Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH ILMU FAAL OLAHRAGA

“DAMPAK DOPING DALAM AKTIFITAS OLAHRAGA”

OLEH KELOMPOK 1:

1. KRISTINA NATALIA

TLONAEN NIM:2201150026

2. JANRI S.A

BANI

NIM:2201150018

3. RISKY HIRONIMUS ALFIAN LEMBATA

LADJAR NIM:2201150070

4. BALSALSAL IVAN

BAITANU NIM:2201150040

5.YANRITSON FALLO

NIM:2201150012

6. RIDO JUANA

NAITBOHO

NIM:2201150048
7. MARTINO BRYAN NOFRIANTO

METE NIM:2201150078

8. JONALDO BETTY

NIM:2201150074

9. STEVANUS CLAUDIO

KURNIADU NIM:2201150064

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU

PENDIDIKAN PROGRAM STUDI PENJASKESREK

UNIVERSITAS NUSA CENDANA

2022/2023

KATA PENGANTAR

Dengan Rahmad Tuhan Yang Maha Esa, puji syukur atas kehadiran-nya, yang telah
melimpahkan rahmad dan Berkat-nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini
dengan baik meskipun jauh dari kata sempurna dan kami mengucapkan limpah terimaksih
atas dukungan dan saran dari Bapak Ibu Dosen atas bimbingan dalam pembuatan makalah
ini dan kami mengucapkan terimakasih kepada Orang Tua serta Teman-Teman yang telah
membantu memberikan saran dan pendapat sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini
dengan baik dan benar.

Kami menyadari bahwa dalam makalah ini masih ada kekurangan baik dari segi penyusunan
bahasa maupun kalimat dan dari segi yang lain nya. Oleh karena itu kami meminta para
pembaca untuk memberikan saran dan keritikan agar kami dapat membuat makalah yang
lebih baik lagi kedepan-nya sehingga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi para
pembaca.
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

B.Rumusan Masalah

BAB II PEMBAHASAN

A.Pengertian Doping

B.Pengaruh Doping Bagi Olahragawan

BAB III PENUTUP

A.Kesimpulan

B.Saran

BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Istilah dope pertama kali dikenal pada tahun 1889, yaitu dalam suatu perlombaan
;berkuda di Inggris. Kata dope itu sendiri berasal dari suatu suku bangsa di Afrika Tengah.
Pada saat itu, doping belum menjadi masalah. Kasus kematian karena doping pertama kali
terjadi pada tahun 1886 (pada saat itu belum dikenal istilah doping), yaitu pada olahraga
balap sepeda dari kota Bordeaux di Perancis ke Paris yang menempuh jarak sejauh 600 km.
Seorang pembalap meninggal karena diberikan obat untuk meningkatkan kemampuan oleh
pelatihnya. Sejarah penggunaan doping dalam olahraga dimulai lebih kurang sejak abad ke-
19 pada olahraga renang, dan yang paling sering dijumpai adalah pada olahraga balap
sepeda. Saat itu, obat-obat yang populer adalah jenis kafein, gula yang dilarutkan ke dalam
ether, minuman beralkohol, nitrogliserin, heroin, dan kokain. Pada tahun 1910, gerakan anti
doping pada olahraga mulai timbul setelah seorang Rusia menemukan cara pemeriksaan
doping, dan pada saat itu doping mendapat tantangan dari masyarakat karena bahaya yang
ditimbulkan.
Setelah mengetahui akan bahayanya, kampanye pemberantasan doping mulai diadakan.
Selanjutnya, masyarakat mulai mengerti pentingnya pencegahan doping pada atlet sehingga
tahun 1972 diadakan pemeriksaan doping secara resmi pada Olimpiade Musim Dingin di
Grenoble. Akan tetapi, meskipun cara pemeriksaan doping ataupun bahayanya telah
diketahui, hingga saat ini penggunaan doping tetap dilakukan oleh para atlet dengan alasan
bahwa atlet tidak mengerti atau tidak mau mengerti akan bahaya doping, keinginan atlet
untuk menang dengan cara apa pun, rangsangan hadiah bila menang, atlet merasa yakin
bahwa obat yang mereka pergunakan adalah hal baru yang tidak dapat dideteksi dalam air
seninya.

B.Rumusan Masalah
1. Bagaimana dampak doping dalam dunia olahraga?

BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Doping
Doping adalah berasal dari kata dope, yakni campuran obat-obatan dengan narkotika
yang pada awalnya digunakan untuk olahraga pacuan kuda di Inggris. Doping merujuk pada
konsumsi obat atau bahan oral atau parenteral kepada seorang olahragawan dalam suatu
kompetisi. Tujuan utama konsumsi doping itu untuk meningkatkan prestasi olahraga dengan
cara yang tidak wajar. Bahan asing atau obat yang dikonsumsi pun tentunya dalam jumlah
yang abnormal atau diberikan melalui jalan yang abnormal. Menurut IOC (Komite Olimpiade
Internasional) pada tahun 1990, doping adalah upaya meningkatkan prestasi dengan
menggunakan zat atau metode yang dilarang dalam olahraga dan tidak terkait dengan indikasi
medis.

B. Jenis-jenis Doping

1. Morfin

Morfin sangat berpengaruh terhadap SSP (System Syaraf Pusat) berupa analgesia, untuk
meningkatkan perubahan mood yang tidak menentu, rasa kantuk luar biasa, dan depresi
pernafasan. Apabila morphine berada pada saluran pencernaan dapat mengakibatkan
penurunan motilitas usus, nausea serta emesis. Selain itu juga ada orang kaya mengalami
keracunan hingga berakibat koma, miosis dan depresi pernafasan.

2. Steroid anabolik

Para atlet mengonsumsi jenis steroid anabolik untuk meningkatkan massa dan kekuatan otot.
Dalam tubuh, jenis steroid anabolik adalah testosteron. Steroid anabolik dikonsumsi dengan
tujuan memodifikasi testosteron secara sintetis. Banyak atlet terjebak mengonsumsi obat ini
karena dapat mengurangi rasa nyeri dan pemulihan cepat pada otot setelah melakukan
olahraga.

Doping jenis ini dalam sistem kardiovaskuler akan mengakibatkan kolesterol HDL menurun
dan peningkatan secara tiba-tiba, metabolisme hati akan rusak dan rentan terkena penyakit
tumor hati, untuk reproduksi laki-laki berakibat pada penurunan produksi dan mobilitas
sperma. Sedangkan pada wanita akan menimbulkan ammenorhea, penyakit HIV dan AIDS
karena infeksi jarum suntik yang tidak steril, mengalami rasa depresi, dan menimbulkan
jerawat berlebih pada wajah.

3. Hormon Peptida

Jenis doping ini dapat menyebabkan tremor, hipertensi, kecemasan, resiko pembekuan darah,
stroke dan resiko meningkatnya serangan jantung.
4. Hormon Peptid
Jenis doping ini dapat menyebabkan tremor, hipertensi, kecemasan, resiko pembekuan darah,
stroke dan resiko meningkatnya serangan jantung.
5. Steroid sintetis
Jenis ini disebut juga designer drugs adalah obat yang bisa meloloskan penggunanya dari
deteksi tes doping. Zat ini secara khusus dibuat untuk atlet tanpa izin legal secara medis.
Dampak dari mengkonsumsinya bisa mengancam kesehatan tubuh atlet itu sendiri.
6. Steroid sintetis
Jenis ini disebut juga designer drugs adalah obat yang bisa meloloskan penggunanya dari
deteksi tes doping. Zat ini secara khusus dibuat untuk atlet tanpa izin legal secara medis.
Dampak dari mengkonsumsinya bisa mengancam kesehatan tubuh atlet itu sendiri.
7. Diuretik
Obat diuretik apabila dikonsumsi akan menyebabkan sering buang air kecil. Hal ini terjadi
untuk membantu mencairkan obat doping yang telah masuk ke dalam tubuh. Selain itu,
diuretik juga dapat menurunkan berat badan untuk kebutuhan cabang olahraga tertentu yang
menggunakan berat badan untuk indikator pertandingan] Efek samping obat ini adalah
pusing, tekanan darah drop, kram hingga mengalami ketidakseimbangan elektrolit.
8. Doping darah
Doping darah merupakan sebuah proses menambah sel darah merah dengant ujuan
mengalirkan oksigen ke paru-paru dan otot dengan jumlah yang banyak. Caranya bisa
melalui transfusi darah atau konsumsi obat yang mengandung erythropoietin. Tujuan
konsumsi doping darah dapat memperpanjang daya tahan performa atletik dalam suatu
pertandingan. Ketika oksigen banyak, atlet bisa lebih stabil dan tidak cepat kelelahan.
Konsumsi obat erythropoietin bukan untuk keperluan medis justru dikhawatirkan akan
mengalami penggumpalan darah hingga kematian.
9. Efedrin
Jenis obat ini merupakan stimulan bagi sistem saraf yang ada pusat. Efeknya hampir sama
dengan adrenalin. Efek samping doping jenis ini dapat menyebabkan masalah stroke, jantung
dan masalah akut lainnya.
10. Hormon pertumbuhan
Jenis ini adalah obat yang ditujukan untuk anak-anak yang mengalami masalah pertumbuhan
secara lami. Sebab, cara kerjanya bisa membuat stimulasi reproduksi dan regenerasi sel.
Secara ilegal, atlet sangat mengharapkan keuntungan dari konsumsi human growth hormone
supaya performanya semakin kuat. Namun, HGH termasuk salah satu doping yang dilarang
karena dapat menyebabkan komplikasi seperti penyakit kronis hingga pembesaran organ

Zat
Zat yang terkandung dalam doping adalah sebagai berikut.
1.Stimulan
Obat-obat golongan ini memberi efek untuk merangsang sistem saraf agar meningkatkan
impuls, sehingga dapat meningkatkan kewaspadaan, mengurangi rasa lelah, kemungkinan
meningkatkan rasa bersaing dan sikap bermusuhan. Beberapa contoh obat golongan ini
diantaranya amphetamine, kokain, kafein, ophedrine, efedrin, amiphemazole.
2. Stimulan
Obat-obat golongan ini memberi efek untuk merangsang sistem saraf agar meningkatkan
impuls, sehingga dapat meningkatkan kewaspadaan, mengurangi rasa lelah, kemungkinan
meningkatkan rasa bersaing dan sikap bermusuhan. Beberapa contoh obat golongan ini
diantaranya amphetamine, kokain, kafein, ophedrine, efedrin, amiphemazole.
3. Cannabinoid
Zat ini adalah bahan kimia psikoaktif berasal dari tanaman ganja yang menyebabkan perasaan
relaksasi. Contohnya cannabis, hashish, marijuana.
4. Glukokortikosteroid
Dalam pengobatan konvensional, glukokortikosteroid digunakan terutama sebagai obat anti-
inflamasi dan untuk meringankan rasa sakit. Mereka umumnya digunakan untuk mengobati
asma, demam, peradangan jaringan dan rheumatoid arthritis. Glukokortikosteroid dapat
menghasilkan perasaan euforia, berpotensi memberikan keuntungan yang tidak adil pada
atlet. Atlet biasanya menggunakannya untuk menutupi rasa sakit yang dirasakan dari cedera
dan penyakit. Beberapa contohnya antara lain deksametason, flutikason, prednison,
triamsinolon, asetonid don rofleponid.
5. Alkohol dan Penyekat Beta
Zat yang biasa digunakan atlet olahraga tanpa aktivitas fisik seperti panahan can catur. Efek
obat ini adalah mengontrol tekanan darah tinggi, aritmia (irama jantung tidak beraturan),
angina pectoris (nyeri dada) dan migrain. Beberapa contohnya acebutolol, betaxolol,
carteolol, celiprolol, esmolol, labetalol, metipranolol, nadolol, oxprenolol, pindolol, timolol.

B.Pengaruh Doping Bagi Olahragawan


Zat doping umumnya berupa agen androgenik, seperti steroid anabolik yang membuat atlet
memiliki lebih banyak tenaga, tahan berlatih untuk waktu lama, tidak mudah lelah dan pulih
lebih cepat. Oleh karena itu, atlet yang doping kerap memenangkan pertandingan berkatnya.

Doping berarti atlet menang tidak dengan cara yang sportif. Ada zat yang dipakai untuk
membuat dirinya lebih kuat dibandingkan lawan. Tapi tindakan curang bukan satu – satunya
bahaya yang seseorang bisa dapatkan dengan melakukan doping. Berikut adalah beberapa di
antaranya.

1. Melanggar Aturan
Dunia olahraga punya aturan jelas mengenai doping. Berdasarkan world anti-doping code,
ditetapkan World Anti-Doping Agency ( WADA ) pada 2008. Doping adalah apapun untuk
menambah performa atlet, berisiko mengganggu kesehatan, dan berlawanan dengan semangat
olahraga.

Kalau Anda terbukti memakai doping, Anda telah melanggar aturan kesehatan. Dan bagi atlet
yang akan bertanding tentu bakal menghadapi konsekuensinya. Hukuman bervariasi mulai
dari gelar yang dicabut sampai tidak diperbolehkan lagi bertanding, bahkan untuk seumur
hidup.

2. Hukuman Secara Moral

Hukuman gelar dicabut atau tidak bisa bertanding lagi tidak sebanding dengan
konsekuensi sosial yang akan dialami. Mulai orang terdekat sampai orang asing yang
mengetahui kasus atlet yang doping akan mendapat perlakuan atau perkataan yang tidak
mengenakan.

Insiden doping adalah masalah berat yang bisa terjadi pada atlet. Apalagi bila terbukti
memakai doping, rasa malu sampai merasa mempermalukan institusi yang mengirimkan atlet
tersebut untuk bertanding adalah rasa tidak enak yang wajar dan akan sulit untuk
memperbaikinya.

3. Gangguan Kesehatan Ringan

Atlet yang memakai doping biasanya bisa langsung merasakan efeknya. Beberapa gejala
yang dirasakan adalah sakit kepala, masalah pernafasan, mimisan sampai gejala yang tidak
pernah dialami sebelumnya seperti tremor atau masalah sinusitis.

Hal ini disebabkan karena doping tidak dibutuhkan tubuh dan menimbulkan berbagai
pengaruh pada tubuh sebagai reaksi selain performa yang meningkat selama pertandingan.
Itulah yang menyebabkan atlet dipantau dengan ketat sebelum dan setelah kompetisi. Kalau
menunjukkan gejala – gejala ringan seperti itu, atlet tersebut bisa dicurigai melakukan
doping.

4. Masalah Psikis

Melakukan doping tidak sama dengan makan atau minum vitamin yang baik untuk tubuh.
Anda bisa mengalami kecemasan berlebihan, depresi, masalah psikosis sampai perilaku
agresif dan insomnia. Hal – hal tersebut bisa dipicu dengan rasa bersalah dan juga ketakutan
lainnya.

Atlet bisa merasa bersalah dan mengalami masalah psikis yang dapat mempengaruhi
perilakunya. Mereka juga bisa kehilangan karir olahraganya dan harus berbicara dengan
terapis atau tenaga profesional lainnya untuk mengatasi masalah ini beserta konsekuensinya.

5. Penyakit Kesuburan
Doping juga bisa berbahaya untuk fertilitas atlet yang menggunakannya. Berbagai zat
doping bisa menyebabkan masalah klinis berkaitan dengan kesuburan. Hormonnya yang
terganggu dan menyebabkan masalah seperti datang bulan yang tidak teratur, mudah marah,
gelisah, dan lain sebagainya.

Doping juga bisa menyebabkan masalah ginekomastia (payudara membesar), gairah seksual
menurun atau perubahan ukuran testis. Kesulitan untuk memiliki anak dan beragam
masalah kesuburan kerap dikaitkan sebagai pengaruh jangka panjang zat doping pada
tubuh.

6. Gangguan Kesehatan Berat

Mengutip American Medical Society for Sports Medicine, doping adalah pemakaian zat aditif
yang bisa menimbulkan masalah kardiovaskular yang membuat irama jantung tidak teratur.
Atlet bisa mengalami serangan jantung, tekanan darah tinggi sampai menemui ajalnya.

Tiap orang bereaksi berbeda- beda dengan obat doping. Ada yang perlu waktu bertahun –
tahun sampai menunjukkan gejala masalah kesehatan, ada yang tidak butuh waktu lama.
Salah satu efek yang dirasakan adalah berbagai masalah berat yang bisa berujung dengan
kematian.

7. Kecanduan

Doping bisa berupa stimulan untuk meningkatkan daya tahan untuk membantu menangani
latihan melelahkan yang lama. Beberapa doping yang berfungsi sebagai simultan adalah
amfetamin, efedrin, dan yang membantu bertahan selama lomba.

Sayangnya, dalam jangka panjang, stimulan dapat menimbulkan masalah pernafasan, atlet
jadi mudah marah dan agresif. Semua adalah tanda – tanda bersemangat yang berlebihan.
Atlet bisa kecanduan dan memerlukan obat – obatan tersebut untuk menjalani kehidupannya
sehari – hari.

Kecanduan pada obat – obatan adalah hal buruk yang bisa terjadi pada atlet dan termasuk
sulit ditangani. Penanganan intensif diperlukan beserta dukungan dari keluarga dan teman
untuk bisa sembuh. Walaupun demikian, belum tentu atlet tersebut bisa kembali ikut
pertandingan.

8. Berat Badan Menurun

Lomba tertentu seperti taekwondo, senam, ice skating, lari dan lain sebagainya kerap
mengelompokkan atlet sesuai dengan berat badannya. Ada doping yang kerap dipakai untuk
membuat atlet lebih ringan sesuai dengan nomor pertandingan.

Zat deutik membuat tubuh jadi lebih cepat turun berat badan. Kalau Anda lebih kurus dengan
cara doping, maka akan merasakan mudah letih dan tidak bertenaga dengan lebih cepat. Berat
badan turun secara tidak sehat dan bisa mengarah ke masalah kesehatan lainnya seperti
problem hormonal dan lain sebagainya.

9. Hilang Kesadaran Sampai Kematian

Doping dengan zat seperti steroid membuat atlet bisa berlatih walau tubuhnya kelelahan atau
merasa sakit. Doping juga bisa meningkatkan massa otot dan meningkatkan penampilan saat
bertanding. Pengaruh zat ini dapat membuat atlet tiba – tiba hilang kesadaran karena
pemakaian doping yang mempengaruhi aliran darah merah dalam tubuh.

Untuk kondisi yang parah, jantung atlet bisa mendadak berhenti dan menyebabkan kematian.
Oleh karena itu, doping dapat menghantarkan atlet bukan ke kemenangan tapi me masalah
kesehatan dan bisa berakhir dengan kematian.

Doping adalah Performance Enhancing Drugs (PED) obat untuk meningkatkan kinerja atlet,
khususnya secara kompetitif. Doping mungkin bisa mengantarkan atlet kepada kemenangan,
tapi dengan kemungkinan gelarnya dicabut karena ketahuan doping. Selain berbahaya untuk
karir seorang atlet, doping juga memiliki efek negatif untuk kesehatan. Bagi atlet yang
berjibaku dengan olah tubuh dalam kesehariannya, memakai doping hanya akan
mendatangkan kerugian.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Tujuan awal dari penanganan penggunaan doping di kalangan atlet adalah mencakup 3
prinsip dasar yaitu perlindungan kesehatan atlet, bentuk rasa hormat akan kode etik
kedokteran dan keolahragaan dan kesetaraan persaingan yang sehat untuk para atlet dalam
pertandingan. Pada 1904, doping pertama kali ditemukan di Olimpiade pada pelari. Pelari
tersebut disuntik menggunakan strychnine buat membantu kecepatan, serta konon
memberinya kekuatan buat menyelesaikan kompetisi. Peraturan dan embargo memakai
doping.
Terlepas dari peningkatan kinerja yang terlihat pada atlet, para atlet jua tak jarang menderita
efek kesehatan yg merugikan serta bahkan kematian dini terkait dengan praktik doping. Hal
itu menghasilkan terdapat embargo memakai doping pada 1928 oleh Association of Athletics
Federation, menurut Kode Anti-Doping global atau World Anti-Doping Code, yg ditetapkan
sang WADA atau World Anti-Doping Agency di 2008, suatu zat atau pengobatan termasuk
doping Bila memenuhi dua asal tiga kriteria berikut: bisa menaikkan performa atlet, dapat
menimbulkan risiko bagi kesehatan atlet, Bertentangan dengan semangat olahraga
Selain itu, WADA pula memutuskan daftar zat terlarang serta metode pengobatan yang
diterbitkan setiap tahun yang tidak boleh digunakan sang atlet. Banyak sekali eksekusi bisa
dijatuhkan pada atlet yg terbukti melanggar Kode Anti-Doping. di antaranya pembatalan
raihan medali Olimpiade atau gelar olahraga hingga embargo seumur hayati mengikuti
kompetisi olahraga.

B. Saran

Meskipun kami menginginkan kesempurnaan dalam penyusunan makalah ini, akan tetapi
pada kenyataannya masih banyak kekurangan yang perlu penulis perbaiki. Hal ini
dikarenakan masih minimnya pengetahuan penulis.

Oleh karena itu kritik dan saran yang membangun dari para pembaca sangat diharapkan
sebagai bahan evaluasi untuk ke depannya. Sehiingga dapat menyempurnakan makalah ini
dan berguna bagi para pembaca.

Anda mungkin juga menyukai