Menurut Perdoki, penyakit tuli akibat kerja biasanya dialami oleh pekerja yang bekerja di
perusahaan atau pabrik yang terpapar suara bising dan yang bekerja di pertambangan.
Sementara nyeri punggung belakang bisa dialami oleh pekerja dihampir semua pekerjaan
seperti pekerja kantoran dan pekerja gudang.
Perdoki menambahkan, penyakit nyeri punggung belakang ini jangan dianggap sepele.
Sering kali pekerja yang mengalami nyeri punggung belakang ini menganggapnya sebagai
penyakit ginjal. Padahal hanya kesalahan duduk atau kursi tidak ergonomis. Bila hal tersebut
dibiarkan dapat mengganggu pekerjaan sehari-hari.
PAK terbanyak ketiga adalah penyakit kulit. Penyakit ini sekarang semakin banyak dialami
oleh pekerja yang sehari-harinya menangani bahan kimia di tempat kerja. Perdoki
menyatakan, PAK sama rentannya dengan penyakit tidak menular, seperti stroke, diabetes,
dan asam urat.
World Health Organization (WHO) membagi PAK menjadi empat kategori, di antaranya:
Apa saja faktor penyebab yang dapat memicu atau memperparah penyakit akibat kerja?
Terdapat beberapa penyebab PAK yang umum terjadi di tempat kerja. Penyebab PAK dibagi
menjadi lima golongan, di antaranya:
1. Golongan fisika
Suhu ekstrem, bising, pencahayaan, getaran (vibrasi) radiasi pengion dan non pengion,
dan tekanan udara.
2. Golongan kimia
Semua bahan kimia dalam bentuk debu, uap, uap logam, gas, larutan, kabut, partikel
nano dan lain-lain.
3. Golongan biologi
4. Golongan ergonomi
Desain tempat kerja, beban kerja, angkat angkut berat, posisi kerja janggal, posisi kerja
statis, gerak repetitif, penerangan, Visual Display Terminal (VDT) dan lain-lain.
5.Golongan psikososial
Beban kerja kualitatif dan kuantitatif, organisasi kerja, kerja monoton, hubungan
interpersonal, kerja shift, lokasi kerja dan lain-lain.
Apa tindakan pencegahan dan penemuan dini yang harus dilakukan untuk
mengurangi risiko penyakit akibat kerja?
Menurut PMK Nomor 56 Tahun 2016, pada umumnya PAK bersifat irreversible (tidak dapat
dipulihkan) sehingga tindakan pencegahan sangat diperlukan. Upaya pencegahan PAK yang
dapat pengurus lakukan antara lain:
Tidak seperti kecelakaan akibat kerja (KAK) yang dapat terlihat dengan jelas bukti terjadinya
kecelakaan tersebut, penyakit akibat kerja (PAK) tidaklah terlihat jelas. Pekerja yang
mengalami PAK akan merasakan masalah kesehatan akibat pekerjaan dan lingkungan kerja
setelah jangka waktu panjang atau terkadang pekerja sering mengabaikannya.
Maka dari itu, baik pengurus, dokter perusahaan, maupun pekerja harus benar-benar
memahami segala hal dan regulasi tentang PAK. Penegakan diagnosis spesifik dan sistem
pelaporan PAK penting dilakukan agar dapat mengurangi dan/atau bebas dari PAK yang
pada akhirnya dapat meningkatkan efisiensi dan produktivitas kerja.