
survai.
b) Penangkapan biasanya dipilih dekat tempat perindukan.
c) Penangkapan dilakukan di ruangan yang biasanya penduduk duduk-
duduk santai pada malam atau sore hari.
d) Penangkap duduk dengan baik, dengan cara menggulung
celana panjangnya hingga batas lutut dan tidak merokok selama
melakukan kegiatan tersebut.
e) Bila ada nyamuk yang hinggap atau menggigit segera sedot dengan
menggunakan aspirator.
f) Nyamuk yang ditangkap ditampung dalam cangkir plastik yang telah
disediakan.

Gambar 8 : Cara Menangkap Nyamuk Dengan Umpan Orang Dan Cara


Memasukkan Nyamuk

4) Cara memasukan nyamuk ke dalam cangkir kertas


Gelas kertas yang tersedia ditutup dengan kain kasa. Lubang kain kasa
kemudian ditutup dengan kapas.Buka kapas penutup lubang kasa,
masukkan mulut aspirator atau tabung reaksi ke dalam lubang tersebut.
Lepaskan nyamuk yang ada dalam aspirator atau tabung reaksi,
kemudian tutup kembali lubang tersebut dengan kapas tadi.

116
116 Riset
Riset Khusus
Khusus Vektor
Vektor dan
danReservoir
ReservoirPenyakit
Penyakit
5) Penampungan dan Penyimpanan
a) Nyamuk yang sudah ditangkap dimasukkan atau disimpan dalam
cangkir kertas yang telah disediakan. Gunakan beberapa buah
cangkir kertas untuk memisahkan nyamuk yang ditangkap di
dinding (dalam rumah) dan dari umpan orang. Jadi cangkir kertas
itu digunakan untuk menampung hasil penangkapan nyamuk pada
waktu dan tempat yang sama (misalnya jam 18.00 – 18.40).
b) Buat catatan atau tabel pada cangkir kertas itu. Tabel itu berisi catatan
tentang lokasi penangkapan, penangkapan, metode penangkapan.

Label pada Cangkir Kertas


Lokasi
Penangkapan
Tanggal
Metode Penangkapan

6) Kondisi Abdomen
Kondisi abdomen umumnya dicatat dari hari penangkapan nyamuk di
sekitar dinding, kelambu, gantungan baju di dalam rumah dipagi hari.
Perlu diketahui kondisi abdomen ada beberapa tingkat, yaitu :
a) Kondisi perut kosong (unfed) dimana abdomen kempes, pencernaan
kosong dan telur terdiri hanya sepertiga atau kurang dari bagian perut.
Biasanya nyamuk betina yang baru menetas dan nulliparous atau
nyamuk betina yang sudah parous tetapi belum menghisap darah.
b) Kondisi perut penuh darah (freshly fed/fully fed) perut dengan penuh
darah, sel telur menempati tidak lebih dari segmen II – III bagian ventral
& hingga segmen IV di bagian dorsal.
c) Kondisi perut setengah bunting (half gravid) dimana darah di bagian
perut berwarna gelap, sel telur menempati segmen IV – V bagian
ventral & segmen VI bagian dorsal.
Keterangan :
E = Perut kosong
HG = Setengah perut dengan telur (1/2 gravid)
FF = Perut isi darah (fully fed)
G = Perut dengan telur (gravid).
Pencirian/identifikasi nyamuk hasil dari semua metoda penangkapan
dimatikan dengan chloroform, diidentifikasi di bawah kaca pembesar
(loupe) pembesaran 10 atau 20 kali, bisa juga dengan stereoskop

Riset Khusus
Riset Khusus Vektor
Vektor dan
dan Reservoir
Reservoir Penyakit
Penyakit 117
117
(stereo microscope) dengan petunjuk kunci identifikasi nyamuk.
Menghitung kepadatan nyamuk menggigit orang dalam species yang
sama (umpan orang per jam per orang yang disebut Man Hour Density
(MHD), dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

Jumlah Anopheles tertangkap per species


MHD =
Jumlah jam penangkapan X jumlah kolektor

Contoh : Ditemukan An. sundaicus sebanyak 10 ekor dari penangkapan dengan


umpan orang. Jumlah kolektor 2 orang dan lama penangkapan jam
18.00 – 24.00

10
MHD = x 6 x 2 = 1,25
40

b. Pembedahan kelenjar ludah dan pembedahan ovari


Pembedahan kelenjar liur dan kandung telur adalah kegiatan yang dilakukan
untuk mengetahui dan memperoleh data entomologi tentang vektor dan
umur nyamuk. Hal ini dilakukan untuk mengetahui vektor yang beperan di
daerah/lokasi setempat dan memperkirakan umur relatif nyamuk.

1) Bahan dan peralatan pembedahan nyamuk


Bahan dan peralatan yang digunakan dalam pembedahan kelenjar air
liur dan kandung telur nyamuk adalah :
a) Mikroskop stereo/disecting mikroskop.
b) Mikroskop compound/mikroskop biasa (yang biasa digunakan di
Puskesmas dan Rumah Sakit).
c) Jarum seksi sepasang.
d) Air/air garam 0,9% (NaCl 0,9%)
e) Kertas tissue.
f) Kaca benda.
g) Object glass (gelas preparat)
h) Decle glass (glass penutup preparat)

2) Pelaksanaan pembedahan
a) Pembedahan kelajaran liur/ludah
- Nyamuk setelah dibunuh dengan kloroform, diidentifikasi untuk
menentukan speciesnya. Kemudian nyamuk disimpan didalam
petridish yang diberi alas kapas dan ditutup kertas saring yang

118
118 Riset
Riset Khusus
KhususVektor
Vektordan
danReservoir
ReservoirPenyakit
Penyakit
dibasahi. Hal ini dilakukan untuk menjaga nyamuk tetap lunak.
- Nyamuk yang akan dibedah dibersihkan dengan melepaskan
kaki dan sayapnya, agar sisik-sisik kaki/sayap tidak mengotori
kaca benda yang digunakan sebagai alasuntuk pembedahan
nyamuk.
- Nyamuk kemudian diletakan diatas kaca benda yang telah
ditetesi air atau air garam 0,9%. Kemudian nyamuk diatur
sedemikian rupa hingga kepala menghadap kearah tangan
kanan.
- Tusukan jarum di tangan kiri perlahan-lahan kedalam dada
nyamuk tepat di bawah kelenjar ludah. Kemudian dengan jarum
ditangan kanan, potonglah leher nyamuk didekat kepala.
- Dengan jarum di tangan kanan tekanlah dengan perlahan-
lahan bagian dada sedikit diatas jarum kiri supaya kelenjar liur
kelenjar dari dada
- Dengan ujung jarum di tangan janan larutan garam dihubungkan
dengan kelenjar liur (lihat gambar)
- Kembalikan nyamuk yang telah dipotong ke petri disk untuk
pembedahan lambung dan ovarium.
- Kaca benda yang ada kelenjar ludah ditutup dengan kaca
penutup tepat di atas kelenjar ludah.
- Periksa dibawah mikroskop compound dengan objektif
pembesaran kecil (10x) setelah itu objektif diganti dengan
pembesaran yang lebih besar, lalu gelas penutup ditekan
dengan tangkai jarum seksi untuk memecah kelenjar ludah.
Bila ada sporozoit didalamnya, sporozoit tersebut akan keluar
(menyebar dalam kaca benda).

- Pewarnaan :
- Tandai bagian bawah kaca benda ditempat dimana terletak
kelenjar ludah dengan menggunakan pensil kaca.
- Baliklah kaca penutup kemudian direkatkan di kaca benda.
- Setelah kering kemudian difiksasi dengan metil alkohol selama
beberapa detik, dan dibiarkan hingga kering. Tahap berikutnya
sediaan tersebut diwarnai dengan Giemsa 10% selama 30
menit (1 tetes Giemsa dicampur 10 tetes akuades atau larutan
buffer). Kemudian dicuci dengan akuades atau larutan buffer
dan didinginkan hingga kering.
- Setelah kering sediaan ditetes dengan 1 tetes dafene dan
diratakan agar sediaan lebih awet.

Riset Khusus
Riset Khusus Vektor
Vektor dan
dan Reservoir
Reservoir Penyakit
Penyakit 119
119
- Setelah diaphene kering dan mengeras, sediaan yang telah
diwarnai tadi diperiksa di bawah mikroskop dengan lensa
objektif 100x dengan sediaan lebih awet.

Untuk menghitung sporozoit rate digunakan rumus :

Jumlah spesies “X” yang


Sporozoit Rate = mengandung sporozoit
Spesies “X” Jumlas spesies ‘X yang dibedah

Contoh : - Jumlah nyamuk yang dibedah kelenjar air liurnya = 3166


- Jumlah nyamuk “X” yang mengandung Sporozoite = 5
Maka Sporozoite Rate : 5 x 100% = 0116%
3166

120 Riset
120 Riset Khusus
Khusus Vektor
Vektor dan
dan Reservoir
ReservoirPenyakit
Penyakit
b) Pembedahan Kandung Telur
- Nyamuk yang akan dibedah diletakkan di atas kaca benda yang telah
ditetesi air. Bagian atas perut nyamuk berada di sebelah kanan.
- Tangan kiri memegang jarum seksi dan ditusukkan ke bagian dada
nyamuk untuk menahan tubuh nyamuk agar tidak bergerak.
- Tangan kanan memegang jarum seksi, dengan menggunakan tangan
kanan kedua sisi ujung ruang perut ke VII dirobek sedikit.
- Selanjutnya ujung abdomen (ruas perut terakhir) ditarik perlahan-lahan
kebelakang karena sifat organ yang dibedah sangat elastis/kenyal.
Hentikan sejenak dan tarik lagi perlahan-lahan sampai indung telur
keluar.
- Periksa kandung telur dan isi perut lainnya

Untuk membedakan nulli-parous dan parous perlu :


- Digunakan mukroskop dengan pembesar objektif 10 kali atau 40 kali
- Periksa secara teliti bagian-bagian kandung telur
- Bila dalam pemeriksaan terlihat bahwa ujung tracheila masih masih
menggulung, berarti nyamuk belum pernah bertelur atau istilahnya
nulli-parous
- Bila ujung tracheola membuka/tidak menggulung,ini berarti bahwa
nyamuk sudah pernah bertelur dengan istilah parous

Menghitung parity-rate untuk digunakan rumus sebagai berikut :


Jumlah nyamuk parus
Parity Rate (PR) = ----------------------------------------------------------------------
Jumlah nyamuk parous dan nulli parus yang diperiksa
ovariumnya

Contoh : Jumlah nyamuk yang diperiksa ovariumnya 100


Jumlah nyamuk parous 25
Jumlah nyamuk nulliparous 100 – 25 = 75
25
PR = ---------- = 0,25

Riset Khusus
Riset Khusus Vektor
Vektor dan
dan Reservoir
Reservoir Penyakit
Penyakit 121
121
Gambar 9 : Cara pembedahan untuk mengeluarkan kandung telur

Gambar 10 : Kandung telur Parous dan Nulli Parous

122122 Riset
Riset Khusus
Khusus Vektor
Vektor dandan Reservoir
Reservoir Penyakit
Penyakit
MATERI INTI VIII

SURVEILANS BINATANG PEMBAWA PENYAKIT

I. Diskripsi Singkat

Penyakit yang dibawah binatang sering terjadi di masyrakat, beberapa sering


disebut dengan vektor mekanik. Binatang sebagai reservoar penyakit juga ada di
beberapa binatang. Vektor mekanik seperti Kecoak dan Lalat serta tikus sebagai
reservoar

Kecoak merupakan salah satu serangga yang hidup berdekatan dengan manusia
yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan masyarakat. Selain itu dapat
menyebarkan penyakit tular vektor secara mekanik khususnya penyakit parasite
usus seperti antara lain :Diarea, cholera, Disentri. Dalam upaya pengendalian
Kecoak yang tepat sasaran dan efektif diperlukan pengetahuan metode surveilans
kecoak sebagai data dasar dalam pengendalian/memutuskan mata rantai
penularan penyakit Diarea, Cholera, Disentri.

Lalat merupakan salah satu serangga yang hidup berdekatan dengan manusia
yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan masyarakat. Selain itu dapat
menyebarkan penyakit tular vektor secara mekanik khususnya penyakit parasite
usus antara lain :Diarea, cholera, Disentri. Dalam upaya pengendalian Lalat
yang tepat sasaran dan efektif diperlukan pengetahuan metode surveilans Lalat
sebagai data dasar dalam pengendalian/memutuskan mata rantai penularan
penyakit Diarea, cholera, Disentri.

Di Indonesia, upaya pengendalian tikus, mencit dan vektornya dalam rangka


penanggulangan atau pengendalian penyakit-penyakit tersebut masih sangat
kurang. Sehubungan dengan permasalahan tikus dan mencit di rumah, bangunan
dan lingkungan maka perlu dilakukan pengendalian secararutin.

II. Tujuan Pembelajaran


a. Tujuan Umum:
Setelah mengikuti materi ini, peserta diharapkan mampu melakukan surveilans
binatang pembawa penyakit.

b. Tujuan Khusus:
Setelah mengikuti materi ini peserta mampu menjelaskan dan melakukan :
1. Metode survei Kecok
2. Metode survei Lalat

Riset Khusus
Riset Khusus Vektor
Vektor dan
dan Reservoir
Reservoir Penyakit
Penyakit 123
123
3. Metode survei Tikus

III. Pokok Bahasan dan Sub Pokok Bahasan


Dalam materi ini akan dijelaskan pokok bahan dan subpokok bahasan sebagai
berikut :
1. Metode survei Kecoak
2. Metode survei Lalat
3. Metode survei Tikus
a. Survei Tikus
b. Pengawetan Tikus

IV. Metode dan Alat Bantu


a. CTJ
b. Diskusi
c. Praktek
d. Alat bantu dan media (film , laptop dan LCD)
e. Entomologi kit
f. Alat ukur
g. Flay gril

V. Langkah Kegiatan Pembelajaran


Langkah 1. Pengkondisian
Langkah pembelajaran:
1. Fasilitator menyapa peserta dengan ramah dan hangat kemudian
memperkenalkan diri dengan menyebutkan nama lengkap, instansi tempat
bekerja dan materi yang akan disampaikan.
2. Menyampaikan tujuan pembelajaran materi ini dan pokok bahasan yang akan
disampaikan, sebaiknya dengan menggunakan bahan tayang.

Langkah 2. Penyampaian Materi


Langkah pembelajaran:
1. Fasilitator menyampaikan paparan seluruh materi sesuai urutan pokok bahasan
dan sub pokok bahasan dengan menggunakan bahan tayang.
2. Fasilitator menyampaikan materi dengan metode ceramah tanya jawab,
kemudian curah pendapat, diskusi, praktek identifikasi

Langkah 3. Diskusi
Langkah pembelajaran:
1. Fasilitator melakukan diskusi dengan seluruh peserta apakah sudah memahami
terhadap materi yang telah diberikan

124124Riset
Riset Khusus
Khusus Vektor
Vektor dandan Reservoir
Reservoir Penyakit
Penyakit
2. Memberikan jawaban, penjelasan dan pemahaman apabila ada pertanyaan
dari peserta yang merupakan pengembangan pengetahuan dari materi yang
diberikan.

Langkah 4. Rangkuman dan Kesimpulan


Langkah pembelajaran:
1. Fasilitator melakukan evaluasi untuk mengetahui penyerapan peserta terhadap
materi yang disampaikan dan pencapaian tujuan pembelajaran.
2. Fasilitator merangkum poin-poin penting dari materi yang disampaikan.
3. Fasilitator membuat kesimpulan.

VI. Uraian Materi


Materi I. Survei Kecoak
Pokok bahasan 1. Survei Kecoak
Kegiatan pokok yang perlu dilaksanakan adalah :Pengamatan/Survailens yang
bertujuan Untuk mengetahui keberadaan/ kepadatan populasi kecoak), Permukiman
dan angkutan umum yang dilakukan dengan melihat secara visual tanda-tanda
sebagai berikut:
a. Terdapatnya kotoran dan kapsul telur (ootheca) kecoak.
b. Terdapatnya kecoak dewasa (mati/ hidup) diseluruh ruanganyang diperiksa
c. Keberadaan kotoran dan kapsul telor (ootheca) kecoak.
1) Bentuk fisk: Kapsul Blatella Germanica dapat berisi 30- 40 telur, Blatta
orientalis sekitar 16 telur, Supella longipalpa 13-18 telur dan Periplaneta
americana sekitar 14 telur.
2) Tempat: Kotoran ditemukan di lantai, tempat-tempat yang tersembunyi,
tempat-tempat yang sering dilalui. Kapsul ditemukan di sudut-sudut bagian
dari meja, almari, celah-celah pada dinding.
3) Cara : Visual dan perabaan.
4) Alat : Senter serta formulir pencatatan pengamatan.
5) Waktu : Pada siang hari, frekwensi peiaksanaan pengamatan satu kali setiap
bulan dengan jarak satu bulan antar pemeriksaan.
d. Keberadaan Kecoak Dewasa.
1) Bentuk fisik: Tergantung jenisnya.

2) Tempat: Kecoak dilihat di bawah rak, dibagian bawah daun meja, dilipatan
tempat tidur, pada celah-celah dinding dan alamari, pada celah-celah yang
terdapat pada dinding itu sendiri.
3) Cara: Visual.
4) Alat : Cermin bertangkai, senter dengan formulir pencatatan pengamatan.
5) Waktu : Untuk melihat kecoak dilakukan pengamatan malam hari. Frekwensi

Riset Khusus
Riset Khusus Vektor
Vektor dan
dan Reservoir
Reservoir Penyakit
Penyakit 125
125
pelaksanaan pengamatan setiap bulan satu kali dengan jarak satu bulan
antar pemeriksaan.
Kepadatan kecoak diukur melalui penangkapan dengan perangkap kecoak yang
dipasang dalam satu malam didekat tempat-tempat perkembangbiakankecoak.
Tindakan pengendalian kecoak disesuaikan dengan kategori hasil penangkapan
rata-rata perperangkap permalam perjenis kecoak sebagai berikut:
Interpretasi Hasil :
Rendah : Tidak menjadi masalah
Sedang : Perlu pengamanan tempat berkembangbiakan
Tinggi / Padat : Perlu pengamanan tempat perkembangbiakan dan rencana
pelaksanaan pengamatan
pengendalian. setiap bulan Pest
(lakukan satu kali dengan jarak satu bulan
pelaksanaan pengamatan setiap bulan satu Control/Hapus Serangga)
kali dengan jarak satu bulan
Sangatantar pemeriksaan.
Tinggi : Perlu pengamanan tempat perkembangbiakan dan
antar pemeriksaan.
Kepadatan kecoak diukur pengendalian secara menyeluruh.
melalui penangkapan (lakukan Pest
dengan perangkap Control/
kecoak yang
Kepadatan kecoak diukur melalui penangkapan dengan perangkap kecoak yang
dipasang dalam satu Hapus malamSerangga)
didekat tempat-tempat perkembangbiakankecoak.
dipasang dalam satu malam didekat tempat-tempat perkembangbiakankecoak.
Tindakan pengendalian kecoak disesuaikan dengan kategori hasil penangkapan
Tindakan pengendalian kecoak disesuaikan dengan kategori hasil penangkapan
VII. Uraian Materiperperangkap permalam perjenis kecoak sebagai berikut:
rata-rata
rata-rata perperangkap permalam perjenis kecoak sebagai berikut:
Materi 2. Survei Lalat
Interpretasi Hasil :
Interpretasi Hasil :
Rendah
Pokok Di dalam
bahasan 1. bangunan
:
SurveiTidak (Indoors):
menjadi masalah
Lalat
Rendah : Tidak menjadi masalah
Sedang  :Perangkap lalat Ultra Violet
Perlu pengamanan (UVberkembangbiakan
tempat Fly trap)
Sedang : Perlu pengamanan tempat berkembangbiakan

Tinggi / Padat :Pheromone / Attractant tempat
Perlu pengamanan trap (Sticky trap)
perkembangbiakan dan rencana
Tinggi
Tujuan/ Padat : adalah
survei lalat Perlu pengamanan tempattingkat
untuk mengetahui perkembangbiakan dan rencana
kepadatan populasi lalat
Di luar bangunan (Outdoors): (lakukan Pest Control/Hapus Serangga)
pengendalian.
dan sumber - sumber pengendalian. (lakukan Pest Control/Hapus
tempat berkembangbiaknya Serangga)
lalat di di tempat-tempat

Sangat Tinggi :Fly Grids
Perlu / Fly Grill (lampiran
pengamanan 4)
tempat perkembangbiakan dan
Sangat
umum Tinggi : Perlu dan
(TTU), permukiman pengamanan
angkutan umum.tempat perkembangbiakan dan
 Sticky trap
pengendalian secara menyeluruh. (lakukan Pest Control/
Dalam melakukan pengendalian
pengendalian, secara
perlu menyeluruh. (lakukan Pest Control/
 Perangkap
Hapus umpan (Bait
Serangga) trap) dilakukan pengukuran tingkat
kepadatannya dimana HapusdataSerangga)
ini dapat dipakai untuk merencanakan upaya
pengendalian,
VII. Uraian yaitu tentang kapan, dimana dan bagaimana pengendalian akan
3. Cara Pengukuran
Materi
VII. Uraian Materi
dilakukan. Demikian pula sesudah
Materi Pengukuran
2. Survei Lalat kepadatan lalatpengendalian, pengukuran
di luar bangunan tingkat
(lalat rumah, kepadatan
lalat hijau dan lalat
Materi 2. Survei
diperlukan Lalat
untuk menilai keberhasilan pengendalian.Dalam menentukan
blirik) dengan menggunakan :
Pokok bahasan
kepadatan 1. Survei
lalat, Lalat terhadap populasi lalat dewasa lebih tepat dan
pengukuran
Pokok bahasan 1. Survei Lalat
bisa a.
diandalkan
Fly grids/Fly Grill pengukuran populasi larva lalat.
dari pada
TujuanDidasarkan
survei lalatpada
adalah
sifatuntuk
lalat, mengetahui
yaitu tingkat kepadatan
kecenderungannya untuk populasi lalat tepi-
hinggap pada
Tujuan survei lalat adalah untuk mengetahui tingkat kepadatan populasi lalat
1. Penentuan
dan sumber
tepi lokasi
atau pengukuran.
- sumber
tempat tempat
yang berkembangbiaknya
bersudut tajam dalam lalat
kurun diwaktu
di tempat-tempat
tertentu, misalnya
dan sumber - sumber tempat berkembangbiaknya lalat di di tempat-tempat
Karena kepentingan
umumsetiap
(TTU), pengendali
permukiman lalat adalah
dan angkutan alatberhubungan
umum. dengan kesehatan
umum (TTU),menit dengan
permukiman menggunakan
dan angkutan umum. penghitung tele counter.
manusia, maka sasaran yangpada akan diukur kepadatan lalatnya adalah(berdekatan
yang
Dalam Flymelakukan
grill diletakkan
pengendalian, tempat-tempat yang telah
perlu dilakukan ditentukan
pengukuran tingkat
Dalam melakukan
berdekatan dengan pengendalian, perlu
kehidupan/kegiatan dilakukan
manusia. pengukuran
Sasaran/lokasi tingkat
yangpada
akan
dengan
kepadatannya tempat
dimanasampah,
data inikotoran
dapat hewan,
dipakaikandang, dan lain- lain)
untuk merencanakan upayadaerah
kepadatannya
diukur tingkat dimana
kepadatan data ini
lalatnya dapat
antara dipakai
lain: indooruntuk
dan merencanakan
outdoor. upaya
yang akan
pengendalian, yaitudiukur.
tentang kapan, dimana dan bagaimana pengendalian akan
pengendalian, yaitu tentang kapan, dimana dan bagaimana pengendalian akan
dilakukan. Demikian pula sesudah pengendalian, pengukuran tingkat kepadatan
dilakukan.Pengukuran
2. Peralatan Demikian pula sesudah pengendalian, pengukuran tingkat kepadatan
diperlukan untuk menilai keberhasilan pengendalian.Dalam menentukan
diperlukan
Ada beberapa untuk menilai
peralatan yangkeberhasilan
umum di pakaipengendalian.Dalam
untuk mengukur dan menentukan
menghitung
kepadatan lalat, pengukuran terhadap populasi lalat dewasa lebih tepat dan
kepadatan lalat, pengukuran terhadap
kepadatan populasi lalat, antara lain adalah : populasi lalat dewasa lebih tepat dan
bisa diandalkan dari pada pengukuran populasi larva lalat.
bisa diandalkan dari pada pengukuran populasi larva lalat.
126
126 Riset
RisetKhusus
KhususVektor
Vektordan
danReservoir
ReservoirPenyakit
Penyakit
1. Penentuan lokasi pengukuran.
1. Penentuan lokasi pengukuran.
Karena kepentingan pengendali lalat adalah berhubungan dengan kesehatan
diperlukan untuk menilai keberhasilan pengendalian.Dalam menentukan
kepadatan lalat, pengukuran terhadap populasi lalat dewasa lebih tepat dan
bisa diandalkan dari pada pengukuran populasi larva lalat.

1. Penentuan lokasi pengukuran.


Karena kepentingan pengendali lalat adalah berhubungan dengan kesehatan
manusia, maka sasaran yang akan diukur kepadatan lalatnya adalah yang
berdekatan dengan kehidupan/kegiatan manusia. Sasaran/lokasi yang akan
diukur tingkat kepadatan lalatnya antara lain: indoor dan outdoor.

2. Peralatan Pengukuran
Ada beberapa peralatan yang umum di pakai untuk mengukur dan menghitung
kepadatan populasi lalat, antara lain adalah :

126 Riset Khusus Vektor dan Reservoir Penyakit


Di dalam bangunan (Indoors):
 Perangkap lalat Ultra Violet (UV Fly trap)
 Pheromone / Attractant trap (Sticky trap)
Di luar bangunan (Outdoors):
 Fly Grids / Fly Grill (lampiran 4)
 Sticky trap
 Perangkap umpan (Bait trap)

3. Cara Pengukuran
Pengukuran kepadatan lalat di luar bangunan (lalat rumah, lalat hijau dan lalat
blirik) dengan menggunakan :

a. Fly grids/Fly Grill


Didasarkan pada sifat lalat, yaitu kecenderungannya untuk hinggap pada tepi-
tepi atau tempat yang bersudut tajam dalam kurun waktu tertentu, misalnya
setiap menit dengan menggunakan alat penghitung tele counter.
Fly grill diletakkan pada tempat-tempat yang telah ditentukan (berdekatan
dengan tempat sampah, kotoran hewan, kandang, dan lain- lain) pada daerah
yang akan diukur.

Gambar Fly grill . alat untuk mengukur kepadatan lalat


Riset Khusus Vektor dan Reservoir Penyakit 127
Riset Khusus Vektor dan Reservoir Penyakit 127
Jumlah lalat yang hinggap setiap 30 detik, dihitung sedikitnya pada setiap
lokasi dilakukan 10 kali penghitungan (10 kali 30 detik) dan 5 penghitungan
tertinggi dibuat rata-ratanya dan dicatat dalam kartu pencatatan
Angka rata-rata ini merupakan petunjuk (indek) populasi lalat dalam lokasi
tertentu.
Interpretasi hasil pengukuran jumlah lalat yang hinggap pada “fly grids” per 10
x 30 detik pada setiap lokasi adalah sebagai berikut:
0-2 : Tidak menjadi masalah (rendah).
3-5 : Perlu dilakukan pengamanan terhadap tempat-tempat berbiaknya
lalat (tumpukan sampah, kotoran hewan, dan lain-lain)
6-20 : Populasinya padat dan perlu pengamanan terhadap tempat-tempat
berbiaknya lalat dan bila mungkin direncanakan upaya pengendaliannya.
(tinggi/padat).
21keatas: Populasinya sangat padat dan perlu dilakukan pengamanan
terhadap tempat-tempat berbiaknya lalat dan tindakan pengendalian lalat.
(sangat tinggi/sangat padat).

Secara khusus, sesuai dengan SK Dirjen PPM & PLP No. 281-11/ PD.03.04.
LP Ph 1989, bila kepadatan lalat disekitar tempat sampah melebihi 2 ekor, perlu
dilakukan pengendalian dan perbaikan pengelolaan sampahnya. Sedangkan
pada tempat-tempat khusus seperti indoor / seluruh ruangan bangunan, ruang
tunggu, kantin/restoran/ruang makan, kantor, dapur, toilet, kapal, gudang
bahan makanan, dan lain- lain, disarankan agar tidak dijumpai adanya lalat.

b. Sticky Trap:
Perangkap ini menggunakan umpan yang menarik (attractant) bagi lalat dan
dapat lalat dapat menempel pada permukaan trap yang telah dilumuri oleh
lem.
Alat ini dapat dipergunakan pada bagian dalam ruangan (indoor) dan
dilakukan pengukuran per hari atau perminggu. Dan akan diperoleh rata-rata
angka kepadatan lalat perhari dan dapat diperoleh pula angka kepadatan lalat
tertinggi pada daerah tersebut.

Gambar Sticky Trap:

128
128 Riset
RisetKhusus
KhususVektor
Vektordan
danReservoir
ReservoirPenyakit
Penyakit
c. Bait Trap (Perangkap Umpan)
Seperti halnya dengan sticky trap, bait trap ini menggunakan umpan yang
menarik untuk menangkap lalat yang terbang untuk masuk perangkap.
Perangkap lalat diletakkan setiap hari selama masa pengamatan (perminggu/
perbulan/pertahun).Lalat yang masuk kedalam perangkap akan dihitung
setiap hari, sehingga dapat diperoleh angka kepadatan lalat setiap harinya.
Hasil pengukuran ini akan diperoleh angka kepadatan lalat setiap minggunya/
bulannya/ tahunnya.

4. Waktu pengukuran
Pengukuran populasi Ialat hendaknya dapat dilakukan pada setiap kali dilakukan
pengendalian lalat (sebelum dan sesudah).Monitoring secara berkala, yang
dapat dilakukan sedikitnya 3 bulan satu kali.

VIII. Uraian Materi


Materi 3. Metode Survei Tikus

Pokok bahasan 1. Survei Tikus


Tujuan pengamatan/surveilans keberadaan tikus dan mencit adalah untuk
mengamati/memantau secara periodik pada tempat-tempat yang ditentukan
yang merupakan tempat didapatkannya tanda-tanda adanya tikus. Apabila
ditemukan tanda-tanda keberadaan tikus, langkah selanjutnya adalah
melakukan upaya pengendalian tikus.

1. Tempat
Untuk dapat melakukan pengamatan, pertama harus ditetapkan tempat
dimana akan dilakukan pengamatan atau tempat yang merupakan titik-
titik pengamatan. Untuk itu tempat/lingkungan bangunan/lokasi harus
dikelompokkan dulu menurut sifat dan habitat tikus. Selanjutnya pada masing-
masing kelompok tempat tersebut ditentukan tempat-tempat yang merupakan
titik-titik surveilansnya.
a. Pembagian tempat
 Bangunan tertutup (core)
 Lingkungan bangunan/lokasi yang terbuka (Inner Bound)
 Lingkungan di luar bangunan /lokasi (Outer Bound)

b. Tempat dilaksanakannya pengamatan/surveilans


Tempat dilaksanakannya surveilans hanya pada daerah core dan inner
bound dari suatu bangunan/lokasi
 Core : Dapur, Ruang poerawatan; Gudang, kantin; Ruang Tunggu; Ruang

Riset Khusus Vektor dan Reservoir Penyakit 129


Riset Khusus Vektor dan Reservoir Penyakit 129
Administrasi; Radiologi; ICU; Laboratorium ; UGD; R.OK; Ruang Operasi;
Ruang Jenazah; Apotik; Ruang Dinas; IPAL; Ruang Incinerator; Ruang
Genset/Panel; Bengkel, Ruang Pompa; Koridor; Ruang Bersalin.
 Inner Bound : TPS; Taman/Kebun; Garasi; Drainage/Sewerage; Tempat
parker; Lapangan lainnya

2. Cara
a. Menentukan tempat pengamatan/titik-titik pengamatan
 Core : Di lantai pada bagian pertemuan dinding dan lantai; kawat kaca
jendela (ventilasi); jeruji/jelusi ventilasi ; pintu/jendela kayu; rak buku
 Inner Bound : Lubang drainage; Tumpukan barang bekas (kayu, batu,
dan lain-lain); TPS; sela-sela dinding antar bangunan; Taman dekat
bangunan; Garasi; Pos satpam
b. Titik-titik pengamatan dicatat pada formulir titik pengamatan dengan
jelas. Tanda-tanda yang perlu diperhatikan: lubang tanah; bangkai tikus;
kotoran tikus; bekas keratin.
c. Pelaksanaan pengamatan
 Core : Pemeriksaan secara visual; yaitu dengan melihat adanya
tanda-tanda keberadaan tikus berupa kotoran tikus (Gambar 8) dan/
atau jejak kaki tikus (Gambar 9). Selain itu harus diperhatikan tanda-
tanda lain seperti : sisa keratin pada pintu/kasa/buku dan kawat
kasa yang berlubang bekas lewat tikus; Pemeriksaan secara nasal
(penciuman); informasi dari pihak lain.
 Inner Bound : Pemeriksaan secara visual, yaitu lubang di tanah,
bangkai tikus, kotoran tikus, serpihan bekas keratin tikus.
Apabila pada titik pengamatan ditemukan tanda-tanda keberadaan
tikus, tanda tersebut dicatat pada form titik pengamatan pada kolom
yang disediakan dan sesuai
Tanda-tanda yang perlu diperhatikan: Lubang tanah, bangkai tikus;
kotoran tikus; bekas keratin

3. Waktu
a. Saat pengamatan
Secara visual dilakukan pada pagi hari yaitu pukul 06.00 – 08.00 wib.
Pengamatan pada malam hari dilakukan antara pukul 22.00-24.00 wib

b. Lama pengamatan
Pemeriksaan ruangan 5 sampai 10 menit per ruangan per orang sehingga seorang
petugas dapat melakukan pemeriksaan minimum 12 ruangan per orang

130
130 Riset
RisetKhusus
KhususVektor
Vektordan
danReservoir
ReservoirPenyakit
Penyakit
Lama pengamatan = Jumlah ruangan
12 x jumlah petugas

Keterangan : 12 adalah pemeriksaan minimum dalam dua jam

c. Periode pengamatan
Pengamatan dilakukan setiap dua bulan pada setiap tahunnya dasar
pertimbangannya adalah masa reproduksi tikus

4. Bahan dan alat


Bahan dan alat untuk pengamatan
 Formulir 1,2 dan 3 (Lampiran 7-9)
 Formulir 1. Formulir pencatatan tanda-tanda keberadaan tikus pada
ruangan yang diperiksa (lampiran 7)
 Formulir 2. Pencatatan hasil identifikasi tikus dan mencit (Lampiran 8)
 Formulir 3. Survei tikus dan mencit (rodensia) (Lampiran 9)
 Senter
 Sepatu boot
 Alat-alat tulis dan clip board
 Tas lapangan

5. Prosedur pengamatan
a. Siapkan perangkap yang telah diberi umpan (kelapa bakar, ikan asin,
jagung), usahakan umpan diganti setiap pemasangan 5 hari berturut-
turut.
b. Pemasangan perangkap pada sore hari terutama pada gudang-
gudangyang dilakukan setiap 40 hari selama 5 hari berturut-turut dapat
mencakup seluruh wilayah pelabuhan. Untuk wilayah pelabuhan yang
luas dapat dibagi menjadi 2 – 4 bagian sesuai dengan keadaan masing-
masing bagian, yang dikerjakan selama 5 hari berturut-turut dan dapat
diselesaikan dalam jangka waktu satu bulan.
- Jumlah perangkap antara 100 – 300 buah/hari (sesuai dengan
kebutuhan). Pada setiap kegiatan jumlah perangkap yang dipasang
minimal 100 buah dan maksimal 300 buah perangkap tergantung
luas area.
- Tiap jarak10 meter dipasang 1 buah perangkap.
- Pasangkan umpan pada seluruh perangkap yang dipasang.
c. Perangkap diambil keesokan harinya sebelum aktifitas mulai ramai (pada
pagi hari)
d. Catat jumlah perangkap yang hilang.

Riset Khusus
Riset Khusus Vektor
Vektor dan
dan Reservoir
Reservoir Penyakit
Penyakit 131
131
e. Pisahkan perangkap yang berisi tikus dan masukan tikus ke dalam karung
kain dan diberi label.
- Lakukan identifikasi tikus dan pinjal.
- Perangkap yang telah berhasil menangkap tikus dicuci dan
dikeringkan sebelum di pakai kembali.
- Seluruh umpan harus diganti setiap hari.
f. Menghitung kepadatan tikus (Trapping success) :

Trapping Success = Tikus tertangkap

Jumlah perangkap dipasang

6. Kegiatan Identifikasi Tikus dan Menghitung Indeks Pinjal


a. Tikus yang sudah diberi tanda/label kemudian dimatikan (secara
mekanis yaitu dengan menarik leher dan pangkal ekor atau dengan
menggunakan kapas yang beri Chloroform dan dimasukan kedalam
karung dan ditunggu beberapa menit sampai tikus tidak bergerak).
b. Lakukan penyisiran pada tikus dengan menggunakan sisir khusus untuk
kutu, agar mudah mendapatkan ektoparasit (pinjal, kutu, chingger).
c. Melakukan identifikasi tikus untuk mengetahui spesiesnya :
- panjang tikus keseluruhan
- panjang kepala + badan
- panjang ekor
- panjang kaki
- panjang telinga
- menghitung jumlah mamae atau besar testis
- menimbang berat tikus.
g. Menghitung jumlah pinjal dan menentukan indeks pinjal (bila indeks
pinjal > 1 lakukan pemberantasan).
h. Mengidentifikasi jenis/spesies pinjal guna pemeriksaan jenis pinjal
apakah ada pinjal import dari negara lain yang terbawa oleh kapal.
i. Indeks pinjal (flea indeks) dihitung dengan rumus :

Indeks pinjal = Jumlah pinjal yang ditemukan


Jumlah tikus yang tertangkap

Pokok Bahasan 2. Pengawetan Tikus


1. Pengawetan secara utuh/basah
Alat dan bahan :

132 Riset
132 Riset Khusus
Khusus Vektor
Vektor dan
dan Reservoir
ReservoirPenyakit
Penyakit
a. Jas laboratorium
b. Sarung tangan nitril
c. Masker N95
d. Goggles
e. Formalin 10% atau alkohol 70%
f. Label kertas
g. Diseccting kits
h. Toples

Cara Kerja:

a. Gunakan jas laboratorium, masker N95 dan goggles


b. Spesimen tikus atau mencit yang mau dijadikan awetan diberi label kertas
kalkir bertuliskan nama spesies dan ukuran morfometri, ikat di bagian atas
pergelangan kaki kanan.
c. Mulut disumpal dengan kapas untuk menjaga posisi mulut tetap terbuka untuk
tujuan identifikasi dari ciri gigi geliginya.
d. Peruttikus atau mencit dibedah dengan cara membuat irisan vertikal agar zat
pengawetmerasuk ke dalamnya.
e. Rendam spesimen ke dalam formalin 10% atau alkohol 70%. Hal yang penting
diperhatikan adalah seluruh badan tikus atau mencit termasuk ekor benar-benar
terendam dalam larutan formalin atau alkohol.

2. Pengawetan kulit/kering
Alat dan bahan :
a. Kapas
b. Borax
c. Serbul gergaji
d. Kawat
e. Jarum jahit
f. Jarum pentul
g. Kertas label
h. Benang label
i. Pensil
j. Penghapus
k. Benang jahit
l. Styrofoam
m. Nampan
n. Vial tengkorak

Riset Khusus
Riset Khusus Vektor
Vektor dan
dan Reservoir
Reservoir Penyakit
Penyakit 133
133
Cara Kerja :

a. Letakkan tikus atau mencit di nampan dengan sisi ventral menghadap ke atas, kulit
di bagian perut diiris membujur sepanjang 3-4 cm (Gambar 1). Kemudian kulit dibuka
dengan hati-hati, sehingga daging perut bagian dalam terlihat.

Gambar 1. Pengirisan kulit perut tikus membujur sepanjang 3-4 cm

b. Kulit yang menempel pada daging perut ditekan sedemikian rupa ke arah kiri atau kanan
bergantian, sehingga daging paha kaki belakang dapat diangkat keluar (Gambar 2).
Kaki belakang kiri dan kanan dikeluarkan secara bergantian, tulang dipotong sebatas
lutut dengan gunting.

Gambar 2. Pengelupasan kulit dari tulang kaki

c. Daging melekat pada potongan kaki dibersihkan (Gambar 3). Selanjutnya kulit
dilepaskan dengan hati-hati ke arah ekor, untuk mengurangi licinnya kulit bagian
dalam, bisa digunakan serbuk gergaji.

Gambar 3. Pelepasan kulit dari badan tikus

134
134 Riset
Riset Khusus
KhususVektor
Vektordan
danReservoir
ReservoirPenyakit
Penyakit
d. Ekor dicabut keluar secara hati-hati. Setelah ekor keluar pelepasan kulit dilanjutkan
ke arah badan dan kepala (Gambar 4).

Gambar 4. Pelepasan kulit dari kepala tikus

e. Setelah sampai di bagian kaki depan tulang kaki depan di potong sampai ke pangkal
pergelangan kaki depan

f. Kemudian dilanjutkan pelepasan kulit ke arah kepala secara hati-hati, pada saat
sampai ditelinga, pangkal telinga kanan dan kiri dipotong dengan pisau yang tajam/
skapel, demikian pula pada bagian mata (Gambar 5).

Gambar 5. Pelepasan kulit dari telinga tikus

g. Selanjutnya kulit ditarik ke depan secara perlahan-lahan sampai ujung hidung, pelepasan
kepala dilakukan dengan menggunakan skapel atau gunting kecil (Gambar 6)

Gambar 6. Pelepasan kulit dari ujung hidung tikus

h. Kulit dibersihkan dari semua daging yang menempel, kemudian kulit bagian dalam
dilumuri serbuk boraks untuk pengawetan.

Riset Khusus
Riset Khusus Vektor
Vektor dan
dan Reservoir
Reservoir Penyakit
Penyakit 135
135
i. Mempersiapkan kapas yang disesuaikan dengan ukuran badan tikus, yaitu lembaran
kapas yang diperkirakan sesuai dengan ukuran tikus dipotong, digulung sehingga
membentuk bentuk padat lonjong sesuai dengan besar badan tikus (Gambar 7).

Gambar 7. Mempersiapkan kapas disesuaikan dengan ukuran badan tikus

j. Mempersiapkan kawat kecil dengan ukuran panjang ekor tikus, tetapi panjang kawat
sebaiknya 3 – 4 cm lebih panjang dari ekor tikus. Kawat dilapisi seluruhnya dengan
kapas secara dipilin sedikit demi sedikit, dibentuk sedemikian rupa sehingga sesuai
dengan ukuran dan volume ekor. Kawat dimasukkkan ke dalam ekor, hingga ekor
menjadi padat (Gambar 8).

Gambar 8. Mempersiapkan pilinan kapas pada kawat disesuaikan dengan


panjang ekor tikus

136 Riset
136 Riset Khusus
Khusus Vektor
Vektor dan
dan Reservoir
ReservoirPenyakit
Penyakit
k. Kapas yang dipadatkan dan dibentuk sesuai dengan kepala dan badan tersebut,
dimasukkan secara hati-hati ke dalam kulit tikus lewat mulut dengan menggunakan
pinset. Usahakan badan terisi penuh dengan kapas (Gambar 9.)

Gambar 9. Memasukkan kapas lewat mulut tikus

i. Mulut dijahit dari sebelah dalam dengan menghubungkan ketiga potongan bibir
dengan benang dan diikat (Gambar 10).

Gambar 10. Menjahit mulut tikus

m. Tulang kaki depan dan kaki belakang dibalut/diisi kapas dan dikembalikan seperti
semula. Setelah badan tikus terbentuk, bekas irisan dijahit kembali secara zig zag
(Gambar 11)

Gambar 11. Menjahit badan tikus

Riset Khusus
Riset Khusus Vektor
Vektor dan
dan Reservoir
Reservoir Penyakit
Penyakit 137
137
n. Tikus yang sudah berisi kapas diletakkan di papan triplek dengan sisi ventral
menghadap ke bawah dan ke dua pasang kaki diatur sedemikian rupa sehingga
kaki depan lurus ke depan dan kaki belakang lurus ke belakang sejajar dengan
badan. Ujung–ujung kaki dipaku, sedangkan ujung ekor dijepit dengan 2 paku di
kanan kirinya. Spesimen dikeringkan (Gambar 12).

Gambar 12. Awetan tikus diletakkan di papan dengan posisi lurus

o. Kepala yang masih menyatu dengan badan tikus dipotong dengan menggunakan
gunting dan direbus (Gambar 13). Setelah dagingnya lunak dibersihkan dan
disimpan di dalam tabung plastik setelah diberi label berisi nomer, lokasi, tanggal
dan kolektor.

Gambar 13. Tengkorak tikus yang diberi label

p. Keringkan spesimen dengan cara disimpan di ruangan yang dingin dan kering.
Usahakan ruangan tersebut terhindar dari sinar matahari langsung.

138
138 Riset
Riset Khusus
KhususVektor
Vektordan
danReservoir
ReservoirPenyakit
Penyakit
q. Awetan tikus yang telah terbentuk sempurna, sebelum disimpan di dalam kantong
plastik diberi label yang lengkap sebagai berikut:

Riset Khusus
Riset Khusus Vektor
Vektor dan
dan Reservoir
Reservoir Penyakit
Penyakit 139
139
DAFTAR PUSTAKA

Lisdawati, V. et al. 2015. Pedoman Pengumpulan Data Reservoir (tikus) di Lapangan.


Lembaga Penerbit Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Kementerian
KesehatanRI, Jakarta.

Marbawati, D., Ismanto H. 2011. Pengawetan Tikus (Hasil Pelatihan Di Laboratorium


Mamalia Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Jakarta). Balaba, 7(2): 49-51.

Ristiyanto, Handayani, F.D., Boewono, D.T., Heriyanto, B. 2014. Penyakit Tular Rodensia.
Gadjahmada University Press, Yogyakarta.

140 Riset
140 Riset Khusus
Khusus Vektor
Vektor dan
dan Reservoir
Reservoir Penyakit
Penyakit
MATERI
BABINTI
IX. IX

PROSEDUR KOLEKSI NYAMUK DAN JENTIK


(SURVEI ENTOMOLOGI)

Koleksi nyamuk dan jentik merupakan kegiatan yang dilakukan untuk memperoleh data
entomologi (tentang nyamuk dan jentik) di suatu wilayah/daerah tertentu. Survei dilakukan untuk
mengetahui perilaku nyamuk yaitu kapan, dimana menggigit dan istirahat, serta pemilihan sumber
darah sesuai dengan kebutuhan.

A. Prosedur Persiapan

1. Mempersiapkan gelas kertas

a. Tujuan : mempersiapkan tempat koleksi nyamuk sementara pasca


penangkapan

b. Alat dan Bahan

- Gelas kertas

- Karet gelang

- Kain kasa (tile)

- Kapas

- Kertas label

- Spidol

c. Cara Kerja

1) Semua alat dan bahan disiapkan.

2) Gelas kertas ditutup dengan kain kasa yang telah dipotong sesuai ukuran gelas,
diikat menggunakan karet gelang.

3) Kain kasa diberi lubang ditengahnya kira-kira 15mm, kemudian lubang ditutup
dengan gumpalan kapas.

4) Gelas kertas diberi label sesuai dengan kebutuhan. Label mencantumkan


keterangan waktu, jam penangkapan, tempat, tanggal dan metode penangkapan
nyamuk yang dilakukan.

Riset Khusus
Riset Khusus Vektor
Vektor dan
dan Reservoir
Reservoir Penyakit
Penyakit 141
141
2. Mengoperasikan aspirator

a. Tujuan : menangkap nyamuk yang sedang hinggap, menggigit atau beristirahat


dan memindahkan nyamuk ke gelas kertas

b. Mat dan bahan

- Gelas kertas bertutup kain kasa/tile dan kapas Senter

- Aspirator

2
c. Cara Kerja

1) Semua alat dan bahan disiapkan.

2) Satu tangan memegang senter yang cahayanya diarahkan pacr nyamuk


sasaran agar terlihat.

3) Tangan lain memegang aspirator pada bagian tengah tabung k: Ujung karet
aspirator digigit, dan ujung pipa aspirator diarar- pada nyamuk sasaran 0,5
sampai 1 cm dari bagian atas. .

4) Aspirator dihisap dengan tidak terlalu kuat sehingga nyamuk terbawa masuk

142
142 Riset
Riset Khusus
Khusus Vektor
Vektor dan
danReservoir
ReservoirPenyakit
Penyakit
ke dalam tabung aspirator. Ujung tabung ditutup dengan ujung telunjuk tangan
yang memegang aspirator.

5) Senter diletakkan di dekat gelas kertas, lampu disorotkan mengarah ke gelas.


Satu tangan membuka kapas penutup lubang kasa, kemudian ujung pipa
aspirator diarahkan pada lubang kasa gelas kertas.

6) Aspirator ditiup sehingga nyamuk masuk ke dalam gelas kertas.

B. Prosedur Koleksi Nyamuk

Sebelum koleksi nyamuk dimulai, ekosistem tempat dilakukan penangkapan diidentifikasi,


kemudian hasil dicatat pada formulir N-01. Stiker kode lingkungan yang sesuai dengan
identitas lingkungan tempat dilakukannya penangkapan ditempelkan pada formulir tersebut.
Jumlah formulir bisa lebih dari satu, tergantung dari jumlah lingkungan dan banyaknya
penangkapan dilakukan.

1. Koleksi nyamuk hinggap pada manusia9

a. Tujuan : memperoleh nyamuk dengan umpan manusia pukul 18.00-06.00

b. Alat dan bahan

- Aspirator

- Gelas kertas

- Karet gelang

- Kertas label

- Gunting

- Formulir N-02

- Senter

- Kain kassa

- Kapas

- Pensil dan buku catatan

- Spidol

c. Cara kerja ,

a. Koleksi nyamuk dengan umpan orang dilakukan di dalam dan luar rumah.

b. Penangkapan nyamuk dilakukan selama 12 jam (50 menit penangkapan di


dalam dan luar rumah dan 10 menit istirahat/jam)

Riset Khusus
Riset Khusus Vektor
Vektor dan
dan Reservoir
Reservoir Penyakit
Penyakit 143
143
Jam ke-

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

dst.
50 menit penangkapan
(dalam dan luar rumah)

3 Skema pembagian waktu penangkapan nyamuk


Gambar 8.

c. Penangkap sebaiknya menggunakan celana pendek. Jika penangkap


mengenakan celana panjang atau kain yang menutupi seluruh kaki, maka
celana atau kain digulung sampai sebatas lutut.

d. Penangkap duduk di tempat yang telah ditentukan oleh ketua tim dan menangkap
nyamuk yang hinggap pada anggota tubuh.

e. Nyamuk hinggapditangkap menggunakan aspirator dan dimasukkan ke dalam


gelas kertas.

f. Gelas kertas diberi label mengenai keterangan waktu dan jam penangkapan,
metode sertatempat.

g. Hasil penangkapan nyamuk setiap periode akan dikumpulkan oleh petugas.

h. Hasil penangkapan dicatat pada form N-02. Pastikan stiker kode


lingkungan yang ditempel pada form N-02 sesuai dengan form N-01 pada
lingkungan tersebut.

i. Selanjutnya nyamuk dipreparasi untuk diidentifikasi, dibuat spesimen


dan dilakukan inkriminasi terhadap potensinya sebagai vektor penyakit di
laboratorium B2PVRP.

144
144 Riset
RisetKhusus
KhususVektor
Vektordan
danReservoir
ReservoirPenyakit
Penyakit
2. Koleksi nyamuk di sekitar ternak

a. Tujuan: memperoleh nyamuk resting di sekitar ternak

b. Alat dan bahan

- Aspirator - Senter

- Gelas kertas - Kain kassa

- Karet gelang - Kapas

- Kertas label - Pensil dan buku catatan

- Gunting - Spidol

- Form N-03

c. Cara kerja

1) Penangkapan nyamuk dilakukan pada malam hari pukul 18.00 sampai 06.00.

2) Semua alat dan bahan disiapkan.

3) Waktu penangkapan nyamuk setiap jam adalah 15 menit.

4) Senter diarahkan pada tempat-tempat yang herpotensi sebagai tempat hinggap


nyamuk seperti tumpukan makanan Ternak, dinding kandang, tanaman disekitar
kandang atau yang masih menghisap darah pada tubuh hewan ternak.

5) Nyamuk yang terlihat diambil menggunakan aspirator.

6) Nyamuk dimasukkan ke dalam gelas kertas yang telah diberi label waktu dan
jam, metode, serta lokasi penangkapan.

7) Hasil penangkapan dicatat pada form N-03. Pastikan stiker kode lingkungan
yang ditempel pada form N-03 sesuai dengan form N-01 pada lingkungan
tersebut.

8) Selanjutnya nyamuk dipreparasi untuk diidentifikasi, dibuat spesimen


dan dilakukan inkriminasi terhadap potensinya sebagai vektor penyakit di
laboratorium B2PVRP.

Riset Khusus
Riset Khusus Vektor
Vektor dan
dan Reservoir
Reservoir Penyakit
Penyakit 145
145
Qambar 10.
5 Penangkapan nyamuk di sekitar kandang ternak

3. Koleksi nyamuk dengan animal-baited trap net

a. Tujuan:memperoleh nyamuk yang resting pada perangkap dengan umpan


hewan

- Alat dan bahan

- Animal-baited trap net

- Tali plastik Tiang kayu

- Aspirator

- Gelas kertas

- Kain kasa

- Karet gelang

- Kapas

- Lampu senter

- Kertas label

- Spidol dan pensil

- Parang

146
146 Riset
Riset Khusus
Khusus Vektor
Vektor dan
danReservoir
ReservoirPenyakit
Penyakit
- Formulir N-04

- Stiker kode lingkungan

b. Cara kerja

1) Semua alat dan bahan disiapkan.

2) Animal-baited trap net dipasang pada tempat lapangyang telah ditentukan


dengan mengikat tali-tali di sudut bagian ataskelambu pada tiang atau pohon.

3) Jarak bagian bawah animal-baited trap nefttengan permukaan tanah 15-20cm.


Tiang dipasang pada bagian tengah dalam kelambu animal-baited trap net.

4) Hewan ternak (sapi atau kerbau) dimasukkan kedalam kelambu dan diikat pada
tiang yang telah disediakan.

6 Animal-baited trap net1


Gambar 11.

5) Pemasangan minimal 30 menit sebelum memulai koleksi nyamuk.

6) Waktu penangkapan nyamuk setiap jam adalah 15 menit

7) Penangkapan nyamuk di dalam kelambu dilakukan menggunakan aspirator.

8) Hasil penangkapan dicatat pada form N-04. Pastikan stiker kode lingkungan
yang ditempel pada form N-04 sesuai dengan form N-01 pada lingkungan
tersebut.

9) Selanjutnya nyamuk dipreparasi untuk diidentifikasi, dibuat spesimen


dan dilakukan inkriminasi terhadap potensinya sebagai vektor penyakit di
laboratorium B2PVRP.

Riset Khusus
Riset Khusus Vektor
Vektor dan
dan Reservoir
Reservoir Penyakit
Penyakit 147
147
7 Koleksi nyamuk dengan menggunakan animal-baited trap net
Gambar 12.

4. Koleksi nyamuk dengan jaring serangga9,10

a. Tujuan: memperoleh nyamuk resting di habitat semak

b. Alat dan bahan

- Jaring serangga - Kertas label

- Aspirator - Spidol

- Gelas kertas - Pensil

- Kain kasa - Form N-05

- Karet gelang - Stiker kode lingkungan i

- Kapas

c. Cara kerja

1) Semua alat dan bahan disiapkan.

2) Jaring serangga dipegang pada tangkai.

3) Semak atau tanaman digoyang untuk memancing nyamuk resting terbang


keluar.

148 Riset
148 Riset Khusus
Khusus Vektor
Vektor dan
dan Reservoir
ReservoirPenyakit
Penyakit
4) Jaring serangga digerakkan kearah serangga sasaran.

5) Jaring diperiksa ada dan tidaknya nyamuk tertangkap

6) Nyamuk dipindahkan ke dalam gelas kertas yang tersedia menggunakan


aspirator.

7) Identitas sampel meliputi cara penangkapan, lokasi dan tanggal dituliskan pada
kertas label dan ditempelkan pada gelas kertas tempat menyimpan nyamuk.

8) Nyamuk hasil penangkapan diidentifikasidan diproses sesuai dengan cara kerja


penanganan sampel.

9) Hasil penangkapan dicatat pada form N-05.Pastikan stiker kode lingkungan yang
ditempel pada form N-05 sesuai dengan form N-01 pada lingkungan tersebut.

10) Selanjutnya nyamuk dipreparasi untuk diidentifikasi, dibuat spesimen


dan dilakukan inkriminasi terhadap potensinya sebagai vektor penyakit di
laboratorium B2PVRP.

8 Koleksi nyamuk di lapangan menggunakan jaring serangga


Gambar 13.

5. Koleksi nyamuk hinggap pagi hari9

a. Tujuan :

1) mendapatkan spesimen nyamuk

2) mengetahui pemilihan hospes (antropofilik atau zoofilik) \^

3) mengetahui perilaku nyamuk mendapatkan darah (diluar atau dalam rumah)

4) mengetahui perilaku istirahat nyamuk

b. Bahan dan alat

- Aspirator - Senter

Riset Khusus
Riset Khusus Vektor
Vektor dan
dan Reservoir
Reservoir Penyakit
Penyakit 149
149
- Gelas kertas - Kain kassa

- Karet gelang - Kapas

- Kertas label - Pensil dan buku catatan

- Gunting - Spidol

- Form N-05

c. Cara kerja

1) Penangkapan nyamuk pagi hari dilakukan pada pukul 07.00 sampai 10.00
ditempat-tempat yang berpotensi sebagai tempat peristirahatan nyamuk baik di
dalam maupun luar rumah.

2) Semua alat dan bahan disiapkan.

3) Senter diarahkan ke tempat-tempat yang tidak terkena cahaya matahari


iangsung baik di dalam maupun luar rumah.

4) Nyamuk ditangkap menggunakan aspirator dan dimasukkan ke dalam gelas


kertas berlabel dengan informasi waktu dan jam, metode, serta lokasi
penangkapan.

5) Nyamuk yang telah diidentifikasi spesiesnya kemudian diproses sesuai dengan


cara kerja penanganan sampel.

6) Hasil penangkapan dicatat pada form N-05. Pastikan stiker kode lingkungan
yang ditempel pada form N-05 sesuai dengan form N-01 pada lingkungan
tersebut.

7) Selanjutnya nyamuk dipreparasi untuk diidentifikasi, dibuat spesimen


dan dilakukan inkriminasi terhadap potensinya sebagai vektor penyakit di
laboratorium B2P2VRP.

9 Penangkapan nyamuk pagi hari di luar rumah


Gambar 14.

150150 Riset
Riset Khusus
Khusus Vektor
Vektor dan
dan Reservoir
Reservoir Penyakit
Penyakit
C. Prosedur Koleksi Jentik

1. Koleksi jentik di non-pemukiman9,10

a. Tujuan:

1) mengetahui habitat perkembangbiakan nyamuk

2) mengetahui spesies nyamuk yang hidup di setiap jenis habita:


perkembangbiakan

b. Bahan dan alat

- Pipet - Pensil

- Pipet selang - Penghapus

- Dipper - Lampu senter

- Botoljentik - Gunting

- Kertas label - Kamera

- Spidol - FormJ-01, J-02 dan J-03

10 Koleksi jentik pada berbagai habitat di luar rumah


Gambar 15.

Riset Khusus
Riset Khusus Vektor
Vektor dan
dan Reservoir
Reservoir Penyakit
Penyakit 151
151
c. Cara kerja

1) Semua alat dan bahan disiapkan

2) Pemeriksaan jentik dilakukan di tempat-tempat yang diduga sebagai


habitatperkembangbiakan nyamuk dengan bantuan senter.

3) Peralatan koleksi jentik disesuaikan dengan jenis habitat


perkembangbiakan.

4) Jentik ditampung didalam botol jentik yang telah disediakan.

5) Identitas mengenai lokasi, tanggal dan jenis habitat perkembangbiakan


dituliskan pada botol jentik.

6) Identitas mengenai ekosistem jentik diisikan pada form J-01, J-02 dan J-03.

7) Jentik dipelihara sampai menjadi nyamuk sesuai dengan cara kerja Pemeliharaan
jentik di lapangan.

2. Koleksi jentik di pemukiman

a. Tujuan :

1) Mengetahui tempat-tempat yang berpotensi sebagai habitat


perkembangbiakan nyamuk

2) Mendapatkan spesimen untuk indeks jentik (HI, BI,CI dan ABJ) dan mengetahui
penularan transovarial.

b. Mat dan bahan

- Pipet

- Pipet selang

- Funnel trap

- Botol jentik

- Kertas label

- Spidol

- Pensil

- Penghapus

- Lampu senter

- Gunting

152 Riset Khusus Vektor dan Reservoir Penyakit

152 Riset Khusus Vektor dan Reservoir Penyakit


- Stiker kode tipe ekosistem

- FormJ-04

c. Cara kerja

1) Semua alat dan bahan disiapkan.

2) Pemeriksaan jentik dilakukan di habitat perkembangbiakan nyamuk dalam dan


luar 100 rumah dengan lampu senter. Habitat yang diperiksa antara lain
bak mandi, gentong, ember, penampungan kulkas, penampungan dispenser,
perangkap semut, vas bunga.

3) Alat pengambilan jentik disesuaikan dengan jenis habitat perkembangbiakan.

4) Botol jentik diberi label lokasi, tanggal dan jenis habitat perkembangbiakan.

5) Jentik dipelihara sampai menjadi nyamuk sesuai dengan cara kerja D.


Pemeliharaan jentik di lapangan.

6) Hasil pengamatan dicatat dalam form J-04. Stiker kode tipe ekosistem
ditempelkan pada form tersebut.

7) Seluruh data yang diperoleh pada form J-04 dirangkum dalam rekapitulasi
form J-05.

8) Stiker kode tipe ekosistem ditempelkan pula pada form J-05.

11 Koleksi jentik pada berbagai habitat di dalam rumah


Gambar 16.

Riset Khusus
Riset Khusus Vektor
Vektor dan
dan Reservoir
Reservoir Penyakit
Penyakit 153
153
D. Prosedur Pemeliharaan Jentik di Lapangan

1. Tujuan:

a. Memelihara jentik terkoleksi menjadi nyamuk

b. Mendapatkan spesimen jentik dan nyamuk untuk koleksi referensi

2. Alat dan bahan

- Mangkok enamel - Gelas kertas

- Kain kasa - Aspirator

- Karet gelang - Kertas label

- Kapas - Spidol permanen

- Pipet - Buku

- Makanan jentik - Pensil

- Nampan plastik - Bolpoin

- Gula

3. Cara Kerja

a. Jentik hasil koleksi lapangan dipindahkan kedalam mangkuk enamelberisi air dari
habitat jentik dikoleksi. Apabila air kurang dapat ditambahkan dengan air hujan.

b. Pupa dipisahkan dari jentik menggunakan pipet dan ditampung dalam gelas kertas
berisi air sepertiga volume gelas.

c. Gelas kertas ditutup dengan kain kasa, dibagian tengah kain kasa diberi lubang dan
ditutup kapas.

d. Nyamuk yang bermetamorfosis dari pupa diambil dengan aspirator dan dipindahkan
kedalam gelas kertas yang telah disiapkan.

e. Kapas yang telah dibasahi air gula diletakkan diatas kain kasa penutup gelas
kertas.

f. Hari keempat pengumpulan data pada ekosistem tersebut, jumlah jentik dan pupa
yang berubah menjadi nyamuk direkap pada Logbook tim.

154
154 Riset
Riset Khusus
Khusus Vektor
Vektor dan
danReservoir
ReservoirPenyakit
Penyakit
Gambar 17.
12 Pemeliharaan jentik hasil koleksi lapangan

Riset Khusus
Riset Khusus Vektor
Vektor dan
dan Reservoir
Reservoir Penyakit
Penyakit 155
155
156 Riset Khusus Vektor dan Reservoir Penyakit
MATERI
BAB INTI
X. X

MORFOLOGI NYAMUK DAN JENTIK

A. Pengertian Morfologi

Morfologi adalah ilmu yang mempelajari bentuk dan letak bagian luar tubuh suatu organisme
(makhluk hidup).

B. Ciri yang membedakan nyamuk dewasa dengan serangga dewasa yang lain

a. Mempunyai sepasang sayap dengan urap sayap bersisik

b. Sayap terdiri dari 6 urat sayap; urat sayap 2,4, dan 5 bercabang

c. Mempunyai probosis panjang

d. Tubuh mempunyai sisik

e. Memiliki sisik pada pinggir sayap yang berubah menjadi jumbai

Gambar 1 Morfologi Nyamuk

C. Bagian-bagian tubuh nyamuk dewasa

Bagian-bagian tubuh nyamuk dewasa (betina) yang penting untuk identifikasi :

156 Riset Khusus Vektor dan Reservoir Penyakit


Riset Khusus Vektor dan Reservoir Penyakit 157
a. Kepala

- Proboscis

- Palpus maxillaris (palpus)

- Antena

Gambar 2 Morfologi kepala (caput) nyamuk A. Tampak samping; B. Tampak depan12; C.


Bagian kepala (caput) nyamuk betina dan nyamuk jantanCulicinae (a,c) dan Anophelinae
(b,d)

158 Riset Khusus Vektor dan Reservoir Penyakit Riset Khusus Vektor dan Reservoir Penyakit 157
Perbedaan nyamuk betina (dewasa) dan jantan terletak pada bagian antenanya. Nyamuk
jantan dengan cabang yang lebih lebat daripada betina.

b. Dada (Toraks):

- Scutellum

- Halter

- Urat-urat sayap

Gambar 3. Morfologi toraks nyamuk bagian lateral

158 Riset Khusus Vektor dan Reservoir Penyakit Riset Khusus Vektor dan Reservoir Penyakit 159
Gambar 4. Morfologi toraksnyamuk bagian dorsal

c. Perut (abdomen)

- Nyamuk pada dasarnya mempunyai 10 segmen abdomen. Namun demikian, segmen


ke-9 dan ke-10 mengalami reduksi dan bergabung pada segmen abdomen ke-8
membentuk cerci.

160 Riset Khusus Vektor dan Reservoir Penyakit Riset Khusus Vektor dan Reservoir Penyakit 159
Gambar 5. Morfologi abdomen nyamuk betina12

d. Sayap:

- 1a. Costa, 1b. Subcosta

- Urat sayap 1 s.d 6

- Urat sayap 2 bercabang 2 menjadi 2.1 dan 2.2

- Urat sayap 4 bercabang 2 menjadi 4.1 dan 4.2

- Urat sayap 5 bercabang 2 menjadi 5.1 dan 5.2

- Jumbai

160 Riset Khusus Vektor dan Reservoir Penyakit Riset Khusus Vektor dan Reservoir Penyakit 161
6
Gambar 23.Morfologi sayap nyamuk13

e. Kaki:

- Coxa (tempat menempel pangkal paha/femur)

- Femur (paha)

- Tibia

- Tarsus 1 s.d 5 (T1-T5)

Tarsus

Gambar 7. Morfologi kaki nyamuk

162 Riset Khusus Vektor dan Reservoir Penyakit Riset Khusus Vektor dan Reservoir Penyakit 161
D. Bagian- bagian tubuh jentik

Bagian-bagian utama jentik yang penting untuk identifikasi antara lain :

a. Kepala :

- inner clypeal (bulu plypeal dalam)

- Outer clypeal (bulu clypeal luar)

b. Dada (toraks):

- Bagian muka (propleuraf)

- Bagian tengah (mesopleural)

- Bagian belakang (metapleural)

- Bagian bahu (shoulder) c. Perut (abdomen)

- Terdiri dari ruas-ruas

- Tiap ruas terdapat bulu kipas dan bulu lainnya

- Dibagian tengah ruas ada utar-utar (tergal plate)

Gambar 8. Larva nyamuk dan bagian-bagiannya14

162 Riset Khusus Vektor dan Reservoir Penyakit Riset Khusus Vektor dan Reservoir Penyakit 163
Gambar 9. fologi larva nyamuk dari genus Aedes (a), Anopheles (b) dan Culex(c)

164 Riset Khusus Vektor dan Reservoir Penyakit Riset Khusus Vektor dan Reservoir Penyakit 163
MATERI
BABINTI
XI. XI

KLASIFIKASI DAN TAKSONOMI NYAMUK

A. Penggolongan Nyamuk dalam Dunia Binatang


Dalam dunia binatang, para ahli menggolongkan jenis-jenis binatang berdasarkan
bentuk luar dan susunannya ke dalam golongan-golongan tertentu. Nyamuk masuk ke
dalam golongan kelas Hexapoda/insekta atau dikenal sebagai serangga. Kelas Hexapoda
mempunyai ciri khas :
a. memiliki 6 kaki (3 pasang),
b. memiliki 2 pasang sayap,
c. mempunyai tubuh dengan tiga bagian terpisah, yaitu: kepala {caput); dada (toraks), serta
perut (abdomen).

Berbagai jenis serangga mempunyai perbedaan tipe metamorfosis dan perkembangan


sayapnya. Berdasarkan perbedaan-perbedaan tersebut, serangga dibagi menjadi dua sub
kelas, yaitu Entognatha dan Insekta. Sub kelas Insekta dibagi menjadi 34 ordo, salah satu di
antaranya adalah Ordo Diptera.
Ordo Diptera merupakan ordo dengan jumlah anggota terbanyak dan mudah dibedakan
dengan ordo lainnya.

Ciri-ciri Ordo Diptera adalah :


- satu pasang sayap berkembanq baik dan berfungsi sempurna, yaitu sepasang sayap
depan
- sayap belakanq tumbuh menqecil (rudimenter) sebagai halter dan berfungsi sebagai
alat keseimbangan.

Anggota Culicidae, termasuk dalam ordo diptera, dikenal secara umum sebagai nyamuk.
Familia Culicidae ini terbagi menjadi 3 subfamilia, yaitu :
1. Subfamilia Anophelinae
2. Subfamilia Culicinae
3. Subfamilia Toxorhynchitinae
Secara berjenjang, klasifikasi nyamuk dapat digambarkan sebagai berikut:
Phylum : Arthropods
Klas : Hexapoda/ Insecta
Ordo : Diptera
Familia : Culicidae
Sub familia : Culicinae, Anophelinae, Toxorhynchitinae

B. Penggolongan genus nyamuk

Genus merupakan tingkatan dari pembagian golongan makhluk hidup yang memiliki

164 Riset Khusus Vektor dan Reservoir Penyakit Riset Khusus Vektor dan Reservoir Penyakit 165
persamaan bentuk dan susunan tubuh.

Sampai saat ini dilaporkan terdapat 18 genus nyamuk di Indonesia, yaitu:

1. Genus Anopheles
2. Genus B iron el la
3. Genus Aedeomyia
4. Genus Aedes
5. Genus Armigeres
6. Genus Heizmannia
7. Genus Culex
8. Genus Ficalbia
9. Genus Mimomyia
10. Genus Hodgesia
11. Genus Coquillettidia
12. Genus Mansonia
13. Genus Orthopodomyia
14. Genus Malaya
15. Genus Topomyia
16. Genus Tripteroides
17. Genus Uranotaenia
18. Genus Toxorhynchites
19. Genus Lutzia
Dari 18 genus tersebut, Anopheles, Aedes, Culex, Mansonia dan Armigeres
merupakan genus yang telah dikonfirmasi sebagai vektor penular beberapa penyakit seperti
Malaria, Demam Berdarah Dengue, Chikungunya, Japanese Encephalitis dan Limfatik
Filariasis.

Ciri-ciri umum beberapa genus nyamuk penular penyakit

1. Anopheles

1 Morfologi nyamuk Anopheles


Gambar 27.

166 Riset Khusus Vektor dan Reservoir Penyakit Riset Khusus Vektor dan Reservoir Penyakit 165
(1: kepala (a:palpus; b: antena; c: probosis); 2: toraks; 3: abdomen; 4: kaki)

 Probosis hampir sama panjang dengan palpus (palpus maxillaris)

2 Morfologi probosis dan palpus nyamuk Anopheles


Gambar 28.

 Scutellum membulat

3 Morfologi scutellum nyamuk anopheles


Gambar 29.

166 Riset Khusus Vektor dan Reservoir Penyakit Riset Khusus Vektor dan Reservoir Penyakit 167
 Urat sayap nyamuk tertutup sisik gelap dan pucat

4 Urat sayap nyamuk


Gambar 30.

Kaki panjang dan langsing

5 Morfologi kaki nyamuk anopheles


Gambar 31.

168 Riset Khusus Vektor dan Reservoir Penyakit Riset Khusus Vektor dan Reservoir Penyakit 167
2. Aedes

6 Morfologi nyamuk aedes (1: kepala (a: antena; b: probosis; c:); 2: toraks; 3
Gambar 32.
: abdomen; 4 : kaki)

 Probocis tidak sama panjang dengan palpus

7 Morfologi probosis dan palpus aedes


Gambar 33.

 Scutellum terdiri dari tiga lengkungan (lobus)

168 Riset Khusus Vektor dan Reservoir Penyakit Riset Khusus Vektor dan Reservoir Penyakit 169
Gambar 34.
8 Morfologi scutellum aedes

 Kuku kecil/tidak ada

Gambar 35.
9 Letak kuku kaki aedes

 Terminal segmen abdomen nyamuk betina lancip, dan memiliki cerci yang
lebih panjang dari genera nyamuk lainnya

Gambar 36.
10 Morfologi abdomen aedes dibandingkan nyamuk lainnya

170 Riset Khusus Vektor dan Reservoir Penyakit Riset Khusus Vektor dan Reservoir Penyakit 169
3. Culex

11 Morfologi nyamuk Culex


Gambar 37.

 Probocis tidak sama panjang dengan palpus

12 Morfologi probosis dan palpus


Gambar 38.

 Scutellum terdiri dari tiga lengkungan

13 Morfologi scutellum Culex


Gambar 39.

170 Riset Khusus Vektor dan Reservoir Penyakit Riset Khusus Vektor dan Reservoir Penyakit 171
 Sisik-sisik sayap pipih simetris dan homogen

Gambar 40.
14 Morfologi sisik-sisik sayap Culex

 Mempunyai pulvili claw

15 Morfologi pulvili claw Culex


Gambar 41.
4. Mansonia

Gambar 42.
16 Morfologi nyamuk mansonia

172 Riset Khusus Vektor dan Reservoir Penyakit Riset Khusus Vektor dan Reservoir Penyakit 171
 Probosis tidak sama panjang dengan palpus

 Probosis tidak sama panjang dengan palpus

Gambar 43. Morfologi probosis dan palpi mansonia

17 Morfologi probosis dan palpi mansonia


Gambar 43.
 Scutellum terdiri dari tiga lengkungan

 Scutellum terdiri dari tiga lengkungan

Gambar 44. Morfologi scutellum mansonia

 Sisik-sisik sayap tidak simetris dengan warna gelap dan terang


Gambar 44.
18 Morfologi scutellum mansonia
 Sisik-sisik sayap tidak simetris dengan warna gelap dan terang

19 Morfologi sayap Mansonia ditutup dengan sisik sayap asimetris


Gambar 45.

Gambar 45. Morfologi sayap Mansonia ditutup dengan sisik sayap asimetris

172 Riset Khusus Vektor dan Reservoir Penyakit

172 Riset Khusus Vektor dan Reservoir Penyakit Riset Khusus Vektor dan Reservoir Penyakit 173
5. Toxorhynchites

20 Morfologi nyamuk Toxorhynchites


Gambar 46.

 Nyamu berukuran besar


 Probosis lebih panjang dari dan membengkok ke bawah

Gambar 47.
21 Morfologi probosis dan palpus Toxorhynchites

 Scutellum membulat (membentuk satu lengkungan)

22 Morfologi scutellum Toxorhynchites


Gambar 48.

174 Riset Khusus Vektor dan Reservoir Penyakit Riset Khusus Vektor dan Reservoir Penyakit 173
 Tepi sayap bagian posterior sebelum ujung urat ke 5 membentuk lekukan
ke arah dalam (mencekung)

Gambar 49.
23 Morfologi sayap Toxorhynchites

6. Armigeres

24 Morfologi nyamuk Armigeres


Gambar 50.

 Nyamuk relatif besar


 Probosis lebih panjang dari palpus, berbentuk pipih dan melengkung ke
bawah

Gambar 51.
25 Morfologi probosis nyamuk Armigeres

174 Riset Khusus Vektor dan Reservoir Penyakit Riset Khusus Vektor dan Reservoir Penyakit 175
b. Ciri-ciri genus jentik nyamuk penular penyakit dan jentik predator

A. Anopheles

 Tidak mempunyai tabung udara (siphon)

26 Morfologi jentik anopheles


Gambar 52.

176 Riset Khusus Vektor dan Reservoir Penyakit Riset Khusus Vektor dan Reservoir Penyakit 175
 Tuas abdomen 2-7 memiliki bulu kipas

Gambar 53.
27 Morfologi abdomen jentik anopheles (Reid, 1968)

176 Riset Khusus Vektor dan Reservoir Penyakit Riset Khusus Vektor dan Reservoir Penyakit 177
B. Aedes

 Mempunyai tabung udara (siphon)

28 Morfologi larva Aedes


Gambar 54.

178 Riset Khusus Vektor dan Reservoir Penyakit Riset Khusus Vektor dan Reservoir Penyakit 177
 Siphon mempunyai perbandingan lebar dengan panjang kira-kira dua
berbanding tiga
 Siphon memiliki satu pasang rambut turi (tuft)
 Mempunyai sisik berbentuk sisir (comb scales)

C. Mansonia

 Mempunyai siphon yang bergerigi seperi gergaji

29 Morfologi siphon Mansonia


Gambar 55.

178 Riset Khusus Vektor dan Reservoir Penyakit Riset Khusus Vektor dan Reservoir Penyakit 179
 Perbedaan Mansonia dengan Coquillettidia

30 Morfologi perbedaan Mansonia dengan Coquillettidia


Gambar 56.

D. Culex

 Mempunyai siphon dengan perbandingan lebar dengan panjang yang


nyata kira-kira 1 : 6
 Mempunyai tuft pada siphon > 1 pasang
 Terdapat acus

Gambar 57.
31 Morfologi larva Culex

180 Riset Khusus Vektor dan Reservoir Penyakit Riset Khusus Vektor dan Reservoir Penyakit 179
E. Toxorhychites

 Jentik besar
 Tidak mempunyai tabung udara (siphon)

32 Morfologi jentik Toxorhynchites


Gambar 58.

180 Riset Khusus Vektor dan Reservoir Penyakit Riset Khusus Vektor dan Reservoir Penyakit 181
182 Riset Khusus Vektor dan Reservoir Penyakit
MATERI
BABINTI
XII. XII

PROSEDUR PENANGANAN SAMPEL

A. Macam Sampel

Sampel terkumpul dari lapangan berupa nyamuk dan jentik digunakan untuk beberapa
tujuan: (1) koleksi referensi nyamuk dan jentik, (2) identifikasi patogen serta (3) pemeriksaan
pakan darah nyamuk. Kualitas sampel perlu dijaga dengan baik seiama proses pengiriman
sebelum dilakukan analisis lebih lanjut di laboratorium.

1. Nyamuk

Nyamuk hasil koleksi di lapangan dipisahkan menurut spesies dan jenis koleksinya (per
ekosistem). Jika jumlah nyamuk tertangkap (per spesies per jenis koleksi) 10 ekor atau
lebih, maka 80% digerus untuk deteksi agen penyakit atai uji pakan darah dan sisanya
(20%) diawetkan sebagai spesimen nyamuk. Jika jumlah nyamuk tertangkap (per spesies
per jenis koleksi) kurang dari 10 ekor, maka semuanya dibuat spesimen nyamuk.

2. Jentik

Jentik tertangkap dipeiihara menjadi nyamuk.Jentik yang tidak berubah menjadi nyamuk
hingga hari keempat pengumpulan data di tiap ekosistem diawetkan sebagai spesimen
jentik. Jentik Genus Aedes yang berubah menjadi nyamuk diproses untuk pemeriksaan
DBD/Dengue dan Chikungunya (Bab XI.B.3), sedangkan genus lainnya dijadikan
spesimen awetan nyamuk .

B. Sampel Nyamuk

1. Prosedur Pembuatan spesimen nyamuk9

a. Tujuan: mendapatkan spesimen nyamuk untuk koleksi referensi

b. Mat dan bahan

1) Nyamuk hasil koleksi, atau nyamuk hasil pemeliharaan jentik dari Genus selain
Aedes

2) Aspirator

3) Pensil

4) Gelas kertas

5) Bolpoin

Riset Khusus Vektor dan Reservoir Penyakit


Riset Khusus Vektor dan Reservoir Penyakit 181
183
6) Cawan petri

7) Kertas label

8) Pinset

9) Kotak serangga

10) Pinning block

11) Mikroskop

12) Punch point

13) Buku identifikasi

14) Iris scissors

15) Jarum serangga no 3

16) Lem (Ambroid/cat kuku

17) Kamper

18) Kertas karton

19) Aseton

20) Kloroform

21) Stiker kode lingkungan bening)

c. Cara kerja

1) Paper point dibuat dengan menggunakan punch point.

2) Jarum serangga no 3 ditusukkan pada sisi paper point yang lebar.

3) Proses penusukan jarum pada paper point dilakukan dengan menggunakan


pinning block.

4) Potongan kapas dibasahi dengan kloroform.

5) Kapas diletakkan di atas kasa penutup gelas kertas untuk mematikan nyamuk.

6) Nyamuk dipindahkan ke dalam cawan petri berisi kapas-kloroform, dan diatur


supaya posisi nyamuk tidak saling bertumpukan. Cawan petri ditutup, nyamuk
didiamkan hingga kaki-kakinya menjulur lurus.

7) Posisi nyamuk yang akan dibuat spesimen diatur agar kepala berada di sebelah

182
184 Riset
Riset Khusus
KhususVektor
Vektordan
danReservoir
ReservoirPenyakit
Penyakit
kanan.

8) kanan. runcing paper point dicelup ambroid/kuteks bening kemudian


Bagian ujung
dilekatkan padaujung
8) Bagian bagian lateral
runcing (samping)
paper toraks
point dicelup nyamuk. bening kemudian
ambroid/kuteks
dilekatkan pada bagian lateral (samping) toraks nyamuk.
9) Masing-masing spesimen diidentifikasi. Identitas mengenai spesies, lokasi
9) Masing-masing spesimen diidentifikasi. Identitas mengenai spesies, lokasi
penangkapan, tanggal penangkapan dan metode penangkapan ditulis pada
penangkapan, tanggal penangkapan dan metode penangkapan ditulis pada
kertas label yang ditusukkan pada bagian bawah paper point.
kertas label yang ditusukkan pada bagian bawah paper point.

10) Apabila populasi


10) Apabila nyamuk
populasi nyamuktinggi sehingga
tinggi sehingga nyamuk belum
nyamuk belum sempat
sempat di-pinning,
di-pinning,
dapat disimpan
dapat disimpan dalamdalam pill box
pill box sesuai
sesuai spesiesnya.
spesiesnya.
11) Spesimen nyamuk teridentifikasi disimpan pada kotak serangga yanc telah
11) Spesimen nyamuk teridentifikasi disimpan pada kotak serangga yanc telah
dilengkapi dengan naphthalene.
dilengkapi dengan naphthalene.
detempelkanpada
12) Stiker kode lingkungan ditempelkan padabagian
bagianluar
luarkotak
kotakserangga.
serangga
12) Stiker kode lingkungan ditempelkan pada bagian luar kotak serangga.

1 Posisi nyamuk saat pembuatan spesimen


Gambar 59.

2. GambarSampel
Prosedur Preparasi 59. Posisi
untuk nyamuk saat
Pemeriksaan pembuatan
Sporozoit spesimen
Pada Nyamuk

a. Tujuan: menyiapkan spesimen untuk penentuan vektor malaria dengan metode


PCR (polimerase chain reaction)
2. Prosedur Preparasi Sampel untuk Pemeriksaan Sporozoit Pada Nyamuk
b. Mat dan bahan

a. Tujuan: menyiapkan spesimen


1) Sampel nyamuk untuk penentuan
Anopheles 8) Plastikvektor
klip malaria dengan metode
PCR (polimerase chain reaction)
2) Mikroskop 9) Spidol permanen
b. Mat dan bahan
3) Cawan petri 10) Isolasi

1) Sampel nyamuk
4) Jarum Anopheles
section 8)11) Plastik
Pinset klip

5) Pisau bedah 12) Form N-07


2) Mikroskop 9) Spidol permanen
6) Vial 1,5 ml 13) Stiker kode lingkungan
3) Cawan petri 10) Isolasi
7) Silica gel
4) Jarum section 11) Pinset
c. Cara Kerja

5) Pisau1)bedah
Nyamuk yang sudah diidentifikasi12) Formsebagai
dan diduga N-07 vektor malaria dipisahkan

6) Vial 1,5 ml 13) StikerVektor


Riset Khusus kode danlingkungan
Reservoir Penyakit 183
Riset Khusus Vektor dan Reservoir Penyakit 185
7) Silica gel
dari spesies yang lain.
dari spesies yang lain.
2) Nyamuk dipotong pada persambungan toraks dan abdomen.
2) Nyamuk dipotong pada persambungan toraks dan abdomen.
3) Potongan kepala dan toraks disimpan di dalam vial 1,5 ml. Satu buah vial diisi
3) maksimum
Potongan kepala
25 ekordan toraksdengan
nyamuk disimpan di dalam
spesies, vial 1,5tanggal,
metode, ml. Satujambuah
danvial diisi
lokasi
maksimum 25
penangkapan ekorsama.
yang nyamuk dengan spesies, metode, tanggal, jam dan lokasi
penangkapan yang sama.
4) Potongan abdomen dibuang.
4) Potongan abdomen dibuang.
5) Vial ditutup dengan rapat dan dilubangi tutupnya.
5) Vial ditutup dengan rapat dan dilubangi tutupnya.
6) Identitas mengenainomor urut/ kodesampel, metode, jam dan lokasi
6) penangkapan
Identitas mengenainomor urut/vialkodesampel,
ditulis pada dinding dengan spidolmetode,
permanen. jam dan lokasi
penangkapan ditulis pada dinding vial dengan spidol permanen.
7) Identitas mengenai tipe sampel, kode sampel, genus, spesies, jumlah pooling
7) (jumlah
Identitas mengenai
individu tipe sampel,
nyamuk kode
dalam satu sampel,
vial genus, spesies,
dan keterangan tambahanjumlah
(jikapooling
ada)
(jumlah individu nyamuk
dituliskan di form N-07. dalam satu vial dan keterangan tambahan (jika ada)
dituliskan di form N-07.
8) Vial disimpan didalam plastik klip yang diisi silica gel.
8) Vial disimpan didalam plastik klip yang diisi silica gel.
9) Stiker kode lingkungan ditempelkan pada plastik klip dan form N-07.

9) Stiker kode lingkungan ditempelkan pada plastik klip dan form N-07.
9) Stiker kode lingkungan ditempelkan pada plastik klip dan form N-07.

2 Pemotongan sambungan toraks dan abdomen nyamuk untuk


Gambar 60.
Gambar 60. Pemotongan sambungan
preparasi toraks
pemeriksaan dan abdomen nyamuk untuk
sporozoit
preparasi pemeriksaan sporozoit

3. Prosedur Preparasi Sampel Nyamuk dengan FTA card untuk Pemeriksaan Dengue/DBD
3. dan
Prosedur Preparasi Sampel Nyamuk dengan FTA card untuk Pemeriksaan Dengue/DBD
Chikungunya
dan Chikungunya
a. Tujuan: preservasi sampel asam nukleat virus Chikungunya dan Dengue dari
a. spesimen
Tujuan: preservasi sampel
nyamuk untuk asam di
uji patogen nukleat virus Chikungunya dan Dengue dari
laboratorium.
spesimen nyamuk untuk uji patogen di laboratorium.
b. Alat dan bahan
b. Alat dan bahan
1) Sampel nyamuk Aedes
1) Sampel nyamuk Aedes
2) FTA card 9) Silica gel
2) FTA card 9) Silica gel

186184 Riset
Riset Khusus
Khusus Vektor
Vektor dandan Reservoir
Reservoir Penyakit
Penyakit
184 Riset Khusus Vektor dan Reservoir Penyakit
3) Pestle 10) Spidol permanen

4) Phosphate Buffer Saline (PBS) 11) Pensil

5) Vial 1,5 ml 12) Tissue

6) Sarung tangan karet 13) Vial holder

7) Pipet 14) Form N-07

8) Plastik klip 15)Stiker kode lingkungan

c. Cara kerja

1) Nyamuk yang telah diidentifikasi dimasukkan ke dalam vial 1,5 ml berisi PBS
250ul. Satu vial diisi maksimum 25 ekor nyamuk dengan spesies, metode,
tanggal, jam dan lokasi penangkapan yang sama.

2) Nyamuk dihomogenkan menggunakan pestle, diambil homogenat dengan


pipet tetes (gerusan nyamuk diikutkan, tidak hanya airnya saja), diteteskan pada
bagian tengah lingkaran FTA’card, dan dijaga jangan sampai melebar keluar
lingkaran.

3) Nomor urut/kode sampel dituliskan di atas/bawah lingkaran FTA card.

4) Stiker kode lingkungan ditempelkan pada bagian bawah FTA card dan di formulir
N-07.

5) Identitas mengenai nomor urut/ kodesampel, metode, jam dan lokasi


penangkapan dituliskan pada bagian bawah FTA card.

6) Identitas mengenai tipe sampel, kode sampel, genus, spesies, jumlah pooling
(jumlah individu nyamuk dalam satu vial) dan keterangan tambahan (jika ada)
dituliskan di form N-07.

7) Sisa gerusan sampel tidak boleh dibuang dan menjadi sampel untuk pemeriksaan
vektor filariasis.

8) Kertas FTA dikeringkan pada suhu ruangan lalu dimasukkan ke dalam plastik
klip yang telah diisi silica gel.

9) Stiker kode lingkungan ditempelkan pada plastik klip dan form N-07.

4. Prosedur Preparasi Sampel Nyamuk dengan FTA card untuk Pemeriksaan JE

a. Tujuan: preservasi sampel asam nukleat virus JE dari spesimen nyamuk untuk uji
patogen di laboratorium.

b. Alat dan bahan

1) Sampel nyamuk Anopheles, Culex, Mansonia dan Armigeres

Riset
Riset Khusus
KhususVektor
Vektordan
danReservoir
ReservoirPenyakit
Penyakit 185
187
2) FTA card

3) Pestle

4) Phosphate Buffer Saline (PBS)

5) Vial 1,5 ml

6) Sarung tangan karet

7) Pipet

8) Plastik klip

9) Silica gel

10) Spidoi permanen

11) Pensil

12) Tissue

13) Vial holder

14) Form N-07

15) Stiker kode lingkungan

c. Cara kerja

1) Nyamuk yang telah diidentifikasi dimasukkan ke dalam vial 1,5 ml berisi PBS
250 ul. Satu vial diisi maksimum 25 ekor nyamuk dengan spesies, metode,
tanggal, jam dan lokasi penangkapan yang sama.

2) Nyamuk dihomogenkan menggunakan pestle, diambil homogenat dengan


pipet tetes (gerusan nyamuk diikutkan, tidak hanya airhya saja), diteteskan
pada bagian tengah lingkaran FTA card, dan dijaga jangan sampai melebar
keluar lingkaran.

3) Nomor urut/kode sampel dituliskan di atas/bawah lingkaran FTA card.

4) Stiker kode lingkungan ditempelkan pada bagian bawah FTA card dan di formulir
N-07.

5) Identitas mengenai nomor urut/ kode sampel, metode, jam dan lokasi
penangkapan dituliskan pada bagian bawah FTA card.

6) Identitas mengenai tipe sampel, kode sampel, genus, spesies, jumlah pooling
(jumlah individu nyamuk dalam satu vial) dan keterangan tambahan (jika ada)
dituliskan di form N-07.

7) Sisa gerusan sampel tidak boleh dibuang dan menjadi sampel untuk pemeriksaan

186 Riset
188 Riset Khusus
Khusus Vektor
Vektor dan
dan Reservoir
ReservoirPenyakit
Penyakit
vektor filariasis.

8) Kertas FTA dikeringkan pada suhu ruangan lalu dimasukkan ke dalam plastik
klip yang telah diisi silica gel.

9) Stiker kode lingkungan ditempelkan pada plastik klip dan form N-07.

3 Preparasi sampel pada media FTA card


Gambar 61.

5. Prosedur Preparasi Nyamuk untuk Pemeriksaan Vektor Limfatik Filariasi

a. Tujuan : memperiapkan sampel untuk pemeriksaan vektor limfatik filariasis dengan


metode PCR

b. Alat dan bahan

1) Sisa gerusan sampel FTA card dalam via 1,5 ml

2) Plastik klip

3) Spidol

4) Jarum

5) FormN-07

6) Stiker kode lingkungan

c. Cara kerja

1) Sisa gerusan nyamuk sampel FTA card dalam vial 1,5 ml yang diduga vektor
filaria, dimasukan ke dalam plastik klip bersama silica gel.

2) Identitas mengenai tipe sampel, kode sampel, genus, spesies, jumlah pooling
(jumlah individu \iyamuk dalam satu vial) dan keterangan tambahan (jika ada)

Riset
RisetKhusus
KhususVektor
Vektordan
danReservoir
ReservoirPenyakit
Penyakit 187
189
dituliskan diform N-07.

3) Stiker kode lingkungan ditempelkan pada plastik klip dan formulir N-07.

4) Sampel siap dikemas dan dikirim ke laboratorium pemeriksa.

6. Prosedur Preparasi Nyamuk untuk Pemeriksaan Pakan Darah

a. Tujuan: mempersiapkan sampel untuk pemeriksaan sumber pakan darah nyamuk

b. Alat dan bahan

1) Vial1,5ml 9) Plastik klip

2) Pestle 10) Silica gel

3) Penggaris 11) Spidol permanen

4) Pensil 12)Bukutulis

5) Pisau bedah 13)Bolpoin

6) Jarum section 14) Kertas saring Whatman

7) Tissue 15)FormN-06

8) Alkohol70% 16) Stiker kode lingkungan

c. Cara kerja

1) Nyamuk hasil penangkapan pagi hari diidentifikasi spesies dan kondisi


perutnya.

2) Nyamuk dengan kondisi perut fed dan half gravid (masih mengandung darah)
dipisahkan abdomennya.

3) Kertas saring Whatman dilipat menjadi 16 bagian,

4) Darah dikeluarkan dari abdomen dengan cara dipencet ke masing-masing


bagian kertas saring.

5) Tempelkan stiker kode lingkungan di bagian tengah sisi belakang kertas


saring.

6) Tuliskan dengan pensil nomor seri kertas saring (angka 1, 2, dst) di bagian
tengah sisi depan kertas saring.

7) Tuliskan dengan pensil nomor sediaan (huruf a-p) di masing-masing bagian


dari 16 spot sampel.

8) Tempelkan stiker kode lingkungan yang sama di formulirN-06.

9) Tuliskan nomor sediaan, spesies nyamuk, dan tempat hinggap di form N-\ 06.

188 Riset Khusus Vektor dan


190 dan Reservoir
Reservoir Penyakit
Penyakit
10)Kering-anginkan disk kertas saring yang berisi darah.

11) Masukkan kertas saring ke plastik klip yang telah diberi silica gel.

12) Tempelkan stiker kode lingkungan pada plastik klip.

C. Prosedur Penanganan Sampel Jentik

1. Prosedur Pengawetan jentik9

a. Tujuan: menyiapkan jentik untuk dibuat spesimen awetan jentik

b. Mat dan bahan

1) Botol 15 ml

2) Alkohol 70%

3) Gliserol 10%

4) Pipet

5) Isolasi

6) Kertas label

7) Pensil

8) Spidol permanen

9) Stiker kode wilayah habitat

c. Cara kerja

1) Alkohol dicampur gliserol dengan perbandingan 95 bagian alkohol 70% dan 5


bagian gliserol 10%.

2) Jentik dimatikan menggunakan air panas ± 60°C.

3) Jentik dipindahkan kedalam cawan petri berisi alkohol 70%, didiamkan selama
1 jam, kemudian diulang dan disimpan selama 24 jam.

4) Spesimen dipindahkan ke dalam campuran alkohol-gliserol.

5) Alkohol-gliserol ditambahkan ke dalam botol hingga penuh.

6) Botol ditutup rapat.

7) Stiker kode habitatspesifik ditempelkan pada botol, sedangkan nomor urut


sampel ditulis dengan spidol permanen.

8) Sampel disimpan ditempat aman

RisetKhusus
Riset KhususVektor
Vektor dan
dan Reservoir
Reservoir Penyakit 189
191
192 Riset Khusus Vektor dan Reservoir Penyakit
MATERI INTI XIII
BAB XIII

PROSEDUR PENGGUNAAN GPS


(Global Positionong
(Global Positioning System)
System)

GPS (Global Positionong System) pada Rikhus Reservoir digunakan sebagai alat
survey persebaran reservoir di daerah penelitian. Pengambilan koordinat dilakukan pada
aetiap pwrangkap terpasang. Metode yang digunakan dalam pemetaan ini adalahmetode
Stop anf Go. Pengambilan koordinat dilakukan dengan cara pengambilan koordinat
berhenti sejenak di lokasi perangkap, menunggu GPS mendapatkan sinyal yang stabil
kemudian koordinat dapat disimpan di GPS dan dicatat dalam formulir GPS. Dilanjutkan
ke perangkap berikutnya.

A. Bagan-bagan GPS1
a) Bagan depan b) bagan belakang Keterangan:
Bagian depan
1. Indikator kekuatan sinyal
2. Indikator baterai
3. Touch screen
4. Menu
Bagian belakang
1. Lensa kamera
2. Tombol Daya Q
3. Tutup baterai ting-D
4. Tombol pengguna
5. Slot kartu microSDTM (di
Gambar. 1. Bagian-bagian GPS bawah penutup baterai)

B. Pengaturan

B.1. Pengaturan baterai

Perangkat GPS Garmin Oregon 650 beroperasi menggunakan baterai NiHM


opsional atau 2 baterai AA.

190 Riset Khusus Vektor dan Reservoir Penyakit Riset Khusus Vektor dan Reservoir Penyakit 193
1. Langkah memasang baterai NiMH

a. Putar ring-D berlawanan dengan jarum jam,


Q kemudian tarik untuk melepas penutup
baterai.

b. Cari baterai ada di dalam kemasan.

c. Pasang unit baterai sesuai polaritasnya


Gambar 3. Pemansangan baterai
d. Tekan perlahan unit baterai kedalam NMH pada GPS
tempatnya sesuai dengan posisinya.
e. Pasang kembali penutup baterai, kemudian putar ring-D searah dengan
jarum jam.

Catatan:

Baterai rechargeable NiMH hanya dapat di-charge pada kisaran suhu


00C - 500C

2. Memasang baterai AA adalah sebagai berikut:

a. Putar D-ring barlawanan arah jarum jam, dan tarik ke atas untuk
melepaskan penutup.

b. Pasang dua baterai AA perhatikan arah yang ditunjukkan pada gambar


di belakang alat, dan jangan sampai terbalik.

Gambar 3. Pemansangan baterai AA pada GPS

c. Pasang kembali penutup baterai, kemudian putari ring-D searah jarum


jam.

d. Tahan Q

e. Pilh Setup (Konfigurasi)>System (system) > AA battery Type (Baterai


Jenis AA).

f. Pilih Alkaline, Lithium atau rechargeable NiHM (NiHM isi ulang).

3. Cara mengisi daya baterai menggunakan sropkontak standar atau port USB
di computer. Langkahnya adalah sebagai berikut:

194 Riset Khusus Vektor dan Reservoir Penyakit Riset Khusus Vektor dan Reservoir Penyakit 191
a. Lepas penutup pelindung (1) dari port mini – USSB (2) Pasang konektor
kecil pada kabel USB ke port mini - USB .

b. Pasang ujung kabel USB ke adaptor AC atau port USB computer

c. Pasang adaptor AC ke stop kontak standar. Apabila anda


menyambungkan perangkat ke catu daya, maka perangkat akan hidup.

Gambar 4. Port USB untuk pengisian baterai.

d. Isi daya baterai hingga penuh.

e. Isi daya baterai hingga penuh.

B.2. Pengaturan Datum

Untuk mengatur datum, spheroid, dan format koordinat yang diinginkan


(geografis atau UTM), dapat dilakukan dengan memilih menu setup > position
format. Pilih WGS 84 untuk datum dan spheroid, serta degrees-minutes-second
untuk format kooedinat.

Gambar 5. Pengaturan datum pada GPS

C. Langkah Pengoperasian

Setelah selesai memasang baterai maka kita dapat mengoperasikan GPS. Langkah
mengoperasiakan GPS Garmin Oregon 650 adalah sebagai berikut :

1. Tahan Q
2. Tunggu perangkat mencari sinyal satelit. Apabila sinyal/////////berwarna hijau,
berarti perangkat sudah mendapatkan sinyal satelit. Waktu dan tanggal secara
otomatis berdasarkan posisi GPS.
3. Sentuh layar untuk memilih item.

192 Riset Khusus Vektor dan Reservoir Penyakit Riset Khusus Vektor dan Reservoir Penyakit 195
4. Tarik atau geser jari di layar untuk bergerak di layar atau menggeser layar.
5. Dekatkan dua jari untuk memperkecil tampilan.
6. Rentangkan dua jari untuk memperbesar tampilan.
7. Bedakan setiap tindakan untuk membuat pilihan di layar sentuh.
8. Pilih conteng untuk menyimpan perubahan dan menutup halaman.
9. Pilih X untuk menutup halaman dan kenbali ke halaman sebelumnya.
10.Pilih return untuk kembali kehalaman sebelumnya.
11. Pilih return untuk kembali kemenu utama.
12.Pilih = garis tiga untuk melihat item menu tertentu pada halaman yang sedang
Anda lihat.

C.1 Langkah membuat titik koordinat pada GPS:

1. Tahan Q.

2. Tunggu perangkat pencari sinyal satelit. Apabila sinyal ////////berwarna hijau, berarti
perangkat sudah mendapatkan sinyal satelit. Waktu dan tanggal secara otomatis
berdasarkan posisi GPS.

3. Pilih tombol pengguna.

Fungsi default tombol pengguna akan menandai titik koordinat.

4. Apa bila perlu, pilih kolom untuk mengubah titik koordinat.


5. Pilih Save (simpan).

C.2 Langkah menandai titik koordinat menggunakan peta.

1. Pilih Map (Peta).

2. Pilih lokasi dip eta.

3. Pilih panel informasi di bagian atas layar.

4. Pilih bendera OK.

C.3 Langkah mencari titik koordinat yang sudah dibuat

1. Pilih Waypaint Manager


2. Pilih titik kooedinat dari daftar
3. Apabila perlu, pilih = garis tiga untuk mempersempit pencarian.
4. Tentukan pilihan
 Pilih Spell Search untuk mencari menggunakan nama titik koordinat.
 Pilih Spell Symbol untuk mencari menggunakan symbol titik koordinat.
 Pilih Search Near untuk mencari di dekat lokasi yang terakhir ditemukan,

196 Riset Khusus Vektor dan Reservoir Penyakit Riset Khusus Vektor dan Reservoir Penyakit 193
titik koordinat lain, lokasi Anda saat ini, atau titik pada peta.
 Pilih Sort untuk melihat daftar titik koordinat berdasarkan jarak terdekat
atau urutan abjad.

C.4 Langkah mengedit titik koordinat yang sudah dibuat

1. Pilih Waypoint Manager.


2. Pilih titik koordinat yang akan diedit.
3. Pilih item yang akan diedit, misalnya nama.
4. Pilih item Masukan informasi baru, kemudian pilih tanda contreng.

C.5 Langkah untuk menghapus titik koordinat yang sudah dibuat.

1. Pilih Waypoint manager>=tiga garis>Delete.


2. Pilih titik koordinat yang akan dihapus.
3. Pilih Delete>yes.

C.6 Langkau untuk mengambil foto.

1. Pilih camera.
2. Putar GPS secara horizontal atau vertical untuk mengubah orientasi foto.
3. Apabila diperlukan, pilih gambar blitz, untuk meng aktifkan blitz..
Anda dapat memilih auto (otomatis) nuntuk menggunakan blitz hanya apabila
kamera mendeteksi kondisi dengan pencahayaan yang redup.
4. Apabila diperlukan, gunakan dua jari pada layar sentuh untuk memperbesar atau
memperkecil tampilan.
5. Tahan gambar kamera untuk focus dan menahan GPS dengan stabil.
Bingkai putih akan muncul di layar. Perangkat GPS akan berfokus pada objek di
dalam bingkai. Apa bila foto telah focus bingkai akan berwarna hijau.
6. Lepas gambar kamera untuk mengambil foto.
7. Pilih titik koordinat yang akan dihapus.

C.7 Langkah untuk melihat foto.

1. Pilih Photo Viewer.


2. Pilih foto.
3. Pilih =tiga garis> view map.

C.8 Langkah untuk menghapus foto.

1. Pilih Photo Viewer.


2. Pilih foto.
3. Pilih =garis tiga> Delete Photo>Delete.

194 Riset Khusus Vektor dan Reservoir Penyakit Riset Khusus Vektor dan Reservoir Penyakit 197
D. Langkah untuk mentransfer data dari GPS ke Mapsource.

1. Down load software mapsource-nya terbaru


Di sisni http://wwww8.garmin.com/support/download details.jsp?id=209
2. Setelah di download kemudian extract.

3. Setelah di extract kemudian buka MAIN.MSI untuk dilakukan install


Mapsource.

4. Setelah Mapssource diinstal kemudian sambungkan GPS yang sudah


diaktifkan computer menggunakan kabel data yang terdapat pada GP.
5. Mengaktifkan program Mapsource.
6. Pilih menu transfer, pilih receive from device. Setting receive from device akan
muncul, dan GPS akan terload secara otomatis, cek pada kolom waypoints
dan tracks, untuk mentransfer hasil survey berupa titik koordinat dan track
jalan. Klik receive apabila parameter sudah sesuai.

198 Riset Khusus Vektor dan Reservoir Penyakit Riset Khusus Vektor dan Reservoir Penyakit 195
7. Kemudian pilih File > Save As > pilih Folder tempat menyimpan > Pilih Format
penyimpanan dalam bentuk *.gdb > kemudian beri nama file yang akan
disimpan > Save.

196 Riset Khusus Vektor dan Reservoir Penyakit Riset Khusus Vektor dan Reservoir Penyakit 199
Riset Khusus Vektor dan Reservoir Penyakit 197
200 Riset Khusus Vektor dan Reservoir Penyakit
MATERI INTI XIV
BAB XIV.

PROSEDUR PENANGKAPAN TIKUS

A. Alat dan bahan

1. Perangkap hidup /Single livetrap

2. Kompor gas portable + gas

3. Talenan

4. Pisau

5. Seng lembaran ukuran 20 x 20 cm

6. Kelapa tua ukuran3x3 cm(jenis umpan bisa dimodifikasi tergantung dengan kondisi
lingkungan)

7. Pinset panjang/penjapit kue

8. Kantong blacu

9. GPS

10. Label lapangan

11. Pensil

12. Benang label

13. Pitajepang

14. Tali rafia

15. Kawat

16. Tang pemotong

17. Tang

18. Tali tambang

19. Kamera

20. Sarung tangan tebal (khusus)

21. Formulir T.01 (Ekosistem Tikus)

22. Formulir T.02 (Koordinat GPS)

23. Formulir T.03 (Lokasi Penangkapan Tikus)

198 Riset Khusus Vektor dan Reservoir Penyakit Riset Khusus Vektor dan Reservoir Penyakit 201
B. Penentuan Lokasi .

Tikus termasukhewan kosmopolitan artinya menempati hampir disemua habitat.Guna


mendapatkan hasil penangkapan yang diharapkan maka dalam pemasangan perangkap
perlu memperhatikan beberapa hal diantaranya adanya jejak tikus seperti sisa atau seresah
makanan, jejak kotoran (feces) dan run way. Perangkap juga dapat dipasang pada sekitar
tanaman dan pepohonan.lnformasi masyarakat tentang keberadaan tikus juga sangat
berguna dalam menentukan keberhasilan penangkapan {trap success).

Setelah lokasi ditentukan, pemasangan perangkap diikuti dengan pengisian Form


T.01 dan Form T.02. Dalam satu ekosistem, dapat ditemui beberapa lokasi penangkapan,
sehingga jumlah perangkap yang dipasang tiap lokasi disesuaikan. Pengisian Formulir T.03
mengikuti jumlah lokasi penangkapan.

C. Cara Penangkapan Tikus

Hari 1:

1. Menyiapkan perangkap: Merangkai perangkap jika masih terlipat, kemudian memeriksa


jumlah dan kondisi perangkap untuk memastikan perangkap layak pakai.

2. Menyiapkan umpan: memotong dan membakar kelapa untuk umpan dengan ukuran
3x3 cm.Umpan dipasang pada kait dalam perangkap.

3. Penomoran perangkap, yaitu dengan mengikatkan pita jepang yang telah ditulisi nomor
urut perangkap.

4. Pemasangan perangkap:

a. Di pemukiman

Jumlah perangkap yang dipasang adalah 100 perangkap disetiap titik lokasi, 50
di dalam rumah dan 50 di luar rumah. Pemasangan perangkap di dalam rumah
dilakukan oleh pemilik rumah dengan mengajari cara pemakaian terlebih dahulu
(gambar 3B). Di setiap rumah dipasang dua perangkap. Perangkap diletakkan di
atap atau tempat yang lembab seperti: dapur, kolong. Pemasangan perangkap
di luar rumah dilakukan oleh tenaga lokal dan tenaga pengumpul data.Peletakan
perangkap dengan jarak minimal 10 langkah (5-6 m).

b. Di non-pemukiman

Pemasangan perangkap pada habitat non-pemukimanditandai dengan pita


jepang,diletakkan di semak-semak dan, dekat akar pohon, batang pohon tumbang,
dan lubang tanah. Jarak pemasangan antar perangkap kurang lebih 10 m

Riset Khusus Vektor dan Reservoir Penyakit 199

202 Riset Khusus Vektor dan Reservoir Penyakit


5. Mengambil titik koordinat, yaitu disetiap rumah dipasang perangkap (apabila di
pemukiman) dan di titik dimana perangkap diletakkan (apabila di non pemukiman).
Pengambilan titik koordinat dilakukan dengan alat GPS (lihat Prosedur Penggunaan
GPS bab IV). Titik koordinat diisikan sementara pada Formulir GPS. Untuk tikus yang
tertangkap koordinat dari Form GPS dipindahkan ke Formulir Koleksi Tikus (T.04)

6. Mengambil dokumentasi habitat (lihat Prosedur DokumentasiBab. XIV).

7. Melakukan pengukuran parameter lingkungan (lihat Prosedur Pengukuran Parameter


Lingkunganbab. X), kemudian menuliskannya pada Formulir Ekosistem Tikus.

Gambar 1. Pemasangan perangkap di dalam dan luar rumah

Hari 2:

1. Pengambilan tikus, dilakukan pada jam 06.00 pagi

Perangkap berisi tikus, diambil tikusnya dengan cara menempatkan kantong kain (blacu)
pada mulut perangkap setelah itu perangkap diangkat, dibalik lalu tutup perangkap
dibuka dan tikus dimasukkan ke dalam kantong kain (blacu). Kantong diikat dan diberi
label lapangan. (gambar 11)

2. Pemberian label lapangan.

Label lapangan berupa kertas manila berlubang di ujungnya untuk mengikatkan tali pada
kantong kain, dituliskan lokasi pemasangan perangkap (rumah, kebun) dan nomor urut
perangkap

3. Pemeriksaan dan penggantian umpan yang sudah rusak.

Perangkap yang umpannya dikerubuti semut, dipindahkan ke lokasi tidak bersemut

200 Riset Khusus Vektor dan Reservoir Penyakit Riset Khusus Vektor dan Reservoir Penyakit 203
Gambar 2. Proses pemasukkan tikus ke dalam kantung

4. Perangkap yang sudah pernah berisi tikus dicuci dengan air cucian beras sebelom
digunakan kembali.

5. Semua perangkap dipasang kembali

6. Tikus yang tertangkap (dalam kantong kain berlabel lapangan) dibawa ke laboratoriurr
lapangan, dipisah berdasarkan asal habitat (rumah, kebun dll)untuk pemprosesar diawali
tikus tertangkap darihabitat rumah.

Hari 3:

1. Pengambilan tikus dilakukan pada jam 06.00 pagi

2. Perangkap berisi tikus, diambil tikusnya dan seterusnya dilakukan prosedur yang sama
dengan hari kedua.

3. Semua perangkap dibersihkan dari sisa umpan, dicuci dengan air cucian berasdan
dilipat menggunakan tali rafia per 10 perangkap.

4. Penangkapan tikus dalam 1 titik lokasi berakhir pada hari ketiga.

204 Riset Khusus Vektor dan Reservoir Penyakit Riset Khusus Vektor dan Reservoir Penyakit 201
MATERI
BABINTI
XV. XV
PROSEDUR PENGUKURAN PARAMETER
LINGKUNGAN

Parameter lingkungan dalam Riset Khusus Reservoir meliputi suhu udara, kelembaban
udara, dan pH tanah.Pengukuran parameter lingkungan dilakukan menggunakan peralatan yang
telah disediakan berupa thermo-hygrometer dan pH meter.

A. Pengukuran suhu udara dan kelembaban udara

1. Alatdanbahan

a. Thermo-hygrometer digital

b. Formulir koleksi tikus (form T. 04)

c. Mat tulis

2. Cara kerja

a. Siapkan formulir koleksi tikus.

b. Posisikan alat thermo-hygrometer digital pada lokasi pengumpulan data (lokasi


pemasangan perangkap).

c. Nyalakan alat dengan menekan tombol ON.

d. Tunggu sejenak sampai alat menunjukkan angka yang tetap/stabil.

e. Jika sudah stabil, catat suhu dan kelembaban udara di formulir koleksi tikus.

f. Matikan alat setelah selesai menggunakan dengan menekan tombol OFF.

B. Pengukuran pH tanah

1. Alat dan bahan

a. pH meter tanah digital

b. Formulir koleksi tikus

c. Alat tulis

2. Cara kerja

a. Siapkan formulir koleksi tikus.

202 Riset Khusus Vektor dan Reservoir Penyakit Riset Khusus Vektor dan Reservoir Penyakit 205
b. Nyalakan alat dengan menekan tombol ON.

c. Kalibrasi alat terlebih dahulu dengan mencelupkan pada cairan kalibrator. Alat akan
menunjukkan angka pH 7 jika bekerja dengan normal. Setelah selesai, bersihkan
dengan tisu. Alat siap untuk digunakan.

d. Lokasi pengukuran pH tanah adalah di sekitar tempat pemasauppfjerangkap.

e. Tanamkan alat pH meter di tanah yang akan diukur, tunggu sampai menunjukkan
angka yang stabil.

f. Jika sudah stabil, catat nilai pH tanah di formulir koleksitikus.

g. Matikan alat jika sudah selesai menggunakan, bersihkan dengan air kemudian
dikeringkan.

206 Riset Khusus Vektor dan Reservoir Penyakit Riset Khusus Vektor dan Reservoir Penyakit 203
MATERI
BABINTI XVI
XVI.
PROSEDUR ANESTESI

Prosedur anastesi merupakan prosedur pertama yang dilakukan di laboratorium lapangan.


Anastesi bertujuan untuk mengimobilisasi/ menonaktifkan gerak tikus serta mengurangi rasa
sakit yang timbul akibat proses pengambilan darah dan pembedahan.

A. Alat dan Bahan :

1. Jas Laboratorium

2. Sarung tangan nitril

3. Masker

4. Syringe 1 ml

5. Syringe 3 ml

6. Ketamin

7. Xylazine

8. Alkohol swab

B. Cara Kerja

1. Timbang berat badan tikus

2. Buka ikatan kantong

3. Salah satu pengumpul data melakukan penanganan tikusmemakai gloves.Buka ikatan


kantong kain, kemudian palpasi kantong berisi tikus untuk menentukan letak kepala
tikus. (gambar 1A).

Gambar 1. Cara Anestesi Tikus

204 Riset Khusus Vektor dan Reservoir Penyakit Riset Khusus Vektor dan Reservoir Penyakit 207
4. Pegangtengkuk tikus bagian belakang dengan keempat jari, sedangkan ibu jari
diletakkan dibawah mandibula agar tikus tidak menggigit (tangan kanan),

5. Buka kantong sampai separuh badan tikus bagian belakang terlihat. (gambar 12B)

6. Kedua kaki belakang tikus dipegang dengan tangan kiri.

7. Pengumpul data yang lain menyiapkan syringe 1 ml untuk anastesi.ambil ketamin


sebanyak 1 ml dan xylazine 0.75 ml (dalam satu syringe). Dosis ketamin 70-100 mg/kg
BB, dosis xylazine 2 mg/kg BB.11

8. Usap salah satu kaki belakang/paha tikus dengan kapas alkohol. (gambar 12C)

9. Suntikkan campuran ketamin dan xylazine di salah satu kaki belakang/paha tikus.

10. Tikus dibiarkan selama 5-10 menit, agar efek obat bekerja.

11. Tikus siap diproses untuk prosedur selanjutnya (pengambilan darah dan serum, Prosedur
Pengambilan Darah dan Koleksi Serumbab. XII).

208 Riset Khusus Vektor dan Reservoir Penyakit Riset Khusus Vektor dan Reservoir Penyakit 205
MATERI
BABINTI XVII
XVII.
PROSEDUR PENGAMBILAN DARAH DAN
KOLEKSI SERUM

A. Alat dan Bahan

1. Jas Laboratorium

2. Sarung tangan nitril

3. Masker

4. Syringe 1 ml

5. Syringe 3 ml

6. Alkohol swab

7. Vacutainer 5 cc

8. Cryotube2ml

9. Label serum

10. Centrifuge

11. Pipet Pasteur

12. Parafilm

13. Styrofoambox

14. Gel pack

15. Formulir koleksi tikus

16. Pita dymo

17. Mesin cetak pita Dymo

18. Form T.04 (Koleksi Tikus)

B. Cara kerja

1. Siapkan alat dan bahan pengambilan darah dan serum serta Formulir Koleksi Tikus.

2. Tikus yang pertama kali diambil darah diberi label pita Dymo berisi Kode Wilayah dan
Nomor Urut Tikus. Tikus pertama diberi nomor urut spesimen 1, dan seterusnya. Label
diikatkan pada kaki kanan tikus.
206 Riset Khusus Vektor dan Reservoir Penyakit Riset Khusus Vektor dan Reservoir Penyakit 209
3. Catat nomor perangkap yang tertera dilabel lapangan padakolom catatan Formulir
Koleksi Tikus.

4. Bersihkan bagian dada tikus menggunakan alkohol swab. (Gambar 1A)

5. Menggunakan syringe 1 ml atau syringe 3 ml, tusukkan dibawah tulang rusuk sampai
masuk lebih kurang 50-75% panjang jarum. Posisi jarum membentuk sudut 45 terhadap
badan tikus yang dipegang tegak lurus, setelah posisi jarum tepat mengenai jantung,11
secara hati-hati darah dihisap sampai diusahakan syringe terisi penuh. (Gambar 1B)

Gambar 1. Pengambilandarah.

6. Lepas jarum dari syringe lalu tempelkan syringe pada mulut vacutainer 5 cc.12

7. Darah dialirkan ke dinding vacutainer secara perlahan agar tidak hemolisis.12 (gambar
14A)

8. Tutup vacutainer, diberi label dan centrifuge dengan kecepatan 3000 rpm, selama 5\
menit.

9. Ambil serum menggunakan pipet pasteur secara perlahan sehingga gumpalan darah
tidak terambil. (gambar 14B)

10. Masukkan serum ke dalam cryotube 2 ml, kemudian seal dengan parafilm (gambar
14C)

Gambar 2. Proses koleksi serum

210 Riset Khusus Vektor dan Reservoir Penyakit Riset Khusus Vektor dan Reservoir Penyakit 207
11. TulisKode Wilayah dan label Nomor Urut Tikus pada dinding vial

12. Isi kolom spesimen serumpada formulir koleksi tikus setelah serum berhasil dikoleksi.

13. Simpan sementara serum padastyrofoambox yang sudah dWs’igel pack.

14. Setelah proses laboratorium lapangan selesai, serum dipindahkan pada kulkas 4 C
menunggu penjemputan dari tim kabupaten.

15. Lanjutkan proses selanjutnya yaitu koleksi ektoparasit.

208 Riset Khusus Vektor dan Reservoir Penyakit Riset Khusus Vektor dan Reservoir Penyakit 211
212 Riset Khusus Vektor dan Reservoir Penyakit Riset Khusus Vektor dan Reservoir Penyakit 209
MATERI
BAB INTI XVIII
XVIII.
PROSEDUR KOLEKSI EKTOPARASIT

1. Alat dan Bahan

1. Jas Laboratorium

2. Sarung tangan nitril

3. Masker

4. Baki enamel

5. Sisir serit

6. Pinset

7. Nippel

8. Sikat sepatu

9. Vial kaca ulir

10. Alkohol 70%

11. Lup 3 tingkat

12. Label kertas manila

13. Pensil

14. Label Kode Wilayah

15. Label KoleksiTikus

16. Form T.04 ( Koleksi Tikus)

2. Cara kerja

1. Siapkan alat dan bahan koleksi ektoparasit serta Formulir Koleksi Tikus.

2 Tikus baik yang hidup maupun mati disisir dengan sikat sepatu berlawanan dengan arah
rambut.(Gambar 1A)Setelah itu disisir dengan sisir serit searah dengan rambut.

3 Ektoparasit yang jatuh dibaki enamel dan yang menempel di sisir serit diambil
menggunakan pinset atau nippel dan dimasukkan kedalam vial kaca ulir yang sudah
diisi alkohol 70%. Jumlah alkohol dalam vial kaca ulirsebanyak 2/3 volume vial.11
(Gambar1B)

210 Riset Khusus Vektor dan Reservoir Penyakit Riset Khusus Vektor dan Reservoir Penyakit 213
4. Periksa dan ambil ektoparasit pada bagian telinga (Gambar 1C)

5. Satu vial berisi semua ektoparasit dari 1 tikus. (Gambar 1D)

6. Beri label kertas manila berisikode spesimen menggunakan pensil, masukkan dalam
vial. (Gambar 1E)

7. Beri stikerlabel Kode Wilayah dan label nomor urut tikus pada dinding luar vial.

8. Catat di Formulir Koleksi Tikus pada bagian koleksi ektoparasit setelah ektoparasit
berhasil dikoleksi.

9. Setelah ektoparasit berhasil dikoleksi, kemudian dilanjutkan proses dokumentasi


sampel.

Gambar 1. Koleksi ektoparasit pada tikus

214 Riset Khusus Vektor dan Reservoir Penyakit Riset Khusus Vektor dan Reservoir Penyakit 211
MATERI
BABINTI
XIX.XIX
PROSEDUR DOKUMENTASI

Dokumentasi foto dilakukan sebagai salah satu sarana dan alat bantu proses identifikasi
mofologi dari koleksi sampel tikus. Identifikasi dilakukan berdasarkan ukuran tubuh dan warna
rambut tikus. Penggunaan formalin dalam pembuatan awetan akan membuat warna ‘ambut
berubah sehingga pengambilan dokumentasi koleksi sampel yang tertangkap sangat penting.
Dokumentasi foto, digunakan juga sebagai database yang dihasilkan Riset khusus Vektor dan
Reservoir Penyakit. Dokumentasi foto dilakukan pada semua sampel tertangkap.

A. Dokumentasi Tikus

Dokumentasi sampel kelelawar diperlukan untuk mengkonfirmasi identifikasi spesies oleh


tim teknis pusat (B2P2VRP) setelah spesimen diterima di laboratorium. Dokumentasi diambil
setelah prosedur koleksi ektoparasit selesai

1. Alat dan bahan

a. Kamera digital resolusi minimal 12 Megapiksel (MP).

b. Pengggaris

c. Sarung tangan nitril

d. Form T.04 (Koleksi Tikus)

2. Cara kerja

a. Siapkan kamera, Formulir Koleksi Tikus, dan label.

b. Letakkan spesimen diatas meja beralas perlak putih.

c. Bentangkan kaki depan dan kaki belakang ke samping.

d. Foct/s/ng/penajaman obyek: usahakan obyek difoto harus fokus, tidak kabur/blur

e. Letakkan penggaris disamping objek sehingga dapat dilihat ukuran dari objek
tersebut.

f. Atur posisi sehingga label pita Dymo terfoto dengan jelas.

g. Pengambilan dokumentasi dilakukan pada bagian dorsal, ventral, lateral dan


ekortikus.Hasil foto dicatat dalam Formulir Koleksi Tikus.

h. Sesudah difoto dilanjutkan dengan prosedur identifikasi bab XV.

212 Riset Khusus Vektor dan Reservoir Penyakit


Riset Khusus Vektor dan Reservoir Penyakit 215
Gambar 1. Dokumentasi spesimen tikus

B. Dokumentasi Habitat

Dokumentasi habitat dilakukan pada saat pemasangan perangkap. Hal utama yang hams
diperhatikan dalam foto habitat adalah adanya objek di dalam foto sebaga pembanding, agar
mengetahui skala dari foto. Objek pembanding tersebut bisa menggunakan objek manusia.
Untuk dokumentasi video, atur kedalam mode merekam video kemudian tekan tombol movie
dan arahkan kamera pada tempat pemasangan perangkap. Gerakkan kamera secara vertikal
dan horisontal secara perlahan, rekam habitat koleksi sampel selama 5 - 10 menit.

Gambar 2. Contoh Habitat Tikus

216 Riset Khusus Vektor dan Reservoir Penyakit Riset Khusus Vektor dan Reservoir Penyakit 213
C. Penyimpanan Data

1. Penyimpanan dilakukan dengan menyimpan hasil foto dalam satu folder dengan nama
forlder adalah kode wilayah (contoh: 337301 untuk Provinsi Jawa Tengah, Kota Salatiga,
Ekosistem Hutan dekat pemukiman).

2. Rename/ubah nama file asli kamera dengan nama:

a. Foto dorsal: D.kode wilayah + no.urut tikus. Contoh: D.33111T001

b. Foto ventral: V.kode wilayah + no.urut tikus. Contoh: V.33111T001

c. Foto ekor : E.kode wilayah + no.urut tikus. Contoh: E.33111T001

d. Foto lateral: L.kode wilayah + no.urut tikus. Contoh: L.33111T001

e. Foto dan video habitat: H.kode wilayah. Contoh: H.33111

Nama file foto a-d dituliskan dalam formulir koleksi bagian dokumentasi sampel,
sedangkan nama file foto habitat dituliskan dalam kolom catatan pada formulir
koleksi.

3. Transfer file foto dan video dari memory card ke hard disk dengan cara cut file dan paste
ke media simpan.

4. Jangan melakukan editing menggunakan aplikasi edit foto seperti photoshop, karena
akan merubah identitas foto.

5. Setelah seluruh puldat selesai, copy folder-folder (jumlah: 6 folder) dalam 1 flashdisk
untuk dikirimkan ke B2P2VRP Salatiga.

D. Hal yang Perlu Diperhatikan

1. Hindari suhu ekstrim (ketahanan mmc)

2. Hindari debu saat membuka lensa

3. Selalu bersihkan dengan cleaning kit (terutama setelah digunakan pada daerah pantai
maupun berdebu)

4. Hindari jatuh

5. Setelah selesai dari lapangan keluarkan dari tas, simpan dalam dry box untuk
menghindari jamur

6. Selalu back-up data usai dari lapangan

214 Riset Khusus Vektor dan Reservoir Penyakit Riset Khusus Vektor dan Reservoir Penyakit 217
218 Riset Khusus Vektor dan Reservoir Penyakit Riset Khusus Vektor dan Reservoir Penyakit 215
MATERI INTI XX
BAB XX.

PROSEDUR IDENTIFIKASI TIKUS

A. Alat dan bahan

1. Jas laboratorium

2. Sarung tangan nitril

3. Masker

4. Penggaris besi 60 cm

5. Penggaris besi 20 cm

6. Timbangan digital

7. Kaliper/jangka sorong

8. Label

9. Benang label

10. Pensil

11. Penghapus

12. Form T.04 (Koleksi Tikus)

B. Cara kerja

Gambar 1. Perbedaan warna dan tektur rambut pada imus

1. Siapkanformulir koleksi tikus(FormT.04) untuk mencatat hasil pengukuran dan


identifikasi.

2. Timbang berat badan(Gambar 2A)

216 Riset Khusus Vektor dan Reservoir Penyakit Riset Khusus Vektor dan Reservoir Penyakit 219
3. Ukur panjang total ((ujung hidung sampai ujung ekor) (Gambar 2B)

4. Mengukur panjang ekor (pangkal sampai ujung ekor) (Gambar 2C)

5. Apabila ekor putus, penulisan panjang total dan panjang ekor diberi tanda kurung

6. Mengukur panjang telapak kaki belakang, (tumit sampai ujung jari) (Gambar 2D)

7. Mengukur panjang telinga,(pangkal sampai ujung daun telinga).(Gambar 2E)

8. Mengukur panjang tengkorak (dari moncong sampai tengkuk) (Gambar 2F)

Gambar 2. Pengukuran morfometrik untuk identifikasi tikus

9. Mencatat jumlah puting susutikus betina, jumlah puting susu di bagian dada dan perut
(Dada (D) + Perut (P)). Contoh 2 + 3 = 10 artinya 2 pasang di bagian dada dan 3 pasang
di bagian perut sama dengan 10 buah.13,14

220 Riset Khusus Vektor dan Reservoir Penyakit Riset Khusus Vektor dan Reservoir Penyakit 217
Gambar 3. Rumus putting susu

10. Mengukur panjang dan lebar testis tikus jantan.

11. Pengukuran dalam satuan milimeter (mm) dan gram (gr).

12. Untuk beberapa genus perlu melihat rumus giginya.13

13. Hasil pengukuran dan pengamatan dicocokkan dengan kunci identifikasi tikus.

14. Amati ciri karakteristik lain seperti jenis, tekstur dan warna rambut; jenis sisik dan warna
pada ekor terutama untuk tikus di daerah peralihan (Sulawesi). Pengukuran dan ciri
morfologi lain sangat jelas dapat dibedakan pada tikus dewasa.13

15. Setelah prosedur identifikasi dilanjutkan dengan tahap pengambilan punch telinga bab
XXII.

218 Riset Khusus Vektor dan Reservoir Penyakit Riset Khusus Vektor dan Reservoir Penyakit 221
222 Riset Khusus Vektor dan Reservoir Penyakit Riset Khusus Vektor dan Reservoir Penyakit 219
MATERI
BAB INTI
XXI. XXI
PROSEDUR PENGAMBILAN JARINGAN
TELINGA (PIWCH TELINGA)

A. Alat dan Bahan

1. Jas laboratorium

2. Sarung tangannitril

3. Masker

4. Puncher(disposable)

5. Pinset

6. Vialtube: ,5 ml

7. Ethanol 95%

8. Label

9. Pensil

10. Permanen marker

11. Parafilm/selotip bening

12. Form T.04 (Koleksi Tikus)

B. Cara Kerja

1. Siapkan Formulir Koleksi Tikus (Form T.04)

2. Siapkan puncher steril.

3. Desinfeksi tray dengan kapas alkohol 70%.

4. Letakkan tikus diatas tray

5. Letakkan puncher pada telinga kanan

6. Tekan punch dan putar searah jarum jam.

7. Masukkan jaringan telinga yang terpotong kedalam vialtubeyang sudah berisi ethanol
96% dengan menggunakan pinset steril.

8. Ulangi prosedur diatas untuk telinga bagian kiri.

220 Riset Khusus Vektor dan Reservoir Penyakit Riset Khusus Vektor dan Reservoir Penyakit 223
9. Tempelkan stiker label.

10. Letakkan vial berisi spesimen punch ke dalam plastik zipper.

11. Setelah pengambilan punch jaringan selesai dilanjutkan dengan Prosedur Pengambilan
Organ Dalam Tikusbab XXIII.

224 Riset Khusus Vektor dan Reservoir Penyakit Riset Khusus Vektor dan Reservoir Penyakit 221
MATERI
BABINTI XXII
XXII.

PROSEDUR PENGAMBILAN ORGAN

DALAM TIKUS

A. Alat dan Bahan

1. Jas laboratorium 13. Mikropipet dan tips

2. Sarung tangan nitril 14. Alkohol 70%

3. Masker 15. Botol spray

4. Nampan/baki plastik 16. Kertas label ginjal

5. Glinting tumpul runcing 17. Stiker label

6. Gunting tulang 18. Pensil

7. Gunting runcing-runcing 19. Plastik zipper

8. Pinset ujung lancip 20. Silika gel

9. Vial kaca ulir 21. Plastik biohazard

10. FTAcard 22. Plastik sampah

11. PBS 23. Vial 1,5 ml

12. Pellet pastle 24. Form T.04 (Koleksi Tikus)

B. Cara kerja

Siapkan alat dan bahan, serta Formulir Koleksi Tikus (Form T.04)

B.1. Pembedahan

1. Sisi ventral tikus ditempatkan di atas nampan bersih.

2. Permukaan ventral diusap/semprot dengan alkohol dan dilap dengan kapas.

3. Kulit bagian bawah perut dicubit dengan pinset/forceps. (Gambar 1 A)

4. Gunting ditempatkan di bawah jari/forcep dengan sekali gerakan, potong hingga

222 Riset Khusus Vektor dan Reservoir Penyakit Riset Khusus Vektor dan Reservoir Penyakit 225
menembus kulit dan otot-otot perut. (Gambar 1B)

5. Satu sisi gunting dimasukkan ke dalam sayatan dan dibuat satu potongan dengan
pola lurus dari perut kearah dada.

6. Potongan kulit dan otot-otot di atas diafragma ditarik untuk mengekspos sepenuhnya
rongga perut.

Gambar 1. Proses pembedahan untuk koleksi sampel paru dan ginjal

B.2. Pengambilan paru-paru

1. Paru-paru digunting dengan ukuran 3-5 mg, (Gambar2A)

2. Menggunakan pinset ujung lancip, ambil potongan paru dan masukkan ke dalam
vial tube.

3. Letakkan vial tube diatas gel pack, kemudian cacah dengan gunting/ujung pinset
ujung lancip (gambar 2B).

4. Masih di atas gel pack, gerus paru dengan grinder dan tambahkan PBS 500 I.
(Gambar 2 C & D)

5. Paru-paru digerus dengan pellet pastle sampai homogen. Cairan di teteskan pada
FTA card dengan mikropipet sebanyak 100 I, tepat di tengah-tengah lingkaran. Satu
lingkaran FTA card untuk 1 tikus. (Gambar 2 E, F &G).

6. FTA card dikering anginkan sampai kering. Hindarkan dari terkena sinar matahari
langsung, dan jauhkan dari sumber kontaminasi.

7. Setelah kering, FTA card diberi stiker label no.urut spesimen di atas lingkaran
danlabel kode wilavah di bagian depan FTA.

8. Setelah selesai pengambilan organ paru, isi kolom koleksi parupada Formulir Koleksi
Tikus.

9. FTA berlabel dimasukkan dalam plastik zipper, diberi s/7/ca gel dan disimpan pada
suhu ruang.

226 Riset Khusus Vektor dan Reservoir Penyakit Riset Khusus Vektor dan Reservoir Penyakit 223
10. Sterilkan alat bedah dan pellet pastle dengan dicelup alkohol 70%, kemudian
keringkan dengan tisu bersih sebelum digunakan kembali.

11. Dilanjutkan dengan koleksi ginjal.

Gambar 2. Pemprosesan sampel paru-paru pada FTA card

B.3. Pengambilan ginjal

1. Ginjal diambildua-duanya dan dimasukkan dalam vial kaca ulir yang berisi alkohol
70% (Gambar 3A)

2. Berilabel kertas, dimasukkan dalam vial(berisi kode wilayah dan nomor koleksi
tikusditulis dengan pensil). (Gambar 3 B & C)

3. Beri stiker label (tersedia dengan cetakan kode), ditempelkan di dinding vial.

4. Setiap selesai melakukan pembedahan terhadap satu ekor tikus, peralatan bedah
disterilkan dengan alkohol 70% dan dilap dengan tisu kering. Sampah infeksius
(sisa-sisa bangkai, kapas/tisu bekas terkena darah dll) dan non-infeksius ditangani
sesuai Prosedur Penanganan Limbah.

5. Setelah selesai pengambilan organ ginjal, isi kolom koleksi ginjal pada Formulir
Koleksi Tikus

224 Riset Khusus Vektor dan Reservoir Penyakit Riset Khusus Vektor dan Reservoir Penyakit 227
Gambar 3. Pemprosesan sampel ginjal

228 Riset Khusus Vektor dan Reservoir Penyakit Riset Khusus Vektor dan Reservoir Penyakit 225

Anda mungkin juga menyukai