Anda di halaman 1dari 7

PRAKTIK PENYALAHGUNAAN DOPING JENIS INSULIN DALAM OLIMPIADE

TUGAS AKHIR MATA KULIAH BAHASA INDONESIA

Ditulis oleh:
Nama: Muhammad Rafi Ali Muqoddas
NIM: 215010107111034
LATAR BELAKANG
Olahraga merupakan salah satu aktivitas yang selalu dilakukan di dalama kehidupan
manusia itu semdiri . Olahraga termasuk kegiatan yang merupakan faktor penting dalam
upaya pemeliharaan Kesehatan seorang manusia. Menurut UNESCO, olahraga merupakan
aktivitas fisik berupa permainan yang berisikan perjuangan melawan unsur-unsur alam,
orang lain ataupun sendiri. Dalam berjalannya waktu, olahraga terus berkembang dan tidak
hanya untuk menjaga kesehatan manusia saja, tetapi juga menjadi ajang bergengsi berupa
kompetisi untuk mengharumkan nama bangsa dan negara. Dengan argumen diatas, bisa
disimpulkan bahwa olahraga ini bertujuna untuk menjawab pertanyaan individu mengenai
kemampuan, kekuatan, serta kompetisi yang dimiliki dan banyak sekali event kompetisi
olahraga bergengsi yang diadakan setiap tahun baik ditingkat nasional maupun
internasional.
Banyak sekali motivasi individu dalam mengikuti ajang olahraga dan menjadi atlet
olahraga dalam beberapa cabang olahraga yang menjadikan kompetisi olahraga ini sebagai
arena yang menarik dan juga menantang serta wadah untuk ajang pembuktian ketangkasan
dan kekuatan fisik, mendapat gelar juara , penghargaan, sajungan, kedudukan, materi
hingga kepuasan diri setelah sukses memenangkan suatu ajang kompetisi olahraga yang
bergengsi. Tetapi atlet tidak lah mudah untuk memenangkan suatu ajang kompetisi
olahraga dan sengat dibutuhkan sekali dukungan. Dalam mencetak atlet juga sangat
membutuhkan dukungan moril serta materiil yangg tentu tidak sedikit untuk mencetak
bibit-bibit atlet yang berkualitas, unggul dan tangguh agar mendapatkan prestasi yang
diinginkan mengingat persaingan atlet yang dihadapi semakin lama, semakin berta pula
tantangan yang dihadapi oleh seorang atlet.
Olimpiade merupakan salah satu kompetisi olahraga pali ng bergengsi di dunia saat
ini. Banyak sekali cabang-cabang olahraga yang di lombakan pada ajang olimpiade sepert
olahraga atletik, olahraga renang, olahraga bulutangkis, olahraga basket, dan masih banyak
lagi cabang olahraga lainnya. Para atlet dari berbagai negara saling beradu keahlian dalam
setiap bidang keolahragaannya demi mendapatkan juara dan mengharumkan nama
negaranya masing masing.
Dewasa ini, banyak sekali kekhawatiran seorang atlet untuk menempuh jalannya
sebuah ajang kompetisi olahraga tertentu, salah satu contohnya olimpiade seperti keraguan
dan kesiapan untuk menjalani olimpiade yang dimiliki oleh atlet, rasa takut yang dihadapi
oleh atlet, desakan untuk memenangkan kejuaraan dari pelatih, orang tua, sponsor, dan
juga emosional atlet seperti mudah marah, mudah panik, dan lain sebgaianya. Tentu hal ini
akan menjadi hal yang negatif yang merbdampak pada krisis kepercayaan diri seorang atlet
dan dapat merusak konsentrasi seorang atlet dalam mengikuti pertandingan. Sehingga,
banyak sekali upaya pelatih agar atlet dapat fokus dalam kompetisinya
Tetapi dalam pelaksaannya, terkadang para atlet banyak ditemukan telah melakukan
tindakan tidak sportif atau curang dalam olimpiade. Tindak kecurangan yang dilakukan
para atlet bermacam-macam, yang paling menyorot perhatian publik ini adalah penggunaan
doping oleh para atlet yang sedang berkompetisi untuk menunjang performa terutama
stamina dan juga mempertahankan kebugaran tubuh para atlet dan doping yang sering
sekali ditemukan adalah berjenis insulin.. Berbagai pihak seperti panitia olimpiade dan
persatuan cabang olahraga asing masing telah menetapkan aturan tegas terkait larangan
penggunaan doping dan diharapkan tidak ada lagi tindak kecuragan dalam olimpiade
khususnya penggunaan doping bagi para atlet.
Doping atau yang bisa disebut dope ini muncul pertama kali pada tahun 1889 di
sebuah pacuan kuda di negara inggris yang sebenarnya berasal dari Afrika Selatan. Mereka
beranggapan bahwa bila mengomsumsi doping ini maka akan menambahkan keberanian
dan juga kekuatan pada waktu berburu dan juga melakukan perjalanan jauh yang biasa
dilakukan oleh suku indian dan juga beberapa suku di Afrika. Doping ini merupakan sebuat
zat fisiologis yang dapat menambahkan stamina secara tak wajar dan belebihan dan dapat
menimbulkan efek buruk bila terlalu lama memakainya.
Pengguanaan doping ini dilarang dan dapata meberikan dampak negatif yang sangat
buruk bagi para atlet. Bila penggunan doping ini dilakukan dalam jangka waktu yang
panjang maka dapat menumbulkan kecamduan atau, adiksi terhadap doping, rusaknya
beberapa organ dan saraf pada tubuh atlet, rentan terhadap penyakit tertentu, hilangnya
karir seorang atlet, dan bahayanya lagi bisa menimbulkan kematian bagi atlet
Permasalahan-permasalahan diatas serta ambisi yang sangat besar yang dimiliki
seorang atlet untuk menjuarai sebuah ajang kompetisi olahraga inilah yang bisa
menjadikan motivasi seorang atlet untuk berbuat curang dengan menggunakan doping
sebagai jalan pintas dan juga jalan keluar untuk menjawab permasalahan para atlet diatas
dan dapat meningkatkan jumlah penggunaan doping di lingkungan atlet dalam ajang
kompetisi olimpiade dan sangat minim pengetahuan akan doping yang diketahui oleh para
atlet.
Penggunaan doping ini mendapat banyak penolakan di berbagai negara di dunia dan
didukung gagasan Baron Pierre de Coubertin. Menurutnya, tujuan akhir dari sebuah
kegiatan olahraga ini adalah letak peranannya sebagai penyempurnaan watak dan sebagai
wahana untuk memiliki serta membentuk kepribadian yang kuat, watak yang baik dan sifat
yang mulia. Dilihat dari gagasan diata, olahraga bukan saja sebagai ajang untuk
berkompetisis semata, menunjukkan kehebatan, mengalahkan lawan, dan meraih
kemenangan. Namun lebih kompleks lagi olahraga ini merupakan media untuk
menciptakan pribadi yang yang bersikap dan berprilaku manusiawi, menghormati dan
menghargai sesama, membentuk sikap dan perilaku mulia, menhindari keserakahan, dan
dapat membentuk pribadi yang kuat dan dapat bermanfaat bagi masyarakat dan lingkungan
sekitar. Apabila seorang atlet telah menggunakan doping sebagai jalan pintas, maka dari itu
seorang atlet tersebut telah melanggar sebuah esensi dari olahraga itu sendiri, pentingnya
menanggapi fenomena penggunaan doping di kalangan atlet ini lah yang menjadika
perhatian penulis dalam hal ini dikarenakan akibat yang ditimbukan dalam penggunaan
doping ini kebanyakan menimbulkan efek negatif dari pengguanaan doping tersebut
daripadi efek positifnya. Dan tentu hal ini sangat berbahaya bagi para atlet yang
menggunakan doping ini dalam kurun waktu yang lama dan berkelanjutan.

RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan uraian latar belakang yang telah dijelaskan di atas, maka rumusan
masalah yang digunakan dalam penulisan ini, yaitu:

1. Upaya apakah yang dilakukan panitia penyelenggara olimpiade dalam mengusut kasus
penggunaan doping ini?
2. Apakah ada sanksi tegs untuk para atlet yang telah menyalahgunaan doping saat
pelaksaan olimpiade?
TUJUAN
Berdasarkan uraian rumusan masalah diatas maka tujuan dalam penulisan artikel ini
adalah:
1. Untuk mengetahui upaya-upaya yang telah dilakukan oleh dunia dalam menanggapi
fenomena kasus penggunaan doping dikalangan para atlet.
2. Untuk mengetahui jenis-jenis doping yang sering digunkana para atlet ketika berkompetisi
olahraga.
3. Untuk mengetahui lebih lanjut terkait efek yang ditimbulkan oleh penggunaan doping
tersebut.

MANFAAT

Berdasarkan uraian tujuan diatas, maka manfaat yang digunakan dalam penulisan ini
adalah:

1. Dapat menambah wawasan dan juga pengetahuan tentang bagaimana penggunaan doping
pada atlet dan efek yang ditimbulkannya.
2. Dapat menambah pengetahuan dan wawasan bagi para pembaca terkait upaya-upaya untuk
menanngapi penggunaan doping di dunia.

PEMBAHASAN
a. Pengertian Doping

Doping secara etimologi berasal dari bahasa belanda yaitu ‘doop’ yang berarti saus
kental, yang merupakan sebuah campuran tembakau dengan biji Datura Stramonium dan
digunakan perampok untuk membuat korbannya agar berhalusinasi dan kebingungan
(Rohatgi, Vishesh,Reddy S Narayana, 2012). Dan doping adalah pemberian/ penggunaan
oleh peserta lomba, berupa bahan yang asing bagi organisme melalui jalan apa saja atau
bahan fisiologis dalam jumlah yang tidak wajar, yang bertujuan untuk meningkatkan
prestasi (Internasional Congress Of sport Sciences: 1964). Pengertian doping menurut
kushartanti (2008: 3) adalah:
(1) penggunaan beberapa hal yang mengandung substansi terlarang pada tubuh
seorang atlet dan atlet, (2) melakukan penolakan mengumpulkan sampel untuk kepentingan
pemeriksaan doping, (3) melanggar persyaratan pemeriksaan doping, (4) melakukan
pengrusakan pada saat pengawasan doping, (5) memiliki substansi atau metode terlarang,
dan (6) memberikan substansi atau metode terlarang. Substansi dan metode yang terlarang
dalam doping diantaranya sebagai berikut: (1) Obat terlarang seperti anabolic agents,
hormones and related substances, beta-2 agonists, agents with anti estrogenic activity,
diuretics and other masking agents, stimulants, narcotics, cannabinoids,
glucocorticosteroids. (2) Metode terlarang seperti Enhancement of oxygen Transfer,
Chemical and physical Manipulation, Gene Doping.
b. Alasan Penggunaan Doping
Pengunaan doping sudah dilarang dalam bidang olahraga di seluruh negara di
dunia. Tetapi, masih banyaka ditamukan kasus penyalahgunaan doping dan ada
beberapa alasan mengapa atlet masih menyalahgunakan doping saat berkompetisi,
antara lain:
1. Aspek psikososial
Setiap individu memiliki potensi melakukan pelanggaran, ditambah lagi
apabila lingkungan memberi kesempatan untuk melaku
2. Kepribadian
Individu yang memiliki konsep diri maupun harga diri negatif atau rendah,
dalam menhadapi situasi kompetitif, seorang atlet akan memiliki kecenderungan
untuk mencari kemenangan dengan mencari jalan keluar menggunakan cara yang
tidak sehat. Salah satu contoh kasusnya adalah penggunaan doping oleh atlet.
3. Lingkungan sosial individu
4. Nilai sosial kemenangan
Dalam setiap kompetisi, kemenangan, prestasi, atau medali terkadang
menjadi satu-satunya idaman setiap individu atau kelompok tanpa
mempertimbangkan hal-hal lain sehingga memungkinkan atlet menghalalkan
segala cara termasuk doping.
5. Lingkungan masyarakat
Masyarakat juga merupakan stressor yang cukup berarti. Kekalahan dalam
bertanding selalu mendapat respons dari masyarakat baik berupa cacian, kritikan,
amukan bahkan kemarahan yang tidak proporsional, sehingga yang ada dibenak
atlet adalah harus “menang” dalam setiap pertandingan yang diikutinya.
6. Lingkungan pemain
Keinginan menang selalu ada dalam lingkungan pemain, baik pelatih
maupun official bahkan keluarga, sehingga dapat melahirkan keininan dan rasa
tanggung jawab yang tak terkontrol. Pemain merasa sungkan dan takut pada
atasan jika kalah dalam bertanding sehingga terjadi kasus doping.
7. Kurangnya informasi tentang bahaya penggunaan doping bagi diri sendiri dan
orang lain.
8. Ketatnya persaingan.
9. Komersialisasi.
Para atlet atau pelatih sering kurang selektif menghadapi gencarnya tawaran
obat-obatan dari produsen.
10. Propaganda.
Persaingan merebut bonus misalnya, merupakan salah satu pendorong bagi
atlet untuk dpat merebut predikat terbaik pada setiap event yang dihadapi.
11. Frustasi karena latihan yang telah dilakukannya tidak kunjung membuahkan
prestasi.
Menghadapi kondisi tersebut, diperlukan komitmen pada setiap insan yang
berkecimpung dalam olahraga untuk mengedepankan sportivitas dengan cara
memberikan perlindungan bagi atlet dari bahaya obat-obatan (Irianto, 2006: 115).
c. Larangan Penggunaan doping
Komite Olimpiade Internasional atau IOC telah memberikan batasan terkait
konsep dasar doping dengan dua definisi yaitu (1) penggunaan bahan yang
dilarang dan (2) penggunaan metoda yang dilarang dan adapun alasan-alasan
pelarangan doping untuk para atlet adalah sebagai berikut:
1. Alasan etis. Penggunaan doping melanggar norma fairplay dan sportivitas yang
merupakan jiwa olahraga.
2. Alasan medis. Membahayakan keselamatan pemakainya, atlet akan mengalami
habitutiaton (kebiasaan) dan addiction (ketagihan) serta drugs abuse
(ketergantungan obat) yang dapat membahayakan jiwanya. (Irianto, 2006: 116).
d. Resiko Penggunaan Doping
Secara umum penggunaan doping dapat menimbulkan habituation (kebiasan)
dan addiction (ketergantungan) serta drugs abuse (ketergantugan obat) yang
berujung pada membahayakan atlet itu sendiri. Janis doping yang sering dijumpai
antara laian sebagai berikut:
1. Morphine. Berpengaruh terhadap SSP (System Syaraf Pusat) berupa analgesia,
meningkatkan rasa kantuk, perubahan mood dan depresi pernafasan. Pada saluran
pencernaan menyebabkan penurunan motilitas usus, nausea serta emesis,
disamping juga keracunan akut hingga berakibat koma, miosis dan depresi
pernafasan.
2. Anabolic Streoid. Menyebabkan wanita bersifat maskulin, gangguan
pertumbuhan dan perkembangan sks dan tulang, oedem, icterus, kanker hati,
impotensi, dan peningkatan suhu tubuh. (Irianto, 2006: 117)
3. Hormon Peptide. Jenis doping ini dapat menyebabkan tremor, hipertensi,
kecemasan, resiko pembekuan darah, stroke dan resiko meningkatnya serangan
jantung.
4. Beta Blocker. Jenis doping ini digunakan untuk menurunkan tingkat denyut
jantung biasanya digunakan untuk nomor panahan atau menembak. Jenis doping
ini mempunyai efek samping gangguan tidur, turunnya tekanan darah, dan
penyempitan saluran pernafasan.
5. Insulin. Doping ini dapat meningkatkan penyerapan glukosa dalam otot dan
membantu pembentukan dan penyimpanan glikogen otot. Atlet yang
menggunakan doping ini biasanya berada dalam bidang olahraga yang
membutuhkan daya tahan tinggi. Efek negatif yang ditimbulkan adalah dapat
menyebabkan kadar gula darah sangat rendah (hipoglikemia), hilangnya fungsi
kognitif, kejang, ketidaksadaran, hingga kerusakan otak.

Dan berikut ini pejelasan terkait bahaya dalam penggunaan doping:


1. Bagi kesehatan. Penggunaan doping yang berlebihan dapat berefek negatif bagi
kesehatan, yaitu pada tampilan fisik seperti penuh jerawat, buah dada menjadi
besar pada laki-laki, selain itu penggunaan doping dapat memicu serangan
jantung, penyakit kanker, penyakit lever, impotensi pada laki-laki, maskulinisasi
pada wanita, rambut rontok, dan masalah kesehatan lainnya. Sedangkan dampak
psikologis yang ditimbulkan akibat mengomsumsi doping berlebihan yaitu dapat
menimbulkan perilaku agresif dan tindak kekerasan. Keadaan itu dapat
disembuhkan apabila pemakai berhenti menggunakannya, tetapi ada pula
pengaruh doping yang akhirnya menjadi permanen dan tidak bisa disembuhkan
seperti sedia kala.
2. Perilaku tidak spotif. Penggunaan doping sebagai alat untuk meningkatkan
kemampuan atlet menyebabkan pertandingan menjadi tidak sportif. Kebanyakan
atlet tidak suka menggunakan obat terlarang untuk merangsang otot dan menjaga
kebugaran tubuh untuk menunjang kemampuannya dalam berkompetisi, tetapi
atlet lebih menyukai dengan menggunakan kemampuan hasil latihan yang keras
dan membutuhkan waktu yang tidak sedikit. Apabila ada sebagian atlet yang
menggunakan doping untuk mencapai prestasi dan kemenangan, maka tentu ini
perbuatan yang sangat tidak spotif.
3. Tindak kekerasan. Penelitian menunjukkan bahwa banyak pemain American
football menunjukkan hampir 80 % menggunakan dopimg berjenis steroid. Setiap
kali bertanding mereka selalu mengomsumsi steroid, sehingga, dapat memicu
mereka untuk berperilaku kasar dan lebih parahnya lagi, cenderung berperilaku
destruktif kepada atlet yang lain.
4. Ciri-ciri olahraga sejati. Manusia berbeda dengan robot. Dengan ciri-ciri
olahraga yang sejati, maka manusia tidak memaksakan kehendak untuk
berpenampilan prima dengan mengomsumsi doping dengan menyuntikkan
steroid ke dalam tubuhnya agar lebih perkasa dan terlihat lebih bugar dalam
menunjang karirnya dan menjaga penampilannya.
5. Atlet yang berperan sebagai public figure (contoh teladan). Karena atlet sering
hadir di depan public dengan beragam prestasinya, maka ia akan selalu disoroti
dan diperhatikan oleh para penggemanya. Apabila atlet tersebut telah melakukan
perilaku yang tidak sportif dan curang maka atlet akan dicaci, namun sebaliknya
apabila atlet tersebut telah melakukan hal yang terbaik meskipun tidak mendapat
hasil yang terbaik, kalau dia melakukannya denga sportif maka ia akan dianggap
sebagai pahlawan. Sebagai public figure, atlet harus dapat menampilkan dirinya
sebagai panutan yang dapat dicontoh oleh semua orang.
e. Hukum dan Doping

Anda mungkin juga menyukai