Anda di halaman 1dari 3

Macam – Macam penyakit akibat kerja

dan upaya pencegahannya

Nama : Anggraini natalia mutahang


Nim : 19142010165
Kelas : A1 semester 3

Tiga Penyakit Akibat Kerja Terbanyak di Indonesia

Ketua Umum Perhimpunan Spesialis Kedokteran Okupasi Indonesia (Perdoki), Nusye E


Zamsiar, menyatakan, saat ini terdapat tiga jenis PAK terbanyak di Indonesia. Tiga PAK itu
antara lain tuli menduduki peringkat pertama, kemudian nyeri punggung, dan kulit.

Menurut Perdoki, penyakit tuli akibat kerja biasanya dialami oleh pekerja yang bekerja di
perusahaan atau pabrik yang terpapar suara bising dan yang bekerja di pertambangan.
Sementara nyeri punggung belakang bisa dialami oleh pekerja dihampir semua pekerjaan
seperti pekerja kantoran dan pekerja gudang.

Perdoki menambahkan, penyakit nyeri punggung belakang ini jangan dianggap sepele.
Sering kali pekerja yang mengalami nyeri punggung belakang ini menganggapnya sebagai
penyakit ginjal. Padahal hanya kesalahan duduk atau kursi tidak ergonomis. Bila hal tersebut
dibiarkan dapat mengganggu pekerjaan sehari-hari.

PAK terbanyak ketiga adalah penyakit kulit. Penyakit ini sekarang semakin banyak dialami
oleh pekerja yang sehari-harinya menangani bahan kimia di tempat kerja. Perdoki
menyatakan, PAK sama rentannya dengan penyakit tidak menular, seperti stroke, diabetes,
dan asam urat.

Maka, Perdoki menyarankan agar perusahaan memberikan pengenalan kepada pekerja


tentang PAK dan melakukan upaya pencegahan agar PAK tidak menimbulkan gangguan
kesehatan yang lebih serius.

Apa saja kategori dari penyakit akibat kerja?

World Health Organization (WHO) membagi PAK menjadi empat kategori, di antaranya:

1. Penyakit yang hanya diakibatkan oleh pekerjaan, contohnya Pneumoconiosis, yakni


penyakit saluran pernapasan yang diakibatkan oleh adanya partikel (debu) yang
masuk atau mengendap di dalam paru-paru.
2. Penyakit yang salah satunya penyebabnya adalah pekerjaan, contohnya Kanker Paru
(Karsinoma Bronkogenik).
3. Penyakit dengan pekerjaan menjadi salah satu penyebabnya di antara faktor-faktor
penyebab lainnya, misalnya Bronkitis Kronis, yakni peradangan pada saluran bronkial
(saluran pernapasan yang membawa udara ke paru-paru).
4. Penyakit dimana pekerjaan memperberat/memperparah suatu kondisi yang sudah
ada sebelumnya, contohnya Asma.

Apa saja faktor penyebab yang dapat memicu atau memperparah penyakit akibat kerja?

Terdapat beberapa penyebab PAK yang umum terjadi di tempat kerja. Penyebab PAK dibagi
menjadi lima golongan, di antaranya:

1. Golongan fisika

          Suhu ekstrem, bising, pencahayaan, getaran (vibrasi) radiasi pengion dan non pengion,
dan tekanan udara.

    2. Golongan kimia

          Semua bahan kimia dalam bentuk debu, uap, uap logam, gas, larutan, kabut, partikel
nano dan lain-lain.

    3. Golongan biologi

          Bakteri, virus, jamur, bioaerosol, dan lain-lain.

    4. Golongan ergonomi

        Desain tempat kerja, beban kerja, angkat angkut berat, posisi kerja janggal, posisi kerja
statis, gerak repetitif, penerangan, Visual Display Terminal (VDT) dan lain-lain.

    5.Golongan psikososial

        Beban kerja kualitatif dan kuantitatif, organisasi kerja, kerja monoton, hubungan
interpersonal, kerja shift, lokasi kerja dan lain-lain.

Apa tindakan pencegahan dan penemuan dini yang harus dilakukan untuk
mengurangi risiko penyakit akibat kerja?

Menurut PMK Nomor 56 Tahun 2016, pada umumnya PAK bersifat irreversible (tidak dapat
dipulihkan) sehingga tindakan pencegahan sangat diperlukan. Upaya pencegahan PAK yang
dapat pengurus lakukan antara lain:

1. Melakukan identifikasi potensi bahaya PAK


2. Promosi kesehatan kerja sesuai dengan hasil identifikasi potensi bahaya yang ada di
tempat kerja
3. Melakukan pengendalian potensi bahaya di tempat kerja
4. Pemberian informasi mengenai alat pelindung diri sesuai dengan potensi bahaya
yang ada di tempat kerja dan cara pemakaian alat pelindung diri yang benar
5. Pemberian imunisasi bagi pekerja yang terpajan dengan agen biologi tertentu.
Selain melakukan pencegahan, pengurus perusahaan juga wajib melakukan penemuan dini
PAK yang dilakukan dengan:

1. Pemeriksaan kesehatan prakerja


2. Pemeriksaan berkala
3. Pemeriksaan khusus, dilakukan sesuai indikasi bila ditemukan ada keluhan dan/atau
potensi bahaya di tempat kerja. Sebagai pemeriksaan lanjutan dari pemeriksaan
berkala dan menjelang masa akhir kerja.
4. Surveilans kesehatan pekerja dan lingkungan kerja. Menurut WHO, surveilans adalah
suatu pengamatan penyakit yang dilakukan secara terus-menerus dan sistematis
terhadap kejadian dan distribusi penyakit serta faktor-faktor yang memengaruhinya
sehingga dapat dilakukan tindakan pengendalian yang efektif.

Tidak seperti kecelakaan akibat kerja (KAK) yang dapat terlihat dengan jelas bukti terjadinya
kecelakaan tersebut, penyakit akibat kerja (PAK) tidaklah terlihat jelas. Pekerja yang
mengalami PAK akan merasakan masalah kesehatan akibat pekerjaan dan lingkungan kerja
setelah jangka waktu panjang atau terkadang pekerja sering mengabaikannya.

Maka dari itu, baik pengurus, dokter perusahaan, maupun pekerja harus benar-benar
memahami segala hal dan regulasi tentang PAK. Penegakan diagnosis spesifik dan sistem
pelaporan PAK penting dilakukan agar dapat mengurangi dan/atau bebas dari PAK yang
pada akhirnya dapat meningkatkan efisiensi dan produktivitas kerja.

Anda mungkin juga menyukai