Disusun Oleh :
Kelompok 2
UNIVERSITAS AIRLANGGA
2017
1
KATA PENGANTAR
Syukur alhamdulillah Kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat dan
rahmat-Nya, makalah yang berjudul Rujukan Medis Dan Rujukan Kesehatan, Kedudukan
Puskesmas Dengan Unit Kesehatan Lain (RS), Skenario Kedudukan Puskesmas Masa Depan ini
dapat kami terselesaikan tepat waktu serta sesuai dengan yang diharapkan.
Makalah ini dibuat agar dapat memberikan pemahaman cara melakukan rujukan dari
puskesmas ke rumah sakit dan untuk menempuh tugas mata kuliah Admnistrasi Rumah Sakit dan
Puskesmas. Selain itu kami memberikan pengetahuan tentang sistem rujukan, kedudukan
puskesmas serta skenario puskesmas di masa depan.
Proses pembuatan makalah ini mampu terselesaikan berkat bantuan orang-orang terdekat
kami serta karunia dari Allah SWT. Oleh karena itu, kami mengucapkan terimakasih kepada:
Penyusun
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR......................................................................................................................ii
DAFTAR ISI..................................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................................1
I.3 Tujuan...............................................................................................................................2
I.4 Manfaat.............................................................................................................................2
II.1 Rujukan.............................................................................................................................3
BAB IV PENUTUP......................................................................................................................14
IV.1 Kesimpulan.........................................................................................................................14
IV.2 Saran...................................................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................................15
3
BAB I
PENDAHULUAN
Pelayanan kesehatan masyarakat adalah pelayanan yang bersifat publik (public goods)
dengan tujuan utama memelihara dan meningkatkan kesehatan serta mencegah penyakit
tanpa mengabaikan penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan. Pelayanan kesehatan
masyarakat disebut antara lain adalah promosi kesehatan, pemberantasan penyakit,
penyehatan lingkungan, perbaikan gizi, peningkatan kesehatan keluarga, keluarga berencana,
kesehatan jiwa masyarakat serta berbagai program kesehatan masyarakat lainnya. Puskesmas
mempunyai peran yang sangat vital sebagai institusi pelaksana teknis, dituntut memiliki
kemampuan manajerial dan wawasan jauh ke depan untuk meningkatkan kualitas pelayanan
kesehatan. Peran tersebut ditunjukkan dalam bentuk keikutsertaan dalam menentukan
1
kebijakan daerah melalui sistem perencanaan yang matang dan realistis, tata laksana kegiatan
yang tersusun rapi, serta sistem evaluasi dan pemantauan yang akurat. Pada masa mendatang,
puskesmas juga dituntut berperan dalam pemanfaatan teknologi informasi terkait upaya
peningkatan pelayanan kesehatan secara komprehensif dan terpadu.
I.2.1 Bagaimana mekanisme dan konsep rujukan medis serta rujukan kesehatan ?
I.2.2 Bagaimana kedudukan puskesmas dengan unit kesehatan lain ( Rumah Sakit)?
I.3 Tujuan
I.3.1 Mengetahui mekanisme dan konsep rujukan medis serta rujukan kesehatan
I.3.2 Mengetahui kedudukam puskesmas dengan unit kesehatan lain ( Rumah Sakit).
I.4 Manfaat
2
I.4.1 Mendapatkan pembelajaran tentang rujukan medis dan rujukan kesehatan,
kedudukan puskesmas dengan unit kesehatan lain (Rumah Sakit), skenario
kedudukan puskesmas masa depan
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Rujukan
Rujukan adalah pelimpahan wewenang dan tanggung jawab atas masalah kesehatan
masyarakat dan kasus-kasus penyakit yang dilakukan secara timbal balik secara vertikal maupun
horizontal meliputi sarana, rujukan teknologi, rujukan tenaga ahli, rujukan operasional, rujukan
kasus, rujukan ilmu pengetahuan dan rujukan bahan pemeriksaan laboratorium (permenkes
922/2008).
Sistem rujukan adalah Suatu sistem dari jaringan pelayanan kesehatan yang
memungkinkan terjadinya penyerahan tanggung jawab atas masalah yang timbul, baik secara
vertikal maupun secara horizontal kepada yang lebih mampu. (SK Kemenkes RI No. 23 tahun
1972)
4
sosial, dan seluruh fasilitas kesehatan. Jenis rujukan secara umum ada 2 macam yaitu rujukan
medik dan rujukan kesehatan.(Sistem Kesehatan Nasional Depkes RI 2009)
Sistem rujukan yaitu suatu sistem penyelenggaraan pelayanan kesehatan yang melaksanakan
pelimpahan tanggung jawab timbal balik terhadap satu kasus penyakit atau masalah kesehatan
secara vertikal (dari unit yang lebih mampu menangani), atau secara horizontal (antar unit-unit
yang setingkat kemampuannya). Sederhananya, sistem rujukan mengatur darimana dan harus
kemana seseorang dengan gangguan kesehatan tertentu memeriksakan keadaan sakitnya.( Prof.
Dr. Soekidjo Notoatmodjo, 2008)
Rujukan medik yaitu pelimpahan tanggung jawab secara timbal balik atas satu kasus
yang timbul baik secara vertikal maupun horizontal kepada yang lebih berwenang dan mampu
menanganinya secara rasional. (Kebidanan Komunitas, 2009)
Rujukan medik yaitu rujukan pelayanan yang terutama meliputi upaya penyembuhan
( kuratif) dan pemulihan (rehabilitatif) (Putu Yudayasa,2010)
5
Rujukan kesehatan yaitu rujukan pelayanan yang umumnya berkaitan dengan upaya
peningkatan promosi kesehatan (promotif) dan pencegaham (preventif) (Putu Yudayasa,2010)
6
BAB III
PEMBAHASAN
Menurut SK Menkes RI No. 32 Tahun 1972 sistem rujukan adalah suatu sistem
penyelenggaraan pelayanan kesehatan yang melaksanakan pelimpahan tanggung jawab timbal
balik terhadap satu kasus masalah kesehatan secara vertikal dalam arti dari unit yang
berkemampuan kurang kepada unit yang lebih mampu atau secara horizontal dalam arti antar
unit-unit yang setingkat kemampuannya. Sistem Rujukan pelayanan kesehatan adalah
penyelenggaraan pelayanan kesehatan yang mengatur tugas serta tanggung jawab pelayanan
kesehatan secara timbal balik baik secara vertikal maupun horizontal yang pelaksanaannya wajib
dilakukan oleh peserta jaminan kesehatan atau asuransi kesehatan sosial. Ada dua jenis rujukan,
yaitu rujukan medis dan rujukan kesehatan.
Rujukan medis adalah pelimpahan wewenang dan tanggung jawab dokter sebagai respon
terhadap kekurangan fasilitas kesehatan untuk memenuhi kebutuhan pasien yang bertujuan untuk
menyembuhkan dan memulihkan kesehatan pasien. Rujukan medis berhubungan dengan upaya
penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan. Pada dasarnya, rujukan medis berlaku untuk
pelayanan dokter dan menyangkut masalah pelayanan medis perorangan. Ada 3 jenis rujukan
medis, diantaranya adalah:
1. Transfer of patient atau rujukan pasien untuk keperluan diagnostik berupa konsultasi
penderita atau pasien untuk keperluan diagnostik, pengobatan, tindakan operatif dan
lainnya.
7
3. Transfer of knowledge atau rujukan ilmu pengetahuan berupa pengiriman tenaga yang
lebih kompeten atau ahli untuk melakukan tindakan, memberi pelayanan, dan
meningkatkan mutu layanan setempat.
Menurut WHO pada Referral Health System, karakteristik rujukan medis yakni:
Jalur rujukan medis bisa melalui antara masyarakat dengan puskesmas, antara puskesmas dengan
puskesmas, antara petugas puskesmas dengan petugas puskesmas rawat inap dan antara
puskesmas dengan rumah sakit atau laboratorium atau fasilitas pelayanan kesehatan lainnya.
Rujukan medis yaitu pelimpahan tanggung jawab secara timbal balik atas satu kasus yang
timbal balik secara vertikal maupun horizontal kepada yang lebih berwenang dan mampu
menangani secara rasional (Syafrudin, 2009). Rujukan Pelayanan Medis :
8
Pelaksanaan Sistem Rujukan Pelayanan Kesehatan dikembangkan berdasarkan Surat
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 032/Birhup/72 tentang pelaksanaan
Referal System.
Sistem rujukan pelayanan kesehatan dilaksanakan secara berjenjang sesuai dengan
kebutuhan medis. Pada pelayanan kesehatan tingkat pertama, dapat berobat ke fasilitas kesehatan
primer seperti puskesmas, klinik, atau dokter keluarga yang terdapat pada kartu BPJS Kesehatan.
Apabila selanjutnya peserta membutuhkan pelayanan lanjutan, peserta bisa dirujuk ke fasilitas
kesehatan tingkat ke dua atau fasilitas kesehatan sekunder. Fasilitas ini bisa digunakan
apabilapeserta telah mendapat rujukan dari fasilitas primer. Apabila masih belum tertangani,
maka peserta dapat dirujuk ke fasilitas kesehatan tersier. Rujukan Pelayanan Kesehatan
Masyarakat :
1. Dari puskesmas ke Dinas Kesehatan Kabupaten / Kota
2. Dari puskesmas ke instansi lain yang lebih kompeten baik instrasektoral maupun
lintas sektoral
3. Bila rujukan di tingkat Kabupaten Kota masih belum mampu menangguangi, bisa
dituruskan ke Propinsi / Pusat
9
Rujukan kesehatan adalah pelimpahan wewenang dan tanggung jawab untuk masalah
kesehatan masyarakat, dengan tujuan meningkatkan derajat kesehatan dan mencegah penyakit
yang ada di masyarakat. Rujukan ini bersifat promotif dan preventif. Ada 3 macam rujukan
kesehatan, yakni:
2. Rujukan sarana, merupakan pengiriman berbagai peralatan medis ataupun non medis dari
status pelayanan kesehatan yang lebih lengkap atau lebih baik ke status pelayanan
kesehatan yang kurang lengkap atau kurang baik untuk menangani masalah kesehatan di
masyarakat atau sebaliknya untuk tindak lanjut. Contohnya peminjaman peralatan
fogging, peminjaman alat laboratorium kesehatan, peminjaman alat audio visual, bantuan
obat, vaksin, bahan-bahan habis pakai dan bahan makanan.
10
Jalur rujukan kesehatan bisa dari puskesmas ke Dinas Kesehatan kabupaten/kota, dari
puskesmas ke instansi lain yang lebih kompeten, dan jika rujukan di kabupaten/kota masih belum
mampu menanggulangi, dapat diteruskan ke tingkat provinsi atau pusat.
11
Puskesmas menjadi salah satu unsur terdepan pembangunan nasional dalam
bidang kesehatan. Dalam mewujudkan cita-cita nasional, puskesmas memiliki
ketergantungan dengan unsur pembangunan sektor terkait di tingkat kecamatan.
Pada bagian C mengenai tata kerja. Di ayat 4 disebutkan mengenai tata kerja puskesmas
dengan Jaringan Pelayanan Kesehatan Rujukan. Dalam menyelenggarakan upaya
kesehatan perorangan dan upaya kesehatan masyarakat, puskesmas menjalin kerjasama
yang erat dengan berbagai pelayanan kesehatan rujukan. Untuk upaya kesehatan
perorangan, jalinan kerjasama tersebut diselenggarakan dengan berbagai sarana
pelayanan kesehatan perorangan seperti rumah sakit (kabupaten/kota) dan berbagai balai
kesehatan masyarakat (balai pengobatan penyakit paru-paru, balai kesehatan mata
12
masyarakat, balai kesehatan kerja masyarakat, balai kesehatan olahraga masyarakat, balai
kesehatan jiwa masyarakat, balai kesehatan indra masyarakat). Sedangkan untuk upaya
kesehatan masyarakat, jalinan kerjasama diselenggarakan dengan berbagai sarana
pelayanan kesehatan masyarakat rujukan, seperti Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, Balai
Teknik Kesehatan Lingkungan, Balai Laboratorium Kesehatan serta berbagai balai
kesehatan masyarakat. Kerjasama tersebut diselenggarakan melalui penerapan konsep
rujukan yang menyeluruh dalam koordinasi Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.
1. Bagian kesatu tentang kedudukan dan organisasi pasal 32 yang menjelaskan bahwa
Puskesmas merupakan unit pelaksana teknis dinas kesehatan kabupaten/kota, sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
2. Bagian Keempat tentang Jaringan Pelayanan, Jejaring Fasilitas Pelayanan Kesehatan dan
Sistem Rujukan, pada Pasal 40 ayat (1) disebutkan bahwa Dalam rangka meningkatkan
aksesibilitas pelayanan, Puskesmas didukung oleh jaringan pelayanan Puskesmas dan
jejaring fasilitas pelayanan kesehatan. Kemudian selanjutnya dijelaskan pada ayat (3)
13
Jejaring fasilitas pelayanan kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas
klinik, rumah sakit, apotek, laboratorium, dan fasilitas pelayanan kesehatan lainnya.
III.3 Prediksi Skenario Kedudukam Puskesmas Di Masa Depan
Salah satu masalah yang cukup menonjol saat ini terjadi dalam mekanisme pengelolaan
keuangan Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas). Di Indonesia terdapat sekitar 9000
Puskemas, 158 diantaranya berstatus Badan Layanan Umum Daerah (BLUD), pada tahun 2013
ada tambahan 168 Puskesmas menjadi BLUD, dan 101 dalam proses pengusulan menjadi
BLUD, sebagaimana dikemukakan oleh Menko Kesra Agung Laksono barubaru ini kepada mass
media (MI, Sabtu 11 Januari 2014). Menurut Permendagri No 21 Tahun 2011 Badan Layanan
Umum Daerah yang selanjutnya disingkat BLUD adalah SKPD/unit kerja pada SKPD di
lingkungan pemerintah daerah yang dibentuk untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat
berupa penyediaan barang dan/atau jasa yang dijual tanpa mengutamakan mencari keuntungan,
14
dan dalam melakukan kegiatannya didasarkan pada prinsip efisiensi dan produktivitas. Dan
menurut Permendagri No 61 Tahun 2007 pasal 1 ayat (2), PPK BLU/BLUD adalah pola
pengelolaan keuangan yang memberikan fleksibilitas berupa keleluasan untuk menerapkan
praktek praktek bisnis yang sehat untuk meningkatkan pelayanan pada masyarakat dalam
rangka memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa, sebagai
pengecualian dari ketentuan pengelolaan keuangan negara/daerah pada umumnya.
Dari data tersebut dapat dinyatakan bahwa sampai saat ini masih tedapat dualisme status
yang terjadi pada Puskesmas di Indonesia. 99,96% Puskesmas berstatus non BLUD. Hanya
0.036% telah bersatus BLUD. Status Puskesmas tersebut tentu akan berpengaruh terhadap
pengelolaan keuangan. Pengelolaan keuangan Puskesmas yang non BLU akan taat pada
ketentuan pengelolaan keuangan Negara pada umumnya. Seluruh pendapatan yang didapat oleh
Puskesmas harus disetor ke kas daerah yang akan dialokasikan kembali ke Puskesmas sebagai
bagian dari Rencana Kerja yang diusulkan oleh Satuan Unit Kerja Pemerintah Daerah (SKPD)
yang menjadi induknya. Bisa jadi alokasi dana anggaran yang diterima Puskesmas tidak sesuai
dengan skala prioritas yang telah direncanakan oleh Puskesmas yang bersangkutan. Sedangkan
pada Puskesmas yang memiliki status BLUD pengelolaan keuangannya akan lebih fleksibel.
Fleksibilitas disini artinya mereka diberi keleluasaan untuk dapat menerapkan praktek praktek
bisnis yang sehat sehingga dapat meningkatkan upaya pelayanan kepada masyarakat dalam
rangka kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa. Disamping itu, juga diberikan
kesempatan untuk mempekerjakan tenaga professional non PNS serta kesempatan pemberian
imbalan jasa kepada pegawai sesuai dengan kontribusinya. Ketentuan tersebut merupakan
pengecualian dari ketentuan pengelolaan keuangan Negara pada umumnya. Sayangnya, sebagian
besar Puskesmas bersatus non BLU sehingga tidak fleksibel dalam pengelolaan keuangannya.
Berbagai masalah administrative dan procedural pengelolaan keuangan yang rumit harus
dipenuhi. Akibatnya dapat menghambat pelayanan kesehatan kepada Peserta program Jaminan
Kesehatan. Belum lagi jika dikaitkan dengan peningkatan volume kerja yang tidak sebanding
dengan remunerasi para dokter dan perawat di Puskesmas. Masalahnya semakin kompleks.
Skenario ini yang perlu diperhatikan oleh para sarjana kesehatan masyarakat mengenai
kedudukan puskesmas di masa yang akan datang, yaitu diharapkannya seluruh Puskesmas diubah
status menjadi BLUD. Karena itulah perlu dukungan pemerintah untuk perubahan status
15
Puskesmas tersebut. Rencana ini dapat dipahami karena dengan menjadi BLUD, Puskesmas
dapat memberikan pelayanan kepada masyarakat berupa penyediaan pelayanan kesehatan yang
didasarkan pada prinsip efisiensi dan produktivitas tanpa mengutamakan mencari keuntungan.
Setelah itu, yang akan menjadi masalah selanjutnya ialah bagaimana mempercepat proses
pengusulan Puskesmas untuk memperoleh izin mengelola keuangannya dengan Pola Pengelolaan
Keuangan BLU (PPK BLU) ? Puskesmas yang akan diusulkan menjadi BLUD ytentunua harus
memenuhi persyaratan substantif, teknis dan administrative. Banyak pihak yang harus dilibatkan
terkait dalam proses penetapan Puskesmas menjadi BLUD. Karena itu sangat diperlukan sinergi
diantara pihak pihak terkait tersebut untuk mempercepat perubahan status puskesmas menjadi
BLUD. Pekerjaan besar ini memerlukan kerjasama dan koordinasi yang mantap.
16
BAB IV
PENUTUP
IV.1 Kesimpulan
VI.2 Saran
Pemerintah pusat serta pemerintah daerah harus berkolaborasi menjaga status kesehatan
indonesia dengan meningkatkan kinerja tenaga kesehatan serta pelayanan kesehatan terutama di
puskesmas. Tenaga kesehatan indonesia haruslah bertanggung jawab terhadap wewenang yang
telah diberikan terutama Dalam melaksanakan rujukan medis serta rujukan kesehatan.
Puskesmas harus lebih mengutamakan pelayanan promotif dan preventif dari pada kuratif dan
rehabilitatif untuk menjaga dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat di indonesia.
17
DAFTAR PUSTAKA
Azwar, A. (2010). Pengantar administrasi kesehatan. Jakarta: Binarupa Aksara. Diakses pada 29
Agustus 2017
Nastiti, Galuh. Analisis Sistem Distribusi Alat Medis Habis Pakai Pada Sistem Layanan
Kesehatan Berjaringan (Studi Kasus Pada Jaringan Puskesmas di Kota Yogyakarta).
Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada. http://etd.repository.ugm.ac.id/index.php?
mod=penelitian_detail&sub=PenelitianDetail&act=view&typ=html&buku_id=72428 . Diakses
pada 29 Agustus 2017
Kemenkes RI. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 75 Tahun 2014 Tentang
Pusat Kesehatan Masyarakat. http://www.aidsindonesia.or.id/uploads/
20141210110659.PMK_No_75_Th_2014_ttg_Puskesmas.pdf . Diakses pada 29 Agustus 2017
Tavipiyono, A S. 2015. Penggunaan Dana Puskesmas dan RSUD yang Berasal dari Dana
Daerah. Paparan Direktur Pendapatan Daerah dan Inevstasi Daerah, Direktorat Jenderal
Keuangan Daerah, Kementrian Dalam Negeri. http://inahea.org/files/hari3/Tavipiyono
%20-%20BLUD%20Kemendagri.pdf. (Diakses pada tanggal 30 Agustus 2017)
18
Martabat. 2015. Mengubah Status Puskesmas Menjadi BLUD. www.jamsosindonesia.com
(Diakses pada tanggal 30 Agustus 2017)
/referral/en/index3.html.
BPJS Kesehatan.Sistem Rujukan Berjenjang.Diunduh pada tanggal 29 Agustus 2017 di http :bpjs
kesehatan.go.id/bpjs/dmdocuments/7c6f09ad0f0c398a171ac4a6678a8f06.pdf
Ramah Putri A.2014.Studi Tentang Pelayanan Publik di Bidang Kesehatan dengan Sistem
Rujukan di
2015/02/JURNAL FIX
Peraturan Gubernur Jawa Barat Tahun 2001 tentang Sistem Rujukan Pelayanan kesehatan
Provinsi Jawa Barat. www.diskes.jabarprov.go.id. Diakses pada tanggal 29 Agustus 2017
19
Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 01 Tahun 2012 tentang Sistem Rujukan Pelayanan
Kesehatan Perorangan. http://www.bpjs-kesehatan.go.id diakses pada tanggal 29 Agustus 2017
20