Anda di halaman 1dari 32

TATA LAKSANA

PEMERIKASAAN

DOPING

AGUSMAN ABDILLAH
ADI PRANATA TANJUNG
DANIEL ABDI SITANGGANG
AGUNG WIDYANTORO
DIO SANDRI TARIGAN
BERI GUSTAPO KABAN

Penerbit UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

i
PEMERIKSAAN DOPING
Penulis: Agusman Abdillah,
Adi Pranata Tanjung
Daniel Abdi Sitanggang
Agung Widyantoro
Dio Sandri Tarigan
Beri Gustapo Kaban

Editor: Agusman Abdillah


Desainer Sampul: Adi Pranata
Layour: Dio sandri

Diterbitkan Oleh:
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
Jln. William Iskandar
Medan 20028
Tlp. (081262471261)
e-mail: Kelompok1bisa@gmail.com
www. Kelompok1bisa.co.id
Hak Cipta yang dilindungi undang-
undang.

Dilarang mengutip atau


memperbanyak
Dicetak oleh:
sebagian atau seluruh isi
Universitas Negeri Medan
buku tanpa izin
tertulis dari penerbit

ii
Daftar Isi
BAB 1 Pendahuluan....................................iv
1.1 Latar Belakang...................................5
BAB 2 Konsep Dasar Doping......................10
2.1 Pengertian Doping...........................10
2.2 Jenis – Jenis Doping.........................11
2.3 Dampak Doping pada Kesehatan.......12
2.3 Etika dalam Olahraga dan Anti Doping 13
BAB 3 Proses Pemeriksaan Doping............15
3.1 Tahapan Pemeriksaan.....................15
3.2 Teknologi Terkini dalam Pemeriksaan
Doping...................................................17
3.3 Legalitas dan Hak Atlet dalam
Pemeriksaan..........................................18

iii
4.1 Daftar Substansi Terlarang..............20
BAB 5 Ksimpulan.......................................23
Daftar Pustaka...........................................24
Kata Pengantar
Pertama sekali penulis mengucapkan puji
dan syukur ke hadirat Allah Swt, karena
hanya dengan kuasa-Nyalah penulisan buku
ini dapat diselesaikan dengan baik.
Pembaca yang terhormat, melalui buku ini,
diharapkan Anda tidak hanya akan
memperoleh pengetahuan yang mendalam
tentang tata laksana pemeriksaan doping,
tetapi juga akan memahami tantangan-
tantangan masa kini dan masa depan yang
dihadapi dalam menjaga kemurnian
olahraga

iv
BAB 1
Pendahuluan

1.1 Latar Belakang


Olahraga, dengan segala daya tarik dan
kegembiraannya, melayani sebagai
panggung prestasi manusia dan kompetisi
yang memukau. Namun, di balik sorotan
gemilang tersebut, muncul tantangan serius
yang menggoyang dasar etika dan integritas
olahraga: penggunaan substansi terlarang
atau yang lebih dikenal dengan istilah
"doping."
Sejarah doping dalam olahraga mencakup
perjalanan panjang yang diwarnai oleh
pengkhianatan terhadap semangat fair play
dan kesetaraan peluang. Sejak
ditemukannya kasus doping pertama pada
awal abad ke-20, kebutuhan untuk

5
menetapkan batas dan aturan dalam
menjaga kemurnian olahraga semakin
mendesak. Oleh karena itu, buku ini hadir
sebagai upaya untuk merinci dan
menganalisis tata laksana pemeriksaan
doping, sebuah pilar kritis dalam perang
melawan penggunaan substansi terlarang.

a). Sejarah Doping Dalam Olahraga


Penggunaan zat-zat bermanfaat untuk
meningkatkan performa atlet, atau yang
dikenal dengan istilah "doping," telah
menjadi catatan kelam dalam sejarah
olahraga. Seiring dengan pertumbuhan
popularitas olahraga dan peningkatan
persaingan, praktik doping tumbuh dan
menjadi tantangan serius bagi semangat fair
play dan keadilan dalam berkompetisi.

6
1. Awal abad ke-20 Kasuspertama
dan Kesadaran Awal
Sejarah doping mencatat kasus pertama
pada awal abad ke-20, di mana sejumlah
atlet diketahui menggunakan strychnine,
sejenis racun, untuk meningkatkan
ketahanan dan performa mereka.
Kesadaran akan praktik doping mulai
muncul, dan beberapa organisasi olahraga
mengambil langkah-langkah awal untuk
melarang penggunaan zat-zat tertentu.
2. 190-an – 1950-an Penggunaan
Amphetomines dan Steroid
Anabolik
Selama periode ini, amphetamines mulai
digunakan secara luas untuk meningkatkan

7
daya tahan dan fokus atlet, terutama dalam
olahraga daya tahan seperti sepeda dan lari
jarak jauh.
Penggunaan steroid anabolik mulai menarik
perhatian, terutama setelah Olimpiade
Roma 1960, di mana atlet Uni Soviet
dituduh mengonsumsi steroid untuk
meningkatkan kekuatan dan massa otot.
3. 1960-an – 1970-an Pendirian
Komite Anti Doping dan
Penggunaan Hormon
Pertumbuhan
Kejadian ini memicu pendirian Komite
Anti-Doping Internasional oleh Komite
Olimpiade Internasional (IOC) pada tahun
1960.

8
Penggunaan hormon pertumbuhan manusia
mulai menjadi sorotan, memunculkan
kekhawatiran akan efek samping dan
ketidaksetaraan dalam kompetisi.
4. Abad ke-21 Inovasi Teknologi
dan Tantangan Etika Baru
Penerapan teknologi tinggi, seperti uji
darah dan analisis molekuler, semakin
meningkatkan efektivitas pemeriksaan
doping
Munculnya metode doping baru, seperti
doping genetik, menantang otoritas
pengawasan dan peraturan anti-doping.
b). Pentingnya Pemeriksaan Doping
Pemeriksaan doping memegang peran kritis
dalam menjaga keadilan, integritas, dan
kesehatan dalam dunia olahraga. Berikut
adalah beberapa poin yang menjelaskan
pentingnya pemeriksaan doping:

9
1. Fair Play dan Kesetaraan
Pemeriksaan doping menjadi landasan fair
play, memastikan bahwa semua atlet
bersaing dalam kondisi yang setara tanpa
keuntungan yang tidak sah.
2. Integritas Olahraga
Dengan mencegah penggunaan substansi
terlarang, pemeriksaan doping membantu
menjaga integritas olahraga. Hal ini
melindungi nilai-nilai moral dan etika
olahraga, mencegah manipulasi hasil
kompetisi, dan menjamin keaslian prestasi
atlet.
3. Kesehatan Atlet
Pemeriksaan doping juga memiliki dimensi
kesehatan yang signifikan. Sejumlah zat
terlarang dapat membahayakan kesehatan
atlet dan memberikan keuntungan
sementara yang berpotensi merugikan

10
jangka panjang. Pemeriksaan doping
bertujuan melindungi kesejahteraan atlet
dan mencegah dampak negatif terhadap
tubuh mereka.
4. Penghormatan Terhadap Atlet
yang Bersih
Atlet yang mematuhi aturan anti-doping
seharusnya tidak dianiaya oleh mereka
yang menggunakan substansi terlarang.
Pemeriksaan doping memastikan bahwa
prestasi mereka diakui dan dihormati
sebagai hasil dari dedikasi, kerja keras, dan
bakat alami.

11
BAB 2
Konsep Dasar Doping

2.1 Pengertian Doping


Doping adalah praktik penggunaan
substansi atau metode tertentu dengan
tujuan meningkatkan performa fisik atau
mental atlet secara tidak sah. Penggunaan
zat-zat terlarang atau teknik yang
melanggar aturan olahraga bertujuan
memberikan keuntungan kompetitif yang
tidak adil kepada atlet yang
mengonsumsinya. Substansi yang
digunakan dalam doping dapat mencakup
obat-obatan, hormon, stimulan, steroid,
atau metode seperti transfusi darah.

12
Doping tidak hanya melibatkan pemakaian
zat terlarang secara langsung, tetapi juga
mencakup tindakan manipulasi genetik atau
fisik, yang dikenal sebagai doping genetik
atau doping mekanik. Praktik ini dianggap
sebagai pelanggaran etika dan peraturan
olahraga karena merusak semangat fair
play, mengancam integritas kompetisi, dan
memberikan keuntungan tidak sah kepada
atlet yang terlibat.

2.2 Jenis – Jenis Doping


Jenis-jenis doping dapat dikelompokkan
berdasarkan sifat atau asalnya. Berikut
adalah beberapa jenis doping yang umum
dikenal:
a. Doping kimia
Steroid Anabolik: Senyawa yang mirip
dengan hormon seks pria (testosteron) dan

13
digunakan untuk meningkatkan kekuatan
otot dan pertumbuhan massa otot.
Stimulan: Zat-zat yang meningkatkan
aktivitas otak dan sistem saraf, seperti
kafein atau amphetamines, untuk
meningkatkan fokus dan daya tahan.
Hormon Pertumbuhan: Digunakan untuk
mempercepat pertumbuhan dan regenerasi
otot.
b. Doping Fisik
Transfusi Darah: Memasukkan darah
tambahan ke dalam tubuh atlet untuk
meningkatkan kapasitas oksigen dan daya
tahan.
Doping Mekanik: Penggunaan perangkat
atau teknologi yang memberikan
keuntungan fisik, seperti penggunaan
peralatan yang meningkatkan efisiensi atau
kekuatan atlet.

14
c. Doping Genetik
Manipulasi Genetik: Mengubah atau
memanipulasi materi genetik untuk
meningkatkan sifat-sifat tertentu yang
berkontribusi pada performa atlet.
d. Doping Nutrisi
Suplemen Doping: Penggunaan suplemen
nutrisi atau zat-zat tertentu dalam dosis
tinggi untuk meningkatkan performa.
Contohnya, penggunaan dosis tinggi
vitamin atau mineral tertentu.

2.3 Dampak Doping pada Kesehatan


Penggunaan doping dapat memiliki dampak
serius pada kesehatan atlet, yang dapat
muncul baik dalam jangka pendek maupun
jangka panjang. Beberapa dampak
kesehatan akibat doping termasuk:
a. Gangguan hormonal

15
Penggunaan steroid anabolik dapat
mengganggu keseimbangan hormonal
alami tubuh. Ini dapat menyebabkan
masalah reproduksi, perubahan suasana
hati, dan disfungsi seksual.
b. Masalah karidovaskular
Beberapa jenis doping, terutama stimulan,
dapat meningkatkan tekanan darah,
detak jantung, dan risiko masalah
kardiovaskular, seperti serangan jantung
atau stroke.
c. Kerusakan hati dan ginjal
Penggunaan zat tertentu, terutama yang
memuat bahan kimia berbahaya, dapat
menyebabkan kerusakan hati atau ginjal.
Penggunaan jangka panjang dapat
meningkatkan risiko penyakit hati atau
gagal ginjal.

16
2.3 Etika dalam Olahraga dan Anti
Doping
Etika dalam olahraga adalah fondasi moral
yang membimbing perilaku atlet, pelatih,
dan pemangku kepentingan lainnya dalam
lingkungan olahraga. Penerapan etika ini
tidak hanya mencakup komitmen terhadap
fair play, keadilan, dan integritas, tetapi
juga mencakup penghormatan terhadap
aturan dan nilai-nilai olahraga. Di dalam
konteks ini, upaya anti-doping menjadi
perwujudan konkret dari prinsip-prinsip
etika dalam menjaga keaslian dan fair play
dalam olahraga. Berikut adalah beberapa
aspek penting etika dalam olahraga dan
anti-doping:
a. Pendidikan dan kesadaran
Etika olahraga menekankan pada
pendidikan dan kesadaran terhadap risiko
doping. Pemahaman atlet terhadap

17
konsekuensi kesehatan dan sanksi hukuman
adalah langkah penting dalam membentuk
perilaku etis.

b. Hak asasi manusia dan hukuman


proporsional
Penerapan sanksi anti-doping harus
memperhatikan hak asasi manusia atlet,
termasuk hak atas privasi dan perlakuan
yang adil.
c. Keterbukaan dan kerjasama
Anti-doping membutuhkan keterbukaan
dan kerjasama di antara atlet, pelatih,
federasi olahraga, dan badan anti-doping.
Etika olahraga mendorong semua pihak
untuk bekerja sama dalam menjaga
integritas olahraga.

18
BAB 3
Proses Pemeriksaan Doping
Proses pemeriksaan doping melibatkan
serangkaian langkah yang hati-hati dan
terstandarisasi untuk mendeteksi
penggunaan substansi terlarang atau
metode doping.

3.1 Tahapan Pemeriksaan


Proses pemeriksaan doping melibatkan
beberapa tahapan yang hati-hati dan
terstandarisasi untuk memastikan akurasi
dan keadilan dalam mendeteksi penggunaan
substansi terlarang atau metode doping.
Berikut adalah tahapan-tahapan umum
dalam pemeriksaan doping:
a. Pemilihan sampel

19
Atlet diminta untuk memberikan sampel
urin atau darah, tergantung pada jenis uji
yang dilakukan. Pengambilan sampel
dilakukan dengan menjaga privasi atlet
sebisa mungkin, tetapi dengan tetap
memastikan keakuratan dan keamanan
proses.

b. Transportasi sampel
Sampel A dan Sampel B diatur untuk
diangkut ke laboratorium pengujian.
Transportasi harus mematuhi protokol
keamanan dan rantai pengawasan sampel
untuk mencegah kontaminasi atau
kehilangan.
c. Analisis Laboratorium
Di laboratorium, Sampel A dianalisis
menggunakan teknik tinggi, seperti
spektrometri massa, untuk mendeteksi

20
adanya substansi terlarang atau metode
doping.
d. Keputusan dan Sanksi
Setelah proses pembelaan, panel anti-
doping akan mengambil keputusan. Jika
atlet dinyatakan bersalah, sanksi akan
diberlakukan, termasuk diskualifikasi dari
pertandingan, denda, atau larangan
berkompetisi untuk jangka waktu tertentu.
Seluruh proses pemeriksaan doping diatur
oleh World Anti-Doping Code dan diawasi
oleh badan anti-doping nasional dan
internasional. Tujuannya adalah untuk
melindungi fair play, integritas olahraga,
dan kesehatan atlet.

3.2 Teknologi Terkini dalam


Pemeriksaan Doping
Teknologi terkini dalam pemeriksaan
doping terus berkembang seiring dengan

21
upaya untuk meningkatkan akurasi,
efisiensi, dan kecepatan deteksi substansi
terlarang atau metode doping. Berikut
adalah beberapa teknologi terkini yang
digunakan dalam pemeriksaan doping:
a. Uji biomarker
Pemeriksaan biomarker melibatkan
identifikasi dan analisis biomarker yang
menunjukkan penggunaan doping atau
perubahan fisiologis yang tidak wajar.
Teknologi ini dapat melibatkan analisis
darah atau urin untuk mendeteksi tanda-
tanda kecurangan doping.
b. Pemindaian isotop
Pemindaian isotop memeriksa
perbandingan isotop dalam sampel, yang
dapat membantu mendeteksi penggunaan
doping seperti transfusi darah atau
penggunaan steroid sintetis.

22
c. Uji darah stabil dan transportasi
Teknologi pengambilan sampel darah yang
stabil dan metode transportasi yang inovatif
dapat memastikan keandalan dan integritas
sampel selama proses pengujian.
d. Doping elektronik
Penggunaan teknologi dalam deteksi
doping elektronik, seperti sensor atau
perangkat pemantauan yang canggih, dapat
membantu mendeteksi metode doping
mekanik atau penggunaan perangkat
elektronik selama pertandingan.

3.3 Legalitas dan Hak Atlet dalam


Pemeriksaan
Pemeriksaan doping adalah bagian integral
dari upaya menjaga fair play, integritas, dan
kesehatan atlet dalam dunia olahraga.
Legalitas dan hak atlet dalam pemeriksaan

23
doping diatur oleh serangkaian peraturan
dan kode etik yang dikeluarkan oleh
organisasi olahraga dan badan anti-doping.
Berikut adalah beberapa aspek hukum dan
hak atlet dalam konteks pemeriksaan
doping:
a. World anti doping code
Kode Anti-Doping Dunia, yang dikeluarkan
oleh World Anti-Doping Agency (WADA),
merupakan kerangka kerja hukum
internasional yang menetapkan aturan dan
prosedur untuk pemeriksaan doping di
seluruh dunia. Kode ini memberikan dasar
bagi peraturan anti-doping nasional dan
internasional.
b. Privasi dan keamanan atlet
Proses pemeriksaan harus
mempertimbangkan hak privasi dan
keamanan atlet. Petugas anti-doping dan

24
laboratorium diwajibkan menjaga privasi
atlet selama proses pengambilan sampel
dan analisis, termasuk memberikan privasi
saat atlet memberikan sampel urin atau
darah.
c. Hak untuk membela diri
Jika atlet mendapat hasil positif, mereka
memiliki hak untuk membela diri. Ini
melibatkan kesempatan untuk menjelaskan
atau membuktikan bagaimana substansi
terlarang masuk ke dalam sistem mereka
atau memahami penyebab hasil positif.

25
BAB 4
Substansi Terlarang dan Metode Deteksi

4.1 Daftar Substansi Terlarang


Daftar substansi terlarang yang dilarang
dalam konteks pemeriksaan doping diatur
oleh World Anti-Doping Agency (WADA)
dan tercantum dalam Daftar Substansi dan
Metode Terlarang WADA. Daftar ini dirilis
secara tahunan dan mencakup berbagai
kategori substansi, termasuk obat-obatan,
hormon, stimulan, steroid, dan metode
doping. Atlet, pelatih, dan staf medis harus
sangat memahami dan mematuhi daftar ini
untuk menghindari pelanggaran aturan anti-
doping. Perubahan dan pembaruan daftar
dapat terjadi setiap tahun, jadi sangat
penting untuk merujuk ke daftar terkini.
Berikut adalah beberapa kategori dan
contoh substansi yang umumnya terlarang:

26
a. Steroid anabolik
Contoh: Testosteron, nandrolon, boldenon.

b. Hormon pertumbuhan
Contoh: Somatotropin (GH), insulin-like
growth factor (IGF-1).

c. Stimulan
Contoh: Amphetamines, efedrin, kafein
(dalam dosis tertentu).

27
d. Diuretik
Contoh: Furosemid, hidroklorotiazid.

e. Peptide
Contoh: EPO (Eritropoietin), CERA
(Continuous Erythropoiesis Receptor
Activator).

Atlet juga harus memperhatikan substansi


yang terlarang yang mungkin terdapat

28
dalam suplemen atau obat-obatan resep.
WADA memberikan beberapa sumber daya
untuk membantu atlet memeriksa
keamanan suplemen, seperti program
"Check Your Substances" dan aplikasi
"WADA's Prohibited List."
Penting untuk selalu merujuk ke Daftar
Substansi dan Metode Terlarang WADA
yang terkini dan berkonsultasi dengan
otoritas anti-doping atau petugas medis
yang berkompeten untuk memastikan
kepatuhan penuh terhadap aturan anti-
doping.

29
BAB 5
Ksimpulan
Pemeriksaan doping adalah bagian integral
dari upaya untuk menjaga integritas, fair
play, dan kesehatan atlet dalam dunia
olahraga. World Anti-Doping Agency
(WADA) menetapkan Daftar Substansi dan
Metode Terlarang untuk mengidentifikasi
substansi yang dilarang dan mengatur
prosedur pemeriksaan. Atlet memiliki hak
dan kewajiban untuk memahami dan
mematuhi aturan anti-doping, termasuk
pemberitahuan, kewajiban untuk
memberikan sampel, dan hak untuk
membela diri jika mendapat hasil positif.
Privasi, keamanan, dan keadilan harus
dijaga selama seluruh proses pemeriksaan.
Teknologi terkini, seperti analisis
biomarker dan spektrometri massa tinggi,

30
digunakan untuk meningkatkan akurasi dan
efisiensi deteksi doping. Kesadaran,
pendidikan, dan kerjasama antara atlet,
pelatih, dan badan anti-doping menjadi
kunci dalam menciptakan lingkungan
olahraga yang bersih, adil, dan bermoral.

Daftar Pustaka
Anis, M. (2020). Validasi Metode Penentuan
Kadar Pemanis Siklamat dalam Sirup
Menggunakan Spektrofotometri UV-Visible
di Laboratorium Kesehatan Daerah DKI
Jakarta.
BOLA, P. D. K. P. S., & HERDIAWAN, R.
UPAYA PENCEGAHAN
PENYALAHGUNAAN DOPING
GOLONGAN.
Eduansyah, F., Nuzuli, N., & Mansur, M.
(2020). UPAYA PENCEGAHAN
PENGGUNAAN DOPING PADA ATLET
CABANG OLAHRAGA ANGKAT BESI

31
BINAAN KONI ACEH TAHUN
2019. Pendidikan Jasmani, Kesehatan dan
Rekreasi, 6(2).
Rahmani, S., & Wahyuni, S. (2022). Deteksi
Dini Perubahan Nilai GDS pada
Olahragawan dalam Upaya Pencegahan
Penggunaan Doping. Jurnal Keperawatan
Silampari, 5(2), 804-810.
Royana, I. F. (2016). Doping Dalam
Olahraga. Jendela Olahraga, 1(1 Juli).
Waluyo, T. J., & Al Azom, I.
(2015). Implementasi International
Convention Against Doping In Sport di
Indonesia (Studi Kasus: Penyelenggaraan
Pon XVIII di Provinsi Riau Tahun
2012) (Doctoral dissertation, Riau
University).
Zahriali, A., & Wijaya, A. S. (2018). DOPING
SEBAGAI MUSUH ATLET DALAM
OLAHRAGA.

32

Anda mungkin juga menyukai