Buku 1: ”Teknik, Kedokteran Hewan, Kesehatan, Lingkungan dan Lanskap“ ISSN (E) : 2540 - 7589
Abstrak
Bandara Internasional Halim Perdana Kusuma adalah salah satu bandara yang ada di
Indonesia, spesifikasi panjang landasan pacu (runway) yang berdimensi 45 m x 3000 m.
Intensitas kebisingan bandara ditentukan oleh jumlah pesawat terbang yang beroperasi
selama 24 jam, penelitian kebisingan di Bandara Halim Perdana Kusuma ini dilakukan
pada 12 titik pengukuran menggunakan Sound Level Meter. Tujuan penelitian
(1)
mengetahui intensitas kebisingan yang ditimbulkan dari adanya aktifitas pesawat
terbang yaitu tinggal landas (take off), dan mendarat (landing), (2)menghitung indeks
kebisingan dengan metode Weighted Equivalent Continuous Perceived Noise Level
(WECPNL); dan (3)membuat Noise Level Contour. Penentuan titik sampling berdasarkan
dari International Civil Aviation Organization (ICAO) yaitu pada jarak 300 m sejajar
dengan landasan pacu, serta 1000 m, 2000 m, 3000 m dan 4000 m dari ujung landasan
pacu menggunakan metode WECPNL. Kontur kawasan kebisingan sesuai dengan
Keputusan Menteri Perhubungan No. 48 Tahun 2002, dimana Bandara Halim Perdana
Kusuma terdapat 3 kawasan kebisingan sesuai dari hasil nilai indeks WECPNL. Pada
kawasan kebisingan 3 (WECPNL≥80) berada dititik 1, 2, 3, 4, 5, dan 9, kawasan
kebisingan 2 (75≤WECPNL<80) berada dititik 10, kawasan kebisingan 1
(70≤WECPNL<75) berada dititik 6.
PENDAHULUAN
Semakin berkembangnya sebuah negara, semakin berkembang pula alat
transportasi yang ada di negara tersebut, khususnya pesawat terbang. Jenis transportasi
ini semakin hari semakin dibutuhkan, berbagai jenis pesawat terbang menghubungkan
bandar udara di seluruh dunia.
Bandara merupakan pintu gerbang untuk menghubungkan pusat -pusat
perekonomian, daerah wisata, dan pusat-pusat pemerintahan. Untuk menghubungkan
tempat-tempat tersebut dipergunakan sarana transportasi antara lain pesawat terbang.
Kebisingan yang dihasilkan oleh pesawat udara terutama yang menggunakan
mesin ganda dapat merupakan masalah utama terhadap lingkungan baik didalam
maupun diluar wilayah bandara. Masalah tersebut akan menjadi besar bila diluar wilayah
bandara dikelilingi oleh pemukiman penduduk, dimana penduduk yang bermukim pada
lokasi tersebut akan menerima efek dari kebisingan.
Intensitas kebisingan di bandara selain ditentukan oleh jumlah pesawat udara
yang beroperasi (secara kumulatif selama 24 jam) dengan segala aktifitasnya, baik waktu
mendarat, tinggal landas, pergerakan menuju landasan pacu dan uji mesin, maupun jenis
mesin yang digunakan oleh pesawat-pesawat udara tersebut.
Bandara Internasional Halim Perdana kusuma terletak diwilayah administrasi
Kelurahan Khusus Halim Perdanakusuma, serta sebagian berada di wilayah Kecamatan
Makasar, Kotamadya Jakarta Timur, Pemerintah Propinsi DKI Jakarta dan letak geografis
Bandara pada koordinat 6° 16’ 07” LS dan antara 106° 53” 30” BT.
565
Seminar Nasional Cendekiawan ke 4 Tahun 2018 ISSN (P) : 2460 - 8696
Buku 1: ”Teknik, Kedokteran Hewan, Kesehatan, Lingkungan dan Lanskap“ ISSN (E) : 2540 - 7589
STUDI PUSTAKA
Kebisingan adalah bunyi atau suara yang tidak dikehendaki yang bersifat
mengganggu pendengaran dan dapat menurunkan daya dengar seseorang yang
terpapar. Pada umumnya kebisingan sangat berkaitan dengan ketergangguan
(annoyance). Kebisingan ada dimana-mana dan ketergangguan adalah salah satu reaksi
yang paling umum terhadap bising (Michaud dkk, 2005). Kebisingan dengan level yang
cukup tinggi diatas 70 dB dapat menimbulkan kegelisahan, kurang enak badan, masalah
pendengaran, dan penyempitan pembuluh darah. Sedangkan untuk tingkat kebisingan di
atas 80 dB dapat mengakibatkan kemunduran yang serius pada kesehatan seseorang
pada umumnya dan jika berlangsung lama dapat menimbulkan kehilangan pendengaran
sementara atau permanen.
Menurut KepMen LH No. 48/11/1996, kebisingan adalah bunyi yang tidak
diinginkan dari usaha atau kegiatan dalam tingkat dalam tingkat dan waktu tertentu yang
dapat menimbulkan gangguan kesehatan manusia dan kenyamanan lingkungan.Untuk
mencegah efek bising bagi masyarakat, pemerintah telah menetapkan baku mutu tingkat
kebisingan yang diperolehkan sesuai dengan peruntukannya. Menurut Keputusan Menteri
Lingkungan Hidup No. 48 Tahun 1996, baku tingkat bising adalah batas maksimal tingkat
bising yang diperbolehkan dibuang kelingkungan.
Tabel 1.1 Surat Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No.48 Tahun 1996 tentang
Baku Tingkat Kebisingan
Peruntukan Kawasan/ Lingkungan Tingkat Kebisingan
Kegiatan dB(A)
a. Peruntukan Kawasan
1. Perumahan dan pemukiman 55
2. Perdagangan dan jasa 70
3. Perkantoran dan perdagangan 65
4. Rumah Terbuka Hijau 50
5. Industri 70
6. Pemerintahan dan fasilitas umum 60
7. Rekreasi 70
8. Khusus:
Bandara Udara *)
Stasiun Kereta Api *)
Pelabuhan Laut 70
Cagar Budaya 60
b. Lingkungan Kegiatan
1. Rumah Sakit atau sejenisnya 55
2. Sekolah atau sejenisnya 55
3. Tempat ibadah atau sejenisnya 55
566
Seminar Nasional Cendekiawan ke 4 Tahun 2018 ISSN (P) : 2460 - 8696
Buku 1: ”Teknik, Kedokteran Hewan, Kesehatan, Lingkungan dan Lanskap“ ISSN (E) : 2540 - 7589
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Waktu dan Tempat penelitian
Penelitian dilakukan pada 12 titik selama 24 jam/hari dimana pengukuran
dilakukan pada saat penerbangan pertama sampai penerbangan terakhir yaitu
penerbangan jam 05.00 – 05.00 WIB , dimulai dari tanggal 21 Desember 2017 sampai 4
Januari 2018. Lokasi penelitian yaitu Bandara Halim Perdana Kusuma pada jalur
landasan pacu (runway) dan pemukiman sekitar area landasan pacu (runway) Bandara
Halim Perdana Kusuma, Jakarta Timur, DKI Jakarta. Layout Bandara Halim Perdana
Kusuma dapat dilihat pada Gambar 3.1.
567
Seminar Nasional Cendekiawan ke 4 Tahun 2018 ISSN (P) : 2460 - 8696
Buku 1: ”Teknik, Kedokteran Hewan, Kesehatan, Lingkungan dan Lanskap“ ISSN (E) : 2540 - 7589
Pengukuran dilakukan selama 1 hari (24 jam) menggunakan alat ukur Sound Level
Meter (SLM) dengan mencatat nilai maksimum dari bising yang ditimbulkan pada saat
terjadinya pergerakan pesawat baik yang tinggal landas (take off) maupun yang mendarat
(landing) dan menghitung indeks bising dengan metode Weighted Equivalent Continuous
Perceived Noise Level (WECPNL) dimana terdapat 12 titik pengukuran yang letak
pengukuran ditentukan berdasarkan rekomendasi dari International Civil Aviation
Organization (ICAO) yaitu pada jarak 300 meter (sejajar dengan landasan pacu)
kemudian pada jarak 1000 meter, 2000 meter, 3000 meter dan 4000 meter pada ujung
landasan pacu.
568
Seminar Nasional Cendekiawan ke 4 Tahun 2018 ISSN (P) : 2460 - 8696
Buku 1: ”Teknik, Kedokteran Hewan, Kesehatan, Lingkungan dan Lanskap“ ISSN (E) : 2540 - 7589
Dimana:
L1 : Hasil Indeks WECPNL
L2 : Baku Mutu Kawasan Kebisingan menurutKeputusan Menteri Perhubungan No.
KM 48 Tahun 2002
R2 : Jarak Pengambilan Data
R1 : Hasil Intensitas Bising Terhadap Jarak
569
Seminar Nasional Cendekiawan ke 4 Tahun 2018 ISSN (P) : 2460 - 8696
Buku 1: ”Teknik, Kedokteran Hewan, Kesehatan, Lingkungan dan Lanskap“ ISSN (E) : 2540 - 7589
Kesimpulan
Dari hasil pengolahan data dan analisis didapat kesimpulan sebagai berikut:
1. Untuk intensitas kebisingan berdasarkan jarak dari sumber bising yaitu:
a. Pada jarak 300 m berada pada kisaran 76,8 – 94,6 dB(A),
570
Seminar Nasional Cendekiawan ke 4 Tahun 2018 ISSN (P) : 2460 - 8696
Buku 1: ”Teknik, Kedokteran Hewan, Kesehatan, Lingkungan dan Lanskap“ ISSN (E) : 2540 - 7589
Saran
Dari hasil penelitian maka diperlukan upaya untuk memgurangi dampak bising
yang ditimbukan oleh aktivitas yang terjadi sebagai berikut:
1. Pemerintah diharapkan mengimpletasikan peraturan-peraturan yang berhubungan
dengan pengurangan tingkat kebisingan pesawat terbang sehingga dampaknya
terhadap lingkungan akan berkurang.
2. Penanaman pohon yang berdaun rindang di sekitar rumah yang berfungsi untuk
perendaman suang kebisingan yang disebabkan dari aktifitas pesawat terbang.
3. Adanya pemeriksaan kesehatan pada masyarakat sekitar dimana PT. Angkasa Pura
II (Persero) selaku pihak yang bertanggung jawab dalam kegiatan operasional
Bandara Halim Perdana Kusuma.
DAFTAR PUSTAKA
Dwi P, Sasongko, dkk. 2000. Kebisingan Lingkungan. Badan Penerbit Universitas
Diponegoro Semarang. Semarang.
ICAO. “ Balanced Approach to Aircraft Noise Management”, dalam www.icao.int
Keputusan Menteri Perhubungan No. KM 48 Tahun 2002 Tentang Batas Batas Kawasan
Kebisingan Di Sekitar Bandar Udara.
Keputusan Menteri Perhubungan No. KM 48 Tahun 2000, Tentang Kawasan
Keselamatan Operasi Penerbangan Di Sekitar Bandar Udara Halim Perdana
Kusuma.
Hutapea. P. H, 2002. Studi Penyusunan Rencana Kelola Lingkungan (RKL) dan Rencana
Pantau Lingkungan (RPL) Bandar Udara Halim Perdana Kusuma. Jakarta.
Hutapea, Paido H. 2002. Diktat Kuliah kebisingan : Pengendalian Bising. Jakarta.
Menteri Lingkungan Hidup. 1996. Tentang: Baku Kebisingan. Surat Keputusan Menteri
Lingkungan Hidup Nomor: Kep-48/MENLH/1996/25 November 1996. Jakarta.
Michaud, D.S. 2005. Annoyance in Canada. Noise and Health 7:27, Hal 39-47.
RKL-RPL Bandar Udara Halim Perdana Kusuma Semester I Tahun 2017.
RKL-RPL Bandar Udara Halim Perdana Kusuma Semester II Tahun 2017.
571