Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH (ILMU FAAL)

DOPING PADA OLAHRAGA PRESTASI

DOSEN PEMBIMBING:ISKA NOVIARDILA,M.Pd

Disusun oleh:kelompok 11(katak ijau)

1. SRI RAHAYU
2. M.FAJRUL AL-ZIKRY
3. TRI NURROHMAN

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN OLAHRAGA

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS PAHLAWAN TUANKU TAMBUSAI

2019
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Ambisi untuk menang dalam jagat olahraga, baik bagi kebanggaan diri sendiri, keluarga,
maupun negara, menyebabkan atlet, pelatih, atau si orang tua atlet menghalalkan segala cara.
Tersering, cara yang digunakan adalah meminum secara teratur obat, ramuan tetumbuhan, atau zat
tertentu agar otot tubuh menjadi besar dan kuat.

Tak perlu bertanya kepada para pelaku, kita bisa menduga bahwa prestasi, gengsi, ambisi, bonus,
uang, ketenaran, hiruk pikuk tepukan dan puja puji adalah jawaban mengapa seorang atlet
menggunakan doping. Bisa jadi atlet hanyalah alat dari ambisi terselubung sebuah institusi induk
organisasi, atau siapapun yang berada di balik layar, atau bahkan sebuah negara. Nilai sportifitas
dalam beberapa cabang olahraga sering ternoda oleh pemakaian obat doping yang dikonsumsi
atletnya. Persaingan prestasi olahraga yang semakin ketat membuat sebagian atlet sering
menghalalkan berbagai cara.

Sejauh ini, jika seorang olahragawan dicurigai dan pada pemeriksaan berikutnya benar-benar
terbukti menggunakan Doping, maka dialah terdakwa utama, mungkin ada kambing hitam yang ikut
berperan namun luput dari jeratan sanksi. Atau, tak jarang pula olahragawan tersebut memang
pengguna doping sejati yang merancangnya secara sistematis demi sebuah prestasi.

Kita memaklumi, banyak negara menjadikan olahraga bak sebuah industri, melibatkan uang,
melibatkan berbagai pihak dan kepentingan. Di sisi lain, sajian olahraga menjadi makin menarik,
penuh pesona, mampu menyedot perhatian berjuta pasang mata, menciptakan kelompok-kelompok
para fans, melecut gairah, menggugah histeria. Kadang memicu pertengkaran, perkelahian atau
bahkan nyawapun jadi tumbal. Untuk itulah para olahragawan (dan para ofisial) dituntut selalu
tampil prima untuk meraih impian, yakni kemenangan dan prestasi.

Tak ada yang salah ketika “kemenangan”, “gengsi” dan prestasi dikumandangkan. Namun upaya ke
arah itu sepantasnya menggunakan cara-cara jujur dengan menjunjung tinggi nilai sportivitas
sebagai “ruh” olahraga itu sendiri. Tentu dengan latihan tekun, teratur, terukur, sistematis dengan
memanfaatkan teknologi terkini sejauh tidak melanggar ketentuan induk organisai olahraga dan
tidak merugikan kesehatan.

B. Rumusan Masalah

1. Apa itu doping?

2. Apa saja jenis-jenis doping?

3. Apakah dampak dari penggunaan doping bagi tubuh?

4. Mengapa penggunaan doping dilarang?


BAB II

PEMBAHASAN

1. Doping

Kata Doping sendiri berasal dari kata dope, bahasa suku Kaffern di Afrika Selatan yang artinya
minuman keras berkonsentrasi tinggi dari campuran akar tumbuhan yang biasa dipakai suku
setempat untuk perangsang (stimulan) pada acara trance adat. Sedangkan Doping dalam Bahasa
Inggris berarti zat campuran opium dan narkotika untuk perangsang. Kata doping pertama kali
dipakai di Inggris pada tahun 1869 untuk balapan kuda di Inggris, di mana kuda didoping agar
menjadi juara.

Menurut UU No.3 tahun 2005 tentang Sistem Keolahragaan Nasional, Bab I Ketentuan Umum
Pasal 1 ayat 22, Doping adalah penggunaan zat dan/atau metode terlarang untuk meningkatkan
prestasi olahraga.

Menurut International Congress of Sport Sciences; Olympiade Tokyo 1964 : Doping adalah
pemberian/penggunaan oleh peserta lomba berupa bahan yang asing bagi organisme melalui jalan
apa saja atau bahan fisiologis dalam jumlah yang abnor-mal atau diberikan melalui jalan yang
abnormal, dengan tujuan meningkatkan prestasi.

Sesuai dengan Undang Undang No.3 tahun 2005 tentang Sistem Keolahragaan Nasional dalam
Bab XVIII pasal 85 ayat (1) diuraikan : Doping dilarang dalam semua kegiatan olahraga. Ayat (2) :
Setiap induk organisasi cabang olah-raga dan/atau lembaga/organisasi olahraga nasional wajib
membuat peraturan doping dan disertai sanksi. Ayat (3) : Pengawasan doping sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh Pemerintah.

Di Indonesia, wadah yang melakukan pengawasan doping adalah LADI (Lembaga Anti Doping
Indonesia). Sedangkan pada tingkat dunia, pengawasan dilakukan oleh WADA (World Anti Doping
Agency).

2. Jenis-Jenis Doping

Obat-obatan yang dilarang oleh Badan Anti Doping Dunia dalam daftar tahun 2004 dapat dimasukan
dalam delapan golongan. Ke delapan golongan tersebut adalah sebagai berikut :

a). Stimulants

Stimulan adalah obat yang digunakan untuk meningkatkan aktivitas fisik dan kewaspadaan dengan
meningkatkan gerak jantung dan pernapasan serta meningkatkan fungsi otak. Dengan berkerja pada
sistem saraf pusat, stimulan bisa merangsang tubuh baik secara mental dan fisik.Contohnya adalah
adrafinil, kokain, modafinil, pemoline, selegiline. Dilarang karena dapat merangsang pikiran atau
tubuh, sehingga meningkatkan kinerja dan memberi atlet keuntungan yang tidak adil.
Atlet menggunakannya untuk meningkatkan kemampuan mereka dalam latihan pada tingkat yang
optimal, menekan kelelahan tempur dan nafsu makan.

b). Narcotic Analgesics

Analgesik narkotik biasanya mengambil bentuk obat penghilang rasa sakit yang bekerja pada otak
dan sumsum tulang belakang untuk mengobati rasa sakit yang terkait dengan stimulus yang
menyakitkan. Contohnya : buprenorfin, dextromoramide, heroin, morfin, petidin. Analgesik narkotik
dilarang karena dapat digunakan untuk mengurangi atau menghilangkan nyeri dirasakan dari cedera
atau sakit sehingga untuk membantu atlet dalam latihan yang lebih keras dan untuk jangka waktu
yang lama. Bahaya dalam hal ini adalah bahwa obat itu hanya menyembunyikan rasa sakit tidak
mengobati sakitnya itu sendiri.

Akibatnya, atlet mungkin memiliki rasa aman yang palsu, dan dengan terus melatih dan bersaing,
resiko kesehatan menjadi meningkat. Oleh karena itu obat ini dilarang digunakan dalam kompetisi.

c). Cannabinoids

Cannabinoids adalah bahan kimia psikoaktif berasal dari tanaman ganja yang menyebabkan
perasaan relaksasi. Contohnya adalah hashis, minyak hashis, marijuana. Marijuana umumnya tidak
dianggap meningkatkan kinerja, tapi dilarang karena penggunaannya merusak citra olahraga. Ada
juga faktor keamanan terlibat karena penggunaan ganja dapat melemahkan kemampuan atlet,
sehingga mengorbankan keselamatan atlet dan pesaing lainnya.

Atlet menggunakannya untuk meningkatkan waktu pemulihan mereka setelah latihan,


meningkatkan denyut jantung mereka, mengurangi kelemahan mereka. Obat ini Dilarang dalam
kompetisi.

d). Anabolic Agents

Anabolik steroid androgenik (AAS) adalah versi sintetis dari hormon testosteron. Testosteron adalah
hormon kelamin laki-laki ditemukan dalam jumlah besar pada kebanyakan laki-laki dan di beberapa
perempuan. Anabolik steroid androgenik masuk ke dalam salah satu dari dua kategori: 1). Steroid
eksogen adalah substansi yang tidak mampu diproduksi oleh tubuh secara alami, dan
2). Steroid endogen adalah mereka zat yang mampu diproduksi oleh tubuh secara alami. Contoh
steroid eksogen adalah drostanolone, metenolone dan oksandrolon, sedangkan contoh steroid
endogen adalha androstenediol (andro), dehydroepiandrosterone (DHEA) dan testosterone. Agen
anabolik hanya boleh diresepkan untuk penggunaan medis saja. Dilarang karena penggunaan agen
anabolik dapat meningkatkan kinerja seorang atlet, memberikan mereka keuntungan yang tidak adil.
Kemungkinan lain adalah efek samping yang serius medis bagi pengguna.

Atlet menggunakannya untuk meningkatkan ukuran dan kekuatan otot, mengurangi jumlah waktu
yang diperlukan untuk pulih setelah latihan,dan untuk melatih lebih keras dan untuk jangka waktu
yang lama. Obat ini dilarang di dalam dan di luar kompetisi.

e). Peptides Hormones

Hormon peptida adalah zat yang diproduksi oleh kelenjar dalam tubuh ,dan setelah beredar melalui
darah, dapat mempengaruhi organ-organ dan jaringan lain untuk mengubah fungsi tubuh.Contohnya
adalah eritropoietin, hormon pertumbuhan manusia, insulin, corticotrophins. Hormon Peptida yang
merupakan pelayan pembawa pesan antara organ berbeda, dilarang karena merangsang berbagai
fungsi tubuh seperti pertumbuhan, perilaku dan sensitifitas terhadap rasa sakit.

Atlet menggunakannya untuk merangsang produksi hormone alami, meningkatkan pertumbuhan


otot dan kekuatan, dan meningkatkan produksi sel darah merah yang bisa meningkatkan
kemampuan darah untuk membawa oksigen. Obat ini filarang di dalam dan di luar kompetisi.

f). Beta-2 Agonists

Beta-2 agonis adalah obat yang biasa digunakan untuk mengobati asma dengan relaksasi otot-otot
yang mengelilingi jalan napas dan membuka saluran udara. Contohnya : bambuterol hidroklorida,
hidroklorida reproterol, hidroklorida tulobuterol. Dilarang karena mereka dapat memberikan
keuntungan yang sama dengan Stimulan (no 1) atau, jika diberikan ke dalam aliran darah, memiliki
efek anabolic (lihat no 4).

Atlet menggunakannya untuk meningkatkan ukuran otot mereka dan mengurangi lemak tubuh. Bila
dimasukan melalui mulut atau pun dengan suntikan, Beta-2dapat memiliki efek stimulasi yang kuat.
Obat ini dilarang di dalam dan di luar kompetisi.

g). Masking Agents

Agen masking adalah produk yang berpotensi dapat menyembunyikan keberadaan zat terlarang
dalam urin atau sampel lainnya. Contohnya : epitestosterone, dekstran, diuretik,
probenesid. Dilarang karena Masking Agen dapat menyembunyikan keberadaan zat terlarang dalam
urin seorang atlet atau sampel lainnya, yang memungkinkan mereka untuk menutupi penggunaan
dan memperoleh keunggulan kompetitif yang tidak adil.

Atlet memang menggunakannya untuk menyembunyikan penggunaan zat terlarang dalam proses
pengujian. Obat ini dilarang di dalam dan di luar kompetisi

h.) Glucocorticosteroids

Dalam pengobatan konvensional, glukokortikosteroid digunakan terutama sebagai obat anti-


inflamasi dan untuk meringankan rasa sakit. Mereka umumnya digunakan untuk mengobati asma,
demam, peradangan jaringan dan rheumatoid arthritis. Contohnya : deksametason, flutikason,
prednison, triamsinolon, asetonid dan rofleponide. Dilarang karena ketika diberikan secara sistemik
(ke dalam darah) glukokortikosteroid dapat menghasilkan perasaan euforia, berpotensi memberikan
keuntungan yang tidak adil bagi atlet. Atlet menggunakannya biasanya untuk menutupi rasa sakit
yang dirasakan dari cedera dan penyakit. Obat ini dilarang di dalam kompetisi saja.

3. Dampak penggunaan Doping

Berikut ini merupakan dampak buruk atau bahaya doping bagi orang yang mengkonsumsinya :

1. Konsumsi obat doping pada atlet dapat meningkatkan prestasi yang melampai batas kemampuan
normal. Keadaan ini tidak wajar dan berbahaya, karena rasa letih merupakan peringatan dari tubuh
bahwa seseorang tersebut telah sampai batas kemampuannya. Jika dipaksakan bisa menimbulkan
“exhaustion” yang membahayakan kesehatan. Overdose dapat berbahaya, dapat menimbulkan
kekacauan pikiran, delirium, halusinasi, perilaku ganas, dan juga aritmia jantung yang dapat
menimbulkan masalah serius. Untuk mengatasi gejala ini digunakan sedative misalnya diazepam.

2. Doping dengan suntikan darah akan menimbulkan reaksi alergi, meningkatnya sirkulasi darah di
atas normal, dan mungkin gangguan ginjal. Golongan obat peptide hormonis dan analognya dapat
berakibat si atlet menderita sakit kepala, perasaan selalu letih, depresi, pembesaran buah dada pada
atlet pria, dan mudah tersinggung.

3. Dampak buruk dari suntikan eritropoetin adalah darah menjadi lebih pekat sehingga mudah
menggumpal dan memungkinkan terjadinya stroke (pecahnya pembuluh darah di otak).

4. Pemakaian deuretika yang terlalu berlebihan dapat menyebabkan pengeluaran garam mineral
yang berlebihan. Sehingga mengakibatkan timbulnya kejang otot, mual, sakit kepala, dan pingsan.
Pemakaian yang terlalu sering mungkin akan menyebabkan gangguan ginjal dan jantung.

5. Pemakaian obat analgesic pada atlit perempuan berfungsi menghilangkan rasa sakit ketika haid.
Namuan dampak buruknya jika salah memilih obat bisa menyebabkan sulit bernapas, mual,
konsentrasi yang hilang, dan mungkin menimbulkan adiksi atau ketagihan.

6. Salah satu jenis obat doping yang paling sering digunakan para atlet adalah obat-obatan anabolik,
seperti hormon androgenik steorid. Jenis hormon ini punya efek berbahaya, baik bagi atlet pria
maupun atlet perempuan karena mengganggu keseimbangan hormon tubuh dan dapat juga
meningkatkan risiko terkena penyakit hati dan jantung. Jika atlit wanita mengkonsumsi obat ini,
dapat menyebabkan tumbuhnya sifat pria, seperti berkumis, suara berat, dan serak. Selanjutnya,
menimbulkan gangguan menstruasi, perubahan pola distribusi pertumbuhan rambut, mengecilkan
ukuran buah dada, dan meningkatkan agresivitas. Bagi atlet remaja, penggunaan obat ini dapat
menyebabkan timbulnya jerawat. Dan yang paling mengkhawatirkan adalah pertumbuhannya akan
berhenti.

7. Beta-blockers membendung penyampaikan rangsangan ke jantung, paru-paru dan aliran darah,


memperlambat rata-rata detak jantung. Itu dilarang dalam olahraga seperti panahan dan menyelam
karena menghindarkan getaran. Efek merugikan yang terjadi antar alain mimpi buruk, susah tidur,
kelelahan, depresi, gula darah rendah dan gagal jantung.

8. HGH atau Human Growth Hormone (hormon pertumbuhan manusia), somatotrophin. menyamai
hormon pertumbuhan dalam darah yang dikendalikan oleh mekanisme kompleks yang merangsang
pertumbuhan, membantu sintesa protein dan menghancurkan lemak. HGH disalahgunakan oleh
saingan untuk merangsang otot dan pertumbuhan jaringan. Efek yang merugikan termasuk
kelebihan kadar glukosa, akumulasi cairan, sakit jantung, masalah sendi dan jaringan pengikat, kadar
lemak tinggi, lemahnya otot, aktivitas thyroid yang rendah dan cacat.

4. Alasan pelarangan Doping

Banyak organisasi olahraga melarang penggunaan anabolika yang dimuat dalam suatu daftar khusus
dengan alasan terutama mengacu pada ancaman kesehatan (gangguan fungsi hati dan tumor hati)
atas obat peningkat performa, kesamaan kesempatan bagi semua atlet dan efek olahraga “bersih”
(bebas doping) yang patut dicontoh dalam kehidupan umum. Selain obat, bentuk lain dari doping
ialah doping darah, baik melalui transfusi darah maupun penggunaan hormon eritropoietin atau
steroid anabolik tetrahidrogestrinon.

Alasan etis : penggunaan doping melanggar norma fairplay dan sportivitas yang merupakan jiwa
olahraga.

Alasan medis : membahayakan keselamatan pemakainya. Atlet akan mengalami :

Kebiasaan (Habituation)

Kecanduan (Addiction)

BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Doping adalah penggunaan obat obatan untuk meningkatkan perfomance dalam berolahraga.
Bila karena suatu pengobatan terjadi kenaikan suatu kemampuan fisik karena khasiat obat atau
karena dosis yang berlebih maka pengobatan tersebut dianggap sebagai suatu doping. Secara
kesehatan, doping juga tidak dianjurkan atau bahkan dilarang oleh pemerintah. Secara psikologi,
seorang yang memakai doping pasti akan dihantui ketakutan baik mental maupun psiskis atlet
tersebut. Apabila seorang atlet ingin diakui dan berprestasi, maka ia harus berlatih dengan giat dan
tekun serta bersaing dengan jujur tanpa doping. Karena doping hanya akan menejerumuskan dan
merusak tubuh serta bila ketahuan menggunakan doping maka akan menanggung malu dan
mendapatkan hukuman dari pihak yang berwenang yaitu WADA ( World Anti Doping Agency ),
sebuah lembaga yang khusus menangani doping.

Segala keberhasilan itu perlu proses, tidak asal datang secara tiba-tiba seorang altet menjadi juara.
Maka untuk menjadi juara perlu latihan yang teratur serta selalu berusaha dengan baik. Sebagai
calon seorang guru olahraga, kelak kita tidak mengutamakan prestasi dengan cara curang tetapi kita
harus menanamkan sifat jujur serta menjunjung tinggi sifat sportif dan fair play agar kemenangan itu
sangat berarti dan lawan mengakui kehebatan kita. Pemerintah harus benar-benar menangani untuk
masalah doping, pemerintah harus bekerja sama dengan pelatih serta memberi pengetahuan
tentang bahaya doping terhadap kesehatan dan efek dari doping dalam jangka panjang terhadap
tubuh nanusia agar para atlet terhindar dari doping.
Daftar Pustaka :

http://ridwanaz.com/kesehatan/pengertian-doping-jenis-jenis-doping-obat-perangsang-prestasi-
yang-dilarang/comment-page-1/

http://smamuhbulukumba.blogspot.com/2010/02/penggunaan-doping-dalam-olahraga.html

http://rendrapjk08.wordpress.com/2010/10/27/doping-terhadap-olahraga-di-indonesia/

http://pratamawisnu.blogspot.com/2011/12/makalah-doping.html

Anda mungkin juga menyukai