Anda di halaman 1dari 8

Vol. 11 No.

1 Januari 2019 (61 - 68)


DOI: 10.20473/jkl.v11i1.2019.61-68
ISSN: 1829 - 7285
E-ISSN: 2040 - 881X

GANGGUAN PENDENGARAN DAN KESEHATAN TEKNISI SKADRON UDARA 3 LANUD


ISWAHJUDI SERTA HUBUNGANNYA DENGAN TINGKAT KEBISINGAN PESAWAT

Hearing Loss And Health Complaints In Technicians Air Skadron 3 Iswahjudi Airport And Its
Association With Aircraft Noise

Ristyna Choirunisa Abstrak


Departemen Kesehatan Lingkungan,
Fakultas Kesehatan Masyarakat, Kampus Dunia penerbangan merupakan tugas utama TNI AU, dimana pesawat milik angkatan
C UNAIR Jl. Mulyorejo Surabaya - 60115 udara berfungsi selain sebagai alat transportasi dinas tentara juga berguna dalam
Corresponding Author: melindungi keamanan wilayah udara Indonesia. Namun tingkat kebisingan dari kegiatan
r.choirunisa@gmail.com lepas landas pesawat tempur mencapai 130 dBA, sehingga pengoperasiannya dapat
mengakibatkan efek auditori dan efek non auditori berupa gangguan komunikasi,
gangguan fisiologis, dan gangguan psikologis. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
menganalisis faktor yang berpengaruh terhadap penurunan pendengaran dan
menganalisis pengaruh kebisingan pesawat terhadap keluhan kesehatan teknisi.
Article Info Penelitian ini merupakan penelitian case control pada 20 pekerja yang terdiri dari 10
teknisi sebagai kelompok studi dan 10 non teknisi sebagai kelompok kontrol dengan
Submitted : 14 Jauli 2017 cara pengambilan sampel berupa simple random sampling. Pengukuran tingkat
In reviewed : 27 Desember 2018 kebisingan pesawat dilakukan sebanyak 4 kali selama 8 jam menggunakan Sound Level
Accepted : 14 Januari 2019 Meter. Hasil pengukuran kebisingan pesawat di area flightline dinyatakan melebihi
Available Online : 31 Januari 2019 Nilai Ambang Batas (NAB) yaitu sebesar 95,56 dBA. Hasil studi menunjukkan bahwa
kebisingan pesawat berpengaruh terhadap penurunan pendengaran teknisi p=0,026 (uji
korelasi spearman, p<0,05). Faktor lain yang berpengaruh terhadap penurunan
pendengaran teknisi yaitu umur p=0,023 (uji korelasi pearson, p<0,05) dan masa kerja
Kata kunci: Kebisingan Pesawat, p=0,038 (uji korelasi spearman, p<0,05), sedangkan variable yang tidak berpengaruh
Penurunan Pendengaran, Keluhan adalah lama kerja. Selain itu kebisingan pesawat memengaruhi keluhan kesehatan
Kesehatan, Teknisi berupa gangguan psikologis p=0,033 (uji regresi logistik sederhana, p<0,05).
Kesimpulan penelitian adalah kebisingan pesawat berpengaruh terhadap penurunan
Keywords: Aircraft Noise, Hearing Loss, pendengaran dan berpengaruh terhadap gangguan psikologis teknisi.
Health Complaints, Technicians
Abstract

Published by Fakultas Kesehatan Aviation is the most significant part of Indonesian Air Force duty. Air Force’s aircraft
Masyarakat Universitas Airlangga takes a role not only as Indonesian army agency transportation vehicle but also crucial
for Indonesian air territory security protection. However the level of noises resulted
from Air Force aviation operation activity such as take off of aircraft reached 130 dBA,
so the operation can causes auditory and non auditory adverse effects such as
communication, physiological disorder, and psycological disorder. The aim of this
study is to analyze factors induced to the hearing loss and analyze the effects of aircraft
noises to technician health complaints. This research using case control approach and
it was conducted by recruiting subject respondents group randomly of 20 officers
includes of 10 technician as study group and 10 non technician as control group. The
measurement of aircraft noise level was performed 4 times during 8 hours used Sound
Level Meter. The results of aircraft noise measurement in flightline area was exceeding
the threshold value of 95,56 dBA. The results of the study shows that aircraft noise
significantly associated with to technician hearing loss p-value=0,026 (Spearman
correlation test, p<0,05). Other factors that are associated significantly with technician
hearing loss include aged p-value=0,023 (Pearson correlation test, p<0,05).
Insignificant association is showed for work period with p-value=0,038 (spearman
correlation test, p<0,05). In addition, the aircraft noise is associated to health
complaint as psychological disorder p-value=0,033 (simple logistic regression test, p-
value <0,05). The conclusion of research is that aircraft activities affected hearing loss
and technician psychological disorder.

PENDAHULUAN mobilisasi masyarakat yang tinggi, jelas


membuat alat transportasi udara semakin
Pesatnya perkembangan teknologi pada
banyak diminati. Pengoperasian pesawat dalam
bidang kedirgantaraan ditandai dengan
bidang kedirgantaraan, tidak hanya digunakan
munculnya pesawat berteknologi baru. Tingkat
untuk penerbangan kepentingan sipil, tetapi

61
juga dimanfaatkan oleh TNI AU untuk (Kemen-LH, 2011). Seseorang yang terpajan
kepentingan militer. sebagai transportasi dinas kebisingan lebih dari 100 dBA seharusnya tidak
tentara dan pengoperasian pesawat tempur terpajan lebih dari 15 menit sedangkan
guna melindungi dan menjaga pertahanan kebisingan yang dihasilkan oleh pesawat F16 di
wilayah udara Indonesia. Keberadaan pesawat Skadron Udara 3 Lanud Iswahjudi Kabupaten
milik angkatan udara seperti pesawat jenis F-16 Magetan berkisar antara 115-120 dBA,
Fighting Falcon, F-5 Tiger, Sukhoi, Hercules, sehingga bisa dipastikan bahwa bunyi pesawat
dan pesawat lainnya menjadi bukti tersebut berpotensi mengakibatkan kerugian
perkembangan teknologi di bidang militer. pada profesi yang terpajan.
Pesawat tersebut merupakan kesatuan alat Terlebih lagi pada pekerja teknisi bagian
utama sistim senjata udara (Alutsista) yang persiapan penerbangan pesawat. Teknisi
menunjang TNI AU dalam melaksanakan bagian ini merupakan profesi yang paling
tugasnya untuk pertahanan dan keamanan berisiko karena bertugas memastikan pesawat
negara Republik Indonesia (Divisi-Wing, 2010). layak terbang sebelum kegiatan penerbangan
Perkembangan teknologi yang membawa dimulai, memberangkatkan sekaligus menerima
berbagai dampak positif, ternyata juga pesawat selepas terbang sehingga selalu
menimbulkan dampak negatif misalnya saja terpajan bising dari mesin pesawat. Teknisi
timbulnya permasalahan lingkungan. Terlepas bagian ini juga bertugas mengatur segala
bahwa transportasi udara memberikan manfaat kegiatan yang terjadi di area flightline mulai dari
yang besar di sisi lain juga menjadi penyebab pengisian bahan bakar, hingga perbaikan
timbulnya masalah lingkungan yang tingkat ringan (OHSA, 2010).
berhubungan dengan kebisingan (Kemen-LH, Dampak dari aktivitas penerbangan
2011). Kebisingan sendiri didefinisikan sebagai pesawat militer setiap harinya akan membawa
bunyi yang tidak diharapkan yang dalam efek auditori dan efek non auditori. Efek auditori
intensitas dan waktu tertentu dapat yaitu terjadinya penurunan ambang
menimbulkan gangguan kesehatan manusia pendengaran sedangkan efek non auditori yaitu
dan kenyamanan lingkungan (Kemen-LH, adanya gangguan pencernaan, stres, pusing
1996). Kebisingan utama di lingkungan Lanud kepala, tekanan darah yang meningkat serta
Iswahjudi Kabupaten Magetan berasal dari prestasi kerja yang mengalami penurunan
kebisingan pesawat tempur, dimana Lanud (Gunawan, 2007). Dalam survei Multi Center
Iswahjudi merupakan pangkalan induk berbagai Study di Asia Tenggara, Indonesia tergolong
pesawat tempur yang salah satunya adalah dalam 4 negara yang memiliki prevalensi
pesawat F16 di Skadron Udara 3 (Divisi-Wing, ketulian yang cukup tinggi yaitu 4,6%,
2010). (Irmawati, 2010).
Tiap negara memiliki acuan Nilai Ambang Kebisingan yang memungkinkan menjadi
Batas (NAB) kebisingan yang berbeda-beda penyebab timbulnya gangguan kesehatan
guna membatasi kebisingan yang terjadi di masih dipengaruhi faktor tingkat kebisingan,
lingkungan kerja. Permenakertrans RI Nomor frekuensi kebisingan, dan lama waktu
13 tahun 2011 menyatakan bahwa batas aman seseorang berada pada tempat bising tersebut
pekerja terpajan bising selama 8 jam sehari dalam hitungan hari maupun tahun. Penelitian
ialah 85 dBA. Batas ini serupa dengan NAB Tsan-Ju (1992) mengungkapkan terdapat 112
pajanan bising yang ditetapkan oleh NIOSH pegawai bandara yang terkena efek bising
tahun 2007. Occupational Safety and Health pesawat terbang pada fungsi pendengarannya.
Administration (OSHA) menentukan NAB Gangguan pendengaran akibat pajanan
dengan durasi pajanan kebisingan 8 jam kerja kebisingan telah ditemukan pada pilot dan
yaitu sebesar 90 dBA, dan untuk intensitas mekanik pesawat terbang di Thailand dengan
bising 115 dBA durasi pajanannya tidak lebih tingkat keparahan yang lebih banyak pada
dari 15 menit. Skala desibel untuk kegiatan kelompok mekanik pesawat terbang
lepas landas pesawat jet menurut OSHA adalah (Jaruchinda, 2005).
130 dBA (NIOSH, 2007 dan OHSA, 2017), jika Uraian diatas menjelaskan bahwa
melihat ketetapan ini maka intensitas kebisingan telah menjadi permasalahan
kebisingan yang ada di Skadron Udara 3 telah lingkungan baik menimbulkan gangguan
melebihi NAB yang ditetapkan. kesehatan maupun ketidaknyamanan
Profesi yang sering terpajan bising lingkungan. Hal ini yang yang mendasari
pesawat di dunia militer ialah penerbang dan peneliti untuk melakukan penelitian mengenai
teknisi. Pekerjaan tersebut membuat mereka ada tidaknya pengaruh pajanan kebisingan
tidak pernah lepas dari pajanan intensitas pesawat F16 terhadap penurunan pendengaran
bising yang tinggi dan dalam waktu yang lama dan menganalisis faktor lain yang juga

62
memengaruhi penurunan pendengaran serta perhitungan Leq 8 jam. Pengukuran dilakukan
menganalisis pengaruh kebisingan tersebut sendiri oleh peneliti menggunakan alat Sound
terhadap keluhan kesehatan yang dirasakan Level Meter Merk Konomax Model 4020
teknisi Skadron Udara 3 Lanud Iswahjudi. sebanyak 4 kali waktu untuk mewakili 8 jam
kerja dengan berpedoman pada SNI. 7231:
2009 tentang Prosedur Penggunaan Sound
METODE PENELITIAN
Level Meter. Pemeriksaan audiometri yang
Jenis penelitian ini adalah penelitian dilakukan di RS dr. Efram Harsana Lanud
analitik dengan desain case control. Penelitian Iswahjudi oleh petugas bagian pemeriksaan
dilakukan di Skadron Udara 3 Lanud Iswahjudi check up. Pemeriksaan berlangsung sehari
pada bulan Oktober 2016 hingga Mei 2017. dengan masing-masing pemeriksaan selama ±
Populasi dalam penelitian ini adalah teknisi 10 menit (SNI, 2009).
yang paling terpajan bising pesawat bagian Teknik analisis data yang digunakan
persiapan penerbangan pesawat. Kriteria adalah uji statistik korelasi pearson dan uji
inklusi yang ditetapkan yaitu teknisi yang statistik korelasi spearman serta uji regresi
bekerja pada area flightline (apron Skadron logistik sederhana. Uji statistik korelasi ini untuk
Udara 3) sebagai teknisi crewchief (teknisi menganalisis hubungan atau asosiasi
bagian persiapan penerbangan pesawat), kebisingan pesawat dengan penurunan
berumur lebih dari 20 tahun, telah bekerja di pendengaran teknisi serta faktor lain yang juga
Skadron Udara 3 Lanud Iswahjudi minimal 1 memengaruhi penurunan pendengaran. Uji
tahun, bersedia menjadi responden penelitian. regresi logistik sederhana digunakan untuk
Pekerja yang menjadi kelompok tidak terpajan menganalisis pengaruh kebisingan pesawat
merupakan pekerja yang tidak pernah bekerja terhadap keluhan kesehatan yang terdiri dari
menangani pesawat. gangguan komunikasi, gangguan fisiologis, dan
Sampel penelitian terdiri dari sampel gangguan psikologis.
manusia dan sampel pajanan lingkungan. Pengambilan data dalam penelitian ini
Sampel manusia adalah bagian dari populasi telah melalui kaji etik dan mendapatkan
yang besarnya ditentukan oleh rumus persetujuan pelaksanaan terjun lapangan dari
perhitungan sampel Lwanga and Lemeshow komisi etik berdasarkan Surat Keterangan Lolos
dan memenuhi kriteria inklusi yang ditetapkan Kai Etik No: 137-KEPK Komisi Etik Penelitian
sehingga didapatkan sampel sebanyak 10 Kesehatan Fakultas Kesehatan Masyarakat
orang untuk tiap kelompok. Besar sampel yang Universitas Airlangga tahun 2017, serta telah
digunakan sebanyak 20 orang yang terdiri dari mendapatkan persetujuan dari responden
kelompok studi dan kelompok control. Sampel dengan dibuktikan melalui penandatanganan
diambil menggunakan metode simple random lembar pernyataan kesediaan menjadi
sampling. responden (informed consent).
Teknik pengumpulan data dalam penelitian
ini menggunakan data primer. berupa
HASIL DAN PEMBAHASAN
kuesioner, pengukuran kebisingan, dan hasil
pemeriksaan audiometri. Kuesioner dalam Karakteristik Responden
penelitian ini mengadopsi dari penelitian Rahmi
Covariat berupa karakteristik pekerja yang
(2009) berisi pertanyaan tentang karakteristik
diteliti dalam penelitian ini adalah umur, masa
responden dan keluhan kesehatan yang dialami
kerja, dan lama kerja. Sementara faktor
responden. Keluhan yang dimaksud meliputi
lingkungan yang diteliti adalah pajanan
keluhan terkait gangguan komunikasi,
kebisingan lingkungan kerja yang dihasilkan
gangguan fisiologis, dan gangguan psikologis.
oleh mesin pesawat F16. Pada Tabel 1.
Gangguan komunikasi merupakan kondisi
menunjukkan bahwa responden paling banyak
dimana seseorang sulit mendengar apa yang
berumur 20-25 tahun yaitu sebanyak 8 orang
orang lain katakan. Gangguan fisiologis apabila
(40,00%). Rata-rata umur teknisi didapatkan
seseorang mengalami pusing, mual, susah
lebih tinggi dibandingkan dengan umur non
tidur, sesak nafas, dan sakit perut. Gangguan
teknisi. Pekerja teknisi memiliki rata-rata umur
psikologis yang dimaksud merupakan kondisi
33,40 tahun, sedangkan pekerja non teknisi
saat seseorang mengalami reaksi psikologis
memiliki rata-rata umur 31,30 tahun.
seperti mudah marah dan mudah tersinggung.
Masa kerja adalah lama responden bekerja
Pengukuran tingkat kebisingan pesawat di
terhitung dari tahun ia mulai bekerja hingga
Skadron Udara 3 Lanud Iswahjudi diambil pada
penelitian ini dilakukan. Pada Tabel 1
4 titik di masing-masing area, kemudian dicatat
menunjukkan bahwa rata-rata masa kerja non
di lembar pengukuran kebisingan guna bahan
teknisi adalah 9,50 tahun. Hal ini menunjukkan

63
bahwa rata-rata masa kerja teknisi sudah lebih tersebut kemudian dihitung tingkat
lama dibandingkan rata-rata masa kerja non kebisingannya menggunakan rumus Leq dBA.
teknisi.
Tabel 2.
Tabel 1.
Hasil Pengukuran Kebisingan di Area Flightline dan Ruang
Karakteristik Teknisi dan Non Teknisi Skadron Udara 3
Kantor Skadron Udara 3 Lanud Iswahjudi Tahun 2017
Lanud Iswahjudi Tahun 2017
HasilPengukuran
Kelompok Total
Jenis
Bising Bising Lokasi
Karak- Hasil Pengukuran Leq 8 jam
Tinggi Rendah n % Jam Pengukuran
tertistik (dBA) (dBA)
n % n %
Umur (tahun) 08.00 54,78
20-25 3 30 5 50 8 40,00
Flight 09.25 113,10
26-30 2 20 1 10 3 15,00 95,56 dBA
line 12.10 110,88
31-35 - - - - - -
36-40 2 20 1 10 3 15,00 13.25 103,51
>40 3 30 3 30 6 30,00 07.30 47,08
Mean 33,40 31,30 32,35 Ruang 10.10 54,72
54,17 dBA
Masa Kerja (tahun) kantor 12.30 58,24
<10 5 50 7 70 12 60,00
14.00 56,64
10-20 2 20 - - 2 10,00
>20 3 30 3 30 6 30,00
Mean 11,90 9,50 10,70
Perhitungan rata-rata kebisingan pesawat
Skadron Udara 3 Lanud Iswahjudi yang telah
Lama Kerja (jam)
dihitung menggunakan rumus Leq 8 jam dBA
<8 2 20 - - 2 10,00 mendapatkan hasil 95,56 dBA untuk area
8 8 80 5 50 13 65,00 flightline dengan kisaran kebisingan 54,78 dBA
>8 - - 5 50 5 25,00 – 113,10 dBA. Tingkat kebisingan 54,78 dBA
Mean 7,80 8,90 8,35 didapatkan ketika di Skadron Udara 3 Lanud
Iswahjudi belum ada kegiatan penerbangan
Lama kerja adalah durasi waktu yang sehingga nilai kebisingannya masih memenuhi
responden habiskan untuk bekerja dalam NAB. Tingginya tingkat kebisingan di area
sehari. Dari data pengisian kuesioner flightline berasal dari kegiatan tes engine, take
didapatkan bahwa sebagian besar pekerja off, dan landing pesawat F16 dengan tingkat
sudah bekerja sesuai aturan lama kerja yaitu kebisingan tertinggi dalam pengukuran pada
selama 8 jam per hari. Pada Tabel 1. di atas ini saat tes engine pesawat. Kemudian rata-rata
juga dapat dilihat bahwa jumlah pekerja yang tingkat kebisingan untuk ruang kantor sebesar
bekerja selama 8 jam per hari sebesar 65,00%. 54,17 dBA dengan kisaran kebisingan 47,08
Selain itu, berdasarkan hasil tabel tampak dBA - 58,24 dBA.
bahwa rata-rata lama kerja teknisi lebih pendek Hasil Pemeriksaan Audiometri
dibandingkan dengan pekerja non teknisi.
Pekerja teknisi memiliki rata-rata lama kerja Pemeriksaan audiometri pada penelitian ini
7,80 jam per hari sedangkan pekerja non teknisi dimaksudkan untuk mengetahui kondisi derajat
rata-rata memiliki lama kerja yang lebih lama pendengaran responden mengalami penurunan
yaitu 8,90 jam per hari. atau tidak akibat pajanan dari kebisingan
pesawat di lingkungan kerja. Perbedaan hasil
Tingkat Kebisingan Pesawat pemeriksaan audiometri teknisi dan non teknisi
Pengukuran tingkat kebisingan pesawat dapat dilihat pada Tabel 3.
Skadron Udara 3 Lanud Iswahjudi dilakukan di Kelompok teknisi yang terpajan bising
dua area. Pertama di area flightline sebagai tinggi, beberapa diantaranya ada yang
tempat pengukuran kelompok terpajan bising mengalami penurunan pendengaran.
tinggi. Kedua di ruang kantor sebagai tempat Sedangkan semua pekerja dalam kelompok
pengukuran kelompok kontrol. Pengukuran kontrol masih memiliki derajat pendengaran
tersebut dilakukan sebanyak 4 kali waktu untuk kategori normal. Hasil pemeriksaan audiometri
mewakili 8 jam kerja (pukul 07.00 – 15.00). Satu pada teknisi dan non teknisi diketahui bahwa
kali waktu pengukuran dilakukan selama 10 sebanyak 4 orang (40,00%) mengalami
menit dengan menggunakan alat Sound Level penurunan pendengaran dan keempat orang
Meter (SLM). Dari hasil pengukuran alat tersebut berasal dari kelompok teknisi yang

64
terpajan kebisingan tinggi. Derajat penurunan Pengaruh Kebisingan Pesawat terhadap
pendengaran dari 4 orang tersebut, 3 orang Penurunan Pendengaran
diantaranya mengalami penurunan
Kebisingan adalah bunyi yang tidak
pendengaran ringan sedangkan 1 orang lainnya
diinginkan sehingga dapat mengganggu
mengalami penurunan pendengaran sedang.
kesehatan dan penyebab penyakit lingkungan
Tabel 3. (Slamet, 2006). Pengukuran tingkat kebisingan
Hasil Pemeriksaan Audiometri Teknisi dan Non Teknisi pesawat yang dilakukan di Skadron Udara 3
Skadron Udara 3 Lanud Iswahjudi Tahun 2017 Lanud Iswahjudi memperoleh hasil rata-rata
Kelompok (Leq, 8 jam) kebisingan di area flightline
Hasil sebesar 95,56 dBA. Permenakertrans nomor 13
Bising Tinggi Bising Rendah
Audiometri tahun 2011 menetapkan standar NAB untuk
n % n %
Normal 6 60,00 10 100,00
kebisingan adalah 85 dBA selama 8 jam sehari
Gangguan
(Kemenakertrans, 2011). Apabila dibandingkan
4 40,00 0 0,00
dengan standar NAB dalam peraturan tersebut
maka hasil pengukuran kebisingan Skadron
Tabel 4.
Udara 3 Lanud Iswahjudi sudah melebihi NAB
Keluhan Kesehatan Teknisi dan Non Teknisi Skadron
yang ditetapkan.
Udara 3 Lanud Iswahjudi Tahun 2017
Pada area flightline yang terpajan bising
Kelompok
Keluhan Total tinggi akan menimbulkan risiko kesehatan bila
Bising Tinggi Bising Rendah
Kesehatan terpajan selama 8 jam. Tingkat kebisingan di
Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak
ruang kantor yang diukur sebagai kelompok
Komunikasi 10 0 10 0 20 0 pembanding memperoleh hasil rata-rata
Fisiologis 4 6 0 10 4 16 sebesar 54,17 dBA. Hasil pengukuran tersebut
Psikologis 7 3 2 8 9 11 masih memenuhi NAB 85 dBA, sehingga
pekerjaan yang dilakukan pada ruang kantor
Keluhan kesehatan yang diteliti berupa selama 8 jam masih diperbolehkan. Tingginya
keluhan gangguan komunikasi, gangguan tingkat kebisingan di area flightline berasal dari
fisiologis, dan gangguan psikologis. Responden kegiatan tes engine, take off, dan landing
mengalami gangguan komunikasi apabila pesawat F16. Hal ini ternyata sesuai dengan
responden sering berteriak ketika keterangan teknisi dari hasil wawancara bahwa
berkomunikasi, kurang paham dengan yang area tempat kerja mereka memiliki kondisi yang
diucapkan rekan kerja tanpa melihat bibirnya, sangat bising hingga membuat telinga mereka
sering meminta rekan kerja mengulangi mendenging sekalipun sudah memakai Alat
perkataannya hingga ditegur rekan kerja akibat Pelindung Telinga (APT).
tidak paham dengan yang dibicarakan. Hasil uji statistik korelasi spearman
Gangguan fisiologis yang dimaksud apabila menunjukkan bahwa terdapat pengaruh
responden mengalami peningkatan tekanan kebisingan pesawat terhadap penurunan
darah, sakit kepala, mudah lelah, dan mual. pendengaran yang diketahui dari nilai p=0,026
Tabel 4. menunjukkan bahwa semua (uji korelasi spearman, p<0,05). Nilai koefisien
teknisi maupun non teknisi yang menjadi korelasi sebesar 0,498, artinya dalam suatu
responden penelitian mengaku mengeluhkan tempat yang mempunyai tingkat kebisingan
komunikasi mereka yang terganggu akibat yang tinggi maka kemungkinan akan ditemukan
kebisingan pesawat. Hal ini dikarenakan suara penurunan pendengaran di tempat tesebut
bising pesawat saat kegiatan penerbangan sebesar 49,80%.
tidak luput dari semua area di Skadron Udara 3 Hasil ini membuktikan bahwa kebisingan
Lanud Iswahjudi sekalipun pada ruang pesawat Skadron Udara 3 Lanud Iswahjudi
kantornya. Keluhan lain juga dirasakan oleh berdampak pada peningkatan derajat
beberapa teknisi yaitu keluhan fisiologis yang pendengaran teknisi sehingga fungsi
dialami 4 orang teknisi. Selain mengeluh pendengaran teknisi mengalami penurunan
mengenai gangguan komunikasi dan gangguan (Choirunisa, 2017). Pajanan bising dapat
fisiologis, juga didapatkan 70,00% teknisi memberikan respon adaptasi pada
mengalami gangguan psikologis. Gangguan pendengaran berupa peningkatan derajat
tersebut diantaranya perasaan mudah emosi, dengar sementara. Peningkatan derajat dengar
merasa stres, hingga ingin pindah ke tempat sementara merupakan kondisi dimana derajat
kerja yang lebih tenang. Pada kelompok non dengar mengalami peningkatan akibat pajanan
teknisi, gangguan psikologis hanya mengenai kebisingan dengan tingkat yang cukup tinggi
pada 2 orang pekerja. yang biasanya melebihi NAB yang ditentukan.
Kondisi ini sebenarnya dapat pulih dalam

65
hitungan menit atau jam, sementara 0,505 kali lebih besar dari pada pekerja yang
penyembuhan sampai hitungan hari jarang memiliki umur <40 tahun.
sekali terjadi (Bashiruddin, 2008). Faktor lain yang berpotensi secara
Penurunan pendengaran akibat bising signifikan sebagai pemicu timbulnya penurunan
merupakan tuli yang diakibatkan terpajan oleh pendengaran adalah masa kerja dan lama
bising yang cukup keras dalam jangka waktu kerja. Hasil uji statistik antara masa kerja
yang cukup lama dan biasanya diakibatkan oleh dengan penurunan pendengaran mendapatkan
bising di lingkungan kerja (Soetirto I, 2001). nilai p=0,038 (uji korelasi spearman, p<0,05).
Penelitian Margareta et al. (2007) menemukan Hasil tersebut membuktikan bahwa masa kerja
bahwa sebanyak 27 orang dari 120 responden memang berpengaruh terhadap penurunan
mengalami gangguan pendengaran akibat pendengaran. Tiga dari 4 teknisi yang
intensitas kebisingan tertinggi di Bandar Udara mengalami penurunan pendengaran
Internasional Soekarno Hatta, Banten sebesar merupakan teknisi dengan masa kerja >20
87,93 dBA. Pratiwi (2012) juga menunjukkan tahun. Nilai koefisien korelasi sebesar 0,460
terdapat peningkatan rata-rata nilai ambang menunjukkan bahwa teknisi yang memiliki masa
pendengaran pada penerbang pesawat kerja >20 tahun memiliki risiko 0,460 lebih
hercules dan helikopter dengan derajat ringan besar mengalami penurunan pendengaran dari
pada 39 kasus, dan peningkatan rata-rata nilai pada teknisi yang masa kerjanya masih <20
ambang pendengaran dengan derajat sedang tahun.
berat sebanyak 1 kasus (Pratiwi, 2012). Pengaruh masa kerja terhadap penurunan
pendengaran dalam penelitian ini sejalan
Faktor lain yang berpengaruh terhadap
dengan penelitian lain. Bashiruddin (2008)
penurunan pendengaran
menyatakan bahwa seseorang mulai
Penurunan pendengaran yang dialami oleh mengalami perubahan derajat pendengaran
teknisi pesawat Skadron Udara 3 Lanud setelah bekerja selama 5 tahun atau lebih pada
Iswahjudi lebih banyak masuk kategori tempat kerja dengan bising tinggi. Bahkan
penurunan pendengaran ringan dikarenakan lama pajanan bising lebih dari 10 tahun
hasil hitung ambang pendengaran dari tes menimbulkan Noise Induce Permanent
audiometri menunjukkan kisaran 26-40 dBA. Treshold Shift. Pada pemeriksaan audiometri
Baik atau tidaknya ukuran derajat pendengaran nada murni menunjukkan nilai derajat
dipengaruhi oleh faktor yang meliputi tingkat pendengaran lebih dari 26 dBA pada frekuensi
kebisingan, umur, masa kerja, lama kerja, 3000 Hz hingga 6000 Hz dan terjadi penurunan
riwayat gangguan pendengaran pada keluarga pada frekuensi 4000 Hz. Hal ini sama seperti
dan diri sendiri, hobi, kebiasaan penggunaan salah satu hasil pemeriksaan audiometri teknisi
headset, dan penggunaan APT pada area yang menunjukkan penurunan pada frekuensi
bising tinggi. Apabila bising dianggap sebagai 4000 Hz. Lama masa kerja juga berhubungan
bunyi yang mengganggu sehingga dengan kejadian Noise Induced Hearing Loss
mengakibatkan penurunan pendengaran maka (NIHL) pada pekerja industri rumah tangga
faktor lain seperti umur, masa kerja, dan lama knalpot di Kelurahan Purbalingga Lor dimana
kerja merupakan faktor pendukung yang juga masa kerja yang semakin lama menyebabkan
memicu timbulnya penurunan pendengaran. kejadian NIHL juga tinggi (Permaningtyas,
Hasil penelitian mendapatkan responden 2011).
yang menderita penurunan pendengaran Hasil uji statistik pengaruh lama kerja
sebanyak 4 responden (40,00%). Penderita dalam sehari terhadap penurunan
penurunan pendengaran tersebut mayoritas pendengaran, menyatakan bahwa kedua
berada pada rentang umur lebih dari 40 tahun variabel tersebut tidak saling memengaruhi.
yaitu sebanyak 3 responden, sementara 1 Nilai p sebesar 0,520 (uji korelasi spearman,
responden yang lain berumur mendekati 40 p>0,05) menunjukkan bahwa tidak terdapat
tahun. Berdasarkan hasil uji statistik pengaruh pengaruh lama kerja terhadap penurunan
umur terhadap penurunan pendengaran, pendengaran. Tidak adanya pengaruh diantara
didapatkan nilai p=0,023 (uji korelasi pearson, 2 variabel ini, pertama, karena hasil lama kerja
p<0,05) yang menunjukkan bahwa umur responden bersifat homogen yaitu mayoritas
berpengaruh secara signifikan terhadap bekerja selama 8 jam sehari. Dari 20
penurunan pendengaran. Nilai koefisien responden yang diteliti, 13 diantaranya
korelasi sebesar 0,505, sehingga semakin tua mengaku memiliki jam kerja yang sudah sesuai
umur pekerja (>40 tahun) maka risiko dengan batas maksimal jam kerja dalam sehari
mengalami penurunan pendengaran meningkat yaitu 8 jam. Apabila hasil survei menunjukkan
hasil yang homogen, maka nilai signifikannya

66
menjadi tidak ada pengaruh. Kedua, bisa bahwa kebisingan juga tidak memengaruhi
karena jumlah responden yang mengalami gangguan fisiologis.
penurunan pendengaran lebih sedikit Kebisingan pesawat di Skadron Udara 3
dibandingkan responden yang pendengarannya Lanud Iswahjudi menyebabkan gangguan
normal. psikologis. Gangguan yang dimaksud berupa
Lama jam kerja dalam sehari bisa rasa tidak nyaman, kurang konsentrasi, dan
menunjukkan lamanya waktu responden cepat marah. Berdasarkan uji statistik
terpajan bising dalam sehari di tempat kerjanya. kebisingan pesawat berpengaruh terhadap
Lama waktu terpajan dalam sehari gangguan psikologis p=0,040 (uji regresi
memengaruhi terjadinya penurunan logistik, p<0,05). Sebanyak 7 responden yang
pendengaran tipe perseptif. Hal ini dikarenakan mengaku mengalami gangguan psikologis dari
jam kerja bisa menjadi salah satu faktor yang 10 responden yang terpajan bising tinggi.
menimbulkan penurunan pendengaran tipe Dari hasil penelitian diketahui bahwa
perseptif jika penerima kebisingan terpajan kebisingan tidak berpengaruh terhadap
bising tinggi dalam jangka waktu yang relatif gangguan komunikasi dan gangguan fisiologis.
lama dan terpajan secara terus menerus. Hal ini dikarenakan dari kelompok teknisi
Hasil penelitian ini sama dengan hasil maupun non teknisi berdasarkan hasil
penelitian Addina (2014) yang menyatakan pengisian kuesioner mengaku bahwa keduanya
bahwa tidak terdapat korelasi yang bermakna merasa mengalami gangguan komunikasi. Dari
antara lama kerja dengan gangguan 20 responden, 100,00% merasa komunikasi
pendengaran. Tidak adanya korelasi dalam dan konsentrasi mereka terganggu akibat bunyi
penelitiannya dikarenakan hasil pemeriksaan pesawat di lingkungan kerja. Pada kelompok
audiometri pada kedua telinga baik kanan bising tinggi maupun kelompok bising rendah
maupun kiri menunjukkan bahwa yang terkena keduanya terganggu, tidak terlihat
tuli perseptif hanya sedikit. perbandingan antara keduanya, sehingga pada
uji statistik menunjukkan hasil yang tidak
Pengaruh Kebisingan Pesawat terhadap
signifikan (Choirunisa, 2017).
Keluhan Kesehatan
Hasil penelitian ini sejalan dengan
Responden bisa dikatakan mengalami penelitian Rahmi tentang hubungan tingkat
gangguan komunikasi apabila ketika kebisingan dan keluhan subyektif pada operator
komunikasi yang ia lakukan harus dilakukan SPBU di DKI Jakarta tahun 2009. Penelitian
dengan cara berteriak. Gangguan ini tersebut menunjukkan ada hubungan antara
menyebabkan terganggunya pekerjaan, sampai tingkat kebisingan dengan gangguan psikologis
pada kemungkinan terjadinya kesalahan karena pada operator SPBU di DKI Jakarta. Keluhan
tidak mendengar isyarat atau tanda bahaya. psikologis yang banyak dirasakan oleh teknisi
Gangguan komunikasi ini secara tidak langsung berupa perasaan tidak nyaman, mudah emosi
membahayakan keselamatan seseorang. saat bekerja dan beberapa menginginkan untuk
Penelitian ini menyatakan bahwa tidak ada pindah tempat kerja ke area yang lebih tenang.
pengaruh antara kebisingan pesawat dengan
gangguan komunikasi. Hal ini berbeda dengan
Kesimpulan
hasil penelitian Sriwahyuni et al. (2014) yang
menyatakan bahwa intensitas kebisingan Tingkat kebisingan pesawat di area
berhubungan dengan keluhan kesehatan non flightline menunjukkan bahwa telah melebihi
pendengaran pada pekerja instalasi laundry NAB, sedangkan tingkat kebisingan di ruang
rumah sakit di Kota Makassar tahun 2014. kantor masih memenuhi NAB. Pajanan
Pekerja instalasi laundry yang mengalami kebisingan di area flightline berasosiasi secara
keluhan bising selama bekerja sebesar 72,20%. signifikan dengan penurunan pendengaran dan
Bising bernada tinggi terutama yang keluhan kesehatan pada teknisi Skadron Udara
terputus-putus dan datang tiba-tiba bersifat 3 Lanud Iswahjudi. Penelitian ini menyimpulkan
sangat mengganggu sehingga menyebabkan bahwa faktor yang berkorelasi secara signifikan
gangguan fisiologis. Gangguan yang dimaksud dengan terjadinya penurunan pendengaran
berupa peningkatan tekanan darah, sakit pada teknisi Skadron Udara 3 Lanud Iswahjudi
kepala, mudah lelah, dan mual. Penyebab antara lain kebisingan pesawat, umur, dan
mual, susah tidur, dan sesak nafas adalah masa kerja, sedangkan yang tidak berkorelasi
rangsangan suara bising terhadap sistem saraf, secara signifikan adalah lama kerja. Kebisingan
keseimbangan organ, tekanan darah, dan pesawat tidak berpengaruh terhadap gangguan
sistem pencernaan. Penelitian menunjukkan komunikasi dan gangguan fisiologis, namun
kebisingan pesawat berpengaruh terhadap

67
terjadinya gangguan psikologis pada teknisi Lingkungan. Deputi Bidang Pembinaan Sarana Teknis
Skadron Udara 3 Lanud Iswahjudi. Lingkungan dan Kapasitas.
Bagi teknisi pesawat Skadron Udara 3 Margareta M.S., Paido H.H., Agrivickona A.V. 2007.
Lanud Iswahjudi disarankan melakukan Hubungan Tingkat Kebisingan Pesawat Udara
pemeriksaan audiometri secara berkala untuk Terhadap Kesehatan Pekerja di Sekitar Landas
memonitor kondisi pendengarannya dan Pacu 1 dan 2 Bandar Udara Internasional Soekarno-
meningkatkan kedisiplinan dalam penggunaan Hatta Banten. Jurnal Teknik Lingkungan. Jakarta:
APT saat berada di area flightline. Teknisi juga Universitas Trisakti.
disarankan untuk membuat dirinya dalam NIOSH. 2007. Noise and Hearing Loss Prevention.
kondisi rileks dan melakukan istirahat apabila Diakses dari:
https://www.cdc.gov/niosh/topics/noise/stats.html
telah terpajan bising tinggi dalam batas waktu
.
baku tingkat kebisingan, misalnya terpajan
Permaningtyas L. D., Darmawan A. B., and Krisnansari D.
tingkat kebisingan >100 dBA selama ± 15
2011. Hubungan Lama Masa Kerja Dengan Kejadian
menit. Hal ini dimaksudkan untuk meminimalisir
Noise-Induced Hearing Loss pada Pekerja Home
terjadinya gangguan psikologis.
Industry Knalpot di Kelurahan Purbalingga Lor.
Mandala of Health Journal, 5(1). Diakses dari
DAFTAR PUSTAKA http://fk.unsoed.ac.id/.
Kemenakertrans. 2011. Peraturan Menteri Tenaga Kerja
Addina S. 2015. Hubungan Kebisingan Lalu Lintas dengan
dan Transmigrasi Nomor PER.13/MEN/X/2011
Peningkatan Tekanan Darah dan Penurunan
Tahun 2011 Tentang Nilai Ambang Batas Faktor
Pendengaran pada Tukang Becak di Sekitar
Fisika dan Faktor Kimia di Tempat Kerja. Jakarta.
Terminal Purabaya Surabaya. Skripsi. Surabaya:
Pratiwi, D. 2012. Pengaruh Tingkat Kebisingan Pesawat
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas
Hercules dan Helikopter terhadap Terjadinya
Airlangga. 50-65.
Penurunan Pendengaran pada Penerbang TNI AU.
Bashiruddin, J. 2008. Penurunan Pendengaran Akibat
Tesis. Solo: Universitas Negeri Solo. 2-27.
Bising (Noise Induced Hearing Loss). Buku Ajar
Rahmi, A. 2009. Analisis Hubungan Tingkat Kebisingan
Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorokan Kepala
dan Keluhan Subjektif (Non Auditory) pada
dan Leher (ed. 6).
Operator SPBU di DKI Jakarta. Skripsi. Jakarta:
Choirunisa, R. 2017. Pengaruh Pajanan Kebisingan Pesawat
Universitas Indonesia.
terhadap Pendengaran, Kadar Kortisol, dan Keluhan
Slamet, J.S., 2006. Kesehatan Lingkungan. Yogyakarta:
Kesehatan pada Teknisi Skadron Udara 3 Lanud
Gajah Mada University Press.
Iswahjudi. Skripsi. Surabaya: Universitas
SNI. 7231: 2009. Prosedur Penggunaan Sound Level
Airlangga.
Meter. Jakarta: Badan Standar Nasional.
Divisi-Wing. 2010. Skadron Udara 3. http://www.lanud-
Soetirto I. 1990. Tuli Akibat Bising (Noise Induced
iswahjudi.mil.id/index.php/page/divisi-wing-3-
Hearing Loss). Dalam: Soepardi EA, Iskandar N, Ed.
skadron-3. (sitasi 21 September 2016).
Buku Ajar Ilmu Penyakit THT. Edisi ke-3. Jakarta:
Gunawan B.S. 2007. Stres dan Sistem Imun Tubuh:
Balai Penerbit FK UI.
Suatu Pendekatan Psikoneuroimunologi. Cermin
Sriwahyuni., M. Furqaan N., Andi W. 2014. Hubungan
Dunia Kedokteran. Vol. 154: 13-15.
Kebisingan dengan Keluhan Kesehatan Non
Irmawati, D. 2010. Hubungan Gangguan Pendengaran
Pendengaran pada Pekerja Instalasi Laundry Rumah
dengan Prestasi Belajar Siswa. Artikel Karya Tulis
Sakit Kota Makassar. Jurnal Kesehatan dan
Ilmiah. Diakses dari:
Keselamatan Kerja. Diakses dari:
http://eprints.undip.ac.id/23312/1/Dwi_Irma.pdf.
http://repository.unhas.ac.id/bitstream/handle/12
Jaruchinda P., Thongdeetae T., Panichkul S., Hanchumpol
3456789/10643/Sriwahyudi%20K11110344.pdf?se
P. 2005. Prevalence and An Analysis of Noise-
quence=1.
Induced Hearing Loss in Army Helicopter Pilots
Tsan-Ju C., Chiang H., Chen S. 1992. Effects o Aircraft
and Aircraft Mechanics. Journal of The Medical
Noise on Hearing and Auditory Pathway Function of
Association of Thailand. Diakses dari
Airport Employees. Journal of Occupational
http://oem.bmj.com/content/oemed/58/12/769.fu
Medicine. Diakses dari:
ll.pdf.
http://journals.lww.com/joem/Abstract/1992/060
Kemen LH. 1996. Keputusan Menteri Negara Lingkungan
00/Effects_of_Aircraft_Noise_on_Hearing_and_
Hidup Nomor KEP-48/MENLH/11/1996 Tentang
Auditory.16.aspx.
Baku Tingat Kebisingan. Jakarta.
United State Department of Labor OSHA. OSHA
Kemen LH. 2011. Pengkajian Kebisingan Di Sekitar
Technical Manual (Noise). 2017. Diakses dari:
Bandara di Beberapa Kota Besar di Indonesia
https://www.osha.gov/dts/osta/otm/new_noise/in
(Airport Noise). Pusat Sarana Pengendalian Dampak
dex.pdf.

68

Anda mungkin juga menyukai