Anda di halaman 1dari 3

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sekarang ini kebutuhan pekerjaan masyarakat akan suatu alat ukur sangat
begitu penting dalam setiap aspek pekerjaan dunia elektronika. Keberadaan alat
ukur juga terasa sangat membantu pada suatu acara, konser musik, mesin
mekanik, studio rekaman dan pekerjaan elektronika bagian industri maupun
mekanik dan kesehatan pendengaran. Alat ukur kebisingan mengukur tingkat
kekuatan suatu suara yang dihasilkan dari suatu sumber bunyi.
Manusia mempunyai kemampuan untuk mendengarkan frekuensi -
frekuensi suara mulai dari 20 hertz hingga 20.000 hertz. Jika suara berada di
bawah batas itu (infrasonik), atau di atasnya (ultrasonik), maka tidak akan bisa
didengar oleh manusia. Sementara itu, manusia juga dapat mendengar suara dalam
skala decibel (tingkat kebisingan) dari 0 (pelan sekali), hingga 140 desibel (suara
tinggi dan menyakitkan). Jika suara yang didengar lebih dari 140 desibel, bisa
terjadi kerusakan pada gendang telinga dan organ-organ di dalam gendang telinga.
Ambang batas maksimum yang aman bagi manusia adalah 80 desibel. Apabila
seseorang bekerja melebihi ambang batas yang telah ditolerir, maka untuk jangka
panjang akan mengalami gangguan pendengaran.
Apalagi akhir – akhir ini penggunaan knalpot yang bersuara bising begitu
marak di jalan raya terutama dari kalangan anak muda. Dan kitapun mau tidak
mau terganggu dengan gemuruh kebisingan suaranya. Padahal seharusnya batas
toleransi suara kendaraan bermotor seperti yang tertulis dalam Peraturan Menteri
(Permen) Lingkungan Hidup No. 07 Tahun 2009. Di dalamnya disebutkan batasan
tingkat kebisingan suara knalpot (dB) untuk mobil maupun motor. Yakni, untuk
motor di bawah 80 cc, batasan kebisingannya dipatok 80 desibel (dB). Sedang
motor di atas 80-175 cc tak boleh lebih dari 90 desibel (dB). Motor di atas 175 cc
maksimal 90 dB. Ketentuan tingkat kebisingan motor Indonesia ini mengacu
standar global ECE (Economic Comission for Europe)-R-41-01.
Bagi pihak kepolisian penggunaan knalpot yang bukan standarnya ini
(racing) dapat mengganggu pengguna jalan yang ada disekitarnya. Karena suara

1
2

yang ditimbulkan dari knalpot racing itu dapat membuat bising keadaan suara
sekitar, ini sangat tidak baik bagi pengguna knalpot itu sendiri dan orang lain.
Karena dapat mengakibatkan terjadinya kecelakaan gara-gara kita tidak dapat
mendengar bunyi klakson pada kendaraan yang diakibatkan suara knalpot racing
tersebut.
Berdasarkan dari penjelasan diatas penulis akan membuat penelitian
laporan akhir dengan judul “RANCANG BANGUN ALAT UKUR TINGKAT
KEBISINGAN SUARA KNALPOT MENGGUNAKAN
MIKROKONTROLER”.

1.2 Perumusan Masalah


Berdasarkan uraian dari latar belakang diatas, penulis merumuskan
permasalahan sebagai berikut :
1. Bagaimana membuat alat ukur tingkat kebisingan suara knalpot
menggunakan mikrokontroler?
2. Bagaimana karakterisasi alat yang telah dibuat dalam laporan ini?

1.3 Batasan Masalah


Pembatasan masalah dalam rancang bangun alat ukur tingkat kebisingan
suara knalpot adalah:
1. Pengukuran dilakukan pada saat kendaraan berhenti di tempat dengan
keadaan mesin menyala.
2. Sensor menggunakan sound sensor (Microphone Condenser).
3. Batas kebisingan yang bisa diterima oleh sensor suara ini maksimal
sampai 65 dB.

1.4 Tujuan dan Manfaat


1.4.1 Tujuan
Adapun tujuan rancang bangun alat ini dibuat adalah :
1. Membuat alat ukur tingkat kebisingan suara knalpot menggunakan
sensor microphone menggunakan mikrokontroler.
3

2. Mengetahuti karakteristik alat ukur tingkat kebisingan suara knalpot


menggunakan sensor microphone menggunakan mikrokontroler yang
telah dibuat.
14.2 Manfaat
Manfaat dari rancang bangun alat ini adalah:
1. Mengetahui tingkat kebisingan pada knalpot racing tersebut.
2. Dengan alat tersebut dapat membantu petugas kepolisian dalam rangka
menjaga keamanan dan kenyamanan sesama pengguna jalan.
3. Dapat mengukur dan memverifikasi kebisingan pada knalpot menjadi
lebih praktis dan murah.

Anda mungkin juga menyukai