Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Olahraga merupakan faktor penting dalam upaya pemeliharaan kesehatan


manusia. Seiring perkembangan zaman, olahraga tidak hanya sebagai sarana
untuk pemeliharaan kesehatan manusia tetapi juga sebagai ajang kompetisi yang
dapat mengharumkan nama bangsa dan negara. Orientasi untuk memperoleh
kemenangan tidak mudah bagi seorang. Tantangan tersebut mendorong
munculnya keinginan untuk memenangkan pertandingan secara instan, antara lain
adanya isu tentang penggunaan doping.

Penggunaan doping dalam aktivitas olahraga prestasi menjadi salah satu


isu yang sedang hangat dibahas pada saat ini, karena menimbulkan kontroversi.
Doping adalah penggunaan oleh peserta lomba, berupa bahan yang asing bagi
organisme melalui jalan apa saja atau bahan fisiologis dalam jumlah yang
abnormal atau diberikan melalui jalan yang abnormal, dengan tujuan
meningatkan prestasi. Kesimpulan dari hasil penelitian ini adalah penggunaan
doping lebih berasal dari aspek individu sendiri, tanpa adanya kesadaran dari
individu pelaku olahraga. Penggunaan doping dapat memberikan efek negatif
bagi penggunanya dan dapat menciderai fair play dalam olahraga. Jadi hendaknya
para peserta lomba mengurangi atau memerangi penggunaan doping.

Dalam proses mengurangi dan memerang penggunaan doping dalam


olahraga maka dibentuk WADA (World Anti Doping Agency) dan LADI
(Lembaga Anti Doping Indonesia). Proses mengurangi pengguna doping dapat
dengan menanamkan nilai etika dalam olahraga dan tidak selalu menuntut
kemenangan menjadi hal yang utama.

1
B. Rumusan Masalah

a. Apa pengertian doping?


b. Apa saja jenis-jenis doping?
c. Bagaimana dampak penggunaan doping?
d. Apa faktor olahragawan/atlet menggunakan doping?
e. Apa alasan pelarangan doping?

C. Tujuan Masalah

a. Mengetahui pengertian doping.


b. Mengetahui jenis-jenis doping.
c. Mengetahui dampak penggunaan doping.
d. Mengetahui faktor penyebab atlet menggunakan doping.
e. Mengetahui alasan pelarangan doping.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Doping

Doping adalah pemberian obat/bahan secara oral/parenteral kepada


seorang olahragawan dalam kompetisi, dengan tujuan utama meningkatkan
prestasi secara tidak wajar (Richard V.Ganslen).

Doping berasal dari kata dope (berasal dari bahasa suku kaffern di afrika
Selatan) yang artinya minuman keras berkonsentrasi tinggi dari campuran akar
tumbuhan yang biasa dipakai suku setempat untuk perangsang (stimulan) pada
acara pesta tradisionalnya. Sedangkan doping dalam Bahasa Inggris berarti zat
campuran opium dan narkotika untuk perangsang. Kata doping pertama kali
dipakai di Inggris pada tahun 1869 untuk balapan kuda di Inggris, pada balap
kuda di inggris dimana kuda diberi doping agar menjadi juara.

Menurut UU No.3 tahun 2005 tentang Sistem Keolahragaan Nasional, Bab


I Ketentuan Umum Pasal 1 ayat 22, Doping adalah penggunaan zat dan/atau
metode terlarang untuk meningkatkan prestasi olahraga. Menurut International
Congress of Sport Sciences; Olympiade Tokyo 1964 : Doping adalah
pemberian/penggunaan oleh peserta lomba berupa bahan yang asing bagi
organisme melalui jalan apa saja atau bahan fisiologis dalam jumlah yang abnor-
mal atau diberikan melalui jalan yang abnormal, dengan tujuan meningkatkan
prestasi.

Sesuai dengan Undang Undang No.3 tahun 2005 tentang Sistem


Keolahragaan  Nasional dalam Bab XVIII pasal 85 ayat (1) diuraikan : Doping
dilarang dalam semua kegiatan olahraga. Ayat (2) : Setiap induk organisasi
cabang olah-raga dan/atau lembaga/organisasi olahraga nasional wajib membuat
peraturan doping dan disertai sanksi. Ayat (3) : Pengawasan doping sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh Pemerintah. Di Indonesia, wadah yang

3
melakukan pengawasan doping adalah LADI (Lembaga Anti Doping Indonesia).
Sedangkan pada tingkat dunia, pengawasan dilakukan oleh WADA (World Anti
Doping Agency).

B. Jenis-Jenis Doping

Obat-obatan yang dilarang oleh Badan Anti Doping Dunia dalam daftar
tahun 2004 dapat dimasukan dalam delapan golongan. Ke delapan golongan
tersebut adalah sebagai berikut :

1. Stimulants

Stimulan adalah obat yang digunakan untuk meningkatkan aktivitas


fisik dan kewaspadaan dengan meningkatkan gerak jantung dan pernapasan
serta meningkatkan fungsi otak. Dengan berkerja pada sistem saraf pusat,
stimulan bisa merangsang tubuh baik secara mental dan fisik.

Contohnya : adrafinil, kokain, modafinil, pemoline, selegiline. Dilarang


karena dapat merangsang pikiran atau tubuh, sehingga meningkatkan kinerja
dan memberi atlet keuntungan yang tidak adil.

Atlet menggunakannya untuk meningkatkan kemampuan mereka


dalam latihan pada tingkat yang optimal, menekan kelelahan tempur dan
nafsu makan.

2. Narcotic Analgesics

Analgesik narkotik biasanya mengambil bentuk obat penghilang rasa


sakit yang bekerja pada otak dan sumsum tulang belakang untuk mengobati
rasa sakit yang terkait dengan stimulus yang menyakitkan.

4
Contohnya : buprenorfin, dextromoramide, heroin, morfin, petidin.

Analgesik narkotik dilarang karena dapat digunakan untuk


mengurangi atau menghilangkan nyeri dirasakan dari cedera atau sakit
sehingga untuk membantu atlet dalam latihan yang lebih keras dan untuk
jangka waktu yang lama. Bahaya dalam hal ini adalah bahwa obat itu hanya
menyembunyikan rasa sakit tidak mengobati sakitnya itu sendiri.

Akibatnya, atlet mungkin memiliki rasa aman yang palsu, dan dengan
terus melatih dan bersaing, resiko kesehatan menjadi meningkat. Oleh karena
itu obat ini dilarang digunakan dalam kompetisi.

3. Cannabinoids

Cannabinoids adalah bahan kimia psikoaktif berasal dari tanaman


ganja yang menyebabkan perasaan relaksasi.

Contohnya : adalah hashis, minyak hashis, marijuana. Marijuana umumnya


tidak dianggap meningkatkan kinerja, tapi dilarang karena penggunaannya
merusak citra olahraga, ada juga faktor keamanan terlibat karena penggunaan
ganja dapat melemahkan kemampuan atlet, sehingga mengorbankan
keselamatan atlet dan pesaing lainnya.

Atlet menggunakannya untuk meningkatkan waktu pemulihan mereka


setelah latihan, meningkatkan denyut jantung mereka, mengurangi kelemahan
mereka. Obat ini Dilarang dalam kompetisi.

4. Anabolic Agents

Anabolik steroid androgenik (AAS) adalah versi sintetis dari hormon


testosteron. Testosteron adalah hormon kelamin laki-laki ditemukan dalam
jumlah besar pada kebanyakan laki-laki dan di beberapa perempuan.

5
Anabolik steroid androgenik masuk ke dalam salah satu dari dua
kategori :

1. Steroid eksogen adalah substansi yang tidak mampu diproduksi


oleh tubuh secara alami, dan

2. Steroid endogen adalah mereka zat yang mampu diproduksi oleh


tubuh secara alami.

Contoh steroid eksogen adalah : drostanolone, metenolone dan oksandrolon,


sedangkan contoh steroid endogen adalha androstenediol (andro),
dehydroepiandrosterone (DHEA) dan testosterone.

Agen anabolik hanya boleh diresepkan untuk penggunaan medis saja.


Dilarang karena penggunaan agen anabolik dapat meningkatkan kinerja
seorang atlet, memberikan mereka keuntungan yang tidak adil. Kemungkinan
lain adalah efek samping yang serius medis bagi pengguna.

Atlet menggunakannya untuk meningkatkan ukuran dan kekuatan


otot, mengurangi jumlah waktu yang diperlukan untuk pulih setelah
latihan,dan untuk melatih lebih keras dan untuk jangka waktu yang lama.
Obat ini dilarang di dalam dan di luar kompetisi.

5. Peptides Hormones

Hormon peptida adalah zat yang diproduksi oleh kelenjar dalam tubuh
,dan setelah beredar melalui darah, dapat mempengaruhi organ-organ dan
jaringan lain untuk mengubah fungsi tubuh.

Contohnya adalah : eritropoietin, hormon pertumbuhan manusia, insulin,


corticotrophins.

6
Hormon Peptida yang merupakan pelayan pembawa pesan antara
organ berbeda, dilarang karena merangsang berbagai fungsi tubuh seperti
pertumbuhan, perilaku dan sensitifitas terhadap rasa sakit.

Atlet menggunakannya untuk merangsang produksi hormone alami,


meningkatkan pertumbuhan otot dan kekuatan, dan meningkatkan produksi
sel darah merah yang bisa meningkatkan kemampuan darah untuk membawa
oksigen. Obat ini dilarang di dalam dan di luar kompetisi.

6. Beta-2 Agonists

Beta-2 agonis adalah obat yang biasa digunakan untuk mengobati


asma dengan relaksasi otot-otot yang mengelilingi jalan napas dan membuka
saluran udara.

Contohnya : bambuterol hidroklorida, hidroklorida reproterol, hidroklorida


tulobuterol.

Dilarang karena mereka dapat memberikan keuntungan yang sama


dengan Stimulan (no 1) atau, jika diberikan ke dalam aliran darah, memiliki
efek anabolic.

Atlet menggunakannya untuk meningkatkan ukuran otot mereka dan


mengurangi lemak tubuh. Bila dimasukan melalui mulut atau pun dengan
suntikan, Beta-2dapat memiliki efek stimulasi yang kuat. Obat ini dilarang di
dalam dan di luar kompetisi.

7. Masking Agents

Agen masking adalah produk yang berpotensi dapat menyembunyikan


keberadaan zat terlarang dalam urin atau sampel lainnya.

Contohnya : epitestosterone, dekstran, diuretik, probenesid.

7
Dilarang karena Masking Agen dapat menyembunyikan keberadaan
zat terlarang dalam urin seorang atlet atau sampel lainnya, yang
memungkinkan mereka untuk menutupi penggunaan dan memperoleh
keunggulan kompetitif yang tidak adil.

Atlet memang menggunakannya untuk menyembunyikan penggunaan


zat terlarang dalam proses pengujian. Obat ini dilarang di dalam dan di luar
kompetisi

8. Glucocorticosteroids

Dalam pengobatan konvensional, glukokortikosteroid digunakan


terutama sebagai obat anti-inflamasi dan untuk meringankan rasa sakit.
Mereka umumnya digunakan untuk mengobati asma, demam, peradangan
jaringan dan rheumatoid arthritis.

Contohnya : deksametason, flutikason, prednison, triamsinolon, asetonid


dan rofleponide.

Dilarang karena ketika diberikan secara sistemik (ke dalam darah)


glukokortikosteroid dapat menghasilkan perasaan euforia, berpotensi
memberikan keuntungan yang tidak adil bagi atlet. Atlet menggunakannya
biasanya untuk menutupi rasa sakit yang dirasakan dari cedera dan penyakit.
Obat ini dilarang di dalam kompetisi saja.

C. Dampak Penggunaan Doping

Berikut ini merupakan dampak buruk  atau bahaya doping bagi orang
yang mengkonsumsinya :

1. Konsumsi obat doping pada atlet dapat meningkatkan prestasi yang


melampaui batas kemampuan normal. Keadaan ini tidak wajar dan

8
berbahaya, karena rasa letih merupakan peringatan dari tubuh bahwa
seseorang tersebut telah sampai batas kemampuannya. Jika dipaksakan
bisa menimbulkan “exhaustion” yang membahayakan kesehatan.
Overdose dapat berbahaya, dapat menimbulkan kekacauan pikiran,
delirium, halusinasi, perilaku ganas, dan juga aritmia jantung yang dapat
menimbulkan masalah serius. Untuk mengatasi gejala ini digunakan
sedative misalnya diazepam.

2. Doping dengan suntikan darah akan menimbulkan reaksi alergi,


meningkatnya sirkulasi darah di atas normal, dan mungkin gangguan
ginjal. Golongan obat peptide hormonis dan analognya dapat berakibat si
atlet menderita sakit kepala, perasaan selalu letih, depresi, pembesaran
buah dada pada atlet pria, dan mudah tersinggung.

3. Dampak buruk dari suntikan eritropoetin adalah darah menjadi lebih


pekat sehingga mudah menggumpal dan memungkinkan terjadinya stroke
(pecahnya pembuluh darah di otak).

4. Pemakaian deuretika yang terlalu berlebihan dapat menyebabkan


pengeluaran garam mineral yang berlebihan. Sehingga mengakibatkan
timbulnya kejang otot, mual, sakit kepala, dan pingsan. Pemakaian yang
terlalu sering mungkin akan menyebabkan gangguan ginjal dan jantung.

5. Pemakaian obat analgesic pada atlit perempuan berfungsi menghilangkan


rasa sakit ketika haid. Namuan dampak buruknya  jika salah memilih
obat bisa menyebabkan sulit bernapas, mual, konsentrasi yang hilang,
dan mungkin menimbulkan adiksi atau ketagihan.

6. Salah satu jenis obat doping yang paling sering digunakan para atlet
adalah obat-obatan anabolik, seperti hormon androgenik steorid. Jenis
hormon ini punya efek berbahaya, baik bagi atlet pria maupun atlet

9
perempuan karena mengganggu keseimbangan hormon tubuh dan dapat
juga meningkatkan risiko terkena penyakit hati dan jantung.
Jika atlit wanita mengkonsumsi obat ini, dapat menyebabkan
tumbuhnya sifat pria, seperti berkumis, suara berat, dan serak.
Selanjutnya, menimbulkan gangguan menstruasi, perubahan pola
distribusi pertumbuhan rambut, mengecilkan ukuran buah dada, dan
meningkatkan agresivitas. Bagi atlet remaja, penggunaan obat ini dapat
menyebabkan timbulnya jerawat. Dan yang paling mengkhawatirkan
adalah pertumbuhannya akan berhenti.

7. Beta-blockers membendung penyampaikan rangsangan ke jantung, paru-


paru dan aliran darah, memperlambat rata-rata detak jantung. Itu dilarang
dalam olahraga seperti panahan dan menyelam karena menghindarkan
getaran. Efek merugikan yang terjadi antar alain mimpi buruk, susah
tidur, kelelahan, depresi, gula darah rendah dan gagal jantung.

8. HGH  atau Human Growth Hormone (hormon pertumbuhan manusia),


somatotrophin. menyamai hormon pertumbuhan dalam darah yang
dikendalikan oleh mekanisme kompleks yang merangsang pertumbuhan,
membantu sintesa protein dan menghancurkan lemak. HGH
disalahgunakan oleh saingan untuk merangsang otot dan pertumbuhan
jaringan. Efek yang merugikan termasuk kelebihan kadar glukosa,
akumulasi cairan, sakit jantung, masalah sendi dan jaringan pengikat,
kadar lemak tinggi, lemahnya otot, aktivitas thyroid yang rendah dan
cacat.

10
D.  Faktor Olahragawan Atau Atlet Menggunakan Doping

Ada beberapa faktor penyebab seorang olahragawan atau atlet


menggunakan doping :

1. Aspek Psikososial

Setiap individu memiliki potensi melakukan pelanggaran, ditambah


lagi apabila lingkungan memberi kesempatan untuk melakukan pelanggaran
tersebut.

2. Kepribadian

Individu yang memiliki konsep diri maupun harga diri negatif atau
rendah, dalam menghadapi situasi kompetitif, memiliki kecenderungan
mencari keuntungan pribadi dengan jalan menggunakan cara yang tidak sehat,
salah satunya adalah dengan menggunakan doping.

3. Lingkungan Sosial Individu


a. Nilai Sosial Kemenangan

Dalam setiap kompetisi, kemenangan, prestasi, atau medali


terkadang menjadi satu-satunya idaman setiap individu atau kelompok
tanpa mempertimbangkan hal-hal lain sehingga memungkinkan atlet
menghalalkan segala cara, termasuk doping.

b. Lingkungan Masyarakat

Masyarakat juga merupakan stresor yang cukup berarti. Kekalahan


dalam bertanding selalu mendapat respon dari masyarakat baik berupa
cacian, kritikan, amukan bahkan kemarahan yang tidak proporsional,
sehingga yang ada dibenak atlet adalah harus "menang" dalam setiap event
yang diikutinya.

11
c. Lingkungan Pemain

Keinginan menang memang memang selalu ada dalam lingkungan


pemain, baik pelatih maupun official bahkan keluarga, sehingga dapat
melahirkan keinginan dan rasa tanggung jawab yang tak terkontrol.
Pemain merasa sungkan dan takut pada atasan jika kalah dalam bertanding
sehingga terjadilah kasus doping.

4. Kurangnya informasi tentang bahaya penggunaan doping bagi diri sendiri


dan orang lain.
5. Ketatnya persaingan.
6. Komersialisasi, para atlet atau pelatih sering kurang selektif menghadapi
gencarnya tawaran obat-obatan dari produsen.
7. Propaganda, persaingan merebut bonus misalnya, merupakan salah satu
pendorong bagi atlet untuk dapat merebut predikat terbaik pada setiap
event yang dihadapi, yang sayangnya terkadang dengan menghalalkan
segala cara, termasuk menggunakan doping.
8. Frustasi karena latihan yang telah dilakukannya tidak kunjung
membuahkan prestasi.

E. Alasan pelarangan Doping

Banyak organisasi olahraga melarang penggunaan anabolika yang dimuat


dalam suatu daftar khusus dengan alasan terutama mengacu pada ancaman
kesehatan (gangguan fungsi hati dan tumor hati) atas obat peningkat performa,
kesamaan kesempatan bagi semua atlet dan efek olahraga “bersih” (bebas doping)
yang patut dicontoh dalam kehidupan umum. Selain obat, bentuk lain dari doping
ialah doping darah, baik melalui transfusi darah maupun penggunaan hormon
eritropoietin atau steroid anabolik tetrahidrogestrinon.

1. Alasan etis : penggunaan doping melanggar norma fairplay dan


sportivitas yang merupakan jiwa olahraga.

12
2. Alasan medis : membahayakan keselamatan pemakainya. Atlet akan
mengalami :
 Kebiasaan (Habituation)
 Kecanduan (Addiction)
 Ketergantungan obat (Drug Abuse)

13
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Doping adalah penggunaan obat obatan untuk meningkatkan perfomance


dalam berolahraga. Bila karena suatu pengobatan terjadi kenaikan suatu
kemampuan fisik karena khasiat obat atau karena dosis yang berlebih maka
pengobatan tersebut dianggap sebagai suatu doping. Secara kesehatan, doping
juga tidak dianjurkan atau bahkan dilarang oleh pemerintah. Secara psikologi,
seorang yang memakai doping pasti akan dihantui ketakutan baik mental maupun
psiskis atlet tersebut. Apabila seorang atlet ingin diakui dan berprestasi, maka ia
harus berlatih dengan giat dan tekun serta bersaing dengan jujur tanpa doping.
Karena doping hanya akan menejerumuskan dan merusak tubuh serta bila
ketahuan menggunakan doping maka akan menanggung malu dan mendapatkan
hukuman dari pihak yang berwenang yaitu WADA ( World Anti Doping
Agency ), sebuah lembaga yang khusus menangani doping.

B. Saran

Segala keberhasilan itu perlu proses, tidak datang secara tiba-tiba seorang
altet menjadi juara. Maka untuk menjadi juara perlu latihan yang teratur serta
selalu berusaha dengan baik. Sebagai calon seorang guru olahraga, kelak kita
tidak mengutamakan prestasi dengan cara curang tetapi kita harus menanamkan
sifat jujur serta menjunjung tinggi sifat sportif dan fair play agar kemenangan itu
sangat berarti dan lawan mengakui kehebatan kita.

14
DAFTAR PUSTAKA

Djoko Pekik Irianto, 2007, Panduan Gizi Lengkap Keluarga dan


Olahragawan, Penerbit Andi, Yogyakarta

http://ridwanaz.com/kesehatan/pengertian-doping-jenis-jenis-doping-obat-
perangsang-prestasi-yang-dilarang/comment-page-1/

15

Anda mungkin juga menyukai