Seven Jumps
1. Medical Check-Up
Sumber :
2. Occupational Asthma
Asma kerja (occupational asthma/OA) saat ini merupakan penyakit paru kerja yang
paling sering terjadi di negara industri (Redlich et al.,2002; Mapp et al.,2005). Di
Amerika Serikat diperkirakan hampir 15% kasus asma yang didiagnosis pada orang
dewasa diakibatkan oleh paparan bahan yang ada di tempat kerja (Mapp et al., 2005;
Looney et al., 2004).
Asma yang berhubungan dengan pekerjaan (work-related asthma) adalah penyakit
yang ditandai oleh keterbatasan aliran saluran nafas yang bervariasi dan atau
hiperresponsif bronkus non spesifik yang disebabkan oleh penyebab dan keadaan
lingkungan pekerjaan tertentu dan rangsangan itu tidak dijumpai di luar tempat kerja.
Asma yang berhubungan dengan pekerjaan dibagi menjadi menjadi asma yang
diperburuk oleh faktor pekerjaan (work-exacerbated asthma) dan asma kerja
(occupational asthma). Asma yang diperburuk oleh faktor pekerjaan (work
exacerbated asthma) adalah asma yang dicetuskan oleh berbagai faktor di tempat
kerja (aeroallergens, irritants, atau exercise) pada pekerja yang diketahui sebelumnya
(Tarlo et.al, 2008).
Sumber :
Andisari, H. E., Rai, I. B., & Suryana, K. (2017). ADA KORELASI ANTARA
PAJANAN DEBU KAYU DENGAN JUMLAH CD4 SERUM DAN TIDAK ADA
KORELASI DENGAN EOSINOFIL SERUM PADA PEKERJA INDUSTRI
KAYU.
3. Asthmasgens
Asthma is common among adults of working age and affects 5–10% of the population
worldwide. Occupational asthma has become a common work related respiratory disorder in
the industrialised world.
Sumber :
Terjemahan : Ventilasi pembuangan lokal (LEV) adalah sistem teknik yang sering digunakan
di tempat kerja untuk melindungi operator dari zat berbahaya.
Sumber :
Harun, S. I., Idris, S. R. A., & Jaya, N. T. (2017). A Study on The Development
of Local Exhaust Ventilation System (LEV’s) for Installation of Laser Cutting
Machine. MS&E, 238(1), 012013.
Ichtiakhiri, T. H. (2012). Keefektifan Local Exhaust Ventilation Terhadap
Keluhan Kesehatan Tenaga Kerja Bagian Grit Blasting Di Pt Inka (Persero)
Madiun.
Sumber :
Uraikan disini!
1) Jelaskan penyebab Joko sering mengeluhkan batuk dan sesak nafas?
JAWABAN :
Joko mengalami Occupational asthma yaitu penyakit asma yang menyerang ketika
seseorang terkena bahan tertentu pada saat bekerja atau di lingkungan kerjanya yang
disebabkan oleh Asthma agens yaitu Agen penyebab asma pada kasus yang dilaporkan pada
tahun 1998 adalah enzim (14%), isosianat (13%), hewan laboratorium dan serangga (12%),
fluks dan solder kolofoni (9%), tepung (7%), dan glutaraldehida (5%).
Penyebab Joko batuk adalah pekerjaan yang mengandung debu industri, terutama pada
kadar yang cukup tinggi, antara lain pneumokoniosis, silikosis, asbestosis, hemosiderosis,
bisinosis, bronkitis, asma kerja, kanker paru, dll. Penyakit paru kerja terbagi 3 bagian yaitu:
Polutan yang paling banyak mempengaruhi kesehatan paru adalah sulfur dioksida (SO2),
nitrogen dioksida (NO2) dan ozon (O3) Bila penyakit paru akibat kerja telah terjadi,
umumnya tidak ada pengobatan yang spesifik dan efektif untuk menyembuhkannya.
Penyakit yang diakibatkan oleh paparan debu adalah pneumoconiosis adalah segolongan
penyakit pada paru-paru yang berupa penimbunan debu-debu. Menurut jenis-jenis debu yang
dapat ditimbun di dalam paru-paru, maka pneumoconiosis dapat dibagi dalam:
f) Abthracosis (Abthracosis)
Secara klinis sulit dibedakan gejala-gejala antara masing-masing jenis pneumoconiosis.
Pembedaan dapat dilakukan secara patalogis anatomis maupun dengan radioogis. Akan tetapi
sering pula sulit juga menentukan debu apa, kecuali dengan pengalaman-pengalaman yang
bertahun-tahun dibidang pneumoconiosis. Umumnya pneumoconiosis lebih banyak
didapatkan pada pencemaran udara dalam lingkungan tertutup seperti di dalam lingkungan-
lingkungan kerja daripada udara terbuka. Tingkat gejala yang ditimbulkan pada
pneumoconiosis tergantng pada jumlah debu yang tertimbun serta bagian paru-paru yang
lebih banyak mengalami efek. Pengobatan terhadap penyakit pneumoconiosis tidak ada.
Hanya kita dapat sedikit mengurangi penderita dengan memberikan berbagai pengobatan
simptomatis. Karenanya, di dalam public health pokok-pokok penanggulangannya dititik
beratkan pada program-program penanggulangan masalah pencemaran.
JAWABAN :
Usaha mengurangi pajanan dan alat pelindung diri Pada dasarnya, asma karena kerja dapat
dicegah. Kuncinya adalah menjaga agar pajanan terhadap debu kayu serendah mungkin.
Selain menyebabkan gangguan pernapasan, debu kayu dapat menyebabkan iritasi kulit dan
mata, sampai dapat timbul keganasan (kanker). Bahaya yang ditimbulkan tergantung pada:
Respirator
Respirator adalah suatu masker yang menggunakan filter sehingga dapat
membersihkan udara yang dihisap oleh pernapasan kita.
Pelindung mata
Mata merupakan salah satu route of entry bagi debu kayu untuk masuk ke dalam
tubuh, selain pernapasan dan kulit. Karena itu, penggunaan kacamata keselamatan
(safety glasses) sangat dianjurkan (Shirin,2010).
Sarung tangan
Tidak ada spesifikasi khusus yang diperlukan, gunakan sarung tangan yang umum
dipakai. Selain untuk melindungi tangan, juga mencegah kontak berlebihan antara
debu kayu dan kulit (Shirin,2010).
Pakaian kerja
Jenis pakaian kerja yang diperlukan adalah dari jenis bahan yang mudah dicuci,
sehingga dapat dicuci setiap selesai shift kerja (Shirin, 2010). Ventilasi udara dalam
ruangan
Ventilasi
Ventilasi atau pertukaran udara di dalam industri merupakan suatu metode yang
digunakan untuk memelihara dan menciptakan udara suatu ruangan yang sesuai
dengan kebutuhan proses produksi atau kenyamanan pekerja.
3) Berapa lama waktu ideal dalam bekerja sebagai buruh?
JAWABAN :
4) Bagaimana cara menginvestigasi tempat kerja?
JAWABAN :
Langkah IV : Strukturisasi
Pak joko, 45th.
Peran perusahaan
Langkah VII : Sintesis hasil belajar mandiri sesuai LO, sebutkan sumbernya
ditiap paragrapf bahasan
Penyakit akibat kerja (PAK) menurut Permenaker dan Transmigrasi adalah setiap
penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan atau lingkungan kerja. Dengan demikian, PAK
merupakan penyakit yang artifisial atau man made disease. Penyakit akibat kerja dapat
ditemukan atau didiagnosis sewaktu dilaksanakan pemeriksaan kesehatan tenaga kerja.
Namun,dalam pemeriksaan tersebut harus ditentukan apakah penyakit yang diderita tenaga
kerja merupakan penyakit akibat kerja atau bukan. Diagnosis PAK ditegakkan melalui
serangkaian pemeriksaan klinis dan pemeriksaan kondisi pekerja serta lingkungannya untuk
membuktikan adanya hubungan sebab akibat antara penyakit dan pekerjaannya. Setelah
dilakukan diagnosis PAK oleh dokter pemeriksa maka dokter wajib membuat laporan medik.
PAK dapat disebabkan lingkungan kerja yang tidak aman dan kurang kondusif sehingga
sangat penting untuk mengetahui lingkungan kerja yang baik. Di dalam lingkungan kerja
terdapat peralatan kerja serta material yang digunakan pada saat bekerja. Untuk mencegah
dan meminimalkan agar tidak terjadi PAK terhadap tenaga kerja maka perlu memperhatikan
cara kerja tubuh manusia (tenaga kerja), bagaimana reaksinya terhadap berbagai macam
substansi yang digunakan dalam pekerjaan dan mengetahui cara masuknya substansi tersebut
ke dalam tubuh. Hal ini merupakan aspek penting yang perlu diketahui dan dapat dipelajari
oleh pekerja untuk meminimalkan penyebab datangnya penyakit yangakan menimbulkan
PAK.
Penyakit akibat kerja yaitu penyakit yang penyebabnya adalah pekerjaan dan atau
lingkungan kerja :
Penyakit yang mempunyai penyebab yang spesifik atau asosiasi yang kuat dengan
pekerjan, yang pada umumnya terdiri dari satu agen penyebab yang sudah diakui.
Penyakit yang mempunyai beberapa agen penyebab, dimana faktor pada pekerjaan
memegang peranan bersama dengan faktor risiko lainnya dalam berkembangnya penyakit
yang mempunyai etiologi yang kompleks.
Penyakit yang terjadi pada populasi pekerja tanpa adanya agen penyebab di tempat
pekerja. Namun dapat diperberat oleh kondisi pekerjaan yang buruk untuk kesehatan.
Sumber :
Rejeki, S. (2016). Modul Bahan Ajar Farmasi: Kesehatan dan Keselamatan
Kerja. Pusdik SDM Kesehatan.
Keselamatan Kerja
Keselamatan Kerja adalah keselamatan yang bertalian dengan mesin, pesawat, alat kerja,
bahan, dan proses pengolahannya, landasan tempat kerja dan lingkungannya serta cara-cara
melakukan pekerjaan. Keselamatan Kerja memiliki sifat sebagai berikut:
Kesehatan Kerja
Pengertian sehat senantiasa digambarkan sebagai suatu kondisi fisik, mental dan sosial
seseorang yang tidak saja bebas dari penyakit atau gangguan kesehatan melainkan juga
menunjukkan kemampuan untuk berinteraksi dengan lingkungan dan pekerjaannya. Status
kesehatan seseorang menurut Blum (1981) ditentukan oleh empat faktor sebagai berikut.
Sumber :
Rejeki, S. (2016). Modul Bahan Ajar Farmasi: Kesehatan dan Keselamatan
Kerja. Pusdik SDM Kesehatan.
Merupakan tahapan yang dapat memberikan informasi secara menyeluruh dan mendetail
mengenai risiko yang ditemukan dengan menjelaskan konsekuensi dari yang paling ringan
sampai dengan yang paling berat. Pada tahap ini harus dapat mengidentifikasi hazard yang
dapat diramalkan (foreseeable) yang timbul dari semua kegiatan yang berpotensi
membahaya-kan kesehatan dan keselamatan terhadap :
a) Karyawan
b) Orang lain yg berada ditempat kerja
c) Tamu dan bahkan masyarakat sekitarnya
Menurut Stranks (2003), pengidentifikasian potensi bahaya dari suatu kegiatan kerja
merupakan inti seluruh kegiatan pencegahan kecelakaan. Akan tetapi, pengidentifikasian
bahaya bukanlah ilmu pasti tetapi merupakan kegiatan subjektif di mana ukuran bahaya yang
teridentifikasi akan berbeda diantara orang satu dengan orang lainnya, tergantung pada
pengalaman masing-masing, sikap dalam menghadapi risiko/bahaya, familieritas terhadap
proses bersangkutan dan sebagainya. Bahaya dapat dibagi menjadi beberapa kategori
berdasarkan sumbernya yaitu :
Sumber :
Penilaian Risiko
Terdapat 3 ( tiga) sasaran yang akan dicapai dalam pelaksanaan penilaian risiko di tempat
kerja yaitu untuk :
Identifikasi bahaya dibutuhkan untuk mengetahui operasi mana yang memiliki potensi
bahaya di mana selanjutnya maka dilakukan penilaian risiko. Penilaian risiko adalah cara-
cara yang digunakan perusahaan untuk dapat mengelola dengan baik risiko yang dihadapi
oleh pekerjanya dan memastikan bahwa kesehatan dan keselamatan mereka tidak terkena
risiko pada saat bekerja. Berikut ini adalah istilah-istilah yang digunakan dalam penilaian
risiko yaitu :
Sasaran penilaian risiko adalah mengidentifikasi bahaya sehingga tindakan dapat diambil
untuk menghilangkan, mengurangi atau mengendalikannya sebelum terjadi kecelakaan yang
dapat menyebabkan cedera atau kerusakan. Berikut ini adalah langkah-langkah melakukan
penilaian risiko yaitu :
1) Mempersiapkan program penilaian risiko yaitu dengan membuat daftar seluruh tugas,
proses, dan area kerja yang menunjukkan bahaya. Selanjutnya menyusun daftar
tersebut secara berurutan mulai dari tingkat bahaya terbesar dan membuat rencana
program penilaian risiko.
2) Mengidentifikasi bahaya dengan cara sebagai berikut:
Inspeksi keselamatan kerja (melakukan survei keselamatan umum di tempat kerja)
Mengadakan patroli keselamatan kerja (mengidentifikasi bahaya di sepanjang rute
patroli yang ditetapkan terlebih dahulu)
Mengambil sampel keselamatan kerja (melakukan pemeriksaan hanya untuk satu
jenis bahaya, kemudian mengulanginya untuk bahaya lainnya)
Mengaudit keselamatan kerja (membuat perhitungan jumlah bahaya yang
ditemukan lalu dibandingkan dengan perhitungan sebelumnya)
Melaksanakan survei kondisi lingkungan
Membuat laporan kecelakaan
Melaporkan kondisi yang hampir menimbulkan kecelakaan atau near-miss
Meminta masukan dari karyawan
3) Menghilangkan atau mengurangi bahaya dengan tindakan sebagai berikut:
Menghilangkan operasi/material berbahaya (masalahnya kemudian selesai karena
bahayanya sudah tidak ada)
Untuk bahaya yang tidak dapat dihilangkan maka dilakukan pengembangan metode
kerja yang lebih aman dan menggunakan material alternatif yang lebih rendah
bahayanya.
4) Mengevaluasi risiko-risiko residual dengan pertimbangan penilaian risiko yaitu
tingkat/ukuran bahaya yang dihadapi, waktu, jumlah karyawan, probabilitas
terjadinya kecelakaan.
5) Mengembangkan strategi-strategi pencegahan dengan cara:
Menghilangkan peralatan, substansi, material atau metode kerja yang berbahaya.
Menyubstitusi peralatan, material substansi atau metode kerja dengan yang lebih
aman.
Mencegah kontak dengan menggunakan sarana pelindung yang sesuai
(pengamanan).
Mengendalikan kontak dengan cara membatasi akses atau waktu kontak dengan
substansi.
Menyediakan APD sebagai usaha terakhir.
6) Mengadakan pelatihan tentang operasi mengenai metode-metode kerja yang baru dan
pelaksanaan upaya-upaya pencegahan yang benar.
7) Mengimplementasikan upaya-upaya pencegahan.
8) Memonitor kinerja dengan cara memastikan pelaksanaan hal-hal berikut:
Upaya-upaya pencegahan/metode kerja yang sedang digunakan
Upaya-upaya pencegahan berjalan dengan efektif
Metode kerja yang baru tidak menciptakan bahaya baru
Menandai dan mengoreksi kemungkinan kelemahan upaya-upaya pencegahan
tersebut
9) Melaksanakan kajian ulang secara berkala dan membuat revisi jika diperlukan
Memastikan bahwa metode-metode yang dijalankan masih efektif
Memperbaharui tindakan-tindakan pencegahan
Ketika metode atau material kerja berubah
Jika penilaian yang ada tidak efektif lagi
Pendekatan secara kuantitatif untuk penilaian risiko pada umumnya digunakan untuk
peringkat risiko dengan mempertimbangkan faktor probabilitas tingkat keparahan dan
frekuensi. Setiap faktor dapat dinilai dari skala 1 sampai dengan 10. Perhitungan peringkat
risiko yaitu:
Di mana akan memberikan nilai peringkat risiko antara 1 sampai 1000. Urgensi atau prioritas
tindakan sehubungan dengan peringkat risiko tertentu dapat dievaluasi seperti yang
ditunjukkan pada Tabel 1. 2. 3 berikut ini.
Sumber :
5. Cara kerja yang aman dan sehat serta menetapkan posisi pekerja sesuai dengan
keahliannya dan kondisi kesehatannya.
Pekerja memiliki peran strategis dalam pembangunan dan sebagai agent of change
membudayakan hidup sehat dalam keluarga, sekaligus memiliki risiko terpapar bahaya di
tempat kerja yang dapat mempengaruhi status kesehatan dan produktivitas kerja.
Tempat kerja adalah tempat di mana orang berkumpul. Rata-rata orang bekerja di kantor
selama kurang lebih 8 jam per hari. Terdapat banya pekerjaan di tempat kerja, di mana setiap
pekerjaan pasti memiliki risiko dan bahaya, yang semuanya itu dapat menimbulkan Penyakit
Akibat Kerja (PAK) dan Kecelakaan Akibat Kerja (KAK).
1. Keselamatan kerja
2. Kesehatan kerja
4. Ergonomi
Luas tempat kerja
Kursi
Koridor
Postur kerja
Durasi kerja, dll.
Dalam rangka mendukung pengendalian resiko yang berkaitan dengan kegiatan kerja
guna terciptanya tempat kerja yang aman, nyaman, dan produktif maka setiap kantor
hendaknya memiliki Sistem Manajemen K3 (SMK3). Tahapan dalam pelaksanaan SMK3
yaitu:
Sumber : Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta, Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
Perkantoran, 03-Sep-2020.