Anda di halaman 1dari 10

ANALISA KEBISINGAN BANDAR UDARA INTERNASIONAL

SULTAN HASANUDDIN

Oleh:
Khusnul Khotimah
Teknik Lingkungan Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin

ABSTRAK

Kebisingan lingkungan, khususnya di lingkungan bandar udara mulai


menggejala di berbagai tempat di dunia. Intensitas kebisingan yang
disebabkan oleh pesawat udara terutama bermesin jet, turbojet dan
turbofan merupakan masalah utama terhadap lingkungan baik di dalam
bandar udara maupun diluar wilayah bandar udara. Sesungguhnya
kebisingan lingkungan yang disebabkan oleh pesawat udara dikarenakan
oleh jumlah pesawat udara yang beroperasi, yang dihitung secara
kumulatif selana 24 jam dengan segala aktivitasnya, baik waktu mendarat,
tinggal landas, pergerakan menuju landasan pacu, dan uji mesin.
Pengaruh buruk dari kebisingan terhadap manusia sangat luas
memberikan efek tingkah laku berupa efek fisiologi maupun efek psikologi,
yang mengakibatkan terganggunya dalam penerimaan pesawat televisi.
Disamping itu dapat pula mengganggu konsentrasi belajar anak-anak
sekolah, rumah-rumah sakit. Dan bilamana pemaparan kebisingan yang
dialami seseorang secara berulang-ulang akan mengakibatkan ketulian.
Kata Kunci: Kebisingan,Bandar Udara,Dampak Kebisingan

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Transportasi udara merupakan pilihan transportasi yang banyak

diminati oleh masyarakat saat ini. Ketergantungan masyarakat yang

semakin hari semakin besar pada jasa transportasi udara ini karena

besarnya manfaat yang diberikan, membuat manusia mengabaikan akibat

yang ditimbulkan dari pesawat, utamanya suara bising yang dihasilkan

mesin pesawat ketika akan landing ataupun take off, yang sangat
mengganggu para karyawan dan warga masyarakat yang bermukim di

sekitar bandar udara.

Kebisingan berasal dari kata bising yang artinya semua bunyi yang

mengalihkan perhatian, mengganggu, atau berbahaya bagi kegiatan

sehari-hari, bising umumnya didefinisikan sebagai bunyi yang tidak

diinginkan dan juga dapat menyebabkan polusi lingkungan

(Cornwell,1998).

Kebisingan di bandara merupakan sumber dampak, sedangkan

para karyawan operasional penerbangan dan penduduk di lingkungan

sekitar bandara merupakan komponen lingkungan yang terkena pengaruh

yang diakibatkan adanya peningkatan kebisingan. Dengan tingkat

kebisingan yang terus menerus dan dipaksakan, bisa merusak

pendengaran karena dapat mematikan fungsi sel-sel rambut dalam sistem

pendengaran (Chaeran,2008).

Menurut Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No.48/MenLH/ll/l996

tingkat kebisingan maksimum untuk daerah pemukiman 55 dBA.

Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah yang diteliti adalah: Bagaimana kebisingan di

daerah pemukiman sekitar bandara udara.

Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui kebisingan di daerah pemukiman sekitar bandara

udara.
TINJAUAN PUSTAKA

Kebisingan adalah bunyi yang tidak diinginkan dari usaha atau

kegiatan dalam tingkat dan waktu tertentu yang dapat menimbulkan

gangguan kesehatan manusia dan kenyamanan lingkungan (Kep. MenLH.

No. 48 Tahun 1996), atau semua suara yang tidak dikehendaki yang

bersumber dari alat- alat proses produksi dan atau alat-alat kerja pada

tingkat tertentu dapat menimbulkan gangguan pendengaran (Kep.

MenNaker. No. 51 Tahun 1999). Kebisingan adalah produk samping yang

tidak diinginkan dari sebuah lingkungan bandara yang disebabkan oleh

kegiatan operasional bandara yaitu bunyi suara mesin pesawat terbang

yang menimbulkan kebisingan yang tidak hanya mempengaruhi aktifitas

karyawan bandara dan penduduk yang tinggal di sekitar bandara

(Sasongko,2000).

Peningkatan tingkat kebisingan yang terus menerus dari berbagai

aktifitas pada lingkungan Bandara dapat berujung kepada gangguan

kebisingan, efek yang ditimbulkan kebisingan diantaranya :

1.Efek psikologis pada manusia Kebisingan dapat membuat kaget,

mengganggu dan mengacaukan konsentrasi, menginterferensi komunikasi

dalam percakapan dan akan menginterferensi hasil pekerjaan dan

keselamatan kerja.

2.Efek fisis kebisingan dapat mengakibatkan penurunan kemampuan

pendengaran dan rasa sakit pada tingkat yang sangat tinggi

(Chaeran,2008).
Jenis pesawat yang beroperasi di bandara sangat berpengaruh dalam

pengendalian kebisingan. Beberapa hal yang perlu diperhatikan agar

supaya pengendalian kebisingan di bandara lebih efektif adalah sebagai

berikut :

1.Identifikasi masalah kebisingan di bandara. Menentukan tingkat

kebisingan yang diterima oleh karyawan dan penduduk sekitar bandara.

2.Menentukan sumber bising. Data yang ada ditempuh langkah

penyesuaian kondisi operasional atau melakukan perawatan atau

pemeliharan engine pesawat terbang sehingga suara yang timbul dapat

dikurangi.

Usaha lain dalam pengendalian dapat dilakukan dengan

menambahkan bahan- bahan penyerap suara, atau penghalang suara

lainnya tergantung situasi dan kondisi area bising. Jika semua usaha

pengendalian secara teknis belum berhasil menurunkan tingkat bising

maka alternatif lain adalah pengendalian secara administratif yaitu dengan

cara pengaturan pola kerja pada pekerja dikaitkan dengan penerimaan

tingkat kebisingan (Chaeran,2008).

Untuk evaluasi kebisingan lingkungan akibat pesawat terbang

digunakan indikator pengukuran WECPNL 1 yang diatur dalam Peraturan

Pemerintah No. 40 Tahun 2012 tentang Pembangunan dan Pelestarian

Lingkungan Hidup bandara.

1. Weighted Effective Continous Perceive Noise Level yakni evaluasi kebisingan pesawat terbang yang
dikhususkan untuk mengevaluasi kebisingan lingkungan perumahan
Dalam Peraturan Pemerintah ini kawasan kebisingan akibat

kegiatan bandar udara dibagi menjadi 3 kawasan yaitu:

a. Kawasan Kebisingan Tingkat I

Kawasan yang dimanfaatkan untuk semua jenis pembangunan

gedung maupun pengadaan kegiatan, kecuali untuk gedung

sekolah dan rumah sakit, dan memiliki batas kebisingan.

b. Kawasan Kebisingan Tingkat II

Kawasan yang dimanfaatkan untuk semua jenis pembangunan

gedung maupun pengadaan kegiatan, kecuali untuk gedung

sekolah, rumah tinggal, dan rumah sakit, batas kebisingan.

c. Kawasan Kebisingan Tingkat III

Kawasan yang dimanfaatkan untuk pembangunan bandar udara

dan berbagai dan dilengkapi dengan insulasi suara, memiliki

batas kebisingan.

Untuk evaluasi kebisingan pesawat terbang sendiri, didasarkan

pada standar ICAO Annex 16 Volum I (ICAO,2008).

METODE PENELITIAN

Pada pembuatan karya ilmiah ini, metode yang digunakan dalam

pengumpulan informasi mengenai karya ilmiah ini, yaitu dari data internet

dan buku.
HASIL DAN PEMBAHASAN

Tingkat kebisingan di Bandar Udara dan sekitarnya ditentukan

dengan indeks kebisingan WECPNL (Weighted Equivalent Continous

Perceived Noise Level) atau nilai ekuivalen tingkat kebisingan di suatu

area yang dapat diterima terus menerus selama suatu rentang waktu

dengan pembobotan tertentu. Penelitian yang dilakukan merupakan studi

kasus Kebisingan Bandar Udara Internasional Sultan Hasanuddin. Data

yang dianalisis dalam penelitian ini merupakan hasil data berupa data

sekunder. Berdasarkan penelitian yang telah dialakukan, diperoleh data

hasil pengukuran sebagai berikut.

Tabel 1.Data pengukuran kebisingan Bandar Udara Internasional Sultan Hasanuddin


No Jenis Pesawat Waktu Landing [dB(A)] Take Off [dB(A)]

1. Garuda B737 Seri 800 09.00 83 -


2. Wings Air ATR 72 09.00 83 -
3. Wings Air ATR 09.20 - 83.1
4. Lion Air B737 Seri 900 09.35 89.7 -
5. Garuda B737 Seri 800 09.40 - 72.9
6. Lion Air B737 Seri 900 10.15 - 71.1
7. Merpati MA 60 10.20 70.2 -
Sumber : Rahmadhania 2012. Analisis Pengaruh Suhu Udara Terhadap Intensitas Kebisingan di
Bandar Udara

Analisis pengukuran tingkat kebisingan terhadap data tersebut

bertujuan untuk dapat melakukan pengambilan dan pembacaan data

tingkat kebisingan di bandar udara pada waktu tertentu, mengetahui

tingkat kebisingan bandar udara pada titik tertentu, dan mempelajari baku

mutu tingkat kebisingan pada suatu lokasi. Hasil dari data tersebut dapat

ditentukan nilai tingkat kebisingan pada wilayah bandar udara.


Berdasarkan hasil pengukuran pada Tabel 1 diatas, operasi pesawat

terbang dari berbagai jenis pesawat dapat memberikan tingkat kebisingan

pada pekerja dan penduduk sekitar dalam tingkat bising yang tinggi. Hasil

tersebut dapat dilihat bahwa tingkat kebisingan Bandar Udara

Internasional Hasanuddin dinyatakan diatas baku mutu tingkat kebisingan,

sehingga diidentifikasikan tidak memenuhi Baku Mutu Tingkat Kebisingan

yang diisyaratkan oleh KEP. No.48/MenLH/1996 yaitu untuk perumahan

dan pemukiman sebesar 55 dB (A) dan untuk kegiatan lainnya dapat

disesuaikan dengan baku tingkat kebisingan yang ada .

Persetujuan dan Pengesahan Hasil Penelitian Kawasan Kebisingan

(BKK) Disekitar bandar udara, memberikan persyaratan tentang kawasan

kebisingan di bandar udara diukur dan ditentukan dengan bertitik tolak

pada rencana induk bandar udara. Tingkat kebisingan ditentukan

berdasarkan Weighted Equivalent Continous Perceived Noise Level

(WECPNL), dengan tingkat bising yang terdiri dari beberapa tingkat

kebisingan. Pertama, kawasan kebisingan tingkat I dengan nilai WECPNL

lebih besar atau sama dengan 70 dB dan lebih kecil 75 dB, yaitu tanah

dan ruang udara yang dapat dimanfaatkan untuk berbagai jenis kegiatan

dan atau bangunan kecuali untuk jenis bangunan sekolah dan rumah

sakit. Kedua, kawasan kebisingan tingkat II dengan nilai WECPNL lebih

besar atau sama dengan 75 dB dan lebih kecil 80 dB, yaitu tanah dan

ruang udara yang dapat dimanfaatkan untuk berbagai jenis kegiatan dan

atau bengunan kecuali untuk jenis kegiatan dan atau bangunan sekolah,
rumah sakit dan rumah tinggal. Ketiga, kawasan kebisingan tingkat III

dengan nilai WECPNL lebih besar atau sama dengan 80 dB, yaitu tanah

dan ruang udara yang dapat dimanfaatkan untuk membangun fasilitas

bandar udara yang dilengkapi insulasi suara dan dapat dimanfaatkan

sebagai jalur hijau atau sarana pengendalian lingkungan dan pertanian.

Hasil yang didapat dari perhitungan nilai WECPNL Bandar Udara

Internasional Hasanuddin sebesar 55.763 dB (A).

Dampak kebisingan dari pesawat terhadap komunitas disekitar

bandara telah menimbulkan masalah penerbangan yang serius. Dampak

kebisingan pada masyarakat tergantung kepada beberapa faktor yaitu

besarnya kebisingan yang dihasilkan, durasi dari kebisingan tersebut, jalur

penerbangan yang digunakan selama take off dan landing, jumlah dan

operasi penerbangan, prosedur pengoperasian pesawat, sistem runway

yang digunakan, hari dan musim berlangsung operasi, dan juga kondisi

meteorology (Primanda F.B 2012).

Dampak kebisingan terhadap manusia bisa diklasifikasikan dalam

dua kategori yaitu dampak sikap manusia (tingkah laku manusia) dan

dampak terhadap kesehatan atau fisiolgis. Dampak terhadap sikap

manusia adalah yang berkaitan dengan terjadinya gangguan terhadap

aktivitas manusia. Ini mencakup kebisingan yang menimbulkan gangguan

komunikasi, gangguan ketika istirahat dan tidur. Sedangkan dampak

terhaadap kesehatan adalah yang berhubungan dengan hilangnya


kemampuan pendengaran manusia atau juga dampak timbulnya penyakit

kardiovaskular dan hipertensi (Yully M.L,2002).

Secara umum upaya pengendalian kebisingan dilakukan melalui

pengurangan dan pengendalian tingkat bising yang dapat dibagi dalam

tiga aspek yaitu pengendalian pada sumber, pengendalian pada

rambatan, dan pengendalian kebisingan pada manusia (Mahbubiyah

A.E,2011).

KESIMPULAN

Tingkat kebisingan Bandar Udara Internasional Hasanuddin

dinyatakan tidak memenuhi baku mutu tingkat kebisingan dengan nilai

diatas 55 dB (A), sehingga dapat diidentifikasikan tidak memenuhi Baku

Mutu Tingkat Kebisingan yang diisyaratkan oleh KEP. No.48/MenLH/1996

yaitu sebesar 55 dB (A). Berdasarkan hasil yang didapat dari perhitungan

nilai WECPNL Bandar Udara Internasional Hasanuddin sebesar 55.763

dB (A). Menurut Persetujuan dan Pengesahan Hasil Penelitian Kawasan

Kebisingan (BKK) di kawasan Bandar Udara Internasional Hasanuddin

termasuk pada kawasan kebisingan tingkat I dengan nilai WECPNL lebih

besar atau sama dengan 70 dB dan lebih kecil 75 dB, yaitu tanah dan

ruang udara yang dapat dimanfaatkan untuk berbagai jenis kegiatan dan

atau bangunan kecuali untuk jenis bangunan sekolah dan rumah sakit.
DAFTAR PUSTAKA

Chaeran, Muhammad.2008.Tesis : Kajian Kebisingan Akibat Aktivitas


Bandara. Semarang : Univesitas Diponegoro.
Cornwell, Davis. 1998. Introduction to Environmental Engineering.
Singapore : McGraw-Hill Eduction.
ICAO.2008.Environmental Protection Volume I.Montreal: International Civil
Aviation Organization .

Mahbubiyah A.E. 2011. Analisis Pesawat Terbang Di Kawasan Sekitar


Bandara. Jakarta : Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah.
Primanda F.B.2012. Pemetaan Kebisingan Akibat Aktivitas Pesawat
Dengan Software Integrated Noise di Sekitar Bandar Udara
Internasional Soekarno- Hatta. Jakarta: Universitas Indonesia.
Sasongko D. P., dkk. 2000. Kebisingan Lingkungan. Semarang : Badan Penerbit
Universitas Diponegoro.

Tim Penyusun Keputusan Menteri.1996.Keputusan Menteri Lingkungan


Hidup No. 48 Tahun1996 Tentang Baku tingkat Kebisingan.Jakarta:
Kementrian Lingkungan Hidup.

Tim Penyusun Peraturan Pemerintah.2012.Peraturan Pemerintah No. 40


Tahun 2012 Tentang Pembangunan dan Pelestarian Lingkungan
Hidup Bandar Udara.Jakarta: Pemerintah Republik Indonesia.

Yully,M.L.2002. Pengkajian Tingkat Kebisingan Pesawat Udara DC-10


Secara Offline.Jakarta : Universitas Trisakti.

Anda mungkin juga menyukai