Anda di halaman 1dari 20

1.

Seven Jumps

Langkah I : Identifikasi Istilah

1. Doping
 Kata doping sendiri berasal dari kata dope, bahasa suku Kaffern di Afrika Selatan
yang artinya minuman keras berkonsentrasi tinggi dari campuran akar tumbuhan yang
biasa dipakai suku setempat untuk perangsang (stimulan) pada acara trance adat.
 Doping dalam Bahasa Inggris berarti zat campuran opium dan narkotika untuk
perangsang. Kata doping pertama kali dipakai di Inggris pada tahun 1869 untuk
balapan kuda di Inggris, di mana kuda didoping agar menjadi juara.
 Pengertian atau definisi Doping Menurut IOC (International Olympic Committee)
pada tahun 1990, doping adalah upaya meningkatkan prestasi dengan menggunakan
zat atau metode yang dilarang dalam olahraga dan tidak terkait dengan indikasi medis.
 Menurut International Congress of sport Sciences; Olympiade Tokyo (1964); doping
adalah pemberian atau penggunaan oleh peserta lomba berupa bahan yang asing bagi
organisme melalui jalan apa saja atau bahan fisiologis dalam jumlah yang abnormal
atau diberikan melalui jalann yang abnormal dengan tujuan meningkatkan prestasi.

 Doping berasal dari kata dope yakni campuran candu dengan narkotika yang pada
awalnya digunakan untuk pacuan kuda di Inggris. Selanjutnya, para ahli memberikan
definisi doping sebagai berikut:
a) Doping adalah pemberian obat/bahan secara oral/parenteral kepada seorang
olahragawan dalam kompetisi, dengan tujuan utama untuk meningkatkan prestasi
secara tidak wajar.
b) Doping adalah pemberian/penggunaan oleh peserta lomba, berupa bahan yang asing
bagi organism melalui jalan apa saja atau bahan fisiologis dalam jumlah yang
abnormal atau diberikan melalui jalan yang abnormal, dengan tujuan meningkatkan
prestasi. (Djoko Pekik: 2006: 115).

Sumber :

 Dewi, I. A. K. A. (2015). Penyalahgunaan Zat Terlarang (Doping dan Napza)


sebagai Upaya Peningkatan Stamina dalam Olahraga. Jurnal Pendidikan
Kesehatan Rekreasi, 1(1), 15-19.
 Effendi, H. (2016). Tinjauan Pengetahuan Doping Atlet Binaraga Sumatera
Barat Tahun 2015. Sporta Saintika, 1(1), 34-44.

2. Steroid anabolik
 Steroid anabolik adalah steroid yang merangsang sel otot dan tulang untuk membuat
protein baru, meniru pengaruh dari hormon seks laki-laki testosterone.
 Steroid anabolik merupakan senyawa kimia derivat hormon testosteron (Chudik,
2003). Senyawa ini dalam bidang medis digunakan untuk pengobatan defisiensi tes-
tosteron, pubertas tertunda, anemia, kanker payudara, dan kerusakan jaringan oleh
virus HIV.
 Penggunaan steroid anabolik pada perkembangannya banyak disalahgunakan oleh
atlet, binaragawan, dan pengguna lainnya untuk meningkatkan kemampuan atletik,
kekuatan otot, dan memperbaiki penampilan. Dosis yang disalahgunakan biasanya 10
sampai 100 kali lebih tinggi dari dosis yang digunakan dalam kondisi medis (DEA,
2013).
 Hormon adalah pembawa pesan kimiawi dari satu sel atau kelompok sel ke sel
lainnya. Hormon berfungsi untuk memberikan sinyal ke sel target yang selanjutnya
akan melakukansuatu tindakan atau aktivitas tertentu (sistem kekebalan, metabolisme,
reproduksi, dan lain-lain) (Zein, 2007:1). Anabolik adalah suatu fase dimana tubuh
memperbaiki, membentuk,mensintesis dan mengembangkansel-sel sebagai bagian
dari proses metabolisme (Sherwood,2002:662). Hormon anabolik adalah suatu
hormon yang memiliki kerja meningkatkanfungsi faal tubuh.
 Kata steroid adalah istilah biokimia yang rnenggambarkan struktur tertentu. Semua
hormon termasuk dalam steroid. Istilah anabolik artinya metabolisme konstruktif. Hal
yang sebaliknya adalah katabolik. Dengan tambahan kata androgenik sehingga
menjadi anabolik androgenik steroid berarti hormon yang mempunyai efek
maskulinisasi (Moeloek, 2005:7).
 Hormon-hormon yang termasuk dalam hormon anabolik adalah testosterone, insulin,
growth hormone and IGF (Insulin-Like Growth Factors) (Kovacs, 2007:1).
Steroid anabolik dibagi dalam 2 kelompok yaitu:
1) Steroid anabolik androgenik atau Androgenic Anabolic Steroid (AAS)
2) Nonsteroid anabolik

Sumber :
 Marfu'ah, N. (2017). Pengaruh Steroid Anabolik Methandienone Terhadap
Kualitas Spermatozoa Tikus Putih (Rattus Norvegicus). Pharmaceutical Journal
of Islamic Pharmacy, 1(1), 6-11.
 Chudik, S.C. 2003. Anabolic Steroid. (serial online), Available from:
http://www.hoasc.com/pdf/R03-literature.pdf.
 DEA (Drug Enforcement Administration). 2013. Anabolic Steroids.(serial
online), Available from: http://www.anabolic_steroids.pdf.
 Andiana, O. (2012). Hormon Anabolik Pada Olahrawan. Medikora, (1).

3. Stanozolol
 Stanozolol is one of the most frequently detected anabolic steroids in doping control
samples. This compound is metabolized to a large extent and its metabolites can be
detected in urine much longer than the parent compound. The main stanozolol
metabolites are excreted in urine as glucuronide conjugates and 3′-hydroxy-stanozolol
glucuronide (3STANG) is one of the most important in human urine. Therefore
enzymatic hydrolysis is usually applied prior to extraction.

Terjemahan :

 Stanozolol adalah salah satu steroid anabolik yang paling sering terdeteksi dalam
sampel kontrol doping. Senyawa ini sebagian besar dimetabolisme dan metabolitnya
dapat dideteksi dalam urin lebih lama daripada senyawa induk. Metabolit stanozolol
utama diekskresikan dalam urin sebagai konjugat glukuronida dan 3′-hidroksi-
stanozolol glukuronida (3STANG) adalah salah satu yang paling penting dalam urin
manusia. Oleh karena itu, hidrolisis enzimatis biasanya diterapkan sebelum ekstraksi.

Sumber :

 Tudela, E., Deventer, K., & Van Eenoo, P. (2013). Sensitive detection of 3′-
hydroxy-stanozolol glucuronide by liquid chromatography–tandem mass
spectrometry. Journal of Chromatography A, 1292, 195-200.

4. IOC (International Olympic Committee)


 Komite Olimpiade Internasional (bahasa Inggris: International Olympic Committee,
IOC; bahasa Prancis: Comité International Olympique, CIO) adalah sebuah organisasi
yang berbasis di Lausanne, Swiss, yang didirikan oleh Pierre de Coubertin pada 1894
untuk mengadakan kembali Olimpiade Kuno yang diadakan di Yunani, dan
melangsungkan ajang olahraga ini setiap empat tahunnya.
 IOC menerima dana pengoperasiannya melalui periklanan dan memorabilia
Olimpiadenya, serta melalui penjualan hak liputan kepada media massa pada saat
Olimpiade.
 IOC adalah suatu organisasi internasional yang nonpemerintah dan tidak mencari
keuntungan, berlangsung tanpa batas waktu dalam bentuk suatu asosiasi dengan status
yang sah yang diakui oleh ketetapan Dewan Federasi Swiss tertanggal 17 September
1981.
 IOC ini merupakan penguasa tertinggi gerakan Olympic dengan misi memimpin
Gerakan Olympic sesuai dengan Piagam Olympic. Organisasi, tugas dan wewenang
IOC telah dituangkan dalam Piagam Olympic yang sebenarnya tidak hanya mengatur
organisasi IOC saja, tetapi juga National Olympic Committe (Komite Olympiade
Nasional) dan Internasional Sport Federation (ISF) serta pokok-pokok pengaturan
penyelenggaraan Olimpiade

Sumber :

 https://id.wikipedia.org/wiki/Komite_Olimpiade_Internasional
 Lismadiana. 2017. Dasar-Dasar Manajemen Olahrga. Yogyakarta :UNY Press.
ISBN : 978-602-6338-50-1.

Langkah II : Identifikasi Masalah

1) Mengapa obat-obatan yang mengandung doping tidak diperbolehkan pada seorang


atlet?

2) Mengapa tindakan doping berbahaya bagi atlet? Apa efek dari penggunaan doping?

Langkah III : Analisis Masalah

Uraikan disini!
1) Apa saja zat-zat yang mengandung doping serta mengapa doping tidak
diperbolehkan pada seorang atlet?
JAWABAN :
Penggunaan doping dilarang karena berdampak negatif bagi karir dan masa depan
seorang atlet. Hal ini dikarenakan, dampak negatif dari penggunaan doping dalam jangka
panjang seperti menimbulkan ketergantungan, rusaknya organ atau saraf pada tubuh, rentan
terserang penyakit, hilangnya karir dalam dunia olahraga, dll. Ambisi untuk memenangkan
pertandingan akibat kekhawatiran yang terjadi dalam diri atlet melatarbelakangi penggunaan
doping di lingkungan atlet berbagai cabang olahraga. Selain itu minimnya pengetahuan atlet
mengenai doping dan bahayanya di masa yang akan datang juga mengakibatkan atlet tidak
takut untuk menggunakan doping. Tentu saja ini bertentangan dengan salah satu tujuan dari
olahraga itu sendiri yaitu sebagai media untuk menciptakan manusia yang bersikap dan
berperilaku manusiawi, menghormati dan menghargai sesama, dan membentuk sikap dan
perilaku yang mulia, menghindari keserakahan, dan membentuk manusia yang kuat yang
dapat bermanfaat bagi manusia lainnya dan lingkungan sekitar. Apabila seorang atlet
menggunakan doping maka secara otomatis atlet tersebut mengingkari esensi olahraga.
Berikut ini merupakan zat-zat doping atau zat-zat terlarang menurut LADI(2007: 61-65)
yaitu sebagai berikut:
a) Stimulants
Stimulants merupakan obat yang langsung mempengaruhi susunan syaraf pusat.
Stimulant ini terdiri dari berbagai obat yang dapat meningkatkan kesegaran fisik,
mengurangi kelelahan, dan meningkatkan semangat bertanding namun juga dapat
mengurangi kewaspadaan, sehingga dapat menyebabkan kecelakaan pada
olahragawan. Amphetamine dan senyawa sejenis merupakan stimulant yang paling
banyak menimbulkan masalah.
b) Narkotika (Narcotic)
Olahragawan menggunakan narkotika hanya untuk menyembuhkan rasa nyerinya,
tetapi tidak mengobati penyebab dari nyeri, sehingga cidera akan bertambah buruk
dan dapat menimbulkan resiko ketergantungan fisik dan psikis.
c) Cannabinoid
Berasal dari tumbuhan yang bersifat psikoaktif, dapat berbentuk ganja, marijuana,
hashish. Zat yang paling aktif dari tumbuhan cannabis adalah tetrahydrocannabinol
(THC).
d) Anabolic Steroid
Merupakan golongan obat-obatan, baik asli maupun sinteis, yang mempunyai struktur
kimia dan aktivitas farmakologis serupa dengan hormon kelamin pria testosterone.
Steroid anabolic sering disalahgunakan oleh olahragawan untuk meningkatkan massa
otot, tenaga dan kekuatan, serta meningkatkan nafsu makan dan semangat
bertanding.Steroid eksogen adalah senyawa steroid yang tidak dapat diproduksi oleh
tubuh secara alamiah, contohnya: boldenone, stanozolol,danazol, dll. Steroid endogen
adalah senyawa steroid yang dapat diproduksi sendiri oleh tubuh secara alamiah,
seperti: androstenediol, testosterone, dll.
e) Hormon Peptida (Peptide Hormones)
Senyawa yang termasuk golongan ini adalah hormone Chorionoc gonadotropin
(hCG), Lutenizing hormone (LH), growth hormone (hGH), insulin like growth factor
(IGF-1), erythropoietin (EPO), insulin, dan corticotrophins.
f) Beta-2 Agonists
Beta-2 agonists umumnya digunakan dalam pengobatan asma. Jika zat ini turut
beredar dalam darah akan memberikan efek anabolic. Oleh karena itu, beta-2 agonists
dilarang kecuali formoterol, salbutamol, salmeterol, dan terbutaline yang
diperbolehkan penggunaannya dalam bentuk sediaan inhalasi untuk mencegah atau
mengobati asma (asma akibat olahraga atau kondisi bronkokonstriksi).
g) Senyawa Dengan Aktivitas Anti-Oestrogenic
Senyawa-senyawa golongan ini umumnya dipakai sebagai terapi hormon pada
penderita kanker payudara, antara lain aromatase inhibitor dan tamoxifen. Aromatase
inhibitor bekerja dengan cara mengurangi jumlah estrogen yangberedar dalam darah.
Senyawa-senyawa ini dapat disalahgunakan untuk menghilangkan efek yang tidak
diinginkan akibat pemakaian steroid anabolic.

h) Masking Agents
Masking agents adalah zat yang memiliki potensi untuk mengganggu pengeluaran
(ekskresi) zat yang dilarang. Pada sampel urin, akan menutupi adanya zat yang
dilarang atau megubah kondisi darah. Termasuk dalam masking agents.
i) Glucocorticosteroid
Glucocorticosteroid merupakan senyawa anti inflamasi yang kuat. Umumnya dipakai
untuk mengobati kondisi inflamasi kronik sepeti arthritis, asma, inflamasi sendi dan
reaksi alergi. Glucocorticosteroid dilarang penggunaannya di dalam pertandingan
dengan pemberian secara per-oral (diminum), per-rektal (ke dalam rectum), dan
untikan intravena maupun intramuscular.
Sumber :
 Effendi, H. (2016). Tinjauan Pengetahuan Doping Atlet Binaraga Sumatera
Barat Tahun 2015. Sporta Saintika, 1(1), 34-44.

2) Mengapa tindakan doping berbahaya bagi atlet? Apa efek dari penggunaan
doping?
JAWABAN :
Efeknya nyata bila sebelum dan selama penggunaan zat anabolic dilakukan latihan
intensif, yang disertai diet yang kaya akan protein dan kalori. Mengingat dosis tinggi yang
diperlukan untuk efek baik tersebut dan efek samping buruk yang dapat terjadi maka
pemakaian doping tidak dapat dibenarkan. Semua organisasi olahraga dunia melarang
penggunaan anabolic yang dimuat dalam satu daftar khusus. Atlet yang keberadaannya
menggunakan doping atas dasar tes urine yang dilakukan akan didiskulifikasi dan didenda
berat.
Dalam penggunaan doping ada beberapa efek yang dapat ditimbulkan secara positif dan
negative. Efek penggunaan doping secara positif secara umum dapat menambah stamina,
menambah rasa percaya diri, menambah kekuatan badan dan meningkatkan keberanian,
penghilang rasa sakit saat haid menjekang. Selain itu dapat meningkatkan ketenangan,
mengurangi tangan gemetar, menurunkan denyut jantung agar mudah berkonsentrasi. Efek
penggunaan doping secara negative, dapat menimbulkan kejang otot, mual, sakit kepala, dan
pingsan. Pemakaian yang terlalu sering dapat menyebabkan gangguan ginjal dan jantung.
Dan perubahan yang terjadi pada perempuan timbulnya gangguan pada menstruasi, pola
distribusi rambut, mengecilkan ukuran buah dada dan meningkatkan agresifitas.

Sumber :
 Dewi, I. A. K. A. (2015). Penyalahgunaan Zat Terlarang (Doping dan Napza)
sebagai Upaya Peningkatan Stamina dalam Olahraga. Jurnal Pendidikan
Kesehatan Rekreasi, 1(1), 15-19.

Langkah IV : Strukturisasi

Wanda 23 tahun
seoarang atlet
Johan Tim kesehatan terdiri dari
Positif menggunakan  Dentist
dopping  Psyoterapy
 Masase terapis
 Sport nutrion
 Sport psicologis
 Ahli anatomi antropometri

Kandungan obat dapat diperiksa bila


hasil kandungannya positif maka akan
diberikan sanksi

Penggunaan dopping

Langkah V : Learning Objective


Tuliskan disini!
1. Pemeriksaan tanda vital dan kemampuan atlet sebelum pertandingan.
2. Peran psikologi dalam latihan dan pertandingan.
3. Stres dalam pertandingan dan kaitannya dengan kesehatan olahraga.
4. Alat dan bahan laboratorium yang dipakai dalam pengumpulan data dan
pengembangan keterampilan deteksi praktek doping.
5. Akibat yang terjadi karena doping dan penyalahgunaan obat saat latihan dan selama
musim pertandingan secara benar.

Langkah VII : Sintesis hasil belajar mandiri sesuai LO, sebutkan sumbernya
ditiap paragrapf bahasan

1. Pemeriksaan tanda vital dan kemampuan atlet sebelum pertandingan.

Peran tim medis dibagi dalam tiga fase, yaitu :


1. Fase prakompetisi, 2. Fase kompetisi, 3. Fase post kompetisi
Fase Prakompetisi
- Pemeriksaan kesehatan awal (Pre Participation Examination)
- Pemeriksaan kesehatan tahunan (Annual Medical Examination).
Pemeriksaan kesehatan awal (ppe)
Dilakukan pada waktu atlet pertama kali akan masuk kedalam tim Pemeriksaan kesehatan
meliputi :
a. Tinggi dan berat badan, dilakukan oleh pelatih.
b. Pemeriksaan visus dan tanda vital, dilakukan oleh paramedik.
c. Riwayat penyakit dahulu, pemeriksaan fisik umum, dilakukan oleh dokter
d. Pengukuran anthropometri dan lemak tubuh dilakukan oleh sport nutrisionist.
e. Pemeriksaan ortopedik yang dilakukan oleh dokter spesialis ortopedi, spesialist
olahraga atau spesialis rehabilitasi medik.

Vital sign yang dilakukan terhadap atlet terdiri atas :


a. Tekanan darah
Tekanan yang di alami darah pada pembuluh arteri ketika darah di pompa oleh jantung ke
seluruh anggota tubuh. Pengukuran tekanan darah dapat di ukurmelalui nilai sistolik dan
diastolik. Tekanan darah dapat diukur dengan alat sphygmomanometer dan stestoskop untuk
mendengar denyut nadi.
b. Denyut nadi manusia bervariasi,tergantung dari banyak faktor yang mempengaruhinya,
pada saat aktivitas normal:
1) Normal: 60-100 x/mnt
2) Bradikardi: < 60x/mnt
3) Takhikardi: > 100x/mnt
Pengukuran denyut nadi dapat dilakukan pada:
1) Arteri Radialis. Terletak sepanjang tulang radialis, lebih mudah teraba di atas pergelangan
tangan pada sisi ibu jari. Relatif mudah dan sering dipakai secara rutin.
2)ArteriBrachialis.Terlertakdidalamototbicepsdarilenganataumedialdilipatan siku. Digunakan
untuk mengukur tekanan udara.
3) Arteri Karotis. Terletak di leher di bawah lobus telinga, di mana terdapat arteri karotid
berjalan di antara trakea dan otot sternokleidomastoideus.
c. Suhu tubuh
Temperatur (suhu) merupakan besaran pokok yang mengukur derajat panas suatu
benda/makhluk hidup.
Suhu tubuh dihasilkan dari:
1) Laju metabolisme basal diseluruh tubuh
2) Aktifitas otot
3) Metabolisme tambahan karena pengaruh hormon
Tindakan dalam pemeriksaan suhu tubuh alat yang digunakan adalah termometer. Jenis2
termometer yang biasa dipakai untuk mengukur suhu tubuh adalah termometer air raksa dan
digital.
Metode mengukur suhu tubuh:
1)Oral. Termometer diletakkan dibawah lidah tiga sampai lima menit. Tidak dianjurkan pada
bayi
2)Axilla. Metode yang paling sering di lakukan . Dilakukan 5-10 menit dengan menggunakan
termometer raksa. Suhu aksila lebih rendah 0.6° C (1°F) dari pada oral
3)Rectal. Suhu rektal biasanya berkisar 0.4°C (0.7°F) lebih tinggi dari suhu oral

d. Pernapasan
Frekuensi proses inspirasi dan ekspirasi dalam satuan waktu/menit. Faktor yang
mempengaruhi Respiratory Rate:
1) Usia
2) Jenis kelamin
3) Suhu Tubuh
4) Posisi tubu
5) Aktivitas
Interpretasi
Takhipnea :Bila pada dewasa pernapasan lebih dari 24 x/menit
Bradipnea : Bila kurang dari 10 x/menit
Apnea : Bila tidak bernapas

Adapun kemampuan atlet sebelum pertandingan harus memenuhi beberapa aspek


dibawah ini :
a.Aspek fisik
Aspek fisik merupakan aspek yang sangat penting bagi setiap atlet. Tanpa kondisi fisik yang
baik atlet tidak akan dapat mengikuti latiahn apalagi bertanding dengan sempurna. Menurut
Bompa (Sukadiyanto, 2010: 82) beberapa unsur kemampuan fisik dasar yang perlu
dikembangkan antara lain kekuatan, ketahanan, kecepatan, koordinasi, dan flesibilitas.
b. Aspek teknik
Aspek teknik bertujuan untuk mempermahir penguasaan keterampilan gerak badan suatu
cabang olahraga khususnya cabang olahraga sepakbola seperti menendang bola (kicking),
menahan bola (stoping), menggiring bola (dribbling), menyundul bola (heading), merampas
bola (tackling), lemparan ke dalam (trow-in).
c. Aspek taktik
Aspek taktik bertujuan untuk mengembangkan dan menumbuhkan kemampuan daya tafsir
atlet ketika melaksanakan kegiatan olahraga yang bersangkutan yang dilatih adalah pola-pola
permainan, strategi dan taktik bertahan dan penyerangan. Latihan taktik akan berjalan mulus
apabila teknik dasar sudah dikuasai dengan baik dan atlet mempunyai kecerdasan yang baik
pula.
d. Aspek mental
Aspek mental sama pentingnya dengan ketigas aspek diatas. Sebab betapa sempurnanya
perkembangan fisik, teknik dan taktik atlet apabila mentalnya tidak turut berkembang,
prestasi tinggi tidak mungkin akan dapat dicapai. Menurut Komarudin (2013: 1) menyatakan
bahwa untuk meningkatkan prestasi maksimal dalam olahraga tidak hanya dibutuhkan
kemampuan fisik, teknik, atau taktik tetapi latihan mental memegang peranan penting untuk
menghasilkan keadaan mental yang baik. Aspek mental lebih menekankan pada
perkembangan kedewasaan.
Sumber :
 Bafirman, B., & Wahyuri, A. S. (2019). Pembentukan Kondisi Fisik
 Putri, N. P. A. E. (2012). SURVEI SISTEM PEMBINAAN ATLET PELAJAR
SMP DAN SMA NEGERI SE KOTA MAGELANG DALAM PERSIAPAN POPDA
JAWA TENGAH (Doctoral dissertation, Universitas Negeri Semarang).

2. Peran psikologi dalam latihan dan pertandingan.

Psikologi adalah ilmu yang mempelajari tentang perilaku seseorang. Jika dikaitkan
dengan olahraga, maka akan mencakup perilaku yang diperlihatkan oleh seseorang ketika
sedang berolahraga, atau disebut penampilannya (performance) dalam berolahraga.
Singer,R.N. (1980) mengemukakan secara singkat bahwa Psikologi Olahraga adalah“the
science of psychology applied to athletes and athletic situations”; Cox, R.H.(1986)
mengemukakan bahwa Sport Psychologyis a science in which the principles of psychology
are applied in a sport setting”. Jadi, Psikologi Olahraga pada hakikatnya adalah psikologi
yang diterapkan dalam bidang olahraga, meliputi faktor-faktor yang berpengaruh secara
langsung terhadap atlet dan faktor-faktor di luar atlet yang dapat mempengaruhi penampilan
(performance) atlet tersebut.

Kontribusi Psikologi Olahraga Dalam Meningkatkan Prestasi Atlet

Manfaat psikologi olahraga bagi prestasi olahraga sebagai berikut:

1) Manfaat pertama adalah untuk dapat menjelaskan dan memahami tingkah laku atlet
dan gejala-gejala psikologik yang terjadi dalam olahraga pada umumnya; ini sangat
perlu karena tingkah laku manusia yang tampak (dapat dilihat) pada hakekatnya tidak
terlepas dari sikap (attitude) yang tidak tampak. Sikap individu dipengaruhi oleh
banyak faktor psikologik seperti: sifat-sifat pribadi individu, motif-motif, pikiran,
perasaan, serta pengalaman, pengetahuan, hambatan yang dialami dalam hidup, serta
pengaruh-pengaruh lingkungan lainnya.
2) Manfaat kedua yaitu untuk dapat meramalkan atau membuat prediksi dengan tepat
kemungkinan-kemungkinan yang dapat terjadi pada atlet, berkaitan dengan
permasalahan psikologik. Dengan membuat prediksi secara tepat, dapat ditentukan
program-program dan target sesuai keadaan dan kemampuan atlet yang bersangkutan,
serta dapat dihindarkan hal-hal yang kurang menguntungkan perkembangan atlet.
Misalnya dengan memahami sifat-sifat dan kemampuan atlet dapat diramalkan
kemungkinan bakat yang ada pada diri atlet tersebut, sehingga dapat diarahkan untuk
menekuni cabang olahraga yang sesuai dengan sifat-sifat dan kemampuannya.
3) Manfaat yang ketiga yaitu untuk dapat mengontrol dan mengendalikan gejala tingkah
laku dalam olahraga; dengan perlakuan-perlakuan untuk menanggulangi hal-hal yang
kurang menguntungkan, juga dapat memberi perlakuan-perlakuan untuk
mengembangkan kemampuan dan segi-segi positif yang dimiliki atlet. Misalnya atlet
yang dihinggapi rasa jemu berlatih (boredom) harus diberi perlakuan khusus dengan
variasi latihan yang menarik, kalau atlet tersebut memiliki motif berprestasi tinggi,
maka perlu sering diberi kesempatan untuk berlomba,dan sebagainya.

Sumber :

 Effendi, H. (2016). Peranan psikologi olahraga dalam meningkatkan prestasi


atlet. NUSANTARA: Jurnal Ilmu Pengetahuan Sosial, 1(1).

Psikologi dalam olahraga dapat diartikan sebaga bidang kajian yang menerapkan prinsip-
prinsip psikologi dalam olahraga guna mendongkrak kualitas kepribadian atlet dan performa
olahraga, baik performa individual maupun ditandai oleh sejumlah interaksi dengan individu
lain dan situasi-situasi eksternal yang menstimulusinya.

Ada beberapa aspek psikologis yang dapat mempengauhi performa seorang atlet dalam
menghadapi pertandingan, antara lain keyakinan diri (self efficacy), motivasi berprestasi,
stres, emosi, dan goal setting. Tiga pilar prestasi atlet adalah fisik, tekhnik, dan mental.

Di Indonesia faktor psikologis adalah pilar utama prestasi. Dengan mental yang unggul,
seorang atlet dapat mengolah kemampuan fisik dan tekhniknya dalam bertanding untuk
berprestasi. Namun fisik yang prima juga merupakan salah satu aset penting yang harus
dipertahankan oleh seorang atlet. Faktor fisik ini selain berhubungan dengan postur tubuh
yang ideal juga berkaitan dengan daya tahan, kecepatan, fleksibilitas, agility, koordinasi
gerak, dan kekuatan seorang atlet, baik dalam latihan maupun dalam menghadapi
pertandingan. Bisa dibayangkan apabila seorang atlet fisiknya tidak mendukung, atlet
tersebut akan sulit untuk berkembang, apalagi meraih prestasi yang maksimal.

Sumber :

 Efendy, A. F. (2013). TINGKAT STRES MENJELANG PERLOMBAAN


TERHADAP HASIL PERLOMBAAN PADA ATLET ATLETIK KEJUARAAN
NASIONAL YUNIOR DAN REMAJA JAWATENGAH DI JAKARTA TAHUN
2013 (Doctoral dissertation, Universitas Negeri Semarang).
3. Stres dalam pertandingan dan kaitannya dengan kesehatan olahraga.

Stres merupakan fenomena individual, masalah yang sama bisa jadi menimbulkan
stres bagi individu satu, tetapi belum tentu bagi individu yang lain. Sebagai ilustrasi, seorang
atlet bisa jadi stres ketika bertanding dengan jumlah penonton besar. Sebaliknya, atlet yang
lain malah senang karena banyak yang menonton. Kata kuncinya ada pada penilaian subjektif
individu terhadap hal-hal yang menjadi sumber stres. Aspek-aspek individual seperti umur,
jenis kelamin, pendidikan, pengalaman, kebutuhan, ambisi, cara berfikir, kemampuan,
keterampilan, dan kebiasaan menghadapi masalah akan menentukan apakah seseorang
gampang terkena stres atau tidak. Orang yang lemah, mudah tersinggung, tidak biasa
memecahkan masalah sendiri cenderung mengalami kesulitan mengatasi stres.

Stres salah satu faktor psikologis yang mempengaruhi prestasi atlet saat bertanding.
Bagaimana seorang atlet menghadapi stres yang dialami akan membantu atlet tersebut dalam
meraih prestasinya. Stres sendiri merupakan tekanan atau suatu yang terasa menekan dalam
diri seseorang. Perasaan tertekan ini timbul karena berbagai faktor, baik berasal dari dalam
diri sendiri ataupun dari luar. Kondisi stres ini berkaitan erat dengan kecemasan. Sementara
itu, kecemasan adalah suatu ketegangan mental yang biasanya disertai dengan gangguan
tubuh yang menyebabkan individu yang bersangkutan merasakan tidak berdaya dan
mengalami kelelahan karena senantiasa harus berada dalam keadaan was-was terhadap
ancaman bahaya yang tidak jelas.

Stres yang dialami oleh para atlet lebih banyak memberikan dampak negatif dari pada
dampak positif. Dampak negatif yang sering ditimbulkan stres atau ketegangan yang dialami
oleh seorang stlet antara lain permainan atau penampilan atlet yang buruk, seperti kurangnya
kontrol, gegabah dalam melakukan gerakan, kurangnya fokus. Atlet yang bertanding saat
kondisi stres tidak akan menunjukkan penampilan yang optimal, dan hal ini akan
menghambat prestasi atlet tersebut apabila tidak segera diatasi.

Saat stres, atlet juga berdekatan dengan emosi yang berfungsi sebagai motivasi
bertingkah laku. Emosi yang berlebihan akan mempengaruhi fisiologis atlet dan perilaku
bertanding. Emosi yang dikhayati oleh seseorang diekspresikan dalam perilakunya, terutama
dalam ekspresi raut wajah dan suara atau bahasa. Seseorang yang mengalami rasa takut atau
marah, dapat dilihat dari gerak-gerik tubuhnya, tetapi akan terlihat jelas pada raut muka.
Emosi juga dapat membuat seseorang siap atau tidak siap untuk berinteraksi dengan
lingkungannya melalui perubahan-perubahan fisiologis.

Sumber :

 Efendy, A. F. (2013). TINGKAT STRES MENJELANG PERLOMBAAN


TERHADAP HASIL PERLOMBAAN PADA ATLET ATLETIK KEJUARAAN
NASIONAL YUNIOR DAN REMAJA JAWA TENGAH DI JAKARTA TAHUN
2013 (Doctoral dissertation, Universitas Negeri Semarang).

4. Alat dan bahan laboratorium yang dipakai dalam pengumpulan data dan
pengembangan keterampilan deteksi praktek doping.

Berdasarkan prosedur pengumpulan sampel (LADI: 2007: 59-60) terdapat beberapa prosedur
untuk mengumpulkan sampel diantaranya sebagai berikut:

a) Pemberitahuan kepada olahragawan untuk pengujian doping oleh petugas pengantar.


b) Olahragawan melapor ke ruang pengawasan doping.
c) Olahragawan memilih botol penampung urin.
d) Olahragawan mengumpulkan sampel urin dibawah pengawasan petugas.
e) Olahragawan memilih botol sampel.
f) Olahragawan mengisi sampel urin ke dalam botol A dan B.
g) Olahragawan memeriksa kondisi botol setelah diisi.
h) Petugas memeriksa pH dan berat jenis urin olahragawan.
i) Olahragawan memberikan keterangan yang diperlukan petugas.
j) Olahragawan menandatangani formulir pengujian.

Tahapan pemeriksaan dopping sampel yang diperiksa adalah darah dan urin, dengan cara
sebagai berikut:

1) Tahap skrining, untuk deteksi dan perkiraan berapa doping yang ada.

2) Tahap kedua, untuk identifikasi

a. Zat tersebut di ekstraksi dari larutannya


b. Skrining dilakukan dengan menggunakan thin layer atau gas khromatografi
c. Identifikasi dilakukan dengan cara isolasi, dan dianalisis dengan menggunakan
khromatografi pula
d. Untuk konfirmasi identifikasi tersebut dapat dilakukan dengan cara mass
spectrometer, ultraviolet absorption spectrometer, infra red spectrometer.
e. Pemeriksaan anabolik steroid dilakukan dengsn cara radio immune assay dan
dilanjutkan dengan mass spectrometer.

Pada pengambilan sampel yang hadir adalah atlet yang diperiksa, pelatih atau tim manajer,
dokter atlet, petugas pengambil sampel dalam hal ini lembaga anti doping, wakil dari
federasi. Mereka menandatangani suatu berita acara yang menyatakan bahwa mereka hadir
pada saat pengambilan sampel dilaksanakan. Bila hasil tes ternyata positif maka tim
pemeriksaan segera memanggil tim manajer yang bersangkutan dan memberitahunya.

Bila setelah perundingan antara mareka dapat disimpulkan adanya penggunaan dopping,
maka hasil tersebut segera diberi tahu dalam waktu 24 jam setelah hasil pertama diumumkan.
Kemudian botol sempel tadi diambil kembali untuk diperiksa ulang, dan pemeriksaan ini
sebaiknya di laboratorium lain.

Sumber :

 LADI. “Pedoman Anti Doping Dalam Olahraga”. 2007. LADI: Jakarta.


 Eduansyah, F., Nuzuli, N., & Mansur, M. (2020). UPAYA PENCEGAHAN
PENGGUNAAN DOPING PADA ATLET CABANG OLAHRAGA ANGKAT
BESI BINAAN KONI ACEH TAHUN 2019. Jurnal Ilmiah Mahasiswa
Pendidikan Jasmani, Kesehatan dan Rekreasi, 6(2).

5. Akibat yang terjadi karena doping dan penyalahgunaan obat saat latihan dan selama
musim pertandingan secara benar.

Efek Samping Penggunaan Doping

Berikut ini merupakan efek samping penggunaan doping (LADI: 2007: 61-65) yaitu sebagai
berikut:

a) Stimulants
Efek samping yang sering terjadi pada dosis tinggi adalah tekanan darah meningkat,
sakit kepala, denyut jantung meningkat dan tidak beraturan, gelisah, dan tremor.
b) Narkotika (narcotics)
Efek samping utama dari penggunaan obat ini adalah depresi pernafasan, persepsi
yang salah terhadap rasa nyeri dan bahaya, menimbulkan resiko ketergantungan fisik
dan psikis.
c) Anabolic steroid
Efek samping dari senyawa ini, antara lain dapat menimbulkan gangguan system
kardiovaskuler (jantung dan pembuluh darah), kerusakan hati, dan perubahan psikis.
Pada usia remaja, penggunaan steroid anabolicdapat menghentikan pertumbuhan
tulang. Pada laki-laki dapat menyebabkan ukuran tests mengecil, buah dada
membesar dan menurunkan produksi sperma. Pada wanita dapat menyebabkan
maskulinisasi (seperti pertumbuhan kumis, pembesaran suara, dll), timbulnya jerawat,
kebotakan, serta gangguan pada fungsi indung telur dan siklus menstruasi.
d) Senyawa dengan aktivitas anti-oestrogenic
Efek samping yang mungkin timbul berupa rasa panas pada tubuh (hot flushes),
gangguan fungsi pencernaan, retensi cairan dan thrombosis vena (gangguan
pembekuan darah pada pembuluh vena)
e) Glucocorticosteroid
Efek akibat pemakaian secara umum, meliputi retensi cairan, hiperglikemik,
perubahan mood, infeksi sistemi (akibat penurunan daya imun) dan gangguan pada
jaringan otot dan tulang (contoh: osteoporosis, mengendurnya jaringan lunak dan
kelemahan otot, tulang, dan tendon)

Resiko Penggunaan Doping

Secara umum penggunaan doping menyebabkan terjadinya habituation (kebiasaan) dan


addiction (ketagihan) serta drugs abuse (ketergantungan obat) yang pada akhirnya
membahayakan atlet itu sendiri. Jenis doping tersebut antara lain:

1) Morphine. Berpengaruh terhadap SSP (SystemSyaraf Pusat) berupa analgesia,


meningkatkan rasa kantuk, perubahan mood dan depresi pernafasan. Pada saluran
pencernaanmenyebabkan penurunan motilitas usus, nausea serta emesis, disamping
juga keracunan akut hingga berakibat koma, miosis dan depresi pernafasan.
2) Anabolic Streoid. Menyebabkan wanita bersifat maskulin, gangguan pertumbuhan dan
perkembangan sks dan tulang, oedem, icterus, kanker hati, impotensi, dan
peningkatan suhu tubuh. (Irianto,2006:117)
3) Hormon Peptide. Jenis doping ini dapat menyebabkan tremor, hipertensi, kecemasan,
resiko pembekuan darah, stroke dan resiko meningkatnya serangan jantung.
4) Beta Blocker. Jenis doping ini digunakan untuk menurunkan tingkat denyut jantung
biasanya digunakan untuk nomor panahan atau menembak. Jenis doping ini
mempunyai efek samping gangguan tidur, turunnya tekanan darah, dan penyempitan
saluran pernafasan.

Sumber :

 LADI. “Pedoman Anti Doping Dalam Olahraga”. 2007. LADI: Jakarta.


 Eduansyah, F., Nuzuli, N., & Mansur, M. (2020). UPAYA PENCEGAHAN
PENGGUNAAN DOPING PADA ATLET CABANG OLAHRAGA ANGKAT
BESI BINAAN KONI ACEH TAHUN 2019. Jurnal Ilmiah Mahasiswa
Pendidikan Jasmani, Kesehatan dan Rekreasi, 6(2).
 Royana, I. F. (2016). Doping dalam Olahraga. Jendela Olahraga, 1(1 Juli).

Rubrik Penilaian Tutorial Online

2 1 0
Langkah I-IV seven jumps Langkah I-IV seven jumps Tidak membahas pokok
searah, sesuai pokok keluar dari pokok bahasan bahasan
bahasan tapi masih sesuai tema
Langkah V: Seluruh LO Langkah V; hanya Langkah V; tidak mengenai
terpenuhi disertai memenuhi 2-3 LO LO sama sekali
penambahan LO sesuai
pokok bahasan
Seluruh hasil sintesis valid, Hasil sintesis ada yang valid Seluruh sintesis tidak valid
sesuai referensi ada yang tidak atau tidak menyebutkan
referensi
Seluruh pembahasan sintesis Sebagian pembahasan Pembahasan sama sekali
sesuai LO sintesis sesuai LO tidak sesuai LO
Pembahasan sintesis tidak Dijumpai plagiat sebagian Plagiat total
plagiat dengan teman kelompok

Penilaian Tutorial : total poin x 10


Nilai :

Anda mungkin juga menyukai