Anda di halaman 1dari 7

Seminar Nasional Cendekiawan ke 4 Tahun 2018 ISSN (P) : 2460 - 8696

Buku 1: ”Teknik, Kedokteran Hewan, Kesehatan, Lingkungan dan Lanskap“ ISSN (E) : 2540 - 7589

KAJIAN TINGKAT KEBISINGAN DI BANDARA INTERNASIONAL HALIM


PERDANA KUSUMA, JAKARTA TIMUR, DKI JAKARTA

Nur Juwita Handayani1), Endro Suswantoro2), Mawar DS. Silalahi3)


Teknik Lingkungan, Fakultas Arsitektur Lansekap Dan Teknologi Lingkungan
Universitas Trisakti
E-mail: nurjuwitahandayani@yahoo.co.id

Abstrak
Bandara Internasional Halim Perdana Kusuma adalah salah satu bandara yang ada di
Indonesia, spesifikasi panjang landasan pacu (runway) yang berdimensi 45 m x 3000 m.
Intensitas kebisingan bandara ditentukan oleh jumlah pesawat terbang yang beroperasi
selama 24 jam, penelitian kebisingan di Bandara Halim Perdana Kusuma ini dilakukan
pada 12 titik pengukuran menggunakan Sound Level Meter. Tujuan penelitian
(1)
mengetahui intensitas kebisingan yang ditimbulkan dari adanya aktifitas pesawat
terbang yaitu tinggal landas (take off), dan mendarat (landing), (2)menghitung indeks
kebisingan dengan metode Weighted Equivalent Continuous Perceived Noise Level
(WECPNL); dan (3)membuat Noise Level Contour. Penentuan titik sampling berdasarkan
dari International Civil Aviation Organization (ICAO) yaitu pada jarak 300 m sejajar
dengan landasan pacu, serta 1000 m, 2000 m, 3000 m dan 4000 m dari ujung landasan
pacu menggunakan metode WECPNL. Kontur kawasan kebisingan sesuai dengan
Keputusan Menteri Perhubungan No. 48 Tahun 2002, dimana Bandara Halim Perdana
Kusuma terdapat 3 kawasan kebisingan sesuai dari hasil nilai indeks WECPNL. Pada
kawasan kebisingan 3 (WECPNL≥80) berada dititik 1, 2, 3, 4, 5, dan 9, kawasan
kebisingan 2 (75≤WECPNL<80) berada dititik 10, kawasan kebisingan 1
(70≤WECPNL<75) berada dititik 6.

Kata kunci: Kebisingan, Bandar Udara, Metode WECPNL, Kontur Kebisingan

PENDAHULUAN
Semakin berkembangnya sebuah negara, semakin berkembang pula alat
transportasi yang ada di negara tersebut, khususnya pesawat terbang. Jenis transportasi
ini semakin hari semakin dibutuhkan, berbagai jenis pesawat terbang menghubungkan
bandar udara di seluruh dunia.
Bandara merupakan pintu gerbang untuk menghubungkan pusat -pusat
perekonomian, daerah wisata, dan pusat-pusat pemerintahan. Untuk menghubungkan
tempat-tempat tersebut dipergunakan sarana transportasi antara lain pesawat terbang.
Kebisingan yang dihasilkan oleh pesawat udara terutama yang menggunakan
mesin ganda dapat merupakan masalah utama terhadap lingkungan baik didalam
maupun diluar wilayah bandara. Masalah tersebut akan menjadi besar bila diluar wilayah
bandara dikelilingi oleh pemukiman penduduk, dimana penduduk yang bermukim pada
lokasi tersebut akan menerima efek dari kebisingan.
Intensitas kebisingan di bandara selain ditentukan oleh jumlah pesawat udara
yang beroperasi (secara kumulatif selama 24 jam) dengan segala aktifitasnya, baik waktu
mendarat, tinggal landas, pergerakan menuju landasan pacu dan uji mesin, maupun jenis
mesin yang digunakan oleh pesawat-pesawat udara tersebut.
Bandara Internasional Halim Perdana kusuma terletak diwilayah administrasi
Kelurahan Khusus Halim Perdanakusuma, serta sebagian berada di wilayah Kecamatan
Makasar, Kotamadya Jakarta Timur, Pemerintah Propinsi DKI Jakarta dan letak geografis
Bandara pada koordinat 6° 16’ 07” LS dan antara 106° 53” 30” BT.

565
Seminar Nasional Cendekiawan ke 4 Tahun 2018 ISSN (P) : 2460 - 8696
Buku 1: ”Teknik, Kedokteran Hewan, Kesehatan, Lingkungan dan Lanskap“ ISSN (E) : 2540 - 7589

STUDI PUSTAKA
Kebisingan adalah bunyi atau suara yang tidak dikehendaki yang bersifat
mengganggu pendengaran dan dapat menurunkan daya dengar seseorang yang
terpapar. Pada umumnya kebisingan sangat berkaitan dengan ketergangguan
(annoyance). Kebisingan ada dimana-mana dan ketergangguan adalah salah satu reaksi
yang paling umum terhadap bising (Michaud dkk, 2005). Kebisingan dengan level yang
cukup tinggi diatas 70 dB dapat menimbulkan kegelisahan, kurang enak badan, masalah
pendengaran, dan penyempitan pembuluh darah. Sedangkan untuk tingkat kebisingan di
atas 80 dB dapat mengakibatkan kemunduran yang serius pada kesehatan seseorang
pada umumnya dan jika berlangsung lama dapat menimbulkan kehilangan pendengaran
sementara atau permanen.
Menurut KepMen LH No. 48/11/1996, kebisingan adalah bunyi yang tidak
diinginkan dari usaha atau kegiatan dalam tingkat dalam tingkat dan waktu tertentu yang
dapat menimbulkan gangguan kesehatan manusia dan kenyamanan lingkungan.Untuk
mencegah efek bising bagi masyarakat, pemerintah telah menetapkan baku mutu tingkat
kebisingan yang diperolehkan sesuai dengan peruntukannya. Menurut Keputusan Menteri
Lingkungan Hidup No. 48 Tahun 1996, baku tingkat bising adalah batas maksimal tingkat
bising yang diperbolehkan dibuang kelingkungan.

Tabel 1.1 Surat Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No.48 Tahun 1996 tentang
Baku Tingkat Kebisingan
Peruntukan Kawasan/ Lingkungan Tingkat Kebisingan
Kegiatan dB(A)
a. Peruntukan Kawasan
1. Perumahan dan pemukiman 55
2. Perdagangan dan jasa 70
3. Perkantoran dan perdagangan 65
4. Rumah Terbuka Hijau 50
5. Industri 70
6. Pemerintahan dan fasilitas umum 60
7. Rekreasi 70
8. Khusus:
 Bandara Udara *)
 Stasiun Kereta Api *)
 Pelabuhan Laut 70
 Cagar Budaya 60
b. Lingkungan Kegiatan
1. Rumah Sakit atau sejenisnya 55
2. Sekolah atau sejenisnya 55
3. Tempat ibadah atau sejenisnya 55

1.1 Kebisingan pada Bandara


Menurut Hutapea (2000), kebisingan pada bandara bersumber pada pesawat yang
sedang dioperasikan atau sedang dalam perawatan. Besarnya kebisingan tergantung
pada jenis mesin yang digunakan. Besarnya kebisingan yang sampai pada objek
tergantung pada jarak antara sumber kebisingan, kondisi cuaca pada daerah yang

566
Seminar Nasional Cendekiawan ke 4 Tahun 2018 ISSN (P) : 2460 - 8696
Buku 1: ”Teknik, Kedokteran Hewan, Kesehatan, Lingkungan dan Lanskap“ ISSN (E) : 2540 - 7589

terkena bising serta hambatan-hambatan yang merintangi bising dengan pemukiman,


perkantoran dan lain sebagainya. Disamping itu pula, pemaparan kebisingan akan sangat
berbeda pada siang hari dibandingkan dengan malam hari.
Pengukuran kebisingan dilakukan pada saat adanya aktivitas (gerakan) pesawat,
karena pada saat ini intensitas kebisingan akan lebih tinggi dengan adanya gerakan
pesawat udara baik yang tinggal landas maupun yang sedang mendarat. Besarnya
intensitas kebisingan pada bandar udara disamping tergantung dari jenis pesawat, arah
dan kecepatan angin, juga tergantung dari jarak pengukuran terhadap sumber kebisingan.

1.2 Indeks kebisingan


Menurut Civil Aviation Authority (2009), indeks kebisingan yang digunakan oleh
Bandara Halim Perdana Kusma adalah Weighted Equivalent Continuous Perceived Noise
Level (WECPNL) . WECPNL digunakan oleh negara Jepang, dapat dianggap sebagai
hibrida dari EPNL, karena menggabungkan EPNL, yang nada dan durasi dikoreksi, tetapi
juga termasuk energi waktu hari, rata-rata, dan koreksi musiman berdasarkan suhu.
Jepang adalah salah satu sedikit negara yang mengadopsi WECPNL, tetapi sekarang
bergerak menuju huruf Leq berdasarkan metrik.

1.3 Batas Kawasan Kebisingan


Setiap bandara dan lingkungan di sekitarnya memerlukan pengaturan dan
pengendalian tata ruang dan penggunanaan tanah.Untuk pengaturan dan pengendalian
tersebuat maka dibuat batas kawasan bising untuk bandar udara.

1.3.1 Pengertian dan Fungsi Batas Kawasan Bising


Batas Kawasan Bising adalah kawasan tertentu di sekitar bandara yang
terpengaruh oleh bising operasi pesawat udara saat pemanasan mesin, taxiing,
mendarat, lepas landas, serta melintas yang dapat mengganggu lingkungan (Depkes,
2004). Batas Kawasan Bising mempunyai fungsi dalam perencanaan bandara, antara
lain:
1. Untuk mengatur dan mengendalikan penggunaan tanah dan ruang udara di sekitar
bandar udara sesuai dengan peruntukannya
2. Sebagai bahan masukan untuk peraturan daerah tentang penggunaan tanah dan
ruang udara di sekitar bandara.

1.3.2 Pembagian Batas kawasan Kebisingan Bandar Udara


Menurut keputusan Menteri Perhubungan No. KM 48 tahun 2002 tentang
Penyelenggaraan Bandar Udara Umum, batasan kawasan kebisingan di sekitar bandara
yang terpengaruhi oleh gelombang suara mesin pesawat udara. Kawasan yang
terpengaruh gelombang suara mesin pesawat udara yang terdiri atas :

Kawasan Kebisingan Indeks WECPNL


1 70 < WECPNL < 75
2 75 < WECPNL < 80
3 WECPNL > 80

METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Waktu dan Tempat penelitian
Penelitian dilakukan pada 12 titik selama 24 jam/hari dimana pengukuran
dilakukan pada saat penerbangan pertama sampai penerbangan terakhir yaitu
penerbangan jam 05.00 – 05.00 WIB , dimulai dari tanggal 21 Desember 2017 sampai 4
Januari 2018. Lokasi penelitian yaitu Bandara Halim Perdana Kusuma pada jalur
landasan pacu (runway) dan pemukiman sekitar area landasan pacu (runway) Bandara
Halim Perdana Kusuma, Jakarta Timur, DKI Jakarta. Layout Bandara Halim Perdana
Kusuma dapat dilihat pada Gambar 3.1.

567
Seminar Nasional Cendekiawan ke 4 Tahun 2018 ISSN (P) : 2460 - 8696
Buku 1: ”Teknik, Kedokteran Hewan, Kesehatan, Lingkungan dan Lanskap“ ISSN (E) : 2540 - 7589

Gambar 3.1 Layout Bandara Halim Perdana Kusuma

Pengukuran dilakukan selama 1 hari (24 jam) menggunakan alat ukur Sound Level
Meter (SLM) dengan mencatat nilai maksimum dari bising yang ditimbulkan pada saat
terjadinya pergerakan pesawat baik yang tinggal landas (take off) maupun yang mendarat
(landing) dan menghitung indeks bising dengan metode Weighted Equivalent Continuous
Perceived Noise Level (WECPNL) dimana terdapat 12 titik pengukuran yang letak
pengukuran ditentukan berdasarkan rekomendasi dari International Civil Aviation
Organization (ICAO) yaitu pada jarak 300 meter (sejajar dengan landasan pacu)
kemudian pada jarak 1000 meter, 2000 meter, 3000 meter dan 4000 meter pada ujung
landasan pacu.

3.2 Metode Perhitungan Indeks Bising pada Bandar Udara


Adapun metode perhitungan indeks bising yang dipakai dalam penelitian ini yaitu
menggunakan metode Weighted Equivalent Continuous Perceived Noise Level
(WECPNL).Metode ini berdasarkan standard dari International Civil Aviation Organization
(ICAO) terhadap Bandar Udara Soekarno-Hatta.
Perhitungan untuk mengukur intensitas kebisingan rata-rata tiap jenis pesawat dan tiap
titik dirumuskan pada persamaan sebagai berikut :
ࡸ૚ ࡸ૛ ࡸ૜ ࡸ࢔
૚૙૚૙ ൅ ૚૙૚૙ ൅ ૚૙૚૙൅ǤǤǤǤ൅૚૙૚૙
ࢊ࡮(࡭) ൌ ૚૙࢒࢕ࢍ ቎ ቏ǥ ሺ૚ሻ

Dimana:
dB (A) : Intensitas kebisingan rata-rata.
L : Nilai kebisingan pada saat terjadi pergerakan pesawat.
n : Jumlah pesawat.

Kemudian perhitungan untuk mengukur indeks kebisingan pada Bandar udara


dirumuskan pada persamaan sebagai berikut:

WECPNL = dB (A) + 10 log N – 27………................ (2)


Dimana:
N : Jumlah kedatangan dan keberangkatan pesawat dalam 24 jam.
dB (A) : Nilai desibel rata-rata dari puncak kesibukan pesawat dalam 1 hari.

3.3 Perhitungan Intensitas Suara Terhadap Jarak Sumber Bising


Jarak antara sumber kebisingan, kondisi cuaca pada daerah tersebut dan
hambatan-hambatan lain yang menjadi penghalang antara sumber kebisingan dengan
tempat pemukiman, perkantoran, dan lainnya, memegang peranan penting atas besarnya
kebisingan. Disamping itu, kebisingan juga akan berbeda pada siang dan malam hari.

568
Seminar Nasional Cendekiawan ke 4 Tahun 2018 ISSN (P) : 2460 - 8696
Buku 1: ”Teknik, Kedokteran Hewan, Kesehatan, Lingkungan dan Lanskap“ ISSN (E) : 2540 - 7589

Perhitungan intensitas terhadap jarak dipergunakan dengan rumus :

L2 = L1 – 20 Log (R2)/(R1)……............................... (3)

Dimana:
L1 : Hasil Indeks WECPNL
L2 : Baku Mutu Kawasan Kebisingan menurutKeputusan Menteri Perhubungan No.
KM 48 Tahun 2002
R2 : Jarak Pengambilan Data
R1 : Hasil Intensitas Bising Terhadap Jarak

HASIL DAN PEMBAHASAN


Berdasarkan identifikasi kebisingan yang dilakukan di Bandara Halim Perdana
Kusuma meliputi Landasan Pacu sebelah Utara dengan panjang landasan 45 m x 3000 m
yaitu jarak 300 m sejajar dengan landasan pacu, dan jarak 1000 m, 2000 m, 3000 m,
4000 m dari ujung landasan pacu. Besarnya intensitas kebisingan pada bandar udara
tergantung dari jenis pesawat, kondisi cuaca dan kecepatan angin, dan juga tergantung
dari jarak pengukuran terhadap sumber kebisingan.

4.1 Tingkat Kebisingan Berdasarkan Jenis Pesawat Terbang


Jenis-jenis pesawat terbang yang diukur kebisingannya dari hasil pengukuran
intensitas kebisingan pesawat yang dilakukan terdapat 2 tipe jenis pesawat terbang yang
beroperasi, yaitu jenis pesawat Boeing dan jenis pesawat Airbus.

4.2 Kondisi Cuaca saat Penelitian


Kondisi cuaca pada saat penelitian dari tanggal 21 Desember 2017 – 4 Januari
2018 sangat mendukung sekali, angin berubah-ubah arah umumnya pada pukul 07.00 –
14.00 WIB. Angin umumnya dari Timur laut, pada sore hari angin umumnya dari Barat
laut sehingga operasional penerbangan pada saat tinggal landas (take off) dari Barat
landasan pacu dan mendarat (landing) dari Timur landasan pacu.

4.3 Indeks WECPNL (ICAO)


Frekuensi penerbangan terjadi antara jam 09.00 – 19.00 WIB dan dalam satu hari
pada saat penelitian diperoleh jumlah pergerakan pesawat (N) selama 24 jam, total N
untuk landasan pacu (runway) didapat sebanyak 90 pergerakan dalam 24 jam baik
pesawat komersial maupun pesawat kargo. Dari hasil pengukuran jumlah pergerakan
pesawat terbang perhari pada tiap titik maka dengan menggunkan metode WECPNL
dapat dihitung indeks kebisingan tiap titik pada kawasan Bandara Halim Perdana Kusuma
dan sekitarnya pada Tabel 4.1 indeks WECPNL pada tiap titik.

569
Seminar Nasional Cendekiawan ke 4 Tahun 2018 ISSN (P) : 2460 - 8696
Buku 1: ”Teknik, Kedokteran Hewan, Kesehatan, Lingkungan dan Lanskap“ ISSN (E) : 2540 - 7589

Tabel 4.1 Indeks WECPNL Pada Tiap Titik Lokasi


Jarak Dari Kebisingan
Titik Lokasi Landasan Pacu dB(A) WECPNL
(m) min max
1 Jl. Kerja Bakti, Jakarta Timur 300 76.8 94.6 84.56
2 Jl. Squadron, Jakarta Timur 300 79.2 92.7 84.27
Lapangan Hijau Bandara Halim
3 300 78.2 91.9 84.47
Perdana Kusuma
4 Area Taxiway TNI-AU 300 80.8 91.8 84.10
5 Jl. Jati Kramat, Jakarta Timur 1000 79.8 91.6 83.88
6 Jl. Batu Ampar IV,Jakarta Timur 2000 70.6 88.2 74.23
Jl. Sebret dalam, Jati Padang,
7 3000 62.8 80.5 67.11
Pasar Minggu
Jl. Mesjid Al-Makmuriyah, Pasar
8 4000 56.3 75.3 59.98
Minggu
9 Jl. Jaticempaka, Pondok Gede 1000 72 91.9 83.95
Jl. H. Ramelih, Jaticempak,
10 2000 70.4 89.8 76.74
Pondok Gede
Jl. Madu Ujung Pondok kelapa,
11 3000 61.3 78.9 67.54
Duren Sawit
12 Jl. Cemerlang, Jatibening 4000 59.6 72.7 61.22
Sumber : Hasil Perhitungan Penulis

Nilai indeks WECPNL diatas digunakan untuk menghitung intensitas kebisingan


sebagai fungsi dari jarak, dari hasil tersebut akan mempengaruhi berapa jarak
penyebaran kebisingan pada setiap titik lokasi.

4.4 Intensitas Kebisingan sebagai Fungsi dari Jarak


Dari hasil perhitungan indeks ke bisingan terhadapa jarak pada Tabel 4.6 maka
didapatkan hasil gambar kontur kebisingan Bandar Udara Halim Perdana Kusuma yang
disesuaikan dengan Keputusan Menteri Perhubungan No. KM 48 Tahun 2000.
Bandara Halim Perdana Kusuma perlu dikaji tentang permasalahan yang timbul terhadap
keberadaan kedua pihak antara masyarakat dengan pihak pengelola bandara. Hal ini
yang diperlukan sebagai pertimbangan dalam perencanaan pengembangan bandara
udara terutama pada pemukiman penduduk yang termasuk pada kawasan bising tingkat
3.

4.5 Pengukuran Pada Level Siang dan Malam


Penelitian dilakukan pada level siang dan malam untuk mengetahui pada saat
kapan intensitas kebisingan memiliki bunyi yang besar atau apakah bunyi yang di
hasilkan tersebut dapat menggangu pada kawasan sekitar bandar udara. Dari hasil
penelitian dan perhitungan dimana hanya di lakukan pada satu titik sja yaitu pada titik 12
dimana dalam hal ini titk 12 di pilih karena merupakan pemukiman padat, waktu
pengukuran dilakukan selama aktifitas 24 jam (Lsm) pada siang hari aktifitas paling tinggi
selama 16 jam (Ls) dengan selang jam 05.00 – 21.00 dan aktifitas malam hari selama 8
jam (Lm) dengan selang waktu 21.00 – 05.00 didapatkan hasil Ls dan Lm.

Kesimpulan
Dari hasil pengolahan data dan analisis didapat kesimpulan sebagai berikut:
1. Untuk intensitas kebisingan berdasarkan jarak dari sumber bising yaitu:
a. Pada jarak 300 m berada pada kisaran 76,8 – 94,6 dB(A),

570
Seminar Nasional Cendekiawan ke 4 Tahun 2018 ISSN (P) : 2460 - 8696
Buku 1: ”Teknik, Kedokteran Hewan, Kesehatan, Lingkungan dan Lanskap“ ISSN (E) : 2540 - 7589

b. Pada jarak 1000 m berada kisaran 72 – 91,9 dB(A),


c. Pada jarak 2000 m berada kisaran jarak 70,4 – 89,8 dB(A),
d. Pada jarak 3000 m berada kisaran 61,3 – 80,5 dB(A), dan
e. Pada jarak 4000 m berada pada kisaran 56,3 – 75,3 dB(A).
2. Nilai indeks WECPNL dengan intensitas kebisingan tertinggi yang terdapat pada
landasan pacu (runway) adalah sebagai berikut:
a. Jarak 300 meter dengan indeks WECPNL sebesar 84,56,
b. Jarak 1000 meter dengan indeks WECPNL sebesar 83,95,
c. Jarak 2000 meter dengan indeks WECPNL sebesar 76,74,
d. Jarak 3000 meter dengan indeks WECPNL sebesar 67,54, dan
e. Jarak 4000 meter dengan indeks WECPNL sebesar 61,22.
3. Kontur kebisingan pada Bandar Udara Halim Perdana Kusuma masih sesuai dengan
Keputusan Menteri Perhubungan No. 48 Tahun 2002 dimana:
a. Dari hasil indeks WECPNL yang terdapat pada Kawasan Kebisingan Tingkat 3
yaitu pada titik 1,2, 3, 4, 5, dan 9.
b. Dari hasil indeks WECPNL yang terdapat pada Kawasan Kebisingan Tingkat 2
yaitu pada titik 10.
c. Dari hasil indeks WECPNL yang terdapat pada Kawasan Kebisingan Tingkat 1
yaitu pada titik 6, 7, 8, 11, dan 12.

Saran
Dari hasil penelitian maka diperlukan upaya untuk memgurangi dampak bising
yang ditimbukan oleh aktivitas yang terjadi sebagai berikut:
1. Pemerintah diharapkan mengimpletasikan peraturan-peraturan yang berhubungan
dengan pengurangan tingkat kebisingan pesawat terbang sehingga dampaknya
terhadap lingkungan akan berkurang.
2. Penanaman pohon yang berdaun rindang di sekitar rumah yang berfungsi untuk
perendaman suang kebisingan yang disebabkan dari aktifitas pesawat terbang.
3. Adanya pemeriksaan kesehatan pada masyarakat sekitar dimana PT. Angkasa Pura
II (Persero) selaku pihak yang bertanggung jawab dalam kegiatan operasional
Bandara Halim Perdana Kusuma.

DAFTAR PUSTAKA
Dwi P, Sasongko, dkk. 2000. Kebisingan Lingkungan. Badan Penerbit Universitas
Diponegoro Semarang. Semarang.
ICAO. “ Balanced Approach to Aircraft Noise Management”, dalam www.icao.int
Keputusan Menteri Perhubungan No. KM 48 Tahun 2002 Tentang Batas Batas Kawasan
Kebisingan Di Sekitar Bandar Udara.
Keputusan Menteri Perhubungan No. KM 48 Tahun 2000, Tentang Kawasan
Keselamatan Operasi Penerbangan Di Sekitar Bandar Udara Halim Perdana
Kusuma.
Hutapea. P. H, 2002. Studi Penyusunan Rencana Kelola Lingkungan (RKL) dan Rencana
Pantau Lingkungan (RPL) Bandar Udara Halim Perdana Kusuma. Jakarta.
Hutapea, Paido H. 2002. Diktat Kuliah kebisingan : Pengendalian Bising. Jakarta.
Menteri Lingkungan Hidup. 1996. Tentang: Baku Kebisingan. Surat Keputusan Menteri
Lingkungan Hidup Nomor: Kep-48/MENLH/1996/25 November 1996. Jakarta.
Michaud, D.S. 2005. Annoyance in Canada. Noise and Health 7:27, Hal 39-47.
RKL-RPL Bandar Udara Halim Perdana Kusuma Semester I Tahun 2017.
RKL-RPL Bandar Udara Halim Perdana Kusuma Semester II Tahun 2017.

571

Anda mungkin juga menyukai