Anda di halaman 1dari 16

DAMPAK DOPING DALAM

AKTIFITAS OLAHRAGA
KELOMPOK 1
PENGERTIAN DOPING
Doping adalah berasal dari kata dope, yakni campuran obat-obatan dengan
narkotika yang pada awalnya digunakan untuk olahraga pacuan kuda di Inggris.
Doping merujuk pada konsumsi obat atau bahan oral atau parenteral kepada seorang
olahragawan dalam suatu

kompetisi. Tujuan utama konsumsi doping itu untuk meningkatkan prestasi


olahraga dengan cara yang tidak wajar. Bahan asing atau obat yang dikonsumsi pun
tentunya dalam jumlah yang abnormal atau diberikan melalui jalan yang abnormal.
Menurut IOC (Komite Olimpiade Internasional) pada tahun 1990, doping adalah
upaya meningkatkan prestasi dengan menggunakan zat atau metode yang dilarang
dalam olahraga dan tidak terkait dengan indikasi medis.
 
JENIS- JENIS DOPING
Morfin
 
Morfin sangat berpengaruh terhadap SSP (System Syaraf Pusat)
berupa analgesia, untuk meningkatkan perubahan mood yang
tidak menentu, rasa kantuk luar biasa, dan depresi pernafasan.
Apabila morphine berada pada saluran pencernaan dapat
mengakibatkan penurunan motilitas usus, nausea serta emesis.
Selain itu juga ada orang kaya mengalami keracunan hingga
berakibat koma, miosis dan depresi pernafasan.
Steroid anabolik
Para atlet mengonsumsi jenis steroid anabolik untuk meningkatkan massa dan kekuatan otot. Dalam tubuh, jenis
steroid anabolik adalah testosteron. Steroid anabolik dikonsumsi dengan tujuan memodifikasi testosteron secara
sintetis. Banyak atlet terjebak mengonsumsi obat ini karena dapat mengurangi rasa nyeri dan pemulihan cepat
pada otot setelah melakukan olahraga.

Doping jenis ini dalam sistem kardiovaskuler akan mengakibatkan kolesterol HDL menurun dan
peningkatan secara tiba-tiba, metabolisme hati akan rusak dan rentan terkena penyakit tumor hati, untuk
reproduksi laki-laki berakibat pada penurunan produksi dan mobilitas sperma. Sedangkan pada wanita akan
menimbulkan ammenorhea, penyakit HIV dan AIDS karena infeksi jarum suntik yang tidak steril,
mengalami rasa depresi, dan menimbulkan jerawat berlebih pada wajah.
Hormon Peptida

Jenis doping ini dapat menyebabkan tremor,


hipertensi, kecemasan, resiko pembekuan darah,
stroke dan resiko meningkatnya serangan jantung.
Steroid sintetis
Jenis ini disebut juga designer drugs adalah obat yang
bisa meloloskan penggunanya dari deteksi tes doping.
Zat ini secara khusus dibuat untuk atlet tanpa izin legal
secara medis. Dampak dari mengkonsumsinya bisa
mengancam kesehatan tubuh atlet itu sendiri.
Diuretik
Obat diuretik apabila dikonsumsi akan menyebabkan sering
buang air kecil. Hal ini terjadi untuk membantu mencairkan obat
doping yang telah masuk ke dalam tubuh. Selain itu, diuretik
juga dapat menurunkan berat badan untuk kebutuhan cabang
olahraga tertentu yang menggunakan berat badan untuk indikator
pertandingan] Efek samping obat ini adalah pusing, tekanan
darah drop, kram hingga mengalami ketidakseimbangan
elektrolit.
Doping darah
Doping darah merupakan sebuah proses menambah sel darah
merah dengant ujuan mengalirkan oksigen ke paru-paru dan
otot dengan jumlah yang banyak. Caranya bisa melalui
transfusi darah atau konsumsi obat yang mengandung
erythropoietin. Tujuan konsumsi doping darah dapat
memperpanjang daya tahan performa atletik dalam suatu
pertandingan. Ketika oksigen banyak, atlet bisa lebih stabil
dan tidak cepat kelelahan. Konsumsi obat erythropoietin bukan
untuk keperluan medis justru dikhawatirkan akan mengalami
penggumpalan darah hingga kematian.
Efedrin
Jenis obat ini merupakan stimulan bagi sistem saraf yang ada pusat. Efeknya hampir sama
dengan adrenalin. Efek samping doping jenis ini dapat menyebabkan masalah stroke, jantung
dan masalah akut lainnya.

Hormon pertumbuhan
Jenis ini adalah obat yang ditujukan untuk anak-anak yang mengalami masalah pertumbuhan
secara lami. Sebab, cara kerjanya bisa membuat stimulasi reproduksi dan regenerasi sel.
Secara ilegal, atlet sangat mengharapkan keuntungan dari konsumsi human growth hormone
supaya performanya semakin kuat. Namun, HGH termasuk salah satu doping yang dilarang
karena dapat menyebabkan komplikasi seperti penyakit kronis hingga pembesaran organ
PENGARUH DOPING DALAM AKTIFITAS
OLAHRAGA
1.MELANGAR ATURAN
Dunia olahraga punya aturan jelas mengenai doping. Berdasarkan world anti-doping code,
ditetapkan World Anti-Doping Agency ( WADA ) pada 2008. Doping adalah apapun untuk
menambah performa atlet, berisiko mengganggu kesehatan, dan berlawanan dengan
semangat olahraga.
 
Kalau Anda terbukti memakai doping, Anda telah melanggar aturan kesehatan. Dan bagi
atlet yang akan bertanding tentu bakal menghadapi konsekuensinya. Hukuman bervariasi
mulai dari gelar yang dicabut sampai tidak diperbolehkan lagi bertanding, bahkan untuk
seumur hidup.
2.Hukuman Secara Moral
Hukuman gelar dicabut atau tidak bisa bertanding lagi tidak sebanding dengan konsekuensi sosial yang
akan dialami. Mulai orang terdekat sampai orang asing yang mengetahui kasus atlet yang doping akan
mendapat perlakuan atau perkataan yang tidak mengenakan.
 
Insiden doping adalah masalah berat yang bisa terjadi pada atlet. Apalagi bila terbukti memakai doping,
rasa malu sampai merasa mempermalukan institusi yang mengirimkan atlet tersebut untuk bertanding
adalah rasa tidak enak yang wajar dan akan sulit untuk memperbaikinya.
3. Gangguan Kesehatan Ringan
Atlet yang memakai doping biasanya bisa langsung merasakan efeknya. Beberapa gejala yang
dirasakan adalah sakit kepala, masalah pernafasan, mimisan sampai gejala yang tidak pernah dialami
sebelumnya seperti tremor atau masalah sinusitis.
 
Hal ini disebabkan karena doping tidak dibutuhkan tubuh dan menimbulkan berbagai pengaruh pada
tubuh sebagai reaksi selain performa yang meningkat selama pertandingan. Itulah yang menyebabkan
atlet dipantau dengan ketat sebelum dan setelah kompetisi. Kalau menunjukkan gejala – gejala ringan
seperti itu, atlet tersebut bisa dicurigai melakukan doping.
4.Masalah Psikis
Melakukan doping tidak sama dengan makan atau minum vitamin yang baik untuk tubuh. Anda bisa mengalami
kecemasan berlebihan, depresi, masalah psikosis sampai perilaku agresif dan insomnia. Hal – hal tersebut bisa dipicu
dengan rasa bersalah dan juga ketakutan lainnya.
 
Atlet bisa merasa bersalah dan mengalami masalah psikis yang dapat mempengaruhi perilakunya. Mereka juga bisa
kehilangan karir olahraganya dan harus berbicara dengan terapis atau tenaga profesional lainnya untuk mengatasi
masalah ini beserta konsekuensinya.
 
5. Penyakit Kesuburan
Doping juga bisa berbahaya untuk fertilitas atlet yang menggunakannya. Berbagai zat doping
bisa menyebabkan masalah klinis berkaitan dengan kesuburan. Hormonnya yang terganggu
dan menyebabkan masalah seperti datang bulan yang tidak teratur, mudah marah, gelisah, dan
lain sebagainya.
 
Doping juga bisa menyebabkan masalah ginekomastia (payudara membesar), gairah seksual
menurun atau perubahan ukuran testis. Kesulitan untuk memiliki anak dan beragam masalah
kesuburan kerap dikaitkan sebagai pengaruh jangka panjang zat doping pada tubuh.
  6.Gangguan Kesehatan Berat
Mengutip American Medical Society for Sports Medicine, doping adalah pemakaian zat aditif yang bisa
menimbulkan masalah kardiovaskular yang membuat irama jantung tidak teratur.
Atlet bisa mengalami serangan jantung, tekanan darah tinggi sampai menemui ajalnya.
 
Tiap orang bereaksi berbeda- beda dengan obat doping. Ada yang perlu waktu bertahun – tahun sampai
menunjukkan gejala masalah kesehatan, ada yang tidak butuh waktu lama. Salah satu efek yang dirasakan adalah
berbagai masalah berat yang bisa berujung dengan kematian.
7.Kecanduan
Doping bisa berupa stimulan untuk meningkatkan daya tahan untuk membantu menangani latihan melelahkan
yang lama. Beberapa doping yang berfungsi sebagai simultan adalah amfetamin, efedrin, dan yang membantu
bertahan selama lomba.
 
Sayangnya, dalam jangka panjang, stimulan dapat menimbulkan masalah pernafasan, atlet jadi mudah marah
dan agresif. Semua adalah tanda – tanda bersemangat yang berlebihan. Atlet bisa kecanduan dan memerlukan
obat – obatan tersebut untuk menjalani kehidupannya sehari – hari.
 
Kecanduan pada obat – obatan adalah hal buruk yang bisa terjadi pada atlet dan termasuk sulit ditangani.
Penanganan intensif diperlukan beserta dukungan dari keluarga dan teman untuk bisa sembuh. Walaupun
demikian, belum tentu atlet tersebut bisa kembali ikut pertandingan.
8. Berat Badan Menurun
Lomba tertentu seperti taekwondo, senam, ice skating, lari dan lain sebagainya kerap
mengelompokkan atlet sesuai dengan berat badannya. Ada doping yang kerap dipakai untuk membuat
atlet lebih ringan sesuai dengan nomor pertandingan.
 
Zat deutik membuat tubuh jadi lebih cepat turun berat badan. Kalau Anda lebih kurus dengan cara
doping, maka akan merasakan mudah letih dan tidak bertenaga dengan lebih cepat. Berat

badan turun secara tidak sehat dan bisa mengarah ke masalah kesehatan lainnya seperti problem
hormonal dan lain sebagainya.
9.Hilang Kesadaran Sampai Kematian
Doping dengan zat seperti steroid membuat atlet bisa berlatih walau tubuhnya kelelahan atau
merasa sakit. Doping juga bisa meningkatkan massa otot dan meningkatkan penampilan saat
bertanding. Pengaruh zat ini dapat membuat atlet tiba – tiba hilang kesadaran karena pemakaian
doping yang mempengaruhi aliran darah merah dalam tubuh.
 
Untuk kondisi yang parah, jantung atlet bisa mendadak berhenti dan menyebabkan kematian. Oleh
karena itu, doping dapat menghantarkan atlet bukan ke kemenangan tapi me masalah kesehatan
dan bisa berakhir dengan kematian.
KESIMPULAN
Tujuan awal dari penanganan penggunaan doping di kalangan atlet adalah mencakup 3 prinsip dasar yaitu
perlindungan kesehatan atlet, bentuk rasa hormat akan kode etik kedokteran dan keolahragaan dan
kesetaraan persaingan yang sehat untuk para atlet dalam pertandingan. Pada 1904, doping pertama kali
ditemukan di Olimpiade pada pelari. Pelari tersebut disuntik menggunakan strychnine buat membantu
kecepatan, serta konon memberinya kekuatan buat menyelesaikan kompetisi. Peraturan dan embargo
memakai doping.
Terlepas dari peningkatan kinerja yang terlihat pada atlet, para atlet jua tak jarang menderita efek kesehatan yg
merugikan serta bahkan kematian dini terkait dengan praktik doping. Hal itu menghasilkan terdapat
embargo memakai doping pada 1928 oleh Association of Athletics Federation, menurut Kode Anti-Doping
global atau World Anti-Doping Code, yg ditetapkan sang WADA atau World Anti-Doping Agency di 2008,
suatu zat atau pengobatan termasuk doping Bila memenuhi dua asal tiga kriteria berikut: bisa menaikkan
performa atlet, dapat menimbulkan risiko bagi kesehatan atlet, Bertentangan dengan semangat olahraga
Selain itu, WADA pula memutuskan daftar zat terlarang serta metode pengobatan yang diterbitkan setiap tahun
yang tidak boleh digunakan sang atlet. Banyak sekali eksekusi bisa dijatuhkan pada atlet yg terbukti
melanggar Kode Anti-Doping. di antaranya pembatalan raihan medali Olimpiade atau gelar olahraga
hingga embargo seumur hayati mengikuti kompetisi olahraga.
SEKIAN DAN TERIMA
KASIH

Anda mungkin juga menyukai