Liliek Prasetyo
A. Latar Belakang
Ambisi untuk menang dalam jagat olahraga, baik bagi
kebanggaan diri sendiri, keluarga, maupun negara, menyebabkan
atlet, pelatih, atau si orang tua atlet menghalalkan segala cara.
Tersering, cara yang digunakan adalah meminum secara teratur
obat, ramuan tetumbuhan, atau zat tertentu agar otot tubuh
menjadi besar dan kuat.
Tak perlu bertanya kepada para pelaku, kita bisa menduga bahwa
prestasi, gengsi, ambisi, bonus, uang, ketenaran, hiruk pikuk
tepukan dan puja puji adalah jawaban mengapa seorang atlet
menggunakan doping. Bisa jadi atlet hanyalah alat dari ambisi
terselubung sebuah institusi induk organisasi, atau siapapun yang
berada di balik layar, atau bahkan sebuah negara. Nilai sportifitas
dalam beberapa cabang olahraga sering ternoda oleh pemakaian
obat doping yang dikonsumsi atletnya. Persaingan prestasi
olahraga yang semakin ketat membuat sebagian atlet sering
menghalalkan berbagai cara.
Sejauh ini Jika Seseorang olahragawan
dicurigai dan pada pemeriksaan berikutnya
benar-benar terbukti menggunakan Doping,
maka dialah terdakwa utama, mungkin ada
kambing hitam yang ikut berperan namun
luput dari jeratan sanksi. Atau, tak jarang
pula olahragawan tersebut memang
pengguna doping sejati yang merancangnya
secara sistematis demi sebuah prestasi.
Kita memaklumi, banyak negara menjadikan
olahraga bak sebuah industri, melibatkan uang,
melibatkan berbagai pihak dan kepentingan. Di
sisi lain, sajian olahraga menjadi makin menarik,
penuh pesona, mampu menyedot perhatian
berjuta pasang mata, menciptakan kelompok-
kelompok para fans, melecut gairah, menggugah
histeria. Kadang memicu pertengkaran,
perkelahian atau bahkan nyawapun jadi tumbal.
Untuk itulah para olahragawan (dan para ofisial)
dituntut selalu tampil prima untuk meraih impian,
yakni kemenangan dan prestasi.
Tak ada yang salah ketika “kemenangan”,
“gengsi” dan prestasi dikumandangkan.
Namun upaya ke arah itu sepantasnya
menggunakan cara-cara jujur dengan
menjunjung tinggi nilai sportivitas sebagai
“ruh” olahraga itu sendiri. Tentu dengan
latihan tekun, teratur, terukur, sistematis
dengan memanfaatkan teknologi terkini sejauh
tidak melanggar ketentuan induk organisai
olahraga dan tidak merugikan kesehatan.
B. Rumusan Masalah
1. Apa itu doping?
2. Apa saja jenis-jenis doping?
3. Apakah dampak dari penggunaan doping
bagi tubuh?
4. Mengapa penggunaan doping dilarang?
1. Doping
Kata Doping sendiri berasal dari kata dope,
bahasa suku Kaffern di Afrika Selatan yang artinya
minuman keras berkonsentrasi tinggi dari
campuran akar tumbuhan yang biasa dipakai suku
setempat untuk perangsang (stimulan) pada acara
trance adat. Sedangkan Doping dalam Bahasa
Inggris berarti zat campuran opium dan narkotika
untuk perangsang. Kata doping pertama kali
dipakai di Inggris pada tahun 1869 untuk balapan
kuda di Inggris, di mana kuda didoping agar
menjadi juara.
Menurut UU No.3 tahun 2005 tentang Sistem
Keolahragaan Nasional, Bab I Ketentuan Umum
Pasal 1 ayat 22, Doping adalah penggunaan zat
dan/atau metode terlarang untuk meningkatkan
prestasi olahraga.
Menurut International Congress of Sport
Sciences; Olympiade Tokyo 1964 : Doping adalah
pemberian/penggunaan oleh peserta lomba
berupa bahan yang asing bagi organisme melalui
jalan apa saja atau bahan fisiologis dalam jumlah
yang abnor-mal atau diberikan melalui jalan yang
abnormal, dengan tujuan meningkatkan prestasi.
Sesuai dengan Undang Undang No.3 tahun 2005
tentang Sistem Keolahragaan Nasional dalam Bab
XVIII pasal 85 ayat (1) diuraikan : Doping dilarang
dalam semua kegiatan olahraga. Ayat (2) : Setiap induk
organisasi cabang olah-raga dan/atau
lembaga/organisasi olahraga nasional wajib membuat
peraturan doping dan disertai sanksi. Ayat (3) :
Pengawasan doping sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) dilakukan oleh Pemerintah.
Di Indonesia, wadah yang melakukan
pengawasan doping adalah LADI (Lembaga Anti
Doping Indonesia). Sedangkan pada tingkat dunia,
pengawasan dilakukan oleh WADA (World Anti
Doping Agency).
Obat-obatan yang dilarang oleh Badan Anti Doping Dunia dalam
daftar tahun 2004 dapat dimasukan dalam delapan golongan. Ke
delapan golongan tersebut adalah sebagai berikut :
a). Stimulants
Stimulan adalah obat yang digunakan untuk meningkatkan
aktivitas fisik dan kewaspadaan dengan meningkatkan gerak
jantung dan pernapasan serta meningkatkan fungsi otak. Dengan
berkerja pada sistem saraf pusat, stimulan bisa merangsang tubuh
baik secara mental dan fisik.Contohnya adalah adrafinil, kokain,
modafinil, pemoline, selegiline. Dilarang karena dapat
merangsang pikiran atau tubuh, sehingga meningkatkan kinerja
dan memberi atlet keuntungan yang tidak adil.
Atlet menggunakannya untuk meningkatkan kemampuan mereka
dalam latihan pada tingkat yang optimal, menekan kelelahan
tempur dan nafsu makan.
b). Narcotic Analgesics
Analgesik narkotik biasanya mengambil bentuk obat penghilang
rasa sakit yang bekerja pada otak dan sumsum tulang belakang
untuk mengobati rasa sakit yang terkait dengan stimulus yang
menyakitkan. Contohnya : buprenorfin, dextromoramide, heroin,
morfin, petidin. Analgesik narkotik dilarang karena dapat
digunakan untuk mengurangi atau menghilangkan nyeri
dirasakan dari cedera atau sakit sehingga untuk membantu atlet
dalam latihan yang lebih keras dan untuk jangka waktu yang
lama. Bahaya dalam hal ini adalah bahwa obat itu hanya
menyembunyikan rasa sakit tidak mengobati sakitnya itu sendiri.
Akibatnya, atlet mungkin memiliki rasa aman yang palsu, dan
dengan terus melatih dan bersaing, resiko kesehatan menjadi
meningkat. Oleh karena itu obat ini dilarang digunakan dalam
kompetisi.
c). Cannabinoids
Cannabinoids adalah bahan kimia psikoaktif berasal
dari tanaman ganja yang menyebabkan perasaan
relaksasi. Contohnya adalah hashis, minyak hashis,
marijuana. Marijuana umumnya tidak dianggap
meningkatkan kinerja, tapi dilarang karena
penggunaannya merusak citra olahraga. Ada juga
faktor keamanan terlibat karena penggunaan ganja
dapat melemahkan kemampuan atlet, sehingga
mengorbankan keselamatan atlet dan pesaing lainnya.
Atlet menggunakannya untuk meningkatkan waktu
pemulihan mereka setelah latihan, meningkatkan
denyut jantung mereka, mengurangi kelemahan
mereka. Obat ini Dilarang dalam kompetisi.
d). Anabolic Agents
Anabolik steroid androgenik (AAS) adalah versi
sintetis dari hormon testosteron. Testosteron adalah
hormon kelamin laki-laki ditemukan dalam jumlah
besar pada kebanyakan laki-laki dan di beberapa
perempuan. Anabolik steroid androgenik masuk ke
dalam salah satu dari dua kategori: 1). Steroid eksogen
adalah substansi yang tidak mampu diproduksi oleh
tubuh secara alami, dan 2). Steroid endogen adalah
mereka zat yang mampu diproduksi oleh tubuh secara
alami. Contoh steroid eksogen adalah drostanolone,
metenolone dan oksandrolon, sedangkan contoh
steroid endogen adalha androstenediol (andro),
dehydroepiandrosterone (DHEA) dan
testosterone. Agen anabolik hanya boleh diresepkan
untuk penggunaan medis saja. Dilarang karena
penggunaan agen anabolik dapat meningkatkan
kinerja seorang atlet, memberikan mereka keuntungan
yang tidak adil. Kemungkinan lain adalah efek
samping yang serius medis bagi pengguna.
Daftar Pustaka :
http://ridwanaz.com/kesehatan/pengertian-
doping-jenis-jenis-doping-obat-perangsang-
prestasi-yang-dilarang/comment-page-1/
http://smamuhbulukumba.blogspot.com/201
0/02/penggunaan-doping-dalam-
olahraga.html
http://rendrapjk08.wordpress.com/2010/10/2
7/doping-terhadap-olahraga-di-indonesia/