Anda di halaman 1dari 23

TUGAS ADMINISTRASI RUMAH SAKIT DAN PUSKESMAS

RUJUKAN MEDIS DAN RUJUKAN KESEHATAN, KEDUDUKAN PUSKESMAS


DENGAN UNIT KESEHATAN LAIN (RS), SKENARIO KEDUDUKAN PUSKESMAS
MASA DEPAN

Disusun Oleh :

Kelompok 2

Intan Ayu Kusuma Wardani (101611535004)

Fitria Puspitasari (101611535007)

Nadia Eka Putri Nur Riskiana (101611535009)

Ulviana Dewi Kumalasri (101611535012)

Bintang Aji Pangestu (101611535013)

Griselda Malinda Eliza Putri (101611535017)

Jihan Nabilah (101611535038)

Merry Andrianti (101611535043)

UNIVERSITAS AIRLANGGA

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

2017

1
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh

Syukur alhamdulillah Kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat dan
rahmat-Nya, makalah yang berjudul Rujukan Medis Dan Rujukan Kesehatan, Kedudukan
Puskesmas Dengan Unit Kesehatan Lain (RS), Skenario Kedudukan Puskesmas Masa Depan ini
dapat kami terselesaikan tepat waktu serta sesuai dengan yang diharapkan.

Makalah ini dibuat agar dapat memberikan pemahaman cara melakukan rujukan dari
puskesmas ke rumah sakit dan untuk menempuh tugas mata kuliah Admnistrasi Rumah Sakit dan
Puskesmas. Selain itu kami memberikan pengetahuan tentang sistem rujukan, kedudukan
puskesmas serta skenario puskesmas di masa depan.

Proses pembuatan makalah ini mampu terselesaikan berkat bantuan orang-orang terdekat
kami serta karunia dari Allah SWT. Oleh karena itu, kami mengucapkan terimakasih kepada:

1. Dosen Universitas Airlangga


2. Orang tua kami yang selalu memberikan doa dan semangat
3. Rekan-rekan mahasiswa Universitas Airlangga
Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan dari makalah ini, baik dari materi
maupun teknik penyajiannya. Oleh karena itu, kritik dan saran sangat kami harapkan. Demikian
makalah ini kami buat semoga bermanfaat.

Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh

Banyuwangi, 29 Agustus 2017

Penyusun

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................................................ii

DAFTAR ISI..................................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN................................................................................................................1

I.1 Latar Belakang..................................................................................................................1

I.2 Rumusan Masalah.............................................................................................................2

I.3 Tujuan...............................................................................................................................2

I.4 Manfaat.............................................................................................................................2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA.....................................................................................................3

II.1 Rujukan.............................................................................................................................3

II.2 sistem rujukan...................................................................................................................3

II.3 rujukan medik...................................................................................................................4

II.4 rujukan kesehatan..............................................................................................................4

BAB III PEMBAHASAN................................................................................................................5

III.1 mekanisme dan konsep rujukan medis serta rujukan kesehatan.........................................5

III.2 Kedudukan Puskesmas dengan Unit Kesehatan lain (RS)...................................................8

III.3 prediksi skenario kedudukam puskesmas di masa depan...................................................11

BAB IV PENUTUP......................................................................................................................14

IV.1 Kesimpulan.........................................................................................................................14

IV.2 Saran...................................................................................................................................14

DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................................15

3
BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Untuk mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang optimal diperlukan sinergitas


segala aspek pemerintahan yang mendukung pembangunan kesehatan. Keberhasilan
pembangunan kesehatan sangat berperan dalam meningkatkan mutu dan daya saing manusia
Indonesia, yaitu dengan berbagai upaya peningkatan pelayanan kesehatan yang terpadu,
menyeluruh dan berkesinambungan. Untuk pelayanan yang bersifat mutlak, negara dan
aparaturnya berkewajiban untuk menyediakan layanan yang bermutu dan mudah didapatkan
setiap saat. Salah satu wujud nyata penyediaan layanan publik di bidang kesehatan adalah
adanya Puskesmas. Puskesmas yang merupakan pusat pengembangan kesehatan masyarakat
yang juga membina peran serta masyarakat disamping memberikan pelayanan secara
menyeluruh dan terpadu kepada masyarakat di wilayah kerjanya dalam bentuk kegiatan
pokok. Tujuan utama dari adanya Puskesmas adalah menyediakan layanan kesehatan yang
bermutu namun dengan biaya yanng relatif terjangkau untuk masyarakat, terutama
masyarakat dengan kelas ekonomi menengah ke bawah.

Pelayanan kesehatan masyarakat adalah pelayanan yang bersifat publik (public goods)
dengan tujuan utama memelihara dan meningkatkan kesehatan serta mencegah penyakit
tanpa mengabaikan penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan. Pelayanan kesehatan
masyarakat disebut antara lain adalah promosi kesehatan, pemberantasan penyakit,
penyehatan lingkungan, perbaikan gizi, peningkatan kesehatan keluarga, keluarga berencana,
kesehatan jiwa masyarakat serta berbagai program kesehatan masyarakat lainnya. Puskesmas
mempunyai peran yang sangat vital sebagai institusi pelaksana teknis, dituntut memiliki
kemampuan manajerial dan wawasan jauh ke depan untuk meningkatkan kualitas pelayanan
kesehatan. Peran tersebut ditunjukkan dalam bentuk keikutsertaan dalam menentukan

1
kebijakan daerah melalui sistem perencanaan yang matang dan realistis, tata laksana kegiatan
yang tersusun rapi, serta sistem evaluasi dan pemantauan yang akurat. Pada masa mendatang,
puskesmas juga dituntut berperan dalam pemanfaatan teknologi informasi terkait upaya
peningkatan pelayanan kesehatan secara komprehensif dan terpadu.

I.2 Rumusan Masalah

I.2.1 Bagaimana mekanisme dan konsep rujukan medis serta rujukan kesehatan ?

I.2.2 Bagaimana kedudukan puskesmas dengan unit kesehatan lain ( Rumah Sakit)?

I.2.3 Bagaimana prediksi skenario kedudukam puskesmas di masa depan ?

I.3 Tujuan

I.3.1 Mengetahui mekanisme dan konsep rujukan medis serta rujukan kesehatan

I.3.2 Mengetahui kedudukam puskesmas dengan unit kesehatan lain ( Rumah Sakit).

I.3.3 Mengetahui prediksi skenario kedudukam puskesmas di masa depan.

I.4 Manfaat

2
I.4.1 Mendapatkan pembelajaran tentang rujukan medis dan rujukan kesehatan,
kedudukan puskesmas dengan unit kesehatan lain (Rumah Sakit), skenario
kedudukan puskesmas masa depan

3
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Rujukan
Rujukan adalah pelimpahan wewenang dan tanggung jawab atas masalah kesehatan
masyarakat dan kasus-kasus penyakit yang dilakukan secara timbal balik secara vertikal maupun
horizontal meliputi sarana, rujukan teknologi, rujukan tenaga ahli, rujukan operasional, rujukan
kasus, rujukan ilmu pengetahuan dan rujukan bahan pemeriksaan laboratorium (permenkes
922/2008).

II.2 Sistem Rujukan

Sistem rujukan adalah Suatu sistem dari jaringan pelayanan kesehatan yang
memungkinkan terjadinya penyerahan tanggung jawab atas masalah yang timbul, baik secara
vertikal maupun secara horizontal kepada yang lebih mampu. (SK Kemenkes RI No. 23 tahun
1972)

Sistem rujukan adalah suatu system penyelenggaraan pelayanan kesehatan yang


melaksanakan pelimpahan tanggung jawab timbal balik terhadap suatu kasus penyakit atau
masalah kesehatan secara vertikal dalam arti dari unit yang berkemampuan kurang kepada unit
yang lebih mampu atau secara horizontal dalam arti antar unit unit yang setingkat kemampuan
nya. (SK Menteri Kesehatan RI No. 01 tahun 2012)

Sistem rujukan merupakan suatu sistem penyelenggaraan pelayanan kesehatan yang


melaksanakan pelimpahan tanggung jawab timbal balik terhadap satu atau lebih kasus penyakit
atau masalah kesehatan secara vertikal dari unit berkemampuan kurang kepada unit yang lebih
mampu atau secara horizontal antar unit-unit yang setingkat kemampuannya. Sistem rujukan
pelayanan kesehatan adalah penyelenggaraan pelayanan kesehatan yang mengatur pelimpahan
tugas dan tanggung jawab pelayanan kesehatan secara timbal balik baik vertikal maupun
horizontal yang wajib dilaksanakan oleh peserta jaminan kesehatan atau asuransi kesehatan

4
sosial, dan seluruh fasilitas kesehatan. Jenis rujukan secara umum ada 2 macam yaitu rujukan
medik dan rujukan kesehatan.(Sistem Kesehatan Nasional Depkes RI 2009)

Sistem Rujukan adalah suatu sistem penyelenggaraan pelayanan kesehatan yang


melaksanakan pelimpahan tanggung jawab, timbal balik terhadap suatu kasus penyakit atau
masalah kesehatan secara vertikal atau horizontal, dalam arti dari unit yang berkemampuan
kurang ke unit yang lebih mampu. (Peraturan Gubernur Jawa Barat,2011)

Sistem rujukan yaitu suatu sistem penyelenggaraan pelayanan kesehatan yang melaksanakan
pelimpahan tanggung jawab timbal balik terhadap satu kasus penyakit atau masalah kesehatan
secara vertikal (dari unit yang lebih mampu menangani), atau secara horizontal (antar unit-unit
yang setingkat kemampuannya). Sederhananya, sistem rujukan mengatur darimana dan harus
kemana seseorang dengan gangguan kesehatan tertentu memeriksakan keadaan sakitnya.( Prof.
Dr. Soekidjo Notoatmodjo, 2008)

II.3 Rujukan Medik

Rujukan medik yaitu pelimpahan tanggung jawab secara timbal balik atas satu kasus
yang timbul baik secara vertikal maupun horizontal kepada yang lebih berwenang dan mampu
menanganinya secara rasional. (Kebidanan Komunitas, 2009)

Rujukan medik yaitu rujukan pelayanan yang terutama meliputi upaya penyembuhan
( kuratif) dan pemulihan (rehabilitatif) (Putu Yudayasa,2010)

II.4 Rujukan kesehatan

5
Rujukan kesehatan yaitu rujukan pelayanan yang umumnya berkaitan dengan upaya
peningkatan promosi kesehatan (promotif) dan pencegaham (preventif) (Putu Yudayasa,2010)

Rujukan kesehatan yaitu hubungan dalam pengiriman, pemerikasaan bahan atau


specimen ke fasilitas yang lebih mampu dan lengkap yang bersifat preventif dan promotif.
(Kebidanan Komunitas ,2009)

6
BAB III

PEMBAHASAN

III.1 Mekanisme Dan Konsep Rujukan Medis Serta Rujukan Kesehatan

Menurut SK Menkes RI No. 32 Tahun 1972 sistem rujukan adalah suatu sistem
penyelenggaraan pelayanan kesehatan yang melaksanakan pelimpahan tanggung jawab timbal
balik terhadap satu kasus masalah kesehatan secara vertikal dalam arti dari unit yang
berkemampuan kurang kepada unit yang lebih mampu atau secara horizontal dalam arti antar
unit-unit yang setingkat kemampuannya. Sistem Rujukan pelayanan kesehatan adalah
penyelenggaraan pelayanan kesehatan yang mengatur tugas serta tanggung jawab pelayanan
kesehatan secara timbal balik baik secara vertikal maupun horizontal yang pelaksanaannya wajib
dilakukan oleh peserta jaminan kesehatan atau asuransi kesehatan sosial. Ada dua jenis rujukan,
yaitu rujukan medis dan rujukan kesehatan.
Rujukan medis adalah pelimpahan wewenang dan tanggung jawab dokter sebagai respon
terhadap kekurangan fasilitas kesehatan untuk memenuhi kebutuhan pasien yang bertujuan untuk
menyembuhkan dan memulihkan kesehatan pasien. Rujukan medis berhubungan dengan upaya
penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan. Pada dasarnya, rujukan medis berlaku untuk
pelayanan dokter dan menyangkut masalah pelayanan medis perorangan. Ada 3 jenis rujukan
medis, diantaranya adalah:

1. Transfer of patient atau rujukan pasien untuk keperluan diagnostik berupa konsultasi
penderita atau pasien untuk keperluan diagnostik, pengobatan, tindakan operatif dan
lainnya.

2. Transfer of specimen atau rujukan bahan pemeriksaan laboratorium berupa pengiriman


bahan untuk pemeriksaan laboratorium yang lebih lengkap.

7
3. Transfer of knowledge atau rujukan ilmu pengetahuan berupa pengiriman tenaga yang
lebih kompeten atau ahli untuk melakukan tindakan, memberi pelayanan, dan
meningkatkan mutu layanan setempat.

Menurut WHO pada Referral Health System, karakteristik rujukan medis yakni:

a. Adanya kerjasama antara fasilitas pelayanan kesehatan,

b. Kepatuhan terhadap SOP rujukan,

c. Kelengkapan sumber daya pendukung, termasuk transportasi dan komunikasi,

d. Kelengkapan formulir rujukan,

e. Komunikasi pra rujukan dengan fasilitas tujuan rujukan dan

f. Ketentuan rujuk balik.

Jalur rujukan medis bisa melalui antara masyarakat dengan puskesmas, antara puskesmas dengan
puskesmas, antara petugas puskesmas dengan petugas puskesmas rawat inap dan antara
puskesmas dengan rumah sakit atau laboratorium atau fasilitas pelayanan kesehatan lainnya.

Rujukan medis yaitu pelimpahan tanggung jawab secara timbal balik atas satu kasus yang
timbal balik secara vertikal maupun horizontal kepada yang lebih berwenang dan mampu
menangani secara rasional (Syafrudin, 2009). Rujukan Pelayanan Medis :

1. Antara masyarakat dengan puskesmas


2. Antara puskesmas pembantu / bidan di desa dengan puskesmas
3. Intern petugas / puskesmas rawat inap
4. Antar puskesmas atau puskesmas dengan rumah sakit atau fasilitas pelayanan lainnya

8
Pelaksanaan Sistem Rujukan Pelayanan Kesehatan dikembangkan berdasarkan Surat
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 032/Birhup/72 tentang pelaksanaan
Referal System.
Sistem rujukan pelayanan kesehatan dilaksanakan secara berjenjang sesuai dengan
kebutuhan medis. Pada pelayanan kesehatan tingkat pertama, dapat berobat ke fasilitas kesehatan
primer seperti puskesmas, klinik, atau dokter keluarga yang terdapat pada kartu BPJS Kesehatan.
Apabila selanjutnya peserta membutuhkan pelayanan lanjutan, peserta bisa dirujuk ke fasilitas
kesehatan tingkat ke dua atau fasilitas kesehatan sekunder. Fasilitas ini bisa digunakan
apabilapeserta telah mendapat rujukan dari fasilitas primer. Apabila masih belum tertangani,
maka peserta dapat dirujuk ke fasilitas kesehatan tersier. Rujukan Pelayanan Kesehatan
Masyarakat :
1. Dari puskesmas ke Dinas Kesehatan Kabupaten / Kota
2. Dari puskesmas ke instansi lain yang lebih kompeten baik instrasektoral maupun
lintas sektoral
3. Bila rujukan di tingkat Kabupaten Kota masih belum mampu menangguangi, bisa
dituruskan ke Propinsi / Pusat

Ruang Lingkup Rujukan Kesehatan Ruang Lingkup Rujukan Medis


KLB Konsultasi Penderita
Terjadinya Kelaparan Pengiriman Bahan Pemeriksaan
Terjadinya Keracunan massal
Masalah umum kesehatan

9
Rujukan kesehatan adalah pelimpahan wewenang dan tanggung jawab untuk masalah
kesehatan masyarakat, dengan tujuan meningkatkan derajat kesehatan dan mencegah penyakit
yang ada di masyarakat. Rujukan ini bersifat promotif dan preventif. Ada 3 macam rujukan
kesehatan, yakni:

1. Rujukan tenaga, merupakan pengiriman tenaga kesehatan dari status pelayanan


kesehatan yang lebih baik ke status pelayanan kesehatan yang kurang baik untuk
menanggulangi masalah kesehatan yang ada di masyarakat atau sebaliknya, yang
berguna untuk pendidikan dan latihan. Contohnya dukungan tenaga ahli untuk
penyelidikan kejadian luar biasa, dan penanggulangan gangguan kesehatan karena
bencana alam di daerah yang pelayanan kesehatannya masih kurang.

2. Rujukan sarana, merupakan pengiriman berbagai peralatan medis ataupun non medis dari
status pelayanan kesehatan yang lebih lengkap atau lebih baik ke status pelayanan
kesehatan yang kurang lengkap atau kurang baik untuk menangani masalah kesehatan di
masyarakat atau sebaliknya untuk tindak lanjut. Contohnya peminjaman peralatan
fogging, peminjaman alat laboratorium kesehatan, peminjaman alat audio visual, bantuan
obat, vaksin, bahan-bahan habis pakai dan bahan makanan.

3. Rujukan operasional, merupakan pelimpahan wewenang dan tanggung


jawab penanganan masalah kesehatan masyarakat dari status pelayanan kesehatan yang
kurang baik ke status pelayanan kesehatan yang lebih baik atau sebaliknya untuk
pelayanan tindak lanjut. Contohnya menyerahkan sepenuhnya masalah kesehatan
masyarakat dan tanggung jawab penyelesaian masalah kesehatan masyarakat kepada
Dinas Kesehatan kabupaten/kota. Rujukan operasional dapat diselenggarakan apabila
puskesmas tidak mampu untuk menangani masalah kesehatan masyarakat.

10
Jalur rujukan kesehatan bisa dari puskesmas ke Dinas Kesehatan kabupaten/kota, dari
puskesmas ke instansi lain yang lebih kompeten, dan jika rujukan di kabupaten/kota masih belum
mampu menanggulangi, dapat diteruskan ke tingkat provinsi atau pusat.

III.2 Kedudukan Puskesmas dengan Unit Kesehatan Lain ( Rumah Sakit)


Puskesmas memiliki peran dan kedudukan sebagai sarana pelayanan kesehatan primer
yang bertanggung jawab dalam menyelenggarakan pelayanan kesehatan masyarakat yang
termasuk ke dalam upaya preventif. Tujuan adanya puskesmas yaitu untuk meningkatkan
kesehatan dan mencegah berbagai macam penyakit dengan sasaran utamanya adalah masyarakat.

Puskesmas sebagai unit pelayanan kesehatan, memiliki beberapa kedudukan dalam


Sistem Informasi Kesehatan. Kedudukan Puskesmas meliputi :

Kedudukan Puskesmas dalam bidang administrasi

Puskesmas merupakan perangkat Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota. Puskesmas


memiliki tanggung jawab langsung baik dalam hal pelaksananaan teknis maupun administratif
kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota

a. Kedudukan Puskesmas dalam jenjang sistem rujukan pelayanan kesehatan:

Puskesmas memiliki kedudukan sebagai fasilitas pelayanan kesehatan tingkat


pertama dalam jenjang sistem rujukan pelayanan kesehatan.

b. Kedudukan Puskesmas dalam sistem kesehatan secara nasional

Kedudukan puskesmas sebagai Sistem Kesehatan Nasional menjadi sarana


pelayanan kesehatan perorangan dan ataupun masyarakat. Puskesmas merupakan fasilitas
pelayanan kesehatan yang menjadi ujung tombak pelayanan kesehatan secara nasional.

c. Kedudukan dalam sistem pembangunan nasional

11
Puskesmas menjadi salah satu unsur terdepan pembangunan nasional dalam
bidang kesehatan. Dalam mewujudkan cita-cita nasional, puskesmas memiliki
ketergantungan dengan unsur pembangunan sektor terkait di tingkat kecamatan.

Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor


128/MENKES/SK/II/2004 Tentang Kebijakan Dasar Pusat Kesehatan Masyarakat, terdapat isi
berikut :

1. BAB III KEDUDUKAN, ORGANISASI DAN TATA KERJA

Pada bagaian A mengenai kedudukan. Di ayat 4 dijelaskan memgenai kedudukan


puskesmas antar sarana pelayanan kesehatan strata pertama. Di wilayah kerja puskesmas
terdapat berbagai organisasi pelayanan kesehatan strata pertama yang dikelola oleh
lembaga masyarakat dan swasta seperti praktek dokter, praktek dokter gigi, praktek
bidan, poliklinik dan balai kesehatan masyarakat. Kedudukan puskesmas di antara
berbagai sarana pelayanan kesehatan strata pertama ini adalah sebagai mitra. Di wilayah
kerja puskesmas terdapat pula berbagai bentuk upaya kesehatan berbaris dan bersumber
daya masyarakat seperti posyandu, polindes, pos obat desa dan pos UKK. Kedudukan
puskesmas di antara berbagai sarana pelayanan kesehatan berbaris dan bersumberdaya
masyarakat adalah sebagai pembina.

2. Bab III Kedudukan, Organisasi Dan Tata Kerja

Pada bagian C mengenai tata kerja. Di ayat 4 disebutkan mengenai tata kerja puskesmas
dengan Jaringan Pelayanan Kesehatan Rujukan. Dalam menyelenggarakan upaya
kesehatan perorangan dan upaya kesehatan masyarakat, puskesmas menjalin kerjasama
yang erat dengan berbagai pelayanan kesehatan rujukan. Untuk upaya kesehatan
perorangan, jalinan kerjasama tersebut diselenggarakan dengan berbagai sarana
pelayanan kesehatan perorangan seperti rumah sakit (kabupaten/kota) dan berbagai balai
kesehatan masyarakat (balai pengobatan penyakit paru-paru, balai kesehatan mata

12
masyarakat, balai kesehatan kerja masyarakat, balai kesehatan olahraga masyarakat, balai
kesehatan jiwa masyarakat, balai kesehatan indra masyarakat). Sedangkan untuk upaya
kesehatan masyarakat, jalinan kerjasama diselenggarakan dengan berbagai sarana
pelayanan kesehatan masyarakat rujukan, seperti Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, Balai
Teknik Kesehatan Lingkungan, Balai Laboratorium Kesehatan serta berbagai balai
kesehatan masyarakat. Kerjasama tersebut diselenggarakan melalui penerapan konsep
rujukan yang menyeluruh dalam koordinasi Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.

3. Bab IV Upaya Dan Azas Penyelenggaraan

Pada bagian A Upaya, disebutkan bahwa Perlu diingat meskipun puskesmas


menyelenggarakan pelayanan medik spesialistik dan memiliki tenaga medis spesialis,
kedudukan dan fungsi puskesmas tetap sebagai sarana pelayanan kesehatan tingkat
pertama yang bertanggungjawab menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan dan
pelayaan kesehatan masyarakat di wilayah kerjanya.

Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 75 Tahun 2014


Tentang Pusat Kesehatan Masyarakat

1. Bagian kesatu tentang kedudukan dan organisasi pasal 32 yang menjelaskan bahwa
Puskesmas merupakan unit pelaksana teknis dinas kesehatan kabupaten/kota, sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

2. Bagian Keempat tentang Jaringan Pelayanan, Jejaring Fasilitas Pelayanan Kesehatan dan
Sistem Rujukan, pada Pasal 40 ayat (1) disebutkan bahwa Dalam rangka meningkatkan
aksesibilitas pelayanan, Puskesmas didukung oleh jaringan pelayanan Puskesmas dan
jejaring fasilitas pelayanan kesehatan. Kemudian selanjutnya dijelaskan pada ayat (3)

13
Jejaring fasilitas pelayanan kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas
klinik, rumah sakit, apotek, laboratorium, dan fasilitas pelayanan kesehatan lainnya.
III.3 Prediksi Skenario Kedudukam Puskesmas Di Masa Depan

Dalam pelaksanaan kebijakan desentralisasi kesehatan yang ada di Indonesia diantaranya


memiliki faktor yang masih tidak pasti antara keinginan pemerintah daerah dan pemerintah pusat
untuk melaksanakan densentralisasi secara sepenuh hati. Dengan adanya dua keinginan yang
masih tidak pasti tesebut memungkinkan adanya empat skenario yang akan terjadi. Skenario
pertama merupakan skenario yang diharapkan untuk terjadi dimana situasi pemerintah pusat
bersemangat untuk dapat melaksanakan desentralisasi serta mengusahakan untuk keselarasan
struktur organisasi dengan pemerintah daerah, dan pemerintah daerah sendiri bersemangat untuk
melakukannya. Skenario yang kedua merupakan kebijakan desentralisasi yang dilakukan separuh
hati. Disebabkan terjadi situasi dimana pemerintah pusat khususnya Departemen Kesehatan
cenderung menginginkan sentralisasi, berbeda dengan pemerintah daerah yang mendukung
kebijakan desentralisasi. Skenario ketiga disebut sebagai skenario resentralisasi dimana
pemerintah pusat tidak berkeinginan untuk melakukan desentralisasi di bidang kesehatan.
Demikian pula pemda. Sehingga mengakibatnya terjadi perubahan undang-undang 458
(amandemen UU No.32/2004) sehingga kesehatan menjadi akan kembali menjadi sektor yang
menganut kebijakan sentralisasi. Skenario keempat atau skenario terakhir merupakan skenario
yang mengatakan terdapat kesulitan untuk dapat menjalankan desentralisasi disebabkan
pemerintah pusat (Departemen Kesehatan dan DPR) berubah menjadi bersemangat untuk de-
sentralisasi, namun pemda tidak mau menjalankan.

Salah satu masalah yang cukup menonjol saat ini terjadi dalam mekanisme pengelolaan
keuangan Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas). Di Indonesia terdapat sekitar 9000
Puskemas, 158 diantaranya berstatus Badan Layanan Umum Daerah (BLUD), pada tahun 2013
ada tambahan 168 Puskesmas menjadi BLUD, dan 101 dalam proses pengusulan menjadi
BLUD, sebagaimana dikemukakan oleh Menko Kesra Agung Laksono barubaru ini kepada mass
media (MI, Sabtu 11 Januari 2014). Menurut Permendagri No 21 Tahun 2011 Badan Layanan
Umum Daerah yang selanjutnya disingkat BLUD adalah SKPD/unit kerja pada SKPD di
lingkungan pemerintah daerah yang dibentuk untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat
berupa penyediaan barang dan/atau jasa yang dijual tanpa mengutamakan mencari keuntungan,

14
dan dalam melakukan kegiatannya didasarkan pada prinsip efisiensi dan produktivitas. Dan
menurut Permendagri No 61 Tahun 2007 pasal 1 ayat (2), PPK BLU/BLUD adalah pola
pengelolaan keuangan yang memberikan fleksibilitas berupa keleluasan untuk menerapkan
praktek praktek bisnis yang sehat untuk meningkatkan pelayanan pada masyarakat dalam
rangka memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa, sebagai
pengecualian dari ketentuan pengelolaan keuangan negara/daerah pada umumnya.

Dari data tersebut dapat dinyatakan bahwa sampai saat ini masih tedapat dualisme status
yang terjadi pada Puskesmas di Indonesia. 99,96% Puskesmas berstatus non BLUD. Hanya
0.036% telah bersatus BLUD. Status Puskesmas tersebut tentu akan berpengaruh terhadap
pengelolaan keuangan. Pengelolaan keuangan Puskesmas yang non BLU akan taat pada
ketentuan pengelolaan keuangan Negara pada umumnya. Seluruh pendapatan yang didapat oleh
Puskesmas harus disetor ke kas daerah yang akan dialokasikan kembali ke Puskesmas sebagai
bagian dari Rencana Kerja yang diusulkan oleh Satuan Unit Kerja Pemerintah Daerah (SKPD)
yang menjadi induknya. Bisa jadi alokasi dana anggaran yang diterima Puskesmas tidak sesuai
dengan skala prioritas yang telah direncanakan oleh Puskesmas yang bersangkutan. Sedangkan
pada Puskesmas yang memiliki status BLUD pengelolaan keuangannya akan lebih fleksibel.
Fleksibilitas disini artinya mereka diberi keleluasaan untuk dapat menerapkan praktek praktek
bisnis yang sehat sehingga dapat meningkatkan upaya pelayanan kepada masyarakat dalam
rangka kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa. Disamping itu, juga diberikan
kesempatan untuk mempekerjakan tenaga professional non PNS serta kesempatan pemberian
imbalan jasa kepada pegawai sesuai dengan kontribusinya. Ketentuan tersebut merupakan
pengecualian dari ketentuan pengelolaan keuangan Negara pada umumnya. Sayangnya, sebagian
besar Puskesmas bersatus non BLU sehingga tidak fleksibel dalam pengelolaan keuangannya.
Berbagai masalah administrative dan procedural pengelolaan keuangan yang rumit harus
dipenuhi. Akibatnya dapat menghambat pelayanan kesehatan kepada Peserta program Jaminan
Kesehatan. Belum lagi jika dikaitkan dengan peningkatan volume kerja yang tidak sebanding
dengan remunerasi para dokter dan perawat di Puskesmas. Masalahnya semakin kompleks.

Skenario ini yang perlu diperhatikan oleh para sarjana kesehatan masyarakat mengenai
kedudukan puskesmas di masa yang akan datang, yaitu diharapkannya seluruh Puskesmas diubah
status menjadi BLUD. Karena itulah perlu dukungan pemerintah untuk perubahan status

15
Puskesmas tersebut. Rencana ini dapat dipahami karena dengan menjadi BLUD, Puskesmas
dapat memberikan pelayanan kepada masyarakat berupa penyediaan pelayanan kesehatan yang
didasarkan pada prinsip efisiensi dan produktivitas tanpa mengutamakan mencari keuntungan.

Setelah itu, yang akan menjadi masalah selanjutnya ialah bagaimana mempercepat proses
pengusulan Puskesmas untuk memperoleh izin mengelola keuangannya dengan Pola Pengelolaan
Keuangan BLU (PPK BLU) ? Puskesmas yang akan diusulkan menjadi BLUD ytentunua harus
memenuhi persyaratan substantif, teknis dan administrative. Banyak pihak yang harus dilibatkan
terkait dalam proses penetapan Puskesmas menjadi BLUD. Karena itu sangat diperlukan sinergi
diantara pihak pihak terkait tersebut untuk mempercepat perubahan status puskesmas menjadi
BLUD. Pekerjaan besar ini memerlukan kerjasama dan koordinasi yang mantap.

16
BAB IV

PENUTUP

IV.1 Kesimpulan

Sistem Rujukan adalah suatu sistem penyelenggaraan pelayanan kesehatan yang


melaksanakan pelimpahan tanggung jawab, timbal balik terhadap suatu kasus penyakit atau
masalah kesehatan secara vertikal atau horizontal, dalam arti dari unit yang berkemampuan
kurang ke unit yang lebih mampu. (Peraturan Gubernur Jawa Barat,2011). Rujukan medis adalah
pelimpahan wewenang dan tanggung jawab dokter sebagai respon terhadap kekurangan fasilitas
kesehatan untuk memenuhi kebutuhan pasien yang bertujuan untuk menyembuhkan dan
memulihkan kesehatan pasien. Rujukan kesehatan adalah pelimpahan wewenang dan tanggung
jawab untuk masalah kesehatan masyarakat, dengan tujuan meningkatkan derajat kesehatan dan
mencegah penyakit yang ada di masyarakat. Puskesmas memiliki peran dan kedudukan sebagai
sarana pelayanan yang bertanggung jawab terhadap pelayanan kesehatan primer masyarakat.
Dalam pelaksanaannya kebijakan desentralisasi kesehatan memiliki faktor yang tidak pasti antara
keinginan pemerintah daerah dan pemerintah pusat untuk melaksanakan densentralisasi secara
sepenuh hati. Dengan adanya dua keinginan yang masih tidak pasti tesebut memungkinkan
adanya empat skenario yang akan terjadi.

VI.2 Saran

Pemerintah pusat serta pemerintah daerah harus berkolaborasi menjaga status kesehatan
indonesia dengan meningkatkan kinerja tenaga kesehatan serta pelayanan kesehatan terutama di
puskesmas. Tenaga kesehatan indonesia haruslah bertanggung jawab terhadap wewenang yang
telah diberikan terutama Dalam melaksanakan rujukan medis serta rujukan kesehatan.
Puskesmas harus lebih mengutamakan pelayanan promotif dan preventif dari pada kuratif dan
rehabilitatif untuk menjaga dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat di indonesia.

17
DAFTAR PUSTAKA

Kemenkes RI. 2004. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor


128/Menkes/Sk/Ii/2004 Tentang Kebijakan Dasar Pusat Kesehatan Masyarakat. Jakarta :
Kemenkes. http://pelayanan.jakarta.go.id/download /regulasi/keputusan-menteri-kesehatan-
nomor-128-menkes-sk-ii-2004-tentang-kebijakann-dasar-pusat-kesehatan-masyarakat.pdf .
Diakses pada 29 Agustus 2017.

Azwar, A. (2010). Pengantar administrasi kesehatan. Jakarta: Binarupa Aksara. Diakses pada 29
Agustus 2017

Nastiti, Galuh. Analisis Sistem Distribusi Alat Medis Habis Pakai Pada Sistem Layanan
Kesehatan Berjaringan (Studi Kasus Pada Jaringan Puskesmas di Kota Yogyakarta).
Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada. http://etd.repository.ugm.ac.id/index.php?
mod=penelitian_detail&sub=PenelitianDetail&act=view&typ=html&buku_id=72428 . Diakses
pada 29 Agustus 2017

Anonim. 2005. Sistem Informasi Kesehatan. Universitas Gunadarma.


http://webcache.googleusercontent.com/search?q=cache:nY-
XsmUfx8QJ:bhakti.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/48558/Sistem%2BInformasi
%2BKesehatan.ppt+&cd=4&hl=en&ct=clnk&gl=id. Diakses pada 29 Agustus 2017

Kemenkes RI. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 75 Tahun 2014 Tentang
Pusat Kesehatan Masyarakat. http://www.aidsindonesia.or.id/uploads/
20141210110659.PMK_No_75_Th_2014_ttg_Puskesmas.pdf . Diakses pada 29 Agustus 2017

Tavipiyono, A S. 2015. Penggunaan Dana Puskesmas dan RSUD yang Berasal dari Dana
Daerah. Paparan Direktur Pendapatan Daerah dan Inevstasi Daerah, Direktorat Jenderal
Keuangan Daerah, Kementrian Dalam Negeri. http://inahea.org/files/hari3/Tavipiyono
%20-%20BLUD%20Kemendagri.pdf. (Diakses pada tanggal 30 Agustus 2017)

18
Martabat. 2015. Mengubah Status Puskesmas Menjadi BLUD. www.jamsosindonesia.com
(Diakses pada tanggal 30 Agustus 2017)

BAGIAN 4 : Pelaku Politik, Stakeholders Desentralisasi dan Skenario Masa Depan


http://kebijakankesehatanindonesia.net/images/stories/Buku/4_Pelaku%20Politik,
%20Stakeholders%20Desentralisasi%20dan%20Skenario%20Masa%20Depan.pdf

World Health Organization (WHO).2010.Management of Health Facilities:Referral

Systems.Diakses pada tanggal 29 Agustus 2017 di http


://www.who.int/management/facility

/referral/en/index3.html.

BPJS Kesehatan.Sistem Rujukan Berjenjang.Diunduh pada tanggal 29 Agustus 2017 di http :bpjs

kesehatan.go.id/bpjs/dmdocuments/7c6f09ad0f0c398a171ac4a6678a8f06.pdf

Ramah Putri A.2014.Studi Tentang Pelayanan Publik di Bidang Kesehatan dengan Sistem
Rujukan di

Puskesmas Air Putih Kecamatan Samarinda Ulu Kota Samarinda.eJournal Ilmu

Pemerintahan.Volume 3.Nomor 1. http ://ejournal.ip.fisip-unmul.ac.id/site/wp-content/uploads/

2015/02/JURNAL FIX

Kemenkes.Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan.Diakses pada tanggal 29

Agustus 2017 di http://www.slideshare.net/pjj_kemenkes/konsep-sistem-rujukan.

Syafrudin &Hamidah, 2012, Kebidanan Komunitas, Jakarta : kedokteran EGC.

Peraturan Gubernur Jawa Barat Tahun 2001 tentang Sistem Rujukan Pelayanan kesehatan
Provinsi Jawa Barat. www.diskes.jabarprov.go.id. Diakses pada tanggal 29 Agustus 2017

Depkes RI, 2009. Sistem Kesehatan Nasional. Jakarta.

19
Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 01 Tahun 2012 tentang Sistem Rujukan Pelayanan
Kesehatan Perorangan. http://www.bpjs-kesehatan.go.id diakses pada tanggal 29 Agustus 2017

20

Anda mungkin juga menyukai