Anda di halaman 1dari 12

Tersedia online di: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.

php/tlingkungan
Jurnal Teknik Lingkungan, Vol. 5, No. 4 (2016)

Analisis Sebaran Kebisingan Akibat Aktivitas Landing dan Take-


Off Menggunakan Software Integrated Noise Model 7.0d Di
Sekitar Bandar Udara Ahmad Yani Semarang

Glorian Suhariani Silalahi*), Pertiwi Andarani**), Titik Istirokhatun**)


Program Studi S1 Teknik Lingkungan Fakultas Teknik Universitas Diponegoro
Jl. Prof. H. Sudarto, SH Tembalang, Semarang, Indonesia 50275
email: glorian.suhariani@gmail.com

Abstrak
Kegiatan operasional di bandara seperti aktivitas landing dan take-off
menimbulkan kebisingan. Tingkat kebisingan yang tinggi dapat mengganggu
kesehatan manusia secara signifikan apabila manusia terpapar kebisingan dalam
periode waktu yang lama dan terus-menerus. Oleh karena itu, informasi tingkat
kebisingan dibutuhkan untuk menentukan sebaran kebisingan. Sebaran
kebisingan di sekitar bandara dapat diperkirakan dan dievaluasi dengan
menggunakan software Integrated Noise Model (INM). Simulasi kontur
kebisingan pada penelitian ini menggunakan data penerbangan selama 1 minggu
dengan 333 kedatangan dan 334 keberangkatan. Indeks Weighted Equivalent
Continuous Percieved Noise Level (WECPNL) dari hasil simulasi divalidasi
dengan hasil pengukuran yang dilakukan di sekitar bandara. Berdasarkan
penelitian, total kawasan kebisingan Bandara Ahmad Yani adalah 6,949 km2
dengan berjarak 0,987 km dari runway 31 ke arah Kota Semarang, 4,852 km
dari runway 13 ke arah laut dan 0,438 km dari sisi runway. Terdapat 7 sekolah
dan 1 rumah sakit yang berada dalam kawasan kebisingan tingkat I dan 0,01 km2
permukiman yang berada di kawasan kebisingan tingkat II. Oleh karena itu, 3
skenario pengendalian disimulasikan yaitu (1) reschedule jadwal penerbangan;
(2) pengaturan arah landing and take-off; (3) gabungan skenario 1 dan 2.
Berdasarkan penelitian, skenario ketiga merupakan skenario yang paling efektif
mengurangi dampak kebisingan karena 37,602% kawasan kebisingan base case
dapat direduksi. Terlebih lagi, tidak ada lokasi sensitif seperti rumah sakit,
sekolah dan permukiman yang berada dalam kawasan kebisingan ini.

Kata kunci: Bandara Ahmad Yani, kontur kebisingan, Integrated Noise Model,
WECPNL, pengendalian kebisingan.

*) Penulis
1 **) Dosen Pembimbing
Tersedia online di: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/tlingkungan
Jurnal Teknik Lingkungan, Vol. 5, No. 4 (2016)

Abstract

[Analysis of Noise Distribution Due to Landing and Take-Off Activities Using


Integrated Noise Model 7.0d Software Around Achmad Yani Airport
Semarang]. Operational activities in airport such as landing and take-off
generated noise. High level noise can affect public health significantly if people
are exposed by noise in a period of time and continuously. Therefore information
of noise level is required to determine the distribution of noise. Distribution of
noise around the airport can be estimated and evaluated by using software
Integrated Noise Model (INM). Contour noise simulation in this study used flight
data during 1 week with 333 approaches and 334 departures. Weighted
Equivalent Continuous Percieved Noise Level (WECPNL) index of model result
was validated with measurement results that conducted around Achmad Yani
International Airport. According to this study, the area of community noise is
6,949 km2 with distance 0,987 km from runway 31 toward Semarang City, 4,852
km from runway 13 toward sea and 0,438 km from the side of runway. There are
seven schools and one hospital that located in community noise level I and 0,01
km2 residences located in community noise level II. Therefore, three noise control
scenarios are simulated such as (1) reschedule of the flight; (2) adjustment
landing and take-off direction; (3) combination between them. According to this
study, the third scenario is the most effective way to reduce noise impact because
37,602% the area of community noise base case can reduced. Moreover, there is
no sensitive location such as hospital, school or residence that included noise
area.

Keywords : Achmad Yani International Airport, noise contour, Integrated Noise


Model, WECPNL, noise control.

1. PENDAHULUAN bandara yaitu bunyi suara mesin pesawat


Bandar udara (bandara) merupakan terbang yang menimbulkan kebisingan
salah satu fasilitas umum yang memiliki yang tidak hanya mempengaruhi aktivitas
peran vital sebagai gerbang mobilitas suatu karyawan bandara namun penduduk yang
kota. Banyaknya pesawat yang landing dan tinggal di sekitar bandara (Sasongko, 2000).
take-off menyebabkan tingginya tingkat Kebisingan dapat menimbulkan
kebisingan di sekitar bandara. Tingkat gangguan terhadap pekerjaan yang sedang
kebisingan ini, selain dipengaruhi oleh dilakukan seseorang melalui gangguan
frekuensi penerbangan yang tinggi juga psikologi dan gangguan konsentrasi
dipengaruhi oleh jenis mesin jet yang sehingga menurunkan produktivitas kerja
digunakan oleh pesawat (Primanda, 2012). (Sasongko, 2000). Dalam penelitian
Kebisingan bandar udara adalah Hartono (2014), bising pesawat udara
produk samping yang tidak diinginkan dari dengan taraf intensitas 74,51 skala
sebuah lingkungan bandar udara yang WECPNL, dengan lama paparan lebih dari
disebabkan oleh kegiatan operasional 1 tahun sudah dapat menyebabkan
*) Penulis
2 **) Dosen Pembimbing
Tersedia online di: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/tlingkungan
Jurnal Teknik Lingkungan, Vol. 5, No. 4 (2016)

kondisi stress yang berakibat gangguan hari pengukuran, yaitu mulai pukul
pencernaan (gastrointestinal disorders) atau 06.00 sampai 22.00 WIB.
dispepsia pada wanita di sekitar Bandara - Tingkat kebisingan maksimum (Lmax)
Adi Soemarmo Boyolali. dan waktu saat pengukuran Lmax dicatat.
Bandara Ahmad Yani Semarang 2. Pengukuran background noise
merupakan salah satu bandar udara - Pengukuran background noise dilakukan
internasional yang melayani Kota setiap 1 jam sekali dengan pengukuran
Semarang. Adapun jumlah penerbangan di selama 10 menit dan pembacaan setiap 5
Bandara Ahmad Yani mengalami detik. Pengukuran dilakukan saat tidak
peningkatan setiap tahunnya. Arus lalu ada aktivitas landing, take-off maupun
lintas pesawat udara pada tahun 2015 overflight.
tercatat 29.897 pesawat. Bila dibandingkan - Hasil pengukuran dan waktu saat
dengan tahun sebelumnya mengalami melakukan pengukuran kemudian
kenaikan sebesar 15,42% (Badan Pusat dicatat.
Statistik Kota Semarang, 2016). Terlebih Adapun rumus mencari Leq adalah sebagai
pada Juni 2014, Bandara Ahmad Yani berikut :
melakukan groundbreaking dengan tujuan Leq = 10 log (∑𝑛𝑖=1 𝑓𝑖. 10𝐿𝑖/10 )
meningkatkan kapasitas penumpang dari Dimana :
3,2 juta orang per tahun menjadi 6-7 juta fi = fraksi waktu saat pengukuran
penumpang per tahunnya (PT Angkasa Pura Li = nilai desibel selama satu periode
1, 2014). waktu
Program pengembangan yang n = jumlah pengukuran selama satu
ditargetkan selesai pada tahun 2016 ini periode waktu
otomatis akan mempengaruhi sebaran 2.2 Teknik Pengolahan dan Analisis
kebisingan di sekitar bandara. Untuk itu Data
perlu dilakukan analisis sebaran kebisingan 1. Teknik Pengolahan Data Hasil
dengan menentukan peta kontur kebisingan Pengukuran
dari aktivitas landing dan take-off, Data hasil pengukuran di lapangan
menganalisis luas wilayah di sekitar diolah menggunakan metode WECPNL
bandara yang terkena dampak dari dengan rumus:
kebisingan dan menentukan alternatif WECPNL = dB(A) + 10 log N – 27
pengendalian terhadap kebisingan yang dB(A) = 10 log [(1/n) ∑𝑛𝑖=1 10𝐿𝑖/10 ]
dihasilkan. N = N2 + 3 N3 + 10 (N1 + N4)
dengan :
2. METODOLOGI PENELITIAN dB(A) = Nilai desibel rata-rata dari
2. 1 Teknik Pengambilan Sampel setiap puncak kesibukan pesawat
Ada dua pengukuran yang dilakukan udara dalam 1 hari.
saat pengukuran langsung yaitu pengukuran n = Jumlah kedatangan dan
tingkat kebisingan saat pesawat landing dan keberangkatan pesawat udara
take-off serta pengukuran background selama periode 24 jam.
noise. Prosedur pengukuran kebisingan Li = Bacaan dB(A) tertinggi dari nomor
sesuai dengan SNI 7231 : 2009. penerbangan pesawat dalam satu
1. Pengukuran tingkat kebisingan saat hari pengukuran.
aktivitas landing dan take-off N = Jumlah kedatangan dan
- Pengukuran dilakukan setiap kali ada keberangkatan pesawat udara yang
pesawat yang landing dan take-off sesuai dihitung berdasarkan pemberian
dengan schedule penerbangan dalam 1

*) Penulis
3 **) Dosen Pembimbing
Tersedia online di: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/tlingkungan
Jurnal Teknik Lingkungan, Vol. 5, No. 4 (2016)

bobot yang berbeda untuk pagi, N4 = Jumlah kedatangan dan


petang dan malam. keberangkatan pesawat udara dari
N1 = Jumlah kedatangan dan jam 22.00-00.00.
keberangkatan pesawat udara dari 1. Teknik Pengolahan Data Menggunakan
jam 00.00-07.00. Software INM
N2 = Jumlah kedatangan dan Adapun tahapan pemrograman
keberangkatan pesawat udara dari menggunakan software INM dapat dilihat
jam 07.00-19.00. pada Gambar 1.
N3 = Jumlah kedatangan dan
keberangkatan pesawat udara dari
jam 19.00-22.00.

Gambar 1 Proses Pengolahan Data Menggunakan Software INM

1. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.2 Validasi Hasil Simulasi Base Case


3.1 Simulasi Kontur Kebisingan Base Untuk memastikan hasil simulasi
Case kontur kebisingan akurat maka dilakukan
Dalam penelitian ini dilakukan validasi model dengan cara
simulasi kontur kebisingan dengan membandingkan hasil pengukuran di
menggunakan data eksisting selama 1 lapangan dengan hasil simulasi. Ditentukan
minggu yang diperoleh pada saat penelitian. 6 titik pengukuran di sekitar Bandara
Selama 1 minggu terdapat 667 penerbangan Ahmad Yani Semarang. Gambar 3
dengan 333 kedatangan dan 334 menunjukkan lokasi pengukuran di
keberangkatan. Adapun peta kontur lapangan.
kebisingan base case dapat dilihat pada
Gambar 2.

Gambar 3 Titik Pengukuran di


Lapangan
Berdasarkan hasil pengukuran yang
dilakukan selama jam operasional bandara
Gambar 2 Peta Kontur Kebisingan Base
selama 1 hari pada Senin, 1 Agustus 2016,
Case
maka diperoleh indeks WECPNL hasil
*) Penulis
4 **) Dosen Pembimbing
Tersedia online di: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/tlingkungan
Jurnal Teknik Lingkungan, Vol. 5, No. 4 (2016)

pengukuran di lapangan. Adapun Tabel 2 Background Noise Hari


perbandingan indeks WECPNL yang Pengukuran
didapatkan dapat dilihat pada Tabel 1. Titik Rentang Leq Nilai Leq Rata-
(dBA) Rata
Tabel 1 Perbandingan Indeks WECPNL (dBA)
Hasil Pengukuran dengan Hasil Simulasi 1 57,319 – 60,476
Base Case 63,723
Indeks 2 50,559 – 63,977
WECPNL 85,041
Titi Koordina
Hasil Hasil WECP 3 65,614 - 71,914
k t
Penguk Simul NL 74,116
uran asi 4 46,016 - 53,924
1 6°58'50.0 63,236
0" LS,
65,057 70 -4,943 5 60,044 – 63,913
110°23'17 67,952
.00" BT 6 46,990 – 51,915
2 6°58'35.4 56,523
7" LS,
84,961 80 4,961
110°22'39 Berdasarkan Tabel 1, terdapat 5 titik lokasi
.72" BT yang indeks WECPNLnya mendekati hasil
3 6°58'54.3 simulasi yaitu titik 1, 2, 4, 5 dan 6 karena
8" LS, nilainya masih kurang dari 5 dBA. Pada
78,989 70 8,989
110°23'10 penelitian Primanda (2012) yang
.48" BT membandingkan hasil pengukuran dan hasil
4 6°58'0.85" simulasi diperoleh perbedaan indeks
LS, WECPNL kedua metode tidak terlalu
76,509 75 1,509
110°21'53 signifikan atau masih kurang dari 5 dBA.
.50" BT Hal ini dapat masih dapat ditolerir karena
5 6°59'1.70" adanya nilai sensitivitas kesalahan pada
LS, kedua metode yang digunakan. Pada titik 3
74,769 70 4,769
110°22'57 terjadi perbedaan indeks WECPNL yang
.89" BT cukup besar yaitu 8,989 dBA. Hal ini
6 6°58'33.9 disebabkan karena lokasi pengukuran
9" LS, berada dekat dengan Jalan Re. Martadinata
71,655 75 -3,449
110°23'2. dengan lalu lintas kendaraan yang cukup
35" BT ramai dan mayoritas pengguna jalan adalah
Pada saat pengukuran tingkat truk-truk besar sehingga Leq rata-rata hasil
kebisingan akibat aktivitas landing dan pengukuran background noise mencapai
take-off, dilakukan juga pengukuran 71,914 dBA. Berdasarkan Tabel 1, 83,33%
background noise pada keenam titik. ∆𝑊𝐸𝐶𝑃𝑁𝐿 < 5 dBA sehingga hasil
Adapun hasil perhitungan pengukuran simulasi dapat dikatakan valid karena lebih
background noise dapat dilihat pada Tabel dari 75% ∆𝑊𝐸𝐶𝑃𝑁𝐿 < 5 dBA.
2. 3.3 Simulasi Kontur Kebisingan II
Simulasi kontur kebisingan II
dilakukan untuk verifikasi hasil pengukuran
di lapangan. Pada hari pengukuran, Senin 1
Agustus 2016, tercatat ada 101 pesawat
*) Penulis
5 **) Dosen Pembimbing
Tersedia online di: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/tlingkungan
Jurnal Teknik Lingkungan, Vol. 5, No. 4 (2016)

yang landing dan take-off dengan 50 c. Rute pesawat dari Surabaya, Denpasar,
kedatangan dan 51 keberangkatan. Adapun Lombok, Makassar yang sebelumnya
peta kontur kebisingan pada hari Senin, 1 pada saat simulasi I menggunakan rute
Agustus 2016 dapat dilihat pada Gambar 4. W45 pada hari pengukuran
menggunakan rute W52.
3.4 Analisis Kawasan Kebisingan
Analisis kawasan kebisingan dilakukan
untuk mengetahui wilayah yang terkena
sebaran kebisingan yang diakibatkan oleh
aktivitas landing dan take-off di Bandara
Ahmad Yani Semarang. Adapun pembagian
kawasan kebisingan berdasarkan peta
Gambar 4 Peta Kontur Kebisingan kontur hasil simulasi I dapat dilihat pada
Simulasi II Gambar 5.
Berdasarkan Gambar 4, luas total
kawasan kebisingan hasil simulasi II adalah
7,590 km2. Kawasan kebisingan berjarak
0,652 km dari runway 31, berjarak 0,445
km dari sisi-sisi runway dan berjarak 4,489
km dari runway 13. Kawasan Tingkat I

Pada simulasi kebisingan II


menunjukkan indeks WECPNL titik Kawasan Tingkat II

pengukuran 1, 2, 3, 4 dan 6 sama dengan


Kawasan Tingkat III
simulasi base case. Sedangkan titik 5 tidak
masuk dalam kawasan kebisingan. Indeks
WECPNL pada titik 5 adalah 65 dBA Gambar 5 Kawasan Kebisingan Bandar
sedangkan pada hasil pengukuran diperoleh Udara Ahmad Yani Semarang
74,769 dBA sehingga perbedaan indeks Dari Gambar 5 dapat diketahui wilayah
WECPNL menjadi 9,769 dBA. Perbedaan yang masuk ke dalam kawasan kebisingan
yang cukup signifikan ini disebabkan oleh bandara. Adapun luas total kawasan
lokasi pengukuran yang dekat dengan jalan kebisingan adalah 6,949 km2, berjarak
masuk ke Bandara Ahmad Yani dan 0,987 km dari runway 31 ke arah Kota
bersebelahan dengan Mitsubishi Motor Semarang, 4,852 km dari runway 13 ke
sehingga nilai Leq rata-rata background arah laut, 0,438 km ke arah timur dan barat
noise pada 1 hari pengukuran di titik 5 dari sisi runway. Untuk luas masing-masing
mencapai 63,913 dBA. tingkat kebisingan dan wilayah yang
Perubahan kawasan kebisingan pada termasuk dalam kawasan kebisingan dapat
simulasi II cukup signifikan bila dilihat pada Tabel 3.
dibandingkan dengan simulasi I. Hal ini Tabel 3 Kawasan Kebisingan Bandar
disebabkan oleh beberapa faktor yaitu : Udara Ahmad Yani Semarang
a. Perbedaan suhu dan kecepatan angin Kawasan Luas Wilayah
pada saat simulasi I dan simulasi II. Kebisingan (km2)
b. Pada simulasi II, tipe pesawat CRJ1000 Tingkat 1 4,193 Kota Semarang :
dan Embraer 190 diganti menggunakan Kelurahan
pesawat tipe boeing 737-800 dan Tambakharjo,
ATR72. Kelurahan
Tawangsari,
*) Penulis
6 **) Dosen Pembimbing
Tersedia online di: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/tlingkungan
Jurnal Teknik Lingkungan, Vol. 5, No. 4 (2016)

Kawasan Luas Wilayah berada di kawasan kebisingan tingkat II.


Kebisingan (km2) Adapun lokasi sekolah dan rumah sakit
Kelurahan dapat dilihat pada Gambar 6 dan peta
Gisikdrono, populasi penduduk pada Gambar 7.
Kelurahan
Karangayu,
Kelurahan
Kalibanteng
Kulon, Kelurahan
Krapyak dan
Kelurahan
Jrakah.
Gambar 6 Lokasi Sekolah dan Rumah
Tingkat 2 1,429 Kota Semarang : Sakit dalam Kawasan Kebisingan
Kelurahan
Tambakharjo,
Bandara Ahmad
Yani, Kelurahan
Tawangsari,
Kelurahan
Kalibanteng
Kulon, Kelurahan
Krapyak dan
Gambar 7 Peta Populasi Penduduk di
Kelurahan
Sekitar Bandara Ahmad Yani
Jrakah.
3.4.1 Kawasan Kebisingan Tingkat I
Tingkat 3 1,327 Kota Semarang : Luas kawasan kebisingan tingkat I
Kelurahan adalah 4,193 km2. Wilayah yang masuk
Tambakharjo, kategori ini adalah Kelurahan Tambakharjo,
Bandara Ahmad Tawangsari, Gisikdrono, Karangayu,
Yani, Kelurahan Kalibanteng Kulon, Krapyak dan Jrakah.
Tawangsari. Hasil identifikasi terhadap rumah sakit dan
Total 6,949 sekolah yang berada di kawasan kebisingan
tingkat I dapat dilihat pada Tabel 4.
Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tabel 4 Daftar Rumah Sakit dan Sekolah
Tahun 2012, kawasan kebisingan tingkat I di Kawasan Kebisingan Tingkat I
merupakan kawasan yang dapat No Nama Alamat
dimanfaatkan untuk berbagai jenis kegiatan A Rumah Sakit
dan atau bangunan kecuali untuk jenis
1. Rumah Sakit Jl. Siliwangi,
bangunan rumah sakit dan sekolah. Namun, Columbia Asia Kalibanteng
berdasarkan peta kontur kebisingan terdapat Kulon
1 rumah sakit dan 7 sekolah yang masuk
B Sekolah
dalam kawasan kebisingan tingkat I.
1. SLB A. Dria Jl. Puri
Kawasan kebisingan tingkat II merupakan
Adi Anjasmoro, Blok
kawasan yang dapat dimanfaatkan untuk
K-8
berbagai jenis kegiatan dan atau bangunan
2. Taman
kecuali untuk jenis bangunan rumah Jl. Sugriwo IX
Pendidikan Al-
sakit,sekolah dan rumah tinggal. Namun, No. 79,
Qur’an Al
terdapat 0,010 km2 permukiman yang Tawangsari
Fattah
*) Penulis
7 **) Dosen Pembimbing
Tersedia online di: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/tlingkungan
Jurnal Teknik Lingkungan, Vol. 5, No. 4 (2016)

No Nama Alamat ada sejumlah permukiman di Kelurahan


3. Citischool Tawangsari Tawangsari dan Jrakah yang masuk dalam
4. SMP Negeri 1 Jl. Ronggolawe kawasan ini. Adapun luas permukiman
Semarang Bar, Gisikdrono yang termasuk kawasan kebisingan tingkat
5. SMA Negeri 6 Jl. Ronggolawe II dapat dilihat pada Tabel 5.
Semarang No. 4, Gisikdrono Tabel 5 Luas Permukiman yang
6. SMP Purnama Jl. Sudirman 265, Termasuk Kawasan Kebisingan Tingkat
3 Gisikdrono II
7. SMP Jl. Damarwulan II Luas Permukiman
No Kelurahan
Ronggolawe No. 53 (Km2)
1 Tawangsari 0,005
Jenis – jenis material insulasi yang sering 2 Jrakah 0,005
digunakan adalah zincalume yaitu baja lapis Total 0,010
yang mengandung logam campuran 55%
aluminium dan 43,5% zinc serta 1,5% Permukiman di daerah sekitar bandara,
silikon, sterofoam dan glasswool yaitu termasuk Kelurahan Tawangsari dan
material peredam yang terbuat dari fiber Jrakah, merupakan permukiman yang padat
glass yang sidudun menyerupai bentuk penduduk. Perumahan di daerah ini belum
wool. Berdasarkan penelitian Setyowati et dilengkapi dengan insulasi suara sehingga
al., (2009), dengan penambahan lapisan masyarakat yang tinggal di daerah ini tidak
sterofoam pada lapisan dinding mampu terlindungi dari paparan kebisingan.
mereduksi bunyi sebesar 26,92 dB dari 3.4.3 Kawasan Kebisingan Tingkat III
level bunyi yang diterima di permukaan Luas kawasan kebisingan tingkat III
luar dinding. adalah 1,327 km2. Tidak ada sekolah,
Berdasarkan Tabel 4, terdapat 1 rumah rumah sakit maupun permukiman yang
sakit dan 7 sekolah yang berada di kawasan masuk kawasan kebisingan tingkat III.
kebisingan tingkat I. Rumah sakit telah Adapun sebaran kebisingan berada dalam
dilengkapi dengan insulasi kebisingan kawasan Bandara Ahmad Yani Semarang.
sehingga dampak kebisingan terhadap 3.5 Analisis Pengendalian Kebisingan
karyawan dan pasien dapat diminimalisir. Disimulasikan tiga skenario
Sementara sekolah-sekolah yang berada di pengendalian kebisingan berdasarkan studi
kawasan kebisingan tingkat I belum literatur International Civil Aviation
dilengkapi dengan insulasi kebisingan Organization (ICAO), 2008 yaitu :
sehingga dapat mempengaruhi kesehatan 1. Skenario 1 : pengendalian kebisingan
guru dan murid yang berada di lokasi dengan reschedule jadwal penerbangan.
sekolah. Selain itu, kegiatan belajar 2. Skenario 2 : pengendalian kebisingan
mengajar pun menjadi terganggu oleh dengan pengaturan arah landing dan
kebisingan yang dihasilkan oleh aktivitas take-off.
pesawat. 3. Skenario 3 : pengendalian kebisingan
3.4.2 Kawasan Kebisingan Tingkat II dengan reschedule jadwal penerbangan
Luas kawasan kebisingan tingkat II dan pengaturan arah landing dan take-
adalah 1,429 km2. Adapun wilayah yang off.
masuk kategori ini adalah Kelurahan Analisis pengendalian kebisingan yang
Tambakharjo, Tawangsari, Kalibanteng dilakukan mengacu pada peta kontur hasil
Kulon, Krapyak dan Jrakah. Tidak ada simulasi I.
sekolah dan rumah sakit yang masuk dalam
kawasan kebisingan tingkat II ini namun

*) Penulis
8 **) Dosen Pembimbing
Tersedia online di: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/tlingkungan
Jurnal Teknik Lingkungan, Vol. 5, No. 4 (2016)

3.5.1 Pengendalian Kebisingan dengan Kawa Indeks Luas Pengur


Reschedule Jadwal Penerbangan san WECPNL Wilayah angan
Pengendalian kebisingan dengan Kebisi (km2) Luas
reschedule jadwal penerbangan dilakukan ngan Sim Resch Wilaya
dengan mengatur dan memindahkan waktu ulasi edule h (%)
penerbangan sore (evening) dan malam 1 Jadw
(night) ke waktu siang (day). Adapun peta al
kontur kebisingan yang dihasilkan dapat 80
dilihat pada Gambar 8. Tingk WECPNL 1,32 0,791 40,392
at III 80 7
Total 6,94 3,914 43,675
9

Berdasarkan Tabel 6, pengurangan luas


wilayah total dengan menggunakan
skenario ini adalah 43,675%. Namun masih
terdapat 1 sekolah yaitu SLB A. Dria Adi
yang termasuk ke dalam kawasan
kebisingan tingkat 1.
3.5.2 Pengendalian Kebisingan dengan
Gambar 8 Peta Kontur Skenario Pengaturan Arah Landing dan
Pengendalian 1 Take-Off
Berdasarkan Gambar 8, maka dapat Pengendalian kebisingan dengan
diketahui luas total kawasan kebisingan pengaturan arah landing dan take-off yang
adalah 3,914 km2. Kawasan kebisingan dimaksud adalah dengan mengatur runway
berjarak 0,511 km dari runway 31 ke arah yang 13 untuk proses landing dan runway
Kota Semarang, 3,477 km dari runway 13 31 untuk proses take off. Hal ini disebabkan
ke arah laut, 0,329 km ke arah timur dan karena arah utara runway adalah laut
barat dari sisi runway. Adapun sehingga dengan memakai skenario ini
pengurangan luas kawasan kebisingan jika dampak kebisingan ke arah permukiman
dibandingkan dengan luas kawasan hasil dapat diminimalisir karena sebagian besar
simulasi I dapat dilihat pada Tabel 6. luas kawasan kebisingan berada di atas laut.
Tabel 6 Pengurangan Luas Kawasan Adapun peta kontur kebisingan skenario
Kebisingan pada Skenario 1 pengendalian 2 dapat dilihat pada Gambar
Kawa Indeks Luas Pengur 9.
san WECPNL Wilayah angan
Kebisi (km2) Luas
ngan Sim Resch Wilaya
ulasi edule h (%)
1 Jadw
al
Tingk 70 4,19 2,186 47,865
at I WECPNL 3
75
Tingk 75 1,42 0,937 34,430 Gambar 9 Peta Skenario Pengendalian 2
at II WECPNL 9
*) Penulis
9 **) Dosen Pembimbing
Tersedia online di: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/tlingkungan
Jurnal Teknik Lingkungan, Vol. 5, No. 4 (2016)

Berdasarkan Gambar 9, diketahui luas kawasan kebisingan dapat dilihat pada


total kawasan kebisingan adalah 7,308 km2. Tabel 8.
Kawasan kebisingan berjarak 0,278 km dari Tabel 8 Pengurangan Luas Kawasan
runway 31 ke arah Kota Semarang, 5,042 Kebisingan pada Skenario 3
km dari runway 13 ke arah laut, 0,571 km Kawas Indek Luas Wilayah Pengura
ke arah timur dan barat dari sisi runway. an s (km2) ngan
Walaupun luas total kawasan kebisingan Kebisi WEC Simul Skenari Luas
lebih besar dari hasil simulasi 1 namun 66% ngan PNL asi 1 o Wilayah
wilayah kebisingannya berada di kawasan Pengend (%)
tambak dan laut sehingga dampak alian 3
kebisingan terhadap permukiman Tingkat 70
mengalami penurunan. I WEC
Tidak ada sekolah atau rumah sakit 4,193 2,558 38,993
PNL
yang masuk dalam kawasan kebisingan
75
pada skenario pengendalian ini. Namun
Tingkat 75
terdapat 0,010 km2 permukiman di daerah
II WEC
Graha Padma, Kelurahan Jrakah yang 1,429 1,195 16,375
masuk kawasan kebisingan tingkat II. PNL
3.5.3 Pengendalian Kebisinggan dengan 80
Resschedule Jadwal Penerbangan Tingkat WEC
dan Pengaturan Arah Landing dan III PNL 1,327 0,583 56,066
Take-Off 80
Pengendalian ini merupakan Total 6,949 4,336 37,602
gabungan dari skenario 1 dan 2. Adapun Tabel 8 menunjukkan bahwa
peta kontur kebisingan skenario pengurangan luas wilayah total dengan
pengendalian 3 dapat dilihat pada Gambar menggunakan skenario ini adalah 37,602%.
10. Tidak ada rumah sakit maupun sekolah
yang termasuk ke dalam kawasan
kebisingan tingkat I. Selain itu juga tidak
ada permukiman yang masuk dalam
kawasan kebisingan tingkat II. Setelah
mensimulasikan ketiga skenario
pengendalian yang dapat dilakukan oleh
bandar udara, maka dapat diketahui
pengurangan dampak sebaran kebisingan.
Adapun hasilnya dapat dilihat pada Tabel 9.
Gambar 10 Peta Skenario Pengendalian Tabel 9 Perbandingan Pengurangan
3 Dampak Sebaran Kebisingan Bandar
Berdasarkan Gambar 10, diketahui Udara
luas total kawasan kebisingan adalah 4,336 Luas Wilayah
km2. Kawasan kebisingan berjarak 0,236 Aspek Skena Skena Skena
km dari runway 31 ke arah Kota Semarang, rio 1 rio 2 rio 3
3,512 km dari runway 13 ke arah laut, Kawasan 3,914 7,308 4,336
0,365 km ke arah timur dan barat dari sisi kebisingan km2 km2 km2
runway. Tidak ada sekolah atau rumah sakit Kawa
Permuki 0,010
yang masuk dalam kawasan kebisingan ini. san 0 0
man km2
Untuk mengetahui pengurangan luas tingka
*) Penulis
10 **) Dosen Pembimbing
Tersedia online di: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/tlingkungan
Jurnal Teknik Lingkungan, Vol. 5, No. 4 (2016)

Luas Wilayah landing dan take-off dapat dilakukan ketika


Aspek Skena Skena Skena kondisi cuaca seperti kecepatan angin dan
rio 1 rio 2 rio 3 arah angin mengizinkan.
t II
Kawa 4. KESIMPULAN
san Berdasarkan uraian hasil dan
0 0 0 pembahasan di atas, maka dapat
tingka
t III disimpulkan sebagai berikut :
Jumlah sekolah 1. Hasil simulasi kontur kebisingan base
dan rumah sakit case menunjukkan luas total kawasan
1 0 0 kebisingan Bandara Ahmad Yani
di kawasan
kebisingan Semarang adalah 6,949 km2. Adapun
luas kawasan kebisingan tingkat 1, 2 dan
Berdasarkan Tabel 9 maka diketahui bahwa 3 adalah 4,193 km2, 1,429 km2 dan 1,327
skenario pengendalian 3 merupakan km2. Kawasan ini berjarak 0,98 km dari
skenario pengendalian yang paling efektif runway 31 ke arah Kota Semarang, 4,85
mengurangi dampak kebisingan terhadap km dari runway 13 ke arah laut, 0,42 km
permukiman, rumah sakit dan sekolah yang ke arah timur dari sisi runway dan 0,4
berada di sekitar Bandara Ahmad Yani saat km ke arah barat dari sisi runway.
ini. Pengurangan luas wilayah kawasan 2. Terdapat 1 rumah sakit dan 7 sekolah
kebisingan adalah 37,602% dari luas yang termasuk dalam kawasan
wilayah kawasan kebisingan hasil simulasi kebisingan tingkat I. Selain itu, 0,01 km2
base case dan tidak ada permukiman, wilayah permukiman yang berada di
rumah sakit dan sekolah yang masuk dalam Kelurahan Tawangsari dan Jrakah
kawasan kebisingan. berada di kawasan kebisingan tingkat II.
Ditinjau dari segi operasional, 3. Untuk pengendalian kebisingan
pengendalian dengan reschedule jadwal disimulasikan 3 skenario pengendalian
penerbangan dengan memindahkan yaitu reschedule jadwal penerbangan,
penerbangan ke waktu siang (day) dan pengaturan arah landing dan take-off dan
pengaturan arah landing dan take-off dapat gabungan skenario 1 dan 2. Hasil
dilaksanakan. Di Bandara Ahmad Yani, simulasi pengendalian menunjukkan
rata-rata jumlah penerbangan siang (day) adanya pengurangan wilayah kawasan
adalah 72 penerbangan, sore (evening) kebisingan pada skenario 1 sebesar
adalah 15 penerbangan dan malam (night) 43,675% dan skenario 3 sebesar
adalah 8 penerbangan. Penerbangan sore 37,602%. Namun pada skenario 1 masih
dan malam hari dapat dipindah ke siang terdapat 1 sekolah yang berada pada
hari melihat masih terdapat jam longgar di kawasan kebisingan tingkat 1.
waktu siang yang dapat diisi penerbangan Sedangkan pada skenario 2 tidak ada
sore dan malam hari. Namun skenario ini pengurangan luas kawasan kebisingan
harus mempertimbangkan kapasitas dari dan 0,01 km2 permukiman berada pada
apron. Saat ini apron Bandara Ahmad Yani kawasan kebisingan tingkat II. Oleh
memiliki 8 parking stand, 6 parkir untuk karena itu, skenario 3 merupakan
menampung pesawat besar dan 2 parkir skenario pengendalian yang paling
untuk pesawat kecil. Pengaturan yang lebih efisien karena tidak ada permukiman,
efektif terhadap pemakaian apron perlu rumah sakit dan sekolah yang masuk
dilakukan untuk pelaksanaan skenario dalam kawasan kebisingan.
ini.Sedangkan untuk pengaturan arah

*) Penulis
11 **) Dosen Pembimbing
Tersedia online di: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/tlingkungan
Jurnal Teknik Lingkungan, Vol. 5, No. 4 (2016)

Pesawat Udara di Sekitar Bandara Adi


UCAPAN TERIMA KASIH Soemarmo Boyolali. Wacana Jurnal
Penelitian ini dilakukan dalam rangka Psikologi Vol. 6 No. 11. Surakarta :
penyelesaian jenjang pendidikan Strata 1 Universitas Sebelas Maret.
(S1). Penulis berterima kasih kepada kedua International Civil Aviation Organization.
dosen pembimbing yaitu Ibu Pertiwi 2008. Guidance on the Balanced
Andarani dan Ibu Titik Istirokhatun, Approach to Aircraft Noise
seluruh dosen dan karyawan serta teman – Management. Document 9829
teman Program Studi Teknik Lingkungan, AN/451.
Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro Primanda, F.B. 2012. Pemetaan Kebisingan
untuk doa, dukungan dan bimbingan yang Akibat Aktivitas Pesawat Dengan
telah diberikan. Software Integrated Noise di Sekitar
Bandar Udara Internasional Soekarno-
DAFTAR PUSTAKA Hatta (Skripsi). PS Teknik Lingkungan
ATAC. 2014. Nothern California UI. Depok.
Optimization of Airspace and PT Angkasa Pura 1, 2014, Bandara di Atas
Procedures in the Metroplex. Aircraft Air Pertama di Indonesia Resmi Mulai
Noise Technical Report Revised. Dibangun.http://www.angkasapura1.co
Badan Pusat Statistik Kota Semarang, 2016, .id/detail/berita/bandara-di-atas-air-
Kota Semarang dalam Angka 2016. pertama-di-indonesia-resmi-mulai-
https://semarangkota.bps.go.id/webs dibangun, akses tanggal 3 April 2016.
ite/pdf_publikasi/Kota%20Semaran Sasongko, D. P., Agus Hadiyarto, Sudharto
g%20dlm%20Angka%202016- P. Hadi, Nasio Asmorohadi, Agus
wm.pdf, akses 26 September 2016. Subagyo. 2000. Kebisingan
Badan Standardisasi Nasional. 2009. Lingkungan. Semarang : Universitas
Metoda Pengukuran Intensitas Diponegoro.
Kebisingan di Tempat Kerja. SNI Setyowati, Erni, Sugiono Soetomo, Wahyu
7321 : 2009. Jakarta. Setiabudi, Eddy Prianto. 2009.
Bies, D. A., Colin H. Hansen. 2009. Konstruksi Model Sederhana dengan
Engineering Noise Control. Spon Press Nilai Sound Transmission Loss (STL)
: New York. yang Optimal pada Kawasan Rawan
Hartono. 2014. Studi Tentang Kebisingan. Jurusan Arsitektur
Gastrointestinal Disorders Pada Fakultas Teknik Undip. Semarang.
Wanita yang Mengalami Stres Bising

*) Penulis
12 **) Dosen Pembimbing

Anda mungkin juga menyukai