2017
http://repositori.usu.ac.id/handle/123456789/16617
Downloaded from Repositori Institusi USU, Univsersitas Sumatera Utara
BEBERAPA FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN STRES
KERJA PADA POLISI BAGIAN RESERSE KRIMINAL UMUM
POLDA ACEH DI BANDA ACEH TAHUN 2016
SKRIPSI
OLEH
DIMAS DAVIARI SURYANINGRAT
NIM : 131000660
OLEH :
DIMAS DAVIARI SURYANINGRAT
NIM : 131000660
Medan,Februari 2017
Para penyidik di Polda Aceh bisa bekerja selama 12 jam dalam sehari, dan
tidak jarang ada juga tekanan dari pihak saksi atau tersangka yang tidak puas terhadap
penyidikan polisi dan tekanan dari atasan.Penelitian ini dilakukan di Banda Aceh
pada polisi bagian Reskrim Umum. Bertujuan untuk mengetahui faktor apa saja yang
berhubungan dengan stres kerja pada polisi bagian Reskrim Umum Polda Aceh di
Banda Aceh tahun 2016.
Penelitian ini merupakan penelitian analitik dengan rancangan cross sectional.
Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara langsung dengan membagikan
kuesioner terhadap 37 polisi bagian Reskrim Umum. Analisis data dilakukan secara
univariat dan bivariat, menggunakan uji kolmogorov-smirnov.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat enam faktor yang
berhubungan dengan stres kerja dengan nilai p < 0,05 ; yaitu faktor intrinsik
pekerjaan, faktor peran individu dalam organisasi kerja, faktor hubungan kerja, faktor
struktur organisasi, faktor suasana kerja, dan faktor luar pekerjaan. Sementara
terdapat satu faktor yang tidak memiliki hubungan dengan stres kerja dengan nilai p >
0,05; yaitu faktor pengembangan karir.
Berdasarkan hasil penelitian diharapkan bagi pihak Direktur Reskrim Umum
untuk mengontrol jam kerja polisi Reskrim Umum yang panjang ketika
menyelesaikan kasus dengan tidak lembur setiap hari, untuk mengatasi stres kerja
pada polisi bagian Reskrim Umum diharapkan bagi pihak Direktur Reskrim Umum
untuk dapat menjalankan kembali konsultasi agar polisi dapat menceritakan masalah
yang mengganggu pikirannya sehingga bisa dicarikan jalan keluarnya, agar anggota
polisi bagian Reskrim Umum lebih merasa diperhatikan dan dihargai oleh atasan
maupun instansi disarankan bagi pihak Direktur Reskrim Umum untuk dapat
melakukan pendekatan kepada anggota polisi, dan diharapkan kepada anggota polisi
untuk selalu menjaga hubungan yang baik dengan antar polisi sehingga rasa nyaman
dapat tercipta di tempat kerja.
Kata Kunci: Stres Kerja, Faktor-faktor Stres Kerja, Polisi bagian Reskrim
Umum Polda Aceh.
iii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
ABSTRACT
The investigator at Polda Aceh can work about 12 hours a day, and seldom
there were pressures from the victims that didn’t satisfied with the investigation and
also pressure from the head office. This research was at Banda Aceh to police in
police’s common criminal division. That aims to know what factors that related with
job stress on police of common criminal division at Banda Aceh year 2016.
The research was an analiticsurvey with cross sectional design. Data
collection was done with direct interview with sharing the quetionnaire to 37 police
in common criminal division. Data was analysedwith univariate and bivariate, with
kolmogorov-smirnov test.
The result of research found that there were six factors had related with job
stress, p value < 0,05 ; intrinsic job factor, the role of individual in the job
organization factor, job atmosphere factor, and outside job factor. And there was one
factor had didn’t related with job stress, p value > 0,05 is career development factor.
Based on the result of the research are expected the Directorof common
criminal to control the common criminal’s job hours every day, to resolve job stress
on the common criminal’s police expect the Director of common criminal to do
consultation again so that police can share their problem that disturb their mind and
can find the solution of their problem, in order to the common criminal’s police
members are feeling payed by the head office or the institution I recommend to the
Director of common criminal to approach to the police member, and expect the
police member must always keep the good relation between division so that can
create feeling comfortable in the office.
Key Words: Job Stress, The Factors of Job Stress, Police in Common Criminal
Division Polda Aceh.
iv
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan
menyelesaikan penulisan skripsi ini, yang merupakan salah satu syarat untuk
yang Berhubungan dengan Stres Kerja pada Polisi bagian Reserse Kriminal
skripsi ini. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih banyak
masukan serta saran yang bersifat membangun di masa yang akan datang.
dan motivasi dari berbagai pihak, untuk itu penulis mengucapkan terimakasih
Sumatera Utara.
Masyarakat
3. Dr. Ir. Gerry Silaban, M. Kes selaku Ketua Departemen Keselamatan dan
Utara.
skripsi.
terima kasih atas bimbingan dan dukungan Ibu kepada penulis selama
penulisan skripsi.
6. Ir. Kalsum, M. Kes, sebagai Dosen Penguji I, terima kasih atas bimbingan
terima kasih atas bimbingan dan dukungan Ibu kepada penulis selama
penulisan skripsi.
USU.
USU
10. Kepada kedua orang tua tercinta, yang telah memberikan perhatian dan
11. Kepada adik tersayang, yang telah memberikan semangat kepada penulis.
serta dukungan.
13. Kepada sahabat Adryana Cinta, Ari Tia Vialdo, Calvin Lukas Sentosa,
vi
14. Kepada seluruh sahabat yang telah memberi dukungan dan motivasi, yang
vii
Agama : Islam
viii
Halaman
Halaman Pengesahan ................................................................................... ii
Abstrak ......................................................................................................... iii
Abstract ......................................................................................................... iv
Kata Pengantar ............................................................................................ v
Daftar Isi ....................................................................................................... vi
Daftar Tabel ................................................................................................. ix
Daftar Lampiran .......................................................................................... xi
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ............................................................................... 1
1.2 Permasalahan Penelitian ................................................................. 7
1.3 Tujuan Penelitian ........................................................................... 7
1.3.1 Tujuan Umum ....................................................................... 7
1.3.2 Tujuan Khusus ...................................................................... 8
1.4 Manfaat Penelitian ......................................................................... 8
vi
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
3.4 Definisi Operasional ...................................................................... 35
3.5 Metode Pengukuran ....................................................................... 37
3.6 Pengolahan Data ............................................................................ 39
3.7 Analisis Data .................................................................................. 39
3.7.1 Analisis Univariat .................................................................. 39
3.7.2 Analisis Bivariat .................................................................... 39
BAB V PEMBAHASAN
5.1 Analisis Univariat ........................................................................... 60
5.1.1 Karakteristik Responden ........................................................ 60
5.1.2 Faktor yang Berhubungan dengan Stres Kerja pada Polisi ...... 63
5.1.3 Gambaran Tingkat Stres Kerja pada Polisi bagian Reskrim
Umum Polda Aceh ................................................................. 63
5.2 Analisis Bivariat ............................................................................. 64
vii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
5.2.1 Hubungan Faktor Intrinsik dengan Tingkat Stres Kerja .......... 64
5.2.2 Hubungan Faktor Peran Individu dalam Organisasi Kerja
dengan Tingkat Stres Kerja .................................................... 66
5.2.3 Hubungan Faktor Hubungan Kerja dengan Tingkat Stres
Kerja ...................................................................................... 67
5.2.4 Hubungan Faktor Pengembangan Karir dengan Tingkat
Stres Kerja ............................................................................. 69
5.2.5 Hubungan Faktor Struktur Organisasi dengan Tingkat Stres
Kerja ...................................................................................... 70
5.2.6 Hubungan Faktor Suasana Kerja dengan Tingkat Stres
Kerja ...................................................................................... 71
5.2.7 Hubungan Faktor Luar Pekerjaan dengan Tingkat Stres
Kerja ...................................................................................... 72
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
viii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 Data Karakteristik Umum Polisi Reskrim Umum Polda Aceh
Tahun 2016 .................................................................................... 43
Tabel 4.10 Hasil Uji kolmogorov-smirnov Faktor Suasana Kerja pada Polisi
bagian Reskrim Umum Polda Aceh di Banda Aceh Tahun 2016 .. 57
ix
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Tabel 4.11 Hasil Uji kolmogorov-smirnov Faktor Luar Pekerjaan pada
Polisi bagian Reskrim Umum Polda Aceh di Banda Aceh
Tahun 2016 ................................................................................. 58
x
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
DAFTAR LAMPIRAN
xi
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
BAB I
PENDAHULUAN
tanggapan atau proses internal atau eksternal yang mencapai tingkat ketegangan
fisik dan psikologis sampai pada batas atau melebihi batas kemampuan subyek
(Waluyo, 2009). Stres kerja merupakan umpan balik atas diri karyawan secara
kerja juga dapat didefinisikan sebagai suatu kondisi dari hasil penghayatan
subjektif individu dan lingkungan kerja yang dapat mengancam dan memberi
tuntutan psikologis atau fisik yang berlebihan pada seseorang. Stres kerja adalah
kerja merupakan perwujudan dari kekaburan peran, konflik peran, dan beban kerja
adalah alat negara untuk menegakkan hukum yang bertugas untuk memelihara
ada yang membawah pada Departemen Dalam Negeri, ada yang membawah pada
lalu menentukan bentuk struktur, tata cara kerja, kinerja, maupun fungsi dan
prosedurnya, selalu dimaksudkan sebagai arah dan aturan permainan (rules of the
perubahan itu memang bertujuan untuk mencapai efektivitas dan efisiensi optimal
Berdasarkan Utami (2014) reskrim adalah satuan fungsi teknis Polri yang
bertugas melaksanakan penegakan hukum dan berbeda dengan bagian Polri lain
Penyidikan. Reskrim pun memiliki dua bagian yaitu kriminal umum (krimum)
kekerasan dalam rumah tangga dan lainnya serta untuk kasus kriminal khusus
lainnya dimana polisi Reskrim sendiri harus mengalami kejahatan yang tidak
untuk bagian polisi lainnya seperti Sabhara, mereka dihadapkan dengan pelaku
anarki yang aksinya jelas terlihat. Aktivitas kerja polisi Reskrim yang sehari-hari
penyelesaian kasus kriminal sangat berpeluang terhadap stress. Sifat kerja polisi
Reskrim yang membutuhkan daya reaksi cepat, hati-hati, cermat dan teliti dalam
penyelidik untuk mencari suatu peristiwa yang diduga tindak pidana untuk
cara yang diatur dalam undang-undang serta mengumpulkan bukti yang dengan
bukti itu berguna untuk membuat jelas tindak pidana yg terjadi dan menemukan
2).
tersebut. Hal ini seperti yang tertuang dalam Undang-Undang nomor 8 tahun 1981
KUHP Pasal 5 ayat 1(a) dan pasal 7 ayat 1(a) yaitu penyelidikan adalah menerima
laporan atau pengaduan seseorang tentang tindak pidana, mencari keterangan atau
bukti menyuruh berhenti seseorang serta menanyakan tanda pengenal dan lain
jam, mereka harus selalu siap siaga apabila sewaktu-waktu dibutuhkan. Anggota
Reskrim Polri dalam melaksanakan tugasnya harus siap dengan aktivitas fisik
tugas anggota Reskrim ini bukan hanya tugas dari luar kantor seperti penyidikan
terhadap kasus yang terjadi di masyarakat, namun juga tugas di dalam kantor
saat ini. Penyelesaian tugas-tugas ini sudah menjadi kewajiban anggota Reskrim
Polri, namun tidak jarang kewajiban yang harus dilaksanakan ini menimbulkan
konflik di kalangan anggota Reskrim. Konflik ini dapat terjadi dengan sesama
anggota Reskrim maupun dengan atasan. Konflik kerja ini dapat menimbulkan
merupakan penyebab stres kerja pada Polisi. Hasil riset Mabes Polri yang
menyebutkan 80% anggota polisi Reserse Kriminal mengalami stres akibat beban
atau tekanan kerja. Berdasarkan penelitian dengan jumlah sampel yaitu seluruh
anggota polisi satuan reserse kriminal Polres Blora yang berjumlah 34 orang
dengan hasil sebagian anggota polisi satuan reserse kriminal Polres Blora
mengalami stres sangat rendah sebanyak 9 orang atau sebesar 26,5%, stres tingkat
rendah sebanyak 10 orang atau sebesar 29,4%, stres tingkat sedang sebanyak 5
orang atau sebesar 14,7%, stres tingkat tinggi sebanyak 8 orang atau sebesar
23,5%, dan stres sangat tinggi sebanyak 2 orang atau sebesar 5,9%.
proses kerja pada bagian Reskrim Umum adalah dengan melakukan penyidikan
terhadap kasus yang dilaporkan ke Polda Aceh, lalu penyidik Reskrim Umum
langsung mencatat semua kesaksian dari saksi, tersangka yang dilaporkan, dan
membuat surat yang akan diberikan ke pengadilan untuk disidang. Namun, setiap
penyidik tidak ditetapkan beban kasus per orangnya. Penyelesaian satu buah
penyelesaian kasus tersebut, adapun kendala yang dialami oleh penyidik dalam
menyelesaikannya, diantaranya alamat saksi yang tidak jelas, tersangka yang tidak
diketahui tempat tinggalnya, korban yang tidak mau datang ke Polda, hingga bukti
yang belum jelas. Dalam pemecahan suatu perkara, para penyidik di Polda Aceh
bisa bekerja selama 12 jam dalam sehari. Tidak jarang ada juga tekanan dari pihak
saksi atau tersangka yang tidak puas terhadap penyidikan polisi dan tekanan dari
atasan. Hal ini menjadi salah satu faktor penyebab terjadinya kejenuhan dan
beberapa faktor yang berhubungan dengan stres kerja pada polisi di bagian
Reskrim Umum di Polda Aceh belum pernah dilakukan, maka penulis ingin
meneliti mengenai beberapa faktor yang berhubungan dengan stres kerja pada
Belum diketahuinya faktor apa saja yang berhubungan dengan stres kerja
pada polisi bagian Reskrim Umum yang menjadi dasar bagi peneliti untuk
mengetahui beberapa faktor yang berhubungan dengan stres kerja pada polisi
faktor yang berhubungan dengan stres kerja pada Polisi bagian Reskrimum Polda
3. Untuk mengetahui tingkat stres yang paling tinggi pada Polisi bagian
kerja pada Polisi bagian Reskrim Umum Polda Aceh di Banda Aceh.
sejenis.
TINJAUAN PUSTAKA
Berdasarkan Tarwaka (2015), stres adalah segala rangsangan atau aksi dari
tubuh manusia baik yang berasal dari luar maupun dari dalam tubuh itu sendiri
reaksi negatif manusia akibat adanya tekanan yang berlebihan atau jenis tuntutan
menyebabkan berbagai bentuk penyakit baik penyakit secara fisik maupun mental
akan menjalani ujian berat. Respon tubuh (strain) yang dialami dapat
stres itu sendiri) dan respon fisiologis (jantung berdebar, perut mulas-
strain dengan reaksi stres yang berbeda pada stresor yang sama.
internal, yang bisa disebabkan oleh tuntutan fisik (badan), atau lingkungan, dan
situasi sosial, yang berpotensi merusak dan tidak terkontrol. Stres adalah segala
rangsangan atau aksi dari tubuh manusia baik yang berasal dari luar maupun dari
dalam tubuh itu sendiri yang dapat menimbulkan bermacam-macam dampak yang
atau proses internal atau eksternal yang mencapai tingkat ketegangan fisik dan
psikologis sampai pada batas atau melebihi batas kemampuan subyek. Stres
sangat bersifat individual dan pada dasarnya bersifat merusak bila tidak ada
keseimbangan antara daya tahan mental individu dengan beban yang dirasakannya
(Waluyo, 2009).
(Tarwaka, 2015). Stres kerja dapat diartikan sebagai sumber atau stressor kerja
karyawan sebagai suatu tuntutan dan dapat menimbulkan stres kerja (Waluyo,
2009).
individu tersebut, maka dikatakan individu itu mengalami stres kerja. Stres kerja
juga didefinisikan sebagai respon baik secara fisik maupun emosional yang
berbahaya yang muncul atau terjadi ketika tuntutan pekerjaan tidak sesuai dengan
Stres kerja adalah respon emosional dan fisik yang bersifat menggangu
atau merugikan yang terjadi pada saat tuntutan tugas tidak sesuai dengan
kemampuan, sumber daya, atau keinginan pekerja. Stres kerja dapat memicu
berakibat pada menurunnya produktivitas tenaga kerja (Fitri, 2013). Stres kerja
adalah respon emosional dan fisik yang bersifat mengganggu atau merugikan
yang terjadi pada saat tuntutan tugas tidak sesuai dengan kapabilitas, sumber
keadaan yang buruk pada mental. Faktor tersebut meliputi keadaan fisik
lingkungan kerja yang tidak nyaman (bising, berdebu, bau, suhu panas dan
lembab, dll), stasiun kerja yang tidak ergonomis, kerja shift, jam kerja
yang panjang, perjalanan ke dan dari tempat kerja yang semakin macet,
Beban tugas yang bersifat mental dan tanggung jawab dari suatu
kerja fisik. Dalam suatu penelitian tentang stres akibat kerja menemukan
stres.
berkaitan dengan hubungan yang relatif tetap diantara berbagai tugas yang
tujuan, strategi, dan teknologi desain pekerjaan dan sumber daya manusia.
persaingan beberapa pihak menginginkan hal yang sama tetapi hanya satu
dua orang dapat mengakibatkan reaksi yang berbeda satu dengan yang
berbagai alasan dan penyebab yang tidak pasti. Salah satu contoh kasus
kerja atau pensiun muda dan pencari kerja kehilangan lowongan pekerjaan.
ditandai dengan :
keterampilan teknis).
individu pekerja).
yang lebih parah, baik bagi kepentingan organisasi maupun kepentingan individu
karyawan.
1. Reaksi Psikologis
2. Respon Sosial
sebagai jawaban atas terjadinya stres. Adapun sistem di dalam tubuh yang
4. Respon Individu
yaitu :
a. Reaksi Emosional
dimana sering kita lihat orang tersebut mudah marah, emosi yang tidak
iritabilitas, dll.
c. Perubahan Fisiologis
kardiovaskuler, dll.
life event scale. Teknik ini mengukur stres dengan cara mengobservasi
b. Physiological Measure
yang terjadi pada kondisi fisik seseorang, seperti perubahan tekanan darah,
ketegangan otot bahu, leher, dan pundak. Cara ini dianggap memiliki
reliabilitas paling tinggi akan tetapi sebenarnya tergantung pada alat yang
c. Biochemical Measure
kopi. Hal ini dikarenakan kandungan dalam rokok, alkohol, dan kopi dapat
Dari ketiga cara di atas, pengukuran life event scale paling sering
yang mudah serta biaya yang relatif murah meskipun tidak dapat dihindari
Kerja
Stres akibat kerja yang tidak ditangani dengan baik telah banyak
Pada langkah kedua, tim kerja yang telah dibentuk harus mengkaji
program, yaitu :
akibat kerja.
produktivitas kerja.
Program
langkah rencana organisasi yang dibuat untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan, yaitu :
akibat kerja.
e. Manajemen proyek.
informasi tentang stres kerja di tempat kerja, yang dapat dilakukan antara
lain :
akibat kerja.
mengalami stres.
c. Pemaparan (exposured)
antara lain :
organisasi kerja
Risiko
bagaimana cara untuk mengurangi atau meminimalisir stres akibat kerja, sebagai
berikut :
ringan.
keahlian.
kerja yang satu dengan yang lain, tenaga kerja dan supervisor yang
baik dan sehat dalam organisasi akan membuat situasi yang nyaman.
Republik Indonesia yang selanjutnya disingkat POLRI adalah alat negara yang
b. Menegakkan hukum.
masyarakat.
tugas pokok pada tingkat Polda yang berada di bawah Kapolda. Ditreskrimum
menyelenggarakan fungsi :
perundang-undangan.
umum.
lingkungan Polda.
keuangan.
berkas perkara yang telah selesai diproses dan bahan literatur yang
terkait.
fungsi :
Ditreskrimum.
kewilayahan.
menyelenggaralan fungsi :
masyarakat.
pidana.
umum.
METODE PENELITIAN
Jenis penelitian ini adalah penelitian survei yang bersifat analitik untuk
mengetahui beberapa faktor yang berhubungan dengan stres kerja pada polisi
bagian Reserse Kriminal Umum Polda Aceh di Banda Aceh dengan desain cross
sectional.
dan waktu penelitian dilaksanakan pada bulan November 2016s/d Februari 2017.
3.2.1 Populasi
3.2.2 Sampel
yaitu digunakan bila proporsi mempunyai anggota atau unsur yang tidak homogen
Lemeshow yaitu :
32
(1 − )+ (1 − )
=
( − )
1,96√0,09 + 1,282√0,20
=
(0,19)
(0,585 + 0,573)
=
0,0361
= 37,14
= 37
Dimana :
= 37
= ×
Dimana :
= ℎ
= ℎ
= ℎ ℎ
= ℎ ℎ
Data yang dikumpulkan terdiri dari data primer dan data sekunder :
2. Data sekunder yaitu data yang mencakup tentang tugas pokok dan
Reskrim Umum yang didapat dari bagian administrasi Polda Aceh dan
data yang diperoleh dari buku-buku dan jurnal serta literatur yang
faktor yang dapat menimbulkan stres kerja pada polisi bagian Reskrim
3. Faktor intrinsik stres kerja adalah faktor yang muncul dari keadaan
dan aturan yang ada di organisasi Polri khususnya pada bagian reserse
kriminal umum Polda Aceh, seperti jam kerja yang panjang dan
pembebanan berlebih.
mutasi jabatan yang ada di organisasi Polri adalah sebagai salah satu
yang ada.
lingkungan kerja polisi seperti, bising, bau atau suhu panas dan
9. Faktor dari luar pekerjaan adalah faktor yang muncul dari lingkungan
ditetapkan sesuai dengan metode self report measure yang dapat untuk
adalah sebesar 35 (tingkat risiko stres sangat tinggi) dan skor individu
tertinggi adalah 175 (tingkat stres rendah atau tidak ada indikasi stres).
Skor kuesioner mulai dari Tidak Pernah, Jarang, Agak Sering, Sering,
per minggu mulai dari 0 (nol) sampai dengan 7 untuk menjelaskan tingkat
perbedaan dari skor tersebut. Tidak pernah (0), Jarang (1 – 2 kali dalam
Untuk menghasilkan informasi yang benar, maka data yang telah diperoleh
1. Editing
2. Coding
3. Tabulating
4. Cleaning
Data yang telah terkumpul diolah secara manual yaitu data karakteristik
polisi yang terdiri dari jenis kelamin, usia, lama kerja, dan waktu kerja disajikan
secara deskriptif dalam bentuk tabel serta membuat tabulasi silang mengenai
Data yang telah terkumpul diolah dan hasilnya disajikan secara analitik
dalam bentuk tabel dan grafik untuk mengetahui beberapa faktor yang
berhubungan dengan stres kerja secara tabulasi silang. Setelah itu, hasil dari tabel
dibahas secara analitik dengan hasil hitung statistika melalui uji kolmogorov-
HASIL PENELITIAN
Jeulingke Syah Kuala Banda Aceh. Polisi di bagian Reskrim Umum Polda aceh
bekerja dimulai dengan upacara pagi pada pukul 08.00 WIB dan diakhiri dengan
upacara sore pukul 16.00 WIB. Waktu istirahat di Polda Aceh adalah mulai pukul
12.30 WIB sampai pukul 13.30 WIB. Polisi di bagian Reskrim Umum Polda Aceh
dapat bekerja lebih dari 8 jam kerja apabila satu kasus yang ditangani dalam satu
menyelesaikan kasus tersebut sehingga tidak melebihi batas waktu yang diberikan
Umum langsung mencatat semua kesaksian dari saksi, tersangka yang dilaporkan,
dan mencari kebenaran dari kesaksian yang diberikan saksi maupun korban yang
melapor ke Polda Aceh. Jika kesaksian terbukti, polisi langsung membuat surat
polisi dengan pembagian delapan divisi, satu orang Direktur, dan satu orang
40
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
41
Keamanan Negara 17 polisi, Divisi Harta Benda 15 polisi, Divisi Kejahatan dan
4.1.1.1 Visi
masyarakat serta penegak hukum yang jujur, benar, adil, transparan dan akuntabel
4.1.1.2 Misi
responden yang terdiri dari jenis kelamin, usia, waktu kerja, dan lama kerja. Polisi
yang menjadi responden yaitu 37 polisi yang diambil dari 7 divisi yang berbeda.
Tabel 4.1 Data Karakteristik Umum Polisi Reskrim Umum Polda Aceh
Tahun 2016
Karakteristik Umum n (Polisi) %
Jenis Kelamin
Laki-laki 32 86.5
Perempuan 5 13.5
Jumlah 37 100.0
Usia
20 – 30 tahun 16 43.2
31 – 40 tahun 16 43.2
41 – 50 tahun 3 8.1
≥ 51 tahun 2 5.4
Jumlah 37 100.0
Waktu Kerja
MS NAB ≤ 8 jam 10 27.0
TMS NAB ˃ 8 jam 27 73.0
Jumlah 37 100.0
Lama Kerja
< 2 Tahun 6 16.2
3 – 4 Tahun 15 40.5
> 5 Tahun 16 43.2
Jumlah 37 100.0
berdasarkan jenis kelamin yaitu pada umumnya polisi berjenis kelamin laki-laki
polisi (13,5%). Hal ini menunjukkan bahwa laki-laki lebih diutamakan dalam
penanganan kasus yang identik dengan mendapatkan tekanan dari pihak korban
maupun tersangka.
polisi (8,1%), dan polisi yang berusia ≥ 51 tahun sebanyak 2 polisi (5,4%). Hal ini
polisi yang bekerja tidak memenuhi syarat NAB > 8 jam yaitu sebanyak 27 polisi
(73%), dibandingkan dengan yang bekerja dengan memenuhi syarat NAB ≤ 8 jam
sebanyak 10 polisi (27%). Hal ini menunjukkan bahwa polisi bagian Reskrim
Umum Polda Aceh sering bekerja melebihi NAB (Nilai Ambang Batas) yaitu > 8
yang bekerja > 5 tahun yaitu sebanyak 16 polisi (43,2%), dibandingkan dengan
yang bekerja dengan lama kerja 3 – 4 tahun sebanyak 15 polisi (40,5%), dan yang
bekerja dengan lama kerja < 2 tahun sebanyak 6 polisi (16,2%). Hal ini
menunjukkan bahwa apabila lama kerja polisi semakin tinggi, maka semakin
banyak pula pengalaman yang didapat dalam pemecahan kasus. Pengalaman kerja
pekerjaannya.
Pekerjaan meliputi keadaan fisik lingkungan kerja yang tidak nyaman, stasiun
kerja yang tidak ergonomis, jam kerja yang panjang, dan pekerjan berisiko tinggi;
Faktor Peran Individu dalam Organisasi Kerja meliputi beban tugas dan tanggung
jawab yang tinggi menjadi beban secara psikologis bagi seorang pekerja; Faktor
menjadi faktor yang membuat timbulnya rasa tidak nyaman pada pekerja; Faktor
mutasi kerja menjadi faktor yang membuat rasa tidak aman pada pekerja; Faktor
Struktur Organisasi meliputi konflik yang terjadi antar pekerja, perubahan dan
penempatan pekerja yang tidak tepat dapat menimbulkan stres pada pekerja;
Faktor Suasana Kerja meliputi kurangnya pendekatan yang dilakukan atasan dan
konsultasi yang tidak efektif; dan Faktor Luar Pekerjaan meliputi perselisihan
antar anggota keluarga dan lingkungan kerja dapat menimbulkan stres pada
pekerja.
diantaranya; faktor intrinsik pekerjaan mancakup pertanyaan nomor (2, 9, 10, 18,
30), faktor peran individu dalam organisasi kerja mencakup pertanyaan nomor (4,
6, 11, 12, 20), faktor hubungan kerja mencakup pertanyaan nomor (7, 24, 27, 31,
33), faktor pengembangan karir mencakup pertanyaan nomor (1, 8, 16, 19, 22),
faktor struktur organisasi mencakup pertanyaan nomor (13, 17, 28, 32, 35), faktor
suasana kerja mencakup pertanyaan nomor (15, 23, 25, 26, 29), dan faktor dari
HSE (2003) dengan 5 skala likert dai 35 daftar pertanyaan. Setiap faktor memiliki
negatif. Dalam penetapan skor dari setiap faktor untuk menyatakan ada atau tidak
pertanyaan setiap faktor dengan penetapannya yaitu > 13 ada faktor dan < 13
tidak ada faktor. Adapun hasil tersebut dapat dilihat dalam tabel 4.2 berikut :
pada polisi bagian Reskrim Umum Polda Aceh bahwa sebagian besar polisi
yaitu sebanyak 10 polisi (27.0%). Hal ini disebabkan oleh jam kerja yang panjang
pada bagian Reskrim Umum Polda Aceh ketika polisi melakukan penyidikan dan
penyelidikan.
kerja yaitu sebanyak 23 polisi (62,2%), dibandingkan dengan polisi yang tidak
mempunyai faktor peran individu dalam organisasi kerja yaitu sebanyak 14 polisi
(37,8%). Hal ini disebabkan oleh beban tugas dan tanggung jawab yang tinggi
polisi bagian Reskrim Umum Polda Aceh untuk menyelesaikan penyidikan dan
hubungan kerja yaitu sebanyak 12 polisi (32,4%). Hal ini disebabkan oleh adanya
konflik-konflik kecil yang terjadi di divisi bagian Reskrim Umum Polda Aceh
pengembangan karir yaitu sebanyak 11 polisi (29,7%). Hal ini disebabkan oleh
masih banyak anggota polisi bagian Reskrim Umum yang belum ikut sekolah
faktor struktur organisasi yaitu sebanyak 17 polisi (45,9%). Hal ini disebabkan
oleh kepala divisi bagian Reskrim Umum baru diganti sehingga cara dan tuntutan
Lebih banyak polisi yang mempunyai faktor suasana kerja yaitu sebanyak
suasana kerja yaitu sebanyak 17 polisi (45,9%). Hal ini disebabkan oleh
konsultasi yang dilakukan oleh polisi bagian Reskrim Umum kepada sesama
rekan kerja kurang efektif sehingga menjadi faktor penyebab terjadinya stres.
Lebih banyak polisi yang mempunyai faktor luar pekerjaan yaitu sebanyak
20 polisi (54,1%), dibandingkan dengan polisi yang tidak mempunyai faktor luar
pekerjaan yaitu sebanyak 17 polisi (45,9%). Hal ini disebabkan oleh hubungan
dengan rekan atau dengan lingkungan luar kantor yang tidak baik mengakibatkan
Pengukuran stres kerja dalam hal ini dilakukan dengan wawancara melalui
kuesioner yang diambil dari HSE dalam Tarwaka (2015). Penggolongan skor
dalam kuesioner tersebut mulai dari Tidak Pernah, Jarang, Agak Sering, Sering,
dan Selalu dan dijelaskan menggunakan nominal atau menunjukkan frekuensi per
minggu mulai dari 0 (nol) sampai dengan 7 untuk menjelaskan tingkat perbedaan
dari skor tersebut. Tidak pernah (0), Jarang (1 – 2 kali dalam seminggu), Agak
tingkatan stres, yaitu; Tingkat Stres Rendah (140 – 175), Tingkat Stres Sedang
(105 – 139), Tingkat Stres Tinggi (70 – 104), dan Tingkat Stres Sangat Tinggi (35
– 69).
tingkatan stres rendah dikarenakan satu hari sebelum dilakukan pengambilan data
sebagian besar polisi bagian Reskrim Umum bekerja lembur untuk menyelesaikan
menjadi hanya tiga kategori saja, yaitu; Tingkat Stres Sedang, Tingkat Stres
Tinggi, dan Tingkat Stres Sangat Tinggi. Pengkategorian tersebut bertujuan agar
Tabel 4.3 Distribusi Polisi yang Mengalami Stres Kerja berdasarkan Tingkat
Stres Kerja di Reskrim Umum Polda Aceh Tahun 2016
Tingkat Stres berdasarkan Skor n %
Tingkat Stres Sedang 10 27.0
Tingkat Stres Tinggi 18 48.6
Tingkat Stres Sangat Tinggi 9 24.3
Total 37 100.0
Keterangan :
1. Tingkat stres sedang : skor 105 – 139
2. Tingkat stres tinggi : skor 70 – 104
3. Tingkat stres sangat tinggi : skor 35 – 69
Berdasarkan Tabel 4.3 di atas, didapat bahwa lebih banyak polisi yang
mengalami stres dengan tingkat stres Tinggi yaitu sebanyak 18 polisi (48,6%)
dengan range skor 70 – 104, dibandingkan dengan jumlah polisi yang mengalami
stres dengan tingkat stres sedang yaitu sebanyak 10 polisi (27,0%) dengan range
skor 35 – 69 dan stres dengan tingkat stres sangat tinggi yaitu sebanyak 9 polisi
(24,3%) dengan range skor 105 – 175. Hal ini disebabkan oleh jam kerja yang
panjang polisi bagian Reskrim Umum Polda Aceh ketika melakukan penyidikan
dan penyelidikan; beban tugas dan tanggung jawab yang tinggi dalam
Reskrim Umum Polda Aceh; adanya tekanan dari atasan, pelapor, maupun
terlapor dalam penyelesaian suatu kasus; promosi jabatan yang belum berjalan
dengan baik, dikarenakan anggota polisi yang belum lulus untuk mengikuti
pelatihan promosi jabatan; dan konsultasi yang kurang efektif kepada sesama
rekan kerja kurang efektif sehingga menjadi faktor penyebab terjadinya stres. Hal
ini juga dapat dilihat jumlah yang mengalami stres kerja berdasarkan tabulasi
silang antara karakteristik polisi dengan tingkat stres kerja untuk melihat jumlah
berdasarkan jenis kelamin yaitu lebih banyak polisi berjenis kelamin laki-laki
mengalami stres kerja dengan tingkat stres tinggi yaitu sebanyak 14 polisi
tahun lebih banyak polisi yang mengalami stres kerja dengan tingkat stres tinggi
yaitu sebanyak 8 polisi (50,0%). Hal yang sama juga terjadi pada polisi yang
berusia 31 – 40 tahun lebih banyak polisi yang mengalami stres kerja dengan
bekerja selama > 8 jam lebih banyak yang mengalami stres dengan tingkat stres
tinggi yaitu sebanyak 13 polisi (48,1%). Hal yang sama juga terjadi pada polisi
yang bekerja selama ≤ 8 jam lebih banyak polisi yang mengalami stres dengan
berdasarkan lama kerja didapat bahwa polisi yang sudah bekerja > 5 tahun lebih
banyak yang mengalami stres dengan tingkat stres tinggi yaitu sebanyak 9 polisi
(56,2%). Pada polisi yang sudah bekerja selama 3 – 4 tahun lebih banyak yang
mengalami stres dengan tingkat stres sangat tinggi yaitu sebanyak 7 polisi
(46,7%).
Umum Polda Aceh, selanjutnya dilakukan uji chi-square untuk melihat apakah
beberapa faktor yang berhubungan dengan stres kerja pada polisi Bagian Reskrim
Umum Polda Aceh di Banda Aceh tahun 2016. Syarat menggunakan uji chi-
expected dari setiap cell harus lebih dari 5. Jika tidak memenuhi syarat tersebut,
maka dilakukan dengan uji fisher apabila tabel mempunyai baris x kolom (b x k)
hal ini penulis menggunakan uji kolmogorov-smirnov karena jenis tabel peneliti (b
x k) adalah 2 x 3 dan masih ada dari tiap cell yang mempunyai nilai expected < 5.
Tingkat Stres Kerja pada Polisi bagian Reskrim Umum Polda Aceh di
polisi yang memiliki tingkat stres tinggi yaitu sebanyak 15 polisi (55,6%),
dibandingkan dengan polisi yang memiliki tingkat stres sangat tinggi sebanyak 9
polisi (33,3%) dan yang memiliki tingkat stres sedang sebanyak 3 polisi (11,1%).
Sedangkan lebih banyak polisi yang tidak memiliki faktor intrinsik pekerjaan
dengan tingkat stres sedang yaitu sebanyak 7 polisi (70,0%) dibandingkan dengan
tingkat stres tinggi sebanyak 3 polisi (30,0%). Pada hasil uji tersebut diketahui
bahwa faktor intrinsik pekerjaan memiliki hubungan dengan tingkat stres kerja,
Hal ini sesuai dengan kondisi di lapangan dimana polisi bagin Reskrim
Umum Polda Aceh dalam bekerja untuk menyelesaikan kasus membutuhkan jam
kerja yang panjang atau melebihi Nilai Ambang Batas (NAB > 8 jam) dimana
dengan kondisi seperti ini dapat menyebabkan polisi menjadi stres karena jam
kerja yang panjang tersebut. Dan juga sesuai dengan penelitian dari Aulya (2013)
bermakna dengan stres kerja dengan nilai p = 0,030 dan penelitian Rivai (2014)
polisi yang memiliki tingkat stres tinggi yaitu sebanyak 13 polisi (56,5%)
dibandingkan dengan yang memiliki tingkat stres sangat tinggi sebanyak 9 polisi
(39,1%) dan yang memiliki tingkat stres sedang sebanyak 1 polisi (4,3%).
Sedangkan polisi yang tidak memiliki faktor peran individu dalam organisasi
kerja dengan tingkat stres sedang sebanyak 9 polisi (64,3%) dan dengan tingkat
stres tinggi sebanyak 5 polisi (35,7%). Pada hasil uji tersebut diketahui bahwa
faktor peran individu dalam organisasi kerja memiliki hubungan dengan tingkat
Hal ini sesuai dengan kondisi di lapangan dimana polisi bagian Reskrim
Umum Polda Aceh mendapatkan beban tugas untuk menyelesaikan kasus yang
tidak tentu besar dan beratnya, memiliki tanggung jawab yang tinggi untuk
menyelesaikan kasus tersebut, serta adanya beban psikologis yang dirasakan polisi
bagian Reskrim Umum Polda Aceh dalam pemberian saran dan keputusan juga
menjadi faktor timbulnya stres kerja. Beban kassus tersebut dan tanggung jawab
Tingkat Stres Kerja pada Polisi bagian Reskrim Umum Polda Aceh di
Tabel 4.7 Hasil Uji kolmogorov-smirnov Faktor Hubungan Kerja pada Polisi
bagian Reskrim Umum Polda Aceh di Banda Aceh Tahun 2016
Tingkat Stres
Faktor
Sangat Total
Hubungan Sedang Tinggi p
Tinggi
Kerja
n % n % n % n %
Ada Faktor
2 8.0 14 56.0 9 36.0 25 100.0
Hubungan Kerja
0,008
Tidak Ada Faktor
8 66.7 4 33.3 0 0 13 100.0
Hubungan Kerja
48.6 10 27.0 18 51.4 9 24.3 37 100.0
polisi yang memiliki tingkat stres tinggi yaitu sebanyak 14 polisi (56,0%)
dibandingkan dengan yang memiliki tingkat stres sangat tinggi sebanyak 9 polisi
(36,0%), dan yang memiliki tingkat stres sedang sebanyak 2 polisi (8,0%).
Sedangkan lebih banyak polisi yang tidak memiliki faktor hubungan kerja dengan
tingkat stres sedang yaitu sebanyak 8 polisi (66,7%) dibandingkan dengan tingkat
stres tinggi sebanyak 4 polisi (33,3%). Pada hasil uji tersebut diketahui bahwa
faktor hubungan kerja memiliki hubungan dengan tingkat stres kerja, dimana nilai
Hal ini sesuai dengan kondisi di lapangan dimana polisi bagian Reskrim
Umum Polda Aceh yang membuat polisi menjadi merasa tidak nyaman dalam
Dan sesuai dengan penelitian Nugrahani (2006) tentang stres kerja pada pekerja
Tingkat Stres Kerja pada Polisi bagian Reskrim Umum Polda Aceh di
polisi yang memiliki tingkat stres tinggi dan sedang yaitu sebanyak 4 polisi
(36,4%), dibandingkan dengan polisi yang memiliki tingkat stres sangat tinggi
yaitu sebanyak 3 polisi (27,3%). Sedangkan lebih banyak polisi yang tidak
memiliki faktor pengembangan karir dengan tingkat stres tinggi yaitu sebanyak 14
polisi (53,8%), dibandingkan dengan tingkat stres sangat tinggi dan sedang
sebanyak 6 polisi (23,1%). Pada hasil uji tersebut diketahui bahwa faktor
pengembangan karir tidak memiliki hubungan dengan tingkat stres kerja, dimana
Hal ini sesuai dengan kondisi di lapangan dimana promosi jabatan pada
polisi Reskrim Umum Polda Aceh belum berjalan, dikarenakan anggota polisi
Tingkat Stres Kerja pada Polisi bagian Reskrim Umum Polda Aceh di
polisi yang memiliki tingkat stres tinggi yaitu sebanyak 10 polisi (50,0%),
dibandingkan dengan polisi yang memiliki tingkat stres sangat tinggi yaitu
sebanyak 9 polisi (45,0%) dan polisi dengan tingkat stres sedang sebanyak 1
polisi (5,0%). Sedangkan lebih banyak polisi yang tidak memiliki faktor struktur
dibandingkan dengan tingkat stres tinggi yaitu sebanyak 8 polisi (47,1%). Pada
hasil uji tersebut diketahui bahwa faktor struktur organisasi memiliki hubungan
dengan tingkat stres kerja, dimana nilai p < 0,05 yaitu 0,029. Dimana jika semakin
banyak jumlah polisi bagian Reskrim Umum Polda Aceh yang mempunyai faktor
struktur organisasi maka semakin banyak pula polisi yang mengalami stres degan
Stres Kerja pada Polisi bagian Reskrim Umum Polda Aceh di Banda
Tabel 4.10 Hasil Uji kolmogorov-smirnov Faktor Suasana Kerja pada Polisi
bagian Reskrim Umum Polda Aceh di Banda Aceh Tahun 2016
Tingkat Stres
Faktor Suasana Sangat Total
Sedang Tinggi p
Kerja Tinggi
n % n % n % n %
Ada Faktor
0 0 11 55.0 9 45.0 20 100.0
Suasana Kerja
0,003
Tidak Ada Faktor
10 58.8 7 41.2 0 0 17 100.0
Suasana Kerja
Total 10 27.0 18 48.6 9 24.3 37 100.0
polisi yang memiliki tingkat stres tinggi yaitu sebanyak 11 polisi (55,0%)
dibandingkan dengan yang memiliki tingkat stres sangat tinggi yaitu sebanyak 9
polisi (45,0%). Sedangkan lebih banyak polisi yang tidak memiliki faktor suasana
kerja dengan tingkat stres sedang yaitu sebanyak 10 polisi (58,8%) dibandingkan
dengan tingkat stres tinggi yaitu sebanyak 7 polisi (41,2%). Pada hasil uji tersebut
diketahui bahwa faktor suasana kerja memiliki hubungan dengan tingkat stres
kondisi kerja atau suasana kerja yang berupa keputusan atau kebijaksanaan
seseorang dapat menimbulkan kelelahan mental. Hal ini sesuai dengan kondisi di
lapangan dimana konsultasi yang kurang efektif kepada sesama rekan kerja polisi
bagian Reskrim Umum Polda Aceh yang dapat menimbulkan faktor stres kerja
Stres Kerja pada Polisi bagian Reskrim Umum Polda Aceh di Banda
Tabel 4.11 Hasil Uji kolmogorov-smirnov Faktor Luar Pekerjaan pada Polisi
bagian Reskrim Umum Polda Aceh di Banda Aceh Tahun 2016
Tingkat Stres
Faktor Luar Sangat Total
Sedang Tinggi p
Pekerjaan Tinggi
n % n % n % n %
Ada Faktor Luar
0 0 11 55.0 9 45.0 20 100.0
Pekerjaan
0,003
Tidak Ada Faktor
10 58.8 7 41.2 0 0 17 100.0
Luar Pekerjaan
Total 10 27.0 18 48.6 9 24.3 37 100.0
polisi yang memiliki tingkat stres tinggi yaitu sebanyak 11 polisi (55,0%),
dibandingkan dengan yang memiliki tingkat stres sangat tinggi yaitu sebanyak 9
polisi (45,0%). Sedangkan lebih banyak polisi yang tidak memiliki faktor suasana
kerja dengan tingkat stres sedang yaitu sebanyak 10 polisi (58,8%), dibandingkan
dengan tingkat stres tinggi yaitu sebanyak 7 polisi (41,2%). Pada hasil uji tersebut
diketahui bahwa faktor luar pekerjaan memiliki hubungan dengan tingkat stres
Hal ini sesuai dengan kondisi di lapangan dimana hubungan polisi bagian
Reskrim Umum Polda Aceh dengan rekan atau dengan lingkungan luar kantor
yang kurang baik mengakibatkan timbulnya beban pikiran pada anggota polisi.
PEMBAHASAN
Karakteristik polisi yang dilihat meliputi jenis kelamin, usia, waktu kerja,
dan lama kerja. Dari hasil penelitian dapat dilihat bahwa pada umumnya polisi
perempuan sebanyak 5 polisi (13,5%). Hal ini menunjukkan bahwa laki-laki lebih
dan polisi yang berusia ≥ 51 tahun sebanyak 2 polisi (5,4%). Hal ini menunjukkan
bahwa mayoritas polisi di bagian Reskrim Umum Polda Aceh masih berada dalam
Berdasarkan waktu kerja polisi dapat dilihat bahwa sebagian besar polisi
yang bekerja tidak memenuhi syarat NAB > 8 jam yaitu sebanyak 27 polisi
(73%), dibandingkan dengan yang bekerja dengan memenuhi syarat NAB ≤ 8 jam
sebanyak 10 polisi (27%). Hal ini menunjukkan bahwa polisi bagian Reskrim
Umum Polda Aceh sering bekerja melebihi NAB (Nilai Ambang Batas) yaitu > 8
60
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
61
Berdasarkan lama kerja polisi dapat dilihat bahwa lebih banyak polisi yang
bekerja > 5 tahun yaitu sebanyak 16 polisi (43,2%), dibandingkan dengan yang
bekerja dengan lama kerja 3 – 4 tahun sebanyak 15 polisi (40,5%), dan yang
bekerja dengan lama kerja < 2 tahun sebanyak 6 polisi (16,2%). Hal ini
menunjukkan bahwa apabila lama kerja polisi semakin tinggi, maka semakin
banyak pula pengalaman yang didapat dalam pemecahan kasus. Pengalaman kerja
pekerjaannya.
Dari tujuh faktor yang berhubungan dengan stres kerja, terdapat faktor
intrinsik pekerjaan yang paling banyak dimiliki oleh polisi bagian Reskrim Umum
Polda Aceh, disebabkan karena jam kerja yang panjang pada bagian Reskrim
Umum Polda Aceh ketika polisi melakukan penyidikan dan penyelidikan. Faktor
hubungan kerja menjadi faktor yang kedua paling banyak adanya konflik-konflik
kecil yang terjadi di divisi bagian Reskrim Umum Polda Aceh sehingga
faktor peran individu dalam organisasi kerja yang terbanyak ketiga, disebabkan
oleh beban tugas dan tanggung jawab yang besar untuk menyelesaikan suatu
bagian Reskrim Umum Polda Aceh Tahun 2016 sebagai pemicu terjadinya tingkat
stres kerja, yaitu; faktor intrinsik pekerjaan, faktor hubungan kerja, dan faktor
terjadinya stres tersebut atasan bagian Reskrim Polda Aceh dapat membuat
kebijakan untuk mengontrol jam kerja polisi Reskrim Umum yang panjang ketika
Polisi bagian Reskrim Umum Polda Aceh paling banyak mengalami stres
dengan tingkat stres tinggi dibandingkan dengan tingkat stres rendah, sedang,
maupun sangat tinggi. Hal ini disebabkan oleh jam kerja yang panjang polisi
penyelidikan; beban tugas dan tanggung jawab yang tinggi dalam menyelesaikan
suatu kasus; adanya konflik-konflik kecil di kalangan polisi Reskrim Umum Polda
Aceh; adanya tekanan dari atasan, pelapor, maupun terlapor dalam penyelesaian
suatu kasus; dan konsultasi yang kurang efektif kepada sesama rekan kerja kurang
dengan stres kerja dimana paling banyak dialami oleh polisi bagian Reskrim
Umum Polda Aceh yaitu faktor pengembangan karir, disebabkan oleh tekanan
yang dilakukan pelapor dan terlapor yang mengakibatkan munculnya pemicu stres
pengembangan karir tersebut, penyidik harus lebih fokus agar tidak terjadi
kesalahan dalam penyelidikan kasus, bertukar pikiran dengan sesama polisi lain
dan atasan.
faktor-faktor yang berhubungan dengan tingkat stres kerja di Polda Aceh didapat
bahwa dari tujuh faktor yang kemungkinan mempunyai hubungan dengan tingkat
stres kerja ternyata ada enam faktor yang berhubungan dimana nilai p < 0,05 yaitu
faktor intrinsik pekerjaan, faktor peran individu dalam organisasi kerja, faktor
hubungan kerja, faktor struktur organisasi, faktor suasana kerja, dan faktor dari
luar pekerjaan; dan satu faktor yang tidak berhubungan karena nilai p > 0,05 yaitu
5.1.3 Gambaran Tingkat Stres Kerja pada Polisi bagian Reskrim Umum
Polda Aceh
Berdasarkan tabel distribusi tingkat stres kerja pada polisi bagian Reskrim
Umum, didapat bahwa polisi bagian Reskrim Umum Polda Aceh lebih banyak
yang mengalami stres dengan tingkat stres Tinggi yaitu sebanyak 18 polisi
(48,6%), dibandingkan dengan jumlah polisi yang mengalami stres dengan tingkat
stres sedang yaitu sebanyak 10 polisi (27,0%), dan stres dengan tingkat stres
sangat tinggi yaitu sebanyak 9 polisi (24,3%). Hal ini disebabkan oleh jam kerja
yang panjang polisi bagian Reskrim Umum Polda Aceh ketika melakukan
penyidikan dan penyelidikan; beban tugas dan tanggung jawab yang tinggi dalam
Reskrim Umum Polda Aceh; adanya tekanan dari atasan, pelapor, maupun
terlapor dalam penyelesaian suatu kasus; promosi jabatan yang belum berjalan
dengan baik, dikarenakan anggota polisi yang belum lulus untuk mengikuti
pelatihan promosi jabatan; dan konsultasi yang kurang efektif kepada sesama
rekan kerja kurang efektif sehingga menjadi faktor penyebab terjadinya stres.
Hal ini sesuai dengan kondisi di atas dimana tingkat stres kerja yang tinggi
yang dialami polisi bagian Reskrim Umum Polda Aceh dapat juga dibuktikan
dengan hasil tabulasi silang karakteristik polisi dengan tingkat stres kerja yaitu
berdasarkan jenis kelamin semua polisi wanita bagian Reskrim Umum Polda
Aceh mengalami tingkat stres kerja tinggi. Berdasarkan usia, polisi yang berusia
20 – 30 tahun lebih rentan mengalami tingkat stres tinggi dikarenakan pada saat
usia ini merupakan usia produktif bagi polisi sehingga beban kerja yang diberikan
juga cukup besar. Untuk waktu kerja yang tidak memenuhi syarat (> 8 jam) lebih
banyak polisi yang mengalami stres tingkat tinggi, hal ini dikarenakan dalam
menemukan bukti.
smirnov didapat bahwa nilai p < 0,05 yaitu nilai p = 0,013, berarti faktor intrinsik
pekerjaan mempunyai hubungan dengan tingkat stres kerja. Hal ini dapat dilihat
bahwa lebih banyak polisi yang memiliki tingkat stres tinggi yaitu lebih banyak
polisi yang memiliki tingkat stres tinggi yaitu sebanyak 15 polisi (55,6%),
dibandingkan dengan polisi yang memiliki tingkat stres sangat tinggi sebanyak 9
polisi (33,3%) dan yang memiliki tingkat stres sedang sebanyak 3 polisi (11,1%).
masalah pada faktor intrinsik maka semakin banyak pula polisi yang mengalami
stres kerja pada tingkat stres tinggi dan begitu pula kebalikannya semakin sedikit
polisi yang mempunyai masalah pada faktor intrinsik maka semakin sedikit polisi
yang mengalami stres kerja pada tingkat stres tinggi. Hal ini sesuai dengan
membutuhkan jam kerja yang panjang pada bagian Reskrim Umum Polda Aceh
ditangani dapat selesai tepat waktu sesuai target. Dimana hal ini juga dibuktikan
dengan hasil tabulasi silang antara waktu kerja dengan tingkat stres kerja dimana
polisi bagian Reskrim Umum Polda Aceh yang bekerja pada waktu kerja yang
tidak memenuhi syarat NAB (> 8 jam) lebih banyak mengalami tingkat stres kerja
Hal ini pun sejalan dengan teori Tarwaka (2015) bahwa penyebab
terjadinya stres kerja faktor intrinsik pekerjaan adalah lingkungan kerja yang tidak
nyaman, stasiun kerja yang tidak ergonomis, kerja shift, jam kerja yang panjang,
dan pekerjaan berisiko tinggi dan berbahaya. Jam kerja yang panjang
Hal ini sejalan dengan penelitian Aulya (2013) yang menyatakan bahwa
hubungan dengan tingkat stres kerja dimana salah satunya yaitu jam kerja yang
melebihi NAB (> 8 jam) dalam sehari untuk menyelesaikan kasus. Untuk
jam kerja polisi Reskrim Umum yang panjang ketika menyelesaikan kasus dengan
smirnov didapat bahwa nilai p < 0,05 yaitu nilai p = 0,004, berarti faktor peran
individu dalam organisasi kerja mempunyai hubungan dengan tingkat stres kerja
yaitu semakin banyak polisi yang mempunyai masalah pada faktor peran individu
dalam organsasi kerja maka semakin banyak pula polisi yang mengalami stres
kerja pada tingkat stres tinggi dan begitu pula kebalikannya semakin sedikit polisi
yang mempunyai masalah pada faktor peran individu dalam organisasi maka
semakin sedikit polisi yang mengalami stres kerja pada tingkat stres tinggi. Hal ini
dapat dilihat bahwa lebih banyak polisi yang memiliki tingkat stres tinggi yaitu
sangat tinggi sebanyak 9 polisi (39,1%) dan yang memiliki tingkat stres sedang
Berdasarkan teori Tarwaka (2015) beban tugas yang bersifat mental dan
tanggung jawab dari suatu pekerjaan lebih memberikan stres yang tinggi
tenaga kerja memiliki perannya dalam organisasi dan tanggung jawabnya masing-
masing, namun demikian pekerja tidak selalu berhasil memainkan perannya dan
menimbulkan stres.
Hal ini sejalan dengan penelitian Malia (2016) menyatakan bahwa pekerja
mengakibatkan adanya beban psikologis pada pekerja tersebut. Hal ini sejalan
dengan kondisi di lapangan dimana polisi bagian Reskrim Umum memiliki beban
psikologis ketika pengambilan keputusan dan tanggung jawab yang tinggi dalam
menyelesaikan kasus yang sedang ditangani agar tidak terjadi kesalahan ketika
hubungan dengan tingkat stres kerja dimana salah satunya yaitu beban tugas dan
faktor pemicu terjadinya stres tersebut atasan dapat menggolongkan jenis kasus
dan memberikan jumlah kasus yang sama kepada setiap penyidik sehingga
waktu.
smirnov didapat bahwa nilai p < 0,05 yaitu nilai p = 0,008, berarti faktor
hubungan kerja mempunyai hubungan dengan tingkat stres kerja, yaitu semakin
banyak polisi yang mempunyai masalah pada faktor hubungan kerja maka
semakin banyak pula polisi yang mengalami stres kerja pada tingkat stres tinggi
dan begitu pula kebalikannya semakin sedikit polisi yang mempunyai masalah
pada faktor hubungan kerja maka semakin sedikit polisi yang mengalami stres
kerja pada tingkat stres tinggi. Hal ini dapat dilihat bahwa lebih banyak polisi
yang memiliki tingkat stres tinggi yaitu sebanyak 14 polisi (56,0%) dibandingkan
dengan yang memiliki tingkat stres sangat tinggi sebanyak 9 polisi (36,0%), dan
pekerjaan, tuntutan tugas yang tinggi merupakan faktor potensial terjadinya stres
kerja. Hal ini sejalan dengan kondisi di lapangan dimana dalam di divisi Reskrim
Umum Polda Aceh terdapat konflik-konflik kecil yang terjadi di divisi bagian
terdapat 52,3% responden dengan kategori stres ringan. Dan penelitian Gupita
(2016) pemilihan dan penempatan karyawan pada posisi yang tidak tepat. Dengan
demikian faktor hubungan kerja mempunyai hubungan dengan tingkat stres kerja
dimana salah satunya yaitu hubungan antar pekerja, tuntutan tugas yang tinggi,
tersebut anggota polisi harus selalu menjaga hubungan yang baik dengan antar
smirnov didapat bahwa nilai p = 0,999, nilai p > 0,05 yang berarti faktor
pengembangan karir tidak mempunyai hubungan dengan tingkat stres kerja. Hal
ini dapat dilihat bahwa lebih banyak polisi yang memiliki tingkat stres tinggi yaitu
stres sangat tinggi yaitu sebanyak 3 polisi (27,3%), berarti bahwa faktor
pengembangan karir pada polisi bagian Reskrim Umum Polda Aceh tidak
Hal ini sesuai dengan kondisi di lapangan dimana promosi jabatan pada
polisi Reskrim Umum Polda Aceh sudah berjalan dengan baik, anggota polisi
sudah banyak lulus untuk mengikuti pelatihan promosi jabatan, sehingga promosi
jabatan tidak memiliki ada hubungan dengan stres kerja. Hal ini sejalan dengan
promosi jabatan yang ada di institusi tersebut, sehingga pengembangan karir tidak
menjadi suatu penghambat untuk bekerja, dan dapat disimpulkan bahwa tidak ada
mempunyai hubungan dengan tingkat stres kerja, yaitu semakin banyak polisi
yang mempunyai masalah pada faktor struktur organisasi maka semakin banyak
pula polisi yang mengalami stres kerja pada tingkat stres tinggi dan begitu pula
struktur organisasi maka semakin sedikit polisi yang mengalami stres kerja pada
tingkat stres tinggi. Hal ini dapat dilihat bahwa lebih banyak polisi yang memiliki
tingkat stres sangat tinggi yaitu sebanyak 10 polisi (50,0%), dibandingkan dengan
polisi yang memiliki tingkat stres sangat tinggi yaitu sebanyak 9 polisi (45,0%)
pada posisi yang tidak tepat. Berdasarkan teori Munandar (2008) struktur
orgasnisasi dan iklim organisasi yang tidak baik dan kurang mendukung pekerja,
dapat menimbulkan ketidakpuasan dalam bekerja. Hal ini sesuai dengan kondisi
di lapangan dimana beberapa divisi pada bagian Reskrim Umum baru menjabat
menjadi kepala divisi tersebut, sehingga memiliki cara kerja dan tuntutan yang
berbeda juga. Hal ini sejalan dengan penelitian Pangayuanti (2010) menyatakan
bahwa sebagian besar responden mengalami tingkat stres sedang yang disebabkan
oleh faktor struktur organisasi sebesar 84,2% seperti kebijakan kantor dan
tuntutan kerja yang diberikan atasan, berarti faktor struktur organisasi mempunyai
stres kerja dimana salah satunya struktur organisasi yang tidak baik ataupun
penempatan pekerja di posisi yang tidak tepat. Untuk mengontrol faktor tersebut
atasan dapat menempatkan dan memposisikan polisi pada tempat dan jobdesk
smirnov didapat bahwa nilai p < 0,05 yaitu p = 0,003, berarti faktor suasana kerja
mempunyai hubungan dengan tingkat stres kerja, yaitu semakin banyak polisi
yang mempunyai masalah pada faktor suasana kerja maka semakin banyak pula
polisi yang mengalami stres kerja pada tingkat stres tinggi dan begitu pula
suasana kerja maka semakin sedikit polisi yang mengalami stres kerja pada
tingkat stres tinggi. Hal ini dapat dilihat bahwa lebih banyak polisi yang memiliki
tingkat stres sangat tinggi yaitu sebanyak 11 polisi (55,0%) dibandingkan dengan
yang memiliki tingkat stres sangat tinggi yaitu sebanyak 9 polisi (45,0%).
Hal ini sejalan dengan penelitian Sormin (2016) menyatakan bahwa variabel
suasana kerja mempunyai hubungan yang bermakna dengan stres kerja yang
mengakibatkan timbulnya stres kerja. Hal ini sejalan dengan kondisi di lapangan
dimana konsultasi yang dilakukan oleh polisi bagian Reskrim Umum kepada
sesama rekan kerja kurang efektif dan kurangnya pendekatan yang dilakukan
faktor tersebut atasan dapat melakukan pendekatan kepada anggota polisi agar
smirnov didapat bahwa nilai p < 0,05 yaitu p = 0,003, berarti faktor luar pekerjaan
mempunyai hubungan dengan tingkat stres kerja, yaitu semakin banyak polisi
yang mempunyai masalah pada faktor dari luar pekerjaan maka semakin banyak
pula polisi yang mengalami stres kerja pada tingkat stres tinggi dan begitu pula
kebalikannya semakin sedikit polisi yang mempunyai masalah pada faktor dari
luar pekerjaan maka semakin sedikit polisi yang mengalami stres kerja pada
tingkat stres tinggi. Hal ini dapat dilihat bahwa lebih banyak polisi yang memiliki
tingkat stres sangat tinggi yaitu sebanyak 11 polisi (55,0%), dibandingkan dengan
yang memiliki tingkat stres sangat tinggi yaitu sebanyak 9 polisi (45,0%). Hal ini
sejalan dengan penelitian Bida (2005) menyatakan bahwa faktor hubungan rumah
tangga mempunyai peran yang besar bagi kinerja dan tingkat stres seorang
pekerja, hubungan rumah tangga yang tidak baik akan mengakibatkan beban
stres yang kemungkinan besar masih akan terbawa dalam lingkungan kerja. Hal
ini sesuai dengan kondisi di lapangan dimana hubungan polisi bagian Reskrim
Umum Polda Aceh dengan rekan atau dengan lingkungan luar kantor yang kurang
6.1 Kesimpulan
sebanyak 37 polisi bagian Reskrim Umum Polda Aceh, diperoleh data bahwa :
kerja yaitu sebagian besar polisi yang bekerja tidak memenuhi syarat
NAB > 8 jam yaitu sebanyak 27 polisi (73%). Berdasarkan lama kerja
yaitu lebih banyak polisi yang bekerja > 5 tahun yaitu sebanyak 16
polisi (43,2%).
2. Faktor yang paling banyak dialami oleh polisi bagian Reskrim Umum
3. Tingkat stres yang paling banyak dialami oleh polisi bagian Reskrim
(48,6%).
pada polisi bagian Reskrim Umum Polda Aceh tahun 2016, yaitu
73
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
74
suasana kerja, dan faktor luar pekerjaan. Dan terdapat satu faktor yang
karir.
6.2 Saran
3. Menjalin hubungan yang baik dengan rekan kerja dan atasan sehingga
Jannah G., Ma’rufi I., Hartanti R., 2014. Hubungan Karakteristik Responden,
Beban Kerja Fisik, dan Iklim Kerja dengan Kelelahan Kerja pada
Perajin Kayu (Studi di Industri Mebel Kayu Kelurahan Bukir
Kecamatan Gadingrejo Kota Pasuruan). Universitas Jember : Artikel
Ilmiah Hasil Penelitian Mahasiswa : hal. 1 – 7.
Ristiani, Heny. 2014. Hubungan Beban Kerja dan Konflik Kerja Dengan
Kejadian Hipertensi di Kalangan Anggota Reskrim Polri di Wilayah
Kerja Polda Banten. Skripsi. Universitas Esa Unggul.
Sormin, T. 2016. Faktor yang Berhubungan dengan Stres Kerja pada Pekerja
Pabrik Pengolahan Kelapa Sawit di PT.PN VII Bekri Lampung
Tengah. Poltekkes Tanjungkarang : Jurnal Keperawatan, XII (1) : hal 46 –
51.
Utami, Dewi. 2014. Hubungan antara Persepsi Stres dengan Agresivitas pada
Anggota Kepolisian Reskrim di Jakarta. Skripsi. Universitas Bina
Nusantara.